Anda di halaman 1dari 110

Daftar Isi

DAFTAR ISI

Daftar Tabel iv
Daftar Grafik vi
Daftar Gambar ix
Daftar Singkatan x
Prakata xiv
Ringkasan Eksekutif xviii

Bab 2
Kondisi Stabilitas 11
Sistem Keuangan

2.1 Portfolio Rebalancing Global 12


dan Kondisi Pasar Keuangan
Domestik

2.2 Dinamika Korporasi dan Rumah 15


Tangga di Masa COVID-19

2.2.1 Kinerja dan Ketahanan Korporasi 15

Boks Restrukturisasi dalam Menjaga 19


2.2.1 Kondisi Likuiditas dan Kemampuan
Membayar Korporasi

Bab 1 2.2.2 Kinerja dan Ketahanan Rumah 21


Tangga
Kondisi Makrofinansial 1
Boks Bantuan Sosial Pemerintah sebagai 26
2.2.2 Buffer Konsumsi Rumah Tangga

2.3 Dinamika Perbankan dan IKNB di 29


1.1 Kontraksi Perekonomian Global dan 2
masa COVID-19
Ketidakpastian di Pasar Keuangan
Global 2.3.1 Kinerja Intermediasi dan 29

1.2 Dinamika Ekonomi dan Keuangan 5 Ketahanan Perbankan


Domestik
2.3.2 Kinerja Intermediasi IKNB 39

Boks Dukungan terhadap Pemulihan 41


2.3.2 UMKM di tengah Pandemi
COVID-19

iv KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020


Daftar Isi

Bab 3
Penguatan Sinergi 45
dan Koordinasi serta
Respons Kebijakan
dalam Pemulihan
Ekonomi Nasional dan
SSK

3.1 Sinergi dan Koordinasi Kebijakan 46


Antar Otoritas dalam Pemulihan
Ekonomi Nasional

3.2 Kebijakan Moneter dan Stabilitas 54


Sistem Keuangan
Bab 4
3.3 Kebijakan Makroprudensial 57
Akomodatif Untuk Memperkuat Prospek dan Arah 69
Ketahanan dan Mendukung Kebijakan
Intermediasi

Boks Penguatan Peran Bank Indonesia 61


3.3.1 sebagai Lender of The Last Resort
4.1 Perekonomian Global dan 70

Boks Sertifikat Pengelolaan Dana 64 Domestik Mulai Membaik


3.3.2 Berdasarkan Prinsip Syariah Antar
Bank (SiPA) – Instrumen Baru Pasar 4.2 Stabilitas Sistem Keuangan 72

Uang Antar Bank Berdasarkan Membaik Seiring Meredanya


Prinsip Syariah Tekanan

4.3 Mempertahankan Kebijakan 74


Makroprudensial Akomodatif
Guna Mendukung Pemulihan
Ekonomi Nasional

4.4 Akselerasi Pembiayaan Melalui 77


Dukungan Keuangan Inklusif

Boks Strategi Nasional Ekonomi dan 82


4.4 Keuangan Inklusi

4.5 Akselerasi Digital Untuk Pemulihan 84


Sistem Keuangan

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020 v


Daftar Tabel

DAFTAR TABEL

BAB I BAB II
KONDISI MAKROFINANSIAL KONDISI STABILITAS SISTEM
Tabel 1.1.1 Confirmed Cases 2 KEUANGAN
COVID-19
Tabel 2.1.1 Perkembangan 14

Tabel 1.1.2 Harga Komoditas 4 Kepemilikan SBN

Tabel 2.2.1.1 Kinerja Keuangan 18


Tabel 1.2.1 Pertumbuhan Ekonomi 5 Korporasi Berdasarkan
Sisi Pengeluaran Lapangan Usaha

Tabel 1.2.2 Neraca Pembayaran 7 Tabel 2.2.2.1 Perkembangan LaR dan 23


Indonesia NPL Jenis KPR

Tabel 2.2.2.2 Perkembangan LaR dan 24


NPL Debitur Perseorangan
per Subsektor

Tabel B2.2.2.1 Rincian Bansos 28


Pemerintah

Tabel 2.3.1.1 Rasio LaR dan NPL per 30


Sektor Ekonomi (%)

Tabel 2.3.1.2 Risiko Kredit Konsumsi (%) 30

Tabel 2.3.1.3 Pertumbuhan Kredit per 35


Sektor Ekonomi (%, ytd)

vi KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020


Daftar Tabel

BAB III BAB IV


PENGUATAN SINERGI PROSPEK DAN ARAH
DAN KOORDINASI SERTA KEBIJAKAN
RESPONS KEBIJAKAN DALAM Tabel 4.1.1 Harga Komoditas 70

PEMULIHAN EKONOMI
NASIONAL DAN SSK
Tabel 3.3.1 Ketentuan Parameter 58
Disinsentif RIM/RIM Syariah

Tabel 3.3.2 Ketentuan Besaran PLM/ 59


PLM Syariah

Tabel 3.3.3 Ketentuan Fleksibilitas 59


PLM/PLM Syariah

Tabel 3.3.4 Ketentuan Uang Muka 60


Kredit atau Pembiayaan
Kendaraan Bermotor
Berwawasan Lingkungan

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020 vii


Daftar Grafik

DAFTAR GRAFIK

BAB I BAB II
KONDISI MAKROFINANSIAL KONDISI STABILITAS SISTEM
Grafik 1.1.1 Kasus Second Wave 2 KEUANGAN
COVID-19 Global
Grafik 2.1.1 Perkembangan CDS 12

Grafik 1.1.2 VIX dan EPU 4 Beberapa Negara

Grafik 2.1.2 Perkembangan Harga Safe 12


Grafik 1.1.3 Tekanan Nilai Tukar Negara 4 Haven Assets
Berkembang
Grafik 2.1.3 Netflow di Bursa Saham 12
Grafik 1.2.1 Apresiasi / Depresiasi Nilai 6 Negara Kawasan
Tukar Peers
Grafik 2.1.4 Volatilitas Mata Uang 13
Grafik 1.2.2 Yield SBN 10 Tahun dan 6 Domestik Negara Kawasan
IHSG
Grafik 2.1.5 Volatilitas Harga Saham 13
Grafik 1.2.3 Perkembangan Inflasi 7 Negara Kawasan

Grafik 2.1.6 IHSG dan 13


Grafik 1.2.4 Risiko Kredit Perbankan 8
Nilai Tukar Rupiah

Grafik 1.2.5 Likuiditas Perbankan 8 Grafik 2.1.7 Outflow Sektoral Saham 14

Grafik 2.1.8 Perkembangan Yield 14


Grafik 1.2.6 Profitabilitas Perbankan 8 Obligasi Negara

Grafik 2.2.1.1 Penjualan Korporasi 15


Grafik 1.2.7 Permodalan Perbankan 9
Terbuka Berdasarkan
Ukuran Aset
Grafik 1.2.8 Indeks Stabilitas Sistem 9
Keuangan Grafik 2.2.1.2 Perkembangan Asset 15
Turnover Korporasi

Grafik 2.2.1.3 Perkembangan Inventory 16


Turnover Korporasi

Grafik 2.2.1.4 Perkembangan ROA 16


Korporasi

Grafik 2.2.1.5 Perkembangan ROE 16


Korporasi

Grafik 2.2.1.6 Belanja Modal Korporasi 17


Terbuka

Grafik 2.2.1.7 Kemampuan Bayar 17


Korporasi Terbuka

Grafik 2.2.1.8 Perkembangan 18


Kedatangan Pelawat
Mancanegara

Grafik 2.2.1.9 Perkembangan Tingkat 18


Hunian Kamar pada Hotel
Berbintang

Grafik B2.2.1.1 Restrukturisasi Kredit 19


Berdasarkan Ukuran
Korporasi

viii KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020


Daftar Grafik

Grafik B2.2.1.2 Restrukturisasi Kredit 19 Grafik 2.3.1.3 LaR per Segmen Kredit 29
Berdasarkan Sektor
Grafik 2.3.1.4 NPL per Segmen Kredit 30
Grafik B2.2.1.3 Sebaran Kredit 19
Restrukturisasi Grafik 2.3.1.5 CKPN dan CAR Perbankan 31
Berdasarkan Rasio Lancar
dan Kemampuan Bayar
Grafik 2.3.1.6 Pertumbuhan Kredit dan 31
Korporasi
Indeks Lending Standard
Grafik 2.2.2.1 Penyerapan Tenaga Kerja 21
Grafik 2.3.1.7 Pertumbuhan 32
per Sektor
Outstanding dan
Plafon Kredit
Grafik 2.2.2.2 Perkembangan Indikator 21
Penghasilan, Ketersediaan
Grafik 2.3.1.8 Aspek Kebijakan Lending 32
Lapangan Kerja,
Standard
dan Ketenagakerjaan
Grafik 2.3.1.9 PDB dan Kegiatan 33
Grafik 2.2.2.3 Perkembangan Indikator 22
Dunia Usaha
Keyakinan Konsumen
Penjualan Riil Grafik 2.3.1.10 Pertumbuhan Kredit per 33
Jenis Penggunaan (%, yoy)
Grafik 2.2.2.4 Perkembangan Kredit 22
Konsumsi Debitur Grafik 2.3.1.11 Undisbursed Loan Kredit 33
Perseorangan Modal Kerja
Grafik 2.2.2.5 Perkembangan LaR dan 23
Grafik 2.3.1.12 Pertumbuhan Kredit per 33
NPL Debitur Perseorangan Segmen (%, yoy)
Grafik 2.2.2.6 Perkembangan DSR 24
Grafik 2.3.1.13 Perkembangan IPO 34
Debitur Perseorangan per
Kelompok Penghasilan (%) Grafik 2.3.1.14 Perkembangan Right Issue 34

Grafik 2.2.2.7 Perkembangan Rasio DTI 25


Grafik 2.3.1.15 Perkembangan Penerbitan 34
Rumah Tangga Obligasi
Grafik 2.2.2.8 Perkembangan Funding 25
Grafik 2.3.1.16 Perkembangan Kupon 34
Surplus / Gap Nasabah Obligasi dan Suku Bunga
Perseorangan Kebijakan
Grafik B2.2.2.1 Perubahan Pendapatan 26
Grafik 2.3.1.17 Perkembangan 35
pada RT Usaha Pertumbuhan DPK (%, yoy)
Grafik B2.2.2.2 Perubahan Pendapatan 26
Grafik 2.3.1.18 Nominal YTD DPK 36
pada RT Pekerja Semester I
Grafik B2.2.2.3 Kondisi Keuangan RT 27
Grafik 2.3.1.19 Funding Surplus (Gap) 36
Selama Pandemi Perbankan
Grafik B2.2.2.4 Porsi Anggaran 27
Grafik 2.3.1.20 Komposisi Alat Likuid 37
Perlindungan Sosial
Grafik 2.3.1.21 Rasio AL/DPK dan 37
Grafik B2.2.2.5 Perkiraan Kontribusi 28
Alat Likuid
Bansos terhadap
RT Desil 1 – 6 Grafik 2.3.1.22 Rasio AL/DPK dan PLM 37

Grafik 2.3.1.1 Perkembangan 29


Grafik 2.3.1.23 Rasio LCR dan NSFR 37
Risko Kredit
Grafik 2.3.1.24 Profitabilitas Bank 38
Grafik 2.3.1.2 Pertumbuhan 29
Kredit Restrukturisasi Grafik 2.3.1.25 Komposisi Pendapatan 38
Kredit (%, mtm) Bunga Bank

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020 ix


Daftar Grafik

Grafik 2.3.2.1 Pangsa Pembiayaan IKNB 39


BAB III
PENGUATAN SINERGI
Grafik 2.3.2.2 Pertumbuhan Pembiayaan 39
dan NPF PP DAN KOORDINASI SERTA
Grafik 2.3.2.3 Pembiayaan PP per Jenis 39 RESPONS KEBIJAKAN DALAM
Pembiayaan PEMULIHAN EKONOMI
Grafik 2.3.2.4 Pertumbuhan Pembiayaan 39 NASIONAL DAN SSK
Pegadaian LPEI
dan MV (yoy) Grafik 3.2.1 Perkembangan 56
Aset Produktif
Grafik 2.3.2.5 NPF Pegadaian, LPEI, 40 Perbankan (%, yoy)
dan MV

Grafik 2.3.2.6 Pertumbuhan 40


Pembiayaan dan TWP90
Fintech Lending

Grafik 2.3.2.7 Premi dan Klaim 40


Bruto Asuransi
BAB IV
Grafik 2.3.2.8 Iuran dan Manfaat 40
Dana Pensiun
PROSPEK DAN ARAH
KEBIJAKAN
Grafik B2.3.3.1 Kontribusi UMKM 41
terhadap PDB Grafik 4.1.1 Perkembangan Mobilitas 70
Masyarakat
Grafik B2.3.3.2 Perkembangan 43
Implementasi QRIS 2020 Grafik 4.1.2 PMI Manufaktur AS 70

Grafik 4.1.3 Volume Perdagangan 70


Dunia

Grafik 4.1.4 Penjualan Eceran 71

Grafik 4.1.5 Indeks Keyakinan 71


Konsumen

Grafik 4.4.1 Survei Keuangan Inklusif 77


Indonesia (%)

Grafik 4.4.2 Aset Finansial terhadap 79


GDP (%) 2018

Grafik 4.5.1 Transaksi E-Commerce 84

Grafik 4.5.2 Transaksi Fintech Payment 84

x KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020


Daftar Gambar

DAFTAR GAMBAR

BAB III BAB IV


PENGUATAN SINERGI PROSPEK DAN ARAH
DAN KOORDINASI SERTA KEBIJAKAN
RESPONS KEBIJAKAN DALAM Gambar 4.3.1 Stimulus Fiskal 74

PEMULIHAN EKONOMI Pemerintah

NASIONAL DAN SSK Gambar 4.4.1 Pilar Pengembangan 80


Ekonomi dan Keuangan
Gambar 3.1.1 UU PPKSK dan UU 48
Syariah Bank Indonesia
Nomor 2 Tahun
2020 Sebagai Dasar Gambar Strategi Nasional 82
Hukum Pencegahan B4.4.1 Ekonomi dan Keuangan
dan Penanganan Inklusif
Krisis Sistem
Keuangan Gambar 4.5.1 Visi Sistem Pembayaran 85
Indonesia 2025
Gambar 3.1.2 Mekanisme 50
Pembelian SUN dan/
atau SBSN di Pasar
Perdana

Gambar 3.2.1 Kebijakan Moneter, 55


Kebijakan
Makroprudensial, dan
SSK

Gambar B3.3.2.1 Struktur Instrumen 64


PUAS

Gambar B3.3.2.2 Mekanisme Transaksi 66


SiPA Tipe 1

Gambar B3.3.2.3 Mekanisme Transaksi 67


SiPA Tipe 2

Gambar B.3.3.2.4 Mekanisme Transaksi 68


SiPA Tipe 3

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020 xi


Daftar Singkatan

DAFTAR SINGKATAN

AL Alat Likuid CAPEX Capital Expenditure

APBD Anggaran Pendapatan dan CAR Capital Adequacy Ratio


Belanja Daerah
CCB Countercyclical Buffer
APBN Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara
CCT Crisis Communication Test
AS Amerika Serikat
CDS Credit Default Swap
ATMR Aset Tertimbang Menurut
Risiko
CKPN Cadangan Kerugian
Penurunan Nilai
ATO Asset Turnover
CMRF Crisis Management Resolution
BAZNAS Badan Amil Zakat Nasional Framework

COVID-19 Corona Virus Deaseas 2019


BCBS Basel Committee on Banking
Supervision
CWLS Cash Waqf Linked Sukuk
BI Bank Indonesia
CPO Crude Palm Oil
BEI Bursa Efek Indonesia
DAR Debt at Risk
BI7DRR BI 7-Day Reverse Repo Rate
DF Deposit Facility
BLT Bantuan Langsung Tunai
DNDF Domestic Non-Delivery
BMPD Badan Musyawarah Forward
Perbankan Daerah
DPK Dana Pihak Ketiga
BPJS Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial
DSR Debt Service Ratio
BPNT Bantuan Pangan Non-Tunai
DTI Debt to Income
BPR Bank Pengkreditan Rakyat
EKD Ekonomi dan Keuangan
Digital
Bps Basis Point
ELA Emergency Liquidity
BST Bantuan Sosial Tunai Assistance

EM Emerging Market
BUK Bank Umum Konvensional

EMEAP Executives Meeting of Asia-


BUMN Badan Usaha Milik Negara Pasific Central Banks

BUS Bank Umum Syariah EPU Economic Policy Uncertainty

CA Current Assets FASBI Fasilitas Bank Indonesia

xii KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020


Daftar Singkatan

FKPPPK Forum Koordinasi Pembiayaan KK Kredit Konsumsi


Pembangunan melalui Pasar
Keuangan
KKB Kredit Kendaraan Bermotor
FSB Financial Stability Board
KKMB Konsultan Keuangan Mitra
FTV Financing to Value Bank

KMK Kredit Modal Kerja


GHOS Group of Central Bank
Governors and Head of
KPPK Kegiatan Penerapan Prinsip
Supervision
Kehati-hatian
GWM Giro Wajib Minimum
KPR Kredit Pemilikan Rumah

HQLA High Quality Liquid Asset


KP/PP Kredit/Pembiayaan Properti

ICR Interest Coverage Ratio


KSK Kajian Stabilitas Keuangan

IEK Indeks Ekspektasi Konsumen


KSSK Komite Stabilitas Sistem
Keuangan
IHSG Indeks Harga Saham
Gabungan LaR Loan at Risk

IKE Indeks Keyakinan Ekonomi


LCR Liquidity Coverage Ratio

IKK Indeks Keyakinan Konsumen


LPEI Lembaga Pembiayaan Ekspor
– Impor
IKNB Industri Keuangan Non-Bank
LPS Lembaga Penjamin Simpanan
ILS Indeks Lending Standard
LDR Loan to Deposit Ratio
IPK Infrastruktur Pasar Keuangan
LoLR Lender of The Last Resort
IPO Initial Public Offering
LTV Loan to Value
IPR Indeks Penjualan Riil
MDR Merchant Discount Rate
ISSK Indeks Stabilitas Sistem
Keuangan MtM Month to Month

ITO Inventory Turnover


MV Modal Ventura

Jabodetabek Jakarta, Bogor, Depok,


NIM Net Interest Margin
Tangerang, dan Bekasi

Kemnaker Kementerian Ketenagakerjaan NK Nota Kesepahaman

KI Kredit Investasi NLE National Logistic Ecosystem

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020 xiii


Daftar Singkatan

NPF Non-Performing Financing RIM Rasio Intermediasi


Makroprudensial
NPI Neraca Pembayaran Indonesia RNH Rantai Nilai Halal

NPL Non-Performing Loan ROA Return on Asset

NSFR Net Stable Funding Ratio ROE Return on Equity

OJK Otoritas Jasa Keuangan RT Rumah Tangga

OPEC Organisasi Negara-Negara RUPS Rapat Umum Pemegang


Pengekspor Minyak Bumi Saham
PDB Produk Domestik Bruto SBBI Surat Berharga Bank
Indonesia
Perbanas Perhimpunan Bank Nasional
SBI Sertifikat Bank Indonesia

PEN Pemulihan Ekonomi Nasional


SBK Surat Berharga Komersial

PEPP Pandemic Emergency


Purchase Programme SBN Surat Berharga Negara

PHK Pemutusan Hubungan Kerja SBSN Surat Berharga Syariah Negara

PJSP Penyelenggara Jasa Sistem SBT Saldo Bersih Tertimbang


Pembayaran

PKH Program Keluarga Harapan SDBI Sertifikat Deposito Bank


Indonesia
PLJP Pinjaman Likuiditas Jangka SiKA Sertifikat Perdagangan
Pendek Komoditi Syariah Antarbank
PLK Pinjaman Likuiditas Khusus SIMA Sertifikat Investasi
Mudharabah Antarbank
PLM Penyangga Likuiditas
Makroprudensial SiPA Sertifikat Pengelolaan Dana
Syariah Antarbank
PP Perusahaan Pembiayaan
SKDU Survei Kegiatan Dunia Usaha

PPKSK Pencegahan dan Penanganan


Krisis Sistem Keuangan SKNBI Sistem Kliring Nasional Bank
Indonesia
PSBB Pembatasan Sosial Berskala
Besar SNEKI Strategi Nasional Ekonomi dan
Keuangan Inklusif
PUAS Pasar Uang Antarbank Syariah
SN-PPPK Strategi Nasional
Pengembangan dan
QE Quantitative Easing Pendalaman Pasar Keuangan

SNRT Survei Neraca Rumah Tangga


QRIS Quick Response Indonesian
Standard

xiv KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020


Daftar Singkatan

SSK Stabilitas Sistem Keuangan

SUN Surat Utang Negara

TD Term Deposit

THR Tunjangan Hari Raya

TWP Tingkat Wanprestasi

ULN Utang Luar Negeri

UMKM Usaha Mikro Kecil dan


Menengah

UU PPKSK Undang-Undang Pencegahan


dan Penanganan Krisis Sistem
Keuangan

VIX Volatility Index

WHO World Health Organization

YoY Year on year

ZCP Zakat Core Principle

ZISWAF Zakat, Infak, Sedekah, dan


Wakaf

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020 xv


Prakata

PRAKATA

xvi KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020


Prakata

Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) bagi perbankan juga terus dilakukan untuk
yang menyebar sangat cepat sejak awal tahun 2020 mendukung kelancaran program restrukturisasi
telah menyebabkan kepanikan di pasar keuangan kredit dan dunia usaha. Di samping itu, Bank
global dan resesi ekonomi dunia pada 2020. Selain Indonesia terus memperkuat ketahanan dan
berdampak pada aspek kemanusiaan, pandemi mendorong pemulihan Usaha Mikro, Kecil, dan
COVID-19 dan langkah kebijakan yang ditempuh Menengah (UMKM), mengembangkan ekonomi
berbagai negara untuk menekan penyebarannya keuangan syariah, memperkuat pendalaman
mengakibatkan mandeknya aktivitas perekonomian, pasar keuangan, serta mengakselerasi digitalisasi
meningkatnya pengangguran, dan menurunnya ekonomi dan keuangan. Sinergi dan koordinasi
pendapatan masyarakat. Meskipun pemerintah di kebijakan dengan otoritas lain juga terus
berbagai negara telah melakukan stimulus fiskal diperkuat.
dan bank-bank sentral menurunkan suku bunga
Berbagai perkembangan ekonomi dan respons
serta melakukan injeksi likuiditas dalam jumlah
kebijakan yang ditempuh tersebut dirangkum
besar, resesi ekonomi dunia tetap tidak terelakkan.
dalam Kajian Stabilitas Keuangan No. 35 dengan
Di pasar keuangan global, terjadi kepanikan para
tema “Merespons Pandemi COVID-19: Menjaga
investor dan pelaku pasar sehingga menyebabkan
Stabilitas Sistem Keuangan, Mengakselerasi
arus capital outflows yang besar, keketatan dolar
Pemulihan Ekonomi Nasional.” Tema ini
secara global, dan tekanan pelemahan nilai tukar
menggambarkan dengan tepat upaya dan
dunia.
komitmen Bank Indonesia dalam mewujudkan
Dinamika ekonomi domestik juga tidak terlepas dari stabilitas sistem keuangan dan mendorong
perkembangan ekonomi global dan penyebaran pulihnya perekonomian nasional. Buku ini kami
pandemi COVID-19. Sektor eksternal Indonesia persembahkan bagi para pelaku di industri
tertekan terutama pada Triwulan I 2020 sementara keuangan nasional, seluruh elemen Pemerintah
pertumbuhan ekonomi domestik turun tajam, dan otoritas, akademisi, seluruh masyarakat
bahkan kontraksi pada Triwulan II 2020. Di tengah Indonesia, serta mitra Indonesia di internasional.
berbagai tekanan tersebut, stabilitas sektor Kami berharap buku ini dapat menjadi referensi
keuangan masih terjaga, meski fungsi intermediasi bagi pengambilan keputusan regulasi maupun
sektor keuangan masih perlu ditingkatkan. bisnis, sehingga kita bersama-sama dapat
Sejumlah indikator terkini menunjukkan perbaikan, memperkuat sinergi untuk menjaga stabilitas
baik di sisi mobilitas masyarakat, penjualan ritel, sistem keuangan dan mengakselerasi pemulihan
keyakinan konsumen, maupun ekspektasi kegiatan ekonomi nasional.
usaha. Dengan perkembangan tersebut, kami
Akhir kata, Semoga Tuhan Yang Maha Esa
meyakini bahwa pertumbuhan ekonomi domestik
senantiasa memberikan perlindungan dan
akan membaik didorong kenaikan permintaan
keberkahan pada setiap ikhtiar dan doa kita
domestik sejalan dengan peningkatan realisasi
dalam menjaga stabilitas sistem keuangan dan
APBN, berlanjutnya stimulus kebijakan moneter,
memulihkan ekonomi Indonesia.
dan pelonggaran kebijakan makroprudensial,
kemajuan dalam restrukturisasi kredit dan dunia
usaha, serta dampak positif meluasnya penggunaan
teknologi digital dalam aktivitas perekonomian. Jakarta, 11 November 2020

Ke depan, Bank Indonesia akan tetap mengarahkan


seluruh instrumen kebijakan untuk mendukung
pertumbuhan ekonomi, berkoordinasi erat
dengan Pemerintah dan Komite Stabilitas Sistem
Keuangan (KSSK), dengan tetap menjaga stabilitas
makroekonomi dan sistem keuangan. Kebijakan
moneter dan makroprudensial yang akomodatif
tetap dilanjutkan untuk mempercepat pemulihan Gubernur Bank Indonesia
ekonomi nasional. Pelonggaran likuiditas Perry Warjiyo

