Anda di halaman 1dari 131

Tekanan Eksternal dan Wabah Covid-19

Lemahkan Ekonomi Jawa Barat

Laporan Perekonomian
Provinsi Jawa Barat
Mei 2020
p)

Halaman ini sengaja dikosongkan


KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha-Nya, buku
“Laporan Perekonomian Provinsi Jawa Barat Mei 2020” dapat diterbitkan. Buku ini merupakan asesmen
terhadap perkembangan ekonomi Jawa Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi,
perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan masyarakat serta
mencakup pula prospek perekonomian ke depan.

Dalam penyusunan buku ini, data dan informasi selain dari internal Bank Indonesia, juga bersumber dari
berbagai instansi terkait, seperti Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan dinas-dinas terkait, BPS Jawa Barat,
BULOG Divre III, Kementerian Keuangan c.q. DJP Jawa Barat I, Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jawa
Barat, PLN, berbagai perusahaan, asosiasi dan akademisi. Sehubungan dengan hal tersebut, perkenankanlah
kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu penyusunan
buku ini.

Akhir kata, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
senantiasa melimpahkan ridha-Nya dan menerangi setiap langkah kita.

Bandung, Juni 2020


Kepala Perwakilan
Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat

Ttd

Herawanto
Direktur Eksekutif

Laporan Perekonomian
Provinsi Jawa Barat iii
DAFTAR ISI
BAB II
KEUANGAN PEMERINTAH 31
33 2.1. Gambaran Umum
34 2.2. APBD Provinsi Jawa Barat
34 2.2.1 Target Pendapatan Provinsi
iii KATA PENGANTAR Jawa Barat
35 2.2.2 Realisasi Pendapatan
iv DAFTAR ISI
Provinsi Jawa Barat
Triwulan I 2020
vi DAFTAR TABEL
38 2.2.3 Anggaran Belanja Provinsi
vii DAFTAR GRAFIK Jawa Barat
38 2.2.4 Realisasi Belanja Provinsi
x RINGKASAN EKSEKUTIF Jawa Barat Triwulan I 2020

xiv TABEL INDIKATOR EKONOMI 40 2.3 APBD 27 Kabupaten/Kota di


PROVINSI JAWA BARAT Jawa Barat
111 Lampiran 40 2.3.1 Anggaran Pendapatan 27
Kabupaten/Kota Jawa Barat
114 Tim Penyusun
40 2.3.2 Anggaran Belanja 27
Kabupaten/Kota Jawa Barat
41 2.4 Belanja APBN di Jawa Barat
43 2.5 Transfer Ke Daerah & Dana Desa
(TKDD) Gabungan Di Jawa Barat

BAB I
EKONOMI MAKRO REGIONAL 1 BAB III
INFLASI 47
3 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat 49 3.1 Perkembangan Inflasi
Triwulan I 2020

4 1.1 Sisi Pengeluaran 53 3.2 Perkembangan Inflasi Antar


Provinsi di Pulau Jawa
6 1.1.1 Konsumsi
9 1.1.2 Investasi 53 3.3 Perkembangan Inflasi Kota di
Jawa Barat
10 1.1.3 Ekspor Impor
14 1.2 Sisi Lapangan Usaha 54 3.4 Tracking Inflasi
Triwulan II 2020
16 1.2.1 Industri Pengolahan
55 3.5 Program Pengendalian Inflasi
17 1.2.2 Perdagangan Besar-Eceran Daerah
dan Reparasi Mobil-Motor
18 1.2.3 Pertanian, Kehutanan dan
Perikanan
18 1.2.4 Konstruksi
18 Tracking Perkembangan Ekonomi
Makro Regional Triwulan II 2020
24 BOKS 1
Dampak COVID-19 Terhadap
Perekonomian di Jawa Barat

iv Mei 2020
BAB IV
STABILITAS KEUANGAN
DAERAH, PENGEMBANGAN
57 BAB V
SISTEM 77
PEMBAYARAN DAN
AKSES KEUANGAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH
DAN UMKM
59 4.1 Kinerja Perbankan Secara Umum 79 5.1 Perkembangan Sistem
Pembayaran Non Tunai
60 4.2. Intermediasi Perbankan 79 5.1.1 Perkembangan Transaksi
Menggunakan SKNBI dan
RTGS
60 4.2.1 Dana Pihak Ketiga
79 5.1.2 Upaya Pengembangan
Layanan Keuangan Non
61 4.2.2 Perkembangan Kredit Tunai dan Elektronifikasi
82 5.2 Perkembangan Sistem
62 4.2.3 Risiko Kredit
Pembayaran Tunai dan
Pengelolaan Uang Rupiah
63 4.2.4 Penyaluran Kredit Menurut
Kota/Kabupaten 83 5.3 Kegiatan Usaha Penukaran
Valuta Asing Bukan Bank (KUPVA
63 4.2.5 Penyaluran Kredit UMKM BB) Berizin dan Penyelenggara
Transfer Dana Bukan Bank (PTD
BB) di Jawa Barat
65 4.3 Kinerja Korporasi Keuangan dan
Non Keuangan 83 5.3.1 Perkembangan Kegiatan
Penukaran Valuta Asing
65 4.3.1 Sumber Kerentanan Bukan Bank (KUPVA BB)
Korporasi
84 5.3.2 Perkembangan Kegiatan
Penyelenggara Transfer
66 4.3.2 Kinerja Keuangan Sektor Dana Bukan Bank (PTD BB)
Korporasi
85 5.3.3 Upaya Pengawasan
Penyelenggaraan Jasa
67 4.3.3 Eksposur Perbankan Pada Sistem Pembayaran
Sektor Korporasi
88 BOKS 3
68 4.4. Kinerja Sektor Rumah Tangga Analisis Insidentil Terkait Isu atau
Perkembangan Seputar Sistem
Pembayaran Terkini di Jawa Barat
68 4.4.1 Sumber Kerentanan dan
Kondisi Sektor Rumah

69
Tangga

4.4.2. Kinerja Keuangan Sektor


BAB VI
KETENAGAKERJAAN DAN
KESEJAHTERAAN
91
Rumah Tangga
94 6.1 Ketenagakerjaan
70 4.4.3. Eksposur Perbankan Pada 97 6.2 Nilai Tukar Petani
Sektor Rumah Tangga
98 6.3 Kesejahteraan

74 BOKS 2
Implementasi dan Inovasi

101
Membangun “New UMKM” yang
BAB VII
Berdaya Saing di tengah Pandemik
COVID-19 di Jawa Barat PROSPEK PEREKONOMIAN

103 7.1. Prospek Perekonomian Global


Dan Nasional
103 7.1.1 Prospek Perekonomian
Global
105 7.1.2 Prospek Perekonomian
Nasional
107 7.2 Prospek Perekonomian
Provinsi Jawa Barat
107 7.2.1. Prospek Sisi Pengeluaran
109 7.2.2 Prospek Sisi Lapangan Usaha
110 7.2.3 Prospek Inflasi

Laporan Perekonomian
Provinsi Jawa Barat v
DAFTAR TABEL

4 Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Pengeluaran (% yoy)
5 Tabel 1.2 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Berdasarkan Komponen Pengeluaran (% yoy)
14 Tabel 1.3 Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Lapangan Usaha (% yoy)
15 Tabel 1.4 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Berdasarkan Komponen Lapangan Usaha (%)
19 Tabel 1.5 Faktor Pendorong dan Penahan Laju Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Triwulan II 2020
33 Tabel 2.1 Ringkasan APDB Provinsi Jawa Barat Triwulan I 2020
35 Tabel 2.2 Target Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat 2019 dan 2020
36 Tabel 2.3 Realisasi Pendapatan Provinsi Jawa Barat Triwulan I 2020
37 Tabel 2.4 Anggaran Belanja Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2019 dan 2020
39 Tabel 2.5 Realisasi Belanja Provinsi Jawa Barat Pada Triwulan I 2020
42 Tabel 2.6 Anggaran Belanja APBN di Provinsi Jawa Barat Tahun 2019 dan 2020
42 Tabel 2.7 Realisasi Belanja APBN di Provinsi Jawa Barat Triwulan I 2020
43 Tabel 2.8 Realisasi Belanja Modal APBN di Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Fungsi Triwulan I 2020
44 Tabel 2.9 Perubahan Alokasi TKDD di Jawa Barat Tahun 2020 Berdasarkan PMK No.35 Tahun 2020
69 Tabel 4.1 Dana Rumah Tangga untuk Membayar Cicilan dan Perubahannya Berdasarkan Tingkat Pengeluaran per Bulan
94 Tabel 6.1 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama
95 Tabel 6.2 Jumlah Penduduk Bekerja Menurut Tingkat Pendidikan (%)
96 Tabel 6.3 Klasifikasi Penduduk Bekerja (Pekerja Penuh/Tidak Penuh)
97 Tabel 6.4 Nilai Tukar Pertani per Subsektor di Jawa Barat (2018=100)
97 Tabel 6.5 Nilai Tukar Usaha Pertanian per Subsektor di Jawa Barat (2018=100)
98 Tabel 6.6 Indeks Konsumsi Rumah Tangga per Komponen (2018=100)
104 Tabel 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia
107 Tabel 7.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat – Sisi Pengeluaran (% yoy)
108 Tabel 7.3 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat – Sisi Lapangan Usaha
109 Tabel 7.4 Risiko Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Tahun 2020
110 Tabel 7.5 Faktor Pendorong dan Penahan Inflasi Jawa Barat Tahun 2020

vi Mei 2020
DAFTAR GRAFIK

3 Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Jabar & Nasional 13 Grafik 1.27 Perkembangan Nilai dan Volume Impor
Jawa Barat
3 Grafik 1.2 Pangsa Perekonomian Provinsi di Jawa 13 Grafik 1.28 Perkembangan Impor Jawa Barat
Terhadap Nasional
6 Grafik 1.3 Penjualan Kendaraan Bermotor 13 Grafik 1.29 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah

6 Grafik 1.4 Konsumsi Listrik Rumah Tangga 15 Grafik 1.30 Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)
Sektor Industri Pengolahan
6 Grafik 1.5 Indeks Penjualan Riil Triwulan I 2020 15 Grafik 1.31 Hasil Liaison Sektor Industri Pengolahan

6 Grafik 1.6 Tingkat Penghunian Kamar 16 Grafik 1.32 Perkembangan Konsumsi Listrik Industri

7 Grafik 1.7 Proporsi Penggunaan Pendapatan 16 Grafik 1.33 Perkembangan Sektor Kredit Industri
Triwulan I 2020 Pengolahan
7 Grafik 1.8 Indeks Keyakinan Konsumen Triwulan I 16 Grafik 1.34 Penjualan Mobil dan Sepeda Motor
2020
7 Grafik 1.9 Perkembangan Kredit Sektor Rumah 16 Grafik 1.35 Indeks Penjualan Riil
Tangga
7 Grafik 1.10 Perkembangan Impor Barang 17 Grafik 1.36 Perkembangan Kredit Sektor
Perdagangan
8 Grafik 1.11 Indeks Harga Properti Residensial 17 Grafik 1.37 Hasil Liaison Sektor Pertanian

8 Grafik 1.12 Realisasi Belanja Operasional – APBN di 17 Grafik 1.38 Perkembangan Kredit Sektor Pertanian
Jawa Barat
8 Grafik 1.13 Realisasi Belanja Operasional – APBD di 18 Grafik 1.39 Perkembangan Sektor Kredit Konstruksi
Jawa Barat
8 Grafik 1.14 Perkembangan Simpanan Pemerintah 18 Grafik 1.40 Perkembangan Kredit Sektor Rumah
Daerah Tangga
9 Grafik 1.15 Perkembangan Kredit Investasi Jawa 20 Grafik 1.41 Indeks Keyakinan Konsumen Triwulan
Barat II 2020
9 Grafik 1.16 Perkembangan Realisasi Investasi di Jawa 20 Grafik 1.42 Proporsi Penggunaan Pendapatan
Barat Triwulan II 2020
9 Grafik 1.17 Pangsa Realisasi Investasi di Jawa Barat 20 Grafik 1.43 Pertumbuhan Harga Komoditas Global

9 Grafik 1.18 Pangsa Realisasi PMA di Jawa Barat 20 Grafik 1.44 Purchasing Manager’s Index (PMI)
Negara Mitra Dagang Triwulan II 2020
10 Grafik 1.19 Pangsa Realisasi PMDN di Jawa Barat 21 Grafik 1.45 Likert Scale Permintaan Domestik

10 Grafik 1.20 Perkembangan Liaison Investasi Jawa 21 Grafik 1.46 Likert Scale Penjualan Ekspor
Barat
11 Grafik 1.21 Perkembangan Ekspor Jawa Barat 22 Grafik 1.47 Indeks Keyakinan Konsumen Triwulan II
2020
11 Grafik 1.22 Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor 22 Grafik 1.48 Indeks Penjualan Riil (IPR) Triwulan II
Triwulanan 2020
11 Grafik 1.23 Struktur Komoditas Ekspor Jawa Barat 34 Grafik 2.1 Perkembangan Anggaran Pendapatan
dan Belanja APBD Provinsi Jawa Barat
12 Grafik 1.24 Ekspor Jawa Barat ke Negara/Kawasan 34 Grafik 2.2 Perkembangan Pendapatan dan Belanja
Tujuan Utama Pemerintah Provinsi Jawa Barat
12 Grafik 1.25 Perkembangan PMI Negara Mitra 35 Grafik 2.3 Pangsa Target Pendapatan Tahun 2020
Dagang Utama
12 Grafik 1.26 Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) 35 Grafik 2.4 Pangsa Komponen Pendapatan Asli
Provinsi Mitra Dagang Jawa Barat Daerah Provinsi Jawa Barat

Laporan Perekonomian
Provinsi Jawa Barat vii
DAFTAR GRAFIK

36 Grafik 2.5 Pangsa Realisasi Pendapatan 52 Grafik 3.9 Pergerakan Inflasi Kelompok Kesehatan

36 Grafik 2.6 Pangsa Realisasi Pajak 52 Grafik 3.10 Pergerakan Inflasi Kelompok Perumahan,
Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah
Tangga
38 Grafik 2.7 Pangsa Anggaran Belanja Provinsi Jawa 52 Grafik 3.11 Pergerakan Inflasi Kelompok Transportasi
Barat
39 Grafik 2.8 Perkembangan Belanja Operasi dan 52 Grafik 3.12 Pertumbuhan Inflasi Transportasi, Tarif
Modal Angkutan Udara dan Tarif Kendaraan
Roda 2 dan Roda 4 Online
39 Grafik 2.9 Pangsa Realisasi Belanja Operasi 53 Grafik 3.13 Inflasi Nasional, Jawa dan Jawa Barat

40 Grafik 2.10 Pertumbuhan Komponen Belanja 54 Grafik 3.14 Inflasi Kota Perhitungan IHK Jawa Barat
Operasi
41 Grafik 2.11 Anggaran Belanja APBD 27 Kabupaten/ 59 Grafik 4.1 Perkembangan Loan to Deposit Ratio
Kota di Jawa Barat (LDR)
41 Grafik 2.12 Struktur Belanja APBD 27 Kab/Kota 2019 60 Grafik 4.2 Perkembangan Aset Perbankan
dan 2020
41 Grafik 2.13 Perkembangan Realisasi Belanja 27 Kab/ 60 Grafik 4.3 Proporsi Aset Menurut Kelompok Bank
Kota di Jawa Barat Triwulan I 2020
43 Grafik 2.14 Pangsa Realisasi Belanja APBN di Jawa 60 Grafik 4.4 Pertumbuhan DPK Perbankan Jawa Barat
Barat
43 Grafik 2.15 Perkembangan Belanja APBN di Jawa 60 Grafik 4.5 Proporsi DPK Jawa Barat
Barat
44 Grafik 2.16 Pangsa Realisasi Belanja APBN 61 Grafik 4.6 Perkembangan Kredit per Jenis
Berdasarkan Fungsi Penggunaan
44 Grafik 2.17 Pangsa Alokasi TKDD di Jawa Barat Tahun 61 Grafik 4.7 Proporsi Kredit menurut Jenis
2020 Penggunaan
44 Grafik 2.18 Rasio TKDD Terhadap Total Pendapatan 61 Grafik 4.8 Perkembangan Suku Bunga Kredit
APBD Jawa Barat Berdasarkan Lokasi Proyek di Jawa Barat
45 Grafik 2.19 Rasio Non DAK Fisik Terhadap Belanja 61 Grafik 4.9 Perkembangan Kredit Lapangan Usaha
Operasi Jawa Barat Utama
45 Grafik 2.20 Rasio DAK Fisik Terhadap Belanja Modal 62 Grafik 4.10 Rasio Non Performing Loan (NPL) Kredit
Jawa Barat Berdasarkan Jenis Penggunaan
49 Grafik 3.1 Inflasi Jawa Barat dan Nasional 62 Grafik 4.11 Rasio Non Performing Loan (NPL) Kredit
Berdasarkan Lapangan Usaha Utama
49 Grafik 3.2 Inflasi Kumulatif di Jawa Barat 63 Grafik 4.12 Perkembangan Kredit Kota/Kabupaten
Triwulan IV 2019
49 Grafik 3.3 Komoditas Penyumbang Inflasi dan 63 Grafik 4.13 Rasio NPL Kredit Kota/Kabupaten
Deflasi Bulanan Jawa Barat Triwulan IV 2019
50 Grafik 3.4 Inflasi Berdasarkan Kelompok 64 Grafik 4.14 Perkembangan Kredit UMKM
Pengeluaran
50 Grafik 3.5 Pergerakan Inflasi Kelompok Perawatan 64 Grafik 4.15 NPL Kredit UMKM
Pribadi dan Jasa Lainnya
50 Grafik 3.6 Pertumbuhan Emas Internasional, Emas 64 Grafik 4.16 Perkembangan Kredit UMKM Spasial
Perhiasan dan Nilai Tukar
51 Grafik 3.7 Pergerakan Inflasi Kelompok Makanan, 64 Grafik 4.17 NPL Kredit UMKM Spasial
Minuman dan Tembakau
51 Grafik 3.8 Pergerakan Inflasi Kelompok Pendidikan 65 Grafik 4.18 Proporsi Kredit UMKM Berdasarkan
Lapangan Usaha

viii Mei 2020


DAFTAR GRAFIK

66 Grafik 4.19 Perkembangan Ekspor Jawa Barat 83 Grafik 5.10 Perkembangan Temuan Uang Palsu di
Jawa Barat
66 Grafik 4.20 Tenaga Kerja Berdasarkan Pendidikan 84 Grafik 5.11 Jenis Mata Uang Penjualan Valas

67 Grafik 4.21 UMK Spasial Jawa Barat 84 Grafik 5.12 Jenis Mata Uang Pembelian Valas

67 Grafik 4.22 Perkembangan Kredit Korporasi 84 Grafik 5.13 Transaksi Penjualan Valas di KUPVA BB

68 Grafik 4.23 Kredit Koporasi Lapangan Usaha Utama 84 Grafik 5.14 Transaksi Pembelian Valas di KUPVA BB

68 Grafik 4.24 NPL Kredit Korporasi Menurut Jenis 85 Grafik 5.15 Perkembangan Pertumbuhan Nilai
Penggunaan Transfer Dana di Jawa Barat
68 Grafik 4.25 NPL Kredit Koporasi Lapangan Usaha 85 Grafik 5.16 Perkembangan Pertumbuhan Volume
Utama Transfer Dana di Jawa Barat
68 Grafik 4.26 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja dan 93 Grafik 6.1 Perkembangan Angkatan Kerja dan TPAK
Penghasilan Jawa Barat
69 Grafik 4.27 Porsi rata-Rata Penghasilan 93 Grafik 6.2 Perkembangan Jumlah Penduduk
Bekerja dan TPT Jawa Barat
70 Grafik 4.28 Komposisi DPK Sektor RT 94 Grafik 6.3 Perkembangan Pangsa Pekerja Formal
dan Informal
70 Grafik 4.29 Pertumbuhan DPK Sektor RT 94 Grafik 6.4 Perkembangan Pangsa Tenaga Kerja
Sektoral
71 Grafik 4.30 Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga 94 Grafik 6.5 Pertumbuhan PDRB Berdasarkan
Lapangan Usaha
71 Grafik 4.31 NPL Kredit Rumah Tangga 95 Grafik 6.6 Indeks Ketersediaan dan Ekspektasi
Lapangan Kerja
71 Grafik 4.32 Perkembangan Kredit Pemilikan Rumah 95 Grafik 6.7 Indeks Realisasi dan Perkiraan
Penggunaan Tenaga Kerja
72 Grafik 4.33 Kredit Kendaraan Bermotor 95 Grafik 6.8 Pangsa Pekerja Berdasarkan Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
79 Grafik 5.1 Perkembangan Transaksi Kliring Jawa 96 Grafik 6.9 Pangsa Penganggur Berdasarkan
Barat-Nominal Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
79 Grafik 5.2 Perkembangan Transaksi Kliring Jawa 96 Grafik 6.10 TPT Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Barat – Volume Terakhir
79 Grafik 5.3 Perkembangan RTGS di Jawa Barat 97 Grafik 6.11 NTP Jawa Barat dan Komponen
Penyusunnya
80 Grafik 5.4 Penyerapan Jumlah KPM BPNT 97 Grafik 6.12 Komponen Indeks yang Dibayar Petani
(IB)
80 Grafik 5.5 Penyerapan Bantuan BPNT (Nominal) 99 Grafik 6.13 Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi
Jawa Barat
80 Grafik 5.6 Penyerapan Jumlah KPM PKH 99 Grafik 6.14 Tingkat Kemiskinan dan Ketimpangan
(Gini Ratio) Jawa Barat
80 Grafik 5.7 Penyerapan Bantuan PKH (Nominal) 99 Grafik 6.15 Perkembangan Tingkat Kemiskinan
Pedesaan dan Perkotaan
82 Grafik 5.8 Perkembangan Inflow – Outflow Uang 99 Grafik 6.16 Perkembangan Gini Ratio Pedesaan dan
Kartal Perkotaan
83 Grafik 5.9 Perkembangan Pemusnahan UTLE 100 Grafik 6.17 Tingkat Kemiskinan 27 Kabupaten/Kota
di Jawa Barat

Laporan Perekonomian
Provinsi Jawa Barat ix
RINGKASAN
EKSEKUTIF

LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI


Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat Perekonomian Jawa Barat pada triwulan I 2020 tumbuh sebesar 2,73%
pada triwulan I 2020 sebesar 2,73% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV 2019 yang
(yoy), melambat dibanding triwulan mencapai 4,11% (yoy). Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan I 2020
IV 2019 sebesar 4,11% (yoy). tersebut juga berada di bawah pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai
Perlambatan permintaan global yang 2,97% (yoy). Tertahannya laju pertumbuhan, terjadi pada seluruh komponen
diperburuk dengan pandemi COVID-19 pengeluaran dan sebagian besar komponen lapangan usaha utama, kecuali
telah menekan perekonomian sektor konstruksi yang terpantau stabil.

Perlambatan konsumsi RT terjadi seiring dengan penurunan pendapatan


masyarakat sebagai dampak COVID-19 dengan tingginya kasus PHK dan
dirumahkannya tenaga kerja di berbagai sektor ekonomi terdampak sejak
triwulan I 2020. Investasi berupa Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)
tumbuh di bawah kemampuan normalnya, seiring dengan menurunnya investasi
fisik, terutama bangunan dan barang. Ekspor terkontraksi karena menurunnya
volume perdagangan dunia akibat pelemahan permintaan global menyusul
kebijakan social distancing dan travel warning untuk mencegah penyebarluasan
COVID-19. Sementara impor mengalami kontraksi lebih dalam seiring dengan
perlambatan kinerja ekonomi Tiongkok sebagai negara pemasok utama bahan
baku industri di Jawa Barat.

Perlambatan kinerja industri pengolahan dipengaruhi oleh penurunan


permintaan ekspor oleh negara mitra dagang searah dengan kondisi
perekonomian global yang terkoreksi ke bawah pada triwulan I 2020. Hal ini
telah berdampak pada menurunnya kinerja rantai pasok global akibat COVID-19.
Tekanan terhadap kinerja perdagangan diperparah dengan terjadinya penurunan
daya beli masyarakat akibat penurunan pendapatan, di samping keterbatasan
mobilitas masyarakat sebagai konsekuensi kebijakan penanganan penyebaran
COVID-19. Sementara itu, kinerja konstruksi yang masih stabil seiring dengan
masih berlanjutnya proyek-proyek infrastruktur di Jawa Barat pada awal tahun
2020, seperti Tol Cisumdawu dan Pelabuhan Patimban.

KEUANGAN PEMERINTAH
Realisasi belanja fiskal gabungan Realisasi belanja fiskal di Jawa Barat pada triwulan I 2020 adalah Rp19,03 triliun
di Jawa Barat pada triwulan I 2020 atau 10,5% terhadap total anggaran belanja tahun 2020. Jika dibandingkan
mengalami kenaikan dibandingkan dengan triwulan I 2019, terdapat kenaikan kinerja serapan anggaran untuk
triwulan I 2019, dengan persentase gabungan belanja fiskal di Jawa Barat. Persentase realisasi belanja terhadap
tertinggi pada realisasi APBN di Jawa pagu anggaran tertinggi adalah belanja APBN di Jawa Barat, yakni sebesar
Barat. Rp6,95 triliun atau 14,76%. Kemudian disusul oleh realisasi belanja APBD
27 kabupaten/kota sebesar Rp9,94 triliun atau 10,39%, meningkat apabila
dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019. Sementara realisasi
belanja terendah merupakan APBD Provinsi Jawa Barat yang tercatat sebesar
Rp2,14 triliun atau 4,65% dari total anggaran, dan lebih rendah dibandingkan

x Mei 2020
RINGKASAN
EKSEKUTIF

triwulan I 2019. Respon kebijakan pemerintah dalam penanggulangan Covid-19


dalam bentuk ekspansi fiskal diperkirakan terlihat pada triwulan II 2020,
terutama terkait dengan realisasi anggaran untuk jaring pengaman sosial
(bansos) dan pengadaan alat kesehatan.

PERKEMBANGAN INFLASI
Inflasi Jawa Barat pada triwulan I 2020 sebesar 3,94% (yoy), lebih tinggi Inflasi Jawa Barat pada triwulan I
dibandingkan dengan realisasi inflasi triwulan sebelumnya yang sebesar 2020 tetap terkendali dan berada
3,21% (yoy), meskipun masih dalam rentang sasaran inflasi 2020. Berdasarkan pada rentang sasaran inflasi 3%±1%.
data historis, inflasi Jawa Barat pada triwulan I 2020 merupakan yang terendah
kedua selama 3 (tiga) tahun terakhir. Faktor pendorong inflasi pada triwulan ini
antara lain berasal dari kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau terutama
subkelompok Makanan dan subkelompok Rokok dan Tembakau yang menjadi
penyumbang inflasi terbesar. Sumbangan inflasi dari kelompok ini disebabkan
oleh faktor pergeseran periode tanam, faktor cuaca dengan curah hujan yang
cukup tinggi yang mengakibatkan hasil panen kurang optimal, serta kebijakan
pemerintah untuk menaikan tarif cukai rokok.

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES


KEUANGAN DAN UMKM
Stabilitas keuangan Jawa Barat triwulan I 2020 masih dalam kondisi yang Kondisi stabilitas keuangan Jawa
baik. Intermediasi perbankan terpantau relatif terjaga yang tercermin, meskipun Barat pada triwulan I 2020 terpantau
terjadi perlambatan pertumbuhan kredit dan peningkatan dana pihak ketiga dalam kondisi masih baik yang
(DPK). Loan to Deposit Ratio (LDR) pada triwulan I 2020 mencapai 89,09% lebih tercermin dari Loan to Deposit Ratio
rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 91,50%. (LDR) yang masih dalam rentang
Penurunan rasio LDR disebabkan oleh pertumbuhan DPK yang meningkat lebih ketentuan dan NPL yang masih berada
tinggi ditengah perlambatan penyaluran kredit bank yang berlokasi di Jawa di bawah threshold yang ditetapkan.
Barat. Disisi lain, risiko kredit yang tercermin dari rasio Non Perfoming Loan
(NPL) menunjukkan sedikit peningkatan, namun masih dalam level yang aman
dan terjaga.

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN DAN


PENGELOLAAN UANG RUPIAH
Transaksi melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) di Jawa Barat Sistem pembayaran baik tunai
pada triwulan I 2020 tercatat sebesar Rp60,24 triliun atau meningkat 9,43% maupun non tunai melalui SKNBI
(yoy). Peningkatan nilai nominal transaksi retail melalui kliring di Jawa Barat masih menunjukkan tren peningkatan.
didorong oleh perbaikan pelayanan sesuai dengan ketentuan terbaru terkait Sementara pertumbuhan RTGS
SKNBI yang mengurangi biaya transaksi dan meningkatkan batas maksimum mengalami perlambatan sejalan
transaksi menjadi Rp1 miliar. Berbanding terbalik dengan perkembangan dengan perlambatan ekonomi akibat
transaksi kliring, nominal transaksi menggunakan RTGS tercatat mengalami pandemi COVID-19.
perlambatan pada triwulan I 2020. Pertumbuhan transaksi menggunakan RTGS
pada triwulan I 2020 terkontraksi sebesar -0,41% (yoy) dibandingkan triwulan
IV 2019 yang tumbuh 4,97% (yoy) searah dengan perlambatan ekonomi yang
terjadi.

Laporan Perekonomian
Provinsi Jawa Barat xi
RINGKASAN
EKSEKUTIF

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN


KESEJAHTERAAN
Kondisi kesejahteraan masyarakat Kondisi ketenagakerjaan di Jawa Barat berdasarkan data BPS per Februari
Jawa Barat membaik pada Februari 2020 tercatat mengalami perbaikan. Namun demikian, hal ini belum
2020 meskipun belum memotret memotret dampak pandemi COVID-19 pada Maret 2020 yang mengakibatkan
dampak pandemi COVID-19 yang melambatnya laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Jawa Barat triwulan I 2020.
baru terjadi pada akhir triwulan I 2020 Perbaikan kesejahteraan tercermin dari Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Jawa Barat yang menurun dari 7,73% pada Februari 2019 menjadi 7,69%
pada Februari 2020. Perbaikan ini dipengaruhi oleh naiknya Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) dari 65,70% pada Februari 2019 menjadi 65,97% pada
Februari 2020, di mana peningkatan terjadi pada TPAK laki-laki sedangkan TPAK
perempuan mengalami penurunan. Sementara itu, kualitas ketenagakerjaan
di Jawa Barat mengalami perbaikan ditandai dengan peningkatan persentase
tenaga kerja khususnya tenaga kerja berpendidikan menengah. Di sisi lain
pangsa tenaga kerja formal meningkat sedangkan pangsa tenaga kerja informal
menurun.

PRAKIRAAN PEREKONOMIAN KE DEPAN


Kinerja perekonomian Jawa Barat Perekonomian Jawa Barat pada tahun 2020 diperkirakan tumbuh pada
tahun 2020 diperkirakan lebih rendah kisaran 1,2%-1,6% (yoy), lebih rendah dibandingkan tahun 2019, dipengaruhi
dari tahun 2019 yang dipengaruhi oleh tekanan eksternal dan domestik. Perlambatan tersebut diperkirakan
oleh tekanan eksternal dan domestik. dipengaruhi oleh perlambatan pada seluruh komponen pengeluaran. Dari sisi
Sementara itu inflasi Jawa Barat lapangan usaha, kinerja sektor utama melambat sejalan dengan menurunnya
tahun 2020 diperkirakan tetap kondisi perekonomian global sebagai dampak dari pandemi COVID-19. Meskipun
berada pada kisaran sasaran inflasi demikian, kinerja sektor informasi dan komunikasi diperkirakan meningkat
nasional 3,0%±1% (yoy). signifikan seiring dengan tingginya permintaan untuk mengakomodasi new life
style yang lebih digital seiring adanya kebijakan work from home dan learn from
home selama periode pandemi COVID-19.

Sementara itu, tekanan inflasi pada tahun 2020 diperkirakan berada dalam
kisaran sasaran inflasi nasional 3,0%±1% (yoy) bahkan berpotensi berada
pada rentang bawah target. Inflasi cenderung mendekati rentang bawah
target sehubungan dengan adanya penurunan daya beli masyarakat dan
penurunan permintaan sebagai dampak dari pandemi COVID-19. Beberapa
faktor pendorong inflasi antara lain administered price, seperti kenaikan cukai
hasil tembakau, kenaikan harga komoditas pangan tertentu akibat kendala
pasokan, kenaikan permintaan pada komoditas kelompok kesehatan serta
kenaikan komoditas pendidikan yang tetap menjadi prioritas masyarakat di
tengah pandemi. Sedangkan faktor penahan inflasi lebih disebabkan oleh
turunnya harga komoditas dunia, khususnya minyak bumi, dan pembatasan
aktivitas yang berdampak pada penurunan permintaan komoditas angkutan.

xii Mei 2020


Halaman ini sengaja dikosongkan
TABEL INDIKATOR
I. Ekonomi Makro Regional
2018 2019 2020
INDIKATOR 2018 2019
I II III IV I II III IV I

Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy) 5,92 5,62 5,59 5,46 5,64 5,39 5,67 5,15 4,11 5,07 2,73
Berdasarkan Permintaan/Penggunaan
Konsumsi Rumah Tangga 4,85 5,43 5,09 4,75 5,03 4,96 5,04 4,90 4,12 4,75 3,04
Konsumsi LNPRT 13,56 18,49 17,92 10,93 15,15 8,45 5,41 -0,05 -0,20 3,31 -1,70
Konsumsi Pemerintah 0,97 -1,29 7,43 1,22 2,40 3,76 4,26 5,83 5,13 4,91 4,33
PMTB 8,32 6,48 6,15 3,08 5,88 5,48 4,35 2,62 4,13 4,11 0,71
Perubahan Inventori 1,87 1,41 2,09 -0,35 1,25 -0,11 -0,16 0,56 0,55 0,21 -1,02
Ekspor LN 5,44 8,38 6,71 6,44 6,71 1,56 2,98 3,31 1,71 2,39 -1,32
Impor LN -8,92 10,78 5,04 3,22 2,22 -7,96 -8,12 -3,65 -2,80 -5,56 -10,99
Net Ekspor Antar Daerah 50,91 -2,92 8,73 -4,03 5,58 7,53 3,94 -0,93 5,37 3,86 2,71
Berdasarkan Penawaran/Lapangan Usaha
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan -0,54 -0,16 -0,34 13,49 2,11 -1,13 6,87 -1,52 8,09 2,83 -10,92
Pertambangan dan Penggalian -6,01 -4,01 -4,56 -1,97 -4,11 -0,24 -1,34 -1,28 -7,77 -2,76 0,00
Industri Pengolahan 7,27 6,57 6,86 5,43 6,52 6,22 3,32 4,64 2,08 4,04 1,58
Pengadaan Listrik, Gas -13,44 16,38 0,65 0,85 0,02 -4,72 -9,67 2,02 7,84 -1,20 1,23
Pengadaan Air 6,96 5,06 3,39 4,58 4,96 4,26 2,30 0,34 5,28 3,03 4,12
Konstruksi 9,28 6,81 6,91 7,13 7,48 7,91 6,41 5,18 5,31 6,14 5,31
Perdagangan Besar dan Eceran, dan
5,09 4,94 3,87 3,05 4,21 5,05 9,87 7,75 7,26 7,51 0,15
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Transportasi dan Pergudangan 3,14 5,37 5,43 7,37 5,36 7,74 6,26 0,30 5,90 4,97 5,02
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 7,88 7,00 8,76 8,88 8,15 7,21 11,82 8,61 1,71 7,25 5,26
Informasi dan Komunikasi 9,59 10,49 10,85 5,92 9,14 9,56 12,75 13,55 1,67 9,31 24,89
Jasa Keuangan 8,31 6,30 5,26 -1,38 4,53 -0,48 -2,00 1,28 10,31 2,22 6,06
Real Estate 10,18 9,50 9,11 9,80 9,64 8,62 8,88 9,72 10,84 9,54 12,05
Jasa Perusahaan 11,29 10,37 6,47 6,74 8,64 6,52 11,44 9,12 9,63 9,18 9,82
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
2,24 -2,80 0,05 6,47 1,59 0,33 10,13 8,46 1,92 5,10 3,73
Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan 5,14 7,02 7,37 3,35 5,71 3,61 1,00 8,31 7,76 5,19 9,83
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 7,59 9,86 8,48 5,84 7,90 6,05 13,48 14,88 3,73 9,48 8,83
Jasa lainnya 6,53 7,64 6,86 5,80 6,69 6,93 8,06 7,36 6,27 7,14 5,67
Ekspor
Nilai Ekspor Non Migas (USD juta) 7.401 6.995 8.047 7.508 29.950 7.275 7.042 8.066 7.206 29.588 7.073
Volume Ekspor Non Migas (ribu ton) 1.831 1.848 2.074 1.837 7.590 1.773 1.744 1.961 1.882 7.360 1.972
Impor
Nilai Impor Non Migas (USD juta) 2.614 2.708 2.984 2.839 11.145 2.556 2.467 2.561 2.498 10.082 2.112
Volume Impor Non Migas (ribu ton) 551 586 643 586 2.366 659 537 591 611 2.398 481
Indeks Harga Konsumen (IHK)
Jawa Barat 130,79 131,72 131,96 133,44 133,44 133,96 136,30 137,04 137,73 137,73 105,62
Kota Bandung 131,24 132,51 132,39 134,48 134,48 134,53 136,39 137,59 138,22 138,22 104,89
Kota Bekasi 129,57 130,03 130,86 132,13 132,13 133,26 135,59 136,87 137,79 137,79 106,29
Kota Depok 130,68 131,55 131,95 132,93 132,93 133,45 136,80 137,01 137,31 137,31 105,82
Kota Bogor 133,48 134,66 134,82 136,73 136,73 137,09 139,82 139,87 140,86 140,86 105,95
Kota Sukabumi 131,70 132,58 132,77 134,06 134,06 134,35 136,34 136,41 137,19 137,19 104,75
Kota Cirebon 128,11 129,09 128,59 129,98 129,98 130,27 131,30 131,62 132,58 132,58 102,72
Kota Tasikmalaya 130,96 132,15 131,49 132,23 132,23 132,67 134,26 134,07 134,50 134,50 102,78
Laju Inflasi Tahunan (%, yoy)
Jawa Barat 3,91 3,09 3,17 3,54 3,54 2,42 3,48 3,85 3,21 3,21 3,94
Kota Bandung 3,87 3,25 3,26 3,76 3,76 2,51 2,93 3,93 2,78 2,78 3,52
Kota Bekasi 4,03 3,11 3,75 4,23 4,23 2,85 4,28 3,59 4,28 4,28 4,17
Kota Depok 3,56 2,50 2,64 2,86 2,86 2,12 3,99 3,83 3,29 3,29 4,31
Kota Bogor 4,02 3,62 3,37 3,69 3,69 2,70 3,83 3,75 3,02 3,02 4,25
Kota Sukabumi 3,81 2,57 2,82 2,95 2,95 2,01 2,84 2,74 2,33 2,33 3,28
Kota Cirebon 4,54 3,45 2,51 2,80 2,80 1,69 1,71 2,36 2,00 2,00 1,97
Kota Tasikmalaya 4,16 3,33 2,30 2,30 2,30 1,31 1,60 1,96 1,72 1,72 2,16
Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat ( r) Angka Revisi)
Ket : Data IHK menggunakan Tahun Dasar 2012.

xiv Mei 2020


TABEL INDIKATOR
II. Perbankan
2018 2019 2020
INDIKATOR 2018 2019
(dalam Rp Triliun kecuali dinyatakan lain) I II III IV I II III IV I

Bank Umum Konvensional


Total Aset 569,32 578,72 586,84 600,65 600,65 603,61 628,92 690,73 692,55 692,55 696,25
Dana Pihak Ketiga (DPK) -
Lokasi Bank Pelapor* 403,65 409,25 416,76 426,14 426,14 426,15 447,31 450,42 459,92 459,92 468,82

Kredit - Lokasi Bank Pelapor 368,46 377,78 384,24 395,86 395,86 398,97 410,29 418,84 422,01 422,01 419,41
Kredit - Lokasi Proyek 566,97 585,57 603,20 621,92 621,92 629,92 645,26 661,76 662,71 662,71 667,46
Loan to Deposit Ratio (LDR) (%) 91,37 92,41 92,20 92,89 92,89 93,62 91,72 92,99 91,76 91,76 89,46
Bank Umum Syariah
Total Aset 45,96 46,75 47,59 49,99 49,99 49,91 52,76 54,24 55,49 55,49 56,38
Dana Pihak Ketiga (DPK) - Lokasi
Bank Pelapor 34,72 35,40 36,56 38,38 38,38 39,18 41,61 42,27 42,86 42,86 44,75

Pembiayaan - Lokasi Bank Pelapor 31,99 32,32 33,32 32,68 32,68 34,09 35,11 36,43 38,04 38,04 38,14
Pembiayaan - Lokasi Proyek 49,49 50,60 50,68 49,95 49,95 54,25 55,42 57,65 59,58 59,58 61,93
Financing to Deposit Ratio (FDR) 93,27 92,46 91,15 85,14 85,14 87,02 84,38 86,19 88,76 88,76 85,22
Total Bank Umum
Total Aset 615,28 625,47 634,43 650,64 650,64 653,52 681,68 690,73 692,55 692,55 696,25
Dana Pihak Ketiga (DPK) -
Lokasi Bank Pelapor 438,37 444,65 453,31 464,52 464,52 465,33 488,92 492,69 502,78 502,78 513,58

Giro 83,30 86,93 93,45 84,90 84,90 89,45 93,84 96,54 96,22 96,22 97,11
Tabungan 187,26 199,25 199,44 210,31 210,31 204,58 215,80 213,76 226,28 226,28 224,28
Deposito 167,81 158,48 160,42 169,31 169,31 171,29 179,28 182,39 180,28 180,28 192,18
Kredit/Pembiayaan - Lokasi Bank Pelapor 400,45 410,10 417,56 428,53 428,53 433,07 445,40 454,38 460,05 460,05 457,54
Kredit/Pembiayaan - Lokasi Proyek** 616,45 636,17 653,88 671,87 671,87 684,17 700,68 713,83 715,96 715,96 729,38
Modal Kerja 238,15 251,31 260,98 268,68 268,68 271,92 284,32 290,51 284,14 284,14 289,85
Investasi 109,17 109,14 111,91 112,04 112,04 115,23 116,65 119,23 122,12 122,12 126,78
Konsumsi 269,13 275,72 280,99 291,15 291,15 297,03 299,70 304,10 309,70 309,70 312,75
Kredit UMKM - Lokasi Proyek 125,28 130,05 133,28 137,42 137,42 140,15 145,82 149,18 151,08 151,08 153,72
Rasio Non Performing Loan (NPL)
3,44 3,48 3,42 2,69 2,69 2,94 2,96 3,03 2,80 2,80 2,98
Gross (%)
Loan to Deposit Ratio (LDR) (%) 91,52 92,41 92,11 92,25 92,25 93,07 91,10 92,23 91,50 91,50 89,09
Sumber: Bank Indonesia
* Lokasi bank pelapor : pencatatan berdasarkan transaksi perbankan (baik penghimpunan dana maupun penyaluran kredit) yang dilakukan oleh bank-bank yang berkantor di Jawa Barat
** Lokasi proyek : pencatatan berdasarkan realisasi kredit yang disalurkan di wilayah Jawa Barat (tidak terbatas kepada penyaluran oleh bank yang berkantor di Jawa Barat semata)
r) Angka Revisi

III. Sistem Pembayaran


2018 2019 2020
INDIKATOR 2018 2019
I II III IV I II III IV I

Transaksi Tunai
Inflow (Rp Triliun) 22,29 24,79 23,30 17,29 87,66 23,76 28,68 23,80 35,19 111,43 23,38
Outflow (Rp Triliun) 10,38 26,81 9,15 14,97 61,31 9,22 25,71 10,43 15,68 61,05 8,85
Netflow (Rp Triliun) 11,91 -2,02 14,14 2,32 26,35 14,54 2,97 13,36 19,51 50,38 14,53
Transaksi Non-Tunai
Kliring Penyerahan (Rp Triliun) 62,29 60,99 67,41 61,25 251,94 54,35 52,93 59,96 59,68 226,91 59,64
Volume Kliring (juta lembar) 1,80 1,75 1,84 1,69 7,08 1,62 1,44 1,60 1,52 6,19 1,44
Sumber: Bank Indonesia

Laporan Perekonomian
Provinsi Jawa Barat xv
I Ekonomi Makro
Regional
• Laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Jawa Barat triwulan I 2020 sebesar 2,73% (yoy),
melambat dibanding triwulan IV sebesar 4,11% (yoy).
• Dari sisi pengeluaran, perlambatan LPE Jawa Barat sejalan dengan melambatnya
seluruh komponen. Sedangkan dari sisi lapangan usaha (LU), hampir semua mengalami
perlambatan, kecuali LU konstruksi yang masih tumbuh stabil.
• Pada triwulan II 2020, perekonomian Jawa Barat diperkirakan akan mengalami
kontraksi sehubungan dengan dampak pandemi COVID-19 dan berbagai penanganan
yang dilakukan seperti Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB).

2,73% 3,04% 4,33% 0,71% -2,50%


PDRB KONSUMSI KONSUMSI
TW I 2020 RUMAH PEMERINTAH INVESTASI EKSPOR
TANGGA

4,11% 4,12 5,13 4,13 4,54


Triwulan IV 2019 Triwulan IV 2019 Triwulan IV 2019 Triwulan IV 2019 Triwulan IV 2019

Bandung, Jawa Barat.

Kopi Jawa Barat


Laporan Perekonomian
Provinsi Jawa Barat
Mei 2020

8 % YOY 0,88 0,88


7 4,20 4,22
6
8,34 17,83 8,72 18,66
5 4,97 TWIV TWI
2019 2020
4 4,11
3 2,97 13,02 13,53
2,73 14,53 14,93
2
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018 2019 2020
DKI JAKARTA JAWA TIMUR JAWA BARAT
JAWA BARAT NASIONAL
JAWA TENGAH BANTEN DI YOGYAKARTA
Sumber : BPS Sumber : BPS

Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Jabar & Nasional Grafik 1.2 Pangsa Perekonomian Provinsi di Jawa Terhadap
Nasional

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA


BARAT TRIWULAN I 2020
Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan I Perlambatan ekonomi Jawa Barat triwulan I 2020
2020 melambat dibandingkan triwulan IV 2019. Laju terutama disebabkan oleh menurunnya seluruh
Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Provinsi Jawa Barat triwulan komponen pengeluaran. Hal tersebut merupakan
I 2020 sebesar 2,73% (yoy), lebih rendah dibandingkan dampak dari melemahnya permintaan global seiring
triwulan IV 2019 (4,11% (yoy)). Realisasi LPE Jawa Barat dengan penyebaran COVID-19 di berbagai negara,
triwulan ini tercatat lebih rendah dibandingkan dengan khususnya negara mitra dagang Jawa Barat. Pelemahan
rata-rata 5 tahun terakhir (2015-2019) yaitu sebesar 5,35% permintaan global tercermin pada perlambatan kinerja
(yoy), bahkan terendah sejak tahun 2010. Pertumbuhan ekspor Jawa Barat sehubungan dengan menurunnya
ekonomi Jawa Barat triwulan I 2020 juga lebih rendah volume perdagangan dunia. Dari sisi domestik,
dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional perlambatan terjadi pada komponen konsumsi rumah
sebesar 2,97% (yoy) (Grafik 1.1). tangga seiring dengan pemberlakuan kebijakan social
distancing oleh Pemerintah sebagai bentuk penanganan
Secara spasial, Jawa Barat masih menjadi penopang COVID-19 yang menyebabkan keterbatasan akses dan
perekonomian nasional dengan pangsa 13,53%, terbatasnya aktivitas ekonomi formal dan informal. Hal
tertinggi ketiga setelah DKI Jakarta (18,66%) dan Jawa ini berpengaruh pada penurunan permintaan domestik
Timur (14,93%). Adapun sumbangan pertumbuhan dan penurunan daya beli masyarakat pada triwulan
ekonomi Jawa Barat ini meningkat dibanding triwulan I 2020 akibat berkurangnya pendapatan menyusul
IV 2019 (13,02%), begitupun sumbangan pertumbuhan fenomena PHK, pegawai dirumahkan dan penyesuaian
ekonomi DKI Jakarta dan Jawa Timur juga meningkat income selama work from home (WFH) yang dilakukan
(Grafik 1.2). Secara umum, hal ini menunjukkan kontribusi oleh berbagai perusahaan dan terhentinya aktivitas
pulau Jawa terhadap perekonomian nasional masih tetap ekonomi nonformal. Adapun masyarakat yang masih
tinggi. memiliki kekayaan juga cenderung menahan konsumsi
dan memilih untuk menjadikannya sebagai simpanan di
Di kawasan Jawa, pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada bank, sehingga DPK terpantau meningkat pada triwulan
triwulan I 2020 berada pada urutan ketiga, setelah DKI I 2020. Sementara dari sisi investasi, perlambatan yang
Jakarta dan Banten. Dilihat dari arah pertumbuhannya, terjadi sejalan dengan meningkatnya ketidakpastian
seluruh provinsi tercatat mengalami perlambatan global dampak dari pandemi sehingga investor cenderung
pertumbuhan pada triwulan I 2020 (Gambar 1.1). untuk bersikap wait and see.

3
Bab I
Ekonomi Makro Regional

Sumber: BPS, diolah

Gambar 1.1 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi di Pulau Jawa (%, yoy)

Dari sisi lapangan usaha (LU), industri pengolahan, cuaca buruk yang terjadi pada tahun 2019 (kemarau
perdagangan, serta pertanian menjadi faktor utama panjang) sehingga berpengaruh pada periode panen
penahan pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada yang bergeser menjadi pada triwulan II 2020. Meskipun
triwulan I 2020. Perlambatan kinerja industri pengolahan kinerja sebagian besar lapangan usaha utama mengalami
sejalan dengan perlambatan kinerja ekspor dan impor, perlambatan, kinerja LU konstruksi masih terpantau stabil
dampak dari menurunnya permintaan global dan kendala seiring dengan masih berlanjutnya pembangunan proyek-
impor bahan baku sehingga mengganggu kegiatan proyek infrastruktur di Jawa Barat pada awal tahun 2020.
produksi. Sementara itu, kinerja LU perdagangan
juga menurun seiring dengan penurunan daya beli 1.1 SISI PENGELUARAN
masyarakat, khususnya untuk durable goods. Kinerja Laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Jawa Barat pada
LU pertanian mengalami kontraksi pada triwulan I 2020 triwulan I 2020 sebesar 2,73% (yoy) atau melambat
akibat pergeseran masa tanam sehubungan dengan dibanding triwulan IV 2019 (4,11%, yoy). Melambatnya

Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Barat Berdasarkan pengeluaran (% yoy)

2018 2019 2020


KOMPONEN 2018 2019
PENGGUNAAN
I r) II r) IIIr) IV r) I r) II r) IIIr) IV I

Konsumsi Rumah Tangga 4,85 5,43 5,09 4,75 5,03 4,96 5,04 4,90 4,12 4,75 3,04
Konsumsi LNPRT 13,56 18,49 17,92 10,93 15,15 8,45 5,41 -0,05 -0,20 3,31 -1,70
Konsumsi Pemerintah 0,97 -1,29 7,43 1,22 2,09 3,76 4,26 5,83 5,13 4,91 4,33
PMTB 8,32 6,48 6,15 3,08 5,88 5,48 4,35 2,62 4,13 4,11 0,71
Perubahan Inventori 1,87 1,41 2,09 -0,35 1,25 -0,11 -0,16 0,56 0,55 0,21 -1,02
Ekspor LN 9,66 16,36 11,58 10,64 11,99 7,87 8,05 7,52 4,54 6,97 -2,50
Impor LN 9,30 17,24 12,16 6,54 10,98 6,97 5,53 5,25 4,41 5,46 -4,89

PDRB 5,92 5,62 5,59 5,46 5,64 5,39 5,67 5,15 4,11 5,07 2,73
Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat
Ket: r) Angka Revisi

4
Laporan Perekonomian
Provinsi Jawa Barat
Mei 2020

Tabel 1.2 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Berdasarkan Komponen Pengeluaran (% yoy)

2018 2019 2020


KOMPONEN 2018 2019
PENGGUNAAN
I r) II r) IIIr) IV r) I r) II r) IIIr) IV I

Konsumsi Rumah Tangga 3,06 3,35 3,13 2,97 3,13 3,10 3,10 3,01 2,56 2,94 1,89
Konsumsi LNPRT 0,08 0,11 0,10 0,07 0,09 0,05 0,03 0,00 0,00 0,02 -0,01
Konsumsi Pemerintah 0,03 -0,07 0,37 0,09 0,11 0,11 0,20 0,30 0,36 0,24 0,12
PMTB 1,95 1,55 1,52 0,83 1,46 1,31 1,05 0,65 1,08 1,02 0,17
Perubahan Inventori 0,06 0,04 0,06 -0,01 0,04 0,00 0,00 0,02 0,02 0,01 -0,03
Ekspor LN 3,58 5,66 4,37 4,00 4,41 3,02 3,06 3,00 1,79 2,71 -0,98
Impor LN 2,85 5,02 3,97 2,49 3,59 2,20 1,79 1,82 1,70 1,87 -1,57

PDRB 5,92 5,62 5,59 5,46 5,64 5,39 5,67 5,15 4,11 5,07 2,73
Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat
Ket: r) Angka Revisi

pertumbuhan ekonomi Jawa Barat ini disebabkan ekonomi semakin dalam, namun hal tersebut tidak dapat
oleh melambatnya komponen konsumsi RT menjadi mendorong konsumsi RT untuk tumbuh lebih tinggi pada
3,04% (yoy). Begitu pula konsumsi pemerintah yang triwulan I 2020.
mengalami perlambatan menjadi 4,33% (yoy). Di sisi
lain, kondisi ketidakpastian global yang tinggi akibat Kontribusi terbesar kedua bersumber dari impor
COVID-19 membuat investor cenderung bersikap wait sebesar 1,57% yang tercatat menurun dibanding
and see sampai iklim investasi kembali kondusif. Kondisi triwulan IV 2019 sebesar 1,70%. Penurunan ini juga
tersebut tercermin pada Pembentukan Modal Tetap dipengaruhi oleh kondisi perekonomian Tiongkok sebagai
Bruto (PMTB) yang mengalami perlambatan menjadi pemasok utama bahan baku impor untuk industri di Jawa
0,71% (yoy). Sementara itu, kondisi eksternal yang Barat yang mengalami kontraksi ekonomi pada triwulan
terdampak COVID-19 mengakibatkan menurunnya I 2020 menjadi -6,8% (yoy). Kontraksi yang cukup dalam
volume perdagangan dunia yang tercermin pada ekspor tersebut sehubungan dengan diberlakukan kebijakan
dan impor yang mengalami kontraksi pada triwulan I 2020 lockdown dimulai dari Wuhan—salah satu provinsi di
masing-masing menjadi sebesar -2,50% (yoy) dan -4,89% Tiongkok yang menjadi titik awal penyebaran wabah
(yoy) (Tabel 1.1). COVID-19, hingga daerah lainnya yang menyebabkan
hampir seluruh wilayah Tongkok tidak dapat melakukan
Sumber pertumbuhan ekonomi Jawa Barat triwulan I aktivitas ekonomi dan terganggu kegiatan usahanya,
2020 yang terbesar berasal dari konsumsi rumah tangga, khususnya pada sektor industri dan sektor logistik.
kemudian impor dan ekspor (Tabel 1.2). Konsumsi rumah
tangga memberikan kontribusi sebesar 1,89%, melambat Kontribusi terbesar ketiga berasal dari pembentukan
dibanding triwulan IV 2019 sebesar 2,56%. Menurunnya modal tetap bruto (PMTB) sebesar 0,17% yang juga
kontribusi RT dipengaruhi oleh penurunan pendapatan tercatat menurun dari 1,08% pada triwulan IV 2019.
masyarakat menyusul fenomena PHK dan banyak pekerja Penurunan tersebut seiring dengan meningkatnya
yang dirumahkan akibat menurunnya kinerja lapangan ketidakpastian global akibat pandemi COVID-19 yang
usaha formal serta terbatasnya aktivitas usaha informal mengganggu rantai pasok global di berbagai negara.
sebagai dampak COVID-19. Meskipun realisasi bantuan Dengan demikian, investor cenderung bersikap wait and
sosial dan jaring pengaman sosial dari Pemerintah see sampai iklim investasi kembali kondusif.
meningkat sebagai respon untuk mencegah perlambatan

5
Bab I
Ekonomi Makro Regional

30 % YOY 16 % �YOY�

14
20
12
10
10
0 8

�10 6
-6,66 -6,88 4
�20
2
�30 0

�40 �2
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020

g. PENJUALAN SEPEDA MOTOR g. PENJUALAN MOBIL KONSUMSI RT g. KONSUMSI LISTRIK RUMAH TANGGA

Sumber: Gaikindo Sumber : PLN

Grafik 1.3 Penjualan Kendaraan Bermotor Grafik 1.4 Konsumsi Listrik Rumah Tangga

1.1.1 Konsumsi Barat, sampai dengan 27 Maret 2020, sudah terdapat


Konsumsi Rumah Tangga sebanyak 5.047 pekerja yang di PHK, sementara 48.418
Laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada pekerja dirumahkan untuk sementara.
triwulan I 2020 tercatat sebesar 3,04% (yoy), melambat
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh Penurunan pendapatan masyarakat yang berdampak pada
sebesar 4,12% (yoy). Penurunan konsumsi rumah tangga penurunan daya beli juga diindikasikan oleh menurunnya
sebagai dampak dari pendemi COVID-19 yang direspon indeks keyakinan masyarakat dan kecenderungan
oleh pemerintah melalui pemberlakuan kebijakan social untuk menahan konsumsi khususnya untuk durable
distancing yang menyebabkan keterbatasan akses dan goods seperti kendaraan, elektronik, dan pakaian. Hal
terbatasnya aktivitas ekonomi formal dan informal. Hal tersebut terlihat pada pertumbuhan penjualan mobil
ini berpengaruh pada penurunan permintaan domestik dan sepeda motor yang mengalami kontraksi lebih
dan penurunan daya beli masyarakat pada triwulan I 2020 dalam pada triwulan I 2020 menjadi masing-masing
akibat berkurangnya pendapatan menyusul fenomena sebesar -6,88% (yoy) dan -6,60% (yoy) (Grafik 1.3).
PHK, banyak pekerja yang dirumahkan dan penyesuaian Selain itu, perlambatan konsumsi juga diindikasikan oleh
income selama work from home (WFH) yang dilakukan perlambatan pertumbuhan konsumsi listrik rumah tangga
oleh berbagai perusahaan serta terhentinya aktivitas pada triwulan I 2020 menjadi sebesar 5,15% (yoy) dari
ekonomi nonformal. Berdasarkan data yang diperoleh dari sebelumnya 5,33% (yoy) pada triwulan IV 2019 (Grafik
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jawa 1.4).

