Anda di halaman 1dari 5

UTS K3LH

Nama : Rahmi Isnaini


NIM : 17505241067
Kelas B

Dosen Pengampu: Retna Hidayah, ST.,MT.,Ph.D

FAKULTAS TEKNIK
PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TP 2020
1. Beban kerja seseorang dipengaruhi oleh aspek fisik, mental dan sosial, untuk beban
kerja yang aspek fisik yaitu aktivitas kerja pada kegiatan bersifat tenis seperti proses
bongkar muat bang di gudang atau reparasi sepeda motor. Aspek mental lebih banyak
pada aktivitas tenaga kerja di kantor yang berisiko pada beban mental, dan aspek
sosial terlihat pada aktivitas kemasyarakatan untuk kemanusiaan. Kadang-kadang
terjadi beban kerja dari ketiga aspek aktivitas terakumulasi secara terpadu kelak
mempunyai penilaian tersendiri.

Kapasitas kerja lebih menyangkut keterampilan dan kemauan bekerja, kesegaran


fisik, motivasi dan sebagainya. Kesegaran fisik akan mencerminkan produktivitas
kerja seseorang. Demikian pula keadaan gizi terutama pekerja teknik sebagai penentu
derajat produktivitas kerja.

Lingkungan kerja juga mempengaruhi produktivitas kerja, misalnya kebisingan,


penerangan kerja, kelembaban, dan radiasi, cuaca kerja, bau-bauan di tempat kerja.
Lingkungan kerja sebagaimana beberapa penyebab di atas bisa dicegah melalui
pengukuran nilai ambang batas yang diperkenankan, penggunaan alat pelindung diri,
dan perlakuan teknik lainnya sesuai dengan petunjuk dari dinas terkait.

Menurut saya, yang paling penting adalah beban kerja sebab beban kerja seseorang
dipengaruhi oleh aspek fisik, mental, dan sosial. Ketiga hal itu, yaitu fisik, mental,
dan sosial adalah hal yang langsung berhubungan dengan kualitas kerja seorang
pekerja. Jika kapasitas kerja terpenuhi dengan baik namun beban kerja buruk maka
kapasitas kerja juga akan menurun. Begitu juga dengan lingkungan kerja yang baik
tidak akan berfungsi dengan baik apabila beban kerja yang buruk. Sebab keadaan
mental sesorang pada lingkup sosial sangatlah penting demi tercapainya keadaan fisik
yang prima.

2. Berdasarkan UU Nomor 13 tahun 2003, berikut hak-hak tenaga kerja:


a. Hak menjadi anggota serikat kerja
b. Hak mendapat jaminan sosial dan keselamatan kesehatan kerja (K3)
c. Hak mendapat upah yang layak
d. Hak membuat perjanjian kerja atau PKB
e. Hak bagi karyawan perempuan untuk libur PMS atau cuti hamil
f. Hak mendapat waktu kerja istirahat dan cuti libur
Berdasarkan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Nomor SE 907/Men.PHI-
PPHI/X/2004: Setiap karyawan berhak mendapat perlindungan dan bantuan dari
Pemerintah melalui DInas Tenaga Kerja bilamana mengalami PHK secara tidak adil.
3. Yang berperan dalam pengawasan pelaksanaan K3 di Indonesia adalah Pengawasan
Ketenagakerjaan. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan Pasal 1 angka 32 dan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
21 Tahun 2010 tentang Pengawasan Ketenagakerjaan, Pasal 1 angka 1, Pengawasan
Ketenagakerjaan adalah kegiatan mengawasi dan menegakkan pelaksanaan peraturan
perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan.
Fungsi dan Tanggung Jawab Pengawasan Ketenagakerjaan

Dalam melaksanakan fungsi pengawasan ketenagakerjaan setiap pengawas


ketenagakerjaan harus mampu baik secara taktis dan teknis yuridis (Pedoman
pemeriksaan dan penindakan pelanggaran peraturan perundang-undangan
ketenagakerjaan, 2014:15) sebagai berikut :
1. Pelaksanaan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan secara komprehensif
dan hubungan antara satu peraturan dengan peraturan lain yang saling terkait.
2. Menjelaskan bagaimana peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan,
menjamin kepastian hukum bagi pengusaha dan pekerja/buruh dalam pelaksanaan
hubungan kerja, agar dapat tercipta ketenangan berusaha dan ketenangan bekerja.
3. Dengan secara lebih terperinci lagi menjelaskan kepada pengusaha, pengurus
tempat kerja dan pekerja/buruh akan kewajiban-kewajiban mereka yang tercantum
dalam peraturan perundangundangan ketenagakerjaan.
4. Demikian pula menjelaskan kepada pekerja bagaimana dan sampai sejauh mana
peraturan perundang-undangan melindungi hak dan kepentingan mereka serta
caranya menginformasikan tentang permasalahan ketenagakerjaan yang mereka
hadapi atau terjadi di perusahaan.

4. Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan yang
mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan (Nitisemito,
1992:25). Selanjutnya menurut Sedarmayati (2001:1) lingkungan kerja merupakan
kseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya dimana
seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai
perseorangan maupun sebagai kelompok.

Secara garis besar, jenis lingkungan kerja terbagi menjadi dua, yaitu
(Sedarmayanti, 2001:21):
a. Lingkungan Kerja Fisik, adalah semua keadaan berbentuk fisik yang
terdapat disekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi pegawai baik
secara langsung maupun tidak langsung. Lingkungan kerja fisik dapat
dibagi menjadi dua kategori yaitu:
 Lingkungan kerja yang langsung berhubungan dengan pegawai seperti
pusat kerja, kursi, meja, dan sebagainya.
 Lingkungan perantara atau lingkungan umum dapat juga disebut
lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia misalnya
temparatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan,
getaran mekanik, bau tidak sedap, warna dan lain-lain.
Untuk dapat memperkecil penguruh lingkungan fisik terhadap
karyawan, maka langkah pertama harus mempelajari manusia, baik
mengenal fisik dan tingkah lakunya, kemudian digunakan sebagai dasar
memikirkan lingkungan fisik yang sesuai.
b. Lingkungan Kerja Non Fisik, adalah semua keadaan yang terjadi yang
berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan, maupun
hubungan dengan sesama rekan kerja ataupun hubungan dengan bawahan.
5. Kecelakaan Kerja adalah sesuatu yang tidak terduga dan tidak diharapkan yang
dapat mengakibatkan kerugian harta benda, korban jiwa / luka / cacat maupun
pencemaran. Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan yang terjadi akibat adanya
hubungan kerja, (terjadi karena suatu pekerjaan atau melaksanakan pekerjaan).

Fakor penyebab kecelakaan kerja adalah:

1. Situasi Kerja
 Pengendalian manajemen yang kurang.
 Standar kerja yang minim.
 Tidak memenuhi standar.
 Perlengakap yang gagal atau tempat kerja yang tidak mencukupi.

2. Kesalahan Orang
 Keterampilan dan pengetahuan yang minim.
 Masalah fisik atau mental.
 Motivasi yang minim atau salah penempatan.
 Perhatian yang kurang.

3. Tindakan Tidak Aman


 Tidak mengikuti metode kerja yang telah disetujui.
 Mengambil jalan pintas.
 Menyingkirkan atau tidak menggunakan perlengkapan keselamatan kerja.

4. Kecelakaan
 Kejadian yang tidak terduga.
 Akibat kontak dengan mesin atau listrik yang berbahaya.
 Terjatuh.
 Terhantam mesin atau material yang jatuh dan sebagainya.

Pencegahan kecelakaan kerja


Kecelakaan kerja dapat dicegah dengan memperhatikan beberapa faktor, antara
lain sebagai berikut “Suma”mur, 2009”:

1. Faktor Lingkungan
Lingkungan kerja yang memenuhi persyaratan pencegahan kecelakaan
kerja yaitu:
 Memenuhi syarat aman, meliputi higiene umum, sanitasi, ventilasi udara,
pencahayaan dan penerangan ditempat kerja dan pengaturan suhu udara dari
ruang kerja.
 Memenuhi syarat keselamatan, meliputi kondisi gedung dan tempat kerja
yang dapat menjamin keselamatan.
 Memenuhi penyelenggaraan ketata rumah tanggaan meliputi pengaturan
penyimpanan barang, penempatan dan pemasangan mesin, penggunaan
tempat dan ruangan.

2. Faktor Mesin Dan Peralatan Kerja


Mesin dan peralatan kerja harus didasarkan pada perencanaan yang baik
dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku. Perencanaan yang baik
terlihat dari baiknya pagar atau tutup pengaman pada bagian-bagian mesin
atau perkakas yang bergerak antara lain bagian yang berputar.
Bila pagar atau tutup pengaman telah terpasang, harus diketahui dengan
pasti efektif tidaknya pagar atau tutup pengaman tersebut yang dilihat dari
bentuk dan ukurannya yang sesuai terhadap mesin atau alat serta perkakas
yang terhadapnya keselamatan pekerja dilindungi.

3. Faktor Perlengkapan Kerja


Alat pelindung diri merupakan perlengkapan kerja yang harus terpenuhi
bagi pekerja. Alat pelindung diri berupa pakaian kerja, kacamata, sarung
tangan, yang kesemuanya harus cocok ukurannya sehingga menimbulkan
kenyamanan dalam penggunaannya.

4. Faktor Manusia
Pencegahan kecelakaan terhadap faktor manusia meliputi peraturan kerja,
mempertimbangkan batas kemampuan dan ketrampilan pekerja, meniadakan
hal-hal yang mengurangi konsentrasi kerja, menegakkan disiplin kerja,
menghindari perbuatan yang mendatangkan kecelakaan serta menghilangkan
adanya ketidakcocokan fisik dan mental.

Anda mungkin juga menyukai