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020 xvii


Ringkasan Eksekutif

RINGKASAN
EKSEKUTIF

xviii KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020


Ringkasan Eksekutif

Awal 2020, penyebaran COVID-19 meluas secara Merespons dampak yang sangat signifikan pada
cepat ke banyak negara. Kondisi ini bukan hanya perekonomian dan stabilitas sistem keuangan,
merupakan fenomena kesehatan. Meluasnya Pemerintah bersama anggota Komite Stabilitas
pandemi telah menimbulkan dampak yang Sistem Keuangan (KSSK) lainnya telah melakukan
signif ikan pada perekonomian, bukan saja respons kebijakan dan langkah-langkah luar biasa
pada menurunnya permintaan ekonomi, tetapi dalam rangka penyelamatan perekonomian
juga keterbatasan suplai yang diakibatkan oleh nasional dan stabilitas sistem keuangan. Kebijakan
pembatasan mobilitas masyarakat. Melemahnya dan langkah-langkah luar biasa ini dituangkan
aktivitas dunia usaha dan rumah tangga dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020
kemudian telah memberikan tekanan kepada tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
sektor keuangan. Di tengah tantangan yang Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun
begitu besar, langkah-langkah kebijakan fiskal, 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan
kebijakan moneter, dan makroprudensial, serta Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan
kebijakan di sektor keuangan yang ditempuh Pandemi Corona Virus Desease (COVID-19) dan/
oleh Pemerintah dan otoritas dalam rangka atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman
penyelamatan ekonomi nasional mampu yang Membahayakan Perekonomian Nasional
memitigasi dampak pandemi COVID-19, sehingga dan /atau Stabilitas Sistem Keuangan menjadi
proses pemulihan secara berangsur-angsur Undang-Undang. Undang-Undang tersebut
menunjukkan perbaikan dan stabilitas sistem mengamanatkan penguatan kewenangan
keuangan masih terjaga. kepada Kementerian Keuangan, Bank Indonesia,
OJK, dan LPS sehingga diharapkan mampu
Peningkatan kasus COVID-19 mengharuskan
memitigasi potensi pemburukan ekonomi dan
pemerintah di berbagai negara mengambil
sistem keuangan ke depan.
kebijakan pembatasan aktivitas sosial. Hal tersebut
mengakibatkan melemahnya permintaan Bank Indonesia menempuh bauran kebijakan
dan suplai barang dan jasa, serta menurunnya melalui pelonggaran kebijakan moneter dan
aktivitas perdagangan global. Sebagai makroprudensial untuk memperkuat stabilisasi
dampaknya, harga komoditas melemah tajam. di pasar valuta asing, menjaga kecukupan
Pertumbuhan ekonomi global Semester I 2020, likuiditas di sistem keuangan, dan mendorong
khususnya Triwulan II 2020 terkontraksi sangat fungsi intermediasi perbankan. Di sisi kebijakan
tajam. Selain dari sisi permintaan, korporasi juga moneter, beberapa langkah dilakukan
menghadapi permasalahan dari sisi penawaran. untuk melakukan stabilisasi nilai tukar dan
Pembatasan lalu lintas barang dan manusia, penyediaan likuiditas. Pertama, Bank Indonesia
serta pengetatan prosedur keluar-masuk meningkatkan intensitas triple intervention di
barang di berbagai negara mitra menyebabkan pasar spot, Domestic Non-Delivery Forward
terhambatnya pasokan bahan baku produksi. (DNDF), dan pasar surat berharga negara (SBN).
Terbatasnya produksi dan penjualan mendorong Kedua, Bank Indonesia telah menurunkan suku
korporasi melakukan pengurangan investasi bunga sebesar 100 bps menjadi 4,00% sejak awal
dan rasionalisasi biaya operasional, antara lain tahun hingga September 2020. Ketiga, Bank
melalui pengurangan tenaga kerja. Langkah Indonesia melakukan injeksi likuditas ke pasar
korporasi ini semakin menambah berkurangnya uang dan perbankan melalui pembelian SBN
daya beli rumah tangga dalam melakukan di pasar sekunder dan penurunan GWM rupiah
aktivitas konsumsi. Ketidakpastian berakhirnya sebesar 200 bps untuk Bank Umum Konvensional
pandemi dan penurunan kinerja korporasi dan 50 bps untuk Bank Umum Syariah/Unit
mendorong korporasi cenderung menunda Usaha Syariah yang berlaku sejak 1 Mei 2020. Di
ekspansi usaha dan kebutuhan pembiayaan. Di sisi makroprudensial, kebijakan ditujukan untuk
sisi lain, perbankan melakukan mitigasi risiko menjaga ketahanan perbankan dan mendorong
sejalan dengan menurunnya kemampuan bayar fungsi intermediasi melalui sejumlah langkah
korporasi dan rumah tangga dengan cenderung kebijakan. Pertama, untuk menjaga bantalan
bersikap risk averse, sehingga menahan likuiditas di tengah risiko dan ketidakpastian, Bank
berjalannya fungsi intermediasi.

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020 xix


Ringkasan Eksekutif

Indonesia menaikkan rasio Penyangga Likuiditas memberikan tekanan pada kinerja korporasi dan
Makroprudensial (PLM) sebesar 200 bps untuk rumah tangga, namun tekanan diprakirakan
Bank Umum Konvensional dan sebesar 50 bps menurun seiring pelonggaran PSBB.
untuk Bank Umum Syariah/Unit Usaha Syariah.
Indikasi perbaikan perekonomian global pada
Kedua, Bank Indonesia melakukan pelonggaran
Semester II sudah mulai terlihat didorong oleh
terhadap ketentuan Rasio Intermediasi
pulihnya aktivitas perekonomian di Tiongkok.
Makroprudensial (RIM/RIM Syariah). Ketiga,
Sementara di domestik, perkembangan mobilitas
memberikan insentif pelonggaran Giro Wajib
masyarakat sebagai dampak pelonggaran PSBB,
Mininum (GWM) sebesar 50 bps kepada bank yang
peningkatan realisasi APBN sebagai stimulus
menyalurkan kredit kepada ekspor dan impor
kebijakan fiskal, berlanjutnya stimulus kebijakan
dan/atau UMKM. Keempat, merelaksasi kebijakan
moneter, kemajuan dalam restrukturisasi kredit,
uang muka untuk kredit atau pembiayaan
serta percepatan ekonomi dan keuangan digital
kendaraan bermotor berwawasan lingkungan.
(EKD), dan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil,
Sejalan dengan hal tersebut, untuk mendorong
dan Menengah (UMKM), memberikan optimisme
intermediasi maka besaran countercyclical
perbaikan perekonomian. Perekonomian
buffer (CCB) bagi bank ditetapkan tidak berubah
domestik diprakirakan membaik pada Semester
sebesar 0%. Sejalan dengan berlakunya Undang-
II 2020 setelah terkontraksi pada Triwulan II 2020.
Undang Nomor 2 Tahun 2020, Bank Indonesia
memperkuat fungsi lender of the last resort Ke depan, stabilitas sistem keuangan terindikasi
dengan melakukan penyempurnaan terhadap makin terjaga sejalan dengan berkurangnya
Pinjaman Likuditas Jangka Pendek (PLJP) sebagai tekanan pada sektor riil yang berdampak positif
upaya memperkuat stabilitas sistem keuangan. pada kinerja perbankan. Sebagai langkah
antisipasi akan terjadinya gelombang kedua
Berbagai langkah kebijakan yang terkoordinasi
pandemi COVID-19, Bank Indonesia akan terus
antara Pemerintah, Bank Indonesia, Otoritas Jasa
mencermati dinamika perekonomian dan
Keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan,
perkembangan penyebaran COVID-19 dalam
telah berhasil menjaga stabilitas sistem
merumuskan langkah-langkah kebijakan
keuangan Semester I 2020. Di sektor perbankan,
lanjutan yang diperlukan, sehingga potensi
ketahanan likuiditas sangat baik tercermin dari
dampak terhadap perekonomian Indonesia
rasio likuiditas yang tinggi, risiko kredit tetap
dapat diminimalisir. Bank Indonesia akan
terkendali, dan rasio modal yang memadai. Di
mempertahankan kebijakan makroprudensial
pasar keuangan dan pasar modal, perilaku risk
akomodatif untuk mengakselerasi pemulihan
off investor yang terjadi di Maret dan April 2020
ekonomi nasional. Koordinasi kebijakan juga
telah mereda, seiring mulai pulihnya optimisme
akan semakin diperkuat untuk menjaga stabilitas
investor terhadap langkah-langkah kebijakan
makroekonomi dan sistem keuangan, serta
yang telah ditempuh. Di sisi korporasi dan
mempercepat pemulihan ekonomi nasional, baik
rumah tangga, upaya pencegahan penyebaran
antar otoritas sektor keuangan di domestik dalam
COVID-19 melalui kebijakan pembatasan sosial
kerangka KSSK, maupun dengan otoritas lainnya
berskala besar (PSBB) yang berdampak pada
di internasional.
terhambatnya mobilitas manusia dan barang

Catatan: Kecuali disebutkan lain, semua data dan informasi yang dikutip dalam laporan ini adalah benar per 30 September 2020.

xx KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020


Bab 1: Kondisi Makrofinansial

BAB 1

KONDISI
MAKROFINANSIAL

Perkembangan pandemi COVID-19 menjadi pada dunia usaha berdampak pada sektor rumah
tantangan utama bagi dinamika perekonomian tangga (RT), terutama kelompok menengah ke
global. Pembatasan aktivitas ekonomi sebagai bawah.
langkah penanganan COVID-19 menyebabkan
Sinergi kebijakan fiskal, moneter, makroprudensial
kontraksi perekonomian global. Sejalan dengan
dan mikroprudensial yang ditempuh oleh otoritas
pelemahan perekonomian global, volume
dalam rangka penyelamatan ekonomi nasional
perdagangan mengalami kontraksi yang
ditujukan untuk mengurangi dampak negatif
cukup dalam, disertai dengan penurunan yang
pandemi COVID-19 di sektor riil maupun sektor
signifikan dari harga komoditas dunia.
keuangan. Formulasi kebijakan ini didasari oleh
Penyebaran COVID-19 di Indonesia berdampak asesmen forward looking terhadap transmisi dari
pada terkontraksinya pertumbuhan ekonomi dampak pandemi tersebut terhadap stabilitas
domestik. PSBB untuk mencegah penyebaran makroekonomi dan stabilitas sistem keuangan.
pandemi COVID-19 menyebabkan terbatasnya
Secara umum, pandemi COVID-19 memberikan
mobilitas manusia dan barang, yang kemudian
tekanan yang signifikan terhadap ketahanan dan
menurunkan permintaan domestik serta aktivitas
kinerja intermediasi sistem keuangan. Namun,
produksi dan investasi.
berbagai respons kebijakan yang dilakukan
Permintaan global yang melemah dan tekanan mampu menjaga stabilitas sistem keuangan
harga komoditas membuat kinerja ekspor dan selama Semester I 2020 tetap terjaga, tercermin
impor menurun sehingga aktivitas korporasi pun dari likuiditas dan permodalan perbankan
menurun. Implementasi PSBB yang membatasi yang masih memadai. Indeks Stabilitas Sistem
aktivitas ekonomi domestik juga turut menekan Keuangan (ISSK) dapat dijaga berada dalam zona
penjualan korporasi dan UMKM. Tekanan kinerja normal.

1 KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020


Bab 1: Kondisi Makrofinansial

1.1 Kontraksi Perekonomian suku bunga kebijakan dan injeksi likuiditas.


Pelonggaran moneter juga dilakukan dengan
Global dan Ketidakpastian di
kebijakan Quantitative Easing (QE) dalam
Pasar Keuangan Global jumlah besar melalui berbagai instrumen, seperti
Perkembangan pandemi COVID-19 menjadi pembelian obligasi pemerintah, penurunan Giro
tantangan utama bagi dinamika perekonomian Wajib Minimum, dan Pandemic Emergency
global. Jumlah kasus COVID-19 terus meningkat Purchase Programme (PEPP). Di sisi f iskal,
secara global (Tabel 1.1.1), disertai pula dengan stimulus dialokasikan oleh otoritas di banyak
lonjakan kasus gelombang kedua (second wave) negara untuk memitigasi risiko dampak pandemi
di beberapa negara, meskipun tingkat fatalitas COVID-19 dan mendorong pemulihan ekonomi.
(fatality rate) melandai (Graf ik 1.1.1). Untuk Stimulus f iskal ditempuh antara lain melalui
memitigasi dampak pandemi COVID-19, berbagai peningkatan anggaran kesehatan, peningkatan
negara menempuh stimulus moneter dan fiskal. dan perluasan jaring pengaman sosial serta
Di sisi moneter, stimulus dilakukan bank sentral dukungan dunia usaha termasuk relaksasi
di banyak negara dengan melakukan penurunan perpajakan, serta penyiapan anggaran program
pemulihan ekonomi.

Tabel 1.1.1 Confirmed Cases COVID-19


No Negara Jumlah Kasus Total Meninggal Tingkat Kematian (%) Total Sembuh
1 AS 6.708.458 198.520 2,96 3.974.949
2 India 4.845.003 79.754 1,65 3.777.044
3 Brasil 4.330.455 131.663 3,04 3.573.958
4 Rusia 1.062.811 18.578 1,75 876.225
5 Peru 729.619 30.710 4,21 566.796
6 Kolombia 716.319 22.924 3,20 599.385
7 Meksiko 668.381 70.821 10,60 471.623
8 Afrika Selatan 649.793 15.447 2,38 577.906
9 Spanyol 576.697 29.747 5,16 150.376
10 Argentina 555.537 11.352 2,04 419.513
23 Indonesia 218.382 8.723 3,99 155.010
Negara Lainnya 8.118.697 310.007 3,82 5.813.831
Total 29.180.152 928.246 3,18 20.806.240
Sumber: www.worldometers.info/coronavirus; per 13 Sept 2020.

Grafik 1.1.1 Kasus Second Wave COVID-19 Global


Jiwa Jiwa
90.000 AS 25.000 Perancis
80.000 78.389

70.000 20.000

60.000
15.000
50.000
40.000 36.188
10.000
30.000
20.000 5.000
10.000
0 0
Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep
2020 2020

Jiwa Jiwa
30.000 Spanyol 1.800 Jepang
1.609
1.600
25.000
1.400
1.161
20.000 1.200
1.000
15.000
800
10.000 600
400
5.000
200
0 0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep
2020 2020

Sumber: Bloomberg, diolah

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020 2


Bab 1: Kondisi Makrofinansial

Pengaruh pandemi COVID-19 yang membatasi permintaan global. Harga minyak juga
aktivitas ekonomi di berbagai negara menurun sejalan masih lemahnya permintaan,
menyebabkan kontraksi perekonomian global. meskipun terdapat penurunan penawaran
Pertumbuhan ekonomi Triwulan I dan Triwulan akibat komitmen pemotongan produksi OPEC+
II 2020 di banyak negara maju dan berkembang (Tabel 1.1.2).
mengalami kontraksi yang tajam akibat
Ketidakpastian pasar keuangan global sempat
pembatasan mobilitas masyarakat dalam rangka
meningkat pada Triwulan I 2020, namun mulai
memitigasi penyebaran pandemi COVID-19.
mereda pada Triwulan II 2020. Penyebaran
Kontraksi pertumbuhan ekonomi global didorong
pandemi COVID-19 yang sangat cepat ke berbagai
oleh permintaan yang lemah, ekspektasi pelaku
negara telah memicu naiknya ketidakpastian
ekonomi yang masih rendah, serta permintaan
pasar keuangan global pada Triwulan I 2020
ekspor yang tertahan. Namun demikian, realisasi
dan mendorong pembalikan arus modal ke aset
pertumbuhan ekonomi di beberapa negara
keuangan yang dianggap aman. Ketidakpastian
pada Triwulan II 2020 lebih baik dari prakiraan
pasar keuangan global mulai mereda pada
sebelumnya, ditopang oleh stimulus kebijakan
Triwulan II 2020, didukung sentimen positif atas
fiskal untuk mendorong konsumsi dan investasi.
berbagai respons kebijakan akomodatif yang
Perkembangan terkini mengindikasikan mulai
ditempuh di banyak negara dan melandainya
terlihatnya perbaikan ekonomi di beberapa
fatality rate. Berkurangnya ketidakpastian
negara, khususnya di Tiongkok, didorong
pasar keuangan tercermin pada perkembangan
berkurangnya dampak penyebaran pandemi
indikator indeks Economic Policy Uncertainty
COVID-19 dan besarnya stimulus kebijakan fiskal.
(EPU) dan Volatility Index (VIX) yang mulai
Sejalan dengan permintaan global yang lemah, menurun, meskipun masih pada level yang lebih
volume perdagangan dan harga komoditas tinggi dibandingkan periode sebelum COVID-19
dunia juga mengalami kontraksi yang cukup (Grafik 1.1.2). Ketidakpastian yang menurun ini
dalam. Kontraksi volume perdagangan dunia kemudian berdampak positif pada aliran modal
pada Triwulan I 2020 dipengaruhi oleh dampak ke negara berkembang yang mulai meningkat,
pandemi COVID-19 yang dominan di Tiongkok meskipun masih terbatas. Perkembangan ini
pada Februari 2020 dan dampak penyebaran kemudian mengurangi tekanan nilai tukar mata
pandemi di negara lainnya pada Maret 2020. uang negara berkembang, termasuk Indonesia
Sejalan dengan kontraksi perdagangan dunia, (Grafik 1.1.3). Perkembangan terkini pada Juli dan
harga komoditas secara keseluruhan mengalami Agustus 2020 menunjukkan ketidakpastian di
kontraksi hingga Mei 2020, meskipun harga pasar keuangan global masih tinggi, didorong
beberapa komoditas, seperti Crude Palm Oil oleh kekhawatiran terhadap terjadinya
(CPO), nikel dan kopi masih meningkat akibat gelombang kedua pandemi COVID-19, prospek
terbatasnya suplai dan gangguan cuaca. Harga pemulihan ekonomi global, dan kenaikan tensi
komoditas lainnya, terutama bahan tambang, geopolitik Amerika Serikat (AS)-Tiongkok.
mengalami penurunan seiring pelemahan

3 KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020


Bab 1: Kondisi Makrofinansial

Tabel 1.1.2 Harga Komoditas

2020
KOMODITAS 2018 2019
Tw I Tw II

Tembaga 6,7 -7,8 -7,8 -12,3

Batu Bara 2,5 -8,6 -8 -28,2

CPO -19,2 -2,3 33,3 14

Karet -16,8 12,4 -18,6 -22,7

Nikel 27,8 7,0 3,8 0

Timah 0,5 -7,5 -17,2 -20,4

Aluminium 7,4 -14,1 -5,8 -15,9

Kopi -15,4 -11,8 14,8 -2,8

Lainnya 1,2 -0,7 -2,1 -5,6

Indeks Harga Komoditas -2,8 -3,0 1,5 -10,4


Ekspor Indonesia

Minyak (Brent)** 71 64 51 31
**) Dalam USD/barel; komoditas lain (%,yoy)
Sumber: Bloomberg, diolah

Grafik 1.1.2 VIX dan EPU


Indeks Indeks
60 2.500

50 2.000
40
1.500
30
1.000
20
500
10

0 0
Agu-15

Agu-20
Okt-14

Apr-17

Des-18

Okt-19
Feb-18
Jun-16

I II III IV I II III IV I II III IV I II


2017 2018 2019 2020

VIX EPU Trade (Skala kanan) EPU AS (Skala kanan)


Sumber: Bloomberg, diolah, data s.d 31 Agustus 2020

Grafik 1.1.3 Tekanan Nilai Tukar Negara Berkembang


Indeks Indeks
104 100

102 Apresiasi USD vs Apresiasi USD vs 101


mata uang utama mata uang Asia
100 102

98 103

96 104

94 106

92 107

90 108
Jul Sep Nov Feb Apr Jun Agu Okt Nov Feb Apr Jun Agu

2018 2019 2020

Indeks Dolar
Indeks Dolar Asia (Skala kanan)-reverse order
Sumber: Bloomberg, diolah, data s.d 31 Agustus 2020

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020 4


Bab 1: Kondisi Makrofinansial

1.2 Dinamika Ekonomi Dan Keuangan tersebut tercermin dari melambatnya penyaluran
kredit dan meningkatnya risiko kredit RT.
Domestik

Penyebaran COVID-19 di Indonesia berdampak Portfolio rebalancing oleh investor di awal

pada terkontraksinya pertumbuhan ekonomi m e re b a knya COVI D -1 9 m e n i n g ka t ka n

domestik. PSBB untuk mencegah penyebaran ketidakpastian di pasar keuangan global dan

pandemi COVID-19 menyebabkan terbatasnya mendorong penyesuaian aliran dana dari negara

mobilitas manusia dan barang, yang kemudian berkembang ke aset keuangan dan komoditas

menurunkan permintaan domestik serta yang dianggap aman (safe haven assets). Hal

aktivitas produksi dan investasi. Pertumbuhan ini kemudian memberikan tekanan terhadap

ekonomi Triwulan II 2020 terkontraksi sebesar nilai tukar rupiah dan kinerja pasar keuangan

5,32% (yoy), setelah tumbuh melambat 2,97% domestik. Pada Maret 2020, nilai tukar rupiah

(yoy) pada Triwulan I 2020 (Tabel 1.2.1). Sementara melemah terhadap Dolar AS dengan volatilitas

itu, kontraksi ekspor tidak sebesar prakiraan, yang tinggi. Menurunnya kinerja pasar keuangan

didorong permintaan khususnya dari Tiongkok domestik tercermin dari peningkatan imbal hasil

atas beberapa komoditas ekspor seperti besi dan surat berharga di pasar obligasi dan koreksi pasar

baja, bijih logam, serta pulp dan wastepaper. saham yang cukup dalam.

Penyebaran COVID-19 menganggu aktivitas Sinergi kebijakan fiskal, moneter, makroprudensial

ekonomi domestik, termasuk kinerja korporasi. dan mikroprudensial yang ditempuh oleh otoritas

Permintaan global yang melemah dan tekanan dalam rangka pemulihan ekonomi nasional

harga komoditas membuat kinerja ekspor dan ditujukan untuk mengurangi dampak negatif

impor menurun sehingga aktivitas korporasi pun pandemi COVID-19 di sektor riil maupun sektor

menurun. Implementasi kebijakan penanganan keuangan. Formulasi kebijakan ini didasari oleh

pandemi berupa PSBB yang membatasi aktivitas asesmen forward looking terhadap transmisi dari

ekonomi domestik juga turut menekan penjualan dampak pandemi tersebut terhadap stabilitas

korporasi dan UMKM. makroekonomi dan stabilitas sistem keuangan.


Pemerintah mengeluarkan berbagai stimulus
Tekanan kinerja pada dunia usaha berdampak fiskal dan nonfiskal guna meminimalkan dampak
pada sektor RT, terutama kelompok menengah pandemi dan mendorong pemulihan ekonomi
ke bawah. Korporasi melakukan rasionalisasi biaya domestik. Dalam kaitan ini, Bank Indonesia turut
operasional maupun biaya investasi. Rasionalisasi berperan dalam pendanaan APBN 2020 melalui
biaya operasional berupa pengurangan tenaga pembelian SBN di pasar perdana, baik berdasarkan
kerja memengaruhi aktivitas dan kinerja RT. Hal mekanisme pasar maupun secara langsung,

Tabel 1.2.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran


Komponen 2018 2018 2019 2019 2020
I II III IV I II III IV I II
Konsumsi Rumah Tangga 4,96 5,17 5,00 5,08 5,05 5,02 5,18 5,01 4,97 5,04 2,83 -5,51
Konsumsi Lembaga Nonprofit 8,12 8,77 8,61 10,82 9,10 16,96 15,29 7,41 3,53 10,62 -5,09 -7,76
Melayani Rumah Tangga
Konsumsi Pemerintah 2,71 5,21 6,26 4,56 4,80 5,22 8,23 0,98 0,48 3,25 3,75 -6,90
Investasi (PMTDB) 7,92 5,81 6,92 6,01 6,64 5,03 4,55 4,21 4,06 4,45 1,70 -8,61
Investasi Bangunan 6,12 4,96 5,60 5,02 5,41 5,48 5,46 5,03 5,53 5,37 2,76 -5,26
Investasi Nonbangunan 13,56 8,33 10,73 8,96 10,31 3,69 1,96 1,95 -0,13 1,80 -1,46 -18,62
Ekspor 5,84 7,48 8,34 4,59 6,55 -1,58 -1,73 0,10 -0,39 -0,87 0,23 -11,66
Impor 12,46 14,94 13,77 7,11 11,88 -7,47 -6,84 -8,30 -8,05 -7,69 -2,19 -16,96
PDB 5,06 5,27 5,17 5,18 5,17 5,07 5,05 5,02 4,97 5,02 2,97 -5,32
Sumber: BPS, diolah

5 KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020


Bab 1: Kondisi Makrofinansial

sebagai bagian upaya mendukung percepatan Grafik 1.2.1 Apresiasi/Depresiasi Nilai Tukar
implementasi program Pemulihan Ekonomi Peers
Nasional (PEN), dengan tetap menjaga stabilitas Tw II 2020 vs Tw I 2020
BRL 0,06
makroekonomi. Selain itu, Bank Indonesia juga ZAR
-17,10
3,0
-14,51

mengeluarkan bauran kebijakan moneter, TRY -11,05


-3,48

INR 0,04

makroprudensial dan sistem pembayaran untuk


-4,65
IDR -4,53
14,42

memperkuat stabilitas makroekonomi, meredam MYR 0,92

KRW -2,16
1,30

volatilitas di pasar valas dan pasar keuangan, serta THB -2,15


6,22

mendukung ketahanan dan fungsi intermediasi SGD -1,89


1,87

CNY -1,52
0,12

perbankan. Merespons penurunan suku bunga EUR -0,09


1,70

PHP
kebijakan serta kondisi likuiditas perbankan,
1,76
0,76
JPY -0,14
1,29 %
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menetapkan -20 -15 -10 -5 0 5 10 15 20
penurunan tingkat bunga penjaminan. Otoritas Point-to-point Average
Sumber: Reuters, Bloomberg, diolah, data s.d. 30 Juni 2020
Jasa Keuangan (OJK) juga mengeluarkan berbagai
kebijakan yang bersifat pre-emptive baik di sektor
perbankan, pasar modal, dan Industri Keuangan Grafik 1.2.2 Yield SBN 10 tahun dan IHSG
Non-Bank (IKNB) untuk memberikan ruang bagi
masyarakat dan lembaga jasa keuangan yang
9,0 7.000
terdampak pandemi COVID-19 secara langsung 6.500
maupun tidak langsung. 8,5 6.000
5.500
8,0
5.000
Memasuki Triwulan II 2020, nilai tukar rupiah 4.500
7,5
dan kinerja pasar keuangan domestik menguat. 4.000
7,0 3.500
Rupiah mencatat apresiasi 14,42% secara point 3.000
6,5
to point pada Triwulan II 2020, dipengaruhi 2.500
6,0 2.000
aliran masuk modal asing ke pasar keuangan
Jan
Mar
Jun
Sep
Des
Jan
Mar
Jun
Sep
Des
Jan
Mar
Jun
Jan
Mar
Jun
Sep
Des

domestik yang cukup besar pada Mei dan Juni 2017 2018 2019 2020
2020 sejalan dengan meredanya ketidakpastian Yield SBN 10 tahun IHSG (Skala kanan)
Sumber: Reuters, Bloomberg, diolah, data s.d. 30 Juni 2020
pasar keuangan global dan prospek ekonomi
Indonesia yang tetap baik (Grafik 1.2.1). Imbal hasil
SBN mengalami tren penurunan sejalan dengan
penurunan BI7DRR, sementara IHSG mengalami
penguatan (Grafik 1.2.2).