70%
120 % �YOY� % �YOY� 80
65%
100 70
60%
60
80 55%
50
60 50%
40
40 30 45%

20 40%
20
10 35%
0
0 30%
�20 �10 25%
�40
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
�20 20%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020
TOTAL MAKANAN, MINUMAN DAN TEMBAKAU PERALATAN DAN KOMUNIKASI
NON�BINTANG BINTANG TPK
BAHAN BAKAR �+PELUMAS� PERLENGKAPAN RUMAH TANGGA LAINNYA SUKU CADANG DAN AKSESORI

Sumber: Survei Penjualan Eceran, Bank Indonesia Sumber : BPS Jawa Barat

Grafik 1.5 Indeks Penjualan Riil Triwulan I 2020 Grafik 1.6 Tingkat Penghunian Kamar

6
Laporan Perekonomian
Provinsi Jawa Barat
Mei 2020

100% 150

15,78 19,13
14,88 19,77
90% 137,60
140
80%
130
70%
120 OPTIMIS 130,27
60%
50% 110
101,87
40% 100
30%
90 97,85

65,35
64,90
20% PESIMIS

1114,06
119,73
80
10%
70
0% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018 2019 2020
2015 2016 2017 2018 2019 2020
INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN �IKK�
KONSUMSI ANGSURAN PINJAMAN TABUNGAN INDEKS EKSPEKTASI KONSUMEN �IEK� INDEKS KONDISI EKONOMI SAAT INI �IKE�

Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia

Grafik 1.7 Proporsi Penggunaan Pendapatan Triwulan I 2020 Grafik 1.8 Indeks Keyakinan Konsumen Triwulan I 2020

Begitu pula dari sisi perdagangan retail, Indeks Penjualan Perlambatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga juga
Riil (IPR) hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) menunjukkan tercermin dari hasil Survei Konsumen yaitu penurunan
adanya penurunan dari 1,54% (yoy) pada triwulan IV 2019 proporsi penggunaan pendapat masyarakat untuk
menjadi –0,40% (yoy) pada triwulan I 2020 (Grafik 1.5). konsumsi dari 65,35% pada triwulan IV 2019 menjadi
Penurunan IPR khususnya terjadi pada komponen suku 64,90% pada triwulan I 2020 (Grafik 1.7). Hal tersebut
cadang & aksesoris; makanan, minuman dan tembakau; menunjukkan bahwa masyarakat yang masih memiliki
serta bahan bakar. Penurunan konsumsi RT juga terlihat kekayaan juga cenderung menahan konsumsi dan memilih
pada aktivitas pariwisata dan leisure dengan penurunan untuk menjadikannya sebagai simpanan di bank, sehingga
Tingkat Penghunian Kamar (TPK) pada triwulan I 2020 DPK terpantau meningkat pada triwulan I 2020. Secara
menjadi 0,40 (Grafik 1.6). Hal tersebut seiring dengan keseluruhan, Indeks keyakinan konsumen (IKK) pada
adanya himbauan travel warning dan pembatasan sosial triwulan I 2020 juga terpantau mengalami penurunan
dari Pemerintah, baik untuk wisatawan mancanegara, menjadi 114,1 dengan pergerakan Indeks Kondisi Ekonomi
maupun wisatawan domestik untuk mencegah Saat Ini yang turun hingga ke level pesemis atau di bawah
penyebarluasan COVID-19. Seluruh destinasi wisata di angka indeks 100, yaitu 97,8 (Grafik 1.8).
Jawa Barat ditutup sementara, sehingga occupancy rate
perhotelan menurun drastis. Dari sisi pembiayaan, pertumbuhan kredit rumah tangga
pada triwulan I 2020 tercatat sebesar 9,83% (yoy),
melambat dibanding triwulan IV 2019 yang sebesar

40 % �YOY� % �YOY� 120 0,30 USD MILIAR % �YOY� 40


35
100 0,25 30
30
25 80
0,20 20
12,49

20
60
9,83

15 0,15 10
10
40 0,6
0,10 0
5 20
0
0,05
-1,1 �10
0
�5
�10 �20 0,00 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I �20
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020

KREDIT RUMAH TANGGA KPR KKB MULTIGUNA�KANAN IMPOR BRG. KONSUMSI g. IMPOR BRG KONSUMSI

Sumber: LBU, Bank Indonesia, diolah Sumber : Bea Cukai

Grafik 1.9 Perkembangan Kredit Sektor Rumah Tangga Grafik 1.10 Perkembangan Impor Barang

7
Bab I
Ekonomi Makro Regional

300 INDEKS % 14 70 % �YOY� % �YOY� 60


50
60
250 12 40
50 30
10
200 20
40
8 10
150 30
0
6
20 �10
100
4 10 �20
�30
50
2 0
�40

16,7
6,1
-4,4
0 0 �10 I II III IV I II III IV I II III IV I �50
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2017 2018 2019 2020
TOTAL BELANJA BELANJA PEGAWAI
IHPR � TOTAL g. IHPR �QTQ� g. IHPR �YOY� BELANJA BARANG BELANJA MODAL � KANAN

Sumber : Survei Indeks Harga Properti Residensial, Bank Indonesia Sumber: Ditjen Perbendaharaan Kanwil Jawa Barat, diolah

Grafik 1.11 Indeks Harga Properti Residensial Grafik 1.12 Realisasi Belanja Operasional – APBN di Jawa Barat

11,49% (yoy). Perlambatan terjadi pada semua jenis penundaan pembelian barang tahan lama termasuk
kredit, baik kredit kendaraan bermotor (KKB), KPR rumah di tengah pandemi COVID-19 yang mempengaruhi
maupun multiguna (Grafik 1.9). Hal ini seiring dengan minat dan daya beli masyarakat. Selain itu, harga
tertahannya konsumsi RT terutama untuk durable goods. rumah yang relatif tinggi juga menjadi faktor penyebab
penurunan volume penjualan rumah.
Meskipun sebagian besar indikator menunjukkan
penurunan konsumsi rumah tangga, pertumbuhan impor Konsumsi Pemerintah
barang konsumsi justru menunjukkan peningkatan dari Konsumsi pemerintah pada triwulan I 2020 tumbuh
-1,1% (yoy) pada triwulan IV 2019 menjadi 0,6% (yoy) sebesar 4,33% (yoy), melambat dibanding triwulan
pada triwulan I 2020 (Grafik 1.10). Hal ini terkait dengan IV 2019 yang tumbuh sebesar 5,13% (yoy). Selain
beberapa barang konsumsi khususnya bahan pangan faktor seasonal dimana pola konsumsi pemerintah akan
masih dipenuhi dari impor seperti bawang putih dan menurun pada awal tahun anggaran, perlambatan juga
buah-buahan. Sama halnya dengan pertumbuhan impor disebabkan oleh menurunnya konsumsi Pemerintah
barang konsumsi yang meningkat, Indeks Harga Properti seiring dengan refocusing anggaran untuk penanganan
Residensial (IHPR) juga terpantau naik menjadi 276,25 COVID-19. Realisasi total belanja Pemerintah Pusat di
atau meningkat 1,22% (yoy) pada triwulan I 2020 (Grafik Jawa Barat yang terdiri dari belanja pegawai, belanja
1.11). Meskipun demikian, volume penjualan properti barang & jasa, dan belanja modal mengalami kontraksi
residensial pada seluruh tipe bangunan mengalami sebesar 4,4% (yoy) (Grafik 1.12). Perlambatan ini
penurunan. Hal tersebut disebabkan oleh banyaknya

250 % �YOY�
40 100

200 80
35
60
150 30
40
25 20
100
20 0
50
�20
15
0 �40
10
�60
�50
5 �80
�100 0 �100
I II III IV III III IV I II III IV I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020
TOTAL BELANJA OPERASI BELANJA PEGAWAI
BELANJA BARANG BELANJA BANTUAN TOTAL SIMPANAN PEMDA g. GIRO � KANAN g. DEPOSITO � KANAN

Sumber: BPKAD Jawa Barat, diolah Sumber: Ditjen Perbendaharaan Kanwil Jawa Barat, diolah

Grafik 1.13 Realisasi Belanja Operasional – APBD di Jawa Barat Grafik 1.14 Perkembangan Simpanan Pemerintah Daerah

8
Laporan Perekonomian
Provinsi Jawa Barat
Mei 2020

11 % % �YOY� 60 300 % �YOY� % �YOY� 150

50 250
10,5 100
200
40

10 150 50

9,62
30

9,44
100
20
9,5 0
9,00 50
10
0
9
10,02 0 �50
�50

8,5 �10 �100 �100


I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2016 2017 2018 2019 2020

SB KREDIT INVESTASI g. KREDIT INVESTASI � KANAN TOTAL INVESTASI g. PMDN g. PMA � KANAN

Sumber: LBU, Bank Indonesia, diolah Sumber: BKPM, diolah

Grafik 1.15 Perkembangan Kredit Investasi Jawa Barat Grafik 1.16 Perkembangan Realisasi Investasi di Jawa Barat

terutama terjadi pada pertumbuhan belanja barang & IV 2019 menjadi Rp 24,69 Triliun pada triwulan I 2020.
jasa yang mengalami kontraksi cukup dalam dari 10,64% Kenaikan simpanan Pemerintah di bank tersebut
(yoy) menjadi -7,65% (yoy), dan belanja modal dari -3,42% terutama disebabkan oleh kenaikan deposito Pemerintah
(yoy) menjadi -25,52% (yoy). dari Rp 5,19 Triliun menjadi Rp 9,81 Triliun. Sementara
pertumbuhan deposito Pemerintah pada triwulan I 2020
Sementara itu, realisasi belanja operasi pemerintah terpantau meningkat dari -77,72% (yoy) pada triwulan IV
daerah melalui APBD Provinsi Jawa Barat pada triwulan 2019 menjadi -21,83% (yoy) pada triwulan I 2020 (Grafik
I 2020 tercatat sebesar Rp 2,07 Triliun, lebih rendah 1.14).
dibandingkan triwulan I 2019 sebesar Rp 2,99 Triliun.
Pertumbuhan belanja operasi APBD Provinsi pada 1.1.2 Investasi
triwulan I 2020 mengalami kontraksi sebesar 0,74% (yoy), Pertumbuhan komponen Pembentukan Modal
(Grafik 1.13). Kontraksi tersebut terutama terjadi pada Tetap Bruto (PMTB) pada triwulan I 2020 mengalami
pertumbuhan belanja barang & jasa dari 15,62% (yoy) perlambatan dibandingkan triwulan IV 2019 menjadi
menjadi -3,86% (yoy), serta belanja bantuan dari 13,12% sebesar 0,71% (yoy). Perlambatan yang terjadi sejalan
(yoy) menjadi -72,17% (yoy). dengan meningkatnya ketidakpastian global dampak dari
pandemi sehingga investor cenderung untuk bersikap
Perlambatan pada pertumbuhan konsumsi pemerintah wait and see, dengan mengambil langkah menahan,
juga terkonfirmasi dari simpanan Pemerintah di bank bahkan menunda investasi. Pelaksanaan investasi fisik
yang terpantau naik dari Rp 13,59 Triliun pada triwulan seperti proyek-proyek infrastruktur juga mengalami

7,19%
15,29% 19,71% 8,42%
0,21%
29,71%
50,60% 49,40% TWIV TWI
2019 2020
84,08% 52,21%
32,17%
50,37%

PMA PMDN KAB. BEKASI KAB. KARAWANG KOTA BEKASI LAINNYA

Sumber: BKPM, diolah Sumber: BKPM, diolah

Grafik 1.17 Pangsa Realisasi Investasi di Jawa Barat Grafik 1.18 Pangsa Realisasi PMA di Jawa Barat

9
Bab I
Ekonomi Makro Regional

0,02% 6,02% 0,00% 1,8 LIKERT SCALE % �YOY� 20

1,6
15
1,4
13,68% 1,2 10
6,30% 1,0 0,56
5
TWIV TWI 0,8
2019 10,04% 2020 0,6 0

0,4
0,46
�5
0,2
93,96% 69,99% 0,0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I �10
2015 2016 2017 2018 2019 2020

INVESTASI LIAISON g. PMTB - KANAN


KOTA DEPOK KAB. KARAWANG KAB. SUMEDANG LAINNYA
Sumber: BKPM, diolah Sumber: Liaison, Bank Indonesia

Grafik 1.19 Pangsa Realisasi PMDN di Jawa Barat Grafik 1.20 Perkembangan Liaison Investasi Jawa Barat

kendala untuk menyesuaikan dengan protokol kesehatan Secara spasial, realisasi PMA terbesar pada triwulan I 2020
sehingga dari sisi jumlah jam dan hari kerja mengalami berada di Kab. Bekasi (52,21%), Kab. Karawang (32,17%),
penyesuaian. Beberapa proyek investasi juga terkendala dan Kota Bekasi (8,42%) (Grafik 1.18). Sementara realisasi
dari sisi barang impor dan tertundanya realisasi PMDN terbesar berada di Kota Depok (69,99%), Kab.
pembiayaan atau pendanaan investasi khususnya asing. Karawang (10,04%), daan Kab. Sumedang (6,30%) (Grafik
Namun demikian, pertumbuhan pembiayaan investasi 1.19). Tingginya realisasi investasi, baik PMA maupun
domestik tercatat masih meningkat pada triwulan I 2020, PMDN di beberapa wilayah tersebut seiring dengan
yakni dari 9,00% (yoy) pada triwulan IV 2019 menjadi adanya proyek-proyek yang masih berlanjut, seperti Tol
10,02% (yoy) pada triwulan I 2020 (Grafik 1.15). Bocimi, Tol Cisumdawu, Tol Depok–Antasari, dan Kereta
Cepat Jakarta–Bandung. Dari sisi sektoral, realisasi
Perlambatan investasi tercermin dari penurunan realisasi investasi terbesar di Jawa Barat berada pada sektor
total investasi di Jawa Barat pada triwulan I 2020 yang konstruksi (Rp10 Triliun), sektor perumahan, kawasan
terpantau mengalami kontraksi lebih dalam sebesar industri dan perkantoran (Rp5,1 Triliun), dan sektor
-10,75% (yoy). Penurunan realisasi investasi terutama transportasi & pergudangan (Rp3,2 Triliun).
disebabkan oleh kontraksi pada penanaman modal asing
(PMA) sebesar -48,38% (yoy). Sementara itu, penanaman Sejalan dengan realisasi investasi yang menurun, hasil
modal dalam negeri (PMDN) justru tumbuh meningkat liaison menunjukkan investasi mengalami penurunan dari
sebesar 209,51% (yoy) (Grafik 1.16). Pada triwulan I Lickert Scale (LS) 0,56 pada triwulan IV 2019 menjadi LS
2020, penanaman modal di Jawa Barat didominasi oleh 0,46 pada triwulan I 2020 (Grafik 1.20). Berdasarkan hasil
PMDN sebesar 50,60%, meningkat dibandingkan triwulan liaison, mayoritas perusahaan melakukan penundaan
IV 2019 yang hanya sebesar 15,92%. Sedangkan pangsa investasi berupa mesin dan bangunan pabrik sehubungan
PMA di Jawa Barat pada triwulan I 2020 sebesar 49,40%, dengan dampak COVID-19 yang mulai mempengaruhi
menurun dibanding triwulan IV 2019 sebesar 84,08% cashflow perusahaan.
(Grafik 1.17) Penurunan kinerja PMA pada triwulan I 2020
disebabkan oleh menurunnya kepercayaan investor asing 1.1.3 Ekspor Impor
akibat ketidakpastian global dampak pandemi COVID-19. Pada triwulan I 2020 neraca perdagangan Jawa Barat
Di sisi lain, negara investor utama Jawa Barat seperti (ADHB) secara total tercatat surplus sebesar Rp 4,5
Belanda, Singapura, dan Taiwan juga terdampak oleh Triliun, dimana sebelumnya pada triwulan IV 2019
COVID-19 sehingga menunda realisasi PMA-nya. tercatat defisit sebesar Rp 27,1 Triliun. Sementara itu,
berdasarkan kinerja pertumbuhan net ekspor (ADHK)

10
Laporan Perekonomian
Provinsi Jawa Barat
Mei 2020

35 % �YOY� 50% % �YOY� % �YOY� 35%


30 40% 30%
25 30% 25%
20 20% 20%
15 10% 15%
10 0% 10%

5 0,23 2,41
�10% 5%

0 �20% 0%

�5 �30% �5%
-4,03
�10 -5,45 �40% �10%

�15 �50% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I �15%


I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020
MANUFAKTUR TPT MESIN KIMIA
g. NILAI EKSPOR g. VOLUME EKSPOR FURNITURE KENDARAAN ALAS KAKI MAMIN
Sumber: Bea Cukai Sumber: Bea Cukai

Grafik 1.21 Perkembangan Ekspor Jawa Barat Grafik 1.22 Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Triwulanan

triwulan I 2020, neraca perdagangan Jawa Barat tercatat mengalami perbaikan dari -4,03% (yoy) pada triwulan IV
surplus sebesar Rp 28,2 Triliun, lebih tinggi dibandingkan 2019 menjadi -2,78% (yoy) pada triwulan I 2020 (Grafik
surplus pada triwulan IV 2019 sebesar Rp 3,9 Triliun. 1.21). Perbaikan ekspor luar negeri terutama didorong
oleh peningkatan ekspor yang terjadi pada industri kulit
Surplus neraca perdagangan Jawa Barat sehubungan & alas kaki (7,87% (yoy)), industri makanan & minuman
dengan kontraksi impor yang lebih dalam dibandingkan (7,70% (yoy)), serta industri otomotif (2,47% (yoy)).
dengan kontraksi ekspor. Ekspor pada triwulan I 2020 Pasar utama untuk ekspor komoditas alas kaki adalah
mengalami kontraksi sebesar -2,50% (yoy). Kontraksi Amerika Serikat dan Eropa, sementara untuk komoditas
ekspor tersebut diiringi impor yang juga terkontraksi otomotif adalah negara-negara di Asia Tenggara (ASEAN)
menjadi -4,89% (yoy). Kontrkasi ekspor terjadi seiring dan Arab Saudi. Pada awal triwulan I 2020, negara mitra
dengan penurunan permintaan global sejalan dengan dagang belum seluruhnya memberlakukan kebijakan
perlambatan ekonomi dan volume perdagangan dunia. lockdown sehubungan dengan peningkatan kasus
Sedangkan kontraksi impor yang lebih dalam disebabkan pandemi COVID-19 baru mulai memuncak pada Maret
oleh terkendalanya aktivitas ekonomi produsen bahan 2020 sehingga permintaan ekspor pada ketiga industri
baku impor utamanya di Tiongkok. tadi masih cukup tinggi. Selain itu, meredanya perang
dagang pasca kesepakatan AS dan Tiongkok di awal tahun
Ekspor Luar Negeri 2020 masih memberikan sentimen positif di awal triwulan
Ekspor luar negeri tercatat masih mengalami kontraksi I 2020. Sementara itu, penurunan ekspor luar negeri
meskipun nilai ekspor total barang FOB (freight terjadi pada beberapa subsektor industri pengolahan
on board) mengalami perbaikan. Nilai ekspor FOB utama antara lain industri TPT (-10,49% (yoy)), industri
elektronik (-2,93% (yoy)), industri logam (-41,07% (yoy)),
4,81% 4,90% serta industri furniture (13,93% (yoy)) (Grafik 1.22).
5,50%
18,53% 6,67% 16,31%
5,83% Berdasarkan pangsanya, komoditas ekspor luar negeri
6,03% TWIV 5,68% TWI terbesar dari Jawa Barat pada triwulan I 2020 adalah
2019 17,80% 5,47% 2020 subsektor industri TPT (18,26%), otomotif (17,98%),
6,82%
18,26%
8,12% 6,78% elektronik (16,31%), dan kimia (8,26%) (Grafik 1.23).
17,23% 8,26% Industri otomotif tergeser menjadi peringkat ke-2
setelah TPT. Meskipun pangsa ekspor TPT mengalami
TPT KENDARAAN ELEKTRONIK KIMIA FURNITURE
KARET & PLASTIK MESIN KULIT MAKANAN DAN MINUMAN
peningkatan pada triwulan I 2020, pertumbuhannya
Sumber: Bea Cukai (diolah) terpantau mengalami kontraksi lebih dalam. Hal tersebut
Grafik 1.23 Struktur Komoditas Ekspor Jawa Barat

11
Bab I
Ekonomi Makro Regional

% �YOY� 65 INDEKS
100% 30
90% 25

80% 20 60

70% 15
10 55
60%
5
50%
0
40% 50
�5
30%
�10
20% �15 45
10% �20
0% �25 40
I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020
ASEAN EROPA g. USA - KANAN g. TIONGKOK- KANAN
TIONGKOK USA g. EROPA - KANAN g. ASEAN - KANAN EROPA USA TIONGKOK JEPANG
Sumber: Bea Cukai Sumber : Trading Economics

Grafik 1.24 Ekspor Jawa Barat ke Negara/Kawasan Tujuan Grafik 1.25 Perkembangan PMI Negara Mitra Dagang Utama
Utama

disebabkan oleh based year effect dimana pada triwulan Penurunan ekspor ke negara tujuan disebabkan oleh
I 2019 pertumbuhannya cukup tinggi. Sementara itu, menurunnya permintaan seiring dengan kondisi
pangsa ekspor otomotif mengalami penurunan pada perlambatan ekonomi negara mitra dagang yang
triwulan I 2020 meskipun pertumbuhannya tercatat tercermin dari perkembangan Purchasing Manager
meningkat. Adapun pertumbuhan ekspor kimia masih Index (PMI). PMI Amerika Serikat menurun dari 52,10
tinggi pada triwulan I 2020 sehubungan dengan pada triwulan IV 2019 menjadi 51,46 pada triwulan
meningkatnya kinerja industri kimia menyusul tingginya I 2020, begitupun PMI Tiongkok (dari 49,90 menjadi
kebutuhan produk-produk kimia untuk penanganan 45,23). Penurunan PMI tersebut sehubungan dengan
kesehatan. menurunnya aktivitas ekonomi sebagai dampak dari
penyebaran COVID-19, khususnya Tiongkok sebagai
Berdasarkan negara tujuan, perlambatan pertumbuhan episentrum penyebaran pandemi COVID-19 pada triwulan
ekspor luar negeri pada triwulan I 2020 terjadi pada I 2020. Sementara PMI Eropa terpantau masih meningkat
negara tujuan ekspor utama, yaitu Amerika Serikat, dari 46,37 pada triwulan IV 2019 menjadi 50,03 pada
Tiongkok dan ASEAN. Sementara pertumbuhan ekspor triwulan I 2020 (Grafik 1.25).
ke Eropa menunjukkan perbaikan. Nilai ekspor barang
FOB dari Jawa Barat ke Amerika Serikat, Tiongkok dan Ekspor Antar Provinsi
ASEAN masing-masing tercatat sebesar USD 1.255,9 juta, Perlambatan ekspor pada triwulan I 2020 juga sejalan
USD 388,6 juta dan USD 1.864,4 juta. Pertumbuhan ekspor dengan perlambatan ekspor antar provinsi dimana
ke Amerika Serikat mengalami kontraksi lebih dalam, kondisi perekonomian Indonesia termasuk provinsi
yakni dari -0,23% (yoy) pada triwulan IV 2019 menjadi
-0,68% (yoy) pada triwulan I 2020. Pertumbuhan ekspor 150 INDEKS

ke Tiongkok juga tercatat mengalami kontraksi dari 4,52% 140

130
(yoy) pada triwulan IV 2019 menjadi -10,67% (yoy) pada 120
triwulan I 2020. Adapun pertumbuhan ekspor ke ASEAN 110

mengalami kontraksi lebih dalam dari -2,45% (yoy) pada 100

90
triwulan IV 2019 menjadi -6,52% (yoy) pada triwulan I 80
2020. Berbeda dengan negara tujuan ekspor lainnya, 70

pertumbuhan ekspor luar negeri ke Eropa mengalami 60 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018 2019 2020
perbaikan pada triwulan I 2020 yakni dari -18,21% (yoy) DKI JAKARTA JATENG JATIM SUMUT SUMSEL

menjadi -6,70% (yoy) (Grafik 1.24). Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia

Grafik 1.26 Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Provinsi Mitra


Dagang Jawa Barat

12
Laporan Perekonomian
Provinsi Jawa Barat
Mei 2020

30 % �YOY� 40 % �YOY� % �YOY� 250

20 30 200

20 150
10

4,26 10 100
0
0 50
-8,05
�10
-12,02 �10 0

�20
-8,89 �20 �50

�30 �30 �100


I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020

g. NILAI IMPOR g. VOLUME IMPOR TOTAL IMPOR BAHAN BAKU BRG KONSUMSI BRG MODAL � KANAN

Sumber: Bea Cukai Sumber: Bea Cukai

Grafik 1.27 Perkembangan Nilai dan Volume Impor Jawa Barat Grafik 1.28 Perkembangan Impor Jawa Barat

mitra dagang Jawa Barat melambat pada triwulan I triwulan IV 2019 menjadi 118,6 pada triwulan I 2020.
2020 sebagai dampak pandemi COVID-19 di berbagai Begitu pula IKK Jawa Tengah menurun dari 140,7 menjadi
wilayah Indonesia. Provinsi mitra dagang utama Jawa 137,5; IKK Jawa Timur menurun dari 132,9 menjadi 112,8;
Barat antara lain DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, IKK Sumatera Utara menurun dari 113,9 menjadi 101,4;
Sumatera Utara, dan Sumatera Selatan. Perlambatan serta IKK Sumatera Selatan yang juga menurun dari 143,6
kondisi perekonomian provinsi mitra dagang tercatat menjadi 142,2 (Grafik 1.26).
dari perlambatan pertumbuhan ekonomi masing-masing
provinsi dimaksud. DKI Jakarta mengalami perlambatan Impor Luar Negeri
dari 5,96% (yoy) dari triwulan IV 2019 menjadi 5,06% (yoy) Pertumbuhan impor luar negeri Jawa Barat pada triwulan
pada triwulan I 2020. Begitu pula dengan perekonomian I 2020 mengalami kontraksi yang semakin dalam. Nilai
Jawa Tengah yang melambat dari 5,34% (yoy) menjadi impor barang CIF tercatat mengalami kontraksi yang lebih
2,60% (yoy); Jawa Timur melambat dari 5,54% (yoy) dalam yakni dari -12,02% pada triwulan IV 2019 menjadi
menjadi 3,04% (yoy). Adapun Sumatera Utara mengalami sebesar -17,38% (yoy) pada triwulan I 2020. Begitupun
perlambatan dari 5,21% (yoy) menjadi 4,65% (yoy), dan volume impor barang juga mengalami kontraksi menjadi
Sumatera Selatan dari 5,69% (yoy) dari 4,98% (yoy). -26,94% (yoy) pada triwulan I 2020 (Grafik 1.27).

Perlambatan juga tercermin dari Indeks Keyakinan Impor barang terdiri dari impor bahan baku, impor barang
Konsumen (IKK) pada triwulan I 2020 yang menurun. konsumsi dan impor barang modal. Masing-masing
Dari kelima wilayah tersebut, IKK seluruhnya mengalami memiliki pangsa terhadap total impor Jawa Barat, yaitu
penurunan. IKK DKI Jakarta menurun dari 124,7 pada sebesar 78,88%, 9,41% dan 11,71%. Pertumbuhan impor
bahan baku pada triwulan I 2020 tercatat mengalami
16.900 USD/IDR kontraksi lebih dalam sebesar 19,5% (yoy). Hal ini
16.400 mempengaruhi pertumbuhan impor total karena impor
15.900
bahan baku memiliki pangsa terbesar dibanding impor
15.400
barang konsumsi dan impor barang modal. Berbanding
14.900

14.400
terbalik dengan impor bahan baku, impor barang modal
13.900 menunjukkan perbaikan dari -19,00% (yoy) pada triwulan
13.400
IV 2019 menjadi -14,59% (yoy) pada triwulan I 2020.
12.900
2017 2018 2019 2020 Adapun impor barang konsumsi tercatat meningkat dari
USD/IDR QUARTERTLY AVERAGE MONTHLY AVERAGE -1,11% (yoy) pada triwulan IV 2019 menjadi 0,62% (yoy)
Sumber: Bank Indonesia pada triwulan I 2020 (Grafik 1.28). Kontraksi cukup dalam
Grafik 1.29 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah yang terjadi pada impor bahan baku disebabkan oleh

13
Bab I
Ekonomi Makro Regional

Tabel 1.3 Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Lapangan Usaha (% yoy)

2018 2019 2020


2018 2019
KOMPONEN PENGGUNAAN Ir⁾ IIr⁾ IIIr⁾ IVr⁾ Ir⁾ IIr⁾ IIIr⁾ IV I

Pertanian, Kehutanan, dan Peri-


-0,54 -0,16 -0,34 13,49 2,11 -1,13 6,87 -1,52 8,09 2,83 -10,92
kanan

Pertambangan dan Penggalian -6,01 -4,01 -4,56 -1,97 -4,11 -0,24 -1,34 -1,28 -7,77 -2,76 0,00
Industri Pengolahan 7,27 6,57 6,86 5,43 6,52 6,22 3,32 4,64 2,08 4,04 1,58
Pengadaan Listrik, Gas -13,44 16,38 0,65 0,85 0,02 -4,72 -9,67 2,02 7,84 -1,20 1,23
Pengadaan Air 6,96 5,06 3,39 4,58 4,96 4,26 2,30 0,34 5,28 3,03 4,12
Konstruksi 9,28 6,81 6,91 7,13 7,48 7,91 6,41 5,18 5,31 6,14 5,31
Perdagangan Besar dan Eceran, dan
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 5,09 4,94 3,87 3,05 4,21 5,05 9,87 7,75 7,26 7,51 0,15

Transportasi dan Pergudangan 3,14 5,37 5,43 7,37 5,36 7,74 6,26 0,30 5,90 4,97 5,02
Penyediaan Akomodasi dan Makan
7,88 7,00 8,76 8,88 8,15 7,21 11,82 8,61 1,71 7,25 5,26
Minum

Informasi dan Komunikasi 9,59 10,49 10,85 5,92 9,14 9,56 12,75 13,55 1,67 9,31 24,89
Jasa Keuangan 8,31 6,30 5,26 -1,38 4,53 -0,48 -2,00 1,28 10,31 2,22 6,06
Real Estate 10,18 9,50 9,11 9,80 9,64 8,62 8,88 9,72 10,84 9,54 12,05
Jasa Perusahaan 11,29 10,37 6,47 6,74 8,64 6,52 11,44 9,12 9,63 9,18 9,82
Administrasi Pemerintahan, Perta-
hanan dan Jaminan Sosial Wajib 2,24 -2,80 0,05 6,47 1,59 0,33 10,13 8,46 1,92 5,10 3,73

Jasa Pendidikan 5,14 7,02 7,37 3,35 5,71 3,61 1,00 8,31 7,76 5,19 9,83
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 7,59 9,86 8,48 5,84 7,90 6,05 13,48 14,88 3,73 9,48 8,83
Jasa lainnya 6,53 7,64 6,86 5,80 6,69 6,93 8,06 7,36 6,27 7,14 5,67

PDRB 5,92 5,62 5,59 5,52 5,66 5,39 5,67 5,15 4,11 5,07 2,73
Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat
Ket: r) Angka Revisi

menurunnya kegiatan usaha di Tiongkok akibat lockdown 1.2 SISI LAPANGAN USAHA
yang berlaku mulai Januari 2020. Tiongkok merupakan Pada triwulan I 2020, perekonomian Jawa Barat
pemasok bahan baku terbesar untuk industri pengolahan melambat menjadi 2,73% (yoy), lebih rendah
di Jawa Barat, sehingga pemenuhan bahan baku sangat dibandingkan triwulan IV 2019 yang tumbuh sebesar
bergantung pada impor dari Tiongkok. Selain itu, impor 4,11% (yoy). Perlambatan pertumbuhan ekonomi Jawa
juga terkendala akibat aktivitas logistik dan pengiriman Barat tersebut disebabkan oleh melambatnya kinerja
barang yang tertunda akibat pandemi COVID-19. pada lapangan usaha (LU) utama Jawa Barat, yaitu LU
industri pengolahan, LU perdagangan besar dan eceran,
Selain itu, kinerja impor luar negeri yang menurun dan LU pertanian (Tabel 1.3). Melambatnya kinerja LU
dipengaruhi oleh tren depresiasi Rupiah yang terjadi pada industri pengolahan sejalan dengan melambatnya kinerja
triwulan I 2020 dimana importir cenderung menahan ekspor pada triwulan I 2020 yang disebabkan menurunnya
untuk melakukan impor dan beralih pada produk-produk permintaan global. Sedangkan perlambatan kinerja LU
dalam negeri (Grafik 1.29). Depresiasi Rupiah yang perdagangan seiring dengan menurunnya konsumsi dan
terjadi sebagai akibat dari capital outflow pada triwulan daya beli masyarakat akibat pendapatan yang menurun
I 2020 seiring dengan meningkatnya ketidakpastian serta pembatasan aktivitas usaha. Adapun kinerja LU
global sebagai dampak dari COVID-19, sehingga memicu pertanian mengalami kontraksi yang cukup dalam sebagai
kepanikan investor di pasar keuangan dan mendorong dampak lanjutan dari pergeseran musim tanam akibat
capital outflow untuk menghindari risiko tinggi. anomali cuaca yang terjadi pada tahun 2019.

14
Laporan Perekonomian
Provinsi Jawa Barat
Mei 2020

Tabel 1.4 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Berdasarkan Komponen Lapangan Usaha (% yoy)

2018 2019 2020


2018 2019
KOMPONEN PENGGUNAAN Ir⁾ IIr⁾ IIIr⁾ IVr⁾ Ir⁾ IIr⁾ IIIr⁾ IV I

Pertanian, Kehutanan, dan Peri-


-0,04 -0,01 -0,03 0,70 0,16 -0,08 0,55 -0,12 0,45 0,20 -0,77
kanan

Pertambangan dan Penggalian -0,12 -0,08 -0,09 -0,04 -0,08 0,00 -0,02 -0,02 -0,15 -0,05 0,00
Industri Pengolahan 3,14 2,82 2,92 2,37 2,81 2,72 1,43 2,00 0,91 1,75 0,70
Pengadaan Listrik, Gas -0,07 0,06 0,00 0,00 0,00 -0,02 -0,04 0,01 0,03 0,00 0,00
Pengadaan Air 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Konstruksi 0,72 0,55 0,57 0,64 0,62 0,63 0,52 0,43 0,48 0,52 0,43
Perdagangan Besar dan Eceran, dan
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 0,77 0,75 0,60 0,48 0,65 0,76 1,49 1,19 1,12 1,15 0,02

Transportasi dan Pergudangan 0,15 0,25 0,26 0,35 0,26 0,36 0,29 0,01 0,29 0,24 0,24
Penyediaan Akomodasi dan Makan
0,21 0,18 0,23 0,24 0,21 0,19 0,31 0,23 0,05 0,19 0,14
Minum

Informasi dan Komunikasi 0,38 0,41 0,42 0,25 0,36 0,39 0,52 0,55 0,07 0,38 1,07
Jasa Keuangan 0,21 0,16 0,13 -0,04 0,12 -0,01 -0,05 0,03 0,25 0,06 0,15
Real Estate 0,12 0,11 0,11 0,12 0,12 0,11 0,11 0,12 0,14 0,12 0,15
Jasa Perusahaan 0,05 0,04 0,03 0,03 0,04 0,03 0,05 0,04 0,04 0,04 0,04
Administrasi Pemerintahan, Perta-
hanan dan Jaminan Sosial Wajib 0,04 -0,06 0,00 0,14 0,03 0,01 0,19 0,16 0,04 0,10 0,07

Jasa Pendidikan 0,14 0,20 0,21 0,10 0,16 0,10 0,03 0,24 0,22 0,15 0,27
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,06 0,07 0,07 0,05 0,06 0,05 0,11 0,12 0,03 0,08 0,07
Jasa lainnya 0,14 0,16 0,15 0,13 0,14 0,15 0,17 0,16 0,14 0,15 0,13

PDRB 5,92 5,62 5,59 5,52 5,66 5,39 5,67 5,15 4,11 5,07 2,73
Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat
Ket: r) Angka Revisi

Dilihat dari sumber pertumbuhannya, LU informasi & triwulan IV 2019 sebesar 0,07%. Kemudian disusul oleh LU
komunikasi, LU industri pengolahan, dan konstruksi industri pengolahan sebesar 0,70%, terpantau menurun
masih menjadi tiga terbesar penyumbang pertumbuhan dari triwulan sebelumnya sebesar 0,91%. Berikutnya
ekonomi Jawa Barat pada triwulan I 2020 (Tabel adalah LU konstruksi yang juga mengalami penurunan
1.4). Kontribusi terbesar diberikan oleh LU informasi & dari 0,48% pada triwulan IV 2019 menjadi 0,43% pada
komunikasi yakni sebesar 1,07%, meningkat dibandingkan triwulan I 2020.

6 % 5,11 % 3 1,2 1,5


1
4 2
1,83 1,49 0,8 1
2
0,53 0,82 1
0,6
0 0
0,4
�2 -0,30 �1 0,5
0,04

-2,02 0,2
0,00

�4 �2
-3,57 0
0
�6 �3 �0,2
�8 �4 �0,4 -0,07
�10 �5 �0,6 -0,06 �0,5
�12 �6 �0,8
-11,48 �1
�14 I II III IV I II III IV I �7 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I �1
2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020

TOTAL INVESTASI � KANAN TENAGA KERJA � KANAN LS PENJUALAN DOMESTIK MANUFAKTUR LS PENJUALAN EKSPOR MANUFAKTUR

Sumber: SKDU, Bank Indonesia Sumber: Liaison, Bank Indonesia

Grafik 1.30 Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Sektor Industri Grafik 1.31 Hasil Liaison Sektor Industri Pengolahan
Pengolahan

15
Bab I
Ekonomi Makro Regional

12 % �YOY� 6 % % �YOY� 25

10 20
5
8 15
4
6 6,83 10
4
3,00
1,58 3 5
2
0
0 2 1,46
�2
2,08 1,53 �5
1

3,33
3,10
�10
�4
0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I �15
�6 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020

NPL KREDIT INDUSTRI PENGOLAHAN �%� g. KREDIT INDUSTRI PENGOLAHAN - KANAN


g. INDUSTRI PENGOLAHAN g. KONSUMSI LISTRIK INDUSTRI
Sumber : PLN Sumber: LBU, Bank Indonesia, diolah

Grafik 1.32 Perkembangan Konsumsi Listrik Industri Grafik 1.33 Perkembangan Sektor Kredit Industri Pengolahan

1.2.1 Industri Pengolahan penjualan ekspor menurun menjadi -0,07, sementara


Pada triwulan I 2020, pertumbuhan LU industri LS penjualan domestik menurun menjadi 0,00 (Grafik
pengolahan tercatat mengalami perlambatan menjadi 1.31). Perlambatan kinerja industri pengolahan tersebut
1,58% (yoy) dari periode sebelumnya sebesar 2,08% juga terkonfirmasi dari Survei Kegiatan Dunia Usaha
(yoy). Perlambatan tersebut sejalan dengan kinerja (SKDU) untuk sektor industri pengolahan dimana Saldo
ekspor Jawa Barat yang mengalami kontraksi pada Bersih Tertimbang (SBT) untuk kegiatan usaha industri
triwulan I 2020. Hal ini disebabkan oleh mayoritas pengolahan menurun dari 0,82% pada triwulan IV 2019
industri pengolahan di Jawa Barat berorientasi ekspor, menjadi -11,48% pada triwulan I 2020 (Grafik 1.30).
sehingga kondisi perekonomian global akan sangat
mempengaruhi kinerja industri pengolahan. Selain Perlambatan kinerja industri pengolahan juga
melemahnya permintaan global, keterbatasan persediaan terindikasi dari pertumbuhan konsumsi listrik industri
bahan baku juga turut mempengaruhi kegiatan produksi yang melambat dari 3,00% (yoy) pada triwulan IV
industri pengolahan, dimana sebagian besar bahan baku 2019 menjadi 1,53% (yoy) pada triwulan I 2020 (Grafik
dipenuhi oleh impor utamanya dari Tiongkok. Dari sisi 1.32). Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas industri
domestik, permintaan juga menurun seiring dengan berupa produksi mengalami penurunan untuk menekan
melambatnya konsumsi Rumah Tangga. Penurunan biaya operasional. Meskipun sebagian besar indikator
penjualan baik ekspor, maupun domestik tercermin pada menunjukkan perlambatan kinerja pada industri
hasil liaison pada triwulan I 2020 dimana likert scale (LS) pengolahan, namun apabila dilihat dari sisi pembiayaan,
pertumbuhan kredit pada industri pengolahan

120 % �YOY� % �YOY� 80


30 % YOY
100 70
20 60
80
50
10
60 40
0 40 30

�10 20 20
-6,66 -6,88 10
�20 0
0
�20 �10
�30
�40 �20
�40 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 2015 2016 2017 2018 2019 2020
2015 2016 2017 2018 2019 2020
TOTAL MAKANAN, MINUMAN DAN TEMBAKAU PERALATAN DAN KOMUNIKASI
BAHAN BAKAR �+PELUMAS� PERLENGKAPAN RUMAH TANGGA LAINNYA SUKU CADANG DAN AKSESORI
g. PENJUALAN SEPEDA MOTOR g. PENJUALAN MOBIL

Sumber: Gaikindo Sumber: Survey Penjualan Eceran, Bank Indonesia

Grafik 1.34 Penjualan Mobil dan Sepeda Motor Grafik 1.35 Indeks Penjualan Riil

16
Laporan Perekonomian
Provinsi Jawa Barat
Mei 2020

6 % �YOY� 25 2 1,2
1
5 1,5
20 0,8
0,6
4 1

3,89
15 0,4

0,22
3 0,5 0,2

3,24

-0,43
10 0
2 0
4,83 �0,2

5 �0,4
�0,5
1
-0,25 �0,6

0 0,20 0 �1
-0,57 �0,8
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020

NPL KREDIT PERDAGANGAN g. KREDIT PERDAGANGAN - KANAN LS PENJUALAN DOMESTIK PERTANIAN LS KAPASITAS UTLISASI PERTANIAN

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Liaison, Bank Indonesia

Grafik 1.36 Perkembangan Kredit Sektor Perdagangan Grafik 1.37 Hasil Liaison Sektor Pertanian

mengalami peningkatan. Pertumbuhan kredit meningkat juga tercermin pada pertumbuhan penjualan mobil dan
signifikan dari 1,46% (yoy) pada triwulan IV 2019 menjadi sepeda motor yang mengalami penurunan pada triwulan
6,83% (yoy) pada triwulan I 2020. Pertumbuhan kredit I 2020 berdasarkan data dari Gaikindo (Grafik 1.34).
tersebut juga diikuti oleh peningkatan kualitas kredit yang
tercermin pada penurunan NPL dari 3,33% pada triwulan Berdasarkan hasil Survei Penjualan Eceran Bank
IV 2019 menjadi 3,10% pada triwulan I 2020 (Grafik 1.33). Indonesia, indeks penjualan riil (IPR) pada triwulan I
2020 mengalami kontraksi sebesar 0,40% (yoy) (Grafik
1.2.2 Perdagangan Besar-Eceran dan 1.35). Kontraksi terjadi pada kelompok makanan minuman
Reparasi Mobil-Motor & tembakau ((-1,50%) yoy), sementara komponen
Seiring dengan perlambatan pertumbuhan konsumsi suku cadang & aksesoris, serta komponen bahan bakar
Rumah Tangga pada triwulan I 2020, LU perdagangan mengalami perlambatan masing-masing sebesar 9,30%
besar & eceran dan reparasi juga terpantau melambat (yoy) dan 8,50% (yoy). Hal ini seiring dengan pemberlakuan
dari 7,26% (yoy) pada triwulan IV 2019 menjadi 0,15% social distancing yang menyebabkan penurunan aktivitas
(yoy) pada triwulan I 2020. Perlambatan tersebut dan kegiatan usaha serta penyesuaian operasi atau
disebabkan oleh menurunnya daya beli masyarakat akibat penutupan sebagian besar tempat usaha seperti restoran.
pendapatan yang menurun, serta akses yang terbatas Dengan demikian, penjualan makanan & minuman
seiring dengan pemberlakuan social distancing oleh mengalami penurunan. Selain itu, adanya kebijakan
Pemerintah sebagai upaya mengatasi pandemi COVID-19. work from home dan learn from home menyebabkan
Perlambatan kinerja LU perdagangan besar & eceran masyarakat mengurangi aktivitas bepergian, sehingga
kebutuhan akan bahan bakar menurun.
12 % % YOY 40

10
35
Dari sisi kredit, penurunan kinerja sektor perdagangan
30
juga tercermin pada pertumbuhan kredit sektor
9,43

25
8
20
6 15
perdagangan yang mengalami perlambatan pada triwulan
6,91 10 I 2020 menjadi 0,20% (yoy), dari sebelumnya sebesar
4
5
0
4,83% (yoy) pada triwulan IV 2019. Sejalan dengan
2
2,58

0,29 �5 pertumbuhan kredit yang melambat, kualitas kredit juga


0 �10
I II III
2015
IV I II III
2016
IV I II III
2017
IV I II III
2018
IV I II III
2019
IV I
2020 terpatau menurun yang tercermin pada peningkatan NPL
NPL KREDIT PERTANIAN g. KREDIT PERTANIAN - KANAN kredit perdagangan pada triwulan I 2020 menjadi 3,89%
Sumber: Bank Indonesia, diolah
(Grafik 1.36).
Grafik 1.38 Perkembangan Kredit Sektor Pertanian

17
Bab I
Ekonomi Makro Regional

9 % % YOY 45 30 % �YOY� 15

8 40
LTV III LTV V 10

7,97
7 35
25 LTV IV
5
6 30 20
LTV VI 0
5 25

5,32
15
4 20 �5
3 15 10
13,52 �10
2 10
5
1 10,28 5
�15

0 0 0 �20
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020
g. KPR g. KPR MENENGAH
NPL KREDIT KONSTRUKSI g. KREDIT KONSTRUKSI - KANAN g. KPR BESAR g. KPR KECIL �RHS�

Sumber: Bank Indonesia (diolah) Sumber: Bank Indonesia (diolah)

Grafik 1.39 Perkembangan Sektor Kredit Konstruksi Grafik 1.40 Perkembangan Kredit Sektor Rumah Tangga

1.2.3 Pertanian, Kehutanan dan pembangunan beberapa proyek strategis di awal tahun
Perikanan 2020 seperti Tol Bocimi seksi 2, Tol Cisumdawu seksi
Kinerja lapangan usaha pertanian, kehutanan 2 & 3, Tol Depok-Antasari, Tol Jakarta-Cikampek II
dan perikanan pada triwulan I 2020 mengalami Selatan, Kereta Cepat Jakarta–Bandung, serta Pelabuhan
kontraksi yang cukup dalam yakni sebesar 10,92% Patimban.
(yoy). Terkontraksinya LU pertanian disebabkan oleh
bergesernya musim tanam padi akibat dampak lanjutan Meskipun demikian, terdapat potensi perlambatan LU
anomali cuaca pada tahun 2019. Periode panen baru konstruksi apabila dilihat dari sisi penyaluran pembiayaan
akan terjadi pada triwulan II 2020. Selain itu, banjir yang oleh perbankan. Pada triwulan I 2020, terjadi perlambatan
melanda di beberapa wilayah di Jawa Barat pada awal pada pertumbuhan penyaluran kredit konstruksi dari
tahun 2020 mengakibatkan gagal panen pada komoditas 13,52% (yoy) pada triwulan IV 2019 menjadi 10,28%
hortikultura. (yoy) (Grafik 1.39). Sementara itu, relaksasi LTV oleh
Bank Indonesia pada bulan Desember 2019 belum dapat
Penurunan kinerja LU pertanian juga terkonfirmasi dirasakan dampaknya pada pertumbuhan KPR di triwulan
oleh hasil liaison triwulan I 2020 dimana LS penjualan I 2020 mengingat di sisi lain juga daya beli mengalami
domestik pertanian menurun menjadi -0,57, dari penurunan. Pertumbuhan KPR pada triwulan I 2020
sebelumnya sebesar -0,25. Sejalan dengan LS penjualan terpantau melambat dari 10,63% (yoy) menjadi 8,02%
domestik, LS kapasitas utilisasi juga mengalami penurunan (yoy). Perlambatan pertumbuhan terjadi pada seluruh
menjadi -0,43 dari sebelumnya sebesar 0,22 (Grafik 1.37). tipe KPR. Pertumbuhan KPR tipe besar melambat dari
Meskipun demikian, apabila dilihat dari sisi perbankan, 7,79% (yoy) pada triwulan IV 2019, menjadi 6,45% (yoy)
pertumbuhan kredit pertanian terpantau meningkat pada triwulan I 2020. KPR tipe menengah juga melambat
dibanding triwulan sebelumnya, yaitu dari 0,29% (yoy) dari 12,00% (yoy) menjadi 9,01% (yoy). Sementara KPR
pada triwulan IV 2019 menjadi 6,91% (yoy) pada triwulan tipe kecil mengalami koreksi lebih dalam dari -4,19% (yoy)
I 2020 (Grafik 1.38). Peningkatan kebutuhan permodalan menjadi -6,40% (yoy) (Grafik 1.40).
lebih didorong oleh karakteristik LU pertanian khususnya
tanaman pangan yang lebih banyak membutuhkan TRACKING PERKEMBANGAN
permodalan pada periode tanam. EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN II 2020
1.2.4 Konstruksi Dengan melihat perkembangan kondisi perekonomian
Laju pertumbuhan lapangan usaha kontruksi terpantau global dan domestik serta peningkatan kasus dan
stabil sebesar 5,31% (yoy). Masih tingginya pertumbuhan penyebaran COVID-19, pertumbuhan ekonomi Jawa
LU konstruksi seiring dengan masih berlanjutnya Barat pada triwulan II 2020 diperkirakan mengalami

18
Laporan Perekonomian
Provinsi Jawa Barat
Mei 2020

Tabel 1.5 Faktor Pendorong dan Penahan Laju Pertumbuhan


baik permintaan global maupun domestik. Sementara
Ekonomi Jawa Barat Triwulan II 2020 perlambatan yang terjadi pada LU konstruksi seiring
Faktor Pendorong Laju Faktor Penahan Laju dengan penurunan kegiatan investasi, berkurangnya hari
Pertumbuhan Ekonomi Jawa Pertumbuhan Ekonomi Jawa
kerja efektif dan penyesuaian mekanisme kerja menyusul
Barat Triwulan II 2020 Barat Triwulan II 2020
kebijakan Pemerintah untuk mematuhi protokol
Pembatasan sosial berskala besar
(PSBB) yang mulai berlaku di pencegahan COVID-19 selama masa tanggap darurat
Potensi peningkatan konsumsi seluruh wilayah Jawa Barat sejak 6 masih berlaku. Meskipun demikian, kinerja LU pertanian
rumah tangga seiring dengan Mei 2020 berpotensi menurunkan
adanya bulan Ramadhan dan konsumsi RT akibat penurunan diperkirakan meningkat seiring dengan memasuki periode
Idulfitri. income sehubungan dengan
terbatasnya kegiatan dan aktivitas panen raya untuk padi dan hortikultura.
ekonomi.

