Anda di halaman 1dari 3

Ada pada dia; kasih sayang seorang tuna wicara kepadaku

Oleh: Rahmi Isnaini

Dingin, hujan juga masih berpesta dari balik jendela kamarku. Setiap butir air yang jatuh ke
tanah malah semakin membuat rasa khawatirku menjadi-jadi. Bagaimana bisa seorang tuna wicara
seperti kakakku itu masih berada di luaran sana dengan cuaca seperti ini. Entah dengan siapa, dimana,
bagaimana keadaannya sekarang. Hah, rasa khawatir ini terus kurasakan. Apalagi waktu untuk
berbuka puasa tinggal hitungan menit lagi, pesan yang kukirim lewat Line juga tak kunjung mendapat
balasan.

“Kak, Kakak dimana,”

“Kak, bentar lagi buka puasa. Cepet pulang ya, adek buatin sup ayam nih”

“Kak, hujannya deras banget. Bawa payung kan?”

Semua pesan itu kukirim terus-menerus.

Seketika aku teringat pada suatu kejadian. Ketika aku dan kakakku menjadi seorang yatim
piatu karena kecelakaan yang dialami kedua orangtuaku. Kami berdua terpaksa harus hidup berdua
tanpa adanya orangtua. Ya, kami sering bertengkar, dan semua dari pertengkaran itu pemicunya
adalah aku sendiri.

Aku saat itu sedih tidak karuan. Tak tahan dengan keadaan karena mengetahui kenyataan kini
aku tinggal hanya dengan seorang kakak yang bisu. Ini bagiku sebuah aib bahkan bencana besar. Aku
malu

Dua tahun lalu, sudah cukup lama memang, namun masih melekat erat di ingatanku. Betapa
saat itu kakakku selalu peduli denganku, apalagi saat bulan ramadhan seperti ini, setiap aku masih
sibuk dengan urusanku sendiri, ia selalu mengirimkan pesan melalui Line berisikan agar aku cepat
pulang karena waktu berbuka puasa sudah dekat.

“Adek dimana? Cepet pulang ya”,

“Dek, udah dimana?”,

“Dek, kakak buat sup ayam, kamu buka di rumah kan?”,

Semua pesan itu tidak ku hiraukan sama sekali. Mengingat bahwa amat tidak menyenangkan
berbuka puasa dengan orang bisu. Karena itu, aku lebih memilih berbuka puasa bersama
teman-teman. Benar saja, ketika bersama teman-teman aku lebih merasakan keseruan. Tak perlu
mengeluarkan tenaga banyak untuk menyampaikan maksutku terhadap mereka, jauh berbeda ketika
aku harus menyampaikan maksutku kepada kakakku yang bisu itu.

Aku sengaja membiarkan handphone ku dibanjiri pesan Line. Paling hanya pesan itu-itu saja
dari kakakku. Sempat kulirik, ada notif berisikan “Kakak tahu kamu buka di tempat biasa, Kakak ​otw
kesana ya”.
Sial, kenapa harus di tempat ini aku dan teman-teman memilih tempat untuk berbuka, begitu pikirku.

“astaga! Itu di depan ada yang terlindas truk!”,

“waaahhh!”,

Seketika rumah makan ini menjadi ramai. Mereka heboh dengan insiden yang terjadi tepat di depan
rumah makan ini. Entah siapa dan bagaimana, aku sedikit panik juga.

“sudah cacat, terlindas juga! Kasian sekali”, teriak salah satu pembeli yang baru saja melihat insiden
tersebut.

Hah, cacat?

Seketika keningku terangkat, mataku terbelalak mendengarnya. Cacat? Apakah kakakku sudah
sampai? Secepat itukah? Dan...benarkah yang tertabak itu kakakku?

Aku segera berlari keluar. Tak lupa kuraih handphoneku, ada pesan, dari kakakku yang mengatakan
dia sedang ​on the way.​ Aku semakin khawatir.

“Kakak?”,

“Kakak belum sampai kan?”,

“Kak?”,

“Kak, bales Line ku dong! :( “,

“Kaaak!!!”,

Masih belum dibaca. Aku mendunduk, aku takut, aku tak berani mendatangi kerumunan
orang-orang itu. Tiba-tiba masih dalam kepala tertunduk, layar handphoneku menyala, pesan Line,
dan itu dari kakakku.

Hah? Benarkah ini kakakku yang mengirim?

“Adek....”,

“Huuu lama banget yang bales, aku khawatir nih, kakak dimana sih? :( “, kubalas pesan itu dengan
perasaan masih panik.

“nih di belakangmu, Dek”,

Kubalikan badanku. Benar, kutemui kakakku berdiri tegak tanpa luka seperti yang ada dalam
pikiranku sebelumnya.

“kak, maafin aku”, kukirim pesan ini dengan keadaan masih berdiri di hadapannya. Dadaku terasa
sesak, aku menyadari kesalahanku, aku lansung berlari dan memeluknya. Kenyataan yang terjadi
dalam hidupku, memiliki kakak yang bisu namun tak pernah membisukan diri demi kebahagianku.
Aku tersentak, terdengar suara adzan, ternyata sejak tadi aku tertidur pulas, kutemui kakakku sudah
berada disampingku, aku langsung memeluknya.

Anda mungkin juga menyukai