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020 6


Bab 1: Kondisi Makrofinansial

Di tengah pelemahan pertumbuhan ekonomi, Tabel 1.2.2 Neraca Pembayaran Indonesia


stabilitas ekonomi Indonesia tetap terjaga. 2019* 2020
Komponen (Miliar Dolar)
Stabilitas eksternal tetap baik didukung oleh I II III IV Total I* II**
kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) Transaksi Berjalan -6,6 -8,2 -7,5 -8,1 -30,4 -3,7 -2,9
A, Barang 1,3 0,6 1,4 0,3 3,5 4,4 4,0
Triwulan II 2020 yang mencatat surplus 9,2 Miliar - Ekspor, fob 41,2 40,2 43,7 43,4 168,5 41,8 34,7
Dolar AS setelah mengalami defisit 8,5 Miliar - Impor, fob -39,9 -39,6 -42,3 -43,1 -164,9 -37,3 -30,7
Dolar AS pada Triwulan sebelumnya (Tabel 1.2.2). a, Non-Migas 2,9 3,1 2,7 3,2 12,0 5,8 3,3

Membaiknya kinerja NPI tersebut didukung b, Migas -2,1 -2,9 -2,1 -3,2 -10,3 -2,7 -0,8

oleh menurunnya defisit transaksi berjalan serta B, Jasa-jasa -1,6 -1,9 -2,3 -2,1 -7,7 -1,9 -2,2

C, Pendapatan Primer -8,1 -8,9 -8,4 -8,3 -33,8 -7,9 -6,2


besarnya surplus transaksi modal dan finansial.
D, Pendapatan Sekunder 1,8 2,0 1,8 2,0 7,6 1,7 1,4
Sementara itu, stabilitas internal yang tetap
Transaksi Modal dan Finansial 9,9 6,8 7,5 12,6 36,7 -3,0 10,5
terjaga tercermin pada perkembangan inflasi 1, Investasi Langsung 6,0 5,8 5,2 3,2 20,1 4,1 3,4

yang tetap rendah sejalan dengan lemahnya 2, Investasi Portofolio 5,2 4,6 4,9 7,1 21,7 -6,1 9,8

permintaan domestik akibat pandemi COVID-19, 3, Investasi Lainnya -1,4 -3,6 -2,7 2,4 -5,4 -0,7 -2,7

Neraca Keseluruhan 2,4 -2,0 0,0 4,3 4,7 -8,5 9,2


konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam Memorandum:
mengarahkan ekspektasi inflasi, dan stabilitas Cadangan Devisa 124,5 123,8 124,3 129,2 129,2 121,0 131,7
nilai tukar yang terjaga (Grafik 1.2.3). Dalam bulan Impor dan
pembayaran ULN Pemerintah
6,7 6,8 6,9 7,3 7,3 7,0 8,1

Transaksi Berjalan (%PDB) -2,5 -3,0 -2,6 -2,8 -2,7 -1,4 -1,2
Menurunnya kinerja korporasi dan RT
*angka sementara
menyebabkan terjadinya peningkatan risiko **angka sangat sementara
Sumber: Bank Indonesia, diolah
kredit. Non-performing loan (NPL) perbankan
meningkat sepanjang Semester I 2020 dan
Grafik 1.2.3 Perkembangan Inflasi
tercatat 3,11% pada akhir Juni 2020. NPL tersebut
% yoy
meningkat dibandingkan 2,53% pada akhir 8
Desember 2019 (Graf ik 1.2.4). Peningkatan 2,03
1,32
NPL dipicu kemampuan bayar sektor riil yang 1,03
4
menurun di tengah pertumbuhan kredit yang 1,09
terbatas pada masa pandemi. Namun demikian,
NPL bruto perbankan masih berada di bawah 0

threshold 5% karena didukung kebijakan relaksasi


restrukturisasi kredit yang digulirkan OJK.
-4
Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun
Likuiditas perbankan masih terjaga di tengah
2018 2019 2020
tingginya restrukturisasi kredit. Tebalnya IHK Inti Volatile Food Administered Prices
likuiditas perbankan tercermin dari rasio alat Sumber: BPS, diolah
likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) yang
tercatat 26,24% (yoy) di akhir Juni 2020, atau
Restrukturisasi kredit cenderung sudah melandai
meningkat dibandingkan akhir Desember 2019
pada akhir Semester I 2020.
yang sebesar 20,86% (Grafik 1.2.5). Meningkatnya
likuiditas perbankan ditopang peningkatan Pandemi COVID-19 berdampak pada profitabilitas
DPK, di tengah pertumbuhan kredit yang masih perbankan yang mengalami penurunan.
tertahan di masa pandemi. Besarnya likuiditas Penurunan profitabilitas perbankan tercermin
perbankan juga didukung oleh kebijakan QE dari ROA yang tercatat 1,92% pada akhir Juni
yang dilakukan Bank Indonesia, salah satunya 2020, lebih rendah dibandingkan Desember
melalui penurunan GWM Rupiah. Tingginya 2019 sebesar 2,44%. Penurunan laba perbankan
restrukturisasi kredit didominasi oleh kredit disebabkan pendapatan bunga kredit yang
UMKM dan korporasi (termasuk komersial). tergerus, tercermin pada Net Interest Margin
Lonjakan restrukturisasi kredit UMKM terjadi (NIM) yang turun dari 4,80% di akhir Desember
pada April 2020. Sementara restrukturisasi kredit 2019 menjadi 4,33% di akhir Juni 2020 (Grafik
korporasi meningkat signif ikan di Mei 2020. 1.2.6). Selain itu, pendapatan nonbunga juga

7 KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020


Bab 1: Kondisi Makrofinansial

Grafik 1.2.4 Risiko Kredit Perbankan


% %
3,4 1,7

3,2 3,11 1,5


3,0
1,18 1,3
1,16
2,8
1,1
2,6
0,9
2,4 2,53

2,2 0,7

2,0 0,5
Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun

2016 2017 2018 2019 2020


NPL Bruto NPL Neto (Skala kanan)
Sumber : OJK, diolah

Grafik 1.2.5 Likuiditas Perbankan

Triliun Rp %
1.700 1.642,99 35

1.500 1.251,47
30
1.300 26,24
1.100 25
900
20
700
500 20,86 15
300 10
10
100
Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun

2016 2017 2018 2019 2020


AL AL/DPK (Skala kanan)
Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 1.2.6 Profitabilitas Perbankan

%
6
4,80
5 4,33

3 2,44
1,92
2

0
Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun

2016 2017 2018 2019 2020


ROA Industri NIM Industri
Sumber : OJK, diolah

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020 8


Bab 1: Kondisi Makrofinansial

mengalami penurunan sebagai akibat kenaikan penyaluran kredit untuk menjaga kualitas kredit.
pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Pembiayaan perekonomian secara keseluruhan
Nilai (CKPN) seiring pelaksanaan restrukturisasi juga tumbuh melambat seiring pelemahan
kredit. pertumbuhan ekonomi yang terdampak pandemi
COVID-19.
Ketahanan permodalan tetap terjaga di tengah
meningkatnya risiko kredit dan tergerusnya Secara umum, pandemi COVID-19 memberikan
profitabilitas. Meskipun lebih rendah dibanding tekanan yang signifikan terhadap ketahanan dan
Desember 2019 yang tercatat 23,31%, Capital kinerja intermediasi sistem keuangan. Namun,
Adequacy Ratio (CAR) di akhir Juni 2020 tetap berbagai respons kebijakan yang dilakukan
tinggi, yakni 22,50% (Grafik 1.2.7). mampu menjaga stabilitas sistem keuangan
selama Semester I 2020. ISSK masih bertahan
Kinerja intermediasi perbankan tertahan karena
di zona Normal sepanjang Semester I 2020
masih lemahnya permintaan domestik dan
dan tercatat sebesar 0,78 di akhir Juni 20201
kehati-hatian perbankan akibat masih tingginya
(Grafik 1.2.8).
persepsi risiko. Perbankan selektif dalam

Grafik 1.2.7 Permodalan Perbankan


% Triliun Rp
24 7.000
23,31
24 6.000
23
22,50 5.000
23
4.000
22
3.000
22
2.000
21
21 1.000

20 0
Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun

2016 2017 2018 2019 2020


ATMR CAR Industri (Skala kanan) CAR Industri
Sumber : OJK, diolah

Grafik 1.2.8 Indeks Stabilitas Sistem Keuangan


3,0
2,5
2,0
Jun'20
1,5 0.78
1,0
0,5
0
-0,5
-1,0
I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I
1
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Ditengarai Krisis Normal ISSK
Sumber : Bank Indonesia, diolah

1 Sejak November 2019, Indeks Stabilitas Sistem Keuangan yang menjadi salah satu indikator yang digunakan untuk
memonitor stabilitas sistem keuangan diperbaharui dengan melakukan beberapa penguatan. Penguatan yang
dilakukan meliputi (1) perluasan cakupan indikator kinerja institusi keuangan dengan menambahkan indikator terkait
Perusahaan Pembiayaan (PP), (2) penyesuaian sub-indeks yang mencakup tiga aspek kinerja SSK, yakni Ketahanan,
Intermediasi dan Efisiensi, serta (3) penambahan aspek kontribusi risiko sistemik dari masing-masing bank.
Penguatan yang dilakukan ini diharapkan dapat membuat ISSK lebih representatif dan mampu menggambarkan
kinerja terkini dari sistem keuangan secara menyeluruh.

9 KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020


Bab 2: Kondisi Stabilitas
Sistem Keuangan

BAB 2

KONDISI
STABILITAS
SISTEM
KEUANGAN

Pandemi COVID-19 mendorong investor global terkontraksi mengakibatkan tekanan pada


melakukan rebalancing portfolio dengan konsumsi rumah tangga dan pertumbuhan
menjual aset berisiko dan beralih ke safe haven kredit rumah tangga. Risiko kredit rumah
assets. Perilaku risk-off ini menekan kinerja pasar tangga meningkat dan dilihat berdasarkan
keuangan dan pasar modal domestik, terutama pendapatannya, kemampuan bayar rumah
pada periode awal pandemi di Triwulan I 2020. tangga menurun terutama pada kelompok rumah
Memasuki Triwulan II 2020, tekanan di pasar tangga pendapatan rendah dan menengah.
keuangan dan pasar modal Indonesia mulai Meskipun demikian, rumah tangga masih
mereda seiring dengan mulai pulihnya optimisme memiliki simpanan yang cukup yang tercermin
investor sebagai dampak dari berbagai kebijakan dari gap simpanan dan kredit yang masih surplus
yang dikeluarkan oleh pemerintah, Bank hingga akhir Semester I 2020.
Indonesia, Lembaga Penjamin Simpanan, dan
Eksposur perbankan dan Industri Keuangan Non-
Otoritas Jasa Keuangan untuk menyelamatkan
Bank (IKNB) terhadap korporasi dan rumah tangga
perekonomian.
yang kinerjanya semakin menurun berdampak
Pandemi juga menyebabkan penurunan pada meningkatnya risiko kredit perbankan
permintaan global dan terhambatnya penawaran dan risiko pembiayaan IKNB di Semester I
bahan baku, sehingga menurunkan pertumbuhan 2020, namun masih berada pada tingkat yang
penjualan korporasi. Pelemahan kinerja penjualan terkendali. Program Pemulihan Ekonomi Nasional
menyebabkan profitabilitas korporasi mengalami (PEN) berupa kebijakan relaksasi restrukturisasi
tekanan, terutama korporasi menengah dan kredit membantu menahan kenaikan risiko
kecil. Kemampuan korporasi besar memenuhi kredit bank. Namun, perilaku risk averseness
kewajiban finansialnya masih cukup kuat dan perbankan dan IKNB serta wait-and-see korporasi
menjadi pendorong dalam proses pemulihan. berdampak pada rendahnya pertumbuhan
Dari sisi lapangan usaha, korporasi industri kredit dan pembiayaan di Semester I 2020. Di
manufaktur, serta yang terkait pariwisata yaitu tengah kontraksi pertumbuhan kredit, kondisi
perdagangan dan pengangkutan merupakan likuiditas perbankan membaik. Di samping
tiga lapangan usaha yang paling terdampak itu, uji ketahanan menunjukkan bahwa rasio
COVID-19 dan menjadi titik kerentanan yang perlu permodalan bank dan perusahaan pembiayaan
diwaspadai. saat ini cukup menahan kenaikan risiko kredit
dan pembiayaan pada kondisi makroekonomi
Tertahannya kinerja korporasi berdampak pada
yang severe. Ke depan, diperkirakan kondisi
penyerapan tenaga kerja dan penghasilan sektor
permodalan dan likuiditas perbankan dan IKNB
rumah tangga terutama kelompok menengah
tetap terjaga untuk mendukung peningkatan
ke bawah. Penghasilan rumah tangga yang
kegiatan intermediasi.

11 KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020


Bab 2: Kondisi Stabilitas
Sistem Keuangan

2.1 Portfolio Rebalancing Global Grafik 2.1.1 Perkembangan CDS Beberapa


Negara
dan Kondisi Pasar Keuangan (%, yoy)
350
Domestik 300

Pandemi COVID-19 mendorong investor global 250

melakukan rebalancing portfolio dengan 200


menjual aset berisiko dan beralih ke safe haven 150
assets. Perilaku risk-off ini menekan kinerja pasar 100
keuangan dan pasar modal domestik, terutama
50
pada periode awal pandemi di Triwulan I 2020.
0
Memasuki Triwulan II 2020, tekanan di pasar Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun

keuangan dan pasar modal Indonesia mulai 2017 2018 2019 2020
Indonesia Malaysia Thailand Filipina
mereda seiring dengan mulai pulihnya optimisme
Sumber: Bloomberg, diolah
investor sebagai dampak dari berbagai kebijakan

Jan
Mar
Mei
Jul
Sep
Nov
Jan
Mar
Mei
Jul
Sep
Nov
Jan
Mar
Mei
Jul
Sep
Nov
Jan
Mar
Jun
yang dikeluarkan oleh otoritas di sektor keuangan Grafik 2.1.2 Perkembangan Harga
untuk menyelamatkan perekonomian. Meski Safe Haven Assets
(%, yoy) (%, yoy)
demikian, kinerja pasar keuangan dan pasar 100 160
modal domestik belum pulih ke titik awal sebelum 98
150
96
terjadinya pandemi COVID-19.
94 140
92
Fenomena investor’s risk-off terjadi pada periode
90 130
awal pandemi COVID-19 di mayoritas bursa 88
120
Emerging Markets (EM) termasuk Indonesia. 86
84
Investor cenderung melepas mata uang 110
82
domestik, saham, dan surat berharga domestik 80 100
seiring meningkatnya persepsi risiko berinvestasi I II III IV I II III IV I II III IV I II
2017 2018 2019 2020
di negara EM (Grafik 2.1.1), serta beralih ke safe Indeks Dolar Emas (Skala kanan)
haven assets sehingga mendorong kenaikan Sumber: Bloomberg, diolah
harga emas dan nilai mata uang dolar (Grafik
Jan
Mar
Mei
Jul
Sep
Nov
Jan
Mar
Mei
Jul
Sep
Nov
Jan
Mar
Mei
Jul
Sep
Nov
Jan
Mar
Jun

2.1.2). Grafik 2.1.3 Netflow di Bursa Saham Negara


Kawasan
Miliar Dolar AS
Kondisi ini berdampak pada net outflow di pasar 5,0
saham EM (Graf ik 2.1.3) yang menyebabkan 4,0

peningkatan volatilitas nilai tukar mata uang 3,0


2,0
domestik dan harga saham di negara-negara
1,0
tersebut, terutama di Indonesia (Grafik 2.1.4 dan 0,0
2.1.5). Net outflow di pasar saham menyebabkan -1,0
-2,0
penurunan IHSG dan depresiasi nilai tukar rupiah
-3,0
terutama di Triwulan I 2020 (Grafik 2.1.6). -4,0
-5,0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun

2019 2020
Indonesia Malaysia Thailand Filipina
Sumber: Bloomberg, diolah

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020 12


Bab 2: Kondisi Stabilitas
Sistem Keuangan

Depresiasi nilai tukar menyebabkan peningkatan Grafik 2.1.4 Volatilitas Mata Uang Domestik
risiko pasar terutama bagi korporasi yang memiliki Negara Kawasan
utang luar negeri (ULN). Namun, potensi gagal %
30,00
bayar akibat kenaikan beban pembayaran utang
25,00
valas dapat ditekan dengan strategi lindung
nilai (hedging) yang dilakukan oleh mayoritas 20,00
korporasi. Pada Triwulan I 2020, sebanyak 73% dari 15,00
total 2.064 korporasi nonbank yang memiliki ULN
10,00
telah memenuhi rasio lindung nilai minimum1
untuk kewajiban valas yang akan jatuh tempo 5,00

hingga enam bulan ke depan. -


Mar Jun Sep Des Mar Jun

Korporasi juga berupaya menjaga kemampuan 2019 2020


Rupiah Ringgit Baht Peso
membayar utang valasnya dengan melakukan
Sumber: Bloomberg, diolah
reprofiling utang ke jangka yang lebih panjang.
Hal ini terlihat dari peningkatan pangsa ULN Grafik 2.1.5 Volatilitas Harga Saham Negara
yang jatuh tempo di atas satu tahun dari 80,83% Kawasan
di Semester II 2019 menjadi 82,39% di Semester I %
100
2020. Dengan demikian, pengelolaan kewajiban 90
valas yang dilakukan korporasi nonbank sudah 80
relatif baik. 70
60
Di pasar saham, net outflow asing terutama 50
40
terjadi di sektor properti, seiring melemahnya
30
permintaan masyarakat terhadap properti di 20
tengah pandemi COVID-19 (Grafik 2.1.7). Di pasar 10
0
obligasi, surat berharga negara (SBN) yang dilepas
06 Jan
13 Jan
20 Jan
27 Jan

01 Jun
08 Jun
15 Jun
22 Jun
29 Jun
06 Apr
13 Apr
20 Apr
27 Apr
03 Feb
10 Feb
17 Feb
24 Feb
09 Dec
16 Dec
23 Dec
30 Dec

02 Mar
09 Mar
16 Mar
23 Mar
30 Mar

04 May
11 May
18 May
25 May
02 Dec

oleh investor asing menyebabkan kenaikan yield


SBN (Grafik 2.1.8). SBN yang dilepas oleh investor 2019 2020
Indonesia Malaysia Thailand Filipina
asing dibeli oleh perbankan domestik. SBN masih Sumber: Bloomberg, diolah
menjadi alternatif investasi yang menarik bagi
perbankan di tengah kontraksi penyaluran kredit
Grafik 2.1.6 IHSG dan Nilai Tukar Rupiah
akibat rendahnya permintaan sektor riil terhadap
dalam Rupiah
pembiayaan dan meningkatnya kehati-hatian 7.000 17.000
16.500
perbankan dalam menyalurkan kredit (Tabel 2.1.1). 6.500
16.000
15.500
Memasuki Triwulan II 2020, perilaku risk-off 6.000
15.000
investor mulai mereda seiring dengan berbagai 5.500 14.500
kebijakan yang dikeluarkan oleh bank sentral 14.000
5.000
maupun pemerintah untuk memulihkan 13.500
13.000
perekonomian. Namun demikian, posisi IHSG, 4.500
12.500
nilai tukar rupiah, dan yield obligasi pemerintah 4.000 12.000
Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar
diakhir Semester I 2020 belum sepenuhnya pulih
2017 2018 2019 2020
ke posisi sebelum terjadinya pandemi COVID-19. IHSG Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar (Skala kanan)
Sumber: Bloomberg, diolah

1 Peraturan Bank Indonesia 16/21/PBI/2014 mewajibkan korporasi nonbank yang memiliki utang luar negeri untuk
memenuhi rasio lindung nilai minimum sebesar 25% dari selisih negatif antara aset valas dan kewajiban valas yang
akan jatuh waktu hingga: (i) tiga bulan; dan (ii) tiga hingga enam bulan ke depan.

13 KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020


Bab 2: Kondisi Stabilitas
Sistem Keuangan

Grafik 2.1.7 Outflow Sektoral Saham Grafik 2.1.8 Perkembangan Yield Obligasi
Negara

-7,11 Properti %
9
-4,66 Infrastruktur
8
-3,58 Keuangan
7
-2,57 Perdagangan 6
-1,36 Industri Dasar 5
-1,29 Konsumsi 4
-0,79 Aneka Industri 3

-0,58 Pertambangan 2

-0,05 Pertanian 1
0 Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
-8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0
2019 2020
Triliun Rp
Indonesia Malaysia Thailand
Sumber: Bloomberg, diolah
Sumber: Bloomberg, diolah

Tabel 2.1.1 Perkembangan Kepemilikan SBN

Sem II 2020
Sem I 2019 Sem II 2019 Sem III 2019
Institusi Pertumbuhan Pertumbuhan Pangsa
(Triliun Rp) (Triliun Rp) (Triliun Rp) Outstanding
(ytd) (yoy)

Bank: 589 581 763 1.034 78% 76% 32%


Bank Indonesia 154 262 255 208 -21% 35% 7%
Non-Banks: 1.788 1.909 1.815 1.956 2% 9% 61%
Reksadana 107 131 129 136 4% 28% 4%
Asuransi 213 215 226 278 29% 31% 9%
Asing 989 1.062 927 937 -11,8% -5,2% 29,3%
Dana Pensiun 237 257 272 230 -10% -3% 7%
Individu 77 81 87 93 14% 20% 3%
Lain-lain 166 163 173 282 73% 70% 9%
Total 2.531 2.753 2.833 3.199 16,20% 16,23% 100%
Sumber: KSEI, diolah

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020 14


Bab 2: Kondisi Stabilitas
Sistem Keuangan

2.2 Dinamika Korporasi dan Grafik 2.2.1.1 Penjualan Korporasi Terbuka


Berdasarkan Ukuran Aset
Rumah Tangga di Masa
(%, yoy)
Pandemi COVID-19 50
40

2.2.1 Kinerja dan Ketahanan Korporasi 30


20

Pandemi COVID-19 menyebabkan berbagai 10


-1,52
0
negara mengalami pertumbuhan ekonomi
-10 -20,49
negatif pada Semester I 2020, khususnya pada -21,83
-20 -23,87
Triwulan II. Akibatnya, perdagangan internasional -28,21
-30
mengalami penurunan volume yang signifikan I II III IV I II III IV I II III IV I II*
2017 2018 2019 2020
melanjutkan pelemahan perdagangan global Agregat Kecil Menengah Besar
yang telah berlangsung sejak tiga tahun terakhir *) angka sementara, data realisasi 494 korporasi
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan Tbk, diolah
akibat perang dagang antara Amerika Serikat
(AS) dan Tiongkok. Sebagaimana telah diulas
pada Bab I, penurunan tersebut berdampak pada
permintaan atas komoditas ekspor Indonesia. Grafik 2.2.1.2 Perkembangan Asset Turnover
Korporasi
Penurunan penjualan ekspor ini secara langsung
1
meningkatkan kerentanan di sektor korporasi
nonkeuangan (selanjutnya disebut korporasi), 0,9
0,88
karena penjualan ekspor masih merupakan
0,8
0,81
salah satu sumber pendapatan utama korporasi
di Indonesia. 0,7 0,67
0,60
0,6
Selain penurunan ekspor, korporasi mengalami
tekanan atas penjualan domestik sebagai akibat 0,5
0,57

menurunnya mobilitas masyarakat selama I II III IV I II III IV I II III IV I II*


2017 2018 2019 2020
pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Agregat Kecil Menengah Besar
hampir semua daerah di Indonesia hingga *) angka sementara, data realisasi 494 korporasi
Sumber: Bursa Efek Indonesia (BEI), diolah
akhir Triwulan II 2020. Secara agregat, kinerja
penjualan domestik masih terkontraksi dari level
-1,52% (yoy) pada Triwulan IV 2019 dan merosot pengetatan prosedur karantina kesehatan,
tajam menjadi -21,83% (yoy) pada Triwulan II 2020 dan inspeksi keamanan keluar-masuk wilayah
dengan dampak penurunan yang lebih dalam kepabeanan di berbagai negara mitra, terutama
pada korporasi kecil dan menengah sebesar Tiongkok, menyebabkan terhambatnya pasokan
-23,87% (yoy) dan -28,21% (yoy)2 (Grafik 2.2.1.1). bahan baku produksi. Akibatnya, kinerja produksi
semakin tertekan pada Triwulan II 2020. Indikator
Korporasi juga menghadapi permasalahan di sisi
asset turnover (ATO) turun dari 0,67 pada akhir
penawaran. Pandemi COVID-19 menyebabkan
2019, menjadi 0,60 pada Triwulan II 2020 (Grafik
disrupsi pada rantai pasokan global (global
2.2.1.2). Sejalan dengan itu, inventory turnover
supply chain). Pembatasan lalu lintas barang
(ITO) juga turun dari 6,08 pada akhir 2019, menjadi
dan manusia di awal masa pandemi, serta
5,59 pada Triwulan II 2020 (Grafik 2.2.1.3).