Percepatan stimulus fiskal dan


social safety net oleh Pemerintah
Instruksi Menteri (Inmen) PUPR
Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Triwulan
Provinsi Jawa Barat untuk
mencegah perlambatan ekonomi
No. 02/IN/M/2020 tentang II 2020 - Sisi Pengeluaran
Protokol Pencegahan Penyebaran
yang lebih dalam akibat COVID-19,
COVID-19 berpotensi mengurangi Pada sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga
antara lain berupa realisasi
hari kerja efektif pada proyek
dana bansos dan dana desa,
konstruksi. diperkirakan melambat jika dibandingkan dengan
serta relaksasi pajak bagi sektor
terdampak. triwulan I 2020 dan menjadi penahan laju pertumbuhan
Penurunan pertumbuhan ekonomi triwulan II 2020. Konsumsi rumah tangga
ekonomi negara mitra dagang
Kinerja sektor pertanian lebih
utama pada tahun 2020 akibat diperkirakan tumbuh pada kisaran 0,14% - 0,54% (yoy)
baik dibandingkan triwulan I 2020
COVID-19 yang merebak di
sehubungan telah memasuki
sejumlah negara, yakni AS (-5,9%),
seiring dengan penurunan daya beli masyarakat lebih
periode panen raya padi dan
hortikultura pada triwulan II 2020.
Eropa (-7,5%), Jepang (-5,2%) dalam akibat pendapatan yang menurun dan akses
dan Tiongkok (1,2%) (WEO April
2020). yang terbatas menyusul pemberlakuan pembatasan
Learn from home di Jawa Barat sosial berskala besar (PSBB). Di sisi lain, jumlah PHK dan
yang diperpanjang hingga
Januari 2021 berpotensi untuk pekerja yang dirumahkan juga terus meningkat. Perkiraan
menurunkan kinerja sektor
perdagangan sehubungan dengan tersebut sejalan dengan hasil Survei Konsumen dimana
permintaan yang juga menurun.
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) mengalami penurunan
signifikan hingga ke level pesemis utamanya didorong
kontraksi pada kisaran -0,94% s.d. -0,54% (yoy). Dari
oleh pesimisme pada ketersediaan lapangan kerja saat ini
sisi pengeluaran, perlambatan diperkirakan terjadi pada
sehingga mempengaruhi penurunan angka indeks kondisi
konsumsi rumah tangga, sementara investasi, ekspor
ekonomi saat ini (IKE) dan indeks ekspertasi ekonomi
dan impor mengalami kontraksi. Hal ini seiring dengan
(IEK) yang cukup dalam (Grafik 1.41). Di sisi lain, proporsi
permintaan global dan volume perdagangan dunia yang
penghasilan untuk konsumsi semakin menurun pada
mengalami kontraksi lebih dalam akibat peningkatan
triwulan II 2020 menjadi sebesar 42,90% menunjukkan
kasus COVID-19 serta permintaan domestik yang
bahwa masyarakat semakin besar menahan konsumsinya
semakin melemah menyusul kebijakan pembatasan sosial
(Grafik 1.42).
berskala besar (PSBB) yang berlaku di seluruh wilayah di
Jawa Barat. Meskipun demikian, konsumsi pemerintah
Pada triwulan II 2020, Konsumsi pemerintah
diperkirakan meningkat seiring dengan peningkatan
diperkirakan meningkat seiring dengan peningkatan
belanja Pemerintah untuk program-program penanganan
belanja Pemerintah untuk penanganan COVID-19,
COVID-19 berupa program kesehatan, bantuan sosial
khususnya untuk bantuan sosial dan program jaring
dan jarring pengaman sosial, serta program pemulihan
pengaman sosial kepada masyarakat serta program
ekonomi bagi sektor terdampak di Jawa Barat.
pemulihan ekonomi bagi sektor yang terdampak.
Konsumsi pemerintah diperkirakan tumbuh pada kisaran
Dari sisi lapangan usaha, perlambatan diperkirakan
4,63%-5,03% (yoy), meningkat dibandingkan dengan
terjadi pada LU industri pengolahan dan LU konstruksi,
triwulan I 2020. Perkiraan meningkatnya konsumsi
sedangkan LU perdagangan diperkirakan mengalami
pemerintah berdasarkan pada Keputusan Gubernur Jawa
kontraksi. Perlambatan yang diperkirakan terjadi pada
Barat No. 25 tahun 2020 untuk melakukan refocusing
LU utama disebabkan oleh melemahnya permintaan,

19
Bab I
Ekonomi Makro Regional

170
100%

64.90 15.78 19,13


45,4
90%
150
130,27 80%
130 OPTIMIS 115,8 70%
60%
110 97,85

42,9 11,6
50%

86,9
40%
90
30%
PESIMIS

114,06
70 20%
58,1 10%
50 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II* 0%
2015 2016 2017 2018 2019 2020 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II*
2015 2016 2017 2018 2019 2020
INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN �IKK�
INDEKS EKSPEKTASI KONSUMEN �IEK� INDEKS KONDISI EKONOMI SAAT INI �IKE� KONSUMSI ANGSURAN PINJAMAN TABUNGAN

Sumber : Survei Konsumen KPw BI Jawa Barat Sumber : Survei Konsumen KPw BI Jawa Barat

Grafik 1.41 Indeks Keyakinan Konsumen Triwulan II 2020 Grafik 1.42 Proporsi Penggunaan Pendapatan Triwulan II 2020

kegiatan dan realokasi anggaran untuk penanganan Investasi pada triwulan II 2020 diperkirakan mengalami
COVID-19 yang mulai berlaku sejak April 2020. Pemerintah kontraksi yang cukup dalam pada kisaran -6,33% s.d.
Provinsi Jawa Barat telah mempersiapkan skema jaring -5,93% (yoy). Potensi realisasi investasi Jawa Barat
pengaman sosial yang akan dibagikan kepada masyarakat pada triwulan II 2020 tertahan oleh meningkatnya
yang membutuhkan selama 4 bulan terhitung dari April ketidakpastian kondisi ekonomi global dan domestik
sampai dengan Juli 2020. Bantuan sosial yang diberikan akibat lonjakan kasus dan penyebaran COVID-19. Investor
berupa bantuan sembako senilai Rp350.000,- per KPM dan dan pelaku usaha lebih memilih untuk bersikap wait and
uang tunai sebesar Rp150.000,- per KPM. Total anggaran see dan menunda pelaksanaan investasi. Terganggunya
untuk bantuan jaring pengaman sosial adalah Rp4,95 kondisi keuangan perusahaan dan terbatasnya aktivitas
Triliun. Program penanganan COVID-19 juga ditujukan usaha juga menyebabkan pelaku usaha untuk tidak
untuk penanganan kesehatan berupa pengadaan alat dan memprioritaskan realisasi investasi pada triwulan II
bahan kesehatan, sarana prasana kesehatan, penyiapan 2020. Terganggunya rantai logistik akibat lockdown
ruang isolasi serta insentif dan santunan kematian di luar negeri dan pemberlakuan PSBB dalam negeri
untuk tenaga kesehatan sebesar Rp957 Miliar. Secara mengakibatkan investor menahan investasi fisik berupa
keseluruhan, alokasi belanja untuk program penanganan permesinan dan bangunan. Berdasarkan hasil liaison
dampak COVID-19 mencapai Rp5,93 Triliun. Hal tersebut Bank Indonesia, beberapa perusahaan juga melakukan
mengindikasikan bahwa terdapat potensi bagi Pemerintah penundaan untuk melakukan investasi peremajaan mesin
untuk merealisasikan belanja lebih banyak pada triwulan dan pembuatan pabrik baru akibat cashflow perusahaan
II 2020. yang mulai memburuk.

80 % �YOY� 65 INDEKS

60
60
40

20 55
0

�20 50

�40
45
�60

�80 40
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II* I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II*
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020
TIMAH BATUBARA BAJA EROPA USA TIONGKOK JEPANG
TEMBAGA MINYAK MENTAH
Sumber: Investing.com, diolah Sumber: Bloomberg

Grafik 1.43 Pertumbuhan Harga Komoditas Global Grafik 1.44 Purchasing Manager’s Index (PMI) Negara Mitra
Dagang Triwulan II 2020

20
Laporan Perekonomian
Provinsi Jawa Barat
Mei 2020

1,0 LIKERT SCALE % �YOY� 7 % �YOY�


2 LIKERT SCALE 25

6 20
0,5
1 15
5
0 10

-0,02
-1,64
4 0

-0,5
-2,00
5
�0,5
3 0
�1,0
3,04 �1
�5
2

�2 �10
�1,5 1
�15
�2,0
0,34 0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II* �3 �20
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II*
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020
PERMINTAAN DOMESTIK KONSUMSI RT � RHS
PENJUALAN EKSPOR � LIAISON EKSPOR LN � RHS

Sumber: Liaison KPw BI Jawa Barat Sumber: Liaison KPw BI Jawa Barat

Grafik 1.45 Likert Scale Penjualan Domestik Grafik 1.46 Likert Scale Penjualan Ekspor

Pada triwulan II 2020, ekspor luar negeri Jawa Barat namun juga memberikan dampak pada penurunan impor
diperkirakan mengalami kontraksi pada kisaran yang lebih dalam sehubungan dengan impor Jawa Barat
-16,95% s.d. -16,55% (yoy). Pertumbuhan ekspor LN dari Tiongkok mencapai 23,50% dari total impor serta
Jawa Barat terkendala tertahan oleh ekonomi global yang penerapan lockdown di berbagai negara berakibat pada
diperkirakan mengalami kontraksi cukup dalam sebagai terbatasnya pilihan dan kendala logistik. Selain itu,
dampak dari lonjakan kasus COVID-19 di berbagai negara. 60% impor merupakan impor bahan baku. Di sisi lain,
Ekspor LN diperkirakan terkontraksi seiring dengan perlambatan kinerja LU industri pengolahan dan ekspor
proyeksi pertumbuhan ekonomi negara mitra dagang turut mengakibatkan permintaan akan bahan baku impor
Jawa Barat yang semakin menurun pada triwulan II 2020. oleh industri menjadi menurun pada triwulan II 2020.
Purchasing Manager’s Index (PMI) Amerika Serikat (AS)
terus menunjukkan penurunan pada April-Mei 2020. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Triwulan
Sama halnya dengan PMI AS, PMI Eropa juga masih II 2020 - Sisi Lapangan Usaha
menunjukkan penurunan (Grafik 1.44). Adapun PMI Dari sisi lapangan usaha (LU), pertumbuhan ekonomi
Jepang sempat meningkat pada triwulan I 2020 namun Jawa Barat pada triwulan II 2020 diperkirakan
kembali menurun pada triwulan II 2020. Sementara itu, mengalami kontraksi yang disebabkan oleh kontraksi
PMI Tiongkok mengalami peningkatan pada triwulan II pada LU industri pengolahan, LU perdagangan besar
2020 seiring dengan kembali pulihnya aktivitas ekonomi & eceran, serta LU konstruksi Hal ini seiring dengan
pasca lockdown untuk mencegah penyebarluasan perlambatan ekonomi global dan nasional serta adanya
COVID-19. Masih tertahannya peningkatan permintaan pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB)
serta volume perdagangan global juga tercermin dari di seluruh wilayah Jawa Barat sehingga kegiatan usaha
harga komoditas global yang menurun pada triwulan II banyak yang berhenti beroperasi untuk sementara.
2020 (Grafik 1.43). Di sisi lain, dampak tidak langsung dari
perang dagang antara AS dan Tiongkok, serta Australia Pada triwulan II 2020, pertumbuhan industri
dan Tiongkok berpotensi menahan pemulihan dan pengolahan Jawa Barat diperkirakan mengalami
meningkatkan risiko kondisi ekonomi global. kontraksi dibandingkan triwulan I 2020 dengan
angka pertumbuhan berkisar antara -2,87 s.d -2,47%
Di tengah meluasnya dampak COVID-19, impor luar (yoy). Perlambatan kinerja LU industri pengolahan
negeri Jawa Barat pada triwulan II 2020 diperkirakan sejalan dengan penurunan ekspor mengingat mayoritas
mengalami kontraksi yang lebih dalam dibandingkan industri di Jawa Barat berorientasi ekspor. Hal tersebut
dengan triwulan I 2020. Impor diperkirakan mengalami tercermin pada likert scale penjualan eskpor yang
kontraksi pada kisaran -32,30% s.d. -31,90% (yoy). mengalami kontraksi lebih dalam pada triwulan II 2020
COVID-19 tidak hanya menahan laju pertumbuhan ekspor, (Grafik 1.46) Di samping itu, perlambatan konsumsi
RT akan mempengaruhi permintaan bagi industri yang

21
Bab I
Ekonomi Makro Regional

170 120 % �YOY� % �YOY� 80

100 70
150
130,27 80
60
50
130 OPTIMIS 115,8 60 40

110 97,85 40 30

20 20

86,9
90 10
0
PESIMIS 0

114,06
70
�20 �10
58,1 �40 �20
50 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II* I II III IV I
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II*
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020
INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN �IKK� TOTAL MAKANAN, MINUMAN DAN TEMBAKAU PERALATAN DAN KOMUNIKASI
INDEKS EKSPEKTASI KONSUMEN �IEK� INDEKS KONDISI EKONOMI SAAT INI �IKE� BAHAN BAKAR �+PELUMAS� PERLENGKAPAN RUMAH TANGGA LAINNYA SUKU CADANG DAN AKSESORI

Sumber : Survei Konsumen KPw BI Jawa Barat Sumber: SPE KPw BI Jawa Barat

Grafik 1.47 Indeks Keyakinan Konsumen Triwulan II 2020 Grafik 1.48 Indeks Penjualan Riil (IPR) Triwulan II 2020

berorientasi domestik, sebagaimana terkonfirmasi oleh mengalami kontraksi pada awal triwulan II 2020 menjadi
likert scale penjualan domestik yang mengalami kontraksi -0,21% (yoy) . Beberapa proyek pembangunan jalan tol di
lebih dalam (Grafik 1.45). Jawa Barat yang diperkirakan mundur dari rencana awal
selesai pada triwulan II 2020, antara lain:
Pertumbuhan sektor perdagangan pada triwulan II 2020 1. Tol Cisumdawu seksi 3 (Sumedang – Cimalaka) yang
juga diperkirakan mengalami kontraksi sejalan dengan awalnya direncanakan selesai pada Maret 2020,
melambatnya konsumsi masyarakat Jawa Barat dan dijadwalkan mundur menjadi Mei 2020.
diberlakukannya PSBB. LU perdagangan diperkirakan
2. Tol Depok – Antasari yang awalnya direncanakan
terkontraksi pada kisaran -2,6% s.d. -2,2% (yoy). Hal ini
selesai pada April 2020, dijadwalkan mundur menjadi
dipengaruhi oleh masih lemahnya daya beli masyarakat
Mei 2020.
yang tercermin pada penurunan Indeks Keyakinan
3. Tol Cibitung – Cilincing yang awalnya direncanakan
Konsumen (IKK) menjadi 86,9 pada triwulan II 2020
selesai pada Juni 2020, dijadwalkan mundur menjadi
(Grafik 1.47). Selain itu, hasil Survei Penjualan Eceran
Agustus 2020.
(SPE), menunjukkan penurunan penjualan mamin, bahan
bakar kendaraan serta peralatan informasi & komunikasi 4. Tol Cinere – Serpong yang awalnya direncanakan
(Grafik 1.48). selesai pada Juni 2020, dijadwalkan mundur menjadi
Oktober 2020.
LU konstruksi pada triwulan II 2020 juga diperkirakan
mengalami kontraksi pada kisaran -2,39% s.d. Penurunan investasi swasta juga berdampak pada
-1,99% (yoy). Kontraksi tersebut antara lain disebabkan penurunan aktivitas LU konstruksi sebagaimana hasil
oleh berkurangnya hari kerja efektif menyusul liaison yang menginformasikan banyaknya perusahaan
Instruksi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan yang menunda untuk merealisasikan investasi bangunan
Rakyat (Inmen PUPR) untuk memberlakukan protokol baru untuk pabrik dan lainnya.
pencegahan penyebarluasan COVID-19. Selain itu,
beberapa pembangunan proyek infrastruktur terkendala Sementara itu, LU pertanian, kehutanan, dan perikanan
oleh pembiayaan dimana proyek infrastruktur yang pada triwulan II 2020 diperkirakan diperkirakan
pembiayaannya berasal dari anggaran Pemerintah akan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan I 2020.
ditunda dan difokuskan untuk penanganan COVID-19 LU pertanian diperkirakan tumbuh pada rentang 6,1% -
sebagaimana Perppu No. 1 Tahun 2020 dan pembiayaan 6,5 (yoy). Hal ini seiring dengan telah memasuki periode
dari asing juga mengalami penundaan mengingat panen tanaman pangan khususnya padi dan hortikultura.
dampak ekonomi yang ditimbulkan pada negara investor. Puncak panen padi di Jawa barat diperkirakan terjadi
Penundaan pembangunan proyek juga terkonfirmasi pada bulan Mei - Juni 2020.
dari pertumbuhan konsumsi semen di Jawa Barat yang

22
23
BOKS 1

Dampak COVID-19
Terhadap Perekonomian
Di Jawa Barat

Sejak kasus pertama COVID-19 muncul di Jawa Barat, berbagai


macam upaya dilakukan Pemerintah untuk mencegah
penyebaran COVID-19 yang tergolong sangat cepat. Tidak
hanya dari segi kesehatan, Pemerintah juga berupaya untuk
menyelamatkan kondisi perekonomian Jawa Barat yang
semakin memburuk sebagai dampak dari pandemi COVID-19.
Secara umum, pandemi COVID-19 terbukti telah menahan laju
pertumbuhan ekonomi (LPE) Jawa Barat pada triwulan I 2020
menjadi sebesar 2,73% (yoy). Perlambatan yang terjadi seiring
dengan menurunnya volume perdagangan dunia menyusul
kondisi perekonomian global yang mengalami kontraksi. Hal
ini menyebabkan kinerja ekspor dan impor Jawa Barat pada
triwulan I 2020 terkontraksi masing-masing sebesar 2,50% (yoy)
dan 4,89% (yoy).

Lapangan Usaha Utama Jawa Barat


Penurunan kinerja ekspor yang terjadi turut mempengaruhi
kinerja lapangan usaha (LU) di Jawa Barat, khususnya LU
industri pengolahan. Hal ini sehubungan dengan kontribusi LU
industri pengolahan terhadap ekspor Jawa Barat yang mencapai
98,60%. Pada triwulan I 2020, ekspor industri pengolahan
tercatat sebesar USD7 juta dengan ekspor terbesar disumbang
oleh industri TPT senilai USD1,27 juta, industri otomotif senilai
USD1,26 juta, dan industri elektronik senilai USD1,14 juta.
Meskipun demikian, kinerja ketiga industri tersebut mengalami
perlambatan akibat pandemi COVID-19 yang menyebabkan
turunnya permintaan global dan terkendalanya pasokan
bahan baku seiring dengan terputusnya rantai pasokan akibat
terhambatnya impor.

24
Boks 1 Dampak COVID-19 Terhadap Perekonomian Di Jawa Barat

operasional. Hal ini disebabkan oleh karakteristik industri


20
TPT di Jawa Barat adalah mayoritas padat karya sehingga
10
jumlah tenaga kerja cukup banyak.
0

�10

�20
Namun demikian, industri TPT khususnya TPT hilir
�30
merupakan industri yang memiliki potensi untuk
�40 melakukan adaptasi dengan switching produksi,
�50 I II III IV I II III IV I
dimana beberapa pelaku usaha TPT memproduksi Alat
2018 2019 2020
Perlindungan Diri (APD) dan masker selama periode
X I

Sumber : Bea Cukai (diolah)


pandemi COVID-19 masih berlangsung. Kinerja industri
TPT Jawa Barat diperkirakan baru akan mulai recovery
Grafik 1 Perkembangan Ekspor dan Impor TPT
sekitar triwulan IV 2020.

1. Industri TPT 2. Industri Otomotif


Kinerja industri TPT yang tercermin pada produksi selama Data ekspor otomotif pada triwulan I 2020 masih
triwulan I 2020 masih cukup baik, mengandalkan bahan menunjukkan arah positif. Namun demikian, pada
baku yang tersedia 2-3 bulan. Namun demikian, ekspor bulan April 2020, pertumbuhan ekspor otomotif sudah
TPT terhambat proses pengiriman dan pembatalan order mengalami kontraksi. Hal tersebut menunjukkan bahwa
yang terjadi sejak Februari 2020 sehingga pertumbuhan kinerja industri otomotif sudah mulai terdampak
ekspor terkontraksi lebih dalam pada bulan April 2020. pandemi COVID-19. Dari sisi perbankan, pertumbuhan
Adapun kinerja penjualan domestik, khususnya industri kredit otomotif terpantau menurun yang disertai dengan
garmen juga mengalami penurunan akibat penutupan peningkatan risiko kredit pada triwulan I 2020 (namun
sejumlah pusat perbelanjaan dan penurunan daya beli tetap masih di bawah ambang batas aman). Adapun dari
masyarakat. Kendala lain yang dihadapi oleh pelaku usaha sisi investasi, realisasi investasi cenderung menurun,
TPT adalah penurunan persediaan bahan baku seiring terutama pada PMA terjadi dari seluruh negara investor
dengan menurunnya impor bahan baku dari Tiongkok utama. Hampir seluruh perusahaan otomotif mengurangi,
akibat lockdown yang diberlakukan di negara tersebut. bahkan menghentikan aktivitas produksi untuk sementara
Beberapa perusahaan berupaya untuk mencari alternatif waktu akibat penjualan yang mengalami penurunan
bahan baku dari negara lain, namun harganya cenderung hingga 50% dan mengikuti instruksi pemerintah terkait
lebih mahal dan tidak semua buyer bersedia untuk diganti pelaksanaan PSBB. Penurunan penjualan domestik
bahan bakunya. Menurunnya kinerja penjualan TPT tersebut seiring dengan penurunan daya beli masyarakat.
mengakibatkan banyak tenaga kerja yang dirumahkan Sementara dari sisi permintaan eksternal, ekspor
sebaga respons perusahaan dalam mengurangi biaya otomotif dipastikan akan mengalami tren penurunan

% 120
35 RP TRILIUN 7
100
30
6
80
25
5 60
20
40
15 4
20
10 3 0
5 �20
2
0 �40
1
�5 �60
�10 0 �80
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2018 2019 2020
TOTAL KREDIT g. KREDIT NPL - RHS
X I

Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bea Cukai (diolah)

Grafik 2 Perkembangan Kredit TPT Grafik 3 Perkembangan Ekspor - Impor Otomotf

25
Dampak COVID-19 Terhadap Perekonomian Di Jawa Barat Boks 1

20 50

40
10
30
0
20

�10 10

0
�20
�10
�30
�20
�40 �30

�40
�50 I II III IV I II III IV I
I II III IV I II III IV I
2018 2019 2020
2018 2019 2020
X I
X I

Sumber : Bea Cukai (diolah) Sumber : Bea Cukai (diolah)

Grafik 4 Perkembangan Ekspor dan Impor Elektronik Grafik 5 Perkembangan Ekspor dan Impor Alas Kaki

pasca kebijakan penanganan COVID-19 diberlakukan oleh Terkoreksinya permintaan global serta kendala pengiriman
negara-negara tujuan ekspor otomotif. bahan baku akan menurunkan kinerja industri alas kaki
pada triwulan II 2020. Berdasarkan hasil liaison, sebesar
Industri otomotif diperkirakan akan mulai memasuki 70% perusahaan alas kaki di Jawa Barat mengalami
periode pemulihan pada Oktober 2020 seiring dengan kesulitan mendapatkan bahan baku selama pandemi
telah selesainya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) COVID-19 berlangsung. Dari sisi pembiayaan, PMA
dan adanya potensi permintaan global kembali pulih. terpantau menurun pada triwulan I 2020.
Namun untuk kembali pada level penjualan normal
diperkirakan baru akan terjadi pada tahun 2021. 5. Sektor Pariwisata
Pandemi COVID-19 berpengaruh cukup besar terhadap
3. Industri Elektronik kinerja sektor jasa pariwisata Jawa Barat. Kinerja sektor
Pertumbuhan kredit industri elektronik tercatat pariwisata terpuruk akibat kebijakan Pemerintah untuk
mengalami penurunan jika dibandingkan dengan triwulan memberlakukan travel restriction dan social distancing
sebelumnya. Hal tersebut juga diikuti oleh peningkatan termasuk PSBB, sehingga semua destinasi tujuan wisata
NPL. Sementara dari sisi investasi pada triwulan I 2020, dan pusat hiburan ditutup untuk sementara waktu. Hal ini
PMA terpantau meningkat, sedangkan PMDN tercatat tentunya berdampak pada kinerja sektor usaha pariwisata
melambat. Dari sisi neraca perdagangan, masih terjadi seperti penyedia akomodasi dan restoran. Tingkat
net ekspor walaupun kinerja ekspor mengalami tren penghunian kamar (TPK) Jawa Barat menurun drastis pada
penurunan. Terkoreksinya permintaan global serta triwulan I 2020 sebagaimana rilis BPS. Sebagai respons
kendala pengiriman dan bahan baku diperkirakan akan untuk mengurangi biaya operasional akibat occupancy
menurunkan kinerja industri elektronik pada triwulan II rate hotel yang menurun, sebagian hotel di Jawa Barat
2020. memutuskan menutup hotel untuk sementara waktu.
Berdasarkan data Dinas Pariwisata Jawa Barat, sebanyak
4. Industri Alas Kaki 1.076 hotel dan 411 destinasi wisata di Jawa Barat ditutup.
Kinerja alas kaki Jawa Barat pada tahun 2020 diperkirakan Lebih lanjut, kondisi tersebut berdampak pada tenaga
mengalami penurunan semakin dalam dibandingkan kerja pada sektor pariwisata dimana sebanyak 33.084
tahun 2019. Pada April 2020, industri alas kaki tercatat pekerja terpaksa dirumahkan untuk sementara waktu.
mengalami penurunan ekspor yang sejalan dengan Sebagian besar tenaga kerja yang dirumahkan meliputi
penurunan impor. Pandemi COVID-19 berdampak pekerja hotel sebanyak 10.151 orang, pekerja destinasi
pada penurunan permintaan global, terlebih dengan wisata sebanyak 4.950 orang, serta pekerja ekonomi
dibatalkannya beberapa event olahraga dunia membuat kreatif sekitar destinasi wisata sebanyak 6.920 orang.
pertumbuhan industri alas kaki semakin terpuruk.

26
Boks 1 Dampak COVID-19 Terhadap Perekonomian Di Jawa Barat

PROFESI DALAM DESA WISATA PROFESI SETELAH PENUTUPAN OBYEK WISATA

JUMLAH �ORANG� JUMLAH �ORANG�

PEMANDU WISATA 27 MASIH MENGANGGUR 26


PENGURUS DESA WISATA 17 LAINNYA 14
LAINNYA 7 PETANI 8
JASA TRAVEL 3
PETERNAK 1
PEMILIK HOMESTAY 2
PEDAGANG 1
TOKO OLEH�OLEH 1
NELAYAN 0
PENJUAL MAKANAN/MINUMAN 1
Sumber : Survei KPwBI Jabar terhadap UMKM Binaan Sumber : Survei KPwBI Jabar terhadap UMKM Binaan

Grafik 6 Profesi Penduduk Desa Wisata di Pangandaran Sebelum dan Sesudah Penutupan Obyek Wisata di Pangandaran

Salah satu wilayah yang terdampak paling parah di Untuk mengatasi tantangan sebagai dampak penutupan
Jawa Barat akibat pandemi virus COVID-19 adalah Kab. COVID 19 ini, para pelaku usaha di Desa Wisata
Pangandaran, dimana ekonominya bertumpu pada Kertayasa dan Selasari mengusulkan beberapa program
pariwisata dan seluruh objek wisata di Kab. Pangandaran seperti yang terdapat dalam grafik 8. Materi pelatihan
telah ditutup sejak tanggal 16 Maret 2020. Untuk atau pendampingan yang diusulkan antara lain: (i)
mengetahui lebih detail dampak dari penutupan objek Mendongkrak kembali wisata Pangandaran; (ii) Digital
wisata tersebut, terutama dampak terhadap desa marketing; (iii) Usaha berbasis digital; (iv) Penyusunan
wisata binaan di Pangandaran, yaitu Desa Selasari dan konten dan promo wisata digital; (v) Pelatihan wirausaha
Desa Kertayasa, maka KPw BI Provinsi Jawa Barat telah dan usaha mikro dan; (vi) Usaha kreatif.
melaksanakan survei secara online pada tanggal 17 hingga
20 April 2020. Dari survei tersebut didapatkan bahwa Berdasarkan hal tersebut, KPw BI Provinsi Jawa Barat
penutupan obyek wisata memberikan dampak yang telah melaksanakan berbagai pelatihan melalui Webinar
signifikan kepada pelaku usaha di kedua desa tersebut, yang diikuti oleh seluruh UMKM binaan KPw BI Provinsi
karena profesi utama mereka di sektor wisata antara Jawa Barat, a.l. Webinar Potensi Profit di Era Pandemi,
lain sebagai pemandu wisata, pengurus desa wisata, jasa Digital Marketing era Physical Distancing, dan Go Online
travel, pemilik homestay, toko oleh-oleh, dan lain-lain. di Era Pandemi Covid-19 bekerjasama dengan pelaku
Setelah penutupan obyek wisata mayoritas penduduk usaha marketpalce. Selain itu, saat ini telah dilakukan
masih menganggur sehingga pendapatan mereka turun penyusunan rencana program pendampingan kepada
secara signifikan. Dampak sosial dan ekonomi akibat desa wisata binaan, khususnya dalam menghadapi
penutupan obyek wisata ini terdapat pada grafik 6 dan 7, dampak pandemi Covid-19 terhadap UMKM pendukung
sedangkan hasil lengkap survei terdapat pada lampiran. pariwisata, bekerjasama dengan salah satu perguruan
tinggi di Bandung.

PENDAPATAN SEBELUM PENUTUPAN OBYEK WISATA PENDAPATAN SETELAH PENUTUPAN OBYEK WISATA

JUMLAH �ORANG� JUMLAH �ORANG�

LEBIH DARI 10 JUTA 0 LEBIH DARI 10 JUTA 1

7,5 JUTA � 10 JUTA 2 7,5 JUTA � 10 JUTA 0

5 JUTA � 7,5 JUTA 0 5 JUTA � 7,5 JUTA 0

2,5 JUTA � 5 JUTA 20 2,5 JUTA � 5 JUTA 0

KURANG DARI 2,5 JUTA 23 KURANG DARI 2,5 JUTA 44

Sumber : Survei KPwBI Jabar terhadap UMKM Binaan Sumber : Survei KPwBI Jabar terhadap UMKM Binaan

Grafik 7 Pendapatan Penduduk Desa Wisata di Pangandaran Sebelum dan Sesudah Penutupan Obyek Wisata di Pangandaran

27
Dampak COVID-19 Terhadap Perekonomian Di Jawa Barat Boks 1

manfaat yang meningkat dari Rp 150.000/KPM/bulan


REKOMENDASI PROGRAM

JUMLAH �ORANG�
menjadi Rp200.000,-/KPM/bulan. Sementara itu,
Bantuan Presiden merupakan bansos yang diberikan
BANTUAN SARANA PRASARANA 26
langsung oleh Presiden khusus wilayah Kabupaten
PELATIHAN 17 Bogor, Kota Depok, dan Kota Bekasi. Nilai bantuan
sebesar Rp600.000,-/KPM/bulan.
LAINNYA 15 Bantuan sosial yang berasal dari Pemerintah Proivnsi
Jawa Barat berupa bantuan tunai sebesar Rp150.000,-/
PENDAMPINGAN 15
KRTS/bulan dan bantuan non tunai sebesar Rp
Sumber : Survei KPwBI Jabar terhadap UMKM Binaan 350.000,-/KRTS/bulan, dengan priode penyaluran
Grafik 8 Rekomendasi program dari pelaku usaha desa
selama 4 bulan mulai April sampai dengan Juli 2020.
wisata di Pangandaran Sampai dengan Mei 2020, penyaluran bansos Pemprov
Jabar mencapai 28,59% dari total alokasi bansos. Dari
Kebijakan Pemerintah Daerah KRTS sebanyak 1.805.841, penyaluran yang telah
Berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah dilakukan sebanyak 516.332. Dari jumlah tersebut,
untuk mencegah perlambatan ekonomi yang semakin sebesar 70,80% merupakan KRTS yang terdaftar pada
dalam akibat pandemi COVID-19. Prioritas APBD Tahun Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS), sementara
2020 pun didorong untuk mendukung penanganan 16,72% lainnya merupakan non-DTKS.
COVID-19. Beberapa langkah yang telah dilakukan 3. Pemberian program pemulihan ekonomi, khususnya
Pemerintah terdiri atas 3 bagian utama yaitu: untuk dunia usaha yang tedampak, seperti sektor
1. Penanganan kesehatan berupa pemberian peralatan bisnis, sektor usaha, dan sektor riil. Selain memberi
bagi tenaga medis, pembuatan Rumah Sakit darurat,p) bantuan sosial bagi masyarakat yang terdampak
serta pemberian insentif bagi tenaga kerja medis. COVID-19, Pemerintah Provinsi Jawa Barat juga
Alokasi anggaran untuk penanganan kesehatan sebesar berupaya untuk melakukan pemulihan ekonomi
Rp9,57 triliun yang disesuaikan untuk pengadaan alat melalui sektor riil melalui berbagai proyek investasi di
dan bahan kesehatan, sarana prasarana kesehatan, Jawa Barat. Pemerintah juga mendukung pemulihan
penyiapan ruang isolasi serta indentif dan santunan UMKM dengan mempersiapkan skema pembiayaan
kematian untuk tenaga kesehatan. dan mendorong UMKM untuk memanfaatkan
2. Pemberian jaring pengaman sosial terhadap platform digital.
aktivitas sosial dan ekonomi bagi masyarakat
yang pendapatannya terdampak selama pandemi Program Kerja Bank Indonesia Jawa Barat
COVID-19. Untuk mendukung program Pemerintah dalam pemulihan
Bantuan sosial (bansos) yang diberikan berasal dari ekonomi Jawa Barat, Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Bansos Jawa Barat berkontribusi agar dapat mendorong
yang berasal dari Pemerintah Pusat antara lain ekonomi terus berjalan di tengah kondisi saat ini, dengan
Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Pangan semangat “kill the virus, but not the economy”. Pada
Non Tunai (BPNT), dan Bantuan Presiden. Baik untuk masa pandemi ini, koordinasi seluruh lembaga di daerah
PKH maupun BPNT, Pemerintah Pusat memperluas semakin erat, antara lain melalui Gugus Tugas Percepatan
penyalurannya dengan menambah jumlah penerima Penanggulangan COVID-19 di Jawa Barat, di mana KPw
menjadi 10 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM) BI Jawa Barat menjadi anggota di dalamnya khususnya di
yang akan diberikan setiap bulan mulai April sampai bidang stabilitas ekonomi. Beberapa strategi yang akan
Juni 2020. Adapun Pemerintah juga menambah dilakukan oleh KPw BI Jawa Barat dengan berkoordinasi
penerima BPNT menjadi 3,4 juta KPM, dengan besaran dengan pihak terkait, antara lain:

28
Boks 1 Dampak COVID-19 Terhadap Perekonomian Di Jawa Barat

1. Pengendalian inflasi melalui beberapa program 3. Peningkatan ekonomi dan keuangan digital melalui
pengendalian inflasi yang menjadi prioritas, yaitu fasilitasi sarana transaksi non tunai di pasar tradisional
memperkuat peran lembaga perantara dalam distribusi dan implementasi Quick Response Code Indonesian
pangan, memperkuat kerjasama antar daerah untuk Standard (QRIS).
melakukan pemasaran komoditas surplus Jawa Barat, 4. Pengembangan ekonomi syariah pasca pandemi
optimalisasi fungsi pasar untuk distribusi barang dan COVID-19 pada area industri produk halal, industri
menjaga stabilitas harga, memperkuat transaksi online keuangan syariah, dan perluasan usaha syariah
serta mendukung penguatan PIHPS provinsi untuk (pondok pesantren).
memperluas akses informasi harga guna menekan
5. Promosi investasi daerah bersama Pemda dengan
disparitas inflasi antar wilayah.
memanfaatkan momentum pemulihan ekonomi dunia
2. Pengembangan UMKM melalui program dan kembalinya minat investasi para investor.
pembangunan UMKM yang adaptif dengan kondisi
6. Penguatan pengawasan sistem pembayaran untuk
“new normal” baik yang bersifat jangka pendek dan
memantau transaksi menncurigakan dalam rangka
jangka panjang. Program jangka pendek seperti
program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan
pemasaran kolaboratif dan pemanfaatan digital
Pendanaan Terorisme (APU dan PPT).
platform, serta pengembangan produk yang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat saat ini. Sementara 7. Melakukan komunikasi publik dan program sosial
program jangka pajang pasca pandemi COVID-19 Bank Indonesia yang berdasarkan kajian dan asesmen
adalah melakukan pengembangan terhadap rencana untuk memberikan rekomendasi kebijakan terutama
bisnis ke depan sehingga UMKM dapat menjadi terkait dengan upaya menjaga stabilitas harga dan
sumber baru pertumbuhan ekonomi Jawa Barat. keberlangsungan industri.

29
Halaman ini sengaja dikosongkan
II Keuangan
Pemerintah
• Anggaran belanja di Jawa Barat (gabungan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan
Pemerintah Kab/Kota) pada tahun 2020 meningkat dibandingkan tahun 2019, khususnya
pada Belanja Provinsi dan Belanja 27 Kabupaten/Kota di Jawa Barat. Namun setelah ada
Perppu No. 1 tahun 2020 tentang Keuangan Negara Dalam Rangka Penanganan COVID-19,
dilakukan penyesuaian anggaran belanja Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah tahun
2020 sehingga menjadi lebih rendah dari target awal.

• Persentase realisasi pendapatan gabungan di Jawa Barat pada triwulan I 2020 lebih rendah
dibanding triwulan I 2019, khususnya pada realisasi pendapatan Provinsi yang menurun
menjadi 14,01%, sementara realisasi pendapatan 27 kabupaten/kota mencapai 17,23%
dari target pendapatan.

• Persentase realisasi belanja gabungan di Jawa Barat pada triwulan I 2020 meningkat
dibandingkan triwulan I 2019, khususnya pada realisasi belanja 27 kabupaten/kota dan
belanja APBN di Jawa Barat.

Rp 188,76T 10,08% 4,65% 14,01% 10,39%


5,77% yoy terhadap terhadap terhadap terhadap
2020 pagu 2020 pagu 2020 pagu 2020 pagu 2020

REALISASI REALISASI REALISASI


REALISASI BELANJA PENDAPATAN BELANJA
ANGGARAN BELANJA APBN
BELANJA FISKAL PEM. PROVINSI PEM. PROVINSI PEM. KAB/KOTA
GABUNGAN
9,38% 7,95% 20,31% 7,67%
Tw I 2019 Tw I 2019 Tw I 2019 Tw I 2019

Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat.


Laporan Perekonomian
Provinsi Jawa Barat
Mei 2020

Tabel 2.1 Ringkasan APDB Provinsi Jawa Barat Triwulan I 2020

Triwulan I 2019 Triwulan I 2020


APDB 2019 APDB 2020 APDB 2020-P
No Uraian (Rp Miliar) Realisasi % Realisasi (Rp Miliar) (Rp Miliar) Realisasi % Realisasi
(Rp Miliar) thd APBD (Rp Miliar) thd APBD

I Pendapatan 36.127 7.336 20,31 41.583 36.997 5.826 14,01

1 Pendapatan Asli Daerah 20.934 4.253 20,32 25.223 21.010 4.922 19,51

2 Dana Perimbangan 15.115 3.062 20,26 16.337 15.959 905 5,54

3 Lain-lain Pendapatan 78 21 27,29 23 28 - -

II Belanja 38.783 3.084 7,95 45.995 41.512 2.140 4,65

1 Belanja Operasi 27.304 2.990 10,95 32.044 25.648 2.069 6,46

2 Belanja Modal 3.263 94 2,87 4.684 1.808 14 0,31

3 Belanja Tidak terduga 31 - - 25 5.951 56 224,28

4 Belanja Transfer 8.185 - - 9.242 8.105 - -

Surplus/ (Defisit) -2.656 -4.412 -4.515


Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Provinsi Jawa Barat (diolah)

2.1 GAMBARAN UMUM lebih rendah dari anggaran awal karena pengalokasian
Total target pendapatan Jawa Barat tahun 2020 ulang untuk program-program penanggulangan dampak
mencapai Rp122,18 Triliun. Target pendapatan COVID-19 serta potensi penurunan pendapatan. Anggaran
tersebut meliputi pendapatan dari APBD Provinsi Jawa belanja APBD Provinsi Jawa Barat tahun 2020 diturunkan
Barat Rp41,58 Triliun dan pendapatan dari APBD 27 menjadi Rp41,51 Triliun.
kabupaten/kota Rp88,93 Triliun, dan APBN Rp80,60
Triliun. Dibandingkan 2019, target pendapatan Jawa Sampai dengan triwulan I 2020, realisasi pendapatan
Barat terkontraksi sebesar 0,79% (yoy) dengan kontraksi di Jawa Barat adalah Rp21,51 Triliun atau 17,6%
terbesar terdapat pada target pendapatan yang berasal terhadap target pendapatan tahun 2020. Realisasi
dari APBD 27 kabupaten/kota. Namun demikian, pendapatan APBD Provinsi Jawa Barat sebesar 14,01%,
seiring dengan adanya dampak COVID-19 yang meluas, menurun dibanding realisasi pendapatan triwulan I
Pemerintah Daerah melakukan penyesuaian target 2019 sebesar 20,31%. Sementara realisasi pendapatan
pendapatan tahun 2020 menjadi lebih rendah dari target APBD 27 kabupaten/kota sebesar 19,47%, meningkat
awal. Target pendapatan APBD Provinsi Jawa Barat tahun dibanding realisasi pendapatan periode yang sama tahun
2020 diturunkan menjadi Rp36,99 Triliun. sebelumnya sebesar 15,01%.

Total anggaran belanja fiskal Jawa Barat tahun 2020 Realisasi belanja fiskal di Jawa Barat pada triwulan I
mencapai Rp181,99 Triliun. Anggaran tersebut meliputi 2020 adalah Rp19,03 Triliun atau 10,5% terhadap total
belanja APBD Provinsi Jawa Barat Rp45,99 Triliun, anggaran belanja tahun 2020. Jika dibandingkan dengan
APBD 27 kabupaten/kota Rp88,93 Triliun, dan APBN triwulan I 2019, terdapat kenaikan kinerja serapan
Rp48,19 Triliun. Dibandingkan 2019, anggaran belanja anggaran untuk gabungan belanja fiskal di Jawa Barat.
fiskal Jawa Barat tumbuh meningkat sebesar 1,99% Persentase realisasi belanja terhadap pagu anggaran
(yoy). Pertumbuhan terbesar ada pada anggaran belanja tertinggi adalah belanja APBN di Jawa Barat, yakni sebesar
Provinsi sebesar 18,60% (yoy), sementara anggaran APBD Rp6,95 Triliun atau 14,76%. Kemudian disusul oleh
27 kabupaten/kota dan anggaran APBN di Jawa Barat realisasi belanja APBD 27 kabupaten/kota sebesar Rp9,94
mengalami kontraksi masing-masing menjadi -2,79% (yoy) Triliun atau 11,18%, meningkat apabila dibandingkan
dan -2,32% (yoy). Namun demikian, seiring dengan adanya dengan periode yang sama tahun 2019. Sementara
pandemi COVID-19, maka Pemerintah Daerah melakukan realisasi belanja terendah merupakan APBD Provinsi Jawa
penyesuaian anggaran belanja tahun 2020 menjadi

33
Bab II
Keuangan Pemerintah

40 RP T

36,2
36,0
40 RP T % YOY 100

34,4
33,7
32,9
32,4
35 35 80

27,0
30 30

25,3
60
24,1

25 25

20,4
20,7
40
19,2

18,1
16,9
20 20
16,1

20
13,3

12,2
15
12,0

15
0
10 10
7,4

7,3
7,1

5,8
5 �20
3,1

3,1
5
2,7

2,1
0 0 �40
I II III IV I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018 2019 2020
2017 2018 2019 2020
PENDAPATAN BELANJA g. PENDAPATAN�RHS g. BELANJA�RHS
PENDAPATAN BELANJA
Sumber : BPKAD Pemprov Jabar (diolah) Sumber : BPKAD Pemprov Jabar (diolah)

Grafik 2.1 Perkembangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Grafik 2.2 Perkembangan Pendapatan dan Belanja
APBD Provinsi Jawa Barat Pemerintah Provinsi Jawa Barat

Barat yang tercatat sebesar Rp2,14 Triliun atau 4,65% dari triwulan I 2019 yang terealisasi sebesar 20,31%
total anggaran, dan lebih rendah dibandingkan triwulan I atau Rp7,34 Triliun (Grafik 2.1). Penurunan realisasi
2019. pendapatan terjadi pada seluruh komponen pendapatan,
dengan penurunan realisasi pendapatan terbesar berada
Alokasi Transfer keuangan daerah dan dana desa (TKDD) pada komponen lain-lain pendapatan yang masih 0,00%
di Jawa Barat pada tahun 2020 mengalami penurunan pada triwulan I 2020, dari sebelumnya sebesar 27,29%
apabila dibandingkan tahun 2019 menjadi Rp 69,13 pada triwulan I 2019. Penurunan realisasi pendapatan
Triliun atau terkontraksi menjadi -4,43% (yoy). Realisasi pada triwulan I 2020 juga terkait dengan dampak panemi
TKDD di Jawa Barat sampai dengan triwulan I 2020 COVID-19 dimana salah satu sumber penghasilan pajak
tercatat sebesar Rp17,00 Triliun atau 24,59% dari total pemerintah provinsi terbesar, yaitu pajak kendaraan
alokasi TKDD tahun 2020. Realisasi tersebut meningkat bermotor mengalami penurunan seiring dengan
dibandingkan periode yang sama tahun 2019. Namun diberlakukannya PSBB yang berdampak pada penurunan
demikian, sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan penjualan kendaraan bermotor baru.
(PMK) No.35 Tahun 2020 tentang Penyesuaian Alokasi
TKDD untuk penanganan COVID-19, maka alokasi TKDD di Hingga triwulan I 2020, realisasi belanja Pemerintah
Jawa Barat mengalami penurunan pada tahun 2020. Provinsi terhadap anggarannya adalah 4,65% atau Rp2,14
Triliun, lebih rendah dibandingkan triwulan I 2019 yang
2.2 APBD PROVINSI JAWA BARAT terealisasi sebesar 7,95% atau Rp3,08 Triliun (Grafik
Anggaran Pemerintah Provinsi Jawa Barat (APBD) pada 2.1). Penurunan persentase realisasi belanja khususnya
2020 kembali mengalami defisit, yakni sebesar Rp4,5 terjadi pada belanja operasi dan belanja modal. Meskipun
Triliun, lebih tinggi dari defisit anggaran 2019 sebesar demikian, terjadi peningkatan yang sangat signifikan
Rp2,6 Triliun (Tabel 2.1). Kebijakan defisit anggaran pada realisasi belanja tidak terduga seiring dengan
ini mencerminkan strategi kebijakan fiskal Pemerintah tingginya belanja Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk
Daerah yang bersifat ekspansif untuk mendukung penanganan COVID-19.
penciptaan investasi serta konsumsi dalam rangka
memacu pertumbuhan ekonomi. Baik target pendapatan, 2.2.1 Target Pendapatan Provinsi Jawa
maupun target belanja Pemerintah Provinsi pada 2020 Barat
lebih tinggi dibandingkan 2019. Pendapatan Provinsi Jawa Barat dalam APBD 2020
ditargetkan mencapai Rp41,58 Triliun atau meningkat
Hingga triwulan I 2020, realisasi pendapatan 15,10% (yoy) dibandingkan target 2019 (Tabel 2.2).
Pemerintah Provinsi terhadap targetnya adalah sebesar Peningkatan terbesar adalah pada target Penerimaan
14,01% atau Rp5,83 Triliun, lebih rendah dibandingkan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan yakni masing-

34
Laporan Perekonomian
Provinsi Jawa Barat
Mei 2020

Tabel 2.2 Target Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat 2019 4,23%
dan 2020
6,07%
1,85% 1,91%
APBD-P % 0,25% 0,19%
APBD2019 APBD2020 2020 Perubahan
No Uraian (RpMiliar) (RpMiliar) (RpMiliar) (yoy)

I PAD 20.934 25.223 21.010 0,36 2019 2020-P


a.PajakDaerah 19.223 23.654 19.681 2,38

b.RetribusiDaerah 53 53 39 (26,67) 91,83% 93,67%


c.HasilPengelolaan 387 425 401 3,59
KekayaanDaerah
PAJAK DAERAH HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH
RESTRIBUSI DAERAH LAIN�LAIN PAD
d.Lain-lainPAD 1.271 1.092 889 (30,03)
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Provinsi Jawa Barat (diolah)
II DanaPerimbangan 15.115 16.337 15.959 5,58
Grafik 2.4 Pangsa Komponen Pendapatan Asli Daerah Provinsi
a.BagiHasilPajak 1.554 1.612 1.805 16,19 Jawa Barat
b.DanaAlokasiUmum 3.213 3.307 2.994 (6,81)

c.DanaAlokasiKhusus 10.349 11.418 11.160 7,84 Rasio derajat otonomi fiskal (DOF) Provinsi Jawa Barat
III Lain-lainPendapatan 78 23 28 (64,09) masih dalam kategori baik. Hal itu tercermin dari 56,79%
a.BantuanKeuangan 23 23 23 1,91 target pendapatan pada APBD-P 2020 bersumber
(Hibah)

b.Lain-lainPenerimaan 12 0 5 (62,83)
dari Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sementara Dana
c.DanaPenyesuaian 43 0 0 (100,00)
Perimbangan 43,14% dan Lain-lain Pendapatan 0,08%.
danOtsus Meskipun demikian, rasio DOF ini mengalami penurunan
Total Pendapatan 36.127 41.583 36.997 2,41 dibandingkan 2019 sebesar 57,94%. Hal ini sejalan dengan
Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Barat (diolah)
target PAD yang mengalami penurunan akibat penurunan
potensi penerimaan pajak dan retribusi dampak dari
masing sebesar 22,12% (yoy) dan 17,49% (yoy). Namun
berkurangnya kemampuan bayar dan keterbatasan akses
demikian, setelah ada penyesuaian terhadap target
masyarakat untuk membayar pajak (Grafik 2.3).
pendapatan APBD Provinsi Jawa Barat tahun 2020 yang
tertuang pada APBD-P 2020, maka target pendapatan
Pangsa penerimaan PAD Jawa Barat tahun 2020
menurun menjadi Rp 36,99 Triliun, dengan penyesuaian
didominasi oleh pajak daerah (93,67%), lain-lain PAD
terbesar pada PAD dari Rp25,22 Triliun menjadi Rp21,01
(4,23%), hasil pengelolaan kekayaan daerah (1,91%),
Triliun. Hal ini seiring dengan menurunnya kemampuan
dan retribusi daerah (0,19%) (Grafik 2.4). Pangsa pajak
bayar pajak oleh masyarakat dan keterbatasan akses
daerah mengalami peningkatan pada tahun 2020
untuk melakukan pembayaran pajak sebagai dampak dari
menjadi sebesar 93,67%, sementara lain-lain PAD, hasil
COVID-19 di Jawa Barat.
pengelolaan kekayaan daerah, dan retribusi daerah
mengalami penurunan.
0,22% 0,08%
2.2.2 Realisasi Pendapatan Provinsi
41,84% 43,14% Jawa Barat Triwulan I 2020
Hingga triwulan I 2020, realisasi pendapatan APBD
2019 2020-P Provinsi Jawa Barat adalah sebesar Rp5,83 Triliun, lebih
rendah dibandingkan triwulan I 2019 sebesar Rp7,34
57,94% 56,79% Triliun (Tabel 2.3). Dari segi capaian realisasi terhadap
target, realisasi pendapatan hingga triwulan I 2020
PAD DANA PERIMBANGAN LAIN�LAIN PENDAPATAN
tercatat sebesar 14,01% atau lebih rendah dibandingkan
Sumber : BPKAD Pemprov Jabar (diolah)
triwulan I 2019 sebesar 20,31%. Penurunan persentase
Grafik 2.3 Pangsa Target Pendapatan Tahun 2020 realisasi ini terjadi pada seluruh pos pendapatan,

35
Bab II
Keuangan Pemerintah

Tabel 2.3 Realisasi Pendapatan Provinsi Jawa Barat Triwulan I 2020

Triwulan I 2019 Triwulan I 2020

Realisasi Realisasi
No Uraian % Realisasi thd APBD % Realisasi thd APBD
(Rp Miliar) (Rp Miliar)

I PAD 4.253 20,32 4.922 19,51

a. Pajak Daerah 4.063 21,13 4.191 17,72

b. Retribusi Daerah 12 22,75 10 19,02

c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah - - 1 0,12

d. Lain-lain PAD 178 14,04 720 65,94

II Dana Perimbangan 3.062 20,26 905 5,54

a. Bagi Hasil Pajak 388 24,95 86 5,35

b. Dana Alokasi Umum 1.071 33,33 816 24,67

c. Dana Alokasi Khusus 1.603 15,49 3 0,02

III Lain-lain Pendapatan 21 27,29 - -

a. Bantuan Keuangan (Hibah) - - - -

b. Lain-lain Penerimaan - - - -

c. Dana Penyesuaian dan Otsus 21 50,00 - -

Total Pendapatan 7.336 20,31 5.826 14,01


Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Barat (diolah)

dimana realisasi PAD menurun menjadi 19,51%; dana hasil pengelolaan kekayaan daerah juga menurun seiring
perimbangan menurun menjadi 5,54%; serta lain-lain dengan terbatasnya aktivitas ekonomi yang dilakukan
pendapatan yang masih 0,00%. Penurunan pendapatan sehubungan dengan adanya kebijakan social distancing,
Pemerintah ini sejalan dengan laju pertumbuhan ekonomi PSBB dan work from home.
Jawa Barat yang pada triwulan I 2020 tercatat melambat
menjadi 2,73% (yoy), dari sebelumnya 4,11% (yoy) pada Pendapatan Asli Daerah (PAD)
triwulan IV 2019. Kondisi perekonomian yang sedang lesu Hingga triwulan I 2020, realisasi Pendapatan Asli
tersebut merupakan dampak dari COVID-19 yang meluas Daerah (PAD) Provinsi Jawa Barat adalah Rp4,92 Triliun
di Jawa Barat, dimana penerimaan Pemerintah yang atau 19,51% terhadap target. Capaian ini lebih rendah
berasal dari pajak dan dan retribusi daerah mengalami dibandingkan triwulan I 2019 sebesar 20,32% terhadap
penurunan. Selain itu, penerimaan yang berasal dari target. Berdasarkan pangsanya, realisasi PAD Jawa Barat

0,21% 0,33% 0,07%


0,01% 14,62%
15,54%
21,69% 24,77%
TW I TW I
2019 2020
85,16%
35,70% 48,43%
53,47%

PAJAK DAERAH HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH PKB PBBKB


RESTRIBUSI DAERAH LAIN�LAIN PAD BBNKB PAJAK AIR MINUM
Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Barat (diolah) Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Barat (diolah)

Grafik 2.5 Pangsa Realisasi Pendapatan Grafik 2.6 Pangsa Realisasi Pajak

36
Laporan Perekonomian
Provinsi Jawa Barat
Mei 2020

Tabel 2.4 Anggaran Belanja Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun Dana Perimbangan
2019 dan 2020 Pada triwulan I 2020, realisasi transfer dana perimbangan
APBD APBD APBD-P adalah sebesar Rp905 Miliar, lebih rendah dibandingkan
2019 2020 2020 Perubahan
No Uraian (RpMiliar) (RpMiliar) (RpMiliar) (%yoy)
triwulan I 2019 sebesar Rp3,06 Triliun. Realisasi transfer
dana perimbangan tersebut diperuntukkan bagi Provinsi
1 Belanja Operasi 27.304 32.044 25.648 (6,07)
Jawa Barat. Persentase realisasi dana perimbangan pada
a. Belanja Pegawai 5.977 7.269 7.033 17,67
triwulan I 2020 sebesar 5,54% tercatat lebih rendah
b. Belanja Barang 5.586 6.747 5.169 (7,46)
dibandingkan triwulan I 2019 yang mencapai 20,26%.
c. Belanja bunga 0 0 0 -
Penurunan persentase realisasi terhadap pagu ini terjadi
d. Belanja Subsidi 20 20 0 (100,00)
pada seluruh komponen, baik Dana Bagi Hasil Pajak (DBH),
e. Belanja Hibah 9.219 9.974 9.981 8,26
Dana Alokasi Umum (DAU), maupun Dana Alokasi Khusus
f. Belanja Bantuan Sosial 298 253,75 253,75 (14,89)

g. Belanja Bantuan 6.205 7.780 3.212 (48,24)


(DAK). Dilihat dari pangsanya, komponen Dana Alokasi
Keuangan Umum (DAU) memberikan kontribusi terbesar pada
2 Belanja Modal 3.263 4.684 1.808 (44,59) penerimaan dana perimbangan yakni mencapai 90,17%,
3 Belanja Tidak Terduga 31 25 5.951 18.938,03
disusul oleh Dana Bagi Hasil Pajak (DBH) mencapai
4 Transfer 8.185 9.242 8.105 (0,97)
21,83%, dan Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar 0,29%.
a. Bagi hasil pajak 8.185 9.242 8.105 (0,97)
Secara nominal, realisasi DAU di Jawa Barat pada triwulan
b. Bagi hasil retribusi 0 0 0 -
I 2020 sebesar 24,67%, realisasi DBH sebesar 5,35%, dan
Total Belanja 35.670 38.783 38.783 8,73
realisasi DAK sebesar 0,02%.
Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Barat, diolah

hingga triwulan I 2020 masih didominasi oleh Pajak Dana yang bersumber dari APBN tersebut merupakan
Daerah (85,16%) dan Lain-lain PAD (14,62%) (Grafik 2.5). bagian dari perwujudan desentralisasi daerah. DAU
Untuk pajak daerah, penerimaan paling besar berasal dialokasikan untuk pemerataan kemampuan keuangan
dari Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) antar daerah (horizontal) dalam rangka mendanai
sebesar 53,47%, kemudian disusul oleh Pajak Kendaraan kebutuhan daerah. Dana Bagi Hasil (DBH) ditujukan untuk
Bermotor (PKB) sebesar 24,77%, Pajak atas Penggunaan mengatasi ketimpangan fiskal vertikal (antara pemerintah
Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) sebesar pusat dan daerah), dengan fokus alokasi kepada daerah
21,69%, dan Pajak Air Permukaan sebesar 0,07% (Grafik penghasil. Sementara Dana Alokasi Khusus (DAK) ditujukan
2.6). Hal ini sejalan dengan karakteristik Jawa Barat yang untuk mengatasi ketimpangan penyediaan infrastruktur
padat penduduk sehingga kebutuhan terhadap kendaraan layanan publik (DAK fisik) serta mendukung operasional
bermotor sangat tinggi. Menurut Gaikindo, penjualan penyelenggaraan layanan publik (DAK non fisik).
kendaraan bermotor di Jawa Barat memegang pangsa
terbesar dibandingkan provinsi lainnya yakni mencapai Lain-lain Pendapatan
20,59%. Meskipun demikian, terdapat risiko penurunan Pada komponen lain-lain pendapatan, belum terdapat
yang lebih dalam pada pendapatan Pemerintah Provinsi realisasi pada triwulan I 2020 sehingga masih 0,00%, jauh
Jawa Barat pada tahun 2020 akibat berkurangnya daya lebih rendah dibandingkan triwulan I 2019 sebesar Rp21,3
beli masyarakat untuk membeli kendaraan, menurunnya Miliar. Hal ini disebabkan oleh Pemerintah Provinsi belum
kemampuan bayar pajak kendaraan, serta terbatasnya memperoleh bantuan keuangan (hibah) akibat kondisi
akses bagi masyarakat yang ingin melakukan pembayaran keuangan global dan domestik yang melambat pada
pajak. Hal ini merupakan dampak dari COVID-19 yang triwulan I 2020.
meluas di Jawa Barat. Dengan demikian, realisasi PAD
pada tahun 2020 diperkirakan akan lebih rendah dari
target awal.