2 Klasifikasi korporasi besar, menengah, dan kecil berdasarkan pangsa aset korporasi pada 2019. Korporasi dengan
aset lebih besar dari persentil 75 adalah korporasi besar, persentil 50-75 adalah korporasi menengah, dan di bawah
persentil 50 adalah korporasi kecil.

15 KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020


Bab 2: Kondisi Stabilitas
Sistem Keuangan

Pelemahan kinerja penjualan akibat penyebaran Grafik 2.2.1.3 Perkembangan Inventory


wabah COVID-19 menyebabkan prof itabilitas Turnover Korporasi
korporasi mengalami tekanan. Secara agregat, 7
ROA tergerus signifikan dari 4,00% pada Triwulan
6,5 6,08
IV 2019, menjadi 2,91% pada Triwulan II 2020
6
(Grafik 2.2.1.4). Sejalan dengan penurunan ROA, 5,63
pemilik modal dan investor juga menerima 5,5

tingkat imbal hasil yang semakin menurun yaitu 5 5,59


5,51
8,51% pada Triwulan IV 2019 menjadi 6,33% pada 5,21
4,5
Triwulan II 2020 (Grafik 2.2.1.5). Berdasarkan kedua
4
rasio tersebut, profitabilitas korporasi kecil dan I II III IV I II III IV I
II III IV I II*
menengah mengalami tekanan lebih dalam 2017 2018 2019 2020
Agregat Kecil Menengah Besar
dibandingkan dengan korporasi besar. Kinerja
*) angka sementara, data realisasi 494 korporasi
korporasi besar cenderung lebih resilien karena Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan Tbk, diolah
memiliki lini usaha yang terdiversif ikasi dan
pangsa pasar yang besar (sebagai market leader),
serta dukungan grup usaha yang kuat.

Grafik 2.2.1.4 Perkembangan Grafik 2.2.1.5 Perkembangan


ROA Korporasi ROE Korporasi
%
7 %
6 15
5 4,00
4 3,21 10 8,51
3 7,08
2,91
2 5 6,33
2,17
1 4,33
0
0
-1
-1,07
-2 -2,19
-5
-3
-4
I II III IV I II III IV I II III IV I II* -10
2017 2018 2019 2020 I II III IV I II III IV I II III IV I II*
Agregat Kecil Menengah Besar 2017 2018 2019 2020
Agregat Kecil Menengah Besar
*) angka sementara, data realisasi 494 korporasi
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan Tbk, diolah *) angka sementara, data realisasi 494 korporasi
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan Tbk, diolah

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020 16


Bab 2: Kondisi Stabilitas
Sistem Keuangan

Kemampuan menciptakan imbal hasil Grafik 2.2.1.6 Belanja Modal Korporasi Terbuka
pada Semester I 2020 yang turun signif ikan
Capex (%yoy)
menyebabkan korporasi melakukan evaluasi 120
dan menyesuaikan keputusan investasi jangka 100
80
panjangnya, tercermin dari rasionalisasi belanja
60
modal pada laporan keuangan interim. Secara 40
agregat, korporasi mengurangi besarnya belanja 20 2,92
-10,86
modal hingga -24,01% (yoy) pada Triwulan II 2020. 0
-20 -24,01
Sesuai dengan profitabilitasnya yang tertekan -24,97
-40
dalam, dibandingkan dengan kelompok korporasi -60
-40,96

lain, belanja modal korporasi kecil turun paling I II III IV I II III IV I II III IV I II*
2017 2018 2019 2020
dalam hingga -40,96% (yoy) pada akhir Semester
Agregat Kecil Menengah Besar
I 2020 (Grafik 2.2.1.6). *) angka sementara, data realisasi 494 korporasi
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan Tbk, diolah
Pelemahan kinerja korporasi juga berdampak
pada kemampuan korporasi untuk memenuhi
kewajiban finansialnya. Sebanyak 50% korporasi Grafik 2.2.1.7 Kemampuan Bayar Korporasi
memiliki Interest Coverage Ratio (ICR) di bawah Terbuka
0,47 pada akhir Triwulan II 2020, jauh memburuk ICR (median)
4,5
dibandingkan akhir 2019 yang masih berada pada 4
level 2,32. Korporasi besar relatif cukup resilien 3,5
3
karena 50% korporasi besar masih memiliki ICR 2,5
di atas 1,26 (Grafik 2.2.1.7). 2 2,32
1,5
1,26
1
Dari sisi lapangan usaha, beberapa sektor masih 0,52
0,5
0,47
dapat mempertahankan kinerja penjualan positif 0
-0,26
pada Triwulan I 2020, yaitu pertanian, jasa dunia -0,5
I II III IV I II III IV I II III IV I II*
usaha, jasa sosial, dan perdagangan (Tabel 2.2.1.1). 2017 2018 2019 2020
Agregat Kecil Menengah Besar
Namun pada Triwulan II, hampir seluruh sektor
*) angka sementara, data realisasi 494 korporasi
mengalami kontraksi penjualan, kecuali pertanian Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan Tbk, diolah
yang mampu mempertahankan kinerja penjualan
positif 13,35% (yoy), sejalan dengan pergeseran
masa panen raya ke awal Triwulan II 2020. Industri
manufaktur, perdagangan, serta pengangkutan hunian hotel. Tingkat hunian nasional umumnya
merupakan tiga sektor yang paling terdampak berada di atas 50% dalam tiga tahun terakhir,
COVID-19 dan menjadi titik kerentanan yang perlu namun sejak Maret 2020, tingkat hunian merosot
diwaspadai, mengingat PSBB menyebabkan signif ikan. Pada Juni 2020, tingkat hunian
terbatasnya mobilitas manusia dan barang yang nasional hanya mencapai 19,7%. Sementara itu,
kemudian menurunkan permintaan domestik, hotel-hotel di Provinsi Bali dan DKI Jakarta yang
serta aktivitas produksi dan investasi pada ketiga secara historis memiliki tingkat hunian yang solid,
sektor tersebut. pasca pelonggaran PSBB pada Juni 2020, hanya
membukukan tingkat hunian kamar masing-
Sektor pariwisata terdampak karena pembatasan masing 2,07% dan 26,47% (Grafik 2.2.1.9).
mobilitas manusia selama pandemi COVID-19,
tercermin pada kinerja lapangan usaha Dengan pemburukan kinerja, kemampuan bayar
perdagangan dan pengangkutan. Data korporasi juga terkontraksi pada Semester I 2020.
kedatangan pelawat mancanegara menunjukkan Seluruh lapangan usaha mengalami penurunan
penurunan yang tajam dari total 4,03 juta pelawat kemampuan bayar jika dilihat berdasarkan ICR.
pada Triwulan IV 2019, menjadi hanya 483 ribu Hampir seluruh sektor memiliki median ICR di
pelawat pada Triwulan II 2020 (Grafik 2.2.1.8). bawah satu. Hanya sektor pertambangan yang
Penurunan tersebut berdampak pada tingkat relatif resilien dengan 50% korporasinya memiliki
ICR di atas 1,68.

17 KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020


Bab 2: Kondisi Stabilitas
Sistem Keuangan

Pandemi COVID-19 juga memengaruhi UMKM bidang pertanian (34%), diikuti makanan olahan
sebagai value chain korporasi. Berdasarkan survei (26,1%), kerajinan dan fashion (29,9%), serta ekspor
daring yang dilakukan Bank Indonesia kepada 935 (10%). Sebanyak 76,4% UMKM binaan dan mitra
UMKM binaan dan mitra Bank Indonesia pada Bank Indonesia belum membutuhkan kredit
akhir Triwulan II 2020, sebanyak 71,5% UMKM baru atau tidak mengajukan restrukturisasi
mengalami penurunan kinerja dengan 56% kredit. Sebagian besar UMKM masih memiliki
mengalami penurunan penjualan, 35% kesulitan arus dana yang cukup baik atau lebih memilih
modal, dan 50% kesulitan bahan baku. UMKM menggunakan dana simpanan/modal sendiri.
binaan dan mitra yang mampu bertahan di masa
pandemi COVID-19 paling banyak bergerak di

Tabel 2.2.1.1 Kinerja Keuangan Korporasi berdasarkan Lapangan Usaha

Pertumbuhan Penjualan (%) Pertumbuhan Belanja Modal (CAPEX) (%) ICR (Median)
No. Sektor Tw IV Tw I Tw II Tw IV Tw I Tw II Tw IV Tw I Tw II Tw IV Tw I Tw II Tw IV Tw I Tw II Tw IV Tw I Tw II
18 19 19 19 20 20* 18 19 19 19 20 20* 18 19 19 19 20 20*

1 Pertanian 0,51 5,75 (8,36) 1,02 7,88 13,35 (35,93) 20,00 14,64 27,44 (15,56) (26,66) (0,11) 0,95 (0,65) 1,18 0,95 0,11
2 Pertambangan 24,31 9,51 16,88 (4,43) (3,17) (21,95) 9,21 7,13 (6,50) 8,23 (22,08) (30,64) 1,88 2,24 3,44 2,17 3,99 1,68
3 Industri 16,21 6,68 4,20 (2,96) (4,22) (19,11) 51,49 11,29 10,35 (23,91) (31,23) (40,86) 2,81 2,69 1,93 2,33 2,26 0,70
4 Listrik, Gas dan Air (19,25) (1,26) (1,97) (0,21) (0,81) (29,48) (46,50) (36,94) (41,42) (62,46) (35,94) (17,23) 1,34 5,17 5,44 (0,75) 4,63 (0,89)
5 Konstruksi (5,70) (8,80) (15,77) (9,54) (22,41) (38,41) (23,16) (13,00) (43,94) (3,48) (14,03) (17,95) 2,61 2,16 1,25 2,70 0,87 0,21
6 Perdagangan 12,95 8,97 2,73 1,84 0,42 (27,30) 61,17 35,19 (1,94) (32,57) (37,03) (28,46) 2,45 1,59 1,63 2,79 0,94 (0,51)
7 Pengangkutan 1,11 9,68 9,38 2,29 (4,07) (22,71) (19,41) 14,24 31,34 82,37 4,02 4,51 0,73 1,79 2,18 1,46 1,42 0,63
8 Jasa dunia Usaha 9,63 9,80 19,58 21,43 7,50 (23,89) 24,90 (10,09) (31,54) (65,33) (48,07) (8,18) 2,33 2,79 2,67 3,77 1,94 0,10
9 Jasa Sosial 23,60 14,79 10,40 10,29 0,91 (17,46) (47,78) (24,50) (42,45) (21,43) (31,29) (42,90) 3,61 2,40 4,36 5,05 2,95 0,41
Agregat 10,79 6,38 4,03 (1,52) (3,81) (21,83) 1,02 6,82 0,64 2,92 (20,76) (22,03) 2,33 2,21 1,81 2,32 1,70 0,47

*) angka sementara, data realisasi 494 korporasi


Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan Tbk, diolah. Data realisasi 494 korporasi

Grafik 2.2.1.8 Perkembangan Kedatangan Grafik 2.2.1.9 Perkembangan Tingkat Hunian


Pelawat Mancanegara Kamar pada Hotel Berbintang

Ribu Orang (%, yoy)


5.000 90
4.025
4.500 80
4.000 70
2.616,4
3.500
60
3.000
50
2.500 3.191,2
40
2.000
1.500 30 26,47
1.974,4 483
1.000 20 19,7
500 10 2,07
7,3
0 0
I II III IV I II III IV I II III IV I II* Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun
2017 2018 2019 2020 2017 2018 2019 2020
Total Pelawat Mancanegara 19 Pintu Masuk Utama DKI Jakarta Indonesia Bali
*) angka sementara, data realisasi 494 korporasi Sumber: BPS, diolah
Sumber: SEKI, diolah

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020 18


Bab 2: Kondisi Stabilitas
Sistem Keuangan

Boks 2.2.1. Restrukturisasi Baru dalam Menjaga Kondisi Likuiditas dan


Kemampuan Membayar Korporasi

Sebagai dampak penyebaran COVID-19 Grafik B2.2.1.1 Restrukturisasi Kredit


dan perluasan PSBB, sejumlah korporasi Berdasarkan Ukuran Korporasi
telah memanfaatkan fasilitas restrukturisasi % Total Kredit Setiap Ukuran
35
sesuai POJK No.11/POJK.03/2020. Hal tersebut 31,3
30
terkonfirmasi dari peningkatan kredit yang 25,1
25
direstrukturisasi semenjak akhir Triwulan I 2020
20 18,8
dan semakin meningkat hingga akhir Triwulan
14,2 13,9 14,4 15,0 15,1
15
II 2020 (Grafik B2.2.1.1). Dari sisi besarnya aset 11,2 11,1 11,6
9,7
perusahaan, korporasi dengan aset di bawah 10
7,1
Rp2 Triliun mengalami peningkatan kredit 5 3,0 3,0 3,3 4,1 4,8

restrukturisasi terbesar. Sedangkan secara 0


Januari Februari Maret April Mei Juni
sektoral, restrukturisasi yang diajukan oleh
Kecil (Aset < Rp2T) Menengah (Rp2-7T) Besar ( Aset > Rp7T)
korporasi penyedia kebutuhan tersier seperti
Sumber: OJK, diolah
konstruksi, perdagangan, transportasi, jasa
dunia usaha, serta industri yang memasok Grafik B2.2.1.2 Restrukturisasi Kredit
kebutuhan tersier nonkesehatan mengalami Berdasarkan Sektor
peningkatan (Graf ik B2.2.1.2). Di satu sisi, Triliun Rp
30
korporasi berbasis komoditas, penyedia
25
produk makanan, kesehatan, listrik, dan sarana
20
telekomunikasi masih cukup resilien.
15

Di tengah meningkatnya kebutuhan 10

restrukturisasi tersebut, stabilitas sistem 5

keuangan berada dalam zona aman. Secara 0

umum, fasilitas restrukturisasi tambahan


Pertanian

Pertambangan

Industri

LGA

Konstruksi

Perdagangan

Pengangkutan

Jasa
Dunia Usaha

Jasa Sosial

-5

banyak diajukan oleh korporasi kecil pada


berbagai kondisi kemampuan membayar Januari Februari Maret April Mei Juni
dan likuiditas. Di satu sisi, korporasi beraset Sumber: OJK, diolah

besar cenderung telah memiliki fasilitas


restrukturisasi kredit, memiliki buffer
terlihat pada Kuadran III. Meski demikian,
aset yang cukup, serta menjaga reputasi
korporasi berkemampuan membayar rendah
perusahaan. Hasil pemetaan rasio lancar
dan kemudian mengajukan penambahan
terhadap kemampuan bayar korporasi
restrukturisasi cenderung tidak menghadapi
dengan data Juni 2020 menunjukkan bahwa
permasalahan likuiditas yang nampak pada
mayoritas perusahaan dengan kemampuan
Kuadran IV. Hal ini mengindikasikan fasilitas
membayar tinggi tidak mengajukan fasilitas
penundaan pembayaran kewajiban yang akan
restrukturisasi baru terlihat pada Kuadran
jatuh tempo dalam waktu dekat memberikan
I dan Kuadran II. Di satu sisi, prinsip kehati-
ruang bagi korporasi dengan aset kecil untuk
hatian tetap diutamakan oleh sistem
menjaga likuiditas dalam zona aman (Grafik
perbankan. Hal ini terlihat dari rendahnya
B2.2.1.3).
pemanfaatan restrukturisasi baru pada
korporasi dengan kondisi likuiditas dan
kemampuan membayar yang rendah,

19 KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020


Bab 2: Kondisi Stabilitas
Sistem Keuangan

Grafik B2.2.1.3 Sebaran Kedit Restrukturisasi Berdasakan Rasio Lancar


dan Kemampuan Bayar Korporasi
9,0
Interest Coverage Ratio (ICR)

Kuadran II Kuadran I
Kurang Lancar Lancar
7,5 Kemampuan Membayar Tinggi Kemampuan Membayar Tinggi

6,0

4,5

Besar Lingkaran adalah


3,0 Aset Perusahaan
Korporasi yang sudah
1,5
Restrukturisasi sejak Des'19 -
Posisi Juni'20 (48 Korporasi)
0,0
Korporasi yang baru melakukan
Restrukturisasi pada Jun'20 (69
-1,5 Korporisasi) - dibandingkan
Des'19
-3,0

-4,5 Kuadran III Kuadran IV


Kurang Lancar Lancar
Kemampuan Membayar Rendah Kemampuan Membayar Rendah
-6,0
-0,5 1,0 2,5 4,0
Current Ratio/Rasio Lancar
Sumber: Bank Indonesia & Laporan Keuangan Korporasi Terbuka, diolah

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020 20


Bab 2: Kondisi Stabilitas
Sistem Keuangan

2.2.2 Kinerja dan Ketahanan Rumah penurunan indeks ketersediaan lapangan


kerja, penurunan jumlah iklan lowongan kerja,
Tangga
serta tingginya kerentanan ketenagakerjaan
Tertahannya kinerja korporasi turut berdampak melalui pemberitaan di media massa meskipun
pada penyerapan tenaga kerja dan penghasilan cenderung membaik pada Juni 2020, setelah
sektor rumah tangga, terutama rumah tangga pelonggaran PSBB (Grafik 2.2.2.2). Shock pada
kelompok menengah ke bawah. Sektor usaha ketenagakerjaan turut memengaruhi penurunan
yang mengalami penurunan penyerapan tenaga pendapatan rumah tangga, sehingga menekan
kerja paling dalam berasal dari sektor industri indeks penghasilan masyarakat di semua sektor,
pengolahan, diikuti perdagangan, hotel, dan terutama industri pengolahan dan sektor
restoran, serta jasa-jasa (Grafik 2.2.2.1). Penurunan perdagangan, serta hotel, dan restoran.
penyerapan tenaga kerja tersebut selaras dengan

Grafik 2.2.2.1 Penyerapan Tenaga Kerja per Sektor


Indeks Indeks
4 10
Optimis

Optimis
2 5

0 0

-2 -5
Jasa-Jasa
Pesimis

Pesimis
-4 -2,75 -10
Perdagangan, Hotel
& Restoran
-6 -4,72 -15

-8 Industri Pengolahan -20


-7,97
-22,35
-10 -25
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2017 2018 2019 2020

Total (Skala kanan) Pertanian & Perikanan


Pertambangan Industri Pengolahan
Listrik, Gas & Air Bersih Konstruksi
Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi
Keuangan & Real Estate Jasa-Jasa
Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 2.2.2.2 Perkembangan Indikator Penghasilan,


Ketersediaan Lapangan Kerja, dan Ketenagakerjaan
Indeks Indeks
160 600

140
Optimis

Rata-rata
500
Penghasilan Q1
120 115,17
400
100
360,13
80 300
Rata-rata
Pesimis

60 Penghasilan Q2
200
53,71
40 39,09 46,79
100
20 24,48
0 0
I II III IV I II III IV I II III IV I II Jan Feb Mar Apr Mei Jun
2017 2018 2019 2020 2020
Penghasilan saat ini Ketersediaan Lap. Kerja
Job Vacancy Kerentanan Tenaga Kerja (Skala kanan)

Sumber: Bank Indonesia, diolah

21 KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020


Bab 2: Kondisi Stabilitas
Sistem Keuangan

Turunnya penyerapan tenaga kerja dan Dampak meluasnya pandemi terhadap


te r te ka n nya penghasilan m a sya ra ka t perlambatan kredit rumah tangga makin
memengaruhi perubahan perilaku konsumsi teramplifikasi setelah memasuki PSBB. Kredit
rumah tangga selama pandemi. Melemahnya konsumsi debitur perseorangan mencatatkan
permintaan rumah tangga selama PSBB penurunan dari 8,07% (yoy) pada akhir 2019
hingga menjelang “normal baru” tercermin dari menjadi 2,99% (yoy) pada akhir Semester I 2020
terkontraksinya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) (Grafik 2.2.2.4). Penurunan kredit terjadi pada
yang menggambarkan keyakinan konsumen seluruh jenis kredit konsumsi rumah tangga
terhadap kondisi perekonomian saat ini. dengan kontribusi penurunan tertinggi berasal
Kontraksi IKK dipengaruhi oleh penurunan dua dari kredit kendaraan bermotor (KKB) sebesar
komponen pembentuknya yaitu Indeks Kondisi -1,10% (yoy). Sementara itu, kredit multiguna yang
Ekonomi (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen memiliki pangsa kredit rumah tangga tertinggi
(IEK). Selain itu, tertahannya permintaan rumah (sebesar 45,22%), mengalami perlambatan dari
tangga juga dikonfirmasi dari penurunan Indeks 5,27% (yoy) pada akhir 2019 menjadi 3,31% (yoy)
Penjualan Riil (IPR) selama Semester I 2020 (Grafik pada akhir Semester I 2020.
2.2.2.3).

Grafik 2.2.2.3 Perkembangan Indikator Keyakinan Konsumen dan Penjualan Riil


Indeks Indeks
160 250

140
Optimis

193,57
200
120 Rata-rata 121,80
IKK Q1
100 117,70 150
80 Rata-rata
IKK Q2 83,78
Pesimis

60 82,14 100

40 45,75
50
20

0 0
I II III IV I II III IV I II III IV I II Jan Feb Mar Apr Mei Jun
2017 2018 2019 2020 2020
IKK IKE IEK IPR (Skala kanan)

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 2.2.2.4 Perkembangan Kredit Konsumsi Debitur Perseorangan

%, kontribusi yoy %, yoy


7 14
6 5,80 12
5,27
5 11,00 10
8,07
4 4,76 8
3,31
3 6
2,95
2 2,99 4
1 0,62 2
1,19
0 0
0,01
-1 -2
-1,10
-2 -4
I II III IV I II III IV I II III IV I II Jan Feb Mar Apr Mei Jun
2017 2018 2019 2020 2020
Total RT (Skala kanan) Peralatan RT KPR
RT Lainnya KKB Multiguna
Sumber: Bank Indonesia, diolah

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020 22


Bab 2: Kondisi Stabilitas
Sistem Keuangan

Tekanan pada rumah tangga mengakibatkan baru” pada Juni 2020. Kenaikan LaR khususnya
penurunan kemampuan bayar dari debitur pada jenis KPR untuk Ruko/Rukan dan rumah
perseorangan. Di tengah pertumbuhan kredit tapak tipe 22 s.d. 70. Sejalan dengan kenaikan
yang melambat, risiko kredit rumah tangga tersebut, rasio NPL kredit rumah tangga juga
meningkat cukup signifikan seiring meningkatnya mengalami kenaikan pada level yang terjaga dari
Loan at Risk (LaR) dari Rp102,11 Triliun pada 1,68% pada akhir 2019 menjadi 2,32% pada akhir
akhir 2019 menjadi Rp216,96 Triliun pada akhir Semester II 2020 (Tabel 2.2.2.1 dan Tabel 2.2.2.2).
Semester I 2020 (Grafik 2.2.2.5). Kenaikan LaR yang Kenaikan risiko kredit tertinggi berasal dari KPR
mencapai dua kali lipat didorong oleh lonjakan khususnya Ruko/Rukan yang paling terdampak
dari restrukturisasi kredit kualitas satu sejak awal dari PSBB meskipun secara pangsa kredit relatif
PSBB pada April 2020 hingga memasuki “normal tidak signifikan.