37
Bab II
Keuangan Pemerintah

terduga meningkat signifikan dari Rp25 Miliar menjadi Rp


5,95 Triliun. Hal ini sejalan dengan peraturan Pemerintah
21,10% 19,52% Pusat untuk melakukan realokasi anggaran dengan
0,08% melakukan rasionalisasi anggaran pada belanja modal
8,41% 2019 14,34% 2020-P dan belanja barang & jasa, serta belanja pegawai tidak
langsung seperti biaya perjalanan dinas dan tunjangan
70,40% 4,36% 61,78% kinerja. Berdasarkan SKB Mendagri dan Menkeu tersebut,
rasionalisasi anggaran belanja modal sekurang-kurangnya
BELANJA OPERASI BELANJA MODAL 50% dengan tetap memperhatikan kemampuan keuangan
BELANJA TIDAK TERDUGA BELANJA TRANSFER

Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Barat (diolah)


masing-masing daerah.

Grafik 2.7 Pangsa Anggaran Belanja Provinsi Jawa Barat


Pada triwulan I 2020, anggaran belanja APBD Provinsi
Jawa Barat didominasi oleh belanja operasi (61,78%)
2.2.3 Anggaran Belanja Provinsi Jawa yang terdiri atas belanja pegawai, belanja barang &
Barat jasa, belanja hibah dan bantuan. Kemudian disusul
Anggaran belanja Provinsi Jawa Barat pada APBD 2020 oleh belanja transfer sebesar 19,52%, belanja tidak
adalah sebesar Rp45,99 Triliun atau meningkat 18,60% terduga (14,34%) dan belanja modal (4,36%) (Grafik 2.7).
(yoy) dibandingkan tahun 2019 (Tabel 2.4). Secara Anggaran belanja tidak terduga mengalami peningkatan
spesifik, peningkatan terbesar adalah pada anggaran seiring dengan realokasi anggaran yang dilakukan untuk
belanja operasi yakni 17,36% (yoy), belanja modal penanganan COVID-19 di Jawa Barat. Realokasi anggaran
(43,55% yoy), serta belanja transfer (12,92% yoy). pada belanja tidak terduga tersebut digunakan sebagai
Namun demikian, setelah ada penyesuaian terhadap jaring pengaman sosial (social safety net) dan pemulihan
anggaran APBD Provinsi Jawa Barat tahun 2020 yang dampak ekonomi.
tertuang pada APBD-P 2020 berdasarkan Peraturan
Gubernur (Pergub) Jawa Barat No. 25 tahun 2020, maka 2.2.4 Realisasi Belanja Provinsi Jawa
anggaran belanja menurun menjadi Rp41,51 Triliun, Barat Triwulan I 2020
dengan penyesuaian terbesar pada belanja operasi dari Pada triwulan I 2020, realisasi belanja APBD Provinsi
Rp32,04 Triliun menjadi Rp25,65 Triliun. Hal ini seiring Jawa Barat mencapai Rp2,14 Triliun atau 4,65% terhadap
dengan menurunnya pendapatan Pemerintah Provinsi pagu. Realisasi tersebut lebih rendah dibandingkan
Jawa Barat, sehingga anggaran belanja perlu disesuaikan triwulan I 2019 sebesar Rp3,08 Triliun atau 7,95%
kembali agar tidak terjadi pelebaran defisit yang semakin terhadap pagu (Tabel 2.5). Adapun komponen belanja
besar. Selain itu, terdapat instruksi dari Pemerintah Pusat dengan persentase realisasi tertinggi adalah belanja
melalui SKB Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan tidak terduga yang mencapai 224,28% terhadap pagu,
No. 119/2813/SJ dan No. 177/KMK.07/2020 tanggal 9 sementara realisasi terendah adalah belanja transfer
April tentang refocusing kegiatan dan realokasi anggaran yang belum terealisasi pada triwulan I 2020.
untuk penanganan COVID-19 di daerah.
Apabila dilihat dari sisi pertumbuhan, realisasi total
Berdasarkan Pergub No. 25 Tahun 2020, terdapat belanja Pemerintah Provinsi Jawa Barat pada triwulan
penyesuaian anggaran belanja APBD Provinsi Jawa I 2020 mengalami kontraksi menjadi -30,61% (yoy).
Barat tahun 2020 dari Rp45,99 Triliun menjadi Rp41,51 Kontraksi pertumbuhan terjadi pada belanja operasi
Triliun. Anggaran belanja operasi disesuaikan dari sebesar 30,80% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan
Rp32,04 Triliun menjadi Rp25,64 Triliun. Sementara belanja modal pada triwulan I 2020 sebesar 49,30%
anggaran belanja modal disesuaikan dari Rp4,68 Triliun (yoy), meningkat dibandingkan triwulan IV 2019 yang
menjadi Rp 1,80 Triliun. Adapun anggaran belanja tidak terkontraksi sebesar 18,66% (yoy) (Grafik 2.8). Secara

38
Laporan Perekonomian
Provinsi Jawa Barat
Mei 2020

Tabel 2.5 Realisasi Belanja Provinsi Jawa Barat Pada Triwulan I 2020

TW I 2019 s.d TW I 2020


APDB 2019 APDB-P 2020
(Rp Miliar) Realisasi % Realisasi (Rp Miliar) Realisasi % Realisasi
No Uraian (Rp Miliar) thd APBD (Rp Miliar) thd APBD

1 Belanja Operasi 27.304 2.990 10,95 27.304 2.069 6,46

a. Belanja Pegawai 5.977 856 14,32 5.977 1.015 13,97

b. Belanja Barang 5.586 657 11,77 5.586 643 9,53

c. Belanja Bunga 0 0 0,00 0 0 0,00

d. Belanja Subsidi 20 0 0,00 20 0 0,00

e. Belanja Hibah 9.219 1.468 15,92 9.219 400 4,01

f. Belanja Bantuan Sosial 298 0 0,00 298 0 0,00

g. Belanja Bantuan Keuangan 6.205 9 0,14 6.205 11 0,14

2 Belanja Modal 3.263 94 2,87 3.263 14,45 0,31

3 Belanja Tidak Terduga 31 0,00 0,00 31 56,07 224,28

4 Transfer 8.185 0 0,00 8.185 0 0,00

a. Bagi hasil pajak 8.185 0 0,00 8.185 0 0,00

b. Bagi hasil retribusi 0 0 0,00 0 0 0,00

Total Belanja 38.783 3.084 7,95 38.783 2.140 4,65


Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Barat (diolah)

umum, peningkatan yang terjadi pada belanja modal Realisasi belanja operasi pada triwulan I 2020 sebesar
sejalan dengan kinerja LU konstruksi yang masih tumbuh 6,46%, lebih rendah dari realisasi belanja operasi pada
positif pada triwulan I 2020 seiring dengan masih triwulan I 2019 sebesar 10,95% yang disebabkan oleh
berlanjutnya pembangunan proyek-proyek infrastruktur, menurunnya realisasi pada komponen belanja pegawai,
khususnya khususnya untuk proyek KPBU di Jawa Barat belanja barang & jasa, serta belanja hibah. Apabila dilihat
seperti Tol Cisumdawu seksi 2 dan 3. dari sisi pertumbuhan, belanja operasi juga mengalami
kontraksi sebesar 30,78% (yoy), yang disebabkan oleh
Belanja Operasi kontraksi pada komponen belanja barang & jasa (-2,15%
Berdasarkan komponen penyusunan, realisasi belanja (yoy)), dan belanja hibah (-72,73% (yoy)) (Grafik 2.10).
operasi pada triwulan I 2020 terutama ditopang oleh Adapun komponen belanja pegawai tumbuh meningkat
belanja pegawai (pangsa 49,07%), belanja barang & dibandingkan triwulan IV 2019 menjadi 18,60% (yoy).
jasa (31,08%), dan belanja hibah (19,34%) (Grafik 2.9).

80 % �YOY� % �YOY� 800 0,00%


700
60 0,52%
600
500
40
400 49,07%
20 300
19,34%
200
0
100
0
�20
�100
�40 �200
31,08%
I II III IV I II III IV I II III IV I
2017 2018 2019 2020
g.BELANJA OPERASI g. BELANJA TRANSFER BELANJA PEGAWAI BELANJA HIBAH BELANJA BANTUAN KEUANGAN
g. TOTAL BELANJA g. BELANJA MODAL � KANAN BELANJA BARANG BELANJA BANTUAN SOSIAL

Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Barat Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Barat

Grafik 2.8 Perkembangan Belanja Operasi dan Modal Grafik 2.9 Pangsa Realisasi Belanja Operasi

39
Bab II
Keuangan Pemerintah

2.3.1 Anggaran Pendapatan 27


Kabupaten/Kota Jawa Barat
200 400

300
150 Target pendapatan untuk 27 kabupaten/kota pada
100
200
tahun 2020 adalah sebesar Rp91,07 triliun, meningkat
100
4,64% (yoy) dibandingkan tahun 2019. Secara spasial,
50
0
target pendapatan terbesar adalah Kota Bandung sebesar
0
�100 Rp7,20 triliun, sementara target pendapatan paling kecil
�50 I II III IV I II III IV I II III IV I
�200 adalah Kota Banjar sebesar Rp813 miliar pada tahun 2020.
2017 2018 2019 2020
BELANJA OPERASI BELANJA PEGAWAI BELANJA HIBAH � KANAN Meskipun realisasi pendapatan Pemerintah Kabupaten/
BELANJA BARANG � KANAN BELANJA BANTUAN KEUANGAN � KANAN

Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Barat Kota masih menunjukkan peningkatan pada triwulan I
Grafik 2.10 Pertumbuhan Komponen Belanja Operasi
2020, namun terdapat risiko penurunan pendapatan
secara signifikan pada tahun 2020 sehubungan dengan
adanya relaksasi pajak yang diberikan Pemerintah bagi
Belanja Modal sektor terdampak COVID-19. Relaksasi pajak tersebut
Realisasi belanja modal Pemerintah Provinsi Jawa Barat meliputi pajak perhotelan, pajak restoran & rumah makan,
pada triwulan I 2020 adalah Rp14 Miliar atau sebesar pajak pariwisata, serta pajak industri yang merupakan
0,31%, lebih rendah dibandingkan triwulan I 2019 potensi penerimaan bagi PAD Pemerintah Kabupaten/
sebesar Rp94 Miliar atau sebesar 2,87%. Meskipun Kota. Relaksasi pajak tersebut diberlakukan secara efektif
demikian, apabila dilihat dari pertumbuhannya, belanja sejak 1 April 2020.
modal pada triwulan I 2020 mengalami peningkatan
sebesar 49,30% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan Pada triwulan I 2020, realisasi pendapatan APBD 27
IV 2019 yang mengalami kontraksi sebesar -18,66 (yoy). kabupaten/kota di Jawa Barat mencapai Rp15,69
Pertumbuhan yang meningkat tersebut sejalan dengan triliun atau 17,23% terhadap anggaran, lebih tinggi
kinerja LU konstruksi yang masih tumbuh positif pada dibandingkan triwulan I 2019 sebesar Rp13,07
triwulan I 2020 seiring dengan masih berlanjutnya triliun atau 15,01% terhadap anggaran. Hal tersebut
pembangunan proyek-proyek infrastruktur, khususnya disebabkan oleh semakin tingginya jumlah wajib pajak
proyek KPBU di Jawa Barat seperti Tol Cisumdawu seksi yang membayar pajak pada tahun 2020, seperti pajak
2 dan 3. perhotelan, pajak restoran, dan sebagainya. Secara
spasial, realisasi pendapatan tertinggi terjadi di Kota
2.3 APBD 27 KABUPATEN/KOTA DI Sukabumi (24,09%), sementara realisasi terendah terjadi
JAWA BARAT di Kab. Bekasi (11,42%).
APBD 27 Kabupaten/kota di Jawa Barat tahun 2020
mengalami defisit sebesar Rp8,34 triliun. Secara spasial, 2.3.2 Anggaran Belanja 27 Kabupaten/
Kota Bekasi merencanakan surplus APBD pada tahun Kota Jawa Barat
2020 sebesar Rp25 juta, sementara Kabupaten Bogor Anggaran belanja untuk 27 kabupaten/kota pada 2020
merencanakan defisit paling dalam di antara kabupaten/ tercatat sebesar Rp95,69 Triliun atau meningkat sebesar
kota lainnya sebesar Rp4,28 triliun. Meskipun demikian, 4,59% (yoy) dibandingkan tahun 2019 (Rp91,48 Triliun).
APBD tersebut merupakan APBD tahun 2020 sebelum Secara spasial, anggaran belanja untuk 9 kabupaten/kota
dilakukan penyesuaian sesuai instruksi Pemerintah Pusat. besar di Jawa Barat memiliki pangsa mencapai 50,19%
Dengan demikian, masih terdapat risiko perubahan terhadap total anggaran belanja kab/kota di Jawa Barat.
pada APBD-P 2020 dari 27 kabupaten/kota, dimana Adapun anggaran belanja tertinggi dimiliki oleh Kota
pendapatan cenderung akan lebih rendah dari target Bandung sebesar Rp 7,70 Triliun (pangsa 8,28%). Di sisi
awal. Hal tersebut berpotensi mengakibatkan pelebaran lain, kab/kota dengan pangsa belanja terendah adalah
defisit yang semakin besar. Kota Banjar sebesar Rp0,83 Triliun (pangsa 0,90%) (Grafik
2.11).

40
Laporan Perekonomian
Provinsi Jawa Barat
Mei 2020

RP TRILIUN
9 2,36%
7,70

8
6,47

7
5,80

6 12,70% 16,14%
5,00
4,60
4,59
4,32
4,15

5
4,00
3,70
3,67
3,63
3,62
3,43
3,41
3,28
4
42.57%

2,81
2020

2,65
17,79% 2019

2,60
2,49
2,38
3 42.68%

1,81
1,70
1,54
1,40
1,34
2

0,83
1
0 26,51%
KOTA BANDUNG
KAB. BEKASI
KOTA BEKASI
KAB. BANDUNG
KAB. KARAWANG
KAB. GARUT
KAB. BOGOR
KAB. SUKABUMI
KAB. TASIKMALAYA
KAB. CIANJUR
KAB. MAJALENGKA
KAB. CIREBON
KOTA DEPOK
KAB. INDRAMAYU
KAB. SUBANG

KOTA BOGOR
KAB. CIAMIS

KOTA CIMAHI

KOTA SUKABUMI
KOTA BANJAR
KAB. BANDUNG BARAT
KAB. SUMEDANG
KAB. KUNINGAN

KAB. PURWAKARTA
KOTA CIREBON
KOTA TASIKMALAYA

KAB. PANGANDARAN
26,83%

BELANJA PEGAWAI BELANJA MODAL


BELANJA BARANG & JASA BELANJA HIBAH & BANTUAN
Sumber : TEPRA (monev.lkpp.go.id) Sumber : TEPRA (monev.lkpp.go.id)

Grafik 2.11 Anggaran Belanja APBD 27 Kabupaten/Kota di Jawa Grafik 2.12 Struktur Belanja APBD 27 Kab/Kota 2019 dan 2020
Barat

Berdasarkan strukturnya, anggaran belanja kab/kota 2.4 BELANJA APBN DI JAWA BARAT
masih didominasi oleh belanja pegawai (pangsa 42,57%), Dalam rangka pembiayaan belanja serta program di
kemudian diikuti oleh belanja barang & jasa (pangsa daerah, pemerintah pusat mengalokasikan sejumlah
26,51%), belanja modal (pangsa 16,14%), dan belanja anggaran APBN untuk direalisasikan di Jawa Barat. Belanja
hibah & bantuan (pangsa 2,36%) (Grafik 2.12). pemerintah pusat melalui APBN tersebut antara lain
digunakan untuk membiayai gaji pegawai Kementerian
Realisasi belanja APBD 27 kabupaten/kota di Jawa atau instansi pemerintah pusat yang berada di Jawa Barat.
Barat mencapai Rp9,40 triliun atau 10,39% terhadap Selain itu, belanja APBN digunakan untuk membiayai
anggaran, lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2019 proyek infrastruktur strategis yang dicanangkan oleh
sebesar Rp7,01 triliun atau 7,67% terhadap anggaran. pemerintah pusat. Berdasarkan strukturnya, belanja
Secara spasial, realisasi belanja terendah terjadi di Kab. APBN di Jawa Barat pada 2020 terutama dialokasikan
Bandung Barat (7,05%), sementara realisasi tertinggi untuk belanja barang (42,78%) & belanja pegawai
terjadi di Kota Sukabumi (15,75%) (Grafik 2.13). Realisasi (38,29%) (Tabel 2.6).
belanja di Kota Sukabumi merupakan yang tertinggi
sehubungan dengan realisasi pendapatan triwulan I 2020 Pada triwulan I 2020, realisasi belanja APBN di Jawa
yang tertinggi pula di antara kabupaten/kota lainnya. Barat adalah Rp6,95 Triliun atau 14,76% terhadap
anggaran (Tabel 2.7). Realisasi belanja tersebut lebih
tinggi dibandingkan realisasi belanja pada triwulan I
2019. Meningkatnya persentase serapan belanja APBN di
1 RP TRILIUN
REALISASI KAB/KOTA SE�JABAR 10,37% 16% Jawa Barat terjadi pada seluruh komponen, baik belanja
0,9 14%
0,8
12% pegawai, belanja barang, belanja modal maupun belanja
0,7
0,6
0,5
10%
8%
bantuan sosial.
0,4 6%
0,3
4%
Adapun komponen belanja APBN dengan pangsa
0,2
0,1 2%
0 0%
realisasi terbesar pada triwulan I 2020 adalah belanja
KAB. BANDUNG
KAB. BANDUNG BARAT
KAB. BEKASI
KAB. BOGOR
KAB. CIAMIS
KAB. CIANJUR
KAB. CIREBON
KAB. GARUT
KAB. INDRAMAYU
KAB. KARAWANG
KAB. KUNINGAN
KAB. MAJALENGKA

KAB. SUKABUMI

KAB. TASIKMALAYA
KOTA BANDUNG
KOTA BEKASI
KOTA BOGOR
KOTA CIMAHI
KOTA DEPOK
KOTA SUKABUMI
KAB. PANGANDARAN
KAB. PURWAKARTA
KAB. SUBANG

KAB. SUMEDANG

pegawai (52%), diikuti belanja barang & jasa (38%),


dan belanja modal (9%) (Grafik 2.14). Pertumbuhan
ANGGARAN BELANJA % REALISASI BELANJA TW I'20 belanja APBN pada triwulan I 2020 tercatat sebesar
Sumber : Situs TEPRA (monev.lkpp.go.id)
4,56% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan IV 2019
Grafik 2.13 Perkembangan Realisasi Belanja 27 Kab/Kota di
Jawa Barat Triwulan I 2020 yang terkontraksi sebesar 4,41% (yoy). Peningkatan
pertumbuhan dibandingkan triwulan I 2020 terjadi pada

41
Bab II
Keuangan Pemerintah

Tabel 2.6 Anggaran Belanja APBN di Provinsi Jawa Barat Tahun 2019 dan 2020

TA 2019 TA 2020

Pagu Pangsa Pagu Pangsa


No Jenis Belanja (Rp Miliar) (%) (Rp Miliar) (%)

1 Belanja Pegawai 19.540 39,96% 20.139 42,78%

2 Belanja Barang 21.394 43,75% 18.023 38,29%

3 Belanja Modal 7.903 16,16% 8.774 18,64%

4 Belanja Bantuan Sosial 59 0,12% 137 0,29%

Total Belanja 48.897 100,00% 47.073 100,00%


Sumber : Ditjen Perbendaharaan Kanwil Jawa Barat (diolah)

komponen belanja pegawai, belanja modal dan belanja Fungsi ekonomi bertujuan untuk mendukung strategi
bantuan sosial. Sementara itu, komponen belanja barang kebijakan Pemerintah dalam pembangunan ekonomi
& jasa mengalami perlambatan (Grafik 2.15). melalui peningkatan ketahanan pangan dan energi,
pembangunan infrastruktur, pengembangan teknologi
Berdasarkan fungsinya, realisasi belanja modal terbesar dan informatika, peningkatan akses permodalan dan daya
pada triwulan I 2020 terdapat pada fungsi pertahanan saing UMKM, serta koperasi.
sebesar 13,29% dari total anggaran, kemudian disusul
oleh fungsi ekonomi sebesar 7,57%, dan fungsi pendidikan Sementara fungsi pendidikan bertujuan untuk perluasan
sebesar 6,46% (Tabel 2.8). akses pendidikan, peningkatan skill sumber daya manusia
(SDM) dan keberlanjutan pendanaan pendidikan. Pada
Secara struktural, pangsa terbesar pada realisasi belanja tahun 2020, terdapat 4 kebijakan Pemerintah Pusat pada
modal APBN triwulan I 2020 adalah fungsi ekonomi fungsi pendidikan yaitu:
(82,96%), fungsi pertahanan (6,87%), dan fungsi 1) Perluasan akses pendidikan dari usia dini sampai
pendidikan (5,91%) (Grafik 2.16). Untuk fungsi ekonomi, dengan pendidikan tinggi
pangsanya meningkat signifikan dibandingkan tahun 2) Melanjutkan percepatan dan peningkatan kualitas
2019 seiring dengan tingginya belanja Pemerintah untuk sarana prasarana pendidikan (melalui Kementerian
penanganan dampak COVID-19 di Jawa Barat sejak PUPR dan DAK Fisik)
triwulan I 2020.
3) Meningkatkan kualitas dan keterampilan SDM
4)
Mendukung keberlanjutan pendanaan terkait
pendidikan melalui investasi Pemerintah.

Tabel 2.7 Realisasi Belanja APBN di Provinsi Jawa Barat Triwulan I 2020

Tw I 2019 Tw I 2020
Pertumbuhan
Realisasi % Realisasi thd Realisasi % Realisasi thd (% yoy)
No Jenis Belanja (Rp Miliar) APBN (Rp Miliar) APBN

1 Belanja Pegawai 3.427 17,54 3.646 18,10 6,39

2 Belanja Barang 2.757 12,89 2.672 14,83 -3,08

3 Belanja Modal 457 5,78 614 7,00 34,35

4 Belanja Bantuan Sosial 4 6,72 16 11,68 300,00

Total Belanja 6.645 13,59 6.948 14,76 4,56


Sumber : Ditjen Perbendaharaan Kanwil Jawa Barat (diolah)

42
Laporan Perekonomian
Provinsi Jawa Barat
Mei 2020

0% % �YOY�
100
% �YOY�
250

9% 80 200

150
60
100
TW I 40
50
2020
52% 20
0
0
38% �50

�20 �100

�40 �150
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018 2019 2020
BELANJA PEGAWAI BELANJA MODAL TOTAL BELANJA PEGAWAI BELANJA MODAL � KANAN
BELANJA BARANG BELANJA BANTUAN SOSIAL BELANJA BARANG BELANJA BANTUAN SOSIAL � KANAN
Sumber : Ditjen Perbendaharaan Kanwil Jawa Barat (diolah) Sumber : Ditjen Perbendaharaan Kanwil Jawa Barat (diolah)

Grafik 2.14 Pangsa Realisasi Belanja APBN di Jawa Barat Grafik 2.15 Perkembangan Belanja APBN di Jawa Barat

2.5 TRANSFER KE DAERAH & DANA Pada tahun 2020, alokasi TKDD untuk Jawa Barat yang
DESA (TKDD) GABUNGAN DI meliputi provinsi maupun 27 kabupaten/kota sebesar
JAWA BARAT Rp71,60 Triliun. Pangsa alokasi TKDD terbesar yaitu Dana
Tingkat ketergantungan daerah terhadap pusat Alokasi Umum (DAU) (50,32%), Dana Alokasi Khusus
dapat dilihat pada rasio Transfer ke Daerah & Dana Non Fisik (DAK Non Fisik) (28,30%), dan Dana Desa
Desa (TKDD) terhadap Total Pendapatan APBD. TKDD (9,09%) (Grafik 2.17). DAU merupakan pangsa terbesar
merupakan bantuan dana yang diberikan oleh Pemerintah seiring dengan belanja pegawai Pemerintah Pusat yang
Pusat kepada Pemerintah Daerah yang bertujuan untuk cukup besar di daerah dengan memperhitungkan gaji
meningkatkan kualitas dan mengurangi kesenjangan ke-13, THR, dan formasi CPNS di daerah. DAK non Fisik
pelayanan dasar publik antar daerah. TKDD terdiri atas merupakan pangsa terbesar kedua sejalan dengan
Dana Perimbangan (Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, program Pemerintah Pusat untuk meningkatkan kualitas
Dana Alokasi Khusus Fisik & Non Fisik), Dana Insentif pendidikan melalui Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
Daerah, Dana Otsus dan Dana Desa. dan Tunjangan Profesi Guru, khususnya di Jawa Barat.

Tabel 2.8 Realisasi Belanja Modal APBN di Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Fungsi Triwulan IV 2019

Triwulan I 2019 Triwulan I 2020

Pagu (2019) % Realisasi thd Pagu (2020) % Realisasi thd


Realisasi Realisasi
No Fungsi (Rp Miliar) Pagu (Rp Miliar) Pagu

1 Pelayanan Umum 232 211 90,72 225 211 93,69

2 Pertahanan 133 95 71,29 417 379 91,04

3 Ketertiban dan Keamanan 277 270 97,52 418 407 97,44

4 Ekonomi 6.014 5.486 91,23 5.434 4.646 85,49

5 Lingkungan Hidup 94 90 95,66 55 54 98,46

6 Perumahan dan Fasilitas Umum 113 111 98,28 155 77 49,97

7 Kesehatan 268 215 79,98 318 273 85,74

8 Agama 44 42 95,84 37 30 79,62

9 Pendidikan 605 555 91,67 791 715 90,39

10 Perlindungan Sosial 6 6 99,29 8 8 99,10

TOTAL BELANJA MODAL 11.220 449 4,00 8.770 615 7,01


Sumber : Ditjen Perbendaharaan Kanwil Jawa Barat (diolah)

43
Bab II
Keuangan Pemerintah

1,62% 5,95%
0,54% 0,07% 3,68% 0,13% 0,30% 5,91% 0,26%
1,49%
0,02% 0,55%
3,85% 0,00% 6,87%
0,25% 1,40%

22,21% TW I TW I
2019 2020 28,30%
1,59% 50,37%
2,68% 65,23% 82,96%
4,67% 9,09%
PELAYANAN UMUM EKONOMI KESEHATAN AGAMA
PERTAHANAN LINGKUNGAN HIDUP PENDIDIKAN
KETERTIBAN & KEAMANAN PERUMAHAN &FASILITAS UMUM PERLINDUNGAN SOSIAL DBH DANA DESA DAK NON FISIK
DAU DAK FISIK DID
Sumber : Ditjen Perbendaharaan Kanwil Jawa Barat (diolah) Sumber : Ditjen Perbendaharaan (diolah)

Grafik 2.16 Pangsa Realisasi Belanja APBN Berdasarkan Fungsi Grafik 2.17 Pangsa Alokasi TKDD di Jawa Barat Tahun 2020

Sementara Dana Desa menduduki peringkat ketiga menurun dibandingkan triwulan I 2019 yang mencapai
dalam pangsa alokasi TKDD seiring dengan program Rp17,33 triliun atau 24,46% (Grafik 2.18). Secara spesifik,
pembangunan desa melalui skema padat karya tunai, penurunan tersebut disebabkan terjadinya penurunan
program pengentasan stunting, serta program ketahanan realisasi pada komponen DBH dari sebesar 17% pada
pangan desa. triwulan I 2019 menjadi sebesar 9% pada triwulan I 2020,
kemudian disusul oleh Dana Desa yang menurun dari
Namun demikian, Pemerintah Pusat melalui Peraturan 17% menjadi hanya 2% pada triwulan I 2020. Realisasi
Menteri Keuangan (PMK) No. 35 Tahun 2020 tentang dana desa yang rendah tersebut disebabkan oleh kendala
Pengelolaan Transfer Ke Daerah & Dana Desa Tahun administrasi, dimana desa belum menyelesaikan APBDes
2020 Dalam Rangka Penanganan COVID-19, dilakukan sebagai persyaratan pengajuan Dana Desa, dengan
penyesuaian kembali terhadap alokasi TKDD yang akan demikian dananya tidak dapat dicairkan. Pemerintah Kab/
diberikan ke daerah pada tahun 2020 (Tabel 2.9). Hal ini Kota harus melakukan pendampingan kepada perangkat
dilakukan untuk merealokasi anggaran APBN sehingga desa, khususnya dalam penyusunan dan penyelesaian
dapat digunakan untuk penanganan COVID-19 secara APBDes.
terkoordinasi yang akan diberikan ke daerah-daerah yang
membutuhkan. Adapun rasio alokasi TKDD terhadap pendapatan pada
tahun 2020 mengalami penurunan menjadi 45,96%, dari
Pada triwulan I 2020, realisasi TKDD terhadap realisasi tahun 2019 sebesar 57,98% (Grafik 2.18). Penurunan
Total Pendapatan APBD Jawa Barat adalah sebesar rasio tersebut menunjukkan bahwa ketergantungan Jawa
Rp17,00 triliun atau sebesar 23,74%. Realisasi tersebut

Tabel 2.9 Perubahan Alokasi TKDD di Jawa Barat Tahun 2020


40 RP TRILIUN 80%
Berdasarkan PMK No.35 Tahun 2020
35 66,94% 70%
2020 2020-P 57,78%
30 60%
No Jenis TKDD (Rp Triliun) (Rp Triliun) 49,48% 47,98%
25 45,96% 50%

20 40%
1 DBH 5,08 3,89
15 30%
2 DAU 36,56 32,91
10 20%
3 DANA DESA 5,94 5,94
5 10%
4 DAK FISIK 4,07 3,05 0 0%
2016 2017 2018 2019 2020
5 DAK NON FISIK 18,77 18,49
TKDD PENDAPATAN RASIO
6 DID 1,18 1,06
Sumber : Ditjen Perbendaharaan (diolah)
TOTAL TKDD 65,34
Grafik 2.18 Rasio TKDD Terhadap Total Pendapatan APBD Jawa
Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Barat, diolah staf BI Barat

44
Laporan Perekonomian
Provinsi Jawa Barat
Mei 2020

20 RP TRILIUN 350% 0,45 RP TRILIUN 120%


18 301,49% 0,40 107,57%
300% 100%
16 248,55% 252,03% 0,35
14 219,18% 250%
0,30
80%

12 183,60% 200% 60%


0,25
10
150% 0,20 40%
8
0,15
6 100% 20%
4 0,10 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
50% 0%
2 0,05

0 0% 0,00 �20%
TW I 2016 TW I 2017 TW I 2018 TW I 2019 TW I 2020 TW I 2016 TW I 2017 TW I 2018 TW I 2019 TW I 2020

NON DAK FISIK BELANJA OPERASI RASIO DAK FISIK BELANJA MODAL RASIO

Sumber : Ditjen Perbendaharaan (diolah) Sumber : Ditjen Perbendaharaan (diolah)

Grafik 2.19 Rasio Non DAK Fisik Terhadap Belanja Operasi Jawa Grafik 2.20 Rasio DAK Fisik Terhadap Belanja Modal Jawa Barat
Barat

Barat terhadap transfer dari Pemerintah Pusat mengalami terlalu banyak, sehingga sebagian besar realisasi belanja
penurunan, atau dengan kata lain, Jawa Barat semakin berasal dari TKDD yang disalurkan oleh Pemerintah
mandiri dalam hal pemenuhan target pendapatan, baik Pusat pada triwulan I 2020. Meskipun demikian, rasio
pendapatan Provinsi, maupun pendapatan 27 kabupaten/ tersebut menurun dibandingkan triwulan I 2019 sebesar
kota pada tahun 2020. 252,03%. Hal ini menunjukkan bahwa adanya perbaikan
pola realisasi belanja dimana realisasi belanja operasi di
Dari sisi belanja, TKDD juga memberikan stimulus bagi Jawa Barat pada triwulan I 2020 semakin banyak dibiayai
Provinsi maupun Kabupaten/Kota di Jawa Barat untuk oleh Pemerintah Daerah. Sementara stimulus untuk
merealisasikan belanja setiap tahunnya. Stimulus yang belanja modal tercermin pada rasio antara TKDD berupa
diberikan akan mempengaruhi Belanja Operasi dan DAK Fisik terhadap belanja modal di Jawa Barat. Pada
Belanja Modal. Stimulus untuk belanja operasi tercermin triwulan I 2020, rasio DAK Fisik terhadap realisasi belanja
pada rasio antara TKDD berupa Non DAK Fisik terhadap modal di Jawa Barat masih 0,00% (Grafik 2.20). Hal ini
realisasi belanja operasi di Jawa Barat. Non DAK Fisik disebabkan oleh realisasi belanja modal pada triwulan I
meliputi DAU, DBH, DID, DAK Non Fisik dan Dana Desa. 2020 menggunakan anggaran belanja modal yang berasal
Pada triwulan I 2020, rasio Non DAK Fisik terhadap dari APBD, sementara DAK Non Fisik dari Pemerintah
realisasi belanja operasi di Jawa Barat sebesar 183,60% Pusat belum tersalurkan sama sekali pada triwulan I 2020,
(Grafik 2.19). Tingginya rasio tersebut disebabkan pada seperti halnya pada tahun-tahun sebelumnya.
awal tahun, pendapatan Pemerintah Daerah belum

45
Halaman ini sengaja dikosongkan
III Inflasi
• Realisasi inflasi Jawa Barat pada triwulan I 2020 sebesar 3,94% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan inflasi nasional yang mencapai 2,96%(yoy)
• Realisasi inflasi Jawa Barat masih berada di atas inflasi Pulau Jawa dan inflasi nasional.
• Kota Depok mencatat laju inflasi tertinggi yang mencapai 4,31% (yoy), sementara
Cirebon menjadi kota dengan laju inflasi terendah, sebesar 1,97% (yoy).
• Inflasi IHK tahunan Jawa Barat pada triwulan II 2020 diperkirakan sesuai dengan target
sasaran inflasi 2020 pada rentang 3±1% (yoy).

0,10% 1,10% 3,95% 3,28% 3,79%


RATA-RATA
INFLASI INFLASI INFLASI INFLASI
INFLASI IHK
BULANAN KUMULATIF JAWA BARAT PULAU JAWA
JAWA BARAT

Maret 2020 Jan - Maret 2020 Tw I 2020 Tw I 2020 Rata-rata 5 tahun


(mtm) (ytd) (yoy) (yoy) (yoy)
Laporan Perekonomian
Provinsi Jawa Barat
Mei 2020

4 % �YTD�

7,26 6,83 3,5


6,38 3

4,45 4,37 2,5


3,35 3,45 3,61 3,72 3,61 3,40 3,39 2,96
3,12 2,883,132,483,28 2,72
2
3,073,02 1,49
1,5

1 1,21
1,10

3,94
5,46
6,51
6,11
2,73
3,78
3,22
2,54
2,75
3,37
4,31
3,87
3,63
3,91
3,09
3,17
3,54
2,42
3,48
3,85
3,21
0,5
I II III
2015
IV I II III
2016
IV I II III
2017
IV I II III
2018
IV I II III
2019
IV I
2020 0
0,39
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEPT OKT NOV DES
JAWA BARAT NASIONAL

2017 2018 2019 2020

Sumber: BPS, (diolah), Sejak awal tahun 2020 menggunakan TD 2018 Sumber: BPS, (diolah)

Grafik 3.1 Inflasi Jawa Barat dan Nasional Grafik 3.2 Inflasi Kumulatif di Jawa Barat

3.1 PERKEMBANGAN INFLASI terbesar. Curah hujan yang tinggi selama triwulan I 2020
Inflasi Jawa Barat pada triwulan I 2020 tetap terkendali memberikan dampak pada hasil panen hortikultura yang
dan berada pada rentang sasaran inflasi 3%±1%. Inflasi kurang optimal antara lain pemetikan (panen) tidak
IHK Jawa Barat pada triwulan I 2020 tercatat sebesar maksimal, proses pematangan hasil panen lebih lama
3,94%(yoy), sejalan dengan sasaran inflasi nasional tahun sehingga frekuensi petik juga berkurang. Lebih lanjut,
2020 (Grafik 3.1). Realisasi ini tercatat lebih tinggi jika kondisi ini menyebabkan penurunan jumlah produksi dan
dibandingkan pada periode Triwulan I 2019 yang yang kualitas panen terutama pada komoditas hortikultura
sebesar 2,42% (yoy) dan realisasi triwulan IV 2019 yang seperti cabai merah dan bawang merah. Perubahan
sebesar 3,21%(yoy). Capaian inflasi IHK Jawa Barat pada periode tanam di beberapa daerah sentra produksi
periode triwulan ini juga masih lebih tinggi dari capaian hortikultura sebagai dampak lanjutan anomali cuaca
inflasi IHK nasional sebesar 2,96%(yoy). tahun 2019, menyebabkan tekanan harga pada komoditas
pangan yang masih pada masa tanam di awal tahun
Secara kumulatif Januari hingga Maret, inflasi Jawa 2020 seperti beras. Di sisi lain, mewabahnya COVID-19
Barat triwulan I 2020 tercatat merupakan yang di Indonesia pada awal Maret 2020 yang ditindaklanjuti
terendah kedua selama 3 (tiga) tahun terakhir (Grafik dengan travel warning, social distancing, dan learn and
3.2). Kondisi inflasi pada triwulan I 2020 didorong oleh work from home menyebabkan penurunan permintaan
komoditas kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau pada angkutan udara dan berkurangnya pasokan
terutama subkelompok Makanan dan subkelompok komoditas impor pangan dari Tiongkok menyebabkan
Rokok dan Tembakau yang menjadi penyumbang inflasi kenaikan harga komoditas bawang putih dan jeruk.

JANUARI FEBRUARI MARET


% �MTM� ROKOK KRETEK INFLASI IHK : % �MTM� BAHAN BAKAR RT INFLASI IHK : % �MTM� BAWANG MERAH INFLASI IHK :
0,47% 0,31% 0,31%
INFLASI

ROKOK KRETEK FILTER DAGING AYAM RAS BAWANG BOMBAY


�MTM� �MTM� �MTM�
BERAS JERUK JERUK

ROKOK PUTIH CABAI MERAH TELUR AYAM RAS

CABAI MERAH BAWANG PUTIH EMAS PERHIASAN

% �MTM� MAKANAN RINGAN/SNACK % �MTM� ANGKUTAN UDARA % �MTM� KENTANG


DEFLASI

SABUN DETERGEN BUBUK/CAIR BERAS ANGKUTAN UDARA

DAGING AYAM RAS KACANG PANJANG BAWANG PUTIH

TELUR AYAM RAS BAWANG MERAH CABAI RAWIT

BENSIN BENSIN CABAI MERAH

Sumber: BPS, (diolah) dengan Tahun Dasar 2018

Grafik 3.3 Komoditas Penyumbang Inflasi dan Deflasi Bulanan Jawa Barat

49
Bab III
Inflasi

PERAWATAN PRIBADI &JASA LAINNYA 7 % �YOY� % �YOY� 40

PENYEDIAAN MAMIN DAN/RESTORAN 6 35


PENDIDIKAN
5 30
REKREASI, OLAHRAGA, & BUDAYA
INFORMASI, KOMUNIKASI, 4 25
& JASA KEUANGAN
TRANSPORTASI 3 20
KESEHATAN
PERLENGKAPAN, PERALATAN 2 15
DAN PEMELIHARAAN RUTIN RT
PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, 1 10
DAN BAHAN BAKAR RT
PAKAIAN & ALAS KAKI 5
%, YOY 0
MAKANAN, MINUMAN 7TEMBAKAU
�1 0
�1 0 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2019 2020
PERAWATAN PRIBADI DAN JASA LAINNYA PERAWATAN PRIBADI
MAR 2019 MAR 2020
PERAWATAN PRIBADI LAINNYA � RHS JASA LAINNYA � RHS PERLINDUNGAN SOSIAL

Sumber: BPS TD 2018 (diolah) Sumber: BPS TD 2018 (diolah)

Grafik 3.4 Inflasi Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Grafik 3.5 Pergerakan Inflasi Kelompok Perawatan Pribadi dan
Jasa Lainnya

Berdasarkan kelompok pengeluarannya, kinerja inflasi curah hujan yang cukup tinggi pada awal tahun 2020.
sebagian besar kelompok pengeluaran barang dan jasa Harga beras mengalami kenaikan pada Januari 2020
pada triwulan I 2020 relatif masih terkendali meskipun seiring dengan belum adanya panen. Namun demikian,
cenderung berada di atas inflasi triwulan I periode tahun harga beras cukup terkendali selama triwulan I 2020
sebelumnya. Dari 11 kelompok kelompok pengeluaran1, karena terus didukung oleh Ketersediaan Pasokan dan
inflasi terbesar terjadi pada kelompok Perawatan Pribadi Stabilisasi Harga (KPSH) yang dilakukan secara rutin
dan Jasa Lainnya sebesar 6.63%(yoy) yang dilanjutkan oleh Bulog Divre Jabar. Pasokan beras di Jawa Barat
kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau sebesar tersedia sebanyak 1.053.135 ton (posisi Maret 2020)
6,52%(yoy). Sementara inflasi terendah terjadi pada untuk memenuhi kebutuhan beras sebanyak 344.303
kelompok Informasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan ton (surplus). Kondisi curah hujan yang terlalu tinggi
mencapai 0,01%(yoy) dan kelompok Perumahan, Air, juga menyebabkan hasil panen beberapa komoditas
Listrik dan Bahan Bakar Rumah Tangga yang mencapai menurun sehingga ketersediaan pasokan berkurang.
1,54%(yoy) (Grafik 3.4). Harga cabai merah tercatat meningkat pada awal tahun
2020 sementara harga bawang merah mulai meningkat
Terjadinya inflasi pada kelompok Perawatan Pribadi pada awal Maret 2020. Di sisi lain, pandemi COVID-19
dan Jasa Lainnya disebabkan oleh kenaikan harga emas juga menyebabkan kendala pada pasokan komoditas
perhiasan (Grafik 3.5). Inflasi emas perhiasan tercatat pangan yang dominan dipenuhi dari impor. Pada Februari
sebesar 23,30% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan dan Maret 2020, tercatat komoditas yang dipasok dari
dengan rata-rata selama 3 tahun sebelumnya sebesar impor seperti bawang putih, bawang bombay dan jeruk
5,70% (yoy) (Grafik 3.6). Harga emas global mencatatkan
tren kenaikan dari $1559,64/OZ pada Januari 2020 0,3 % �YOY� % �YOY� 25

menjadi $ 1592,92/OZ pada Maret 20202. Lonjakan harga 20


0,2
emas dunia yang terus menunjukkan tren peningkatan 15

sebagai akibat dari respon investor terkait tingginya 0,1


10

ketidakpastian dampak dari pandemi COVID-19 sehingga 0


5
investor cenderung untuk mencari instrument investasi �0,1
0
yang lebih aman (safe heaven).
�0,2 �5
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3
2017 2018 2019 2020

Sementara itu, inflasi pada kelompok Makanan, Minuman PERUBAHAN HARGA EMAS INTERNASIONAL NILAI TUKAR INFLASI EMAS PERHIASAN �RHS�

dan Tembakau didorong oleh adanya kondisi perubahan Sumber: BPS, Bloomberg (diolah)

pola musim tanam sejumlah komoditas seiring dengan Grafik 3.6 Pertumbuhan Emas Internasional, Emas Perhiasan
dan Nilai Tukar
1 Perubahan metodologi perhitungan IHK dengan TD 2018
menyebabkan perubahan jumlah komoditas terpilih Survei Biaya
Hidup (SBH) dan pengelompokkan komoditas. Kelompok komoditas
dari semula hanya 7 komoditas pada TD 2012 menjadi 11 komoditas
pada TD 2018.
2 Sumber: bloomberg.com
50
Laporan Perekonomian
Provinsi Jawa Barat
Mei 2020

10 % �YOY� 20 % �YOY� % �YOY� 7

6
8
15
5

6
4
10
3
4

2
5
2
1

0 0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 1 2 3 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2019 2020 2019 2020
MAKANAN, MINUMAN DAN TEMBAKAU MAKANAN PENDIDIKAN � RHS PENDIDIKAN MENENGAH
MINUMAN YANG TIDAK BERALKOHOL MINUMAN BERALKOHOL ROKOK DAN TEMBAKAU PENDIDIKAN DASAR DAN ANAK USIA DINI PENDIDIKAN TINGGI PENDIDIKAN LAINNYA

Sumber: BPS TD 2018 (diolah) Sumber: BPS TD 2018 (diolah)

Grafik 3.7 Pergerakan Inflasi Kelompok Makanan, Minuman Grafik 3.8 Pergerakan Inflasi Kelompok Pendidikan
dan Tembakau

menyumbang inflasi. Berbagai perkembangan tersebut didorong oleh penyesuaian harga pada awal tahun
membawa inflasi subkelompok Makanan pada triwulan I dan tingginya permintaan pada periode semester baru
2020 sebesar 6.87%(yoy), lebih tinggi jika dibandingkan menjelang persiapan ujian nasional dan seleksi masuk
dengan kondisi tahun sebelumnya yakni pada tiwulan I perguruan tinggi. Komoditas utama penyumbang inflasi
2019 yang mencapai 0,88%(yoy). adalah bimbingan belajar dan taman kanak-kanak.
Mayoritas penyelenggara bimbingan belajar adalah pihak
Inflasi subkelompok Rokok dan Tembakau pada triwulan swasta sehingga tarif bimbingan belajar dikontrol secara
I 2020 didorong oleh kenaikan tarif cukai rokok rata- penuh oleh penyelenggara dan tidak dapat diintervensi
rata 23% dengan kenaikan harga eceran rata-rata 35%. oleh Pemerintah.
Kenaikan tersebut tertinggi sejak tahun 2009 yang telah
mengalami 9 kali kenaikan cukai rokok, dengan kenaikan Inflasi di Jawa Barat juga turut disumbang oleh
terakhir pada awal tahun 2018 yakni 10,04%3. Hal ini Kelompok Kesehatan. Inflasi kelompok ini tercatat
menyebabkan inflasi subkelompok Rokok dan Tembakau sebesar 5,67% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan dengan
pada triwulan I 2020 sebesar 8,47%(yoy), lebih tinggi jika periode Triwulan I 2019 yang mencapai 2,05%(yoy)
dibandingkan dengan kondisi tahun sebelumnya pada (Grafik 3.9). Pandemi COVID-19 dan concern masyarakat
triwulan I 2019 sebesar 6,41%(yoy). Dari berbagai faktor pada kesehatan yang meningkat mendorong permintaan
yang terjadi, pergerakan inflasi kelompok Makanan, produk dan jasa kesehatan meningkat. Komoditas yang
Minuman, dan Tembakau pada triwulan I 2020 tercatat tercatat menyumbang inflasi pada kelompok kesehatan
terus meningkat dari Januari hingga Maret 2020. Inflasi adalah obat-obatan utamanya obat dengan resep,
kelompok ini tercatat sebesar 6,52%(yoy) pada triwulan vitamin, obat batuk, obat flu, obat sakit kepala, dan obat
I 2020 lebih tinggi jika dibandingkan pada periode yang maag. Komoditas lainnya adalah kacamata, tarif dokter
sama ditahun sebelumnya yang hanya mencapai 1,70% spesialis, tarif dokter umum, tarif rumah sakit dan tarif
(yoy) (Grafik 3. 7). check up.