Grafik 2.2.2.5 Perkembangan LaR dan NPL Debitur Perseorangan

Triliun Rp Rasio (%)


250 5
216,96

200 4

88,23
126,63
150 3

122,83
102,11
2,32
100 2

1,95
50 1,68 1

111,64
34,83

0 0
I II III IV I II III IV I II III IV I II Jan Feb Mar Apr May Jun
2017 2018 2019 2020 2020
Kol.1 Kol.>2 Kol.>2 LaR NPL (Skala kanan)
Restrukturisasi Restrukturisasi Non Restrukturisasi
Sumber: Bank Indonesia, diolah

Tabel 2.2.2.1 Perkembangan LaR dan NPL Jenis KPR

Kol.1 Restrukturisasi LaR NPL


(Rp Triliun) (%) (%)
Jenis KPR
2019 2020 2019 2020 2019 2020
TW IV TW I TW II TW IV TW I TW II TW IV TW I TW II
Rumah Tipe <22 0,41 0,58 4,30 8,04 11,60 10,53 2,26 2,90 3,55
Rumah Tipe 22 s.d 70 5,53 6,12 39,68 8,27 11,03 11,36 1,81 1,98 2,38
Rumah Tipe >70 1,81 1,49 19,10 7,27 9,48 9,98 2,63 2,95 4,02
Apartemen Tipe <22 0,02 0,01 0,07 6,71 5,98 6,48 2,02 1,98 2,15
Apartemen Tipe 22 s.d 70 0,08 0,09 1,03 5,73 7,66 8,51 1,34 1,60 2,00
Apartemen Tipe >70 0,03 0,05 1,05 6,24 8,38 9,14 1,01 1,90 3,02
Ruko/Rukan 0,52 0,35 3,99 9,67 11,92 13,07 4,95 5,05 6,42
Sumber: Bank Indonesia, diolah

23 KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020


Bab 2: Kondisi Stabilitas
Sistem Keuangan

Tabel 2.2.2.2 Perkembangan LaR dan NPL Debitur Perseorangan per Subsektor

Kol.1 Restrukturisasi LaR NPL


(Rp Triliun) (%) (%)
Jenis KPR
2019 2020 2019 2020 2019 2020
TW IV TW I TW II TW IV TW I TW II TW IV TW I TW II
KKB 0,13 0,15 13,00 10,87 13,29 24,25 1,33 1,56 2,86
KPR 8,39 8,70 69,22 11,64 14,28 24,66 2,62 2,99 3,31
Multiguna 4,35 4,30 27,15 3,83 4,76 8,57 0,97 1,19 1,37
Peralatan RT 0,07 0,05 0,38 4,63 6,53 12,04 1,33 1,76 2,71
RT Lainnya 0,69 0,60 1,89 5,01 6,16 8,85 1,19 1,28 1,71
Total 13,63 13,80 111,64 7,76 9,53 16,65 1,68 1,95 2,32

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Dilihat berdasarkan klasif ikasi pendapatan peningkatan terutama pada kelompok


rumah tangga, tekanan pada kemampuan bayar pendapatan menengah. Secara total, rasio DTI
rumah tangga terlihat terutama pada kelompok mengalami kontraksi pada Mei 2020 terutama
pendapatan rendah dan menengah. Debt service dipengaruhi rumah tangga pendapatan atas
ratio (DSR) yang menggambarkan rasio cicilan (Grafik 2.2.2.7).
hutang terhadap pendapatan meningkat pada
Kendati terjadi kenaikan risiko kredit yang
semua level pendapatan. DSR yang meningkat
dihadapi, rumah tangga masih memiliki
pada Triwulan I 2020 mulai terkontraksi sesuai
simpanan yang cukup selama masa pandemi
dengan restrukturisasi kredit rumah tangga pada
berlangsung. Gap simpanan dan kredit rumah
Triwulan II 2020 (Grafik 2.2.2.6). Sejalan dengan
tangga masih mencatatkan penambahan
DSR, rasio Debt to Income (DTI) menunjukkan

Grafik 2.2.2.6 Perkembangan DSR Debitur Perseorangan per Kelompok Penghasilan (%)

21,73
Total 22,71
22,06
22,37
Miskin (< Rp50 juta) 23,95
23,72
23,14
Rentan Miskin (Rp50-168 juta) 23,80
23,19
25,79
Calon Menengah (Rp168-250 juta) 26,02
25,50
18,22
Menengah (Rp250-500 juta) 18,97
17,44
13,67
Atas (> Rp500 juta) 13,80
12,95
2019 IV 2020 I 2020 II

Sumber: OJK, Bank Indonesia, diolah

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020 24


Bab 2: Kondisi Stabilitas
Sistem Keuangan

Grafik 2.2.2.7 Perkembangan Rasio DTI Rumah Tangga

DTI Ratio (%) %


55 36
49,58
Pelonggaran 35
50
45,67 34
44,47
45 PSBB

33,78
33

32,75
40 32

32,12
34,81
31
35 31,66
31,08
30
30
29

28,00 28,48 28,61


25 28
I II III IV I II III IV I II III IV Jan Feb Mar Apr Mei Jun
2017 2018 2019 2020
DTI Total (Skala kanan) DTI Lower DTI Middle DTI Upper

Sumber: BPS, OJK, Bank Indonesia, diolah

surplus sebesar Rp19,74 Triliun pada Triwulan I masih tingginya peningkatan simpanan rumah
2020 dan Rp112,72 Triliun pada Triwulan II 2020 tangga terutama dari pencairan tunjangan hari
(Graf ik 2.2.2.8). Tambahan surplus tersebut raya (THR) menjelang Idul Fitri pada Mei 2020, di
sejalan dengan tren penurunan Loan to Deposit tengah kecenderungan RT, khususnya menengah
Ratio (LDR) nasabah perseorangan dari 42,56% ke atas, untuk menyesuaikan konsumsi selama
di akhir 2019 menjadi 40,58% di akhir Semester era pandemi.
I 2020. Penurunan tersebut dipengaruhi oleh

Grafik 2.2.2.8 Perkembangan Funding Surplus/Gap Nasabah Perseorangan

Triliun Rp, mtm %


150 44
112,72

42,56 43
100
Surplus

42,53 42
50
41
0
89,02 40,58 40
Gap

-50 19,74
39

-100 38
I II III IV I II III IV I II III IV I II Jan Feb Mar Apr Mei Jun
2017 2018 2019 2020 2020
Gap Simpanan-Kredit RT Loan to Deposit Ratio (LDR)
RT (Skala kanan)
Sumber: Bank Indonesia, diolah

25 KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020


Bab 2: Kondisi Stabilitas
Sistem Keuangan

Boks 2.2.2. Bantuan Sosial Pemerintah sebagai Buffer Konsumsi Rumah


Tangga

Pandemi COVID-19 memukul keras meminjam kepada keluarga terdekat untuk


perekonomian Indonesia dari dua sisi sekaligus, mengatasi kesulitan keuangan (Grafik B2.2.2.3).
permintaan maupun penawaran. Dari sisi Penurunan pendapatan ini kemudian diikuti
permintaan, perkonomian Indonesia masih dengan penurunan konsumsi RT terutama
bertumpu pada konsumsi rumah tangga pada kategori makanan jadi, transportasi, dan
dengan kontribusi sekitar 55 - 60% terhadap rekreasi.
Produk Domestik Bruto (PDB). Oleh karena
itu, pembatasan sosial yang diberlakukan Grafik B2.2.2.1. Perubahan Pendapatan
sejak April 2020 berdampak langsung kepada pada RT Usaha
menurunnya konsumsi rumah tangga sebesar
>20 juta
5,51% (yoy) pada Triwulan II 2020. Penurunan 53,3%

ini sekaligus menjadi penyumbang terbesar 10,1-20 juta


57,1%
kontraksi perekonomian Indonesia di Triwulan 7,1-10 juta
60,0%
II 2020.
5,1-7 juta
76,9%
Penurunan konsumsi RT juga tidak lepas dari 3,1-5 juta 95,6%
menurunnya pendapatan RT selama COVID-19.
1,6-3 juta
Banyak perusahaan yang merumahkan atau 89,2%

bahkan terpaksa melakukan pemutusan <1,5 juta 92,7%

hubungan kerja (PHK) kepada para pekerjanya Naik Tetap Turun


Sumber: LIPI, 2020
akibat lesunya aktivitas perekonomian.
Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker)
Grafik B2.2.2.2. Perubahan Pendapatan
mencatat hingga akhir Triwulan II 2020,
pada RT Pekerja
jumlah pekerja yang terkena PHK maupun
dirumahkan mencapai lebih dari 3 juta orang. >20 juta
26,6%
Angka ini diperkirakan lebih besar karena
10,1-20 juta
56,5% angkatan kerja Indonesia bekerja di 37,8%
7,1-10 juta
sektor informal1. 45,0%
5,1-7 juta
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) 43,8%
3,1-5 juta
baru-baru ini merilis hasil survei dampak
COVID-19 terhadap ekonomi RT. Berdasarkan 1,6-3 juta
65,5%
hasil survei tersebut, penurunan pendapatan <1,5 juta
85,0%
dikonf irmasi oleh mayoritas RT terutama Naik Tetap Turun
terjadi pada RT usaha (UMKM) yang terpaksa Sumber: LIPI, 2020

mengurangi produksi ataupun menutup


usahanya akibat pandemi COVID-19 (Grafik
B.2.2.2.1). Sementara itu, pendapatan pada RT
pekerja (pegawai) cenderung tetap, kecuali
pada RT pekerja dengan penghasilan <Rp3 Juta
(Grafik B.2.2.2.2). Kondisi ini mengakibatkan
RT terpaksa menggunakan tabungan atau

1 Sakernas BPS, Februari 2020

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020 26


Bab 2: Kondisi Stabilitas
Sistem Keuangan

Dalam upaya untuk menyangga konsumsi bansos Tunai (BST) non-Jabodetabek, dan
RT dan mengurangi dampak pandemi Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dana Desa,
COVID-19 terhadap peningkatan kemiskinan, yang ditujukan bagi RT yang terkena dampak
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian ekonomi akibat COVID-19 (Grafik B2.2.2.4).
terkait berupaya untuk memperluas cakupan
Total anggaran pemerintah yang dikucurkan
dan meningkatkan nilai bantuan sosial
untuk program perlindungan sosial ini sebesar
(bansos), baik yang sifatnya reguler maupun
Rp203,9 Triliun atau sekitar 29,3% dari total
nonreguler. Program reguler merupakan
anggaran Pemulihan Ekonomi Nasional
program bansos yang telah berjalan selama
(PEN) dan menjadi pos anggaran terbesar.
ini, seperti program sembako dan Program
Hingga awal September 2020, total anggaran
Keluarga Harapan (PKH), yang menyasar
perlindungan sosial tersebut diperkirakan
RT miskin dan rentan miskin. Sementara
akan terserap sebesar Rp101,06 Triliun atau
program nonreguler meliputi subsidi listrik,
kartu prakerja, bansos sembako Jabodetabek,

Grafik B2.2.2.3 Kondisi Keuangan RT Selama Pandemi

Tidak kesulitan keuangan


Menggunakan Tabungan
35% Menjual Aset
82% Menggadaikan Aset
12% Meninjam Kerabat
18%
Meminjam Bank
7%
Kesulitan Meminjam Koperasi
Keuangan 15% Kredit Keliling
5% Pinjaman Online
5%
5% Lainnya

Sumber: LIPI, 2020

Grafik B2.2.2.4 Porsi Anggaran Perlindungan Sosial

4%
PKH
16% 18% Sembako
Bansos Sembako Jabodetabek
Bansos Tunai Non-Jabodetabek
12%
21% Kartu Prakerja
Logistik/Pangan/Sembako
10%
BLT Dana Desa
16% Subsidi Listrik
3%

Sumber: LIPI, 2020

27 KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020


Bab 2: Kondisi Stabilitas
Sistem Keuangan

sekitar 52,2% dari pagu anggaran2. Penyerapan antara Rp13,8-28,9 Triliun dan ditujukan
yang paling tinggi terutama pada bansos PKH bagi RT dengan tingkat kesejahteraan
(78%), Program Sembako (69%), dan BST non- berada pada desil 1 hingga desil 6 atau 60%
Jabodetabek (67%). penduduk termiskin di Indonesia. Berdasarkan
Survei Neraca Rumah Tangga (SNRT) 2019,
Tidak berhenti sampai di situ, mulai Agustus
total pengeluaran RT desil 1 hingga desil 6
2020 pemerintah akan menyalurkan bansos
dapat mencapai Rp69,79 Triliun per bulan.
bagi pekerja dengan upah di bawah Rp5 Juta
Dengan asumsi tersebut, bansos pemerintah
per bulan dengan nilai bantuan Rp600 Ribu
berkontribusi sebesar 19,8% - 41,4% dari total
per bulan. Bantuan ini ditargetkan untuk 15,7
konsumsi RT penerima manfaat (Graf ik
juta pekerja yang terdaftar sebagai peserta
B2.2.2.5). Kontribusi ini diharapkan dapat
aktif Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
menjadi penyangga konsumsi RT yang turun
(BPJS) Ketenagakerjaan dan akan diberikan
akibat pandemi COVID-19.
selama empat bulan (September - Desember
2020) dengan dua kali tahap penyaluran. Total Grafik B2.2.2.5 Perkiraan Kontribusi Bansos
anggaran yang disiapkan pemerintah untuk terhadap Konsumsi RT Desil 1 - 6
program subsidi gaji ini mencapai Rp37,87 Triliun Rp %
35 45
Triliun (Tabel B2.2.2.1). 41,4
40
30
34,4 34,4 34,4 33,3 33,3 35
Mempertimbangkan berlanjutnya dampak 25 35,0
30
pandemi hingga akhir tahun, pemerintah 20 26,3 25
kemudian memperpanjang penyaluran BST, 19,8 20
15
sembako Jabodetabek, dan BLT dana desa 15
10
hingga akhir 2020 dengan nilai 50% dari 10
5
program bansos semula. Dengan penyesuaian 5

tersebut, total bansos yang disalurkan 0 0


April Mei Juni Juli Agu Sept Okt Nov Des
pemerintah setiap bulannya dapat mencapai 2020
Total Bansos Kontribusi thd Konsumsi RT Desil 1-6 (Skala kanan)
Sumber: Bank Indonesia, diolah

Tabel B2.2.2.1 Rincian Bansos Pemerintah*

Nominal Bantuan (ribu Rupiah)


Total Penerima
Jenis Bansos Anggaran Manfaat
(triliun Rp) (juta KPM) April Mei Juni Juli Agu Sept Okt Nov Des

PKH 37,4 10 415,56 415,56 415,56 415,56 415,56 415,56 415,56 415,56 415,56
Kartu Sembako 43,6 20 200 200 200 200 200 200 200 200 200
Subsidi Listrik 6,9 31,2 36,86 36,86 36,86 36,86 36,86 36,86
Bansos Tunai Non-Jabodetabek 32,4 9 600 600 600 300 300 300 300 300 300
Bansos Tunai Non-PKH 4,5 9 500
Sembako Jabodetabek 6,8 1,9 600 600 600 300 300 300 300 300 300
BLT Dana Desa 31,8 8 600 600 600 300 300 300 300 300 300
Bansos Tunai Non-PKH 4,5 9 500
Kartu Prakerja 20 5,6 600 600 600 600
Subsidi Gaji (<Rp 5 jt) 37,87 15,72 600 600 600 600
*Diolah dari berbagai sumber

2 Sumber : DJPBN

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020 28


Bab 2: Kondisi Stabilitas
Sistem Keuangan

2.3 Dinamika Perbankan dan Grafik 2.3.1.1 Perkembangan Risiko Kredit

IKNB di masa COVID-19 %


25

2.3.1 Kinerja Intermediasi dan 20


20,65

Ketahanan Perbankan
15

Eksposur perbankan terhadap korporasi dan 10


rumah tangga yang kinerjanya semakin menurun
5
berdampak pada meningkatnya risiko kredit

3,11
perbankan di Semester I 2020. Meski demikian, 0
peningkatan risiko kredit bank masih berada I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018 2019 2020
pada tingkat yang terkendali. Program Pemulihan NPL RESTRUKTURISASI KOL.2 RESTRUKTURISASI KOL.1
Ekonomi Nasional (PEN) berupa kebijakan KOL.2 NON RESTRUKTURISASI Industri
LAR = NPL + RESTRUKTURISASI Kol 2 + Kol 2 Non Restrukturisasi
relaksasi restrukturisasi kredit membantu + RESTRUKTURISASI KOL.1
menahan kenaikan risiko kredit bank. Namun, Sumber: Bank Indonesia, diolah
perilaku risk averseness perbankan dan wait-
and-see korporasi berdampak pada rendahnya Grafik 2.3.1.2 Pertumbuhan Kredit
Restrukturisasi (%, mtm)
pertumbuhan kredit di Semester I 2020. Di
tengah kontraksi pertumbuhan kredit, kondisi (%, mtm)
160
likuiditas perbankan membaik. Disamping itu, uji 136,28
140
ketahanan menunjukkan bahwa rasio permodalan
120
bank saat ini cukup menahan kenaikan risiko
100 92,75
kredit pada kondisi makroekonomi yang berat.
80 71,28
Ke depan, diperkirakan kondisi permodalan dan 61,32
60
likuiditas perbankan tetap terjaga, sehingga 42,86 44,79 43,69
37,48 27,39
40 31,28
memberikan ruang yang cukup bagi perbankan 20,46 11,75 19,78 14,45 10,18 17,38
20 3,82 7,15
untuk meningkatkan kegiatan intermediasi. 3,47
5,20

0
Kredit Kredit Kredit UMKM Total
Penurunan kinerja korporasi dan RT terdampak Konsumsi Komersial Korporasi
Mar-20 Apr-20 Mei-20 Jun-20
pandemi COVID-19 diikuti dengan kebijakan PSBB
Sumber: Bank Indonesia, diolah
yang berdampak pada penurunan kemampuan
membayar utang, tercermin dari peningkatan
Grafik 2.3.1.3 LaR per Segmen Kredit
risiko kredit di perbankan. Peningkatan risiko
kredit perbankan terlihat dari peningkatan %
45
rasio Loan at Risk (LaR) yang mencapai 20,65% 40 38,51
dan rasio Non-Performing Loan (NPL) yang 35
mencapai 3,11% di Triwulan II 2020 (Grafik 2.3.1.1). 30
25 25,46
Peningkatan rasio Non-Performing Loan (NPL)
20 20,65
yang cenderung lebih terbatas sejalan dengan 15 15,23

implementasi POJK 11/POJK.03/2020 tentang 10


5 11,55
Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai
0
Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran
Jan
Apr
Jul
Okt
Jan
Apr
Jul
Okt
Jan
Apr
Jul
Okt
Jan
Apr
Jul
Okt
Jan
Apr
Jul
Okt
Jan
Apr
Jul
Okt
Jan
Apr

COVID-19 yang memudahkan perbankan untuk 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
melakukan restrukturisasi kredit. Perbankan Kredit Konsumsi Kredit Komersial Kredit Korporasi
UMKM Total
aktif melakukan restrukturisasi kredit di awal
Keterangan:
pandemi COVID-19 dengan puncak pertumbuhan Kredit korporasi: kredit dengan plafon >Rp 100M,
tidak termasuk kredit UMKM dan konsumsi.
restrukturisasi terjadi pada April-Mei 2020 dan
Kredit komersial: kredit dengan plafon<Rp 100M,
terindikasi mulai melambat di Juni 2020 (Grafik tidak termasuk kredit UMKM dan konsumsi
2.3.1.2). Sumber: Bank Indonesia, diolah

29 KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020


Bab 2: Kondisi Stabilitas
Sistem Keuangan

Peningkatan risiko kredit ini terjadi pada Grafik 2.3.1.4 NPL per Segmen Kredit
seluruh segmen kredit (Grafik 2.3.1.3 dan Grafik %
2.3.1.4). Rasio LaR tertinggi di segmen UMKM 7

mengindikasikan bahwa pandemi COVID-19 6 5,77

terutama berdampak pada kinerja keuangan 5


4,28
UMKM, sehingga memerlukan restrukturisasi 4
3,00
kredit untuk menahan agar risiko kredit tidak 3
2,22
semakin memburuk. 2

1 1,91
Peningkatan rasio LaR dan NPL terbesar juga
0
terjadi pada korporasi disektor ekonomi yang

Jan
Apr
Jul
Okt
Jan
Apr
Jul
Okt
Jan
Apr
Jul
Okt
Jan
Apr
Jul
Okt
Jan
Apr
Jul
Okt
Jan
Apr
Jul
Okt
Jan
Apr
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
terdampak langsung pandemi COVID-19 dan
Kredit Konsumsi Kredit Komersial Kredit Korporasi
kebijakan PSBB, yaitu sektor perdagangan dan UMKM Total

industri (Tabel 2.3.1.1). Keterangan:


Kredit korporasi: kredit dengan plafon >Rp 100M,
tidak termasuk kredit UMKM dan konsumsi.
Sejalan dengan sektor korporasi, penurunan
Kredit komersial: kredit dengan plafon<Rp 100M,
daya beli masyarakat menyebabkan peningkatan tidak termasuk kredit UMKM dan konsumsi
risiko kredit konsumsi. Peningkatan risiko Sumber: Bank Indonesia, diolah

kredit konsumsi terutama didorong oleh Kredit


Pemilikan Rumah (KPR), Kredit Kendaraan
Bermotor (KKB), dan Kredit Multiguna (Tabel
2.3.1.2).

Tabel 2.3.1.1 Rasio LaR dan NPL per Sektor Ekonomi (%)

Rasio LaR (%) Share LaR (%) Rasio NPL (%) Share NPL (%)
Sektor 2019 2020 2020 2019 2020 2020
Sem I Sem II Sem I Sem I Sem I Sem II Sem I Sem I
Perdagangan 13,09 12,26 33,62 31,09 3,94 3,66 4,73 29,04
Lain-lain (konsumsi RT) 8,00 7,17 15,25 20,49 1,78 1,60 2,23 19,92
Industri 10,45 12,68 21,11 16,82 2,87 3,88 4,57 24,18
Pengangkutan & Telekomunikasi 10,56 8,92 19,05 4,25 2,07 1,64 2,05 3,03
Konstruksi 17,35 15,29 20,01 6,35 3,67 3,55 3,84 8,08
Pertanian 9,72 9,41 19,08 6,53 1,46 1,66 1,91 4,34
Jasa Dunia Usaha 9,17 8,71 19,10 8,41 1,65 1,43 1,51 4,42
Jasa Sosial 8,40 7,51 26,20 3,65 1,78 1,50 1,90 1,76
Pertambangan 12,34 10,35 14,06 1,80 3,58 3,58 4,96 4,23
Listrik 2,96 2,88 3,26 0,61 0,86 0,89 0,81 1,00
Total 10,29 9,93 20,65 100,00 2,50 2,53 3,11 100,00

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Tabel 2.3.1.2 Risiko Kredit Konsumsi (%)

Rasio LaR (%) Share LaR (%) Rasio NPL (%) Share NPL (%)
Sektor 2019 2020 2020 2019 2020 2020
Sem I Sem II Sem I Sem I Sem I Sem II Sem I Sem I
KPR 12,39 11,65 24,67 59,84 2,78 2,62 3,32 57,6
KKB 12,15 10,87 24,23 14,28 1,61 1,36 2,88 12,2
Multiguna 4,33 3,83 8,51 23,30 1,09 0,97 1,36 26,5
Peralatan RT 5,64 4,63 12,03 0,49 1,33 1,32 2,71 0,79
RT lainnya 6,24 4,98 8,84 2,09 1,28 1,19 1,70 2,86
Total KK 8,55 7,76 16,59 100,00 1,84 1,68 2,32 100,0
Sumber: Bank Indonesia, diolah

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020 30


Bab 2: Kondisi Stabilitas
Sistem Keuangan

Kenaikan risiko kredit ini meningkatkan risk- perbankan di tengah risiko kredit yang meningkat
averseness perbankan sehingga perbankan sehingga semakin selektif dalam menyalurkan
meningkatkan CKPN sebagai bentuk antisipasi kredit dan perilaku wait-and-see korporasi serta
risiko dan menjaga rasio permodalan CAR di RT yang mengakibatkan penurunan permintaan
level yang cukup tinggi (Grafik 2.3.1.5). Hasil stress terhadap pembiayaan.
test Bank Indonesia mengindikasikan bahwa
Secara bersama-sama, penurunan kinerja disisi
level CAR yang tetap tinggi di Triwulan II 2020
penawaran dan permintaan ini berdampak
mampu menyerap kerugian akibat kenaikan
terhadap rendahnya pertumbuhan kredit di
risiko kredit hingga skenario makroekonomi yang
Semester I 2020 yang hanya mencapai 1,49%.
berat. Secara umum, simulasi mengindikasikan
Perbankan yang semakin selektif dalam
perbankan mampu mempertahankan CAR pada
menyalurkan kredit di tengah pandemi COVID-19
tingkat yang aman untuk mendukung kegiatan
terindikasi oleh Indeks Lending Standard (ILS)
intermediasi meski kondisi makroekonomi
yang mengalami pengetatan signif ikan di
melemah.
Triwulan II 2020 yang mencapai angka indeks
Penurunan kinerja korporasi turut menyebabkan tertinggi dalam lima tahun terakhir (Grafik 2.3.1.6).
penurunan pembiayaan ekonomi. Penurunan
Risk-averseness perbankan yang meningkat
tersebut terutama disebabkan oleh perlambatan
ini juga tercermin dari pola perkembangan
pembiayaan dari kredit perbankan. Perlambatan
year-to-date pertumbuhan plafon kredit
ini seiring menguatnya perilaku risk-averseness

Grafik 2.3.1.5 CKPN dan CAR Perbankan


(%, yoy) (%, yoy)
80 24
68,63
70 23
60 22
22,50
50 21
40 20
30 19
20 18

10 17

0 16
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2017 2018 2019 2020
Pertumbuhan CKPN (yoy) CAR (Skala kanan)
Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 2.3.1.6 Pertumbuhan Kredit dan Indeks Lending Standard


Periode Pengetatan Berkurangnya Periode Periode Pengetatan
Keketatan Pelonggaran Pre-COVID-19 COVID-19
%
35 34,4 14

30 12
25
10
Lebih Ketat

20
8
15
6
10
4
5

0 2
1,49
-5 0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018 2019 2020
Indeks Lending Standard (ILS) Pertumbuhan Kredit (Skala Kanan)
Sumber: Bank Indonesia, diolah

31 KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020


Bab 2: Kondisi Stabilitas
Sistem Keuangan

(Graf ik 2.3.1.7). Berbeda dengan tahun-tahun plafon kredit sebagai aspek kebijakan penyaluran
sebelumnya dimana pertumbuhan plafon kredit kredit yang paling diperketat dibanding dengan
selalu konsisten meningkat sejak awal tahun, Triwulan I 2020 (Grafik 2.3.1.8). Hal ini menunjukan
pertumbuhan plafon kredit menurun di Triwulan efek negatif goncangan akibat pandemi COVID-19
II 2020. Kondisi ini sejalan dengan hasil survei pada penawaran kredit perbankan.
perbankan Triwulan II 2020, yang menunjukan

Grafik 2.3.1.7 Pertumbuhan Outstanding dan Plafon Kredit


%
14
12
10
8
6
4
2
0
-2
-4
I II III IV I II III IV I II
2018 2019 2020
Outstanding Kredit (YTD) Plafon Kredit (YTD)
Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 2.3.1.8 Aspek Kebijakan Lending Standard


Indeks
45

32,7
30
24,8
Lebih Ketat

15 11,2 10,2
6,8 5,6 5,5 5,7
4,8 3,1
2,2 2,0 1,4
0,1 0,1
0
Lebih Longgar

1,6

-15
Plafon Jangka Biaya Suku Premi Kredit Perjanjian Agunan Persyaratan
Kredit Waktu Persetujuan Bunga Berisiko Kredit Administrasi
Kredit Kredit Kredit

Tw. I-2020 Tw. II-2020


Sumber: Bank Indonesia, diolah

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020 32


Bab 2: Kondisi Stabilitas
Sistem Keuangan

Perilaku wait-and-see sektor riil di tengah kontraksi pertumbuhan yang dalam di Triwulan
kontraksi perekonomian akibat pandemi COVID-19 II 2020 (Grafik 2.3.1.10). Kredit Modal Kerja yang
dikonfirmasi dengan hasil survei kegiatan dunia mendominasi kredit perbankan bahkan tumbuh
usaha (SKDU) yang mengindikasikan penurunan paling rendah, yaitu -1,25% (yoy) di Triwulan II 2020.
kegiatan usaha pada Triwulan II 2020 (Grafik Penurunan permintaan sektor riil terhadap Kredit
2.3.1.9). Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar Modal Kerja (KMK) juga tercermin di peningkatan
-35,75% pada Triwulan II 2020 menunjukan tren undisbursed loan di Semester I 2020 (Graf ik
pemburukan yang terus berlanjut dari Triwulan 2.3.1.11). Kontraksi pertumbuhan Kredit Modal Kerja
I 2020. Sejalan dengan penurunan kegiatan dan Kredit Investasi terjadi di segmen komersial,
usaha sektor riil pada Triwulan II 2020, Kredit UMKM, dan korporasi (Grafik 2.3.1.12).
Modal Kerja dan Kredit Investasi mengalami

Grafik 2.3.1.9 PDB dan Kegiatan Dunia Usaha Grafik 2.3.1.10 Pertumbuhan Kredit Per Jenis
Penggunaan (%, yoy)
(%, yoy) (%, yoy) %
5 30 16
4 14
20
3 12
2 10 10
0,52
1 -5,56 0 8
5,61%
0 6
-2,41 -10 4
-1 2,32%
-2 2 28%
-20 46%
-3 0 -1,25%
27%
-4 -4,19 -35,75 -30 -2
-5 -40 -4
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019 2020 2016 2017 2018 2019 2020
Pertumbuhan PDB SBT Kegiatan Usaha (Skala kanan) Kredit Modal Kerja Kredit Investasi Kredit Konsumsi
Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 2.3.1.11 Undisbursed Loan Kredit Modal Grafik 2.3.1.12 Pertumbuhan Kredit Per
Kerja Segmen (%, yoy)

% % (%, yoy)
14 33,0 25
12
32,5 20
10
8 32,0 15
6 31,5 10
4 6,37
2 31,0 5 2,32
0 30,5 0
0,13
-2
30,0 -5 -7,06
-4
-6 29,5 -10
Sem I Sem II Sem I Sem II Sem I Sem II Sem I Sem II Sem I I
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019 2020 2016 2017 2018 2019 2020
Undisbursed Loan (yoy) Undisbursed Loan/Plafon (Skala kanan) Kredit Konsumsi Kredit Komersial Kredit Korporasi UMKM
Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

33 KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020


Bab 2: Kondisi Stabilitas
Sistem Keuangan

Menurunnya permintaan korporasi terhadap di tahun sebelumnya. Berkurangnya permintaan


pembiayaan juga terlihat pada perlambatan terhadap pembiayaan di pasar modal karena
pembiayaan korporasi di pasar modal. Initial semakin mahalnya biaya yang harus dikeluarkan
Public Offering (IPO) (Grafik 2.3.1.13), Right Issue korporasi untuk mendapatkan pembiayaan di
(Penawaran Umum Terbatas) (Graf ik 2.3.1.14), pasar modal. Kekhawatiran investor akan potensi
maupun penerbitan obligasi korporasi (Grafik penurunan kinerja keuangan korporasi terdampak
2.3.1.15) menunjukkan penurunan jumlah pandemi COVID-19 mendorong kenaikan risk
pembiayaan maupun jumlah korporasi yang premium yang tercermin dari meningkatnya nilai
mengumpulkan pembiayaan dari pasar modal di kupon obligasi yang harus dibayar oleh korporasi
Semester I 2020 dibandingkan periode yang sama di Semester I 2020 (Grafik 2.3.1.16).

Grafik 2.3.1.13 Perkembangan IPO Grafik 2.3.1.14 Perkembangan Right Issue

Triliun Rp Triliun Rp
18 60 100 40
16 90 35
50
14 80
30
12 40 70
60 25
10
30 50 20
8
40 15
6 20 30
4 10
20
10
2 10 5

0 0 0 0
Sem I Sem II Sem I Sem II Sem I Sem II Sem I Sem II Sem I Sem I Sem II Sem I Sem II Sem I Sem II Sem I Sem II Sem I
2016 2017 2018 2019 2020 2016 2017 2018 2019 2020
Nilai (RpT) Jumlah Perusahaan IPO (Skala Kanan) Nilai (RpT) Jumlah Perusahaan Right Issue (Skala Kanan)
Sumber: OJK, diolah Sumber: OJK, diolah

Grafik 2.3.1.15 Perkembangan Penerbitan Grafik 2.3.1.16 Perkembangan Kupon Obligasi


Obligasi dan Suku Bunga Kebijakan

Triliun Rp % %
180 70 13 6,5
160 60 6,0
12
140
50 5,5
120 11
40 5,0
100 10
80 30 4,5
9
60 4,0
20
40 8 3,5
20 10
7 3,0
0 0 Sem I Sem II Sem I Sem II Sem I Sem II Sem I Sem II Sem I
Sem I Sem II Sem I Sem II Sem I Sem II Sem I Sem II Sem I 2016 2017 2018 2019 2020
2016 2017 2018 2019 2020 Yield Corp. 5Yr All Rata-rata kupon (5 tahun)
Nilai (RpT) Jumlah Perusahaan Penerbit Obligasi (Skala Kanan) BI7DRR (Skala kanan)
Sumber: OJK, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020 34


Bab 2: Kondisi Stabilitas
Sistem Keuangan

Penurunan kebutuhan pendanaan sektor riil akan ekspor bahan tambang seiring mulai
juga tercermin dari perlambatan pertumbuhan berproduksinya sektor industri Tiongkok di
kredit sektoral Semester I 2020 dibandingkan Triwulan II 2020.
dengan periode yang sama di 2019 (Tabel 2.3.1.3).
Terhambatnya kegiatan dunia usaha turut
Sektor ekonomi dengan pangsa kredit besar
berdampak pada aktivitas dan kinerja sektor
seperti perdagangan, industri pengolahan, dan
RT sehingga memengaruhi kinerja penyaluran
jasa dunia usaha mengalami pertumbuhan
kredit konsumsi perbankan. Pertumbuhan
kredit yang negatif. Hal ini terutama disebabkan
kredit konsumsi semakin rendah sebagaimana
semakin rendahnya permintaan masyarakat
ditunjukkan di Grafik 2.3.1.10, 2.3.1.12 dan Tabel
terhadap produk-produk kebutuhan nonprimer
2.3.1.3 untuk sektor lain-lain.
dan terhambatnya aliran ketersediaan bahan
baku untuk keperluan produksi di periode awal Perilaku wait-and-see korporasi dan RT seiring
pandemi COVID-19. Pertumbuhan kredit di melambatnya aktivitas perekomian di tengah
sektor pertambangan terindikasi lebih baik. Hal pandemi COVID-19 menyebabkan peningkatan
ini sejalan dengan mulai pulihnya permintaan precautionary saving. Pertumbuhan dana pihak

Tabel 2.3.1.3 Pertumbuhan Kredit Per Sektor Ekonomi (%, ytd)

Pangsa (%)
Sektor Sem I 2018 Sem I 2019 Sem I 2020
Sem I 2020
Pertanian 5,20 2,34 2,20 7,07
Pertambangan -0,09 -0,99 9,48 2,65
Industri Pengolahan 2,40 0,33 -2,00 16,45
Listrik, Gas, dan Air (LGA) 12,69 22,76 7,38 3,84
Konstruksi 7,06 10,20 0,39 6,55
Perdagangan 4,52 2,63 -5,03 19,10
Pengangkutan & Komunikasi 17,30 6,97 3,53 4,61
Jasa Dunia Usaha 5,62 3,20 -2,75 9,10
Jasa Sosial 1,05 2,62 -1,91 2,88
Lain-lain 4,53 1,94 -1,38 27,75

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 2.3.1.17 Perkembangan Pertumbuhan DPK (%, yoy)


(%, yoy)
18

16

14 7,95
12
7,42 6,54
10

0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018 2019 2020

Deposito Giro Tabungan TOTAL

Sumber: Bank Indonesia, diolah

35 KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020


Bab 2: Kondisi Stabilitas
Sistem Keuangan

ketiga (DPK) perbankan tercatat 7,95% (yoy) kebijakan ekspansi pemerintah, peningkatan
di Triwulan II 2020, lebih tinggi dibandingkan saving masyarakat, serta terbatasnya belanja
dengan semester sebelumnya sebesar 6,54% swasta korporasi seiring melambatkan aktivitas
maupun tahun sebelumnya pada Triwulan yang perekomian di tengah pandemi.
sama sebesar 7,42% (Grafik 2.3.1.17). Peningkatan
Peningkatan pertumbuhan DPK di tengah
pertumbuhan terjadi di semua jenis DPK.
kontraksi pertumbuhan kredit mengakibatkan
Secara year-to-date, net inflow DPK selama perbankan mengalami funding surplus. Funding
Semester I 2020 merupakan yang tertinggi dalam surplus selama Semester I 2020 merupakan yang
lima tahun terakhir, mencapai Rp262 Triliun tertinggi dalam enam tahun terakhir (mencapai
(Grafik 2.3.1.18). Peningkatan tersebut didorong Rp330 Triliun) (Grafik 2.3.1.19).

Grafik 2.3.1.18 Nominal YTD DPK Semester I

Triliun Rp
300

250 262

200 209
161 169
150
109
100

50

-50

-100
Sem I Sem II Sem I Sem II Sem I Sem II Sem I Sem II Sem I
2016 2017 2018 2019 2020

Pemerintah BUMN Perseorangan Swasta Non-IKNB


Pemerintah Non-BUMN Swasta IKNB Industri

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 2.3.1.19 Funding Surplus (Gap) Perbankan

Triliun Rp
400

330
300
Funding Surplus

200

100 95
52 51 53 50
0 -3 -4
Funding Gap

-100 -89
-137 -127

-200
Sem I Sem II Sem I Sem II Sem I Sem II Sem I Sem II Sem I Sem II Sem I
2015 2016 2017 2018 2019 2020

Net Inflow DPK Net Outflow Kredit Funding Surplus (Gap)

Sumber: Bank Indonesia, diolah

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020 36


Bab 2: Kondisi Stabilitas
Sistem Keuangan

Perilaku risk-averse dan rendahnya permintaan Peningkatan likuiditas juga tercermin pada
terhadap pembiayaan dari sektor riil mendorong tren kenaikan rasio PLM sejak pandemi yang
bank untuk menempatkan excess liquidity mencapai 19,6% di Semester I 2020 (Grafik 2.3.1.22).
pada aset bebas risiko seperti surat berharga Ketahanan likuiditas jangka pendek maupun
pemerintah dan penempatan di Bank Indonesia jangka panjang juga menguat, terlihat dari rasio
sehingga rasio alat likuid perbankan meningkat 1
LCR2 sebesar 226,17% dan NSFR3 sebesar 132,32%
(Grafik 2.3.1.20). Rasio AL/DPK perbankan tercatat di Semester I 2020, jauh di atas threshold 100%
sebesar 26,24% pada Semester I 2020, meningkat (Grafik 2.3.1.23). Ke depan, likuiditas perbankan
signif ikan dibandingkan dengan semester diperkirakan tetap terjaga dan memberikan
sebelumnya sebesar 20,86% maupun tahun ruang yang cukup bagi perbankan untuk kegiatan
sebelumnya pada bulan yang sama sebesar intermediasi.
19,05%. Rasio AL/DPK tersebut jauh di atas
threshold 10% (Grafik 2.3.1.21). Grafik 2.3.1.21 Rasio AL/DPK dan Alat Likuid

% Triliun Rp
Grafik 2.3.1.20 Komposisi Alat Likuid
28 1.900
26,24
Triliun Rp 26 1.700
2.500 24
1.500
22
2.000 1.300
20

1.500 18 1.100
16
900
1.000 14
12 700
500 10 500
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
0 2015 2016 2017 2018 2019 2020
I II III IV I II III IV I II III IV I II
AL (Skala kanan) AL/DPK
2017 2018 2019 2020
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Kas DF/FASBI SDBI TD Penempatan BI Lainnya
SBI RR SBN SBN SBBI Giro-GWM-RIM
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 2.3.1.23 Rasio LCR dan NSFR4

Grafik 2.3.1.22 Rasio AL/DPK dan PLM %


240 226,17%
% 220
30
26,24 200
25 180

19,60 160
20 132,32%
140

15 120
100
10
80
I II III IV I II III IV I II III IV I II
5 2017 2018 2019 2020
I II III IV I II III IV I II III IV I II
LCR NSFR Threshold 100%
2017 2018 2019 2020
Sumber: OJK, diolah
AL/DPK PLM
Sumber: Bank Indonesia, diolah
1234

1 Alat Likuid dihitung sebagaimana berikut:


(Kas + Penempatan pada BI + Surat Berharga Pemerintah) – (Kewajiban GWM + Kewajiban PLM + Kewajiban RIM)

2 Net Stable Funding Ratio (NSFR) sebagaimana mengacu pada POJK No. 50/POJK.03/2017 tentang Kewajiban
Pemenuhan Rasio Pendanaan Stabil Bersih (Net Stable Funding Ratio) bagi Bank Umum.

3 Liquidity Coverage Ratio (LCR) ​sebagaimana merujuk ke POJK No. 42/POJK.03/2015 tentang Kewajiban Pemenuhan
Rasio Kecukupan Likuiditas (Liquidity Coverage Ratio) Bagi Bank Umum.

4 Bank Pelapor LCR dan NSFR per Semester 1 2020 mencakup 49 bank yang termasuk BUKU 4, BUKU 3 ataupun
Kepemilikan Asing.

37 KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020


Bab 2: Kondisi Stabilitas
Sistem Keuangan

Peningkatan likuiditas bank terutama dalam Grafik 2.3.1.24 Profitabilitas Bank


bentuk kepemilikan Surat Berharga Negara
%
6
(SBN) diharapkan membantu menahan
penurunan profitabilitas bank yang disebabkan 5
oleh perlambatan pertumbuhan kredit dan 4
peningkatan pembentukan CKPN seiring
3
dengan meningkatnya risiko kredit. Profitabilitas
bank ROA dan NIM yang menurun di Triwulan 2

II 2020 dibandingkan posisi yang sama pada 1


tahun sebelumnya (Grafik 2.3.1.24). Sementara
0
itu, kecenderungan peningkatan porsi I II III IV I II III IV I II
pendapatan bunga bank berasal dari surat-surat 2018 2019 2020

berharga, sementara porsi pendapatan bunga NIM (%) ROA (%)


Sumber: OJK, diolah
kredit mendominasi pendapatan bunga bank
cenderung menurun sepanjang Semester I 2020 Grafik 2.3.1.25 Komposisi Pendapatan
(Grafik 2.3.1.25). Meskipun penurunan profitabilitas Bunga Bank
berdampak terhadap penurunan permodalan, %
100
perbankan berhasil menjaga rasio CAR Triwulan 90 26.91% 26.27% 26.14% 25.99% 25.86% 26.34%
II 2020 di level yang cukup tinggi, yaitu 22,50%. 80
70 7.62% 7.72% 7.77% 7.97% 8.62%
Sehingga, ketahanan perbankan secara umum 7.55%
60
tetap terjaga. 50
40 66.54% 66.11% 66.13% 66.24% 66.17% 65.04%
30
20
10
0
I II III IV I II
2019 2020

Kredit Surat Berharga Lainnya


Sumber: Bank Indonesia, diolah

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020 38


Bab 2: Kondisi Stabilitas
Sistem Keuangan

2.3.2 Kinerja Intermediasi IKNB Kenaikan risiko pembiayaan dan permintaan


masyarakat yang rendah terhadap kebutuhan
Pelemahan kinerja sektor riil juga berdampak pembiayaan berdampak pada kontraksi tajam
terhadap kenaikan risiko pembiayaan dan kegiatan penyaluran PP, yang hanya tumbuh
penurunan pembiayaan oleh Industri Keuangan -8,77% di Semester I 2020. Penurunan terjadi di
Non-Bank (IKNB) terutama pada perusahaan semua jenis pembiayaan (Grafik 2.3.2.3). Meski
pembiayaan (PP) di Semester I 2020. Namun, risiko pembiayaan meningkat, hasil uji ketahanan
permodalan PP cukup kuat menyerap kenaikan Bank Indonesia menunjukkan bahwa tingkat
risiko gagal bayar nasabah. Di samping itu, permodalan PP saat ini cukup untuk menyerap
likuiditas lembaga asuransi dan dana pensiun kerugian akibat kenaikan gagal bayar nasabah
relatif membaik seiring meningkatnya jika kondisi makroekonomi semakin memburuk.
kemampuan kedua lembaga dalam membayar Buffer permodalan ini akan membantu
klaim dan manfaat jatuh tempo nasabah. menopang kinerja penyaluran pembiayaan PP
ke depan.
Perusahaan Pembiayaan (PP) yang mendominasi
kegiatan pembiayaan IKNB (Graf ik 2.3.2.1) Penurunan pembiayaan yang disalurkan juga
mengalami peningkatan risiko kredit di Semester dialami oleh Pegadaian, Lembaga Pembiayaan
I 2020. Hal ini tercermin dari nilai non-performing Ekspor Impor (LPEI), dan Modal Ventura (MV)
financing (NPF) PP yang meningkat menjadi (Grafik 2.3.2.4). Penurunan pembiayaan LPEI dan
5,17% pada Triwulan II 2020 (Graf ik 2.3.2.2).

Grafik 2.3.2.1 Pangsa Pembiayaan IKNB Grafik 2.3.2.2 Pertumbuhan Pembiayaan dan
NPF PP
2% (%, yoy) %
10% 10 6
8
6 5,17 5
16% 4
2 4
70% 0
2%
-2 3
-4
-6 2
-8 -8,77
-10 1
Jun
Sep
Des
Mar
Jun
Sep
Des
Mar
Jun
Sep
Des
Mar
Jun
Sep
Des
Mar
Jun

PP MV LPEI Pegadaian Fintech


2016 2017 2018 2019 2020
Sumber: OJK, diolah
Pembiayaan NPF (Skala kanan)
Sumber: OJK, diolah

Grafik 2.3.2.3 Pembiayaan PP per Jenis Grafik 2.3.2.4 Pertumbuhan Pembiayaan


Pembiayaan Pegadaian LPEI dan MV (yoy)
Triliun Rp (%, yoy) (%, yoy)
500 30 60
450 22,82
3% 25 50
400 40
20
350 -
15 30
300
61% 10 25,47 20
250
5 10
200
150 0 0
6%
100 -5 -10
50 30% -20
-10 -10,62
0 -30
-15
Sep
Des
Mar
Jun
Sep
Des
Mar
Jun
Sep
Des
Mar
Jun
Sep
Des
Mar
Jun

Jun
Sep
Des
Mar
Jun
Sep
Des
Mar
Jun
Sep
Des
Mar
Jun
Sep
Des
Mar
Jun

2016 2017 2018 2019 2020 2016 2017 2018 2019 2020
Investasi Modal Kerja Multiguna Lainnya Syariah Pegadaian LPEI MV (Skala kanan)
Sumber: OJK, diolah Sumber: OJK, diolah

39 KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020


Bab 2: Kondisi Stabilitas
Sistem Keuangan

MV seiring dengan meningkatnya NPF masing- Disisi lain, kinerja industri asuransi dan dana
masing lembaga (Grafik 2.3.2.5). NPF Pegadaian pensiun relatif lebih baik dibandingkan IKNB
masih relatif lebih terjaga di level 2,37% sementara lainnya ditengah pandemi COVID-19. Hal ini
NPF LPEI mencapai 28,09% di Semester I 2020. terindikasi dari rasio kecukupan premi asuransi
terhadap pembayaran klaim bruto yang
Peningkatan risiko gagal bayar dan perlambatan
meningkat menjadi 136,81% pada Triwulan II
penyaluran dana juga terjadi pada Fintech. Hal
2020 (Grafik 2.3.2.7). Kondisi yang serupa juga
ini terlihat dari tingkat wanprestasi keberhasilan
terjadi di industri dana pensiun yang berhasil
pengembalian pinjaman (TWP) 90 hari fintech
mengumpulkan kenaikan iuran yang lebih tinggi
lending yang mengalami kenaikan di Semester
dibandingkan kenaikan manfaat jatuh tempo
I 2020. Seiring dengan peningkatan risiko gagal
sepanjang Semester I 2020, sehingga, iuran yang
bayar, pertumbuhan fintech lending terindikasi
terkumpul dapat menutup klaim manfaat jatuh
semakin melambat (Grafik 2.3.2.6).
tempo (Grafik 2.3.2.8).

Grafik 2.3.2.5 NPF Pegadaian, LPEI dan MV Grafik 2.3.2.6 Pertumbuhan Pembiayaan dan
TWP90 Fintech Lending
%
30
28,09 (%, yoy) %
7 720
25 6,13
6 630
20 540
5
15 450
4
360
10 3
270
4,23
5 2
180
2,37 1 38,42 90
0
Jun
Sep
Des
Mar
Jun
Sep
Des
Mar
Jun
Sep
Des
Mar
Jun
Sep
Des
Mar
Jun

0 0
Jun
Sep
Des
Mar
Jun
Sep
Des
Mar
Jun
Sep
Des
Mar
Jun
Sep
Des
Mar
Jun
2016 2017 2018 2019 2020
MV Pegadaian LPEI 2016 2017 2018 2019 2020
Sumber: OJK dan PT Pegadaian, diolah TWP90 Pembiayaan (Skala kanan)
Sumber: OJK, diolah

Grafik 2.3.2.7 Premi dan Klaim Bruto Asuransi Grafik 2.3.2.8 Iuran dan Manfaat Dana Pensiun

Triliun Rp % Triliun Rp
4,0
500 170
450 3,5
157,99 464 160
155,74
400 3,0
147,31 419
350 145,26 150
2,5
300 137,89 136,81
329 132,54 140 2,0
250 126,86 129,47 3,70
393
200 236 130 1,5 2,81 2,67 2,76
208 271 208 358 1,84 1,96 2,40
150 173 316 120 1,0 2,11 1,69
155 214
100 151 173
168 055 0,22 0,26 0,23 0,36 0,25 0,25
110 0,18 0,19 0,20
50 99 117
0 100 0
Jun
Sep
Des
Mar
Jun
Sep
Des
Mar
Jun
Sep
Des
Mar
Jun
Sep
Des
Mar
Jun
Jun
Sep
Des
Mar
Jun
Sep
Des
Mar
Jun
Sep
Des
Mar
Jun
Sep
Des
Mar
Jun

2016 2017 2018 2019 2020 2016 2017 2018 2019 2020
Iuran Manfaat Jatuh Tempo
Premi Bruto Klaim Bruto Rasio Premi/Klaim Bruto (Skala kanan)
Sumber: OJK, diolah Sumber: OJK, diolah

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020 40


Bab 2: Kondisi Stabilitas
Sistem Keuangan

Boks 2.3.2 Dukungan terhadap Pemulihan UMKM di tengah Pandemi


COVID-19

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) besar bisnis UMKM tidak ditopang dana
mempunyai peran penting dan strategis pinjaman dari bank, melainkan dari dana
dalam pembangunan ekonomi nasional. sendiri1
UMKM berkontribusi besar pada pertumbuhan
Namun,.kondisi yang berbeda dihadapi oleh
ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Pada
UMKM di masa pandemi COVID-19. Hal ini
krisis keuangan Asia 1997/98, UMKM mampu
disebabkan oleh kebijakan Pembatasan
tetap berdiri kokoh dan berkontribusi terhadap
Sosial Skala Besar (PSBB) yang diterapkan di
pemulihan perekonomian Indonesia pasca
sebagian besar wilayah di Indonesia membuat
krisis. Hal ini tercermin dari perkembangan
UMKM menghadapi kendala distribusi baik
sumbangan wirausaha UMKM terhadap
input untuk produksi maupun hasil produksi
pertumbuhan ekonomi yang tetap tinggi pada
serta penurunan permintaan terhadap
kisaran diatas 50% dan cenderung meningkat
produk UMKM. Kendala ini disebabkan
setelah krisis tersebut (Grafik B2.3.3.1).
masih banyaknya UMKM yang melakukan
Beberapa faktor yang menjadi penunjang interaksi dengan pelanggan secara offline
bertumbuhnya UMKM pada periode krisis atau tatap muka langsung. Hasil survei yang
tersebut adalah: (1) UMKM menghasilkan dilakukan oleh Bank Indonesia terhadap
barang konsumsi dan jasa yang dekat dengan UMKM binaan dan mitra menunjukkan bahwa
kebutuhan masyarakat; (2) pelaku UMKM yang 71,1% responden terdampak kinerjanya akibat
umumnya memanfaatkan sumber daya lokal, pandemi COVID-192. Dampak yang dirasakan
baik untuk sumber daya manusia, modal, terutama pada penurunan penjualan, kesulitan
bahan baku, hingga peralatan, atau tidak modal, dan hambatan distribusi.
tergantung barang impor; dan (3) sebagian

Grafik B2.3.3.1 Kontribusi UMKM terhadap PDB

%
100

80
57,85 61,07
55,67 60
54,69
40

20

0
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018

Sumber: Bank Indonesia, diolah

12

1 Meryana, Ester. (2012). Tiga Hal yang Buat UMKM Tahan Krisis.

2 Survei kepada 960 UMKM binaan dan mitra BI per 11 Juli 2020

41 KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020


Bab 2: Kondisi Stabilitas
Sistem Keuangan

Untuk membantu UMKM bertahan di Keempat langkah penyelamatan tersebut


tengah pandemi COVID-19, Pemerintah telah membantu 81,88% UMKM3 berhasil bertahan,
menerbitkan berbagai kebijakan makro yang tercermin dari penjualan yang tumbuh
dan mikro. Untuk mendukung efektivitas sampai dengan 50% dibandingkan kondisi
Perppu Nomor 1 Tahun 2020 tanggal 31 Maret sebelum langkah penyelamatan tersebut
2020 yang di dalamnya termasuk peran dilaksanakan. Selain itu, beberapa UMKM
Bank Indonesia (BI) dalam Stabilitas Sistem berhasil memperoleh dukungan permodalan
Keuangan, BI melakukan langkah-langkah dalam bentuk restrukturisasi kredit, kredit
untuk mempercepat penyelamatan UMKM, baru, atau tambahan kredit.
yaitu:
Kunci keberhasilan UMKM untuk dapat
1. Melakukan komunikasi kebijakan darurat bertahan dalam kondisi pandemi COVID-19
COVID-19 kepada UMKM bersama otoritas adalah kemampuan UMKM untuk beralih
terkait di daerah; m e m p ro d uksi baran g - baran g yan g
dibutuhkan masyarakat di tengah pandemi
2. Melakukan peningkatan kapasitas UMKM
COVID-19 dan pemanfaatan platform digital
melalui pelatihan;
untuk kegiatan pemasaran dan pembayaran.
3. Mempercepat akses pembiayaan/ UMKM mendapatkan berbagai manfaat dari
permodalan bekerja sama dengan Badan penggunaan program QR Code Indonesian
Musyawarah Perbankan Daerah (BMPD), Standard (QRIS) yang semakin meluas dimasa
Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas), pandemi COVID-19, karena mendukung
BUMN, dan Konsultan Keuangan Mitra pembayaran tanpa kontak langsung untuk
Bank (KKMB), termasuk pemanfaatan mengurangi risiko penularan virus melalui
Program Sosial Bank Indonesia (PSBI); dan media fisik. QRIS saat ini telah menjangkau
hingga ke-34 provinsi dan hampir seluruh
4. Penerapan aplikasi digital untuk kabupaten kota di Indonesia.
pembayaran dan pemasaran di pasar
tradisional dan bisnis ritel agar transaksi
dapat berjalan efektif dan lebih efisien.