Kelompok ketiga dengan inflasi terbesar adalah Pada triwulan I 2020, inflasi kelompok Perumahan, Air,
kelompok Pendidikan yang mengalami inflasi sebesar Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga masih relatif
5,02% (yoy) atau lebih rendah dari periode yang sama terkendali. Inflasi kelompok ini tercatat sebesar 1,54%
tahun sebelumnya yang mencapai 5,16%(yoy) (Grafik (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan dengan periode
3.8). Inflasi pada kelompok ini terutama didorong oleh tahun sebelumnya yang mencapai sebesar 1,39% (yoy).
subkelompok Pendidikan lainnya dan subkelompok Sumbangan atau andil inflasi diperoleh dari subkelompok
Pendidikan Dasar dan Anak Usia Dini (Grafik 3.8). Inflasi Listrik dan Bahan Bakar Rumah Tangga. Pada periode
triwulan I 2020, terjadi rencana perubahan skema
3 Sesuai Peaturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 152/
PMK.010/2019 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau yang
ditandatangani pada 18 Oktober 2019.

51
Bab III
Inflasi

7 % �YOY� % �YOY� 6 8 % �YOY� % �YOY� 3

6
5 6
5
4 2
4 4

3 3
2
2
2 1
1
0
1
0

�1 0 �2 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2019 2020 2019 2020
PERUMAHAN, AIR, LISTRIK DAN BAHAN BAKAR RT SEWA DAN KONTRAK RUMAH
KESEHATAN � RHS JASA RAWAT JALAN PENYEDIA AIR DAN LAYANAN PERUMAHAN LAINNYA LISTRIK DAN BAKAR RT
OBAT�OBAT DAN PRODUK KESEHATAN JASA RAWAT INAP JASA KESEHATAN LAINNYA PEMELIHARAAN, PERBAIKAN & KEAMANAN TEMPAT TINGGAL/PERUMAHAN

Sumber: BPS TD 2018 (diolah) Sumber: BPS TD 2018 (diolah)

Grafik 3.9 Pergerakan Inflasi Kelompok Kesehatan Grafik 3.10 Pergerakan Inflasi Kelompok Perumahan, Air,
Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga

subsidi gas LPG 3 kg dari subsidi harga menjadi subsidi ini merupakan tambahan komoditas pada Survei
uang kepada masyarakat yang membutuhkan, sehingga Biaya Hidup (SBH) yang telah diperhitungkan dengan
terjadi perubahan harga jual LPG4 . Harga yang semula menggunakan tahun dasar 2018. Meskipun terdapat
Rp 20.000,-/tabung menjadi sekitar Rp 35.000,-/tabung. kenaikan tarif, di sisi lain COVID-19 juga menghantam
Perubahan skema ini yang menyebabkan komoditas bahan permintaan pada komoditas dimaksud karena preferensi
bakar rumah tangga menjadi salah satu penyumbang masyarakat untuk menjaga protokol kesehatan dengan
inflasi Jawa Barat pada triwulan I 2020 (Grafik 3.10). preferensi untuk menggunakan kendaraan pribadi.

Inflasi kelompok Transportasi terpantau terkendali yaitu Terkendalinya inflasi dari kelompok ini juga disebabkan
sebesar 1,64%(yoy), yakni lebih rendah dari triwulan IV oleh terkendalinya inflasi angkutan udara. Angkutan udara
2019 sebesar 1,99% (yoy) dan periode yang sama tahun di Jawa Barat tercatat menyumbang deflasi pada periode
sebelumnya sebesar 2,41%(yoy) (Grafik 3.11). Inflasi Februari dan Maret 2020. Hal ini dikarenakan pandemi
disumbang oleh komoditas kendaraan online baik roda COVID-19 di Indonesia yang direspon pemerintah melalui
2 (dua) maupun roda 4 (empat) akibat penyesuaian tarif kebijakan travel restriction dan social distancing sehingga
khususnya zona Jabodetabek yang berlaku efektif pada menyebabkan penurunan permintaan terhadap angkutan
tanggal 16 Februari 2020 (Grafik 3.12). Kedua komoditas udara. Tarif angkutan udara di kota Bandung terpantau

8 % �YOY� % �YOY� 4 14 % �YOY� % �YOY� 20

15
12
6 10
3
10
5
4 8 0
2
6 �5
2
�10
4
1
0 �15
2
�20

�2 0 0 �25
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2019 2020 2019 2020
TRANSPORTASI � RHS PENGOPERASIAN PERALATAN TRANSPORTASI PRIBADI INFLASI TRANSPORTASI INFLASI TARIF KENDARAAN RODA 4 ONLINE
PEMBELIAN KENDARAAN JASA PENGIRIMAN BARANG JASA ANGKUTAN PENUMPANG INFLASI TARIF KENDARAAN RODA 2 ONLINE INFLASI TARIF ANGKUTAN UDARA � RHS

Sumber: BPS TD 2018 (diolah) Sumber: BPS TD 2018 (diolah)

Grafik 3.11 Pergerakan Inflasi Kelompok Transportasi Grafik 3.12 Pertumbuhan Inflasi Transportasi, Tarif Angkutan
Udara dan Tarif Kendaraan Roda 2 dan Roda 4
Online

4 Informasi Anekdotal

52
Laporan Perekonomian
Provinsi Jawa Barat
Mei 2020

masing sebesar 2,96% (yoy) dan 3,95% (yoy) (Grafik


10 % �YOY�
3.13). Tekanan inflasi terutama berasal dari keterbatasan
8
pasokan cabai merah dan bawang putih serta spillover
6 efek kenaikan harga emas global. Kenaikan harga cabai
didorong oleh terbatasnya pasokan seiring dengan
4
bergesernya masa tanam, sementara harga bawang putih
2
terjadi akibat tidak mencukupinya pasokan domestik
0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
dan terhambatnya pasokan impor akibat penerapan
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
lockdown Tiongkok. Di sisi lain, komoditas telur ayam ras
NASIONAL JAWA JAWA BARAT

Sumber: BPS (diolah)


juga menyumbang tekanan inflasi Jawa seiring dengan
kenaikan biaya produksi sebagai dampak kenaikan harga
Grafik 3.13 Inflasi Nasional, Jawa dan Jawa Barat
batas bawah dan batas atas atas bibit DOC petelur.5
Tekanan inflasi lainnya juga masih berasal dari emas
turun semenjak adanya kebijakan penutupan sementara perhiasan seiring dengan tren kenaikan harga emas dunia.
penerbangan internasional menuju Singapura dan Kuala
Lumpur sebagai upaya memitigasi penyebaran COVID-19 Secara spasial, hanya Jawa Barat yang angka inflasinya
yang kemudian diiringi dengan kebijakan lockdown di berada di atas angka inflasi Jawa maupun Nasional
negara tujuan. (Gambar 3.1).

3.2 PERKEMBANGAN INFLASI 3.3 PERKEMBANGAN INFLASI KOTA


ANTAR PROVINSI DI PULAU DI JAWA BARAT
JAWA Secara spasial, terdapat 3 (tiga) kota dengan level inflasi
Inflasi tahunan Pulau Jawa pada Triwulan I 2020 tercatat di atas inflasi Jawa Barat, yaitu Kota Depok sebesar
sebesar 3,28% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan 4,31% (yoy), Kota Bogor sebesar 4,25%(yoy), dan Kota
dengan realisasi inflasi pada triwulan I 2019 sebesar Bekasi sebesar 4,17% (yoy). Sementara itu, Kota Cirebon
2,39% (yoy). Capaian inflasi pada triwulan ini berada menjadi kota dengan level inflasi terendah yaitu sebesar
di antara inflasi Nasional dan Jawa Barat yang masing- 1,97%(yoy). (Grafik 3.14).

BANTEN DKI JAWA TENGAH INFLASI


0,33% (mtm) 0,02% (mtm)
PULAU JAWA
0,04% (mtm)
2,99% (yoy) 3,22% (yoy) 3,25% (yoy) 0,23% (mtm)
3,28% (yoy)

JAWA BARAT DIY JAWA TIMUR


0,31% (mtm) 0,07% (mtm) -0,01% (mtm)
3,95% (yoy) 2,95% (yoy) 2,27% (yoy)

INFLASI BULANAN TERTINGGI


DEFLASI BULANAN TERENDAH

Sumber : BPS TD 2018 (diolah)

Gambar 3.1 Sebaran Inflasi Kumulatif dan Inflasi Tahunan di Pulau Jawa - September 2019

5 Permendag No.7 Tahun 2020 yang berlaku efektif pada Februari


2020.

53
Bab III
Inflasi

5 % �YOY� JAWA BARAT TW ‘I 2020 : 3,28%


4

0
BANDUNG BEKASI DEPOK BOGOR SUKABUMI CIREBON TASIKMALAYA

TW I 2019 TW I 2020

Sumber: BPS (diolah)

Grafik 3.14 Inflasi Kota Perhitungan IHK Jawa Barat


Sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), per 10 Februari 2020

Gambar 3.2 Peta Prakiraan Curah Hujan Juni 2020

Tiga kota dengan inflasi tertinggi di Jawa Barat memiliki


karakteristik yang serupa yaitu berperan sebagai penyebab dari rendahnya inflasi Jawa Barat bahkan
wilayah konsumen dan bukan wilayah produsen. Hal mengalami deflasi pada Mei 2020. Di sisi lain, adanya
ini menyebabkan ketiga wilayah tersebut memiliki peningkatan pasokan/produksi komoditas utama seperti
ketergantungan yang tinggi terhadap daerah pemasok beras dan komoditas hortikultura turut menahan laju
bahan-bahan konsumsi. Sehingga, tekanan inflasi ketiga inflasi selama periode Ramadhan dan Idulfitri 2020. Selain
wilayah ini sangat bergantung pada pola distribusi. Di sisi itu, ekspektasi inflasi konsumen yang menurun juga
lain, ketiga kota tersebut juga sangat berdekatan dengan menahan kenaikan inflasi pada triwulan II 2020.
ibu kota Jakarta sehingga pola inflasinya cenderung lebih
dipengaruhi oleh pergerakan inflasi Jakarta. Keberadaan Permintaan pada triwulan II 2020 juga diperkirakan
BUMD pangan dan kerjasama antar daerah menjadi poin menurun seiring dengan kebijakan Pembatasan Sosial
penting dalam proses pengendalian inflasi di daerah Berskala Besar (PSBB) di seluruh wilayah Jawa Barat
tersebut. hingga pertengahan Juni 2020. Penerapan new normal di
Jawa Barat pada pertengahan Juni 2020 yang diharapkan
3.4 TRACKING INFLASI TRIWULAN mulai mendorong pemulihan ekonomi diperkirakan
II 2020 belum dapat mendorong lonjakan permintaan pada
Inflasi IHK tahunan Jawa Barat pada triwulan II 2020 triwulan II 2020. Penurunan harga seperti pada komoditas
diperkirakan sesuai dengan target sasaran inflasi 2020 daging ayam ras, beras dan aneka cabai juga ditopang
pada rentang 3±1% (yoy). Inflasi pada periode Ramadhan oleh melimpahnya pasokan. Harga telur ayam ras juga
dan Idulfitri 2020 di Jawa Barat tercatat lebih rendah diperkirakan relatif stabil karena pasokan tercukupi
dibandingkan dengan rata-rata historisnya sehubungan sementara permintaan terbatas yang dikarenakan banyak
dengan 2 penyebab utama, yaitu penurunan permintaan penyedia makanan & minuman/restauran masih dalam
akibat menurunnya daya beli masyarakat serta periode proses pemulihan untuk persiapan dibuka kembali.
puncak panen padi dan hortikultura pada triwulan II 2020.
Pada triwulan II 2020, sebagian wilayah di Jawa Barat
Realisasi inflasi bulan April sebesar 0,13%(mtm) atau menunjukkan curah hujan menengah dan rendah
3,77%(yoy) dan pada bulan Mei 2020 terjadi deflasi (Gambar 3.2). Hal ini menjadi faktor risiko bagi tekanan
sebesar -0,11%(yoy) atau 2,93%(yoy). Rendahnya daya inflasi pada kelompok Bahan Makanan. Sejalan dengan
beli masyarakat akibat melemahnya ekonomi domestik hal tersebut, KPw Provinsi Jawa Barat terus berkoordinasi
dan penurunan income akibat pandemi COVID-19 serta dengan TPID untuk melakukan monitoring ketersediaan
adanya pembatasan aktivitas masyarakat sebagai upaya pangan khususnya komoditas pangan strategis ditengah
pencegahan penyebaran COVID-19 menjadi faktor masih berjalannya pandemi COVID-19 di Jawa Barat.

54
Laporan Perekonomian
Provinsi Jawa Barat
Mei 2020

3.5 PROGRAM PENGENDALIAN protokol kesehatan. Oleh karena itu pasar tradisional
INFLASI DAERAH perlu dilengkapi dengan sarana kebersihan seperti
Seiring dengan dampak pandemi COVID-19 di Jawa Barat wastafel. Pasar tradisional juga membutuhkan cold
dr awal Maret 2020, masih terdapat kendala distribusi/ storage sebagai tempat penyimpanan bahan pangan
pemasaran produk dari sentra pangan ke daerah lain yang yang perishable. KPwDnN siap membantu dengan
membutuhkan. Akibatnya barang menumpuk di sentra PSBI.
produksi dengan harga murah, namun tidak sampai ke d. Transaksi online
tangan konsumen. Sementara itu petani/peternak tidak Sejak pandemi COVID-19, gaya berbelanja masyarakat
memiliki sarana penyimpanan produk pangan yang semakin mengarah pada belanja secara online guna
tidak tahan lama (perishable). Pada triwulan I 2020, meminimalisir interaksi antar manusia (physical
KPw Provinsi Jawa Barat bersama pemerintah setempat distancing). Untuk mendorong terjadinya transaksi
dan pihak terkait lainnya (baik dalam TPID, Gugus Tugas ekonomi di pasar tradisional, KPwDN bersama Pemda,
Penanggulangan COVID-19, dan forum lainnya) terus perbankan, dan e-commerce bekerja sama untuk
melakukan upaya mengantisipasi potensi peningkatan menyukseskan program belanja di pasar tradisional
tekanan inflasi pada masa pemulihan ekonomi melalui secara online. Tantangan utama dalam program ini
strategi 4K (Keterjangkauan harga, Ketersediaan pasokan, adalah mendorong awareness dan dukungan pihak-
Kelancaran distribusi, dan Komunikasi efektif). pihak pengelola pasar. Sebagai contoh, saat ini Pasar
Cikurubuk telah bekerja sama dengan e-commerce,
Beberapa program pengendalian infasi yang perlu sementara transaksi online di pasar tradisional lainnya
menjadi prioritas saat ini adalah sebagai berikut: masih secara konvensional.
a. Peran lembaga perantara dalam distribusi pangan e. Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS)
Tahun ini Pemprov Jabar telah menerbitkan Perda KPwDN akan mendukung penguatan PIHPS provinsi
Distribusi Provinsi yang bertujuan menjamin untuk memperluas akses informasi harga guna
stabilitas harga pangan yang wajar dan terjangkau menekan disparitas inflasi antarwilayah serta menjaga
masyarakat serta menjamin ketersediaan pasokan inflasi pada level yang rendah dan stabil.
barang kebutuhan pokok. Perda ini sejalan dengan
rekomendasi yang disampaikan KPw BI Jabar untuk Pada tahun 2020, fokus utama program pengendalian
memperkuat BUMD/Bumdes Pangan pada 2019. inflasi TPID Provinsi Jawa Barat terangkum pada 6
Sebagai tindak lanjut Perda, BUMD PT Agro Jabar telah (enam) aspek sebagaimana tercantum dalam roadmap
ditunjuk sebagai pengelola distribusi pangan Jawa pengendalian inflasi daerah Provinsi Jawa Barat (Gambar
Barat sekaligus pengelola kerja sama antar daerah 3.2). Roadmap pengendalian inflasi tersebut disusun
dengan pilot project pada lima komoditas pangan. dengan mengacu pada strategi 4K yang disampaikan
BUMD ini akan mengoptimalkan gudang milik Pemda oleh Presiden RI pada Rakornas TPID dengan penjabaran
dan swasta di daerah. sebagai berikut:
b. Kerja sama antar daerah (KAD) • Keterjangkauan Harga diwujudkan dengan
KAD perlu dilakukan untuk pemasaran komoditas yang pengelolaan sisi permintaan masyarakat dan stabilitas
surplus di Jawa Barat ke daerah lain dan mendapatkan harga melalui pengembangan PIHPS PRIANGAN
pasokan komoditas yang defisit di Jawa Barat dari (Integrasi dengan e-Klaster sebagai fungsi Operasi
daerah lain. Pasar Virtual), Pengembangan Rumah Pangan Kita
c. Optimalisasi fungsi pasar untuk distribusi barang dan Toko Tani Indonesia, Stardarsasi Rumah Potong
dan menjaga stabilitas harga Hewan, dan Diversifikasi Konsumsi Pangan Pokok
melalui penguatan sosialiasi secara masif (Program
Pada era new normal kedepan, aktivitas ekonomi
Gemar Makan Ikan&Progam Beragam, Bergizi,
kembali normal namun dengan tetap menerapkan
Berimbang dan Aman).

55
Bab III
Inflasi

1 KETERJANGKAUAN HARGA
2 KETERSEDIAAN PASOKAN
3 KELANCARAN DISTRIBUSI
4 KOMUNIKASI EFEKTIF

Penurunan rata-rata inflasi dan volatillitas • Rendemen Beras >63% Penurunan disparitas harga antara • Ekspektasi inflasi terjangkar dalam
inflasi 10 komodias pangan strategis • Tersedianya CPP, khusus beras menuju provinsi dengan rata-rata nasional sasaran inflasi
berturut-turut dalam 2 tahun terakhir. 1-1,5 juta ton (termasuk antar waktu) • Korelasi inflasi data PIHPS dengan
data BPS minimal 0,8 dalam 1 tahun
terakhir.
PROGRAM PROGRAM PROGRAM • Tingkat kehandalan TPID dalam
STRATEGIS STRATEGIS STRATEGIS pencapaian inflasi daerah (median >50)

Stabilisasi Harga Memperkuat Produksi, cadangan Mendorong Kerjasama


Perdaganan Antar Daerah PROGRAM
Mengelola Permintaan pangan Pemerintah, dan STRATEGIS
Pengelolaan Impor-Ekspor Pangan Meningkatkan Infrastruktur
Perdagangan
Memperkuat Kelembagaan Memperbaiki Kualitas Data
SUB-PROGRAM Memperkuat Koordinasi Pusat &
STRATEGIS Daerah
SUB-PROGRAM
- Penambahan daerah non-IHK dalam perhitungan SUB-PROGRAM STRATEGIS SUB-PROGRAM
inflasi Jabar STRATEGIS STRATEGIS
- Penambahan data produksi di e-PRIANGAN - Kerjasama pangan antar daerah
- Operasi pasar - Program Kampung Peduli Inflasi - Penghapusan pungli - Perbaikan data neraca pangan �ngkat Provinsi
- Pengembangan RPK dan TI - Pertanian terintegrasi - Pengadaan Pasar induk khusus beras dan kota/kab.
- Diversifikasi konsumsi pangan pokok - Ser�fikasi produk olahan perikanan - Peningkatan jumlah pasar induk - Penguatan pelaporan dan keak�fan Kepala Daerah
- Standarisasi RPH - Pengadaan gabah/beras dalam negri - Pemanfaatan media dalam pengendalian
- Peningkatan jumlah dan opimalisasi peran - Op�malisasi SRG ekspektasi pasar
BUMD dan BUMDes - Perbaikan infrastruktur irigasi - Mendorong daerah untuk membuat inovasi program.

Gambar 3.3 Strategi Pengendalian Inflasi 2020 Jawa Barat

• Ketersediaan Pasokan dipenuhi melalui penguatan Adapun tujuan penyusunan roadmap pengendalian inflasi
produksi, pengelolaan cadaangan pangan Pemerinta Provinsi Jawa Barat tersebut adalah untuk menjawab
dan pengelolaan ekspor-impor komoditas pangan, permasalahan utama dalam pengelolaan tingkat inflasi di
serta peningkatan akses pembiayaan yang terangkum Jawa Barat, yaitu fluktuasi atau pergerakan harga berbagai
dalam aspek konektivitas, kelembagaan, dan tata komoditas pangan strategis yang menjadi penyumbang
niaga. utama tingkat inflasi volatile food Jawa Barat. Faktor
• Kelancaran Distribusi diupayakan melalui perbaikan utama yang seringkali mempengaruhi fluktuasi harga
infrastruktur perdagangan dan penguatan konektivitas komoditas pangan di Jawa Barat secara signifikan adalah
yang dilakukan melalui kerja sama perdagangan antar keterbatasan pasokan dan hambatan distribusi terutama
daerah. mempertimbangkan luasnya wilayah Jawa Barat dan
masih rendahnya kualitas infrastruktur penghubung antar
• Komunikasi Efektif dicapai melalui peningkatan kualitas
daerah.
sumber daya manusia dan pemanfaatan teknologi
yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas data
dan informasi pergerakan harga, khususnya harga
komoditas pangan strategis serta dapat mewujudkan
koordinasi Pemerintah Pusat dan Daerah yang efektif.

56
IV Stabilitas Keuangan Daerah,
Pengembangan Akses Keuangan
Dan UMKM
• Kinerja Intermediasi perbankan pada akhir triwulan I 2020 menunjukkan kondisi yang
masih relatif terjaga.
• Perlambatan pertumbuhan kredit terjadi pada kredit rumah tangga dan UMKM sejalan
dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi domestik.
• Pandemi COVID-19 menyebabkan peningkatan risiko kredit khususnya disektor rumah
tangga dan UMKM.

6,61%
Triwulan I 2020
10,37%
Triwulan I 2020
9,69%
Triwulan I 2020
89,09%
Triwulan I 2020
2,98%
Triwulan I 2020
(yoy) (yoy) (yoy) (yoy) (yoy)

PERTUMBUHAN PERTUMBUHAN PERTUMBUHAN LOAN TO NON


KREDIT DANA PIHAK KREDIT UMKM DEPOSIT RATIO PERFORMING
KETIGA LOAN

6,56% 8,24% 9,94% 91,50% 2,80%


Tw IV 2019 Tw IV 2019 Tw IV 2019 Tw IV 2019 Tw IV 2019

Bandung, Jawa Barat.


Laporan Perekonomian
Provinsi Jawa Barat
Mei 2020

ASESMEN INTERMEDIASI PERBANKAN

ASET DPK KREDIT KREDIT LDR NPL NPL SUKU


BUNGA
(Lokasi Proyek) (Lokasi Bank) (Lokasi Proyek) (Lokasi Bank) (Lokasi Proyek)

Rp 696,25 T Rp 513,58 T Rp 729,38 T Rp 457,54 T 89,09% 2,98% 3,35% 10,09%


g. Q1 ‘20 : 6,54% g. Q1 ‘20 : 10,37% g. Q1 ‘20 : 6,61% g. Q1 ‘20 : 5,65%
g. Q4 ’19 : 6,44% g. Q4 ’19 : 8,24% g. Q4 ’19 : 6,56% g. Q4 ’19 : 7,35% g. Q4 ’19 : 91,50% g. Q4 ’19 : 2,80% g. Q4 ’19 : 3,02% g. Q4 ’19 : 10,28%

ASESMEN RISIKO KORPORASI *) ASESMEN RISIKO RUMAH TANGGA

DPK KREDIT NPL DPK KREDIT NPL


(Lokasi Proyek) (Lokasi Proyek) (Lokasi Proyek) (Lokasi Proyek)

Rp 137,33 T Rp 294,65 T 3,48% Rp 345 T Rp 268,24 T 2,19%


g. Q1 ‘20 : 19,18% g. Q1 ‘20 : 6,06% g. Q1 ‘20 : 9,83% g. Q1 ‘20 : 9,83%
g. Q4 ’19 : 12,95% g. Q4 ’19 : 4,51% g. Q4 ’19 : 3,55% g. Q4 ’19 : 7,20% g. Q4 ’19 : 12,49% g. Q4 ’19 : 1,98%

*) Korporasi (finansial dan non finansial) swasta dan BUMN/BUMD

Gambar 4.1 Ringkasan Asesmen Kinerja Perbankan

4.1 KINERJA PERBANKAN SECARA aset terbesar yang masih dipegang oleh Bank Persero
UMUM sebanyak 44,2%, diikuti oleh Bank Swasta (40,4%), BPD
Kondisi stabilitas keuangan Jawa Barat pada triwulan (14,42%), serta Bank Asing dan campuran (1,01%). Pangsa
I 2020 terpantau masih dalam kondisi yang baik. kepemilikan asset dari bank swasta dan BPD terlihat
Intermediasi perbankan di Jawa Barat pada triwulan mengalami sedikit peningkatan dibanding triwulan IV
I 2020 terpantau relatif terjaga yang tercermin dari 2019 (Grafik 4.3).
Loan to Deposit Ratio (LDR) yang masih dalam rentang
ketentuan1. LDR2 pada triwulan I 2020 mencapai 89,09% Secara umum, penyaluran kredit di Jawa Barat lebih
lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya banyak didanai perbankan diluar provinsi dibandingkan
yang mencapai 91,50% (Grafik 4.1). Penurunan rasio dari dalam provinsi. Hal ini terkonfirmasi dari nominal
LDR disebabkan oleh pertumbuhan DPK yang lebih penyaluran kredit lokasi proyek yang lebih besar dari
tinggi di tengah perlambatan penyaluran kredit bank nominal penyaluran kredit berdasarkan lokasi bank.
yang berlokasi di Jawa Barat. Di sisi lain, risiko kredit Penyaluran kredit lokasi proyek di Jawa Barat tercatat
yang tercermin dari rasio Non Perfoming Loan (NPL) sebesar Rp729,38 triliun. Sementara penyaluran kredit
menunjukkan sedikit peningkatan, namun masih dalam
level yang aman dan terjaga.
94 %

93

Aset perbankan di Jawa Barat pada triwulan I 2020 92


91,50

terpantau tumbuh 6.54% (yoy) meningkat dibandingkan 91

90
triwulan sebelumnya 6.44%(yoy) (Grafik 4.2). Aset 89
89,09

perbankan di Jawa Barat tercatat sebesar Rp696,25 88

87
Triliun, meningkat dibandingkan periode yang sama
86
tahun sebelumnya Rp 653,52 Triliun. Lebih lanjut, hingga 85 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018 2019 2020
saat ini belum terlihat perubahan struktur kepemilikan
aset yang signifikan, tercermin dari pangsa kepemilikan Sumber : Bank Indonesia (diolah)

1 Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/11/PBI/2015, Grafik 4.1 Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR)
batas bawah LDR yang kemudian berubah menjadi LFR (loan to
funding ratio) adalah sebesar 78-92 persen. Aturan itu kemudian
disempurnakan menjadi RIM (Rasio Intermedasi Makroprudensial)
dan juga PLM (Penyangga Likuiditas Makroprudensial) , dan
ditetapkan dengan target kisaran 84-94%.
2 LDR merupakan rasio intermediasi yaitu rasio antara Kredit Lokasi
Bank dibagi dengan DPK lokasi bank pelapor di Jawa Barat. Rasio
ini menggambarkan perbandingan antara jumlah kredit atau
pembiayaan yang disalurkan bank terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK)
yang berhasil dihimpun bank.

59
Bab IV
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan Dan UMKM

800 RP TRILIUN % �YOY� 16

700 14 1,0% 14,3% 1,0% 14,4%

692,55
696,25
600 12

500 10 TW IV TW 1
2019 45,5% 2020 44,2%
400 6,54 8

300 6
6,44 39,2% 40,4%
200 4

100 2

0 0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018 2019 2020

TOTAL ASET g. TOTAL ASET-RHS BANK PEMERINTAH BANK SWASTA BANK ASING CAMPURAN BPD
Sumber : Bank Indonesia (diolah) Sumber : Bank Indonesia (diolah)

Grafik 4.2 Perkembangan Aset Perbankan Grafik 4.3 Proporsi Aset Menurut Kelompok Bank

berdasarkan lokasi Bank terpantau sebesar Rp457,54 (yoy) dan 12,20% (yoy) pada triwulan I 2020. Sementara
triliun. Lebih lanjut, pada triwulan berjalan, DPK tercatat itu, giro tumbuh melambat dari 13,33% (yoy) menjadi
sebesar Rp513,58Triliun atau tumbuh sebesar 10,37% 8,56% (yoy) pada triwulan berjalan (Grafik 4.4). Dilihat
(yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya dari sisi kepemilikan DPK, pertumbuhan terutama
mencapai 8,24%(yoy). didorong oleh DPK perseorangan sebesar 9,83% (yoy) di
tengah melemahnya konsumsi di Triwulan I 2020 antara
4.2. INTERMEDIASI PERBANKAN lain karena masyarakat menahan konsumsi ditengah
4.2.1 Dana Pihak Ketiga (DPK) pandemi. Sementara pertumbuhan korporasi tercatat
Penghimpunan DPK pada triwulan I 2020 terpantau tumbuh 19,18% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya.
tumbuh sebesar 10,37% (yoy) dibandingkan dengan
triwulan IV 2019 sebesar 8,24%(yoy). Total DPK Jawa DPK Pemerintah terpantau terkontraksi dari 2,47%(yoy)
Barat pada triwulan I 2020 mencapai Rp513,58 Triliun menjadi -8,53%(yoy). Berdasarkan kepemilikan DPK
lebih besar dari triwulan sebelumnya yang mencapai perseorangan, deposito dan tabungan tercatat
Rp502,78 Triliun. Pertumbuhan DPK didorong oleh meningkat sementara giro terpantau masih terkontraksi.
pertumbuhan komponen tabungan dan deposito Peningkatan deposito perseorangan terjadi pada seluruh
sementara giro mengalami perlambatan. Tabungan dan kelompok bank kecuali bank swasta yang mengalami
deposito tercatat tumbuh meningkat dari 7,60% (yoy) perlambatan. Demikian juga, peningkatan tabungan
dan 6,48% (yoy) pada triwulan IV 2019 menjadi 9,63% terjadi pada seluruh jenis bank. Peningkatan jumlah

PERTUMBUHAN DPK
35,9% 19,1% 37,4% 18,9%
�TW IV 2019 KE TW I 2020�
25 % �YOY� RP TRILIUN 600
DPK : 10,37% 7,96% GIRO
GIRO : 8,56% 5,24%
20
DEPOSITO : 12,20%
TABUNGAN : 9,63%
7,64%
9,39% 500
TW IV TABUNGAN
TW I
2019 2020
513,58
502,78

DEPOSITO
15 400
45,0% 43,7%
10 300
3% 5%
5 200
28% 27%
PEMERINTAH
0 100
TW IV KORPORASI
TW I
�5 0
2019 2020
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I PERORANGAN
2015 2016 2017 2018 2019 2020
69% 68%
DPK GIRO DEPOSITO TABUNGAN
Sumber : Bank Indonesia (diolah) Sumber : Bank Indonesia (diolah)

Grafik 4.4 Pertumbuhan DPK Perbankan Jawa Barat Grafik 4.5 Proporsi DPK Jawa Barat

60
Laporan Perekonomian
Provinsi Jawa Barat
Mei 2020

PERTUMBUHAN KREDIT
30 % �YOY� �TW IV 2019 KE TW I 2020� RP TRILIUN 800
KREDIT : 6,56% 6,61%
KMK : 5,75% 6,60% 700
25 KI : 9,02% 10,02%
KK : 6,37% 5,30%
600
20
500
15
400 TW IV TW I
10 2019 2020
300
KMK KMK
5
200 KK 39,7% KK 39,7%
0 100
43,3% 42,9%
KI KI
�5 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 0 17,1% 17,4%
2015 2016 2017 2018 2019 2020

KREDIT KMK KI KK

Sumber : Bank Indonesia (diolah) Sumber : Bank Indonesia (diolah)

Grafik 4.6 Perkembangan Kredit per Jenis Penggunaan Grafik 4.7 Proporsi Kredit menurut Jenis Penggunaan

simpanan masyarakat sejalan dengan kondisi di mana korporasi 26,74% dan pemerintah 4,81% (Grafik4.5).
masyarakat menahan konsumsi yang tercermin juga Lebih lanjut, kondisi pandemi COVID-19 di Jawa Barat yang
pada perlambatan konsumsi rumah tangga. Sementara telah meningkat mulai awal Maret 2020 menyebabkan
itu, DPK milik pemerintah yang terkontraksi disebabkan merosotnya pertumbuhan deposito jangka pendek. Hal
pemerintah mencairkan simpanan gironya untuk ini ditengarai oleh kebutuhan likuiditas masyarakat yang
kebutuhan penanggulangan dampak COVID-19 sejak lebih tinggi untuk memenuhi kebutuhan. Meskipun
diumumkan terjadi di Jawa Barat pada awal Maret 2020. demikian, deposito jangka panjang masih menjadi
Hal ini terkonfirmasi dari pertumbuhan giro pemerintah favorit pada triwulan I 2020. Hal Ini terkonfirmasi dengan
yang terkontraksi dalam dari semula 53.95% (yoy) pada kondisi pertumbuhan deposito jangka panjang yang
triwulan IV 2019 menjadi -3,92% (yoy) pada triwulan I tumbuh positif 5,19% (yoy) dan 8,80% (yoy) meningkat
2020. Komponen tabungan dan deposito pemerintah dibandingkan periode triwulan sebelumnya.
juga mengalami kontraksi meskipun dengan level yang
lebih baik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. 4.2.2 Perkembangan Kredit3
Pertumbuhan penyaluran kredit di Jawa Barat pada
Dilihat dari proporsi berdasarkan jenisnya, DPK di Jawa triwulan I 2020 menunjukan sedikit peningkatan
Barat sebagian besar dalam bentuk tabungan (43,7%), setelah terus melambat sejak awal 2019. Kredit tercatat
diikuti oleh deposito (37,4%) dan giro (18,9%). Sementara tumbuh 6,61% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan
itu, dari sisi golongan pemilik, sebagian besar merupakan dengan periode triwulan sebelumnya (6,56% yoy) (Grafik
DPK dimiliki oleh perseorangan 67,18%, kemudian 4.6). Namun demikian masih lebih rendah dari rata-rata

14,0 % 50 % �YOY�
13,5
40
13,0
12,5 30 11,78
12,0
20 13,52
11,5 11,03
10 10,28
11,0
10,93 7,24
10,5 10,28 0
10,0 9,44 10,09 1,46 6,83
�10
9,5
9,44
9,0 9,62 �20
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020
KREDIT KMK KI KK PERDAGANGAN JASA DUNIA USAHA
KONSTRUKSI INDUSTRI PENGOLAHAN
Sumber : Bank Indonesia (diolah) Sumber : Bank Indonesia (diolah)

Grafik 4.8 Perkembangan Suku Bunga Kredit Berdasarkan Grafik 4.9 Perkembangan Kredit Lapangan Usaha Utama
Lokasi Proyek di Jawa Barat

3 Kredit berdasarkan Lokasi Proyek

61
Bab IV
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan Dan UMKM

% 8 %
5,5

5,0 7

4,5
6
4,0
5
3,5

3,0 4

2,5 3
2,0
2
1,5
1
1,0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018 2019 2020
2015 2016 2017 2018 2019 2020
TOTAL KREDIT INDUSTRI PENGOLAHAN
KREDIT KMK KI KK PERDAGANGAN JASA DUNIA USAHA
Sumber : Bank Indonesia (diolah) Sumber : Bank Indonesia (diolah)

Grafik 4.10 Rasio Non Performing Loan (NPL) Kredit Grafik 4.11 Rasio Non Performing Loan (NPL) Kredit
Berdasarkan Jenis Penggunaan Berdasarkan Lapangan Usaha Utama

pertumbuhan kredit triwulan I dalam 5 tahun terakhir Sementara itu, peningkatan kredit investasi utamanya
yang tercatat sebesar 8,41% (yoy). Pertumbuhan kredit didorong oleh peningkatan kredit investasi UMKM dan
di triwulan I 2020 lebih didorong oleh meningkatnya korporasi yang masih tumbuh lebih tinggi dibandingkan
outstanding kredit dalam valuta asing akibat depresiasi triwulan sebelumnya.
mata uang Rupiah yang cukup dalam, ditengah
melambatnya pertumbuhan kredit dalam valuta rupiah. Di sisi lain, kredit konsumsi yang pada umumnya
Pandemi COVID-19 yang baru muncul pada akhir triwulan merupakan kredit rumah tangga terpantau melambat.
I 2020 berdampak pada pelemahan aktivitas ekonomi Hal ini sejalan dengan kondisi masyarakat yang menahan
beberapa sektor utama provinsi Jawa Barat. Hal ini konsumsi utamanya durable goods dikarenakan oleh
menjadi faktor risiko dalam pencapaian target penyaluran penurunan daya beli masyarakat yang terkonfirmasi dari
kredit perbankan 2020. penurunan pertumbuhan konsumsi rumah tangga sesuai
dengan rilis PDRB triwulan I 2020.
Berdasarkan sektoral, pertumbuhan kredit industri
utama Jawa Barat seperti Industri Alas Kaki dan Industri 4.2.3 Risiko Kredit
Otomotif yang disebabkan oleh peningkatan kredit baik Kualitas kredit triwulan I 2020 sedikit menurun
valas maupun rupiah. Disisi lain, pertumbuhan Industri dibandingkan pada periode triwulan sebelumnya
TPT masih menunjukkan tren positif akibat meningkatnya meskipun masih terjaga dan berada di bawah batas
outstanding kredit dalam valuta asing akibat depresiasi maksimal yang ditentukan. Rasio NPL sebesar 2,98%
mata uang Rupiah. Berdasarkan hasil liason, kinerja ketiga meningkat dibandingkan triwulan lalu didorong oleh
industri tersebut mulai kembali menunjukkan penurunan peningkatan NPL pada kredit modal kerja menjadi
akibat dampak COVID-19 di penghujung triwulan I 2020 sebesar 4,06% dan NPL kredit konsumsi menjadi sebesar
(Grafik 4.9). 2,20% pada periode berjalan. Sementara itu, risiko
kredit investasi terpantau membaik menjadi 2,45%.
Pertumbuhan kredit modal kerja didukung oleh Berdasarkan lapangan usaha utama, peningkatan NPL
penurunan suku bunga kredit modal yang sejalan terjadi pada mayoritas LU utama khususnya industri
dengan penurunan BI7DRR pada triwulan I 2020 pengolahan. Industri yang terpantau mengalami kenaikan
dengan total 0.50 bps menjadi 4.5% (Grafik 4.10). Tren NPL terbesar adalah industri kayu dan pengolahan, dan
penurunan suku bunga kredit di Jawa Barat berlangsung industri sektor utama Jabar seperti TPT, elektronik, dan
sejak beberapa tahun terakhir dan masih terjadi hingga alas kaki. Peningkatan rasio non performing loan (NPL) ini
triwulan I 2020. Suku bunga kredit di Jawa Barat turun menyebabkan bank perlu meningkatkan NPL coverage
dari 10,28% pada Triwulan IV 2019 menjadi 10,09% ratio melalui peningkatan cadangan kerugian penurunan
(Grafik 4.8).

62
Laporan Perekonomian
Provinsi Jawa Barat
Mei 2020

NPL�%�

5,57
160 KREDIT �RP TRILIUN�

4,76
4,63
140

4,22
4,12
120

3,56
3,49
3,43
3,43
3,20
3,15
3,08
2,96
100

2,95
2,82
2,75
2,72
2,55
2,46
2,40
2,27
80

2,10
2,09
2,01
1,58
60

1,55
1,39
1,36
40
20
0

KAB. BANDUNG

KOTA SUKABUMI
KAB. BEKASI
KOTA BANDUNG
KAB. BOGOR
KAB. BANDUNG
KAB. KARAWANG
KOTA BEKASI
KOTA DEPOK
KOTA BOGOR
KAB. SUKABUMI
KAB. CIREBON
KAB. INDRAMAYU
KAB. SUBANG
KAB. PURWAKARTA
KAB. GARUT
KAB. CIANJUR
KAB. SUMEDANG
KOTA CIREBON
KOTA TASIKMALAYA
KOTA CIMAHI

KOTA SUKABUMI
KAB. TASIKMALAYA
KAB. CIAMIS

KOTA BANJAR
KAB. KUNINGAN
KAB. MAJALENGKA
KAB. BANDUNG BARAT

KAB. PANGANDARAN

KOTA TASIKMALAYA

KOTA BOGOR
KAB. SUKABUMI
KOTA BEKASI
KOTA DEPOK
KAB. GARUT
KAB. BOGOR

KAB. SUBANG

KAB. INDRAMAYU

KAB. CIANJUR
KAB. BEKASI
KAB. PANGANDARAN

KAB. PURWAKARTA

KAB. CIREBON
JAWA BARAT
KAB. CIAMIS

KOTA BANDUNG
KOTA CIMAHI
KOTA BANJAR

KAB. KUNINGAN

KAB. TASIKMALAYA

KAB. SUMEDANG
KAB. BANDUNG BARAT

KOTA CIREBON
KAB. MAJALENGKA
KAB. KARAWANG
Sumber : Bank Indonesia (diolah) Sumber : Bank Indonesia (diolah)

Grafik 4.12 Perkembangan Kredit Kota/Kabupaten Triwulan I Grafik 4.13 Rasio NPL Kredit Kota/Kabupaten Triwulan I 2020
2020

nilai (CKPN) untuk menghadapi risiko memburuknya 4.2.4 Penyaluran Kredit berdasarkan
kualitas aset. Oleh karena itu, peningkatan risiko kredit Kota/Kabupaten
perlu terus dipantau dan dievaluasi karena peningkatan Secara spasial penyaluran kredit bank umum
cadangan yang dibentuk akan berdampak pada terkonsentrasi di 8 (delapan) kabupaten/kota di Jawa
permodalan perbankan. Barat yang mencapai pangsa 74,52% dari total kredit
yang disalurkan, yaitu Kabupaten Bekasi (18,45%),
Dari sisi kelompok nilai, peningkatan NPL terjadi pada Kota Bandung (15,95%), Kabupaten Bogor (10,02%),
kelompok nilai Rp1 sd 10 Milyar dan kelompok debitur Kabupaten Bandung (8,38%), Kabupaten Karawang
kelompok UMKM. Hal ini masih berkaitan dengan (6,96%), Kota Bekasi (6,86%), Kota Depok (4,94%) dan
dampak pandemi COVID-19 sehingga meningkatkan Kota Bogor (2,95%). (Grafik 4.12). Penyaluran kredit
risiko penurunan likuiditas dan solvabilitas pelaku usaha di Jawa Barat masih terkonsentrasi di kota/kabupaten
baik yang berorientasi ekspor ataupun domestik akibat lokasi usaha industri pengolahan, perdagangan dan jasa.
penurunan penjualan dan terbatasnya aktivitas usaha Dari sisi risiko kredit, enam dari tujuh daerah tersebut
sejak Maret 2020. Sehubungan dengan hal tersebut, OJK memiliki rasio NPL yang terjaga di bawah 5%, kecuali
selaku otoritas pengawas Bank merumuskan kebijakan Kabupaten Bandung dengan rasio NPL pada triwulan I
restrukturisasi kredit sebagai stimulus bagi pelaku usaha 2020 mencapai 5,57%, menurun dibandingkan triwulan
terdampak khususnya UMKM. Bank diperbolehkan sebelumnya yang sebesar 7,82% dan merupakan daerah
menghitung satu dari tiga pilar dalam perhitungan kredit dengan rasio NPL tertinggi di Jawa Barat (Grafik 4.13).
bermasalah yakni ketepatan pembayaran pokok dan/atau Pada triwulan ini, tidak terdapat daerah yang memiliki
bunga untuk kredit hingga Rp10 miliar. Bank juga dapat rasio NPL di atas threshold 5%, setelah pada periode
meningkatkan kualitas kredit menjadi lancar setelah triwulan lalu terdapat Kabupaten Pangandaran yang
direstrukturisasi untuk seluruh plafon kredit. Harapannya, mencapai NPL sebesar 6,89%. Kondisi ini menyatakan
hal ini dapat membantu pemulihan ekonomi dan turut bahwa semakin membaiknya performa kualitas kredit
menjaga kualitas kinerja perbankan. Lebih lanjut, Loan yang di daerah Jawa Barat.
at risk juga terpantau meningkat yang didorong oleh
peningkatan pada nominal NPL dan nominal NPL dan 4.2.5 Penyaluran Kredit UMKM
pangsa kredit kolektabilitas 2 (dalam perhatian khusus) Berbeda dengan penyaluran kredit secara umum yang
yang direstrukturisasi. cenderung meningkat, perkembangan penyaluran
kredit UMKM justru menunjukkan perlambatan
dibandingkan periode sebelumnya menjadi Rp153,72

63
Bab IV
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan Dan UMKM

180 RP TRILIUN % �YOY� 18 6,5 %

160 16 6,0

153,72
151,08
140 14 5,5
120 12 5,0
9,69
100 10 4,5 4,22
80 9,94 8 4,0
3,71
60 6 3,5
40 4 3,0
20 2
2,80 2,98
2,5
0 0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 2,0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018 2019 2020
2015 2016 2017 2018 2019 2020
KREDIT UMKM g. KREDIT UMKM
TOTAL KREDIT KREDIT UMKM
Sumber : Bank Indonesia (diolah) Sumber : Bank Indonesia (diolah)

Grafik 4.14 Perkembangan Kredit UMKM Grafik 4.15 NPL Kredit UMKM

Triliun atau tumbuh 9,69%(yoy) (Grafik 4.14). Pada oleh jenis kredit investasi yang turun menjadi sebesar
Triwulan I 2020 perlambatan penyaluran kredit UMKM 17,42%(yoy) pada triwulan I 2020.
disebabkan oleh perlambatan penyaluran pada seluruh
jenis kredit baik usaha mikro, kecil dan menengah dari Proporsi kredit UMKM terhadap total kredit di Jawa
semula 12,20% (yoy), 13,38% (yoy), dan 5,78% (yoy) Barat relatif stabil sebesar 21,08% dibandingkan
menjadi 11,43% (yoy), 8,36% (yoy) dan 1,50% (yoy). triwulan sebelumnya yang sebesar 21,10%. Jika dilihat
dari komponen kredit yang menyusunnya, secara umum
Kualitas kedit UMKM juga tercatat menurun yang tidak terdapat perubahan signifikan dibandingkan
tercermin pada rasio NPL sebesar 4,22% (Grafik 4.15). periode sebelumnya, yaitu masih didominasi oleh kredit
Penurunan kualitas kredit UMKM utamanya disebabkan kecil dan menengah masing-masing dengan porsi 29,76%
oleh tingginya NPL UMKM pada sektor pertambangan, dan 41,66%.
konstruksi, serta transportasi dan komunikasi. Dampak
pandemi COVID-19 melalui penurunan harga komoditas Secara sektoral, perlambatan terjadi pada beberapa
secara global, social distancing dan pembatasan aktivitas sektor utama di Jawa Barat seperti Perdagangan, Jasa
usaha sejak Maret 2020 memberikan dampak pada Penyediaan Akomodasi dan Makanan Minuman, dan
penurunan kualitas kredit di ketiga sektor tersebut. Jasa Dunia Usaha. Mewabahnya COVID-19 di Jawa
Barat membuat pemerintah mengambil kebijakan social
Sementara itu, berdasarkan jenis penggunaannya, distancing sehingga berdampak pada penurunan aktivitas
perlambatan kredit UMKM terutama disebabkan usaha. Ketiga sektor dimaksud merupakan sektor yang

30
6,55
6,28
6,06

7
5,43

25
5,33

6
4,83
4,83
4,80
4,70
4,64
4,33
4,26
4,25
4,22
4,16
4,14

20 5
3,65
3,62
3,35
3,21
3,12
3,01

4
2,94
2,90

15
2,83
2,65
2,53
2,16

3
10
2
5
1

0 0
KAB. BEKASI
KAB. GARUT

KAB. CIAMIS
KAB. BOGOR

KOTA BEKASI
KOTA DEPOK

JAWA BARAT
KOTA BOGOR

KOTA CIMAHI
KAB. SUBANG

KAB. CIANJUR

KOTA BANJAR
KAB. CIREBON
KOTA CIREBON

KAB. BANDUNG
KAB. SUKABUMI

KAB. KUNINGAN
KOTA BANDUNG
KOTA SUKABUMI

KAB. KARAWANG

KAB. SUMEDANG
KAB. INDRAMAYU

BANDUNG BARAT

KAB. MAJALENGKA

KAB. TASIKMALAYA
KAB. PURWAKARTA
KOTA TASIKMALAYA

KAB. PANGANDARAN
KOTA BANDUNG
KAB. BEKASI
KAB. BOGOR
KAB. BANDUNG
KOTA BEKASI
KAB. KARAWANG
KOTA DEPOK
KAB. SUKABUMI
KAB. CIREBON
KAB. GARUT
KAB. TASIKMALAYA
KAB. INDRAMAYU
KOTA BOGOR
KAB. SUBANG
KAB. CIANJUR
KOTA TASIKMALAYA
KAB. SUMEDANG

KAB. CIAMIS
KAB. KUNINGAN

KAB. MAJALENGKA
KAB. PURWAKARTA
KOTA BANJAR
KOTA CIREBON
KOTA CIMAHI
BANDUNG BARAT
KOTA SUKABUMI
KAB. PANGANDARAN

Sumber : Bank Indonesia (diolah) Sumber : Bank Indonesia (diolah)

Grafik 4.16 Perkembangan Kredit UMKM Spasial Grafik 4.17 NPL Kredit UMKM Spasial

64
Laporan Perekonomian
Provinsi Jawa Barat
Mei 2020

berupaya mendorong peningkatan kinerja kredit UMKM


4%
3% melalui penerbitan kebijakan insentif memperlonggar
5% PERDAGANGAN, BESAR DAN ECERAN batas LFR (Loan to Funding Ratio) sebagaimana diatur
7%
INDSUTRI PENGOLAHAN
dalam PBI No.17/11/PBl/2015. Sementara itu, ditingkat
KONSTRUKSI
JASA SOSIAL regional KPw Bank Indonesia juga turut mendorong
7% 49% JASA DUNIA USAHA
PENYEDIAAN AKOMODAS UMKM dengan melaksanakan program pengembangan
DAN MAKAN MINUM
8% PERTANIAN & PETERNAKAN
UMKM di masing-masing daerah baik melalui pembinaan,
ANGKUTAN DAN KOMUNIKASI pendampingan maupun klaster.
16%

Sumber : Bank Indonesia (diolah)


4.3 KINERJA KORPORASI
Grafik 4.18 Proporsi Kredit UMKM Berdasarkan Lapangan
KEUANGAN DAN NON
Usaha KEUANGAN
4.3.1 Sumber Kerentanan Korporasi
langsung terdampak dengan adanya kebijakan social Secara umum, kinerja korporasi di Jawa Barat
distancing. Berdasarkan informasi anekdotal dan hasil dipengaruhi oleh faktor domestik maupun eksternal.
liason, kondisi ini juga membuat beberapa UMKM Faktor domestik antara lain kondisi ekonomi nasional
mulai memperhitungkan biaya operasional sehingga dan daerah. Sementara faktor eksternal antara lain
mengharuskan membuat kebijakan untuk PHK atau perkembangan perekonomian global, perkembangan
merumahkan pegawainya. permintaan global serta volume perdagangan dunia dan
harga komoditas yang diperdagangkan di dunia.
Secara spasial, penyaluran kredit UMKM di Jawa
Barat masih terkonsentrasi pada pusat industri dan Pada triwulan I 2020, permintaan dari negara-negara
perdagangan dengan penyaluran kredit terbesar di mitra dagang Jawa Barat tercatat menurun sejalan
Kota Bandung sebesar Rp 25,92 triliun (16,80 %) dan dengan perlambatan ekonomi global, penurunan volume
Kabupaten Bekasi sebesar Rp 16.76 triliun ( 10,86%) perdagangan dunia dan penurunan harga komoditas
(Grafik 4.16). Dari sisi kualitas kredit, secara umum NPL global (kecuali harga emas yang terus meningkat).
UMKM tertinggi terjadi di Kab. Sukabumi yang mencapai Dampak yang dirasakan adalah terjadinya penurunan
6,58%. Sementara terdapat 3 kab/kota dengan nilai NPL ekspor luar negeri utamanya pada produk manufaktur,
UMKM di atas 5% lainnya yakni Kota Kota Tasikmalaya, yang memegang pangsa sekitar 99,08% terhadap total
Kota Sukabumi, Kab. Bogor dan Kota Bogor (grafik 4.17). ekspor luar negeri Jawa Barat. Berdasarkan pangsanya,
komoditas ekspor terbesar Jawa Barat adalah dari
Proporsi kredit UMKM berdasarkan lapangan usaha di subkelompok Kendaraan (18,07%), Tekstil dan Produk
Jawa Barat tidak mengalami perubahan yang signifikan Tekstil (16,76%), Elektronik (16,65%), dan Kimia (8,45%).
pada triwulan I 2020. Sekitar 77,93% kredit UMKM Ekspor luar negeri manufaktur Jawa Barat pada triwulan
disalurkan di tiga lapangan usaha utama di Jawa Barat I 2020 masih mengalami kontraksi meskipun dengan
yaitu lapangan usaha perdagangan hotel dan restoran4 level yang lebih baik dibandingkan dengan triwulan
(53,80%), industri pengolahan (15,80%), dan konstruksi sebelumnya. Sementara itu, berdasarkan negara tujuan,
(8,33%) (Grafik 4.18). Bank Indonesia terus mendorong ekspor Jawa Barat ke negara tujuan utama yakni Amerika
realisasi penyaluran kredit UMKM dengan menetapkan Serikat, Eropa, dan ASEAN juga mengalami mengalami
target proporsi kredit UMKM kepada perbankan kontraksi (Grafik 4.19).
berdasarkan tahapan tertentu sebagaimana diatur dalam
PBI No.14/12/PBI/2012. Selain itu, Bank Indonesia juga
4 Termasuk di dalamnya perdagangan, besar & eceran serta
penyediaan akomodasi makan & minum

65
Bab IV
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan Dan UMKM

60 % �YOY�
3%
50 9%
40

30 14% 40%
20

10

0 16%
�10

�20
18%
�30 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018 2019 2020
SD SMP SMA SMK D1/2/3 UNIVERSITAS
TOTAL EKSPOR USA EROPA ASEAN
Sumber : Bank Indonesia (diolah) Sumber: BPS Jawa Barat, (diolah)

Grafik 4.19 Perkembangan Ekspor Jawa Barat Grafik 4.20 Tenaga Kerja Berdasarkan Pendidikan

Dari sisi domestik, pertumbuhan ekonomi Jawa Barat 2. Struktur biaya korporasi
pada triwulan I 2020 melambat dibandingkan triwulan Berdasarkan hasil pendalaman di sejumlah
sebelumnya dan lebih rendah dari realisasi pertumbuhan korporasi di Jawa Barat, struktur biaya terbesar
ekonomi nasional. Perlambatan ekonomi Jawa Barat pada industri masih didominasi oleh biaya bahan baku
triwulan I 2020 disebabkan oleh perlambatan konsumsi dan biaya tenaga kerja. Penggunaan mesin dan
rumah tangga, selain penurunan ekspor. Perlambatan teknologi belum sepenuhnya dapat diadopsi karena
konsumsi rumah tangga menjadi indikasi perlambatan berbagai pertimbangan, antara lain sifat industri
permintaan terhadap produk korporasi. yang lebih padat karya. Kondisi ini dapat menjadi
sumber kerentanan industri apabila tenaga kerja
Beberapa sumber kerentanan sektor korporasi lainnya yang diperoleh tidak sesuai dengan spefisifiksi yang
adalah sebagai berikut: dibutuhkan, sehingga produktivitas menjadi rendah.
1. Ketergantungan industri terhadap bahan baku impor Hal ini diperkuat pula dengan struktur tenaga kerja
Bahan baku industri di Jawa Barat mayoritas dipenuhi Jawa Barat yang mayoritas masih berpendidikan
dari impor. Hal ini tercermin dari dominasi impor sekolah dasar (Grafik 4.20). Produktivitas yang rendah
bahan baku yang mencapai 80% dari total impor Jawa dapat mempengaruhi profitabilitas dan kinerja
Barat. Kondisi ini dapat berdampak positif bagi industri keuangan korporasi. Kondisi ini diperberat dengan
apabila barang yang diproduksi berorientasi ekspor, tingkat upah yang dinilai relatif tinggi pada sejumlah
sebaliknya berdampak negatif bagi industri yang daerah, terutama bagi industri padat karya. Dampak
penjualannya berorientasi domestik karena gejolak pandemi COVID-19 meningkatkan risiko pada struktur
global tidak dapat direspon atau ditransmisikan biaya korporasi, khususnya pada komponen biaya
dengan penyesuaian harga domestik. Beberapa tenaga kerja. Hal ini kemudian direspon oleh banyak
gejolak global tersebut diantaranya pergerakan harga pelaku usaha melalui PHK, dirumahkannya pekerja,
bahan baku internasional, kebijakan proteksionisme dan penurunan income disesuaikan dengan jam kerja
dan perubahan permintaan negara mitra dagang, atau komponen lainnya sejak berlakunya work from
serta pergerakan nilai tukar. Namun demikian, sejak home.
pandemi COVID-19, pemenuhan impor bahan baku
menjadi kendala yang cukup besar bagi korporasi 4.3.2 Kinerja Keuangan Sektor Korporasi
mengingat kebijakan lockdown di berbagai negara, Secara umum, kinerja korporasi Jawa Barat pada triwulan
termasuk Tiongkok yang menjadi sumber utama I 2020 masih menunjukkan perlambatan seiring dengan
importasi bahan baku Jawa Barat. pelambatan kinerja lapangan usaha utama, khususnya
industri pengolahan. Pada triwulan I 2020, pertumbuhan
LU industri pengolahan tercatat mengalami perlambatan

66
Laporan Perekonomian
Provinsi Jawa Barat
Mei 2020

UMKM 2019 �RP� UMKM 2020 �RP�


5.000.000
350 RP TRILIUN % �YOY� 25
4.500.000
4.000.000 300 20
3.500.000
3.000.000 250 15
2.500.000
2.000.000 200 10
1.500.000
150 5
1.000.000
500.000
100 0
0
KAB. KARAWANG
KOTA BEKASI
KAB. BEKASI
KOTA DEPOK
KOTA BOGOR
KAB. BOGOR
KAB. PURWAKARTA
KOTA BANDUNG
KAB. BANDUNG BARAT
KAB. BANDUNG
KOTA CIMAHI
KAB. SUMEDANG
KAB. SUKABUMI
KAB. SUBANG
KAB. CIANJUR
KOTA SUKABUMI
KAB. INDRAMAYU
KOTA TASIKMALAYA
KAB. TASIKMALAYA
KOTA CIREBON

KAB. CIAMIS
KAB. PANGANDARAN
KOTA BANJAR
KAB. CIREBON
KAB. GARUT
KAB. MAJALENGKA
KAB. KUNINGAN
50 �5

0 �10
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018 2019 2020
TOTAL KREDIT g. TOTAL KREDIT g. KI g. KMK

Sumber: SK Gubernur Jawa Barat No. 561/Kep983-Yanbangsos/2019 Sumber : Bank Indonesia (diolah)

Grafik 4.21 UMK Spasial Jawa Barat Grafik 4.22 Perkembangan Kredit Korporasi

menjadi 1,52% (yoy) dari periode sebelumnya sebesar Selain itu, biaya tenaga kerja juga menjadi salah
2,08% (yoy). Baik kinerja korporasi berorientasi domestik satu komponen utama biaya operasional korporasi.
maupun berorientasi ekspor menunjukkan penurunan Pergerakan biaya tenaga kerja korporasi dan industri
di tengah pandemi COVID-19. Hal ini terkonfirmasi mengacu pada Umum Minimum Provinsi atau Upah
dengan hasil liason bahwa industri mengalami penurunan Minimum Kabupaten/ Kota di Jawa Barat. Sebagaimana
penjualan baik ekspor dan maupun domestik. disebutkan dalam SK Gubernur Jawa Barat No. 561/
Kep983-Yanbangsos/2019, pada tahun 2020, kisaran
Risiko korporasi pada triwulan I 2020 bersumber baik kenaikan upah mencapai 8-10% dengan rata-rata
dari domestik maupun eksternal. Dari domestik, risiko 8,51%. Upah tertinggi terjadi di wilayah yang memang
bersumber dari penurunan tingkat konsumsi masyarakat merupakan sentra industri seperti Kabupaten Karawang,
yang mempengaruhi penjualan dan tingginya beban upah Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, dan Kota Depok. Kenaikan
yang mempengaruhi biaya operasional korporasi di tengah upah tersebut apabila tidak diimbangi dengan kenaikan
penurunan penjualan. Sementara dari sisi eksternal, produktivitas dan penjualan, akan memberikan tekanan
risiko bersumber dari penurunan permintaan negara terhadap kinerja korporasi.
mitra dagang, depresiasi nilai tukar yang mempengaruhi
harga bahan baku impor, dan kendala distribusi baik 4.3.3 Eksposur Perbankan pada Sektor
untuk ekspor maupun impor sejalan dengan kebijakan Korporasi
lockdown yang diterapkan oleh banyak negara. Pada Penyaluran Kredit Korporasi di Perbankan
triwulan I 2020, nilai tukar rupiah mengalami depreasiasi Jawa Barat
dibandingkan triwulan sebelumnya. Pelemahan nilai Pertumbuhan kredit korporasi pada perbankan di
tukar tidak terlepas dari kondisi ekonomi global dan Jawa Barat periode ini meningkat, dari 4,51%(yoy)
meningkatnya ketidakpastian akibat pandemi COVID-19 menjadi 6,06%(yoy) pada triwulan I 2020 (Grafik
sehingga menyebabkan aliran keluar modal asing yang 4.22). Pertumbuhan kredit korporasi pada tw I 2020
besar dari pasar keuangan domestik. Secara konsisten, sejalan dengan masih belum pulihnya kinerja sektor
Bank Indonesia terus mengoptimalkan bauran kebijakan ekonomi utama Jawa Barat, sehingga banyak korporasi
moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk industri mencari alternatif biaya tambahan untuk proses
menjaga keseimbangan antara stabilitas makroekonomi operasional ditengah pandemik COVID-19. Apabila kondisi
dan sistem keuangan dengan proses pemulihan ekonomi terus berlanjut, maka akan berdampak pada peningkatan
yang sedang berlangsung. risiko tertahannya pemulihan kinerja korporasi Jawa
Barat pada 2020.

67
Bab IV
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan Dan UMKM

50 %
6,0 %
40
5,0
30 4,19
20 4,0
3,70
10
3,0
0 3,25
2,0
�10
1,98
�20 1,0

3,55
3,48
�30
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 0,0
2015 2016 2017 2018 2019 2020 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018 2019 2020
INDUSTRI PENGOLAHAN PERDAGANGAN KONSTRUKSI
JASA DUNIA USAHA TOTAL KREDIT TOTAL KREDIT KMK KI

Sumber : Bank Indonesia (diolah) Sumber : Bank Indonesia (diolah)

Grafik 4.23 Kredit Koporasi Lapangan Usaha Utama Grafik 4.24 NPL Kredit Korporasi Menurut Jenis Penggunaan

Pada triwulan I 2020, kualitas kredit meningkat korporasi yang terjadi karena perlambatan ekspor impor
tercermin dari penurunan rasio NPL kredit korporasi sebagai cerminan melambatnya ekonomi pada periode
dari 3,55% menjadi 3,48% (Grafik 4.23). Kondisi ini triwulan I 2020.
terkonfimasi dari hasil liason dimana industri masih bisa
bertahan 3-6 bulan terhitung dari mewabahnya COVID-19. 4.4 KINERJA SEKTOR RUMAH
Meskipun demikian, jika dibreakdown lebih lanjut industri TANGGA
utama Jawa Barat seperti TPT, Alas Kaki, Otomotif dan 4.4.1 Sumber Kerentanan dan Kondisi
Elektronik justru tercatat sebaliknya. Rasio NPL dari Sektor Rumah Tangga
keempat industri utama menjukkan adanya peningkatan Dalam suatu sistem keuangan, rumah tangga berperan
dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 4.24). sebagai pihak lender (penyedia dana) maupun penerima
pendanaan dari institusi keuangan. Beberapa faktor yang
Dana Pihak Ketiga (DPK) Korporasi di mempengaruhi kondisi keuangan rumah tangga adalah
Perbankan Jawa Barat tingkat pendapatan, tingkat pengangguran, tingkat
Pertumbuhan DPK korporasi pada perbankan meningkat konsumsi dan kondisi pembiayaan/kredit oleh rumah
yakni dari 12,95% pada triwulan IV 2019 menjadi 19,18% tangga. Secara umum, faktor-faktor tersebut dipengaruhi
di triwulan I 2020, disebabkan oleh pertumbuhan seluruh oleh kinerja perekonomian.
komponen DPK baik tabungan, giro maupun deposito.
DPK Korporasi masih didominasi oleh giro (46%), disusul Laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada
oleh deposito (45%) dan dan tabungan (9%). Peningkatan triwulan I 2020 tercatat sebesar 3,04% (yoy), melambat
DPK mengindikasikan tingginya cadangan dana antisipatif dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar

140
9 %
120
8

7 100
6
80
5
60
4

3 40

2
20
1
0
0 I II III IV I II III IV I
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 2018 2019 2020
2015 2016 2017 2018 2019 2020
INDUSTRI PENGOLAHAN PERDAGANGAN INDEKS PENGHASILAN SAAT INI INDEKS KETERSEDIAAN LAPANGAN KERJA
JASA DUNIA USAHA TOTAL KREDIT
Sumber : Bank Indonesia (diolah) Sumber: Survei Konsumen KPw Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat, 2019

Grafik 4.25 NPL Kredit Koporasi Lapangan Usaha Utama Grafik 4.26 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja dan
Penghasilan

68
Laporan Perekonomian
Provinsi Jawa Barat
Mei 2020

Dari hasil survei konsumen Bank Indonesia, indeks


ketersediaan lapangan kerja serta indeks penghasilan
saat ini menunjukkan penurunan (Grafik 4.26). Indeks
18% 18%
ketersediaan lapangan kerja triwulan I 2020 berada di
TW IV TW IV level pesimis sebesar 75,20, lebih rendah dibandingkan
13% 2019 69% 17% 2019 65%
triwulan sebelumnya yang sebesar 93,48. Selanjutnya
indeks penghasilan saat ini pada triwulan I 2020
sebesar 106,42 juga lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya yang sebesar 116,50. Penurunan pada indeks
Sumber: Survei Konsumen KPw Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat, 2019
ketersediaan lapangan kerja serta indeks penghasilan saat
KONSUMSI CICILAN PINJAMAN TABUNGAN ini mengindikasikan bahwa risiko terhadap kinerja sektor
Grafik 4.27 Porsi rata-Rata Penghasilan
rumah tangga pada triwulan I 2020 meningkat.

4,12% (yoy). Penurunan konsumsi rumah tangga ini 4.4.2 Kinerja Keuangan Sektor Rumah
dipengaruhi oleh menurunnya pendapatan masyarakat Tangga
menyusul fenomena PHK dan banyak pekerja yang Kinerja Konsumsi rumah tangga menunjukkan
dirumahkan akibat kinerja lapangan usaha yang juga perlambatan sejalan dengan hasil survei konsumen Kantor
menurun sebagai dampak COVID-19. Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat. Pada

Tabel 4.1 Dana Rumah Tangga untuk Membayar Cicilan dan Perubahannya Berdasarkan Tingkat Pengeluaran per Bulan

Triwulan IV 2019 Triwulan I 2020

Debt Service Ratio (DSR) Debt Service Ratio (DSR)


> 10% - 20%

> 20% - 30%

> 10% - 20%

> 20% - 30%

TMP TMP
> 0 - 10%

> 0 - 10%
> 30%

> 30%
Pengeluaran Pengeluaran
/Bulan /Bulan

Rp 1 - 2 jt 3,04% 3,62% 2,03% 1,45% 12,17% Rp 1 - 2 jt 2,90% 2,75% 3,62% 2,32% 13,91%

Rp 2,1 - 3 jt 1,88% 4,64% 3,04% 2,17% 15,22% Rp 2,1 - 3 jt 2,46% 4,64% 3,19% 4,93% 11,01%

Rp 3,1 - 4 jt 1,59% 3,48% 3,62% 2,46% 11,45% Rp 3,1 - 4 jt 2,17% 2,75% 2,75% 4,64% 8,26%

Rp 4,1 - 5 jt 1,45% 1,16% 2,03% 1,88% 5,07% Rp 4,1 - 5 jt 1,01% 1,01% 1,74% 2,03% 4,06%

> Rp 5 jt 2,32% 1,74% 4,20% 3,62% 4,64% > Rp 5 jt 1,59% 2,46% 2,17% 6,23% 5,36%

TOTAL 10,29% 14,64% 14,93% 11,59% 48,55% TOTAL 10,14% 13,62% 13,48% 20,14% 42,61%

Perubahan DSR * Perubahan DSR* (qtq)


> 10% - 20%

> 20% - 30%

> 10% - 20%

> 20% - 30%


> 0 - 10%

> 0 - 10%
> 30%

> 30%

Pengeluaran TMP Pengeluaran TMP


/Bulan /Bulan

Rp 1 - 2 jt -0,14% -0,87% 1,59% 0,87% 1,74% Rp 1 - 2 jt -4,76% -24,00% 78,57% 60,00% 14,29%

Rp 2,1 - 3 jt 0,58% 0,00% 0,14% 2,75% -4,20% Rp 2,1 - 3 jt 30,77% 0,00% 4,76% 126,67% -27,62%

Rp 3,1 - 4 jt 0,58% -0,72% -0,87% 2,17% -3,19% Rp 3,1 - 4 jt 36,36% -20,83% -24,00% 88,24% -27,85%

Rp 4,1 - 5 jt -0,43% -0,14% -0,29% 0,14% -1,01% Rp 4,1 - 5 jt -30,00% -12,50% -14,29% 7,69% -20,00%

> Rp 5 jt -0,72% 0,72% -2,03% 2,61% 0,72% > Rp 5 jt -31,25% 41,67% -48,28% 72,00% 15,63%

TOTAL -0,14% -1,01% -1,45% 8,55% -5,94% TOTAL 1,12% -15,67% -3,23% 354,59% -45,56%
Keterangan: TMP : Tidak memiliki pinjaman; *Perubahan triwulan I 2020 dibanding triwulan IV 2019
Sumber : Survei Konsumen KPw BI Jawa Barat, diolah

69
Bab IV
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan Dan UMKM

23,49 23,47 23,39 23,10 23,30 23,33 23,79

2,97 3,06 2,85 2,62 2,61 2,67 2,47 31% 32%


Tw IV Tw I
2019 2020
69% 68%
41,12 42,24 41,26 41,46 40,62 42,11 40,92

TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I
2018 2019 2020

TABUNGAN GIRO DEPOSITO PERSEORANGAN NON PERSEORANGAN

Sumber : Bank Indonesia (diolah)

Grafik 4.28 Komposisi DPK Sektor RT

triwulan I 2020, rata-rata proporsi pendapatan konsumen 4.4.3 Eksposur Perbankan pada Sektor
yang digunakan untuk konsumsi (average propensity to Rumah Tangga
consume ratio) tercatat sebesar 65,4%, turun dari 69,0% Dana Pihak Ketiga Sektor RT di Perbankan
pada periode sebelumnya. Adanya penurunan konsumsi Dana sektor RT Jawa Barat mendominasi 67% DPK
disebabkan pelemahan aktivitas ekonomi sejalan dengan perbankan dan sebesar 96% diantaranya ditempatkan
kebijakan stay at home dan physical distancing pada dalam bentuk tabungan dan deposito. Pada Triwulan I
triwulan berjalan. Sejalan dengan penurunan konsumsi, 2020, DPK RT mencapai Rp 345 Triliun, terdiri dari giro
proporsi pendapatan konsumen yang disimpan (saving Rp 12.01Triliun, tabungan Rp 210.18 Triliun dan deposito
to income ratio) berada pada level 17,6 terpantau stabil. Rp 122.15 Triliun. Pada triwulan berjalan, pertumbuhan
Di sisi lain, rata-rata rasio pembayaran cicilan/utang (debt DPK meningkat sebesar 9,83%(yoy) yang disebabkan
to income ratio) meningkat (Grafik 4.27). Hasil survei oleh peningkatan seluruh komponen DPK rumah tangga
mencatat, jenis peningkatan pinjaman yang digunakan (Grafik 4.29). Pandemi COVID-19 menyebabkan preferensi
oleh konsumen adalah Kredit Multiguna dan Kredit Tanpa utama RT menyimpan dananya hanya dalam jangka waktu
Agunan (KTA)/Kredit Kendaraan Bermotor. pendek mengingat meningkatnya kebutuhan likuiditas.

Jika dilihat dari perilaku berutang, terdapat peningkatan Kredit Sektor RT di Perbankan
risiko dari sisi kredit karena secara agregat terjadi Sejalan dengan melambatnya kredit secara umum,
peningkatan jumlah rumah tangga yang memiliki debt kredit rumah tangga juga terpantau melambat pada
service ratio (DSR) lebih dari 30% pendapatannya
(DSR>30%). Pada triwulan I 2020, jumlah rumah tangga
dengan DSR>30% bertambah 9% dibandingkan dengan 25

triwulan IV 2019. Peningkatan terjadi pada hampir seluruh 20

kelompok pengeluaran, terutama yang terbesar pada 15

10
segmen penghasilan Rp 5 juta per bulan. Institusi keuangan
5
menilai bahwa rumah tangga dengan DSR>30% memiliki 0

risiko yang tinggi dan berpotensi menjadi penyebab NPL �5

(Non Performing Loan) sehingga pemantauan terhadap �10

perilaku rumah tangga dalam membayar cicilan ini harus �15


I II
2016
III IV I II
2017
III IV I II
2018
III IV I II
2019
III IV I
2020
selalu diperhatikan (Tabel 4.1). DPK GIRO TABUNGAN DEPOSITO
Sumber : Bank Indonesia (diolah)

Grafik 4.29 Pertumbuhan DPK Sektor RT

70
Laporan Perekonomian
Provinsi Jawa Barat
Mei 2020

45 % �YOY�
60 % �YOY�
40
50
35
30 40

25 30
20 20
15
10
10
0
5
0 �10

�5 �20
�10 �30
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018 2019 2020
2015 2016 2017 2018 2019 2020
KREDIT RT KPR KKB MULTIGUNA KKB MOBIL SEPEDA MOTOR
Sumber: Bank Indonesia (diolah) Sumber: Bank Indonesia (diolah)

Grafik 4.30 Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga Grafik 4.31 Perkembangan NPL Kredit Rumah Tangga

triwulan I 2020. Total penyaluran kredit rumah tangga dalam. Kondisi ini diyakini sebagai dampak pelemahan
pada triwulan I 2020 mencapai Rp271,84 triliun dan ekonomi akibat pandemi COVID-19 di Jawa Barat.
tumbuh sebesar 9,83% (yoy), melambat dibandingkan Tendensi masyarakat yang menahan konsumsi durable
triwulan IV 2019 yang mencatat pertumbuhan 12,49% goods tercermin dari melemahnya daya beli masyarakat
(yoy) (Grafik 4.30). pada beberapa jenis barang tahan lama seperti rumah dan
Secara umum, kualitas kredit RT yang tercermin dari kendaraan bermotor. Hal ini juga terkonfirmasi dari hasil
rasio NPL mengalami peningkatan. Rasio NPL kredit Survei Konsumen bahwa terjadi penurunan pada indeks
rumah tangga mencapai 2,35% pada triwulan I 2020 konsumsi barang-barang kebutuhan tahan lama menjadi
meningkat dibandingkan pada triwulan sebelumnya sebesar 100,3 dari 109,0 pada triwulan sebelumnya.
yang mencapai 1,98% (Grafik 4.31). Secara umum rasio Adapun detail perkembangan beberapa kredit sektor RT
NPL kredit rumah tangga masih berada di level yang di triwulan I 2020 adalah sebagai berikut:
baik sebagai cerminan terjaganya prinsip kehati-hatian 1. Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
perbankan, di samping repayment capacity rumah tangga Pertumbuhan KPR melambat dari 10,63% (yoy)
di Jawa Barat yang memadai. menjadi 8,62% (yoy). Perlambatan terjadi pada KPR
Tipe Menengah dan Besar sementara KPR Tipe Kecil
terkontraksi lebih dalam (Grafik 4.32). Perlambatan
Perlambatan pertumbuhan kredit rumah tangga terjadi
KPR diperkirakan sejalan dengan kenaikan harga
pada semua jenis penggunaan, yaitu KPR, KPA dan Kredit
rumah di Jawa Barat dan menurunnya daya beli.
Multiguna sementara KKB mengalami kontraksi lebih
Sementara itu, rasio NPL meningkat dari 2,51%
menjadi 2,95%.
25 % �YOY�

20 2. Kredit Pemilikan Apartemen (KPA)


15
Pertumbuhan KPA terus menunjukkan tren
10

5
penurunan sejak Triwulan II 2018. Pada Triwulan I
0 2020 pertumbuhan KPA melambat dari 9,98% (yoy)
�5
menjadi 7,62%(yoy) dengan perlambatan terbesar
�10

�15
terjadi pada seluruh jenis tipe apartemen. Rasio NPL
�20
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I jenis kredit ini mengalami peningkatan dari 1,51%
2015 2016 2017 2018 2019 2020
KPR TIPE MENENGAH �22 S.D. 70� menjadi 1,86%.
TIPE KECIL �S.D. 21� TIPE BESAR �DI ATAS 70�

Sumber : Bank Indonesia (diolah)

Grafik 4.32 Perkembangan Kredit Pemilikan Rumah

71
Bab IV
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan Dan UMKM

4 %

0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018 2019 2020

KREDIT RT KPR KKB MULTIGUNA

Sumber : Sumber: Bank Indonesia (diolah)

Grafik 4.33 Kredit Kendaraan Bermotor

3. Kredit Kendaraan Bermotor (KKB)


Penyaluran KKB mengalami kontraksi lebih dalam
dari -2,84% (yoy) pada triwulan IV 2019 menjadi
-3,31% (yoy) pada Triwulan I 2020 (Grafik 4.31).
Penurunan ini terutama didorong oleh penurunan
kredit kepemilikan motor dan mobil. Hal ini sejalan
dengan angka penjualan kendaraan bermotor dari
Gaikindo yang mengalami tren penurunan. Penurunan
ini berdampak terhadap kualitas kredit kendaraan
bermotor (KKB) yang mencatat peningkatan rasio
NPL dari 1,52% menjadi 1,84%.

4. Kredit Multiguna
Pertumbuhan kredit multiguna pada Triwulan I
2020 melambat dari 27,32% (yoy) menjadi 22,02%
(yoy). Penurunan suku bunga kredit multiguna dari
13,05% menjadi 12,99% belum mampu mendorong
pertumbuhan kredit multiguna yang lebih tinggi. Dari
sisi kualitas kredit, risiko kredit multiguna meningkat
tercermin dari rasio NPL yang meningkat dari 1,03%
menjadi 1,19%.

72
73
BOKS 2

Impementasi dan Inovasi


Membangun “New UMKM”
yang Berdaya Saing di
Tengah Pandemik Covid-10
di Jawa Barat

Pada saat krisis ekonomi pada 1998 dan 2008, UMKM dinyatakan
dapat menjadi penopang ekonomi karena mayoritas mereka belum
mendapatkan akses finansial dan permodalan sehingga tidak
mendapatkan pengaruh besar. Namun demikian, sejak pandemi
COVID-19 di Jawa Barat pada penghujung Triwulan I 2020, UMKM
menjadi salah satu yang paling rentan atas pelemahan ekonomi
yang terjadi. Permasalahan utama yang dihadapi UMKM selama
masa pandemi COVID-19 adalah lemahnya permintaan konsumen
akibat penurunan pendapatan masyarakat dan kendala distribusi
dengan adanya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Pelaku usaha UMKM harus dapat bertahan selama tiga sampai
enam bulan kedepan sehingga perlu adanya perubahan proses
bisnis untuk tetap beroperasi di tengah pandemi ini.

KPw BI Jawa Barat melakukan survei untuk mengetahui sejauh


mana kondisi UMKM ditengah pandemi COVID-19 dan dampak
yang dirasakan oleh UMKM binaan. Survei telah diikuti oleh 48
UMKM dari klaster pangan, klaster komoditas ekspor (kopi), dan
Wirausaha Binaan Bank Indonesia (WUBI) dari kategori fashion,
craft, dan kuliner. Secara umum UMKM binaan telah menggeluti
kegiatan usahanya dalam waktu yang cukup lama, sebagian besar
telah menjalani usahanya di atas 5 tahun.

Hasil penjualan/omzet dan kondisi tenaga kerja adalah dampak


utama dari pandemi COVID-19 terhadap UMKM di Jawa Barat.
Omzet yang berkurang serta pemutusan kerja atau PHK terjadi pada
sejumlah UMKM Binaan. Omzet UMKM mengalami penurunan
drastis akibat dampak COVID 19. Jumlah UMKM dengan omzet per
bulan kurang dari Rp50 juta mengalami lonjakan dari sebelumnya
hanya 33,3% dari jumlah total UMKM, meningkat menjadi 77,1%.
Penyerapan tenaga kerja oleh UMKM juga mengalami penurunan
yang signifikan, jumlah UMKM dengan tenaga kerja kurang dari 5
orang mengalami peningkatan dari 12,5% menjadi 43,8%. Detail
dampak COVID 19 terhadap omzet dan tenaga kerja UMKM binaan
KPw BI Jabar dapat dilihat pada gambar 2 dan gambar 3.

74
Boks 2 Implementasi dan Inovasi Membangun “New UMKM” yang Berdaya Saing di Tengah Pandemik COVID-19 di Jawa Barat

LAMA USAHA
43,70%

29,20%
20,80%

6,30%

KURANG DARI 3 TAHUN 3 S.D 5 TAHUN 5 S.D 10 TAHUN LEBIH DARI 10 TAHUN

Grafik 1 Lama Usaha UMKM Binaan KPwBI Provinsi Jawa


Barat

Sebagai salah satu upaya menangani dampak pandemi Gambar 1 Publikasi Jualsayuran.com
COVID-19, beberapa UMKM mulai menjajaki penjualan
secara online, meskipun penjualan offline (melalui toko) “New Normal “ tersebut.
tetap dilakukan. Beberapa diantaranya menggunakan
media pemasaran menggunakan media sosial dan juga Penerapan protokol era “New Normal” dalam berbagai
marketplace. Hasil survei menyatakan bahwa Tokopedia aktivitas masyarakat mendorong adanya perubahan
menjadi salah satu jenis marketplace yang paling banyak perilaku masyarakat yang lebih digital (digital life style) dan
digunakan. Sementara media whatsapp menjadi salah lebih memperhatikan kesehatan serta keselamatan dalam
satu kanal media sosial yang menjadi favorit dalam berbagai aspek kehidupan. Pandemi COVID-19 pada
pemasaran produk. 2020, mengakselerasi penetrasi inovasi yang fit dengan
digital life style dalam berbagai sektor, tidak terkecuali
Saat ini dan selanjutnya UMKM harus beradaptasi agar sektor pertanian yang merupakan sektor tumpuan utama
mampu mengambil peran lebih besar pada masa “New masyarakat Indonesia dalam memenuhi kebutuhan
Normal” dan pasca pandemi COVID-19. Harapannya, pangan (food security) sekaligus memegang peran penting
pasca pandemi COVID-19, permintaan baik dari domestik dalam penghidupan sebagian besar masyarakat Indonesia
maupun luar negeri berpotensi meningkat, meskipun yang tinggal di sentra-sentra produksi.
dengan tuntutan standar kesehatan yang baru, serta
semakin kuatnya preferensi masyarakat akan transaksi Hal ini tentunya merupakan tantangan sekaligus peluang
ekonomi dan keuangan digital. Oleh karena itu, UMKM bagi para pelaku usaha dalam mempertahankan dan
harus dapat bersiap diri menjadi adaptif dengan kondisi mengembangkan bisnisnya. Menjadi sebuah peluang

OMZET PER BULAN SEBELUM TERDAMPAT COVID 19 OMZET PER BULAN SETELAH TERDAMPAK COVID 19

LEBIH DARI 250 JUTA 25,00% LEBIH DARI 250 JUTA 2,10%

100 S.D 250 JUTA 12,50% 100 S.D 250 JUTA 6,30%

50 S.D 100 JUTA 29,20% 50 S.D 100 JUTA 14,60%

KURANG DARI 50 JUTA 33,30% KURANG DARI 50 JUTA 77,10%

Sumber : Survei KPwBI Jawa Barat Terhadap UMKM Binaan

Grafik 2 Omzet UMKM per Bulan Sebelum dan Setelah Terdampak COVID-19

75
Implementasi dan Inovasi Membangun “New UMKM” yang Berdaya Saing di Tengah Pandemik COVID-19 di Jawa Barat Boks 2

JUMLAH KARYAWAN SEBELUM TERDAMPAK COVID 19 JUMLAH KARYAWAN SETELAH TERDAMPAK COVID 19

LEBIH DARI 15 ORANG 33,30% LEBIH DARI 15 ORANG 16,70%

10 S.D 15 ORANG 25% 10 S.D 15 ORANG 16,70%

5 S.D 10 ORANG 29,20% 5 S.D 10 ORANG 22,90%

KURANG DARI 5 ORANG 12,50% KURANG DARI 5 ORANG 43,80%

Sumber : Survei KPwBI Jawa Barat Terhadap UMKM Binaan

Grafik 3 Jumlah Tenaga Kerja Sebelum dan Setelah Terdampak COVID-19

dikarenakan jumlah pengguna internet di Indonesia relatif Inovasi tersebut dilakukan melalui pengembangan
besar yaitu sebesar 175 juta orang atau 64% dari total website jualsayuran.com dan aplikasi jualsayuran, sebuah
penduduk Indonesia dan sebesar 16%-nya merupakan marketplace yang dikelola secara mandiri oleh “Kelompok
penduduk Jawa Barat. Menjadi sebuah tantangan Tani Agri Muda Mandiri” ini bertujuan memotong rantai
dikarenakan perbedaan kualitas insfrastruktur digital distribusi yang panjang sehingga memudahkan konsumen
serta kondisi perekonomian yang penuh dinamika dan untuk memperoleh komoditas yang dibutuhkan langsung
ketidakpastian.. dari petani sekaligus mengatasi kendala distribusi dan
menjawab kebutuhan digital lifestyle masyarakat. Produk
Pelaku usaha dituntut kreatif untuk melakukan yang ditawarkan tentunya memenuhi standar kebersihan,
penyesuaian perilaku masyarakat dengan tetap kesehatan, dan keamanan sebagaimana tuntutan
memperhatikan kualitas produk yang ditawarkan sesuai pemasaran produk UMKM di era “New Normal”.
dengan protokol keamanan dalam kondisi “New Normal”.
Hal inilah yang mendorong “Kelompok Tani Agri Muda Digitalisasi pemasaran melalui platform e-commerce yang
Mandiri” sebagai bagian dari anggota Gapoktan Lembang dibangun oleh Gapoktan “Lembang Agri” melalui website
Agri yang merupakan komunitas generasi milenial dan aplikasi android ini juga mendukung implementasi
pertanian dengan visi mensinergikan industri pertanian transaksi non tunai di masyarakat dan berkontribusi
dengan dunia digital, untuk melakukan inovasi yang terhadap percepatan digitalisasi ekonomi dan keuangan
membawa perubahan bagi seluruh anggota Gapoktan di Indonesia yang juga menjadi salah satu program yang
dan masyarakat Desa Cikidang, Kecamatan Lembang, digalakkan oleh Bank Indonesia untuk menuju Indonesia
Kabupaten Bandung Barat. maju.

MEDIA SOSIAL YANG DIGUNAKAN JENIS MARKETPLACE YANG DIGUNAKAN

WHATSAPP 85,40% TOKOPEDIA 58,30%


INSTAGRAM 81,30% BUKALAPAK 41,70%
FACEBOOK 60,40% SHOPEE 33,30%
TWITTER 18,80% BLIBLI 18,80%
LINE 8,30% LAZADA 6,30%
LAINNYA 6,30% JD.ID 4,20%

Sumber : Survei KPwBI Jawa Barat Terhadap UMKM Binaan

Grafik 4 Media Sosial dan Marketplace yang Digunakan Oleh UMKM

76
V Sistem Pembayaran
Dan Pengelolaan Rupiah
• Nilai transaksi non tunai menggunakan kliring mengalami peningkatan, sedangkan
transaksi menggunakan RTGS tercatat melambat mengikuti perlambatan pertumbuhan
ekonomi Jawa Barat pada triwulan I 2020.
• Aliran uang kartal di Provinsi Jawa Barat pada triwulan I 2020 menunjukkan net inflow
yang lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya.
• Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat aktif mendorong elektronifikasi
di sektor transportasi, transaksi pemerintah dan bantuan sosial non tunai.

9,43% -0,41% Rp 14,53T Rp 5,29T 4.135 lbr


Triwulan I 2020 Triwulan I 2020 Triwulan I 2020 Triwulan I 2020 2020

PERTUMBUHAN PERTUMBUHAN JUMLAH JUMLAH TEMUAN


TRANSAKSI TRANSAKSI NET INFLOW PEMUSNAHAN UANG PALSU
KLIRING RTGS UTLE

-1,14% 4,97% 2,57T 5,16T 14.508


Tw IV 2019 Tw IV 2019 Tw IV 2019 Tw IV 2019 2019
Laporan Perekonomian
Provinsi Jawa Barat
Mei 2020

100 RP TRILIUN % �YOY� 120 2500 RIBU LEMBAR % �YOY� 80

100
60
80 2000
80

60 40
60 1500
40
20
9,43
40
20
1000 -1,18
0 0

20 -1,14 �20 500


-7,69 �20
�40

0 �60 0 �40
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020

NOMINAL g. NOMINAL �RHS� VOLUME g. VOLUME �RHS�

Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.1 Perkembangan Transaksi Kliring Jawa Barat- Grafik 5.2 Perkembangan Transaksi Kliring Jawa Barat –
Nominal Volume

5.1 PERKEMBANGAN SISTEM Berbanding terbalik dengan perkembangan transaksi


PEMBAYARAN NON TUNAI kliring, nominal transaksi menggunakan RTGS2
5.1.1 Perkembangan Transaksi tercatat mengalami perlambatan pada triwulan I
Menggunakan SKNBI dan RTGS 2020. Pertumbuhan transaksi menggunakan RTGS pada
Transaksi melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia triwulan I 2020 sebesar -0,41% (yoy) atau melambat
(SKNBI)1 di Jawa Barat pada triwulan I 2020 tercatat dibanding transaksi pada triwulan IV 2019 sebesar 4,97%
sebesar Rp60,24 triliun atau meningkat 9,43% (yoy), (yoy) (Grafik 5.3). Perlambatan transaksi RTGS tersebut
kondisi ini mengalami perbaikan dibandingkan triwulan diperkirakan akibat pola seasonal awal tahun dimana
IV 2019 yang turun sebesar 1,14% (yoy) (Grafik 5.1). belum banyak transaksi yang dilakukan oleh pemerintah,
Peningkatan nilai nominal transaksi retail melalui kliring dan juga disebabkan oleh perlambatan ekonomi Jawa
tersebut terutama disebabkan adanya peraturan terkait Barat yang tercermin pada penurunan kinerja sektor
perubahan batas maksimum transaksi SKNBI menjadi perdagangan dan industri pengolahan pada triwulan I
Rp1 Miliar. Peraturan tersebut berlaku sejak 1 September 2020.
2019. Sejalan dengan hal tersebut, pertumbuhan kliring
dari sisi volume pada triwulan I 2020 tercatat sebesar
5.1.2 Upaya Pengembangan Layanan
-1,18% (yoy) atau mengalami perbaikan dibandingkan
Keuangan Non Tunai dan
triwulan IV 2019 sebesar -7,69% (yoy) (Grafik 5.2).
Elektronifikasi
Dalam rangka mensukseskan Gerakan Nasional Non
Tunai (GNNT), Bank Indonesia senantiasa berupaya
180 % YOY % YOY 50
mendorong penetrasi transaksi sistem pembayaran non
160 tunai di Indonesia. Guna mendukung hal tersebut upaya
40
140
120
peningkatan inklusi keuangan di wilayah Jawa Barat terus
30
100 dilakukan melalui berbagai kegiatan, antara lain melalui
80 20
60
program elektronifikasi jalan tol, elektronifikasi transaksi di
24,84 23,54 10
40
Bandara Internasional Jawa Barat, elektronifikasi transaksi
20
0
0 4,97 pembayaran parkir melalui Terminal Parkir Elektronik
-0,41
�20 I II III IV I II III IV I II III IV I �10
(TPE), penyaluran bantuan sosial non tunai, pengelolaan
2017 2018 2019 2020

g. VOLUME g. NOMINAL �AXIS KANAN� dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) non tunai,
Sumber : Bank Indonesia, diolah implementasi transaksi pemasukan dan pengeluaran non
Grafik 5.3 Perkembangan RTGS di Jawa Barat tunai pemerintah daerah dan implementasi Bandung
Smart City antara lain melalui penerbitan Bandung Smart
Card.
1 sistem transfer dana elektronik yang meliputi kliring debet dan 2 sistem transfer dana elektronik yang penyelesaian setiap
kliring kredit yang penyelesaian setiap transaksinya dilakukan secara transaksinya dilakukan dalam waktu seketika dengan nilai transaksi
nasional dengan transaksi di bawah Rp 100 juta bernilai lebih dari Rp 100 juta dan bersifat segera (urgent)

79
Bab V
Sistem Pembayaran Dan Pengelolaan Uang Rupiah

3,0 RP MILIAR 100% 400 JUTA ORANG 100%


90% 90%
350
2,5
80% 80%
300
70% 70%
2,0
60% 250 60%

1,5 50% 200 50%


40% 40%
150
1,0
30% 30%
100
20% 20%
0,5
10% 50 10%

0,0 0% 0 0%
TAHAP TAHAP TAHAP TAHAPTAHAP TAHAPTAHAP TAHAP TAHAPTAHAPTAHAP TAHAPTAHAPTAHAPTAHAP TAHAP TAHAP TAHAP TAHAPTAHAP TAHAPTAHAP TAHAP TAHAPTAHAPTAHAP TAHAPTAHAPTAHAPTAHAP
I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII I II III I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII I II III
2019 2020 2019 2020
PENYALURAN PENYERAPAN PERSENTASE PENYALURAN PENYERAPAN PERSENTASE

Sumber : Dinas Sosial Jawa Barat, diolah Sumber : Dinas Sosial Jawa Barat, diolah

Grafik 5.4 Penyerapan Jumlah KPM BPNT Grafik 5.5 Penyerapan Bantuan BPNT (Nominal)

Sehubungan dengan upaya mendukung kesuksesan baru mengenai uang non tunai, memiliki akses kepada
perluasan implementasi penyaluran bansos non tunai, perbankan, dan mendapatkan kemudahan dalam
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat bertransaksi menggunakan EDC di e-warong atau agen
juga senantiasa melakukan monitoring perluasan bank.
penyaluran bantuan sosial non tunai di Jawa Barat.
Berdasarkan hasil monitoring dimaksud, diketahui Secara umum rata-rata penyerapan Program Keluarga
bahwa masyarakat secara umum telah memahami Harapan (PKH) pada tahun 2019 adalah 100% dengan
bahwa penyaluran bantuan pangan yang sebelumnya nilai Rp 1,32 Triliun. Adapun rata-rata penyerapan sampai
dilakukan dengan cara penebusan beras sejahtera saat ini dengan triwulan I 2020 adalah 97,6% dengan nilai Rp 1,16
beralih menjadi penyaluran bantuan pangan non tunai. Triliun. Jumlah nominal PKH meningkat sejak tahun 2019
Dengan adanya perubahan cara menjadi secara non yang disebabkan oleh adanya perubahan kebijakan dalam
tunai, masyarakat merasa terbantu dari sisi biaya, karena pemberian bantuan terkait besaran manfaat bantuan
penerima bantuan tidak lagi harus membayar biaya dan skema bantuan. Rata-rata penyerapan Bantuan
tambahan berupa biaya tebusan untuk mendapatkan beras Pangan Non Tunai (BPNT) pada tahun tahun 2019 adalah
sejahtera, melainkan mereka bisa mendapatkan bantuan 88,81% dengan nominal Rp272,3 Miliar adapun rata-
pangan secara cuma-cuma dengan mentransaksikan rata penyerapan tahun 2020 adalah 71,86% dengan
saldo dana yang dimiliki di Kartu Keluarga Sejahtera nominal Rp234,6 Miliar. Implementasi bansos di Provinsi
(KKS). Melalui program ini, selain mendapatkan bantuan Jawa Barat telah dikoordinasikan dengan Bank Himbara
pangan, masyarakat juga memperoleh pengetahuan dengan ketentuan sebagai berikut: BNI mendapatkan

1,80 JUTA ORANG % 120% 2.500 JUTA ORANG % 120%


100,0% 99,9% 99,9% 99,9% 99,9% 99,9% 99,9% 99,7% 97,6% 100,0% 99,9% 99,9% 99,9% 99,9% 99,9% 99,9% 99,7% 97,6%
1,75 100% 100%
2.000
1,70
80% 80%
1.500
1,65
60% 60%
1,60
1.000
40% 40%
1,55
500
20% 20%
1,50

1,45 0% 0 0%
TAHAP TAHAP TAHAP TAHAP TAHAP TAHAP TAHAP TAHAP TAHAP TAHAP TAHAP TAHAP TAHAP TAHAP TAHAP TAHAP TAHAP TAHAP
I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I
2018 2019 2020 2018 2019 2020
PENYALURAN PENYERAPAN PERSENTASE PENYALURAN PENYERAPAN PERSENTASE

Sumber : Dinas Sosial Jawa Barat, diolah Sumber : Dinas Sosial Jawa Barat, diolah

Grafik 5.6 Penyerapan Jumlah KPM PKH Grafik 5.7 Penyerapan Bantuan PKH (Nominal)

80
Laporan Perekonomian
Provinsi Jawa Barat
Mei 2020

coverage area sebanyak 19 wilayah, BRI sebanyak PBB telah dikembangkan pula kerjasama dengan pihak
6 wilayah, BTN dan Bank Mandiri masing-masing 1 ketiga seperti Indomaret, Alfamart dan PT. Posindo. Saat
wilayah. Untuk Program Keluarga Harapan (PKH) telah ini seluruh Pemerintah Kota/Kabupaten telah melakukan
di implementasikan di seluruh Kab/Kota di wilayah Jawa implementasi untuk PBB, BPHTB dan pajak lainnya. Ke
barat. Adapun untuk Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) depan secara bertahap diupayakan seluruh transaksi
wilayah Kab.Cianjur menjadi wilayah terakhir yang sudah baik penerimaan maupun pengeluaran di lingkungan
mengimplementasikan BPNT sejak bulan Juni 2019. pemerintah Provinsi Jawa Barat akan dilakukan secara non
tunai.
Beberapa hal yang menjadi kendala implementasi
penyaluran bansos non tunai adalah: Secara umum perkembangan elektronifikasi Pemerintah
a. Infrastruktur perbankan dan jaringan telekomunikasi Daerah di Jawa Barat untuk sisi pengeluaran 100% dari
terbatas (blank spot, terpusat di area tertentu, lokasi 28 Kabupaten/Kota (termasuk Pemprov. Jawa Barat)
yang jauh). telah mengimplementasikan elektronifikasi dan dari
sisi pendapatan (pajak dan retribusi) seluruh daerah/
b. Pemutakhiran data Keluarga Penerima Manfaat (KPM).
kota telah melakukan elektronifikasi namun masih
c. Literasi KPM terkait produk perbankan masih rendah.
terbatas sesuai dengan kesiapan dan kebutuhan masing-
d. Jumlah e-warong belum memadai dengan KPM. masing. Persentase rata-rata implementasi penerimaan
e. Mekanisme Perlindungan Konsumen (PK) khusus Kabupaten/Kota (termasuk Pemprov.) di Jawa Barat
bansos. adalah 73%, yang terdiri atas Pajak sebesar 94% dan
Retribusi 51%. Persentase penerimaan terbesar dimiliki
Alternatif solusi dari permasalah di atas adalah sebagai oleh Provinsi Jawa Barat, Kota Cirebon, dan Kabupaten
berikut: Karawang yang hampir mencapai 100% dan persentase
a. Koordinasi dengan kominfo, pemanfaatan teknologi terkecil dimiliki oleh Kabupaten Sumedang dengan 31%.
nirkabel. Meskipun proses implementasi elektronifikasi sudah
b. Koordinasi dengan kemensos dan perbankan terkait mulai berjalan namun beberapa daerah masih belum
mekanisme pemutakhiran data dan pelaksanaan memiliki regulasi yang mengatur tentang elektronifikasi
perlindungan konsumen. transaksi pemerintah daerah, yaitu antara lain Kabupaten
Bekasi, Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur, Kabupaten
c. Edukasi dan sosialisasi kepada KPM termasuk
Garut, dan Kabupaten Karawang.
didalamnya PK.

Dalam pengelolaan keuangannya, pemerintah


Di sisi lain, terkait pengembangan dan perluasan
Kabupaten/Kota di Jawa Barat menggunakan berbagai
elektronifikasi di KPwDN khususnya di KPwBI Jawa Barat
jenis sistem keuangan yaitu SIMDA, SIPKD, SISMIOP dan
pada tahun 2019 telah dilakukan upaya untuk mendorong
SIPADARAN dengan rincian sistem SIMDA digunakan di 14
perluasan elektronifikasi transaksi pemerintah. Tujuan
Kabupaten/Kota, SIPKD di 11 Kabupaten/Kota, SISMIOP
elektronifikasi di Pemda adalah untuk membantu tata
hanya digunakan di Kota Tasikmalaya, dan SIPADARAN
kelola keuangan yang lebih baik dan meningkatkan
hanya digunakan di Kabupaten Pangandaran. Sedangkan
potensi penerimaan pemerintah. Dalam pelaksanaannya
kanal pembayaran yang sudah digunakan dalam proses
KPw BI Jabar telah menggandeng Bank Jabar Banten (BJB)
elektronifikasi transaksi pemerintah daerah di Jawa Barat
untuk memfasilitasi transaksi non tunai di lingkungan
pada berbagai jenis sistem pembayaran di atas adalah
Pemerintah Provinsi, Kabupaten dan Kotamadya di
Teller, ATM, EDC, Internet Banking, Mobile Banking,
Jawa Barat. BJB telah mengembangkan “BJB Tax” untuk
SMS Banking, Channel Ritel Modern, e-Commerce, CMS
layanan PBB, BPHTB, pajak lainnya, retribusi perizinan
dan SP2D. Dari kanal-kanal pembayaran tersebut, Teller
dan non perizinan serta SP2D. Selain itu khusus untuk
merupakan kanal pembayaran yang paling luas digunakan

81
Bab V
Sistem Pembayaran Dan Pengelolaan Uang Rupiah

di Jawa Barat dengan penggunaan di seluruh Kabupaten/


40 RP TRILIUN
Kota (termasuk provinsi) di Jawa Barat, sedangkan SMS
30
Banking hanya digunakan di 4 (empat) Kabupaten/Kota.
20

10
Beberapa hal yang menjadi kendala dalam implementasi 0
elektronifikasi transaksi pemerintah daerah adalah: �10

a. Data dan transaksi keuangan pemda tidak update �20

terkendala rekonsiliasi perbankan. �30


I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
b. Keragaman dan fragmentasi sistem yang dimiliki INFLOW OUTFLOW NET INFLOW

pemerintah daerah. Sumber : Bank Indonesia, diolah

c. Instrumen dan kanal pembayaran belum interkoneksi. Grafik 5.8 Perkembangan Inflow – Outflow Uang Kartal

d. Keterbatasan infrastruktur dan jaringan.


e. Belum ada aturan (Perda) di semua daerah. inflow uang kartal yang masuk ke khazanah Bank Indonesia
f. Komitmen pemimpin dan aparat pemerintah di daerah Provinsi Jawa Barat pada triwulan ini tercatat Rp23,38
belum optimal. Triliun. Sementara itu, total outflow uang kartal yang keluar
g. Keragaman persepsi pemda terhadap definisi dan dari khazanah KPw Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat
mekanisme elektronifikasi. sebesar Rp8,85 Triliun. Posisi net inflow ini sesuai dengan
karakteristik Jawa Barat sebagai salah satu Provinsi tujuan
Sebagai upaya untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, wisata juga daerah penyangga ekonomi ibukota negara
maka diperlukan sinergi bersama antara Bank Indonesia sehingga menyebabkan banyak aliran uang masuk ke
dengan Pemerintah Provinsi/ Kota/Kabupaten serta Jawa Barat. Posisi net inflow pada triwulan I 2020 tercatat
perbankan antara lain melalui: lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2019 yang mencapai
Rp2,57 Triliun. Hal ini disebabkan oleh rendahnya outflow
a. Peningkatan infrastruktur perbankan (BPD) dan
uang kartal pada triwulan I 2020 dibandingkan triwulan IV
Pemda.
2019. Secara nominal, outflow uang kartal pada triwulan
b. Standaridisasi sistem keuangan pemda. I 2020 (Rp8,85 Triliun), lebih tinggi dibandingkan triwulan
c. Mendorong sinergi antara BPD dengan perbankan IV 2019 (Rp15,76 Triliun).
atau penyelenggara jasa sistem pembayaran lain
untuk memperluas infrastruktur jaringan sistem Dalam menjalani tugasnya sebagai otoritas peredaran
pembayaran. dan pengelolaan uang kartal, Bank Indonesia juga
d. Mendorong penerbitan ketentuan serta pedoman senantiasa memelihara kualitas uang kartal yang
pelaksanaan elektronifikasi transaksi non tunai di beredar di masyarakat melalui kebijakan Clean Money
Pemda. Policy. Kebijakan ini dilakukan salah satunya melalui
e. Pelaksanaan sosialisasi, edukasi dan pelatihan kepada pelaksanaan kegiatan pemusnahan uang tidak layak edar
masyarakat untuk change management. (UTLE) secara rutin. Pada triwulan I 2020, terdapat Rp5,29
Triliun UTLE yang telah dimusnahkan, naik dibandingkan
5.2 PERKEMBANGAN SISTEM triwulan IV 2019 sebesar Rp5,16 Triliun (Grafik 5.9 ).
PEMBAYARAN TUNAI DAN Langkah tersebut juga adalah sesuai dengan kebutuhan
PENGELOLAAN UANG RUPIAH dan ketersediaan uang kartal layak edar. Pada triwulan
Aliran uang kartal di Kantor Perwakilan Bank Indonesia I 2020, pemusnahan uang mengalami kenaikan pasca
Provinsi Jawa Barat pada triwulan I 2020 menunjukkan masyarakat merayakan pergantian tahun di akhir
net inflow sebesar Rp14,53 Triliun (Grafik 5.8). Total Desember 2019.