3 Survei kepada 960 UMKM binaan dan mitra BI per 11 Juli 2020

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020 42


Bab 2: Kondisi Stabilitas
Sistem Keuangan

Untuk mendukung UMKM terdampak Selain menetapkan MDR QRIS 0% untuk


COVID-19, Bank Indonesia menetapkan merchant usaha mikro dan pengembangan
merchant discount rate (MDR) QRIS 0% untuk QRIS TTM, QRIS juga dapat membantu
segmen usaha mikro, yang mulai berlaku sejak UMKM dalam melakukan pencatatan history
1 April 2020 hingga 30 September 2020 dan transaksi. Pencatatan history transaksi ini akan
direncanakan diperpanjang selama masa bermanfaat dalam penyusunan credit profile
COVID-19. Program ini mendapat sambutan bagi bank sehingga meningkatkan peluang
baik dari masyarakat yang terlihat dari jumlah UMKM untuk mendapatkan tambahan modal
merchant dan volume transaksi yang terus kerja di tengah situasi sulit yang dihadapi
meningkat dengan nominal transaksi per UMKM di masa pandemi ini. Berbagai
Agustus 2020 mencapai sekitar Rp793 Miliar manfaat tersebut yang diperoleh UMKM
(Grafik B2.3.3.2). Disamping itu, Bank Indonesia melalui penggunaan QRIS diharapkan dapat
juga mengembangkan QRIS Tanpa Tatap membantu UMKM untuk dapat bertahan di
Muka (QRIS TTM) yang dapat digunakan untuk masa pandemi COVID-19.
menunjang pembelanjaan secara online tanpa
perlu bertatap muka dengan penjual.

Grafik B2.3.3.2 Perkembangan Implementasi QRIS 2020

Juta Miliar Rp
14 900
793
800
12
10,56 700
10
600
8 500

6 400
4,33 300
4
200
2
100

0 0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu
Jumlah merchant Volume Transaksi Nominal Transaksi (Skala kanan)
Sumber: Bank Indonesia, diolah

43 KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020


Bab 3: Penguatan Sinergi dan Koordinasi serta Respons Kebijakan dalam Pemulihan Ekonomi Nasional dan SSK

BAB 3

PENGUATAN
SINERGI DAN
KOORDINASI
SERTA RESPONS
KEBIJAKAN
DALAM
PEMULIHAN
EKONOMI
NASIONAL DAN
SSK
Pandemi COVID-19 merupakan kejadian
extraordinary yang sampai saat ini masih terus
meningkat, menyebabkan disrupsi sangat
dinamis dan cepat sehingga mengganggu
perekonomian dan stabilitas sektor keuangan.
Diperlukan kebijakan dan langkah luar biasa dari
pemerintah dan lembaga terkait agar mampu
menjaga stabilitas sistem keuangan. Undang-
Undang Nomor 2 tahun 2020 merupakan
langkah kebijakan extraordinary yang dikeluarkan
Pemerintah dengan memberikan penguatan
kewenangan kepada anggota KSSK yaitu
Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, OJK, dan
LPS untuk dapat menerapkan bauran kebijakan
nasional yang dapat menjaga kestabilan di
sistem keuangan. Koordinasi dan sinergi untuk
menghadapi dampak pandemi COVID-19 juga
dilakukan di level internasional, dimana Indonesia
berperan aktif dalam dinamika pembahasan di
fora internasional terkait penanganan COVID-19
yang berdampak ke sektor keuangan.

Bank Indonesia berkoordinasi erat dengan


Pemerintah dan KSSK untuk terus memperkuat
seluruh instrumen bauran kebijakan moneter,
makroprudensial, dan sistem pembayaran dalam
upaya melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah,
mengendalikan inflasi, mendukung stabilitas
sistem keuangan, dan pada saat yang sama
mencegah penurunan kegiatan ekonomi lebih
lanjut.

45 KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020


Bab 3: Penguatan Sinergi dan Koordinasi serta Respons Kebijakan dalam Pemulihan Ekonomi Nasional dan SSK

3.1. Sinergi dan koordinasi jumlah larangan dan pembatasan untuk ekspor
dan impor bahan baku, percepatan proses
kebijakan antar otoritas
ekspor-impor untuk Reputable Traders, serta
dalam Pemulihan Ekonomi peningkatan dan percepatan layanan eskpor-
Nasional impor dan pengawasan melalui National Logistic
Ecosystem (NLE) guna meningkatkan efisiensi
Penyebaran COVID-19 menimbulkan disrupsi
logistik nasional. Selain itu, Pemerintah juga
ekonomi global dengan spillover effect yang
melakukan refocusing program dan relokasi
memengaruhi kondisi sosio-ekonomi masyarakat
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)/
tercermin dari penurunan pendapatan,
Angaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD),
pelemahan daya beli, dan pemutusan hubungan
serta memanfaatkan dana cadangan untuk
kerja akibat pembatasan aktivitas ekonomi.
percepatan penanganan COVID-19 .
Seiring dengan gejolak di pasar keuangan dan
disrupsi ekonomi global, tekanan juga terjadi Selain stimulus kebijakan yang diambil
di pasar keuangan dalam negeri. Depresiasi Pemerintah, Bank Indonesia juga mengeluarkan
rupiah, penurunan kinerja saham serta kenaikan berbagai bauran kebijakan melalui kebijakan
imbal hasil dari surat berharga negara menjadi moneter, makroprudensial, dan sistem
cerminan dari gejolak di pasar keuangan pembayaran terutama untuk memperkuat
domestik. Disrupsi terhadap aktivitas masyarakat, stabilisasi di pasar valas, pasar keuangan, dan
dunia usaha, investasi, dan pasar keuangan telah penyediaan pembiayaan dari perbankan, serta
menyebabkan pemburukan perekonomian memperlancar penyaluran bantuan nontunai
domestik. pemerintah. Berbagai kebijakan yang telah
diambil Bank Indonesia adalah :
Untuk mengantisipasi tekanan terhadap
perekonomian dan stabilitas keuangan 1. Menurunkan suku bunga kebijakan BI 7-Day
domestik yang berpotensi semakin meningkat Reverse Repo Rate (BI7DRR);
seiring meluasnya dampak pandemi COVID-19,
Pemerintah telah mengeluarkan berbagai 2. Kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah
stimulus fiskal dan nonfiskal berupa kenaikan melalui intervensi di pasar spot, DNDF, dan
anggaran kesehatan, bantuan kepada rumah pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di
tangga, pekerja dan jaring pengaman sosial, pasar sekunder;
serta program pemulihan ekonomi khususnya
3. Menurunkan GWM valas;
bagi yang terkena dampak COVID-19. Stimulus
fiskal tahap I pada Februari 2020 dikeluarkan 4. Menurunkan GWM rupiah bagi bank
untuk mencegah perlambatan perekonomian yang melakukan kegiatan ekspor-impor,
yang ditujukan untuk sektor-sektor yang pembiayaan kepada usaha mikro, kecil dan
terdampak langsung pandemik COVID-19 melalui menengah (UMKM), dan/atau sektor prioritas
stimulus belanja, serta percepatan belanja lain;
dan kebijakan mendorong sektor padat karya
5. P e l o n g g a r a n Rasio Intermediasi
untuk memperkuat perekonomian domestik.
Makroprudensial (RIM); dan
Selanjutnya pada Maret 2020, Pemerintah
mengeluarkan stimulus fiskal tahap II dalam 6. Menyediakan uang higienis, menurunkan
rangka menjaga daya beli masyarakat dan biaya Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia
keberlanjutan dunia usaha selama enam (SKNBI), dan mendukung penyaluran dana
bulan (April sampai dengan September 2020) nontunai program-program Pemerintah,
melalui relaksasi PPh-21, pembebasan PPh-22, seperti bansos Program Keluarga Harapan
pengurang PPh-25, dan restitusi PPN dipercepat (PKH) dan Bantuan Pangan Non-Tunai
bagi sektor-sektor tertentu. Pemerintah juga (BPNT), Program Kartu Prakerja, dan Kartu
mengeluarkan stimulus nonf iskal sebagai Indonesia Pintar.
dorongan terhadap kegiatan ekspor-impor,
antara lain penyederhanaan dan pengurangan

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020 46


Bab 3: Penguatan Sinergi dan Koordinasi serta Respons Kebijakan dalam Pemulihan Ekonomi Nasional dan SSK

Otoritas Jasa Keuangan selaku otoritas yang otoritas mendasarkan asesmen dan respons
mengatur dan mengawasi lembaga jasa kebijakannya pada historical data saja. Untuk
keuangan, juga telah mengeluarkan berbagai itu, dilakukan asesmen forward looking dengan
kebijakan yang bersifat pre-emptive baik di mendasarkan pada perkembangan ekonomi dan
sektor perbankan, pasar modal, dan Industri pasar keuangan saat ini, ditambah adanya fakta
Keuangan Non-Bank (IKNB) untuk memberikan sinyal pemburukan yang mulai terlihat di sektor
ruang bagi masyarakat dan lembaga jasa keuangan. Sebagai dasar dalam menentukan
keuangan yang terdampak secara langsung langkah kebijakan yang diperlukan, anggota
maupun tidak langsung. Kebijakan dimaksud Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yaitu
antara lain kebijakan di pasar modal, sehingga Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, Otoritas
dapat meredam volatilitas di pasar modal Jasa Keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan
dan relaksasi ketentuan guna mendukung bersinergi untuk melakukan tindakan antisipasi
pelaksanaan physical distancing. Kebijakan (forward looking) atas dampak COVID-19 terhadap
dimaksud yaitu: (i) pembelian kembali (buyback) perekonomian dan sektor keuangan. Pandemi
saham oleh emiten atau perusahaan publik COVID-19 merupakan kejadian extraordinary,
dalam kondisi pasar berfluktuasi secara yang hingga saat ini diperkirakan masih terus
signifikan; (ii) mekanisme perdagangan saham meningkat. Pemerintah dan lembaga terkait
di pasar modal; (iii) relaksasi penyampaian perlu segera mengambil kebijakan dan langkah
laporan berkala; (iv) penyelenggaraan Rapat luar biasa dalam rangka menjamin kesehatan
Umum Pemegang Saham (RUPS) oleh emiten masyarakat, menyelamatkan perekonomian
dan perusahaan publik; dan (v) perubahan jam nasional, dan menjaga stabilitas sistem keuangan
perdagangan di bursa efek. Selain itu, Otoritas melalui berbagai relaksasi kebijakan, serta
Jasa Keuangan memberikan relaksasi pengaturan penguatan kewenangan berbagai lembaga di
penilaian kualitas aset kredit/pembiayaan yang sektor keuangan agar mampu menangani kondisi
direstrukturisasi langsung digolongkan “lancar” kedaruratan (kegentingan memaksa).
di perbankan dan lembaga pembiayaan. Relaksasi
Hal serupa dilakukan oleh semua negara, yaitu
diberikan dengan jangka waktu maksimum satu
dengan merespons pandemi COVID-19 melalui
tahun bagi debitur yang terdampak COVID-19
langkah kebijakan extraordinary untuk mencegah
untuk memitigasi potensi peningkatan risiko
krisis kesehatan dan mengantisipasi dampaknya
kredit dan memberikan kemudahan kepada
terhadap perekonomian. Dalam kasus Indonesia,
pelaku usaha dan masyarakat agar dapat
langkah kebijakan extraordinary ini tertuang
melanjutkan kegiatan usahanya.
dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Merespons penurunan suku bunga kebijakan serta Undang (Perppu) yang kemudian diundangkan
kondisi likuiditas perbankan, Lembaga Penjamin menjadi Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020
Simpanan telah menetapkan penurunan tingkat tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
bunga penjaminan untuk simpanan Rupiah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun
di Bank Umum dan simpanan Rupiah di BPR 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan
sebesar 125 bps sejak Januari sampai dengan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan
Oktober 2020 serta mempertahankan tingkat Pandemi COVID-19 dan/atau Dalam Rangka
bunga penjaminan untuk simpanan valuta asing Menghadapi Ancaman yang Membahayakan
di Bank Umum. Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem
Keuangan menjadi Undang-Undang.
Dengan melihat potensi pemburukan ekonomi
yang dapat mengguncang stabilitas sistem Dalam kondisi pandemi COVID-19, UU Nomor 2
keuangan Indonesia yang ditunjukkan dengan Tahun 2020 telah hadir melengkapi UU Nomor 9
penurunan berbagai aktivitas ekonomi domestik, Tahun 2016 tentang Pencegahan dan Penanganan
maka diperlukan langkah-langkah mitigasi Krisis Sistem Keuangan (UU PPKSK) sebagai
yang tepat dan memadai yang dilakukan landasan hukum dalam melakukan manajemen
oleh Pemerintah maupun lembaga terkait. krisis. Penguatan kewenangan yang diamanatkan
Namun, hal ini tidak dapat terlaksana apabila oleh UU Nomor 2 Tahun 2020 kepada keempat

47 KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020


Bab 3: Penguatan Sinergi dan Koordinasi serta Respons Kebijakan dalam Pemulihan Ekonomi Nasional dan SSK

anggota KSSK (Kementerian Keuangan, Bank likuiditas dan tidak memenuhi persyaratan
Indonesia, OJK, dan LPS) diharapkan mampu PLJP/PLJPS yang dijamin oleh Pemerintah
memitigasi risiko krisis keuangan ke depan. dan diberikan berdasarkan Keputusan KSSK;
(iii) pembelian Surat Utang Negara (SUN) dan/
Penguatan kewenangan yang diamanatkan
atau Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)
kepada Bank Indonesia meliputi: (i) penanganan
berjangka panjang di pasar perdana untuk
permasalahan bank melalui pemberian Pinjaman
penanganan permasalahan sistem keuangan
Likuiditas Jangka Pendek/Pembiayaan Likuiditas
yang membahayakan perekonomian nasional,
Jangka Pendek Syariah (PLJP/PLJPS) untuk
termasuk untuk tujuan tertentu khususnya
bank sistemik dan bank selain bank sistemik;
dalam rangka pandemi COVID-19; (iv) pembelian/
(ii) pemberian Pinjaman Likuiditas Khusus (PLK)
repo SBN milik LPS untuk biaya penanganan
kepada bank sistemik yang mengalami kesulitan
permasalahan solvabilitas bank sistemik

Gambar 3.1.1 UU PPKSK dan UU Nomor 2 Tahun 2020 Sebagai Dasar Hukum Pencegahan dan
Penanganan Krisis Sistem Keuangan

UU PPKSK dan UU Nomor 2 Tahun 2020 Sebagai Dasar Hukum

Prinsip Dasar Memperkuat Metode Penguatan Bail in Kendali


Koordinasi Penanganan Pengawasan Presiden
4 Lembaga Lebih Lengkap Perbankan

Titik berat UU PPKSK terletak pada pencegahan dan penanganan permasalahan


bank sistemik, dengan pertimbangan:
UU PPKSK

1. Permasalahan bank sistemik dapat menyebabkan gagalnya sistem pembayaran


sehingga sistem keuangan tidak berjalan efektif dan berdampak langsung pada
Titik Berat jalannya roda perekonomian.
2. Sebagian besar dana masyarakat saat ini dikelola oleh sektor perbankan,
khususnya bank sistemik. Untuk itu perlu dijaga keberlangsungan fungsi dan
layanan utama bank dari kemungkinan kegagalan.

Langkah yang Penetapan Bank Pengaturan Penanganan Penanganan Resolusi Bank


Ditempuh Sistemik Bank Sistemik Likuiditas Bank Solvabilitas Bank Sistemik dan PRP
Berkoordinasi Sistemik dengan Sistemik
PLJP/PLJPS

Perlunya dukungan terhadap APBN dalam rangka (i) penanganan pandemi COVID-19;
Ruang Lingkup (ii) menghadapi ancaman yang membahayakan perekonomian nasional dan/atau
SSK,maka ditetapkan kebijakan keuangan negara dan kebijakan SSK.

Penguatan Untuk pelaksanaan kebijakan SSK diperlukan penguatan kewenangan lembaga


Kewenangan anggota KSSK yang sebelumnya telah diatur dalam UU PPKSK.
UU No.2 Tahun 2020

Penguatan kewenangan BI meliputi: Penguatan kewenangan Penguatan Penguatan


1. Penanganan permasalahan Bank LPS terkait: kewenangan kewenangan
melalui: (i) pemberian PLJP/PLJPS OJK terkait Pemerintah
1. Penanganan
untuk BS & BSBS dan (ii) pemberian pengaturan untuk
permasalahan solvabilitas
PLK untuk BS. lembaga jasa memberikan
Bank.
keuangan. pinjaman
2. Pembelian SUN &/ SBSN di pasar 2. Melakukan upaya-upaya
kepada LPS.
perdana sebagai sumber pendanaan tertentu dalam hal LPS
bagi pemerintah. diperkirakan akan
mengalami kesulitan
3. Pembelian/repo SBN milik LPS
likuiditas untuk
sebagai dukungan kepada LPS.
penanganan bank gagal.
4. Pengaturan LLD untuk menjaga
stabilitas makroekonomi dan SK.
5. Pemberian akses pendanaan
korporasi/swasta dengan cara repo
SUN/SBSN yang dimiliki korporasi/
swasta melalui perbankan.

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: Bank Indonesia, diolah KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020 48
Bab 3: Penguatan Sinergi dan Koordinasi serta Respons Kebijakan dalam Pemulihan Ekonomi Nasional dan SSK

dan bank selain bank sistemik; (v) mengatur yang mengalami kesulitan likuiditas dan tidak
kewajiban penerimaan dan penggunaan devisa memenuhi persyaratan pemberian PLJP/PLJPS.
bagi penduduk termasuk ketentuan mengenai Pemberian PLK tersebut dijamin oleh Pemerintah
penyerahan, repatriasi, dan konversi devisa untuk dan diberikan berdasarkan keputusan KSSK.
menjaga kestabilan makroekonomi dan sistem Mengingat seluruh biaya pencegahan dan
keuangan; dan (vi) pemberian akses pendanaan penanganan krisis pada akhirnya akan
kepada korporasi/swasta dengan cara repo SUN/ ditanggung Pemerintah, maka early involvement
SBSN yang dimiliki korporasi/swasta melalui Pemerintah dalam bentuk penjaminan PLK
perbankan. dipandang dapat mengurangi biaya krisis. Sampai
saat ini, ketentuan pelaksanaan terkait PLK masih
Penguatan kewenangan Bank Indonesia sebagai
terus dalam pembahasan antar anggota KSSK.
Lender of The Last Resort (LoLR) telah diwujudkan
dengan pengaturan dalam UU Nomor 2 Tahun Selanjutnya sebagai bagian yang tidak
2020 terkait PLJP/PLJPS dan PLK. UU Nomor terpisahkan dalam program Pemulihan Ekonomi
2 Tahun 2020 mengatur bahwa OJK menilai Nasional (PEN), Bank Indonesia diberikan
persyaratan/kecukupan solvabilitas dan tingkat kewenangan untuk melakukan pembelian SUN
kesehatan bank yang mengajukan permohonan dan/atau SBSN di pasar perdana yang ditujukan
PLJP/PLJPS. Selain itu, bank tersebut harus untuk penanganan permasalahan sistem
memiliki agunan berkualitas tinggi sebagai keuangan yang membahayakan perekonomian
jaminan PLJP/PLJPS yang memenuhi ketentuan nasional, termasuk surat utang negara yang
sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank diterbitkan dengan tujuan tertentu khususnya
Indonesia mengenai PLJP/PLJPS dan diperkirakan dalam rangka pandemi COVID-19. Pembelian
mampu untuk mengembalikan PLJP/PLJPS. SBN oleh Bank Indonesia dilakukan saat pasar
Dalam pengaturan ini tampak sinergi dan tidak dapat menyerap seluruh SUN dan/atau
koordinasi yang lebih erat antara Bank Indonesia SBSN yang diterbitkan oleh Pemerintah baik
dan OJK dalam penanganan permasalahan bank. karena volume atau yield terlalu tinggi. Dengan
Sebagai kreditur dan pihak yang menanggung demikian, Bank Indonesia akan bertindak sebagai
risiko kredit dari PLJP/PLJPS, Bank Indonesia perlu last resort, sehingga dalam kondisi normal, Bank
mendapat keyakinan atas kemampuan bank Indonesia tidak akan melakukan pembiayaan
mengembalikan PLJP/PLJPS. Untuk itu dilakukan defisit fiskal dengan pembelian SUN dan/atau
beberapa upaya penguatan koordinasi Bank SBSN dari pasar perdana sebagaimana diatur
Indonesia dengan OJK meliputi (i) meningkatkan dalam UU Bank Indonesia.
intensitas pertukaran informasi terhadap
Dalam pembelian SUN dan/atau SBSN di pasar
bank yang berpotensi mengalami kesulitan
perdana, telah diatur beberapa prinsip dasar
likuiditas dan penurunan tingkat kesehatan;
seperti (i) pembelian akan dilakukan melalui
(ii) memastikan pemenuhan persyaratan/
mekanisme pasar; (ii) mempertimbangkan
kecukupan solvabilitas dan kesehatan terhadap
dampaknya terhadap inflasi secara terukur; (iii)
bank yang mengajukan permohonan PLJP/PLJPS;
dilakukan terhadap SUN dan/atau SBSN bersifat
(iii) menyelenggarakan pertemuan koordinasi di
tradable dan marketable; dan (iv) Bank Indonesia
level Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia
berperan sebagai last resort dalam hal kapasitas
dan Anggota Dewan Komisioner OJK. Penguatan
pasar tidak dapat menyerap seluruh SBN baik
sinergi dan koordinasi antara Bank Indonesia
SUN maupun SBSN yang diterbitkan Pemerintah.
dan OJK dituangkan dalam penyempurnaan
Sesuai Keputusan Bersama antara Menteri
Keputusan Bersama dan Perjanjian Kerja Sama
Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia 16 April
(PKS) dalam rangka pemberian PLJP dan PLJPS
2020, pembelian SUN dan/atau SBSN di pasar
yang sudah ada sebelumnya.
perdana dapat dilakukan melalui mekanisme (i)
Masih dalam kaitan peran Bank Indonesia sebagai lelang SUN dan/atau SBSN dengan mekanisme
LOLR, UU Nomor 2 Tahun 2020 memberikan pengajuan penawaran pembelian nonkompetitif
kewenangan kepada Bank Indonesia untuk (non-competitive bidder); (ii) lelang SUN dan/
dapat memberikan PLK kepada bank sistemik atau SBSN tambahan (greenshoe option),

49 KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020


Bab 3: Penguatan Sinergi dan Koordinasi serta Respons Kebijakan dalam Pemulihan Ekonomi Nasional dan SSK

Gambar 3.1.2 Mekanisme


UU PPKSK Pembelian
dan PERPPU SUN2020
No.1 Tahun dan/atau SBSN
Sebagai DasardiHukum
Pasar Perdana

Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3

NON-COMPETITIVE
GREENSHOE OPTION PRIVATE PLACEMENT
BIDDER

Yield sesuai RRT hasil lelang Yield sesuai RRT hasil lelang Mengacu pada harga pasar
perdana hari yang sama perdana hari sebelumnya terkini (PT. PHEI).