82
Laporan Perekonomian
Provinsi Jawa Barat
Mei 2020

15 RP TRILIUN % �YOY� 60.000 LEMBAR 57.124


125
50.000
43.864
10 75 40.000
35.354
30.699
30.000
1,85 25
21.467 22.698 23.564 22.000
5 20.000 16.853 14.508
�25
-18,31 10.000
4.135
0 �75 0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

NILAI PEMUSNAHAN g. PEMUSNAHAN �RHS� TOTAL 100.000 50.000 20.000


10.000 5.000 2.000 1.000
Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.9 Perkembangan Pemusnahan UTLE Grafik 5.10 Perkembangan Temuan Uang Palsu di Jawa Barat

Sementara itu, temuan uang palsu di Jawa Barat 5.3 KEGIATAN USAHA PENUKARAN
secara total pada 2020 tercatat sebanyak 4.135 lembar VALUTA ASING BUKAN BANK
(Grafik 5.10), menurun dibandingkan temuan uang (KUPVA BB) BERIZIN DAN
palsu sepanjang 2019 sebanyak 14.508 lembar. Jumlah PENYELENGGARA TRANSFER
temuan uang palsu tahun 2020 tercatat menurun 71,49% DANA BUKAN BANK (PTD BB)
dibanding tahun 2019. Dari total temuan tersebut, DI JAWA BARAT
sebanyak 64,28% merupakan pecahan Rp50.000,- dan 5.3.1 Perkembangan Kegiatan
33,86% merupakan pecahan Rp100.000,-. Adapun wilayah Penukaran Valuta Asing Bukan
dengan temuan uang palsu terbanyak adalah Kabupaten Bank (KUPVA BB)
Majalengka (708 temuan). Sementara itu, berdasarkan Perkembangan Transaksi Kegiatan Penukaran
laporan pihak kepolisian bahwa hingga Maret 2020 belum Valuta Asing (KUPVA) dari Sisi Pembelian dan
terdapat temuan uang palsu. Penjualan Valuta Asing.
Jumlah valuta asing yang ditransaksikan penyelenggara
Bank Indonesia senantiasa berupaya memastikan KUPVA BB di wilayah pengawasan KPwBI Provinsi Jawa
kebutuhan uang tunai masyarakat dapat tersedia dalam Barat pada triwulan I tahun 2020 sebanyak 35 (tiga puluh
jumlah yang cukup, termasuk jenis dan pecahannya. lima) jenis mata uang. Berdasarkan transaksi KUPVA BB,
Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui jenis valuta asing yang paling banyak dijual masyarakat
peningkatan frekuensi dan jangkauan program layanan kas kepada peyelenggara KUPVA di Jawa Barat didominasi oleh
keliling. Sejak dilakukan perpanjangan kerjasama layanan mata uang US Dollar (USD) sebesar 49%, Dollar Singapura
penukaran uang dengan perbankan pada Maret tahun (SGD) sebesar 18%, Riyal Arab Saudi (SAR) 6%, dan Yen
2017, maka telah terjadi perubahan fokus layanan kas Jepang (JPY) sebesar 6%. Dari sisi Pembelian, jenis mata
keliling yang antara lain dengan meningkatkan frekuensi uang didominasi oleh mata uang US Dollar (USD) sebesar
dan jangkauan sampai ke daerah terpencil /remote 49%, Dollar Singapura (SGD) sebesar 18% dan Riyal Arab
area. Dengan layanan ini diharapkan dapat membantu Saudi (SAR) sebesar 6% dan Yen Jepang (JPY) sebesar 6%.
terjaganya kualitas uang layak edar di daerah-daerah
tersebut. Fokus tersebut meliputi pula pemenuhan modal Pada triwulan I 2020, aktivitas transaksi KUPVA BB
kerja penukaran yang saat ini dilakukan oleh perbankan tercatat meningkat baik dari sisi pembelian maupun
(bank umum dan BPR) terutama yang berlokasi di luar penjualan. Total transaksi penjualan dan pembelian uang
kota. Adapun frekuensi kegiatan kas keliling yang telah kertas asing (UKA) yang dilakukan penyelenggara KUPVA
dilakukan sampai dengan bulan Maret 2020 sebanyak 15 BB di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia
(lima belas) kali baik retail (dalam kota) maupun wholesale se-Jawa Barat pada triwulan I 2020 tercatat sebesar
(luar kota dan remote area). Rp2,09 Triliun dengan rata-rata per bulan mencapai

83
Bab V
Sistem Pembayaran Dan Pengelolaan Uang Rupiah

4% 9% 4% 9%
MYR LAINNYA MYR LAINNYA

4% 4%
AUD AUD
49% 49%
5% USD 5% USD
EUR EUR

6% 6%
JPY JPY

6% 18% 6% 18%
SAR SGD SAR SGD
Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.11 Jenis Mata Uang Penjualan Valas Grafik 5.12 Jenis Mata Uang Pembelian Valas

sekitar Rp696,6 Miliar. Adapun pada triwulan I 2020 total pada PTD BB. Jumlah dan posisi PTD BB di wilayah
transaksi penjualan sebesar Rp1,04 Triliun (Grafik 5.13) KPw BI Provinsi Jawa Barat pada triwulan I tahun 2020
dan transaksi pembelian sebesar Rp1,05 Triliun (Grafik tidak mengalami perubahan dibandingkan triwulan
5.14). Transaksi pembelian dan penjualan tertinggi di sebelumnya. Posisi PTD BB di wilayah KPw.BI Jawa Barat
triwulan I 2020 terjadi di bulan Maret 2020 (pembelian sebesar 4,79% dari total PTD BB nasional yang berjumlah
Rp422,25 miliar dan penjualan Rp423,51 miliar). 167 (seratus enam puluh tujuh) penyelenggara. Jumlah
penyelenggara TD Bukan Bank (PTD BB) berizin yang
Pada triwulan I 2020, transaksi KUPVA BB tumbuh berkantor pusat di wilayah kerja KPw. BI Provinsi Jawa
meningkat dibandingkan triwulan IV 2019. Dari sisi Barat adalah sebanyak 8 (delapan) penyelenggara.
penjualan, pertumbuhan transaksi penjualan meningkat
dari -15,13% (yoy) pada triwulan IV 2019 menjadi -7,26% Nilai transaksi melalui PTD BB tumbuh melambat
pada triwulan I 2020. Begitupun transaksi pembelian pada triwulan I 2020 yang didorong oleh perlambatan
yang meningkat dari -13,81% (yoy) pada triwulan IV 2019 transaksi incoming, outgoing, dan transaksi domestik
menjadi 8,88% pada triwulan I 2020. (Grafik 5.15). Total nilai transaksi transfer dana melalui
PTD BB di Jawa Barat pada triwulan I 2020 ini tercatat
5.3.2 Perkembangan Kegiatan sebesar Rp5,67 Triliun atau tumbuh -29,98% (yoy).
Penyelenggara Transfer Dana Pertumbuhan transaksi transfer dana pada triwulan I
Bukan Bank (PTD BB) 2020 ini melambat dibandingkan triwulan IV 2019 yang
Seperti halnya pada penyelenggara KUPVA, Bank tumbuh -24,00% (yoy). Perlambatan tersebut disebabkan
Indonesia juga aktif mendorong kelancaran dan oleh transaksi incoming yang melambat dari -27,26%
keamanan penyelenggaraan sistem pembayaran (yoy) pada triwulan IV 2019 menjadi -29,21% (yoy) pada

1,4 RP TRILIUN % YOY 25 1,4 RP TRILIUN % YOY 20

20 15
1,2 1,2
15 10
1,0 1,0
10 5
0,8 5 0,8 0

0,6 0 0,6 �5

�5 �10
0,4 0,4
�10 �15
0,2 0,2
�15 �20

0,0 �20 0,0 �25


I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020

PENJUALAN PERTUMBUHAN (AXIS KANAN) PEMBELIAN PERTUMBUHAN (AXIS KANAN)

Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.13 Transaksi Penjualan Valas di KUPVA BB Grafik 5.14 Transaksi Pembelian Valas di KUPVA BB

84
Laporan Perekonomian
Provinsi Jawa Barat
Mei 2020

10 RP TRILIUN % YOY 50 4,0 JUTA TRANSAKSI % YOY 15


9 40 10
3,5
8 5
30
3,0 0
7
20
2,5 �5
6
10 �10
5 2,0
0 �15
4
1,5 �20
�10
3
1,0 �25
2 �20
�30
1 �30 0,5
�35
0 �40 0,0 �40
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2016 2017 2018 2019 2020 2016 2017 2018 2019 2020

NOMINAL PERTUMBUHAN (AXIS KANAN) VOLUME PERTUMBUHAN (AXIS KANAN)

Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.15 Perkembangan Pertumbuhan Nilai Transfer Dana di Grafik 5.16 Perkembangan Pertumbuhan Volume Transfer
Jawa Barat Dana di Jawa Barat

triwulan I 2020. Selain itu, transaksi domestik tercatat dengan melaksanakan fungsi perizinan dan pengawasan.
tumbuh melambat dari -21,42% (yoy) pada triwulan Terkait dengan itu, Kantor Perwakilan Bank Indonesia
IV 2019 menjadi -32,91% (yoy) pada triwulan I 2020, Provinsi Jawa Barat secara aktif selalu mendorong
transaksi outgoing dari Indonesia ke luar negeri pun turut peningkatan Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing
melambat yakni dari -1,92% (yoy) pada triwulan IV 2019 (KUPVA) dan Penyelenggara Transfer Dana (PTD) di
menjadi -4,64% (yoy) pada triwulan I 2020. Jawa Barat menjadi KUPVA BB dan PTD BB yang berizin.
Jumlah KUPVA BB di KPwBI Provinsi Jawa Barat yang telah
Di sisi lain, volume transaksi juga mengalami pelambatan mendapat izin usaha dari Bank Indonesia sampai Agustus
pada triwulan IV 2019 (Grafik 5.16). Total volume 2019 tidak mengalami perubahan yaitu sebanyak 38
transaksi selama triwulan I 2020 mencapai 1,67 juta KUPVA atau meningkat dibandingkan tahun 2016 yang
transaksi atau lebih rendah dibandingkan volume transaksi jumlahnya sebanyak 14 KUPVA BB.
pada triwulan IV 2019 sebesar 1,82 juta transaksi. Adapun
pertumbuhan volume transaksi melalui PTD BB di Jawa Adapun upaya serta tindak lanjut yang dilakukan
Barat melambat yaitu dari -24,22% (yoy) pada triwulan IV untuk mendorong peningkatan kualitas dan kapasitas
2019 menjadi sebesar-31,67% (yoy) pada triwulan I 2020. penyelenggara KUPVA BB adalah sebagai berikut:
Menurunnya pertumbuhan volume transaksi terjadi pada a.
Melakukan pengawasan terhadap 2 (dua)
transaksi incoming yakni dari -27,35% (yoy) pada triwulan penyelenggara KUPVA BB (Bandung 1 (satu) KUPVA
IV 2019 menjadi -30,81% (yoy) pada triwulan I 2020, BB dan Cianjur 1 (satu) KUPVA BB) serta 1 (satu)
transaksi domestik yakni dari -22,52% (yoy) pada triwulan penyelenggara PTD BB (PT. Pos Indonesia);
IV 2019 menjadi -32,53% (yoy) pada triwulan I 2020 dan
b. Monitoring terhadap tindak lanjut komitmen hasil
transaksi outgoing yakni dari -3,47 % (yoy) pada triwulan
pemeriksaan atas penyelesaian temuan audit;
IV 2019 menjadi -19,65% (yoy) pada triwulan I 2020.
c. Melakukan pengawasan off-site terhadap 2 (dua) PTD
5.3.3 Upaya Pengawasan BB terkait pengajuan kerjasama dengan pihak lain
Penyelenggaraan Jasa Sistem (yaitu PT. Pos Indonesia dan PT. Reyhan Putra Mandiri),
Pembayaran dan 1 (satu) PTD BB yaitu PT. Kredigram Pembayaran
Elektronis (terkait proses penutupan kantor cabang).
Dalam pelaksanaan perannya di bidang sistem
pembayaran, Bank Indonesia senantiasa berupaya d. Melakukan coaching clinic mengenai penyampaian
mendorong kelancaran dan keamanan sistem DTTOT kepada KUPVA BB dan PTD BB dengan anggota
pembayaran. Oleh karena itu salah satu upaya yang PPATK sebagai narasumber.
dilakukan. Kantor Perwakilan Bank Indonesia adalah

85
Halaman ini sengaja dikosongkan
87
BOKS 3

Analisis Insidentil
Terkait Isu atau
Perkembangan
Seputar Sistem
Pembayaran Terkini di
Jawa Barat

Sejak diluncurkan pada tanggal 17 Agustus 2019 dan


diresmikan penggunaannya pada 1 Januari 2019, Quick
Response Code Indonesia Standard (QRIS) sudah mulai
diterapkan sebagai salah satu sarana pembayaran yang
dapat digunakan oleh seluruh penerbit uang elektronik
server based tanpa terkecuali. Peluncuran QRIS merupakan
salah satu implementasi Visi Sistem Pembayaran Indonesia
(SPI) 2025. QRIS yang mengusung semangat UNGGUL
(UNiversal, GampanG, Untung dan Langsung), bertujuan
untuk mendorong efisiensi transaksi, mempercepat
inklusi keuangan, sekaligus merupakan salah satu respon
Bank Indonesia dalam menghadapi era digital. Di era
dimana teknologi telah merevolusi seluruh aktivitas
hidup manusia dan merubah lanskap ekonomi dan
industri sehingga dibutuhkan inovasi dan kreatifitas untuk
terus maju dan berkembang. Dalam upaya mendukung
Implementasi QRIS di masyarakat, Kantor Perwakilan
Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat telah melaksanakan
kegiatan Edukasi dan Sosialisasi QRIS kepada masyarakat
dengan memberikan edukasi dan sosialisasi secara reguler
kepada masyarakat. Sejak 17 Agustus 2019 terhitung
sudah 26 kali kegiatan edukasi dan sosialisasi QRIS yang
telah dilakukan. Adapun kegiatan sosialisasi yang telah
dilaksanakan sebagaimana tabel berikut :

88
Boks 3 Analisis Insidentil Terkait Isu atau Perkembangan Seputar Sistem Pembayaran Terkini di Jawa Barat

Tabel 1 Kegiatan Edukasi dan Sosialisasi QRIS yang Telah Dilakukan

No Tanggal Peserta No Tanggal Peserta


1 28-Sep-19 SMK Al Bahri 16 5-Dec-19 Mahasiswa Telkom University
2 28-Sep-19 PD Pasar 17 17-Dec-19 Mahasiswa FEB Unisba
3 12-Sep-19 SMA Santa Maria 1 18 18-Dec-19 Pegawai Sekolah Kab. Bandung
4 14-Sep-19 Ikatan Wanita Keluarga (M/K) ITB 19 19-Dec-19 Mahasiswa UPI
5 25-Sep-19 PKL KPwBI Jabar 20 14-Jan-20 SMP Taruna Bakti
6 2-Oct-19 SMK Abdi Karya Bekasi 21 18-Jan-20 Siswa Sekolah
7 8-Oct-19 SMK An-Nurr Sumedang 22 21-Jan-20 HIMATIKA Unisba
8 16-Oct-19 SMKN 1 Kota Bandung 23 22-Jan-20 SMK LPPM-RI
9 16-Oct-19 SMK Yadika Soreang 24 22-Jan-20 SMK N 6 Kota Bekasi
10 22-Oct-19 Hima Unpad 25 22-Jan-20 SMK Negri 1 Kawali Ciamis
11 25-Oct-19 SMP Taruna Bakti 26 23-Jan-20 SMK Muhammadiyah Cirebon
12 30-Oct-19 PKL KPwBI Jabar 27 23-Jan-20 SMK 1 Bojong
13 9-Nov-19 Yayasan Mesjid Salman ITB 28 23-Jan-20 SMK Ganesha Sukabumi
14 12-Nov-19 Masyarakat Desa Pegagan, Cirebon 29 4-Feb-20 SMK Alfa Centauri
15 21-Nov-19 Pengelola PD Pasar Kota Bandung 30 4-Feb-20 SMK Al-Amanah Tangerang

Selain itu KPw. BI Provinsi Jawa Barat pada 20 Februari Seiring dengan perkembangan QRIS saat ini, beberapa
2020 telah melaksanakan launching “Digitalisasi ZISWAF” kendala yang dihadapi dalam proses implementasi QRIS
sebagai upaya memberikan alternatif kanal donasi kepada diantaranya adalah tingkat awareness masyarakat masih
masyarakat dalam bersedekah, pembayaran zakat, infaq rendah dimana umumnya mereka tidak aware apakah
dan sadaqah tanpa harus menggunakan uang tunai serta QRIS atau bukan, awareness merchant masih rendah
harus datang ke masjid maupun lembaga amil zakat. terkait kewajiban untuk mengganti QR yang ada menjadi
Kegiatan tersebut turut dihadiri oleh berbagai pihak QRIS, juga ditemukannya merchant memiliki 2 (dua) QRIS.
seperti : Kementerian Agama Provinsi dan Kota, Dewan
Masjid Indonesia, Dewan Kemakmuran Masjid di wilayah Sampai dengan bulan Maret 2020 telah terdapat 692.191
Bandung Raya, Lembaga Amil Zakat, Majelis Ta’lim, dan merchant di Jawa Barat yang sudah menggunakan QRIS
Penyedia Jasa Sistem Pembayaran. dan berdasarkan data tersebut Jawa Barat menduduki
posisi pertama secara nasional dalam jumlah merchant
Sebagai upaya lebih mensosialisasikan QRIS kepada yang sudah menggunakan QRIS dengan total merchant
masyarakat umum, Bank Indonesia mengadakan Pekan yang tercatat di seluruh Indonesia berjumlah sebesar
QRIS Nasional 2020 yang dilaksanakan serentak di seluruh 3.060.305 merchant.
Indonesia pada tangal 9 – 15 Maret 2020. Kegiatan berupa
pelaksanaan edukasi dan sosialisasi implementasi QRIS
kepada UMKM binaan Bank Indonesia, masyarakat secara
umum dan mahasiswa sebagai agent of change untuk
mendukung terjadinya perubahan pola pembayaran dari
tunai menjadi non tunai yang akan mendorong terciptanya
less cash society sehingga diharapkan dapat menularkan
pengetahuan terkait QRIS kepada lingkungan sekitar dan
awareness masyarakat lebih meningkat serta membantu
percepatan ekonomi digital dan menjadi katalis bagi
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Adapun kegiatan yang
telah dilaksanakan sebagaimana tabel berikut :

89
Analisis Insidentil Terkait Isu atau Perkembangan Seputar Sistem Pembayaran Terkini di Jawa Barat Boks 3

Tabel 2 Rangkaian Pekan QRIS Nasional 2020 di Jawa Barat

No Tanggal KPw Nama Kegiatan Tempat Peserta


KPw BI Prov Jawa Universitas Pendidikan
BI Mengajar dalam Rangka Pekan QRIS Nasional 400 Mahasiswa UPI
Barat Indonesia

Senin, Edukasi di Sekolah BPK Penabur & Pengurus Gereja 500 Siswa/i BPK Penabur
1 KPw BI Cirebon Sekolah BPK Penabur
9 Maret 2020 serta Peresmian BI Corner dan Pengurus Gereja

Asia Plaza Kota 50 Tenant Foodcourt Asia


KPw BI Tasikmalaya PQN (meet the market) at Foodcourt Asia Plaza
Tasikmalaya Plaza

BI Mengajar dalam Rangka Pekan QRIS Nasional Politeknik Negeri Bandung 200 Mahasiswa POLBAN
KPw BI Prov Jawa
Barat Meningkatkan Penetrasi Terhadap Fasilitas STAI Syamsul Ulum, Kota 150 Siswa STAI Syamsul
Pembayaran Elektronik Melalui QRIS Sukabumi Ulum
Selasa, 200 Mahasiswa Universitas
2 Edukasi Kepada Universitas Kuningan Universitas Kuningan
10 Maret 2020 Kuningan
KPw BI Cirebon
IAI Bunga Bangsa,
Edukasi Kepada Institut Agama Islam Bunga Bangsa 200 Mahasiswa
Kabupaten Cirebon

KPw BI Tasikmalaya Sosialisasi QRIS Pasar Manis Ciamis 50 Tenant Pasar

100 orang Masyarakat dan


Edukasi QRIS dan CIKUR Pasar Guntur, Garut
Pedagang Pasar
KPw BI Prov Jawa Merchant Gathering KPw BI Prov. Jawa Barat 100 Merchant Go-Food
Barat Aula Padepokan Kisunda
Strategi Mendapatkan Peluang Usaha di Era 150 Siswa Yayasan Nidaa-
Rabu, Ngalalana, Kabupaten
3 Digitalisasi Modern Ul Qolbi
11 Maret 2020 Bandung
Edukasi Kepada UMKM, BUMDES di Majalengka dan
KPw BI Cirebon Islamic Center Majalengka 150 Peserta
Merchant BIJB

KPw BI Tasikmalaya Edukasi kepada masjid di wilayah Priangan Timur KPw BI Tasikmalaya 250 Peserta

150 Pegawai dan Nasabah


Edukasi QRIS dan CIKUR Kantor Pusat Bank BJB
KPw BI Prov Jawa BJB
Barat 100 Siswa SMK Negeri 1
Edukasi QRIS KPw BI Prov. Jawa Barat
Karawang
200 peserta termasuk
Kamis,
4 Pemda Kota Cirebon,
12 Maret 2020 KPw BI Cirebon Edukasi di Lingkungan Stasiun KA Cirebon Stasiun Kereta Api Cirebon
Tenant Stasiun, pegawai
PT KAI

70 peserta termasuk
KPw BI Tasikmalaya Sosialisasi QRIS Situ Gede pemilik usaha di tempat
bisata dan WUBI
200 UMKM Binaan BI dan
Digitalisasi Pembayaran dan Digitalisasi UMKM KPw BI Prov. Jawa Barat
Dekranasda
KPw BI Prov Jawa Holiday Inn Hotel, 100 Pedagang dan
Pengelolaan Pasar Rakyat Juara Jawa Barat
Barat Bandung Pengelola Pasar Rakyat
Optimalisasi Ekonomi Digital dan Halal Life Style Graha Sanusi Hardjadinata,
200 Mahasiswa UNPAD
Jumat, Menuju Indonesia sebagai Pusat Syariah Dunia Universitas Padjadjaran
5
13 Maret 2020 Edukasi kepada Pengurus Masjid, Lembaga Amal / 200 Ponpes, pengurus
KPw BI Cirebon
Zakat dan Pondok Pesantren Masjid dan ZISWAF
KPw BI Cirebon
SMA Palimanan 1
Edukasi QRIS 200 Siswa
Kabupaten Cirebon
50 Tenant Foodcourt
KPw BI Tasikmalaya PQN (meet the market) at Mayasari Plaza
Mayasai Plaza
KPw BI Prov Jawa
Edukasi QRIS dan CIKUR Pasar Sarijadi, PD Pasar 120 Pengelola Pasar
Sabtu, Barat
6
14 Maret 2020 "Fun Run - Puncak Acara PQN 2020 KPw BI Cirebon - CFD
KPw BI Tasikmalaya 662 Peserta
Bazaar Tenant" Tasikmalaya
Dibatalkan didasarkan
KPw BI Prov Jawa "Senam QRIS - Puncak Acara PQN 2020 pada keputusan Walikota
CFD Dago Cikapayang
Minggu, Barat Bazaar Tenant" terkait penanganan
7 Covid-19
15 Maret 2020
"Senam QRIS - Puncak Acara PQN 2020
KPw BI Cirebon Amphitheatre Grage Mall 300 Peserta
Bazaar Tenant"

90
VI Ketenagakerjaan
Dan Kesejahteraan
• Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Jawa Barat kembali menurun pada Februari 2020
di tengah melambatnya laju pertumbuhan ekonomi triwulan I 2020. Hal ini sehubungan
dengan pandemi COVID-19 pada Maret 2020 belum terpotret dampaknya pada hasil
survei Februari 2020.

• Pangsa tenaga kerja formal meningkat seiring penurunan pangsa tenaga kerja
berpendidikan rendah.

• Tingkat kemiskinan dan ketimpangan pada September 2019 menurun dibandingkan


September 2018.

Februari 2020 Februari 2020 Tw I 2020 September 2019 September 2019

65,97% 7,69% 104,36 6,82% 0,398


TKT.
TKT. PARTISIPASI NILAI TUKAR TINGKAT
PENGANGGURAN GINI RATIO
ANGKATAN KERJA PETANI KEMISKINAN
TERBUKA
65,70% 7,73% 103,48 7,25% 0,405
Februari 2019 Februari 2019 Tw IV 2019 September 2018 September 2018

Petani Argapura, Majalengka


Laporan Perekonomian
Provinsi Jawa Barat
Mei 2020

JUTA ORANG %
30 JUTA ORANG % 66,5
65,97 25 10
65,70 66,0
25
65,5 20 9
65,0
20
64,5 15 7,73 7,69 8
15 64,0

63,5 10
10 7
63,0

5 62,5 5
FEB'11 FEB'12 FEB'13 FEB'14 FEB'15 FEB'16 FEB'17 FEB'18 FEB'19 FEB'20 6
FEB'11 FEB'12 FEB'13 FEB'14 FEB'15 FEB'16 FEB'17 FEB'18 FEB'19 FEB'20

ANGKATAN KERJA TPAK�KANAN PENDUDUK BEKERJA TPT�KANAN


Sumber : BPS Jawa Barat (diolah) Sumber : BPS Jawa Barat (diolah)

Grafik 6.1 Perkembangan Angkatan Kerja dan TPAK Jawa Grafik 6.2 Perkembangan Jumlah Penduduk Bekerja dan TPT
Barat Jawa Barat

Di tengah melambatnya laju pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2019 (2,55%). Hal ini disebabkan oleh
(LPE) Jawa Barat pada triwulan I 2020, kondisi meningkatnya pertumbuhan NTP, khususnya pada
ketenagakerjaan periode Februari 2020 di Jawa Barat kelompok Tanaman Pangan dan Perikanan. Sementara
mengalami perbaikan. Perbaikan tersebut terjadi sebelum itu, kelompok Holtikultura, Tanaman Perkebunan Rakyat
COVID-19 mulai mewabah di Indonesia sehingga kondisi dan Peternakan mengalami perlambatan pada triwulan I
ketenagakerjaan belum terdampak. Hal ini tercermin dari 2020.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Jawa Barat yang
menurun dari 7,73% pada Februari 2019 menjadi 7,69% Sementara itu, kondisi kesejahteraan masyarakat Jawa
pada Februari 2020. Perbaikan ini dipengaruhi oleh Barat secara umum membaik di tengah perlambatan
peningkatan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2019. Data
dari 65,70% pada Februari 2019 menjadi 65,97% pada rilis BPS Provinsi Jawa Barat menunjukkan bahwa tingkat
Februari 2020, di mana peningkatan terjadi baik pada kemiskinan Jawa Barat pada September 2019 sebesar
TPAK laki-laki sedangkan TPAK perempuan mengalami 6,82%. Angka tersebut menurun dibandingkan September
penurunan. Sementara itu, kualitas ketenagakerjaan 2018 (7,25%) dan tercatat sebagai tingkat kemiskinan
di Jawa Barat mengalami perbaikan ditandai dengan terendah sejak 2011. Sejalan dengan menurunnya tingkat
persentase tenaga kerja khususnya berpendidikan kemiskinan, tingkat ketimpangan yang dicerminkan
menengah yang meningkat. Di sisi lain pangsa tenaga melalui gini ratio juga mengalami perbaikan dari 0,405
kerja formal meningkat dan pangsa tenaga kerja informal pada September 2018 menjadi 0,398 pada September
menurun. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi 2019. Penurunan tingkat ketimpangan terjadi baik di
Jawa Barat yang walaupun secara umum melambat pada perkotaan maupun pedesaan dengan penurunan terbesar
triwulan I 2020, namun beberapa sektor yang masih pada ketimpangan perkotaan.
meningkat terdiri dari informasi komunikasi, real estate,
jasa pendidikan dan industri pengolahan yang umumnya Perbaikan kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan
juga menyerap tenaga kerja formal cukup besar. Hal yang pada 2020 juga tidak terlepas dari Program Padat
perlu mendapat perhatian Pemerintah adalah tingkat Karya Tunai yang diinisiasi Pemerintah sejak 2018 dan
pengangguran yang tinggi pada masyarakat dengan kembali dilanjutkan pada 2020. Melalui program ini,
tingkat pendidikan terakhir Sekolah Menengah Kejuruan Pemerintah mewajibkan penggunaan dana desa 2020
(SMK), walaupun relatif menurun dibandingkan Februari secara swakelola di mana sebagian dana dialokasikan
2019. sebagai upah kepada pekerja yang berasal dari masyarakat
desa. Pada tahun 2020, Provinsi Jawa Barat mendapatkan
Kesejahteraan petani terpantau meningkat, tercermin alokasi dana desa sebesar Rp5,9 Triliun untuk 5.312
dari pertumbuhan nilai tukar petani (NTP) pada desa dari 19 Kabupaten. Hal ini berkontribusi kepada
triwulan I 2020 (2,71%, yoy), lebih tinggi dibandingkan penurunan tingkat kemiskinan di pedesaan.

93
Bab VI
Ketenagakerjaan Dan Kesejahteraan

Tabel 6.1 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis %


Kegiatan Utama 100
90

Februari Februari Februari 80 36,39 43,38


No. Jenis Kegiatan Satuan 2018 2019 2020 47,42 47,15 47,15 48,93 49,75 51,25 48,89 49,02
70
60
Juta
I Angkatan Kerja 22,77 23,83 24,33 50
orang
40

1 Bekerja
Juta
20,91 21,99 22,46 30 63,6 56,6
orang 52,6 52,8 52,8 51,1 50,3 48,8 51,1 51,0
20

Juta 10
2 Pengangguran 1,86 1,84 1,87
orang 0
FEB'11 FEB'12 FEB'13 FEB'14 FEB'15 FEB'16 FEB'17 FEB'18 FEB'19 FEB'20
Bukan Angkatan Juta
II 12,91 12,44 12,55
Kerja orang INFORMAL FORMAL
Sumber : BPS Jawa Barat (diolah)
Juta
1 Sekolah 2,97 3,12 3,22
orang Grafik 6.3 Perkembangan Pangsa Pekerja Formal dan Informal
Mengurus Rumah Juta
2 7,93 7,93 8,05
Tangga orang

3 Lainnya
Juta
2,01 1,39 1,28 Februari 2019 menjadi 7,69% pada Februari 2020 (Grafik
orang
6.2). TPT Jawa Barat tersebut tercatat bergerak dalam
Tingkat Partisipasi
III Angkatan Kerja % 63,82 65,70 65,97 tren menurun selama 8 (delapan) tahun terakhir.
(TPAK)

1 Laki-laki % 79,89 82,28 83,30


Berdasarkan jenis kelaminnya, meningkatnya TPAK
2 Perempuan % 47,46 48,83 48,35
terjadi pada angkatan kerja laki-laki yakni dari 82,28%
Penduduk Usia 15 Tahun Juta
ke Atas Orang
35,68 36,27 36,88 menjadi 83,30% pada Februari 2020. Sementara itu,
Sumber : BPS Jawa Barat (diolah) TPAK pada angkatan kerja perempuan cenderung
menurun yakni dari 48,83% menjadi 48,35% pada
6.1 KETENAGAKERJAAN Februari 2020 (Tabel 6.1)
Pada Februari 2020, terjadi peningkatan jumlah
angkatan kerja di Jawa Barat dibandingkan Februari Masih meningkatnya kinerja lapangan usaha informasi
2020, dari 23,83 juta jiwa menjadi 24,33 juta jiwa. Hal komunikasi, real estate, jasa pendidikan dan industri
ini juga diikuti dengan peningkatan Tingkat Partisipasi pengolahan di tengah melambatnya pertumbuhan
Angkatan Kerja (TPAK), dari 65,70% menjadi 65,97% ekonomi Jawa Barat secara keseluruhan diperkirakan
(Grafik 6.1). Jumlah penduduk bekerja meningkat dari menjadi faktor yang mendorong perbaikan kondisi
21,99 juta jiwa menjadi 22,460 juta jiwa, diikuti penurunan ketenagakerjaan di Jawa Barat. Kinerja LU informasi
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dari 7,73% pada komunikasi, real estate, jasa pendidikan dan industri

100%
15 % �YOY�
26,18 25,26 28,58 29,35 29,94 31,73 31,17
80%
10

20,61 20,88 19,64 20,66 5,31


60% 21,47 19,52 19,81 5

15,52 15,70 1,58


40% 17,26 14,77 14,97 16,05 15,23 0
0,15
19,80 20,37 17,47 17,11 15,30 14,72 15,49 �5
20%
8,07 7,10 6,98 6,58 6,26 7,24 7,26 �10
9,81 10,68 10,08 11,51 12,05 10,74 11,04
0%
FEB'14 FEB'15 FEB'16 FEB'17 FEB'18 FEB'19 FEB'20 �15
-10,92
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2016 2017 2018 2019 2020
PERDAGANGAN JASA KEMASYARAKATAN KONSTRUKSI
INDUSTRI PENGOLAHAN PERTANIAN LAINNYA INDUSTRI PENGOLAHAN PERTANIAN KONSTRUKSI PERDAGANGAN

Sumber : BPS Jawa Barat (diolah) Sumber : BPS Jawa Barat (diolah)

Grafik 6.4 Perkembangan Pangsa Tenaga Kerja Sektoral Grafik 6.5 Pertumbuhan PDRB Berdasarkan Lapangan Usaha

94
Laporan Perekonomian
Provinsi Jawa Barat
Mei 2020

140 INDEKS 15 SBT

130
119,88 10
120
OPTIMIS 5,66
110
111,88
5 2,27
100 2,65
90
89,11 0

80 PESIMIS
�5
81,86
70 -4,44
60 �10
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
INDEKS KETERSEDIAAN LAPANGAN KERJA INDEKS REALISASI PENGGUNAAN TENAGA KERJA
INDEKS EKSPEKTASI KETERSEDIAAN LAPANGAN KERJA INDEKS PERKIRAAN PENGGUNAAN TENAGA KERJA

Sumber : SK Bank Indonesia Jawa Barat Sumber : SKDU Bank Indonesia Jawa Barat

Grafik 6.6 Indeks Ketersediaan dan Ekspektasi Lapangan Kerja Grafik 6.7 Indeks Realisasi dan Perkiraan Penggunaan Tenaga
Kerja

pengolahan tumbuh masing-masing sebesar 24,89% Februari 2020, terjadi penurunan serapan tenaga kerja di
(yoy), 12,05% (yoy), 9,83% (yoy), serta 1,58% (yoy). Ketiga LU perdagangan. Hal ini sejalan dengan menurunnya laju
sektor yaitu informasi dan komunikasi, real estate, jasa petumbuhan LU perdagangan (Grafik 6.5)
pendidikan dan industri pengolahan umumnya menyerap
tenaga kerja formal cukup besar sehingga mendorong Berbeda dengan membaiknya kondisi ketenagakerjaan
peningkatan pangsa tenaga kerja formal Jawa Barat (dari pada Februari 2020, hasil Survei Konsumen di Jawa
48,89% menjadi 49,02%) (Grafik 6.3). Barat terkait dengan persepsi ketersediaan lapangan
pekerjaan saat ini menunjukkan kondisi yang menurun
Berdasarkan lapangan Usaha (LU), pangsa tenaga dibandingkan dengan triwulan IV 2019. Hal ini tercermin
kerja terbesar Jawa Barat masih tersebar di LU dari indeks ketersediaan lapangan kerja triwulan I 2020
perdagangan (31,17%); industri pengolahan (19,81%); sebesar 81,86 lebih rendah dibanding triwulan IV
pertanian (15,49%); jasa kemasyarakatan (15,23%); 2019 sebesar 89,11 (Grafik 6.6). Seiring dengan indeks
dan Konstruksi (7,26%). Secara umum, tidak terdapat ketersediaan lapangan kerja yang mengalami penurunan,
perubahan yang signifikan pada struktur tenaga kerja di hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) menunjukkan
Jawa Barat. Namun, pangsa tenaga kerja di LU pertanian penurunan indeks realisasi penggunaan tenaga kerja dari
dan industri pengolahan terus mengalami penurunan 2,65 pada triwulan IV 2019 menjadi -4,4 pada triwulan
dalam 6 (enam) tahun terakhir seiring dengan terus I 2020. Penurunan penggunaan tenaga kerja tersebut
meningkatnya pangsa tenaga kerja di LU tersier seperti LU diperkirakan sebagai dampak COVID-19 yang baru terjadi
perdagangan, konstruksi dan sektor jasa (Grafik 6.4). Pada
Tabel 6.2 Jumlah Penduduk Bekerja Menurut Tingkat Pendidikan
100% (Juta Orang)
90%
80%
45,7 43,0 39,4 40,1 39,9 38,0 Tinggi
47,7 Rendah Menengah (Diploma &
70%
Periode Satuan (SMP ke Bawah) (SMA & SMK) Universitas)
60%
18,5 18,2 17,8 18,7
50%
18,1 17,7 18,2 Juta
12,18 6,27 2,46
40% Februari orang
16,8 16,2 15,7 16,8 16,5 2018
30%
15,5 15,5 % 58,25 29,99 11,76
20%
10,3 11,4 13,0 14,3 13,4 14,3
10% 10,1 Juta
0% 6,1 8,0 7,8 9,5 8,9 9,0 9,8 Februari orang
12,68 6,63 2,68
FEB'14 FEB'15 FEB'16 FEB'17 FEB'18 FEB'19 FEB'20 2019
% 57,66 30,15 12,19
<= SD SMA DIPLOMA I/II/III
SMP SMK UNIVERSITAS Juta
Sumber : BPS Jawa Barat (diolah) Februari 12,72 6,92 2,82
orang
2020
Grafik 6.8 Pangsa Pekerja Berdasarkan Pendidikan Tertinggi % 56,63 30,81 12,56
yang Ditamatkan Sumber : BPS Jawa Barat (diolah)

95
Bab VI
Ketenagakerjaan Dan Kesejahteraan

100%
15 %

29,6 21,7 25,3 23,8


80% 32,5 33,8 35,6
12 11,30
23,5 22,3 23,1 10,95
60% 22,2 19,3 9,34
29,5 23,3 9

17,4 8,91
17,5 17,5 19,4
40%
16,3 6 6,20
20,6 22,1 4,97
20,3 24,5 22,2 21,9
20%
14,8 21,4 3
12,1
0% 3,8 4,3 7,6 5,3 8,3 9,2 7,8 0
FEB'14 FEB'15 FEB'16 FEB'17 FEB'18 FEB'19 FEB'20 FEB'12 FEB'13 FEB'14 FEB'15 FEB'16 FEB'17 FEB'18 FEB'19 FEB'20

<= SD SMA DIPLOMA I/II/III <= SD SMA DIPLOMA I/II/III


SMP SMK UNIVERSITAS SMP SMK UNIVERSITAS
Sumber : BPS Jawa Barat (diolah) Sumber : BPS Jawa Barat (diolah)

Grafik 6.9 Pangsa Penganggur Berdasarkan Pendidikan Grafik 6.10 TPT Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir
Tertinggi yang Ditamatkan

pada periode Maret 2020 dimana terjadi penurunan Pada Februari 2020 terjadi peningkatan kualitas tenaga
penggunaan tenaga kerja di beberapa sektor seiring kerja di Jawa Barat yang tercermin dari meningkatnya
dengan melambatnya perekonomian pada triwulan I pangsa tenaga kerja berpendidikan menengah (dari
2020 (Grafik 6.7). Adapun indeks perkiraan tenaga kerja 30,15% menjadi 30,81%) dan berpendidikan tinggi (dari
juga memperkirakan adanya penurunan pada triwulan II 12,19% menjadi 12,56%) (Tabel 6.2). Hal ini diikuti oleh
2020. menurunnya pangsa tenaga kerja berpendidikan rendah
(dari 57,66% menjadi 56,63%). Adapun meningkatnya
Berdasarkan tingkat pendidikan tertinggi yang pangsa tenaga kerja menengah dan tinggi ini menunjukkan
ditamatkan, pangsa terbesar tenaga kerja di Jawa bahwa pangsa tenaga kerja formal meningkat dengan
Barat merupakan lulusan Sekolah Dasar ke bawah kualitas pendidikan yang juga relatif baik.
(38%), diikuti Sekolah Menengah Pertama (18,7%) dan
Sekolah Menengah Atas (16,5%) (Grafik 6.8). Hal ini Di sisi lain, pangsa pengangguran di Jawa Barat
mengindikasikan bahwa jenis pekerjaan yang ditekuni berdasarkan pendidikan tertinggi yang ditamatkan
masyarakat Jawa Barat masih didominasi oleh jenis pada Februari 2020 masih didominasi oleh lulusan SD
pekerjaan yang belum memprioritaskan kompetensi dan ke bawah (23,8%), diikuti lulusan SMP (23,1%) dan
keahlian. Namun demikian, pangsa tenaga kerja lulusan SMK (21,9%) (Grafik 6.9). Adapun tingkat pengangguran
SD ke bawah ini terus mengalami penurunan selama terbuka (TPT) tertinggi berdasarkan pendidikannya masih
7 (tujuh) tahun terakhir diikuti dengan meningkatnya terjadi pada tingkat pendidikan SMK yakni mencapai
pangsa tenaga kerja lulusan SMP,SMK dan Universitas. 11,30%, diikuti Diploma I/II/III (10,95%), SMP (9,34%) dan
Hal ini menunjukkan kualitas tenaga kerja di Jawa Barat SMA (8,91%) (Grafik 6.10). Kondisi ini mengindikasikan
meningkat secara perlahan. tingkat pengangguran pada lulusan pendidikan tinggi
dan menengah di Jawa Barat masih sangat tinggi. Hal ini

Tabel 6.3 Klasifikasi Penduduk Bekerja (Pekerja Penuh/Tidak Penuh)

Februari 2018 Februari 2019 Februari 2020

Jumlah Jumlah Jumlah


No. Penduduk yang Bekerja (Juta Org) % (Juta Org) % (Juta Org) %

I Pekerja Tidak Penuh 5,22 24,96 5,06 23,01 5,57 24,80

Setengah penganggur 1,36 6,50 1,40 6,37 1,26 5,61

Pekerja paruh waktu 3,86 18,46 3,66 16,64 4,31 19,19

II Pekerja Penuh 15,69 75,04 16,93 76,99 16,89 75,20

Total Penduduk Bekerja 20,91 21,99 22,46


Sumber : BPS Jawa Barat (diolah)

96
Laporan Perekonomian
Provinsi Jawa Barat
Mei 2020

Tabel 6.4 Nilai Tukar Pertani per Subsektor di Jawa Barat


110 INDEKS %�YOY� 3 (2018=100)

105
2019 2020
2
100
No. Subsektor Des Jan Feb Mar
95 1

90 1 Tanaman Pangan 105,78 106,48 106,75 106,69


0
85
2 Hortikultura 102,82 106,07 104,44 101,41
80 �1
TW I TW II TW III TW IV TW I
2019 2020 Tanaman Perkebunan
3 98,28 96,73 95,99 97,16
Rakyat
IT IB NTP g.NTP
Sumber : BPS Jawa Barat (diolah)
4 Peternakan 96,37 95,09 95,57 95,88
Grafik 6.11 NTP Jawa Barat dan Komponen Penyusunnya
5 Perikanan 102,23 102,17 102,86 103,03

NTP Total 103,80 104,47 104,48 104,13


juga perlu menjadi bahan evaluasi pemangku kebijakan
Sumber : BPS Jawa Barat (diolah)
terkait apakah jurusan yang ditentukan selama ini pada
SMK di Jawa Barat sudah sesuai dengan kebutuhan
penuh. Secara spesifik, meningkatnya pangsa pekerja
industri. Namun demikian, adanya inisiasi Kementerian
tidak penuh didorong oleh peningkatan baik pada pangsa
Perindustrian melalui peluncuran program link and match
setengah penganggur, maupun pekerja paruh waktu.
pendidikan vokasi dengan industri diharapkan dapat
Di sisi lain, pangsa penduduk yang tergolong ke dalam
menurunkan angka pengangguran pada lulusan SMK.
pekerja penuh menurun dari 76,99% pada Februari 2019
menjadi 75,20% pada Februari 2020 dan mengindikasikan
Indikator lainnya untuk menggambarkan kondisi
penurunan kualitas ketenagakerjaan Jawa Barat.
ketenagakerjaan adalah jumlah pekerja tidak penuh
yakni mereka yang berstatus bekerja tetapi memiliki jam 6.2 NILAI TUKAR PETANI
kerja di bawah jam kerja normal (35 jam seminggu). Pada
Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Barat pada triwulan I
Februari 2020, persentase pekerja tidak penuh meningkat
2020 tercatat sebesar 104,36 atau tumbuh 2,71% (yoy),
menjadi 24,80% dari sebelumnya 23,01% pada Februari
lebih tinggi dibanding triwulan IV 2019 yang tumbuh
2019 (Tabel 6.3). Hal ini sejalan dengan meningkatnya
2,55% (yoy) (Grafik 6.11). Hal ini terutama didorong oleh
pangsa tenaga kerja berpendidikan rendah yang sebagian
peningkatan pertumbuhan indeks yang nilai tukar usaha
di antaranya cenderung tergolong ke dalam pekerja tidak
pertanian (NTUP) pada triwulan I 2020 (3,23%, yoy), lebih
tinggi dibandingkan triwulan IV 2019 (2,49%, yoy).
Tabel 6.5 Nilai Tukar Usaha Pertanian per Subsektor di Jawa
Barat (2018=100)

2019 2020
105,5

No. Subsektor Des Jan Feb Mar 105,0

104,5
1 Tanaman Pangan 106,62 107,38 107,67 107,74
104,0

103,5
2 Hortikultura 102,76 105,76 104,28 101,34
103,0

Tanaman Perkebunan 102,5


3 98,69 97,35 96,74 98,07
Rakyat
102,0

4 Peternakan 95,02 93,96 94,56 94,91 101,5


TW II TW III TW IV TW I
2019 2020
IB PETANI � KONSUMSI RUMAH TANGGA
5 Perikanan 102,66 102,93 103,74 103,91 IB PETANI � BIAYA PRODUKSI & PENAMBAHAN BARANG MODAL
Sumber : BPS Jawa Barat (diolah)

NTUP Total 104,19 104,92 104,98 104,75


Grafik 6.12 Komponen Indeks yang Dibayar Petani (IB)
Sumber : BPS Jawa Barat (diolah)

97
Bab VI
Ketenagakerjaan Dan Kesejahteraan

Tabel 6.6 Indeks Konsumsi Rumah Tangga per Komponen Adapun pertumbuhan indeks yang dibayar petani (IB)
(2018=100)
tercatat meningkat sebesar 2,63% (yoy), yakni dari
2019 2020 102,2 pada triwulan I 2019 menjadi 104,9 pada triwulan
I 2020 (Grafik 6.14). Peningkatan pada pertumbuhan IB ini
No. Komponen Des Jan Feb Mar
terjadi pada seluruh subsektor, terutama hortikultura dan
Makanan, Minuman dan
1
Tembakau
103,93 104,81 105,31 105,58 tanaman pangan. Peningkatan pada pertumbuhan indeks
yang dibayar petani (IB) triwulan I 2020 disebabkan oleh
2 Pakaian dan Alas Kaki 106,39 106,70 107,14 107,24
meningkatnya pertumbuhan indeks biaya produksi dan
Perumahan, Air, Listrik
3
Bahan Bakar, dan lainnya
102,09 102,25 102,42 102,60 penambahan barang modal sebesar 0,86% dibandingkan
Perlengkapan, Peralatan
dengan triwulan IV 2019 (dari 103,5 menjadi 104,39) dan
4 dan Pemeliharaan Rutin 106,01 106,42 106,49 106,58 indeks konsumsi rumah tangga meningkat sebesar 1,11%
Rumah Tangga
dibandingkan triwulan IV 2019 (dari 103,96 menjadi
5 Kesehatan 105,88 106,33 106,46 107,63
105,11) (Grafik 6.14). Secara spesifik, peningkatan pada
6 Transportasi 103,68 103,51 103,48 103,42
indeks biaya produksi dan penambahan barang modal
Informasi, Komunikasi,
7 100,38 100,40 100,41 100,38
dan Jasa Keuangan terutama disebabkan oleh peningkatan pada komponen
8
Rekreasi, Olahraga, dan
104,99 105,14 105,00 105,05 penambahan barang modal, biaya sewa dan pengeluaran
Budaya
lainnya serta upah buruh. Sementara peningkatan pada
9 Pendidikan 103,26 104,24 104,24 104,24
indeks konsumsi rumah tangga petani disebabkan oleh
10
Penyediaan Makanan dan
105,78 106,11 106,22 106,28 peningkatan pada seluruh komponen konsumsi rumah
Minuman/Restoran
tangga kecuali transportasi dan informasi, komunikasi
Perawatan Pribadi dan
11
Jasa Lainnya
107,35 107,98 107,93 108,43 dan jasa keuangan (Tabel 6.6). Sama halnya dengan
indeks yang dibayar petani (IB), indeks yang diterima
Indeks Konsumsi Rumah
104,20 104,81 105,15 105,37
Tangga Petani petani (IT) juga mengalami peningkatan dari 5,4% (yoy),
Sumber : BPS Jawa Barat (diolah)
yakni dari 103,9 pada triwulan I 2019 menjadi 109,49
pada triwulan I 2020.
Meningkatnya pertumbuhan NTP Jawa Barat pada
triwulan I 2020 (posisi Maret 2020) dibandingkan 6.3 KESEJAHTERAAN
triwulan IV 2019 (posisi Desember 2019) terjadi pada
Ditengah perlambatan pertumbuhan ekonomi Jawa
sub sektor tanaman pangan (0,86%) dan perikanan
Barat, kondisi kesejahteraan masyarakat Jawa Barat
(0,78%) (Grafik 6.12). Meningkatnya NTP kelompok
pada September 2019 semakin membaik. Sebagai
tanaman pangan disebabkan oleh peningkatan produksi
gambaran umum, jumlah penduduk miskin di Jawa Barat
tanaman pangan sejalan dengan kenaikan harga beras dan
pada September 2019 sebanyak 3.380 ribu jiwa atau 6,82%
gabah kering panen (GKP) di tingkat petani. Sedangkan,
dari jumlah penduduk Jawa Barat. Tingkat kemiskinan di
kelompok perikanan disebabkan oleh melimpahnya hasil
Jawa Barat pada September 2019 mengalami penurunan
tangkapan ikan oleh nelayan pelabuhan ratu.
bila dibandingkan dengan September 2019 (7,25%)
(Grafik 6.19). Dengan demikian, tingkat kemiskinan
Meningkatnya pertumbuhan NTP pada triwulan I 2020
September 2019 merupakan yang terendah dalam 8
terutama didorong oleh peningkatan pertumbuhan nilai
(delapan) tahun terakhir dan tingkat kemiskinan Jawa
tukar usaha pertanian (NTUP) (Tabel 6.5). Secara spesifik,
Barat masih konsisten bergerak dalam tren menurun.
sama halnya dengan perkembangan nilai tukar petani,
Sejalan dengan hal tersebut, ketimpangan di Jawa Barat
meningkatnya pertumbuhan NTUP pada triwulan I 2020
juga tercatat menurun dari 0,405 menjadi 0,398 pada
(posisi Maret 2020) juga terutama didorong oleh sub
September 2019.
sektor tanaman pangan (1,05%) dan perikanan (1,22%).

98
Laporan Perekonomian
Provinsi Jawa Barat
Mei 2020

9 % �YOY� 11 % �YOY� POIN 0.43

8 0.42
10

7
9 0.405 0.41
6
5.15 0.398
8 0.40
5
4.11
7 0.39
4
7.25
6
6.82 0.38
3
3.85 3.21
2 5 0.37
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV SEP'12 SEP'13 SEP'14 SEPT'15 SEP'16 SEP'17 SEP'18 SEP'19
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

g. PDRB INFLASI % KEMISKINAN GINI RATIO

Sumber : BPS Jawa Barat (diolah) Sumber : BPS Jawa Barat (diolah)

Grafik 6.13 Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Jawa Barat Grafik 6.14 Tingkat Kemiskinan dan Ketimpangan (Gini Ratio)
Jawa Barat

Menurunnya tingkat kemiskinan di Jawa Barat terjadi kemiskinan lebih tinggi dari tingkat kemiskinan Jawa Barat.
baik di perkotaan maupun di pedesaan. Penurunan Sementara 12 sisanya memiliki tingkat kemiskinan lebih
terbesar pada tingkat kemiskinan di wilayah pedesaan rendah dari tingkat kemiskinan Jawa Barat. Kabupaten/
(dari 10,07% menjadi 9,58%) (Grafik 6.21). Meskipun kota dengan tingkat kemiskinan tinggi mayoritas berada
demikian, ketimpangan di pedesaan tercatat meningkat di wilayah selatan Jawa Barat. Hal ini menunjukkan bahwa
yakni dari 0,315 pada September 2018 menjadi 0,318 terdapat ketimpangan atau pengembangan ekonomi yang
pada September 2019. Sementara itu, tingkat kemiskinan belum merata di Jawa Barat. Sebagian besar masyarakat
di wilayah perkotaan menurun dari 6,33% pada yang berada di wilayah dengan tingkat kemiskinan tinggi
September 2018 menjadi 5,98% pada September 2019. bekerja pada sektor pertanian. Sebaliknya, masyarakat
Sejalan dengan hal tersebut, ketimpangan di perkotaan yang tinggal di wilayah dengan tingkat kemiskinan rendah
juga tercatat mengalami penurunan, yakni dari 0,413 cenderung memiliki profesi yang lebih beragam, seperti
menjadi 0,408 pada September 2019 (Grafik 6.21). pada sektor industri keuangan atau sektor jasa.

Secara spasial, tingkat kemiskinan tertinggi di Jawa Beberapa upaya penanggulangan kemiskinan telah
Barat berdasarkan hasil rilis BPS periode Maret 2019 dilakukan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat
berada di Kota Tasikmalaya (11,6%), sedangkan melalui berbagai pendekatan program dan kegiatan
kabupaten/kota dengan tingkat kemiskinan paling pada tahun 2019. Dari aspek perlindungan sosial,
rendah adalah Kota Depok. Dari 27 kabupaten/kota di Pemprov Jawa Barat telah mengalokasikan anggaran
Jawa Barat, sebanyak 15 kabupaten/kota memiliki tingkat untuk masyarakat miskin berupa keikutsertaan sebagai

12 % 0.45 POIN

10.07 0.413 0.408


10 9.58
0.40

6.33 5.98 0.35


6 0.315 0.318
0.30
4

2 0.25
% KEMISKINAN PERKOTAAN % KEMISKINAN PEDESAAN SEP'12 SEP'13 SEP'14 SEPT'15 SEP'16 SEP'17 SEP'18 SEP'19

SEP 2018 SEP 2019 PERKOTAAN PEDESAAN


Sumber : BPS Jawa Barat (diolah) Sumber : BPS Jawa Barat (diolah)

Grafik 6.15 Perkembangan Tingkat Kemiskinan Pedesaan dan Grafik 6.16 Perkembangan Gini Ratio Pedesaan dan Perkotaan
Perkotaan

99
Bab VI
Ketenagakerjaan Dan Kesejahteraan

Secara spasial, program pengentasan kemiskinan


14
%
TINGKAT KEMISKINAN JAWA BARAT MARET 2019 6,91% juga dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/
11.41
11.11
11.6

10.06
12
Kota, salah satunya yaitu Pemerintah Daerah Kota
9.94
9.38
9.15
9.12
9.05
8.98
8.41
10

8.12
7.71
7.48
7.39
Tasikmalaya. Beberapa program unggulan yang dilakukan

6.67
6.66
6.65
8

6.22
5.94
5.77
5.5
4.39
6

4.01
untuk pengentasan kemiskinan di Kota Tasikmalaya antara

3.81
3.38
4

2.07
2 lain Gema Madani (Gerakan Masyarakat Mandiri Daya
0
Saing dan Inovatif), Program Peningkatan Pendapatan
CIANJUR

CIAMIS
SUKABUMI
KOTA TASIKMALAYA

INDRAMAYU
KUNINGAN

MAJALENGKA
CIREBON
BANDUNG BARAT

TASIKMALAYA
SUMEDANG
GARUT
KOTA CIREBON
SUBANG
PANGANDARAN
PURWAKARTA
KARAWANG
KOTA SUKABUMI
BOGOR

BANDUNG
KOTA BOGOR
KOTA BANJAR
KOTA CIMAHI
BEKASI
KOTA BEKASI
KOTA BANDUNG
KOTA DEPOK
Keluarga Berbasis Komunitas (P3KK), perbaikan rutilahu,
serta program pencetakan Wira Usaha Baru (WUB).
Sumber : BPS Jawa Barat (diolah)
Selain itu, Pemerintah Daerah Kabupaten Purwakarta
bersama dinas atau instansi terkait juga melakukan
Grafik 6.17 Tingkat Kemiskinan 27 Kabupaten/Kota di Jawa
Barat program pengentasan kemiskinan seperti Jaminan
Kesehatan Daerah, Kelompok Usaha Bersama (KUBE),
Penerima Bantuan Iuran (PBI) BPJS Kesehatan. Kemudian perbaikan rutilahu, operasi pasar murah kebutuhan pokok
di aspek perumahan dan pemukiman, Pemprov Jabar masyarakat, serta kegiatan perluasan lapangan kerja
telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp16 miliar melalui padat karya pemberdayaan lingkungan. Seluruh
untuk perbaikan rumah tidak layak huni (rutilahu). program yang dilakukan Pemerintah Daerah untuk
Selain itu, Pemprov Jawa Barat juga telah melakukan mengentas kemiskinan diharapkan dapat memberikan
program pengentasan kemiskinan berupa pemberdayaan hasil yang optimal.
ekonomi masyarakat melalui program unggulan seperti
Kredit Mesra, One Pesantren One Product (OPOP), One
Village One Company (OVOC), Sekolah Perempuan Capai
Impian dan Cita-cita (Sekoper Cinta), hingga Gerakan
Membangun (Gerbang) Desa Juara.

100
VII Prospek
Perekonomian
• Prospek pertumbuhan ekonomi dan volume perdagangan global 2020 diperkirakan
mengalami kontraksi yang cukup dalam. Pandemi COVID-19 mempengaruhi penurunan
pertumbuhan ekonomi dan volume perdagangan secara global termasuk Indonesia
sehingga menjadi faktor utama penahan laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat 2020.
• Perekonomian Jawa Barat pada tahun 2020 diperkirakan tumbuh pada kisaran
1,2%-1,6% (yoy), lebih rendah dibandingkan tahun 2019, dipengaruhi oleh tekanan
eksternal dan domestik. Pertumbuhan ekonomi triwulan III 2020 diperkirakan berada
pada kisaran 0,7%-1,1%, mengalami perbaikan dari perkiraan pertumbuhan ekonomi
triwulan II 2020 yang terkontraksi pada kisaran -0,9% s.d. -0,5%.
• Inflasi keseluruhan tahun 2020 diperkirakan tetap berada dalam rentang sasaran inflasi
nasional sebesar 3,0%±1% (yoy).

2020 2020 Tw III 2020P) 2020

-3,0% 1,2% - 1,6% 0,7% - 1,1% 3,0% 1%

PERTUMBUHAN PERTUMBUHAN PERTUMBUHAN INFLASI JAWA


GLOBAL JAWA BARAT JAWA BARAT BARAT

2,9% 5,07% -0,9% s.d.-0,5% 3,21%


2019 2019 Tw II 2020p) 2019

Bendungan Cirata, Cianjur


Laporan Perekonomian
Provinsi Jawa Barat
Mei 2020

Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat triwulan III 2020 makanan, seperti daging ayam ras dan telur ayam ras yang
diperkirakan mengalami sedikit perbaikan dibandingkan permintaannya kembali meningkat seiring pelonggaran
triwulan II 2020 seiring dengan perbaikan pada PSBB secara bertahap. Pada triwulan II 2020, inflasi Jawa
konsumsi rumah tangga dan pemerintah. Berakhirnya Barat relatif rendah dan terkendali dipengaruhi oleh
Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB) diperkirakan adanya panen raya padi dan hortikultura yang menahan
dapat memberikan kelonggaran pada aktivitas ekonomi laju inflasi pada kelompok makanan, minuman, rokok
Jawa Barat khususnya perdagangan domestik. Laju dan tembakau. Selain itu, perlambatan ekonomi dan
pertumbuhan ekonomi (LPE) Jawa Barat pada triwulan III menurunnya permintaan masyarakat akibat dampak
2020 diperkirakan berada pada rentang 0,7%-1,1% (yoy), Covid-19, mengurangi tekanan inflasi inti meskipun
meningkat dibandingkan dengan triwulan II 2020 yang berada pada periode puasa dan Idul Fitri. PSBB dan
diperkirakan terkontraksi pada kisaran -0,9% s.d. -0,5% himbauan tidak melakukan mudik juga menahan inflasi
(yoy). Pada sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi administered price pada triwulan II 2020.
diperkirakan didorong oleh konsumsi rumah tangga dan
pemerintah. Sementara itu dari sisi lapangan usaha, Sementara itu, tekanan inflasi pada tahun 2020
pertumbuhan ekonomi diperkirakan didorong oleh diperkirakan lebih rendah dibandingkan 2019 dan
lapangan usaha perdagangan dan konstruksi. berada dalam kisaran sasaran inflasi nasional 3,0%±1%
(yoy). Pandemi COVID-19 memberikan dampak pada
Pandemi COVID-19 memberikan tekanan, baik dari penurunan daya beli masyarakat dan berkurangnya
sisi domestik ataupun eksternal, sehingga berdampak tekanan permintaan terhadap sejumlah barang dan jasa
pada perlambatan ekonomi Jawa Barat tahun 2020. seiring dengan program penanganan kesehatan yang
Pertumbuhan ekonomi global dan nasional pada tahun membatasi mobilitas masyarakat dan aktivitas ekonomi.
2020 diperkirakan jauh lebih rendah dibandingkan Di sisi lain, terbatasnya mobilitas masyarakat juga
dengan 2019. Penanganan pandemi COVID-19 melalui mengurangi tekanan permintaan bahan bakar kendaraan,
social distancing dan pembatasan aktivitas ekonomi, di tengah tren penurunan harga minyak dunia.
sebagai pilihan yang tidak dapat dihindarkan, telah
membawa konsekuensi penurunan volume perdagangan 7.1 PROSPEK PEREKONOMIAN
dunia dan aktivitas ekonomi secara global maupun GLOBAL DAN NASIONAL
domestik, termasuk Jawa Barat. Dampak lanjutan berupa 7.1.1 Prospek Perekonomian Global
PHK, dirumahkannya pegawai, dan terhentinya aktivitas Prospek ekonomi global pada tahun 2020 diperkirakan
ekonomi informal menyebabkan penurunan pendapatan mengalami kontraksi yang cukup dalam sehubungan
masyarakat. Dari sisi eksternal, volume perdagangan dunia dengan pandemi COVID-19 dengan intensitas kontraksi
diperkirakan mengalami kontraksi yang dalam seiring yang lebih dalam terjadi di negara-negara maju
dengan banyaknya negara yang melakukan kebijakan lock (advanced economies). Berdasarkan World Economic
down. Hal ini berdampak pada ekspor, impor dan investasi Outlook (WEO) IMF April 2020, pertumbuhan ekonomi
Jawa Barat yang diperkirakan terkontraksi pada 2020. dunia tahun 2020 diperkirakan sebesar -3,0% (yoy) jauh
lebih rendah dibanding tahun 2019 mencapai 2,9%
Tekanan inflasi Jawa Barat pada triwulan III 2020 (yoy). Proyeksi pertumbuhan ekonomi cenderung bias
diperkirakan sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan ke bawah berubah arah dari perkiraan sebelumnya yang
II 2020, meskipun masih berada pada kisaran sasaran diperkirakan mencapai 3,3% (yoy) berdasarkan proyeksi
inflasi nasional. Tekanan inflasi terutama didorong oleh IMF pada Januari 2020.
kelompok pendidikan, kelompok makanan, minuman
dan tembakau, serta kelompok pakaian dan alas kaki. Seiring dengan kontraksi tersebut, volume perdagangan
Inflasi diperkirakan disumbang oleh biaya pendidikan dunia tahun 2020 diperkirakan mengalami kontraksi
berbagai jenjang sekolah, rokok, dan beberapa komoditas sebesar -11,0% (yoy) jauh di bawah pertumbuhan

103
Bab VII
Prospek Perekonomian

Tabel 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia

(%) year over year Perubahan (%) Q4 over Q4 Perubahan


(2019 ke 2020) (2019 ke 2020)
2018 2019 2020 2021 2019 2020 2021
World 3,6 2,9 -3,0 5,8 -5,9 2,7 -1,4 4,9 -4,1

Advanced Economies 2,3 1,7 -6,1 4,5 -7,8 1,5 -5,2 4,4 -6,7

United States 2,9 2,3 -5,9 4,7 -8,2 2,3 -5,4 4,9 -7,7

Euro Area 1,9 1,2 -7,5 4,7 -8,7 1,0 -5,9 3,6 -6,9

Japan 0,3 1,0 -5,2 3,0 -6,2 -0,7 -3,2 3,4 -2,5

Emerging and
4,5 3,7 -1,0 6,6 -4,7 3,7 1,6 5,2 -2,1
Developing Economies

Emerging &
6,4 5,6 1,0 8,5 -4,6 4,7 4,8 5,0 0,1
Developing Asia

China 6,6 6,1 1,2 9,2 -4,9 6,0 4,9 5,1 -1,1

India 6,8 4,8 1,9 7,4 -2,9 2,0 7,4 4,0 5,4

World Trade Volume 3,7 1,0 -11,0 8,4 -12,0 - - - -

Commodity Price Oil 29,4 -11,3 -42,0 6,3 -30,7 -6,1 -42,2 12,4 -36,1

Commodity Price Non


1,6 0,9 -1,1 -0,6 -2,0 4,9 -3,1 0,9 -8,0
Fuel
Sumber : World Economic Outlook April 2020, IMF

tahun 2019 yang mencapai 1,0% (yoy). Kontraksi memberikan tekanan negatif terhadap kondisi ekonomi
volume perdagangan dunia memberikan imbas negatif AS. Pada triwulan I 2020, pertumbuhan ekonomi AS
pada perekonomian Jawa Barat yang memiliki pangsa sebagaimana realese dari Bureau of Economic Analysis
ekspor yang cukup dominan di berbagai negara mitra tercatat mengalami penurunan sebesar -4,8% (yoy).
dagang utama, seperti Amerika Serikat, Jepang, ASEAN, Penurunan pertumbuhan ekonomi tersebut disebabkan
Eropa dan Tiongkok. Perkembangan kasus COVID-19 oleh respon pemerintah dalam menangani penyebaran
dengan perkiraan dampak outbreak yang lebih lama dari COVID-19 dengan memerintahkan untuk “stay-at-home”
perkiraan semula, turut menahan pemulihan ekonomi sejak Maret 2020. Hal ini berdampak pada penurunan
dan perdagangan global. permintaan yang signifikan, seiring dengan pelaku
usaha dan sekolah berhenti beroperasi dan dilakukan
Pertumbuhan ekonomi negara maju tahun 2020 secara remote, konsumsi dibatasi hingga mempengaruhi
diperkirakan mengalami kontraksi dibandingkan jumlah pengeluaran. Selain AS, negara-negara advanced
2019 berdasarkan hasil proyeksi IMF April 2020. IMF economies lainnya diperkirakan juga mengalami kontraksi
dalam WEO April 2020 memperkirakan pertumbuhan pertumbuhan ekonomi pada 2020 sebagai dampak dari
ekonomi kelompok negara-negara maju (AS, kawasan pandemi COVID-19, yaitu Kawasan Eropa -7,5% (yoy),
Eropa, Jepang) sebesar -6,1% (yoy) pada 2020, jauh Jepang -5,2% (yoy), dan Inggris -6,5% (yoy).
lebih rendah dibandingkan tahun 2019 yang tumbuh
sebesar 1,7% (yoy). Perekonomian AS pada tahun 2020 Pertumbuhan ekonomi negara emerging and developing
diperkirakan mengalami kontraksi yang cukup dalam, economies secara umum juga diperkirakan menurun
yakni -5,9% (yoy), karena dampak pandemi COVID-19 pada 2020. Pertumbuhan negara-negara berkembang
yang besar, mengingat AS merupakan salah satu negara pada 2020 diperkirakan mengalami kontraksi, meskipun
dengan kasus tertinggi di dunia, sehingga pemerintah tidak sedalam negara advanced economies, yaitu pada
AS mengambil kebijakan lockdown. Di sisi lain, tahun level -1,0% (yoy). Kontraksi yang lebih dalam tertahan
politik dimana terdapat Pemilihan Presiden AS pada oleh masih positifnya pertumbuhan ekonomi Tiongkok
tahun 2020, serta kasus George Floyd yang berbuntut dan India meskipun jauh di bawah pertumbuhan tahun
aksi protes masal yang meluas dan kerusuhan juga 2019. Demikian pula negara ASEAN dan kawasan

104
Laporan Perekonomian
Provinsi Jawa Barat
Mei 2020

lainnya diperkirakan mengalami kontraksi pertumbuhan Risiko eksternal terhadap perekonomian nasional
ekonomi. Dampak pandemi COVID-19 turut memukul tahun 2020 khususnya pada periode outbreak
perekonomian emerging and developing economies pada COVID-19 masih besar. Berbagai kebijakan telah
2020. Perlambatan perekonomian Tiongkok diperkirakan diambil oleh pemerintah dan otoritas untuk menahan
akan memberikan dampak penurunan ekonomi Jawa risiko perlambatan ekonomi yang lebih dalam. Kinerja
Barat melalui rambatan jalur perdagangan, terutama manufaktur global dan ASEAN tercatat terkontraksi,
impor bahan baku industri. Di sisi lain, penurunan hal ini menunjukkan bahwa risiko penurunan kinerja
ekonomi ASEAN juga mempengaruhi perekonomian Jawa manufaktur Indonesia juga sangat tinggi. Di sisi lain,
Barat seiring dengan tertahannya ekspor produk industri keyakinan bisnis dan konsumen di AS, Jepang dan Eropa
utama, seperti otomotif. juga tercatat menurun secara siginfikan.

Sementara itu tekanan inflasi cenderung menunjukkan Pertumbuhan ekonomi negara mitra dagang utama pada
penurunan, baik di negara negara maju maupun triwulan I 2020 menunjukkan perlambatan yang signifikan,
emerging and developing countries. Penurunan harga bahkan terkontraksi. Pertumbuhan ekonomi AS tercatat
komoditas global dan pertumbuhan ekonomi pada 2020 hanya sebesar 0,3% (yoy), Eropa -3,3% (yoy) dan Tiongkok
akibat pandemi COVID-19 menahan inflasi negara maju -6,8% (yoy). Hal ini berdampak pada penurunan volume
seperti AS yang diperkirakan hanya 0,6% atau turun perdagangan dunia yang lebih dalam dari perkiraan
dari 1,8% pada tahun 2019. Sementara inflasi negara sebelumnya. Hingga triwulan I 2020, volume perdagangan
berkembang diperkirakan sedikit menurun pada 2020, dunia telah terkontraksi -2,47%. Di sisi lain, risiko pasar
seperti pada kelompok negara emerging and developing keuangan emerging market masih tinggi diikuti dengan
Asia sebesar 3,0% dari 3,2% pada 2019. Pergerakan inflasi aliran modal yang mengalir ke negara maju.
inti pada tahun 2020 diperkirakan menurun seiring dengan
perlambatan aktivitas ekonomi di berbagai negara. Respon kebijakan moneter yang ditempuh berbagai
negara maju, Asia dan ASEAN menunjukkan kebijakan
7.1.2 Prospek Perekonomian Nasional yang lebih akomodatif melalui pelonggaran suku bunga
Pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2020 dan likuiditas. Di sisi lain, pelonggaran kebijakan fiskal
diperkirakan lebih rendah dibandingkan 2019. Bank juga dilakukan secara agresif untuk menahan potensi
Indonesia melakukan revisi ke bawah pertumbuhan kontraksi ekonomi yang lebih dalam.
ekonomi Indonesia seiring dengan meluasnya dampak
COVID-19. Perlambatan ekonomi terutama disebabkan Bank Indonesia juga telah menerapkan kebijakan
oleh penurunan investasi, serta ekspor dan impor. moneter yang lebih akomodatif, serta terus memperkuat
Konsumsi masyarakat juga mengalami perlambatan bauran kebijakan yang diarahkan untuk memitigasi risiko
seiring dengan penurunan penghasilan, meskipun daya dampak OVID-19, menjaga stabilitas pasar uang dan
beli masyarakat lapis bawah relatif terbantu dengan sistem keuangan, serta bersinergi dengan pemerintah
adanya berbagai kebijakan jaring pengaman social (social dan otoritas terkait dalam mempercepat pemuliah
safety net) yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat ekonomi nasional. Pada Februari 2020, suku bunga
maupun Daerah. Hingga Mei 2020, penyebaran COVID-19 Bank Indonesia 7 Day Repo Rate (BI7DRR) diturunkan 25
semakin meluas dengan jumlah kasus baru terkonfirmasi bps menjadi 4,75%. Pada Maret 2020, BI7DRR kembali
yang masih meningkat, sehingga meningkatkan risiko diturunkan 25 bps menjadi 4,50%. Adapun pada April
dampak wabah yang lebih panjang, meskipun pemerintah dan Mei 2020, BI7DRR diputuskan tetap sebesar 4,50%.
secara bertahap mulai menerapkan new normal untuk Kebijakan moneter tetap akomodatif dan konsisten
kembali menggerakkan perekonomian. dengan perkiraan inflasi yang terkendali dalam kisaran
sasaran nasional, serta menjadi langkah untuk merespon
stabilitas eksternal dan sebagai langkah mendorong
pemulihan ekonomi.

105
Bab VII
Prospek Perekonomian

Di tengah dampak pandemi COVID-19, kondisi Permintaan domestik diprakirakan menjadi sumber
fundamental ekonomi Indonesia cukup menunjukkan pertumbuhan ekonomi tahun 2020 di tengah dampak
daya tahan, dengan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pandemi COVID-19 meskipun menunjukan perlambatan
yang masih menopang ketahanan sektor eksternal. signifikan. Konsumsi rumah tangga diperkirakan tetap
Pada triwulan I 2020, defisit transaksi berjalan membaik menjaga pencapaian ekonomi Indonesia di tengah
menjadi sebesar 1,4% PDB dari semula 2,8% PDB pada dampak pandemi COVID-19, dengan pertumbuhan yang
triwulan IV 2019. Penurunan defisit dipengaruhi oleh diharapkan masih tetap positif. Namun demikian, pandemi
penyesuaian ekonomi domestik terhadap perkembangan COVID-19 tentunya berdampak pada perlambatan
dampak COVID-19 yang menekan impor. Pada April 2020, konsumsi rumah tangga yang signifikan sejalan dengan
neraca perdagangan tercatat defisit sebesar USD344,7 turunnya pendapatan masyarakat akibat pembatasan
juta yang dipengaruhi oleh melambatnya permintaan sosial dan berbagai langkah pencegahan penyebaran
dunia, terganggunya rantai penawaran global, serta COVID-19, serta melemahnya keyakinan konsumen.
rendahnya harga komoditas sejalan dengan dampak Penurunan konsumsi rumah tangga, terutama terjadi
pandemi. Secara keseluruhan, defisit transaksi berjalan pada barang-barang tahan lama (durable goods), namun
2020 diperkirakan berada di bawah 2,0% PDB atau lebih cukup terjaga pada kelompok makanan, kesehatan dan
rendah dari prakiraan sebelumnya pada kisaran 2,5%- pendidikan.
3,0% PDB.
Konsumsi pemerintah juga menjadi sumber pertumbuhan
Pada triwulan I 2020, transaksi modal dan finansial tahun 2020. Berbagai kebijakan stimulus fiskal terkait
mengalami penurunan signifikan seiring dengan aliran dampak COVID-19 diperkirakan mendorong konsumsi
keluar modal asing yang dipicu oleh kepanikan pasar pemerintah pada semester I dan akan terakselerasi
keuangan global terhadap dampak pandemi COVID-19. pada semester kedua. Berbagai paket stimulus fiskal
Pada April 2020, aliran modal asing kembali membaik berupa penanganan kesehatan, jaring pengaman
seiring dengan meredanya ketidakpastian pasar keuangan sosial, dukungan bagi industri terdampak, dan program
global dan terjaganya kepercayaan terhadap kondisi pemulihan ekonomi nasional diharapkan dapat menahan
ekonomi Indonesia. perlambatan permintaan domestik lebih dalam pada
triwulan II dan III 2020. Sementara itu dari sisi stabilitas
Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir April 2020 sistem keuangan, Indeks Stabilitas Sistem Keuangan (ISSK)
meningkat menjadi 127,9 miliar dolar AS, setara dengan pada Maret 2020 masih terjaga di zona normal, meskipun
pembiayaan 7,8 bulan impor atau 7,5 bulan impor dan meningkat sejalan dengan kondisi pasar keuangan yang
pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta berada tertekan. Petumbuhan kredit pada Maret 2020 juga
di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan masih tercatat 7,95% (yoy) lebih tinggi dibandingkan
impor. Peningkatan cadangan devisa pada April 2020 dengan Februari 2020 di tengah permintaan kredit
terutama dipengaruhi oleh penerbitan global bond yang masih lemah dan kecenderungan perbankan untuk
pemerintah. Pada pertengahan Mei 2020, nilai tukar juga meningkatkan kehati-hatian dalam penyaluran kredit.
menguat dibandingkan dengan akhir April 2020 didorong Potensi risiko dampak dari semakin meluasnya COVID-19
oleh aliran masuk modal asing dan besarnya pasokan valas tentunya perlu terus untuk diantisipasi terhadap stabilitas
dari pelaku domestik. Namun demikian, jika dibandingkan makroekonomi dan sistem keuangan.
dengan akhir 2019, Rupiah masih melemah akibat
depresiasi yang dalam pada Maret 2020. Bank Indonesia Inflasi pada tahun 2020 diperkirakan tetap berada pada
memandang level nilai tukar secara fundamental tercatat kisaran sasaran inflasi nasional sebesar 3,0%±1%. Pada
undervalued sehingga berpotensi terus menguat dan Mei 2020 inflasi nasional berada pada level 2,19% (yoy)
mendukung pemulihan ekonomi. masih berada dalam kisaran sasaran. Seluruh kawasan
dan provinsi di Indonesia mencatat inflasi dalam rentang

106
Laporan Perekonomian
Provinsi Jawa Barat
Mei 2020

Tabel 7.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat – Sisi Pengeluaran (%yoy)

2019 2020

Ir IIr IIIr IV Total I IIp IIIp TotalP

PDRB (%, yoy) 5,39 5,67 5,15 4,11 5,07 2,73 (0.9)-(0.5) 0.7-1.1 1.2-1.6

Konsumsi
4,96 5,04 4,90 4,12 4,75 3,04 0.1-0.5 1.6-2.0 1.7-2.1
Rumah Tangga

Konsumsi LNPRT 8,45 5,41 -0,05 -0,20 3,31 -1,70 (12.7)-(12.3) (10.0)-(9.6) (6.1)-(5.7)

Konsumsi
3,76 4,26 5,83 5,13 4,91 4,33 4.6-5.0 4.7-5.1 3.1-3.5
Pemerintah

Pembentukan
Modal Tetap 5,48 4,35 2,62 4,13 4,11 0,71 (6.3)-(5.9) (2.5)-(2.1) (1.7)-(1.3)
Bruto

Ekspor 7,87 8,05 7,52 4,54 6,97 -2,50 (5.8)-(5.4) (1.3)-(0.9) (1.8)-(1.4)

Impor 6,97 5,531670075 5,25 4,41 5,46 -4,89 (8.7)-(8.30 (2.1)-(1.7) (3.5)-(3.1)
Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat (realisasi)
r:Data Revisi BPS Provinsi Jawa Barat P : Proyeksi Bank Indonesia

sasaran inflasi nasional. Ke depan, Bank Indonesia tetap tumbuh pada rentang 1,7%-2,1% (yoy), lebih rendah
konsisten menjaga stabilitas harga dan memperkuat dari konsumsi rumah tangga pada tahun 2019. Rencana
koordinasi kebijakan dengan Pemerintah, baik di tingkat pemberlakukan new normal pada awal triwulan III 2020
pusat maupun daerah, untuk mengendalikan inflasi tetap serta penyesuaian pembatasan sosial skala besar (PSBB) di
rendah dan stabil dalam kisaran sasaran 3,0%±% pada Jawa Barat akan meningkatkan kembali aktivitas ekonomi
2020 dan 2021. TPID juga akan terus didorong untuk pada sektor formal dan informal. Hal ini ditengarai akan
menjalankan perannya dalam mengawal inflasi di daerah. memberikan dampak pada peningkatan konsumsi rumah
tangga triwulan III 2020. Secara keseluruhan tahun
7.2 PROSPEK PEREKONOMIAN 2020, konsumsi rumah tangga diperkirakan mengalami
PROVINSI JAWA BARAT perlambatan signifikan akibat dampak pandemi COVID-19
7.2.1 Prospek Sisi Pengeluaran yang menurunkan penghasilan dan daya beli rumah
Pada tahun 2020, pertumbuhan ekonomi Jawa Barat tangga. Di sisi lain, keyakinan konsumen juga melemah
diperkirakan melambat pada kisaran 1,2-1,6% (yoy). diikuti dengan penundaan konsumsi barang tahan lama
Pandemi COVID-19 memberikan dampak signifikan pada (durable goods). Jumlah PHK dan pegawai dirumahkan
pertumbuhan ekonomi Jawa Barat yang didominasi oleh yang cukup besar, serta terkendalanya aktivitas
sektor manufaktur, ekspor dan investasi asing, serta impor ekonomi nonformal selama periode pembatasan sosial
barang modal. Perlambatan ekonomi disebabkan oleh menyebabkan penurunan pengeluaran rumah tangga.
kontraksi ekspor dan impor sejalan dengan penurunan Di sisi lain, sebagai provinsi dengan jumlah penduduk
volume perdagangan dunia dan perkiraan kontraksi terbanyak di Indonesia, pelemahan daya beli sangat
perekonomian global, serta turunnya investasi seiring mempengaruhi daya dorong konsumsi rumah tangga
dengan meningkatnya ketidakpastian dan berbagai terhadap pertumbhan ekonomi tahun 2020. Berbagai
kendala yang dihadapi selama masa pandemi. Konsumsi stimulus Pemerintah Pusat dan Daerah diharapkan
masyarakat dan pemerintah yang diprakirakan menjadi dapat menahan perlambatan konsumsi rumah tangga di
sumber pertumbuhan ekonomi Jawa Barat 2020. tahun 2020 melalui penyaluran bansos dan skema jaring
pengaman sosial lainnya.
Konsumsi rumah tangga pada triwulan III 2020
diperkirakan lebih tinggi dibandingkan dengan Konsumsi pemerintah pada triwulan III 2020
triwulan II 2020. Adapun pertumbuhan konsumsi diperkirakan sedikit meningkat dibandingkan triwulan
rumah tangga keseluruhan tahun 2020 diproyeksikan II 2020 dan secara keseluruhan tahun 2020 konsumsi
pemerintah Jawa Barat diperkirakan tumbuh pada

107
Bab VII
Prospek Perekonomian

Tabel 7.3 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat – Sisi Lapangan Usaha

2019 2020

Ir IIr IIIr IV Total I IIp IIIp Totalp

PDRB (%, yoy) 5,39 5,67 5,15 4,11 5,07 2,73 (0.9)-(0.5) 0.7-1.1 1.2-1.6

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan -1,13 6,87 -1,52 8,09 2,83 -10,92 6.1-6.5 (1.7)-(1.3) (0.9)-(0.5)

Pertambangan dan Penggalian -0,24 -1,34 -1,28 -7,77 -2,76 0,00 (6.0)-(5.6) (2.8)-(2.4) (2.4)-(2.0)

Industri Pengolahan 6,22 3,32 4,64 2,08 4,04 1,58 (2.9)-(2.5) (0.3)-0.1 0.0-0.4

Pengadaan Listrik dan Gas -4,72 -9,67 2,02 7,84 -1,20 1,23 (6.8)-(6.4) (3.1)-(2.7) (2.2)-(1.8)

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,


4,26 2,30 0,34 5,28 3,03 4,12 (7.2)-(6.8) (2.9)-(2.5) (1.5)-(1.1)
Limbah dan Daur Ulang

Konstruksi 7,91 6,41 5,18 5,31 6,14 5,31 (2.4)-(2.0) 0.9-1.3 1.5-1.9

Perdagangan Besar dan Eceran;


5,05 9,87 7,75 7,26 7,51 0,15 (2.7)-(2.3) 1.2-1.6 0.4-0.8
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Transportasi dan Pergudangan 7,74 6,26 0,30 5,90 4,97 5,02 (3.2)-(2.8) 1.0-1.4 1.3-1.7

Penyediaan Akomodasi dan Makan


7,21 11,82 8,61 1,71 7,25 5,26 (2.9)-(2.5) (1.0)-(0.6) 0.6-1.0
Minum

Informasi dan Komunikasi 9,56 12,75 13,55 1,67 9,31 24,89 25.3-25.7 12.0-12.4 17.3-17.7

Jasa Keuangan dan Asuransi -0,48 -2,00 1,28 10,31 2,22 6,06 (3.1)-(2.7) 0.9-1.3 1.8-2.2

Real Estate 8,62 8,88 9,72 10,84 9,54 12,05 (2.3)-(1.9) 2.0-2.4 4.0-4.4

Jasa Perusahaan 6,52 11,44 9,12 9,63 9,18 9,82 (8.4)-(8.0) 2.6-3.0 1.7-2.1

Administrasi Pemerintahan,
0,33 10,13 8,46 1,92 5,10 3,73 4.5-4.9 4.6-5.0 3.5-3.9
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

Jasa Pendidikan 3,61 1,00 8,31 7,76 5,19 9,78 (5.5)-(5.1) 1.7-2.1 2.2-2.6

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 6,05 13,48 14,88 3,73 9,48 8,83 8.9-9.3 8.9-9.3 8.6-9.0

Jasa lainnya 6,93 8,06 7,36 6,27 7,14 5,67 (9.9)-(9.5) (3.4)-(3.0) (1.3)-(0.9)
Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat (realisasi)
r) Data Revisi BPS Provinsi Jawa Barat
P) Proyeksi Bank Indonesia

kisaran 3,1%-3,5% (yoy). Peningkatan pertumbuhan Kinerja investasi berupa Pembentukan Modal Tetap
konsumsi pemerintah pada triwulan III 2020 sejalan Bruto (PMTB) pada triwulan III 2020 akan mengalami
dengan peningkatan realisasi belanja terkait dengan perbaikan dibandingkan triwulan II 2020 meskipun
penanganan COVID-19, termasuk realisasi anggaran diperkirakan masih mengalami kontraksi. Secara
untuk kesehatan dan jaring pengaman sosial. Realisasi keseluruhan investasi pada tahun 2020 diproyeksikan
yang meningkat dibandingkan triwulan II 2020, seiring menurun pada rentang -1,7% s.d. -1,3% (yoy). Perbaikan
dengan penyelesaian beberapa kendala teknis yang kinerja investasi pada triwulan III 2020 diharapkan terjadi
dihadapi dalam penyeluran bantuan. seiring dengan pemberlakukan new normal secara
bertahap, sehingga terdapat peningkatan aktivitas
Pertumbuhan konsumsi pemerintah tahun 2020 yang ekonomi dibandingkan triwulan II 2020. Beberapa
diperkirakan melambat dibandingkan 2019 berkaitan proyek infrastruktur strategis dan investasi swasta skala
dengan dilakukannya penyesuaian anggaran belanja besar yang dapat terus berlanjut pasca PSBB diharapkan
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, sehingga mendukung perbaikan kinerja investasi, meskipun
menjadi lebih rendah dari target awal karena urgensi ketidakpastian tetap menjadi risiko bagi pelaku usaha
penanganan COVID-19. Di sisi lain, pendapatan untuk cenderung mengambil sikap wait and see dalam
pemerintah daerah yang didominasi oleh pajak kendaraan berinvestasi. Di sisi lain, pelaku usaha juga cenderung
bermotor juga menurun cukup dalam terkait dengan menahan dan menunda investasi karena menurunnya
perkiraan penurunan penjualan mobil dan motor yang kinerja sektor utama Jawa Barat, sehingga mempengaruhi
cukup signifikan dampak dari pembatasan sosial skala kondisi keuangan perusahaan.
besar selama periode outbreak pandemi.

108
Laporan Perekonomian
Provinsi Jawa Barat
Mei 2020

Tabel 7.4 Risiko Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Tahun 2020

KOMPONEN Faktor Pendorong / Penahan Arah

Pandemi COVID-19 telah berdampak pada perekonomian global. Penyebaran yang sangat luas dan fatality rate
yang tinggi menyebabkan berbagai negara menempuh kebijakan pembatasan aktivitas secara besar seperti lock
Pandemi COVID-19 down atau PSBB. Amerika Serikat dan Eropa menjadi episentrum baru penyebaran COVID-19. Hal ini tentunya
berdampak pada penurunan perekonomian global yang lebih dalam dibandingkan sebelumnya, mengingat
negara-negara pusat perekonomian dunia terdampak signifikan.

Proyeksi WEO IMF April 2020 pertumbuhan ekonomi global tahun 2020 terkontrasi dalam dibandingkan 2019.
Proyeksi kondisi perekonomian
Proyeksi pertumbuhan ekonomi dikoreksi ke bawah dari semula 3,3% menjadi -3,0%. Kontraksi terjadi di negara
global
developed economies maupun emerging market and developing economies.

Volume perdagangan dunia diperkirakan terkontraksi sangat dalam pada 2020. Berdasarkan WEO IMF April 2020,
Volume perdagangan dunia
volume perdagangan duni diperkirakan terkontraksi mencapai -11% (yoy).

Pandemi juga turut berdampak pada fluktuasi harga komoditas global baik oil maupun non oil sehubungan
Harga Komoditas Global
dengan penurunan permintaan secara global.

COVID-19 mendorong ketdakpastian multi aspek seperti ketidakpastian periode outbreak, pola pandemi
Ketidakpastian Multi Aspek yang tidak dapat diprediksi, penahanan arus barang dan jasa di pelabuhan, gangguan pasokan, pengetatan
sebagai Dampak COVID-19 kondisi finansial pelaku usaha dan rumah tangga, perubahan pola spending, perubahan perilaku, peningkatan
ketidakpercayaan (trust issue), hingga fluktuasi harga komoditas.

Tingginya angka PHK, pegawai dirumahkan, serta berhentinya aktivitas tenaga kerja informal berpotensi
Dampak Sosial akibat COVID-19 meningkatkan dampak sosial, yaitu pengangguran, kemiskinan, peningkatan kesenjangan ekonomi & sosial, hingga
kejahatan.

"Pemerintah pusat telah mengeluarkan 3 jilid stimulus fiskal yang difokuskan pada sektor kesehatan, jaring
pengaman sosial, dukungan bagi industri dan usaha terdampak, dan program pemulihan ekonomi nasional.
Kebijakan Pemerintah
Stimulus fiskal juga dilakukan oleh pemerintah daerah baik provinsi maupun kota/kabupaten untuk fokus pada
penanggulangan kesehatan dampak COVID-19 dan jaring pengaman sosial."

Pada triwulan III 2020, ekspor total diharapkan kinerja pada hampir seluruh lapangan usaha di Jawa
mengalami perbaikan dibandingkan triwulan II 2020. Barat. Diperkirakan hanya lapangan usaha informasi
Secara keseluruhan tahun 2020, ekspor total Jawa dan komunikasi, jasa kesehatan dan kegiatan sosial,
Barat diperkirakan terkontraksi pada kisaran -1,8% s.d. serta administrasi pemerintah yang masih mencatat
-1,4% (yoy). Di sisi lain, impor total juga terkontraksi pertumbuhan positif cukup tinggi di tahun 2020.
pada kisaran -3,5% s.d. -3,1% (yoy), seiring dengan
terkendalanya pelaku usaha untuk memperoleh bahan Pada tahun 2020, kinerja lapangan usaha industri
baku impor. Ekspor Jawa Barat, khususnya ekspor luar pengolahan diperkirakan melambat pada kisaran
negeri pada triwulan III 2020 diharapkan mengalami 0,0%-0,4% (yoy) menurun dibandingkan dengan 2019.
perbaikan dibandingkan triwulan II 2020 sejalan dengan Dampak pandemi COVID-19 memberikan tekanan yang
mulai stabilnya angka fatality rate COVID-19 secara global besar terhadap kinerja industri pengolahan Jawa Barat
yang diharapkan diikuti dengan penyesuaian kebijakan yang didominasi oleh industri berorientasi ekspor, seiring
lock down atau pembatasan sosial skala besar lainnya, turunnya pertumbuhan ekonomi negara-negara mitra
sehingga aktivitas perdagangan global membaik. Namun dagang utama, seperti Amerika Serikat yang menjadi
demikian, secara keseluruhan tahun 2020, ekspor luar salah satu episentrum penyebaran kasus COVID-19
negeri akan mengalami kontraksi yang cukup karena secara global. Perlambatan kinerja industri pengolahan
kontraksi pertumbuhan ekonomi negara mitra dagang yang lebih dalam diharapkan masih dapat tertahan oleh
utama dan menurunnya volume perdagangan dunia permintaan domestik dan kemampuan adaptasi beberapa
secara signifikan. subsektor manufaktur yang dapat mengakomodasi
perubahan kebutuhan atau permintaan selama periode
7.2.2 Prospek Sisi Lapangan Usaha pandemi. Namun demikian, relatif panjangnya periode
Secara keseluruhan tahun 2020, kinerja lapangan outbreak serta kendala dalam mendapatkan bahan
usaha utama Jawa Barat diperkirakan terkontraksi. baku impor, berpotensi menyebabkan tekanan kondisi
Pandemi COVID-19 memberikan dampak penurunan keuangan perusahaan, di tengah daya tahan kecukupan
inventori yang terbatas.

109
Bab VII
Prospek Perekonomian

Kinerja lapangan usaha konstruksi pada tahun 2020 kendaraan bermotor yang terdampak signifikan akibat
juga diperkirakan melambat pada rentang 1,5%- pembatasan sosial skala besar selama periode pandemi
1,9% (yoy) terendah dalam beberapa tahun terakhir. COVID-19. Di sisi lain, perdagangan ritail juga melambat,
Perlambatan kinerja sektor konstruksi sejalan dengan seiring dengan penurunan belanja masyarakat.
terkontraksinya investasi di Jawa Barat. Di sisi lain,
pandemi COVID-19 berdampak pada perubahan protokol Secara ringkas, beberapa faktor yang berpotensi
pelaksanaan proyek sehingga dari sisi jam dan jumlah mendorong maupun menghambat pertumbuhan
hari kerja menjadi berkurang. Beberapa kendala lainnya, ekonomi Jawa Barat tahun 2020 disajikan dalam tabel 7.4
seperti pembiayaan dari lembaga keuangan domestik di bawah ini.
maupun luar negeri juga berdampak pada penundaan
atau penghentian sementara proyek fisik. Sumber 7.2.3 Prospek Inflasi
pertumbuhan kinerja konstruksi di Jawa Barat yang masih Pada tahun 2020 inflasi Jawa Barat ditargetkan berada
dapat diharapkan adalah berjalannya pembangunan pada kisaran 3,0%±1%. Inflasi bahkan cenderung
infrastruktur strategis seperti jalan tol, pelabuhan, mendekati batas bawah target searah dengan adanya
kereta api cepat, meskipun dilakukan dengan protocol penurunan daya beli masyarakat dan penurunan
kesehatan yang memadai. Selain itu factor pendorong permintaan akibat dampak dari pandemi COVID-19.
lainnya adalah adanya sejumlah investasi swasta berskala Beberapa faktor pendorong inflasi antara lain administered
besar yang bersifat lintas tahun (multiyear), meskipun price, seperti kenaikan cukai hasil tembakau dan kenaikan
perlu dilakukan penyesuaian. UMK. Sedangkan faktor penahan inflasi lebih disebabkan
oleh turunnya harga komoditas dunia, khususnya minyak
Kinerja sektor pertanian Jawa Barat pada 2020 bumi. Secara umum, terdapat sejumlah faktor pendorong
diperkirakan mengalami kontraksi pada kisaran -0,9% dan penahan inflasi tahun 2020 yang perlu dicermati
s.d. -0,5% (yoy). Menurunnya permintaan, terutama seperti pada Tabel 7.5 di bawah ini.
selama periode pandemi Covid-19 menjadi faktor utama
Tabel 7.5 Faktor Pendorong dan Penahan Inflasi Jawa Barat
penurunan kinerja sektor pertanian 2020. Pandemi Tahun 2020
COVID-19 menyebabkan penurunan daya beli masyarakat,
Faktor Pendorong Inflasi 2020
sehingga permintaan produk pertanian dari rumah
Kenaikan cukai hasil tembakau sebesar 21,55%. Berdasarkan data historis
tangga mengalami penurunan. Penurunan permintaan kenaikan terdistribusi hampir setiap bulan dengan rata-rata andil terhadap
inflasi (2016-2019) 0,06% per bulan.
komoditas pertanian berkaitan dengan konsekuensi
Dampak COVID-19 yang menyebabkan perubahan pola permintaan, ken-
pembatasan sosial skala besar yang berdampak pada dala pasokan dan distribusi termasuk komoditas yang banyak dipenuhi dari
impor antara lain bawang, gula pasir, buah-buahan.
penghentian sementara atau pembatasan aktivitas usaha
Kenaikan harga komoditas emas karena investor meningkatkan permintaan
hotel, restoran, kuliner dan wisata yang turut menurunkan pada instrumen investasi yang lebih aman.
permintaan pada produk pertanian, peternakan dan Imported inflation sehubungan dengan gejolak nilai tukar dampak COV-
ID-19.
perikanan. Dari sisi produksi, cuaca tahun 2020 dengan
Kenaikan tarif angkutan online sesuai dengan Keputusan Menteri
curah hujan tinggi mendorong peningkatan produksi padi Perhubungan (Kepmenhub) No. 348 tahun 2019.
meskipun terdapat pergeseran periode tanam dan panen.
Faktor Penahan Inflasi 2020
Di sisi lain curah hujan yang tinggi tersebut menyebabkan
produksi tanaman hortikultura kurang optimal. Penurunan income dan daya beli masyarakat akibat pandemi COVID-19.

Turunnya permintaan pada berbagai jenis angkutan sehubungan dengan


pembatasan aktivitas masyarakat dalam skala besar, termasuk himbauan
Sementara itu, kinerja sektor perdagangan pada tahun untuk tidak melakukan mudik.
2020 melambat cukup dalam pada kisaran 0,4%-0,8% Turunnya harga minyak dunia akibat menurunnya volume perdagangan
(yoy) sejalan dengan perlambatan ekonomi Jawa dunia.

Diskon tarif akibat berbagai kebijakan/stimulus pemerintah dalam


Barat. Perlambatan kinerja sektor perdagangan terutama penanggulangan COVID-19.
disebabkan oleh kontraksi subsektor perdagangan besar Penghentian sementara pelaksanaan proyek strategis di Jawa Barat sebagai
dampak COVID-19.

110
LAMPIRAN

Daftar Istilah
ADHB Atas Dasar Harga Berlaku, menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung
menggunakan harga pada setiap tahun pada suatu daerah.
ADHK Atas Dasar Harga Konstan, menggambarkan perkembangan produksi riil barang dan jasa yang
dihasilkan oleh kegiatan ekonomi suatu daerah.
Andil inflasi Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota terhadap tingkat
inflasi secara keseluruhan.
APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah
yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan
peraturan daerah.
BI Rate Suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia.
Bobot inflasi Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas terhadap tingkat inflasi secara
keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap
komoditas tersebut.
Dana Perimbangan Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan
kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi daerah.
Dana Pihak Ketiga (DPK) DPK terdiri dari giro, tabungan dan simpanan berjangka.

Debt Service Ratio Rasio beban pembayaran utang terhadap penerimaan /pendapatan

Deflasi Penurunan harga-harga barang dan jasa secara umum

Deposito Berjangka/ Time Deposito Berjangka atau time deposit yaitu simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan
Deposits pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian.
Depreasiasi Rupiah Penurunan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing

Disposable income Jumlah Pendapatan pribadi individu memiliki setelah pajak dan biaya pemerintah, yang dapat
dihabiskan pada kebutuhanm atau non-penting, atau diselamatkan
Durable Goods Barang tahan lama atau barang yang bisa bertahan selama tiga tahun atau lebih, sehingga
konsumen jarang membelinya
Giro Simpanan pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek
atau surat perintah pembayaran lain atau dengan pemindahbukuan.
Indeks Ekspektasi Konsumen Salah satu indikator ekonomi pada Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang memberikan
(IEK) informasi mengenai ekspektasi konsumen terhadap kondisi perekonomian 6 bulan yang akan
datang dibanding saat ini, meliputi ekspektasi penghasilan, kondisi (dunia usaha) ekonomi
Indonesia secara umum dan ketersediaan lapangan kerja.
Indeks Harga Konsumen (IHK) Salah satu indikator ekonomi yang memberikan informasi mengenai harga barang dan jasa yang
dibayar oleh konsumen. Perhitungan IHK dilakukan untuk merekam perubahan harga beli di
tingkat konsumen (purchasing cost) dari sekelompok tetap barang dan jasa yang pada umumnya
dikonsumsi masyarakat.
Indeks Keyakinan Konsumen Salah satu indikator ekonomi yang digunakan dalam Survei Konsumen (SK) dan merupakan rata-
(IKK)/ rata sederhana dari Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini dan Indeks Ekspektasi Konsumen. Indeks
ini menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi
kondisi ekonomi enam bulan mendatang. Indeks ini memiliki skala 1–100.
Indeks Kondisi Ekonomi Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap
kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1–100.
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Salah satu indikator ekonomi yang merupakan keyakinan konsumen mengenai penghasilan saat
ini (IKE) ini, ketepatan waktu untuk melakukan pembelian barang tahan lama dan ketersediaan lapangan
kerja dengan membandingkan antara kondisi saat ini dan 6 bulan yang lalu.
Indeks Pembelian Barang Indeks yang menunjukkan pembelian barang tahan lama (durable goods) yang dilakukan oleh
Tahan Lama (Durable goods) konsumen pada periode survei.
Indeks Penjualan Riil Indeks penjualan di tingkat pedagang eceran yang menunjukkan perbandingan total penjualan
eceran riil periode berjalan terhadap total penjualan riil pada periode tahun dasar (Oktober =
2000)
Indeks Perkiraan Penghasilan Indeks perkiraan konsumen atas penghasilannya pada 6 bulan mendatang
6 bulan mendatang
Indeks Perkiraan Posisi Indeks perkiraan konsumen atas posisi pinjamannya pada 6 bulan mendatang
Pinjaman 6 bulan mendatang

111 Mei 2020


LAMPIRAN

Daftar Istilah

Inflasi Kenaikan harga-harga barang dan jasa secara umum

Investasi Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi melalui peningkatan modal.

Kliring/ Clearing Pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik antar peserta kliring baik atas nama peserta
maupun atas nama nasabah yang perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu.
Kredit Investasi/ Investment Kredit jangka menengah atau panjang untuk pembelian barang-barang modal dan jasa yang
Credit diperlukan antara lain guna rehabilitasi, modernisasi, ekspansi, dan relokasi proyek dan atau
pendirian usaha baru.
Kredit Konsumsi/ Consumption Kredit untuk keperluan konsumsi dengan cara, membeli, menyewa atau dengan cara lain.
Credit
Kredit Modal Kerja/ Working Kredit jangka pendek untuk membiayai keperluan modal kerja debitur
Capital Credit
Kredit Perbankan/ Bank Loans Semua penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu dalam rupiah dan
valuta asing, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank pelapor
dengan bank dan pihak ketiga bukan bank.
Kredit UMKM/ Micro, Small, Semua penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu dalam rupiah dan
Medium Enterprises (MMEs) valuta asing, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank pelapor
Credit dengan bank dan pihak ketiga bukan bank yang memenuhi kriteria usaha sesuai Undang-undang
tentang UMKM yang berlaku.
Lapangan usaha ekonomi Lapangan usaha ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh
dominan dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan.
Liaison Kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang
dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung kepada pelaku ekonomi mengenai
perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan cara yang sistematis dan didokumentasikan
dalam bentuk laporan
Loan to Deposit Ratio (LDR) Perbandingan total kredit terhadap total Dana Pihak Ketiga

Marketplace Sebuah website atau aplikasi online yang memfasilitasi proses jual beli dari berbagai toko

Migas Minyak dan gas. Merupakan kelompok lapangan usaha industri yang mencakup industri minyak
dan gas.
Mtm Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya.

Non Performing Loans (NPL) Kredit yang memiliki kualitas kurang lancar, diragukan atau macet

Omzet Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi.

PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan hasil kegiatan
ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu dengan menetapkan tahun 2010 sebagai Tahun
Dasar.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah,
retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah.
Pertumbuhan Ekonomi Peningkatan nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu,
atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.
Produk Domestik Bruto (PDB) PDB yang menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan
Harga Konstan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar. PDB ini digunakan untuk
mengetahui pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun yang tidak dipengaruhi oleh
faktor harga.

Qtq Quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya.

Rasio Gini Suatu ukuran yang biasa digunakan untuk memperlihatkan tingkat ketimpangan pendapatan

Real Time Gross Settlement Sistem transfer dana elektronik antar bank dalam mata uang rupiah yang penyelesaiannya
(RTGS) dilakukan per transaksi secara individual.

Laporan Perekonomian
Provinsi Jawa Barat
112
LAMPIRAN

Daftar Istilah

Risiko Kredit Risiko yang timbul dalam hal debitur gagal memenuhi kewajiban untuk membayar angsuran
pokok ataupun bunga sebagaimana telah disepakati dalam perjanjian kredit; di samping risiko
suku bunga, risiko kredit merupakan salah satu risiko utama dalam pelaksanaan pemberian
kredit bank.

Saldo Bersih Selisih antara persentase jumlah respondenyang memberikan jawaban “meningkat” dengan
persentase jumlah responden yang memberikan jawaban “menurun” danmengabaikan jawaban
“sama”.

SBT Saldo Bersih Tertimbang. Nilai yang diperoleh dari hasil perkalian saldo bersih lapangan usaha/
subkategori usaha yang bersangkutan dengan bobot lapangan usaha/subkategori usaha yang
bersangkutan sebagai penimbangnya.

Sistem Kliring Nasional Bank sistem transfer dana eletrinik


Indonesia (SKNBI)

Uang dalam peredaran (Uang Uang kartal Yang Diedarkan terdiri dari uang kertas, uang logam dan uang khusus yang
Yang Diedarkan/UYD) dikeluarkan oleh otoritas moneter sebagai alat pembayaran yang sah. Bank Indonesia
merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang mengeluarkan dan mengedarkan uang
Rupiah serta mencabut, dan menarik uang yang dimaksud dari peredaran.

Usaha Kecil Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perseorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau
usaha besar yaitu memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,-
(tiga ratus juta rupiah) sampai paling banyak Rp 2.500.000.000,-(dua milyar lima ratus juta
rupiah)

Usaha Menengah Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perseorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha kecil atau usaha
besar yaitu memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,-
(dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,- (lima
puluh milyar rupiah)

Usaha Mikro Usaha produktif milik perseorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi
kriteria usaha mikro yaitu memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,- (lima puluh
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan
tahunan paling banyak Rp 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah).

Yoy Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.

Ytd Year -to-date growth. Perubahan atau pertumbuhan suatu besaran pada suatu titik waktu
tertentu (hari, minggu, bulan, triwulan, semester) terhadap titik waktu terakhir pada tahun
sebelumnya (31 Desember). Ytd biasanya untuk mengukut pertumbuhan secara akumulatif

113 Mei 2020


TIM PENYUSUN

PENGARAH
Herawanto

PENANGGUNG JAWAB
Pribadi Santoso

KOORDINATOR PENYUSUN
Taufik Saleh

EDITOR
Darjana, Filhaq Amalia, Nandang Rudyatna

TIM PENULIS
Kiki Sarah Amelia, Cindy Ramadhania

KONTRIBUTOR
Fungsi Data Statistik Ekonomi dan Keuangan
Divisi Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah
Divisi Pengembangan Ekonomi

PRODUKSI DAN DISTRIBUSI


Bara Muttaqien Prabowo

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA BARAT


Divisi Advisory Ekonomi dan Keuangan
Jl. Braga No. 108 Bandung, 40111
No. Telp. (022) 4230223 ext. 8290 No. Fax.(022) 4214326
Email : tas_bd@bi.go.id
Softcopy dapat diunduh di http://www.bi.go.id/web/id/Publikasi/Ekonomi_Regional/KER/Jabar/
Halaman ini sengaja dikosongkan

Anda mungkin juga menyukai