Maks. bidding SUN: 25% Jika bid yang masuk lebih Jika pemerintah ingin
dari target lelang rendah dari target lelang menambah pembiayaan
maksimum
Maksimal penawaran Terms & Condition
Maks. bidding > 1 tahun: sama dengan penawaran sesuai kesepakatan
30% dari target lelang sebelumnya
SBSN maksimum

Sumber: Bank Indonesia

apabila target Lelang SUN dan/atau SBSN belum UMKM dan Korporasi non-UMKM, Pemerintah
terpenuhi; (iii) penempatan langsung (private melakukan penjualan SBN kepada market,
placement), apabila target Lelang SUN dan/atau sementara Bank Indonesia berkontribusi dalam
SBSN dan Lelang SUN dan/atau SBSN Tambahan pembagian beban biaya dengan Pemerintah.
belum terpenuhi (Gambar 3.1.2). Untuk pembiayaan non-public goods lainnya
di luar UMKM dan korporasi non-UMKM, beban
Pemerintah dan Bank Indonesia juga bersinergi
biaya ditanggung seluruhnya oleh Pemerintah.
dengan berbagi beban (burden sharing) dalam
penanganan COVID-19 dan pemulihan ekonomi Dengan adanya keputusan bersama antara
nasional yang dilakukan secara prudent, Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia
menerapkan tata kelola yang baik (good sebagaimana tersebut di atas, koordinasi
governance), transparan, dan akuntabel. Dalam dapat dilakukan secara lebih efektif dan efisien
implementasinya, burden sharing diharapkan utamanya terkait rencana penerbitan SUN
dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang dan/atau SBSN, evaluasi pembelian SUN dan/
sustainable dengan tetap memperhatikan atau SBSN, reprofiling SUN dan/atau SBSN, dan
kredibilitas dan integritas pengelolaan ekonomi, perpajakan. Koordinasi ini dilakukan secara
fiskal, dan moneter. Sesuai Keputusan Bersama berkala dan sewaktu-waktu dalam hal diperlukan.
antara Menteri Keuangan dan Gubernur Bank
Penguatan kewenangan yang juga diamanatkan
Indonesia pada 20 Juli 2020, skema burden
oleh UU Nomor 2 Tahun 2020 kepada Bank
sharing antara Pemerintah dan Bank Indonesia
Indonesia adalah bahwa Bank Indonesia diberikan
meliputi: (i) Pembiayaan untuk public goods yang
kewenangan membeli/repo SBN yang dimiliki
terdiri dari pembiayaan di bidang kesehatan,
LPS untuk biaya penanganan permasalahan
perlindungan sosial, serta sektoral kementerian/
solvabilitas bank sistemik dan bank selain bank
lembaga (K/L) dan Pemerintah Daerah; dan
sistemik. Pembelian SBN untuk penanganan
(ii) Pembiayaan untuk non-public goods
bank sistemik yang mengalami permasalahan
untuk pemulihan ekonomi dan dunia usaha
solvabilitas dilaksanakan berdasarkan keputusan
termasuk UMKM, serta korporasi non-UMKM.
KSSK, sedangkan pembelian SBN untuk
Pada pembiayaan public goods, Bank Indonesia
penanganan bank selain bank sistemik yang
melakukan pembelian SBN dengan mekanisme
mengalami permasalahan solvabilitas, dilakukan
private placement dan menanggung seluruh
secara langsung oleh LPS kepada Bank Indonesia.
beban biaya penerbitan SBN tersebut dengan
Untuk repo SBN, LPS dapat melakukan repo
mengembalikan bunga/imbalan yang diterima
untuk pemenuhan kebutuhan likuiditas dalam
kepada Pemerintah secara penuh. Sedangkan
penanganan bank (termasuk sistemik dan
untuk pembiayaan non-public goods untuk

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020 50


Bab 3: Penguatan Sinergi dan Koordinasi serta Respons Kebijakan dalam Pemulihan Ekonomi Nasional dan SSK

selain sistemik) yang mengalami permasalahan Penguatan sinergi dan koordinasi dengan
solvabilitas, secara langsung oleh LPS kepada Bank anggota KSSK akan terus diperkuat mengingat
Indonesia. Pembelian secara langsung tersebut area pencegahan dan penanganan krisis bersifat
dilakukan dalam rangka meminimalisir potensi cross sectoral. Koordinasi rutin secara bilateral
distorsi pasar. Pelaksanaan dari kewenangan ini Bank Indonesia dan OJK terus dilakukan antara
diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor lain, harmonisasi kebijakan makroprudensial
33 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kewenangan mikroprudensial, pemutakhiran daftar bank
Lembaga Penjamin Simpanan dalam rangka sistemik, dan koordinasi pemeriksaan bank.
Melaksanakan Langkah-Langkah Penanganan Koordinasi Bank Indonesia dan LPS terus
Permasalahan Stabilitas Sistem Keuangan, dan dilakukan antara lain, koordinasi dalam
diatur lebih detail dalam Peraturan Lembaga pertukaran data dan/atau informasi untuk
Penjamin Simpanan (PLPS) Nomor 3 Tahun 2020. mendukung pelaksanaan tugas dan wewenang
Penguatan kewenangan LPS dimaksud telah masing-masing lembaga, serta koordinasi
menjadi dasar dilakukannya penyempurnaan dalam penyusunan petunjuk pelaksanaan
Nota Kesepahaman (NK) Bank Indonesia dengan hubungan operasional bank perantara dengan
LPS dan penyusunan mekanisme koordinasi yang Bank Indonesia sebagai tindaklanjut telah
lebih detail dalam PKS. Dalam NK maupun LPS, diterbitkannya ketentuan Bank Indonesia dan
pembelian SBN dan/atau repo SBN dilaksanakan LPS terkait bank perantara. Selain penguatan
dengan mengutamakan prinsip-prinsip tata kerjasama bilateral, sinergi dan koordinasi
kelola yang baik dan akuntabel sesuai ketentuan, secara tripartit antara Bank Indonesia, OJK, dan
serta mengacu kepada mekanisme pasar. LPS semakin diperkuat dalam mewujudkan
implementasi integrasi pelaporan perbankan
Upaya untuk menjaga stabilitas makroekonomi
melalui mekanisme satu portal bersama. Selain
dan sistem keuangan juga diwujudkan dalam
itu, Bank Indonesia mendukung penguatan riset
pengaturan lalu lintas devisa (LLD) yang menjadi
bersama dengan OJK dan LPS untuk mendukung
kewenangan Bank Indonesia. Namun perlu
penyusunan kebijakan masing-masing lembaga,
dipahami bahwa kebijakan ini bukan merupakan
khususnya berkaitan dengan permasalahan
kontrol devisa. Kebebasan lalu lintas devisa
stabilitas sistem keuangan. Penentuan topik
bagi investor asing tetap dijamin, baik investasi
riset bersama juga diarahkan untuk menjawab
portofolio maupun Penanaman Modal Asing
kebutuhan dan tantangan ketiga lembaga
(PMA) masih dibutuhkan bagi ekonomi Indonesia
dalam menghadapi disrupsi yaitu pandemi
sehingga kebijakan lalu lintas devisa bebas
COVID-19 dan tantangan industri 4.0. Sinergi Bank
bagi investor asing tetap berlaku. Pengaturan
Indonesia, OJK, dan LPS juga diwujudkan melalui
LLD bagi penduduk Indonesia masih konsisten
joint program pengembangan kompetensi
dengan prinsip pengelolaan makroekonomi
sumber daya manusia yang diharapkan dapat
secara prudent yang berlaku secara internasional,
menjadi sarana pertukaran berbagai informasi
khususnya dalam kondisi ekonomi dalam tekanan
dan perkembangan mengenai stabilitas sistem
seperti akibat pandemi COVID-19. Pengaturan
keuangan atau isu lainnya yang terjadi di masing-
ini bertujuan untuk mendukung stabilitas nilai
masing lembaga.
tukar rupiah dan ketahanan eksternal ekonomi
Indonesia. Koordinasi Respons Kebijakan Fora
Internasional dalam Menghadapi pandemi
Lebih lanjut, UU Nomor 2 Tahun 2020 juga
COVID-19
memberikan penguatan kewenangan bagi Bank
Indonesia terkait pemberian akses pendanaan Di level internasional, koordinasi dan kerjasama
korporasi/swasta dengan cara repo SUN/SBSN yang sifatnya cross border terus diperkuat
yang dimiliki korporasi/ swasta melalui perbankan. mengingat penyebaran COVID-19 yang
Hal ini telah difasilitasi oleh Bank Indonesia dinyatakan oleh World Health Organization (WHO)
selama ini dengan penyediaan instrumen term sebagai pandemi pada sebagian besar negara-
repo dengan tenor hingga 12 bulan dan frekuensi negara di seluruh dunia, termasuk di Indonesia,
lelang yang dilakukan setiap hari. merupakan krisis kesehatan global yang sewaktu-

51 KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020


Bab 3: Penguatan Sinergi dan Koordinasi serta Respons Kebijakan dalam Pemulihan Ekonomi Nasional dan SSK

waktu dapat memburuk menjadi krisis ekonomi ditempuh dan mungkin akan diterapkan ke
dan keuangan global. COVID-19 menjadi ujian depan, termasuk efektivitasnya dan rencana
bagi stabilitas sistem keuangan pasca krisis penghentian extraordinary measures. Informasi
keuangan global 2008/2009. Walaupun sistem tersebut selanjutnya menjadi masukan
keuangan saat ini sudah lebih resilien pasca- dalam pelaksanaan peran FSB sebagai fora
penerapan reformasi keuangan global, seperti internasional yang berfungsi melakukan
Basel III, mitigasi potensi dan dampak kegagalan asesmen potensi kerentanan keuangan global
institusi keuangan sistemik, monitoring non- dan mengoordinasikan respons kebijakan
bank financial intermediaries, serta reformasi di tataran global. Asesmen yang dilakukan
pasar derivatif over-the-counter (OTC), tekanan termasuk dampak jangka panjang dari pandemi
pandemi COVID-19 yang berkepanjangan COVID-19 dan penerapan temporary measures,
berpotensi memengaruhi kinerja dan ketahanan terhadap ketahanan sistem keuangan. Dalam
sistem keuangan. Sebagai respons, otoritas melakukan monitoring, FSB fokus pada elemen
dari berbagai negara di seluruh dunia telah sistem keuangan yang dinilai kritikal bagi
menerapkan sejumlah extraordinary measures stabilitas sistem keuangan, seperti kemampuan
yang bersifat temporer untuk meningkatkan institusi keuangan dan pasar keuangan untuk
kemampuan institusi keuangan dalam menyerap tetap menyalurkan pembiayaan dalam periode
risiko, serta memastikan keberlangsungan fungsi economic downturn akibat pandemi COVID-19,
intermediasi dan stabilitas pasar keuangan. ketersediaan USD funding di emerging market,
kemampuan f inancial intermediary dalam
Mengingat dampak pandemi COVID-19 yang
mengelola risiko likuiditas, serta kemampuan
merata di seluruh dunia, pertukaran informasi
infrastruktur pasar keuangan dalam memitigasi
oleh otoritas di berbagai negara mengenai
risiko counterparty.
perkembangan yang terjadi di masing-masing
negara menjadi sangat penting. Untuk itu, FSB telah melaporkan hasil asesmennya serta
berbagai fora internasional, seperti G20, policy measures yang diterapkan oleh negara
meningkatkan intensitas pertemuan secara anggota kepada G20 sebanyak dua kali yaitu
virtual untuk memfasilitasi pertukaran informasi saat pertemuan G20 pada April dan Juli 2020.1
mengenai risiko dan kerentanan yang terjadi di Untuk memastikan respons kebijakan otoritas
negara anggota, termasuk kebijakan yang telah di masing-masing negara anggota terkoordinasi
dan mungkin akan diambil untuk mengatasi dengan baik di tataran global, dalam laporan
dampak pandemi COVID-19. kepada G20 pada April 2020, FSB menyampaikan
prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan oleh
Pada pertemuan G20 Finance Ministers
pelaku global dalam rangka memitigasi potensi
and Central Bank Governors April 2020, G20
risiko COVID-19. Prinsip-prinsip tersebut meliputi
memandatkan Financial Stability Board (FSB)
(i) pentingnya melanjutkan monitoring dan
untuk melanjutkan monitoring kerentanan
pertukaran informasi secara cepat dan tepat
di sektor keuangan, serta mengoordinasikan
waktu; (ii) mendorong pemanfaatan fleksibilitas
regulatory dan supervisory measures yang
buffer yang dimiliki perbankan tanpa mengurangi
diterapkan oleh negara anggota G20/FSB dan
kepatuhan terhadap implementasi standar
standard-setting bodies. Berdasarkan mandat
internasional; (iii) minimalisir beban operasional
tersebut, FSB secara rutin mengoordinasikan
institusi maupun otoritas, serta (iv) pentingnya
kompilasi measures yang diterapkan oleh
koordinasi kebijakan, terutama berkaitan dengan
otoritas keuangan yang menjadi anggota FSB,
rencana keluar dari temporary measures guna
serta memfasilitasi pertukaran pandangan dan
memitigasi potensi dampak yang ditimbulkan.
informasi
1
antar anggota. Cakupan pertukaran
informasi tersebut meliputi tantangan dan Pertukaran pengalaman dan informasi di
risiko yang dihadapi, kebijakan yang telah antara negara anggota tersebut selain menjadi

1 https://www.fsb.org/2020/04/covid-19-pandemic-financial-stability-implications-and-policy-measures-taken/ dan
https://www.fsb.org/2020/07/covid-19-pandemic-financial-stability-implications-and-policy-measures-taken/

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020 52


Bab 3: Penguatan Sinergi dan Koordinasi serta Respons Kebijakan dalam Pemulihan Ekonomi Nasional dan SSK

pembelajaran bagi anggota lainnya, juga menjadi Undang Undang Nomor 2 Tahun 2020. Indonesia
referensi bagi Standard-Setting Bodies seperti juga menyampaikan banyak masukan dalam
Basel Committee on Banking Supervision forum G20/FSB untuk memastikan keselarasan
(BCBS), dalam memformulasikan sikap, serta keputusan yang diambil di forum tersebut
dukungannya terhadap kebijakan yang ditempuh dengan kondisi dan kepentingan nasional. Ini juga
negara anggota, maupun mengevaluasi standar dilakukan untuk memastikan endorsement global
dan pengaturan yang ada. BCBS melalui Group of terhadap suatu kebijakan, tidak bertentangan
Central Bank Governors and Heads of Supervision dengan kebijakan yang telah diambil oleh otoritas
(GHOS) telah meng-endorse sejumlah measures Indonesia. Hal ini terutama mengingat kondisi
guna memberikan keleluasaan bagi perbankan Indonesia sebagai negara emerging yang tidak
dan otoritas pengawas untuk merespons sepenuhnya sama dengan negara maju, sehingga
dampak COVID-19, termasuk penundaan beberapa kebijakan yang ditempuh oleh negara
periode implementasi final reform Basel III, serta maju belum tentu sesuai dan dapat diterapkan
revisi kerangka risiko pasar dan persyaratan di Indonesia.
disclosure Pilar 3. 2 BCBS juga menerbitkan
Selain itu, salah satu kegiatan yang dilakukan
panduan teknis terkait exceptional measures
oleh Bank Indonesia adalah berpartisipasi dalam
dalam rangka penanganan COVID-19 dan
EMEAP Crisis Communication Test 2020 pada
penghitungan expected credit loss.3 Selain itu,
Maret 2020. Dalam rangka mendukung kesiapan
BCBS mempublikasikan pernyataan mengenai
Crisis Management Resolution Framework
penggunaan buffer Basel III guna mendorong
(CMRF) EMEAP, secara rutin diselenggarakan
perbankan dan otoritas agar dapat memanfaatkan
simulasi komunikasi krisis di antara negara
buffer permodalan yang ada untuk menyalurkan
anggota EMEAP dalam bentuk Crisis
kredit dan menyerap kerugian akibat COVID-19.
Communication Test (CCT). Tujuan pelaksanaan
Indonesia berperan dan berkontribusi dalam CCT adalah untuk mematangkan kesiapan negara
dinamika pembahasan di fora internasional dalam anggota EMEAP, khususnya dalam menghadapi
hal penanganan COVID-19. Sebagai anggota G20/ potensi krisis yang berdampak menimbulkan
FSB, Indonesia terlibat aktif dalam pertukaran cross-border spillover di kawasan Asia Pasifik.
informasi terkait kebijakan yang ditempuh dalam Keikutsertaan Bank Indonesia dalam pelaksanaan
penanganan COVID-19. Bank Indonesia secara CCT dimaksud adalah untuk meningkatkan
rutin menyampaikan update kebijakan yang telah kewaspadaan dan kesiapan protokol manajemen
diimplementasikan dalam rangka penanganan krisis Bank Indonesia dalam mengantisipasi krisis
COVID-19, utamanya kebijakan yang dikeluarkan yang terjadi di kawasan Asia Pasifik.
sebagai implementasi dari program PEN sesuai

23

2 https://www.bis.org/press/p200327.htm

3 https://www.bis.org/press/p200403.htm

53 KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020


Bab 3: Penguatan Sinergi dan Koordinasi serta Respons Kebijakan dalam Pemulihan Ekonomi Nasional dan SSK

3.2 Kebijakan Moneter dan Selain itu, Bank Indonesia juga memperluas
instrumen dan transaksi di pasar uang dan pasar
Stabilitas Sistem Keuangan
valas. Perluasan tersebut ditempuh dengan
Bank Indonesia telah mengambil langkah bauran menyediakan lebih banyak instrumen lindung
kebijakan dalam memitigasi peningkatan risiko nilai terhadap risiko nilai tukar rupiah melalui
pandemi COVID-19 terhadap perekonomian transaksi DNDF, memperbanyak transaksi swap
dan mendorong program Pemulihan valas, dan penyediaan term repo untuk kebutuhan
Ekonomi Nasional. Sebagai otoritas moneter perbankan. Penguatan operasi moneter dan
dan makroprudensial, Bank Indonesia terus pendalaman pasar keuangan syariah juga
memperkuat instrumen – instrumen bauran dilakukan melalui instrumen Fasilitas Likuiditas
kebijakan yang dimiliki untuk senantiasa menjaga Berdasarkan Prinsip Syariah (FLisBI), Pengelolaan
stabilitas nilai tukar rupiah dan mengendalikan Likuiditas Berdasarkan Prinsip Syariah (PaSBI),
inflasi, sekaligus mendukung stabilitas sistem dan Sertifikat Pengelolaan Dana Berdasarkan
keuangan. Prinsip Syariah Antar-Bank (SiPA). Selain itu,
Bank Indonesia memperkuat instrumen Term
Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga
Deposit valas untuk meningkatkan pengelolaan
kebijakan moneter (BI7DRR) sebesar 100 bps
likuiditas valas di pasar domestik dan mendorong
sejak Januari 2020 sampai dengan September
perbankan untuk menggunakan ruang
2020 menjadi 4,00%. Penurunan suku bunga
penurunan GWM valas yang diberikan Bank
dilakukan pada Februari, Maret, Juni, dan Juli
Indonesia untuk kebutuhan di dalam negeri.
2020 masing-masing sebesar 25 bps. Kebijakan
tersebut konsisten dengan prakiraan inflasi yang Bank Indonesia juga melakukan injeksi
tetap rendah, stabilitas eksternal yang terjaga, dan likuiditas (quantitative easing) ke pasar uang
turut mendorong pemulihan ekonomi di masa dan perbankan dalam jumlah besar sejak awal
pandemi COVID-19. 2020 untuk mendorong pembiayaan bagi dunia
usaha dan pemulihan ekonomi nasional. Injeksi
Dalam rangka stabilisasi nilai tukar rupiah
likuiditas ditempuh melalui beberapa jalur
sesuai nilai fundamental dan mekanisme pasar
antara lain pembelian SBN dari pasar sekunder,
di tengah ketidakpastian pasar keuangan
penyediaan likuiditas perbankan dengan repo
global yang masih berlanjut, Bank Indonesia
SBN, swap valas, serta penurunan GWM Rupiah.
melakukan peningkatan intensitas kebijakan
Hingga 15 September 2020, Bank Indonesia telah
triple intervention di pasar spot, DNDF, maupun
menambah likuiditas di perbankan sekitar Rp662,1
pembelian SBN di pasar sekunder. Bank Indonesia
Triliun, terutama bersumber dari penurunan GWM
juga menurunkan GWM valuta asing (valas) untuk
sekitar Rp155 Triliun dan ekspansi moneter sekitar
meningkatkan likuiditas valas di perbankan
Rp491,3 Triliun. Bank Indonesia menekankan
sekaligus mengurangi tekanan di pasar valas.
pada jalur kuantitas melalui penyediaan likuiditas
Bank Indonesia juga memperluas jenis underlying
untuk mendorong pemulihan ekonomi dari
transaksi bagi investor asing untuk memberikan
dampak pandemi COVID-19, termasuk dukungan
alternatif lindung nilai atas kepemilikan Rupiah.
Bank Indonesia kepada Pemerintah dalam
Kebijakan stabilisasi nilai tukar tersebut juga
mempercepat realisasi APBN 2020.
didukung kerja sama bilateral swap dan repo
line dengan sejumlah bank sentral negara lain,
termasuk bank sentral AS dan Tiongkok, sehingga
ketahanan eksternal makin kuat.

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020 54


Bab 3: Penguatan Sinergi dan Koordinasi serta Respons Kebijakan dalam Pemulihan Ekonomi Nasional dan SSK

Gambar 3.2.1 Kebijakan Moneter, Kebijakan Makroprudensial, dan SSK

KEBIJAKAN MONETER
STABILITAS
Penurunan Suku Bunga BI7DRR SISTEM
KEUANGAN
Stabilisasi Nilai Tukar Rupiah sesuai
fundamental dan mekanisme pasar:
Peningkatan intensitas triple intervention di pasar
spot, DNDF, dan pembelian SBN di pasar sekunder. KETAHANAN
Penurunan GWM Valas.
Kerjasama bilateral swap dan repo line dengan
bank sentral lain. Risiko
Kredit
Injeksi Likuiditas ke pasar uang dan perbankan
melalui, pembelian SBN di pasar sekunder dan
penyediaan likuiditas perbankan melalui term repo
SBN, Swap Valas, serta penurunan GWM Rupiah
Likuiditas

Memperluas instrumen dan transaksi di pasar


uang dan pasar valas, termasuk:
1. Memperbanyak instrumen lindung nilai (DNDF,
swap valas, dan term repo).
2. Memperkuat OM dan pendalaman pasar Solvabilitas
keuangan syariah (FLisBI, PaSBI, SiPA).
3. Memperkuat term deposit valas.

Risiko
Pasar
KEBIJAKAN MAKROPRUDENSIAL

Pelonggaran Rasio Intermediasi


Makroprudensial (RIM) Disinsentif batas atas
dan batas bawah menjadi 0.

Pelonggaran GWM Harian Rupiah bagi bank


yang melakukan penyediaan dana untuk
kegiatan ekspor, impor, dan/atau UMKM.

Intermediasi
Peningkatan Penyangga Likuiditas
Makroprudensial (PLM)
Kenaikan rasio dipenuhi dengan SBN yang
diterbitkan Pemerintah.

Sumber: Bank Indonesia

Penurunan BI7DRR dan berbagai upaya stabilisasi stabilitas nilai tukar juga mendukung kestabilan
nilai tukar rupiah juga menopang ketahanan nilai aset yang dimiliki perbankan sehingga turut
sistem keuangan. Dengan semakin stabilnya memelihara solvabilitas perbankan.
nilai tukar rupiah maka eksposur risiko pasar
Pelonggaran moneter yang ditempuh Bank
yang dihadapi sektor riil dapat berkurang.
Indonesia ditransmisikan pula melalui jalur
Bila ketahanan sektor riil makin kuat dengan
harga aset. Di pasar obligasi, likuiditas yang
kemampuan bayar yang terjaga maka risiko kredit
memadai serta penurunan BI7DRR berkontribusi
di perbankan dapat ditekan dan pada akhirnya
menurunkan imbal hasil obligasi, termasuk
solvabilitas perbankan pun terjaga. Di sisi lain,

55 KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020


Bab 3: Penguatan Sinergi dan Koordinasi serta Respons Kebijakan dalam Pemulihan Ekonomi Nasional dan SSK

SBN. Stabilitas harga atau imbal hasil SBN juga Selain meningkatkan likuiditas perbankan,
mendukung ketahan perbankan karena nilai kebijakan penurunan GWM yang dikeluarkan oleh
aset yang dimiliki bank relatif terjaga, ditengah Bank Indonesia juga mendukung profitabiltitas
ketidakpastian keuangan global yang masih bank ditengah penurunan penerimaan bunga
tinggi. yang berasal dari penyaluran kredit. Tambahan
likuiditas yang berasal dari penurunan GWM
Kebijakan quantitative easing mendukung
ditempatkan oleh perbankan dalam surat
likuiditas perbankan. Bank Indonesia
berharga pemerintah atau melalui penempatan
memperbanyak penyediaan term repo
pada Bank Indonesia sehingga dapat memberikan
yang dapat dioptimalkan perbankan ketika
imbal hasil. Penerimaan yang didapatkan dari
membutuhkan likuiditas. Kebijakan tersebut
imbal hasil tersebut dapat meredam penurunan
mendukung ketahanan beberapa bank yang
profitabilitas yang lebih dalam. Sejak April 2020,
mengalami penurunan dana pihak ketiga (DPK)
pertumbuhan aset produktif bank yang berasal
di tengah aktivitas ekonomi yang terbatas dan
dari surat berharga mengalami peningkatan yang
restrukturisasi kredit yang terus meningkat. Bank
cukup signifikan, ditengah penurunan yang terus
Indonesia juga menurunkan GWM baik Rupiah
terjadi pada pertumbuhan kredit.
maupun valas untuk memberikan ruang likuiditas
tambahan bagi perbankan. Ketika menurunkan Sejalan dengan penurunan suku bunga
GWM valas, Bank Indonesia juga memperkuat kebijakan (BI7DRR), suku bunga perbankan
instrumen term deposit valas untuk mendorong juga mulai menurun, namun pertumbuhan
perbankan menggunakan ruang pelonggaran kredit masih terhambat karena masih lemahnya
GWM valas untuk kebutuhan dalam negeri. perekonomian. Ke depan, ekspansi moneter Bank
Perbankan dapat menjaga ketahanan likuiditas Indonesia yang sementara ini masih tertahan di
melalui penempatan di term deposit valas di perbankan diharapkan dapat lebih efektif dalam
tengah permintaan kredit yang masih terbatas. mendukung fungsi intermediasi perbankan
Dengan meningkatnya ketahanan likuiditas sehingga dapat mempercepat proses pemulihan
tersebut, diharapkan perbankan dapat lebih ekonomi.
mendorong fungsi intermediasi yang masih
lemah sebagai dampak pandemi COVID-19.

Grafik 3.2.1 Perkembangan Aset Produktif Perbankan (%yoy)

%
30

20

10

-10

-20

-30
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
2019 2020
Penempatan pada Bank Indonesia Penempatan pada Bank Lain
Surat Berharga Kredit yang Diberikan

Sumber: Bank Indonesia, diolah

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020 56


Bab 3: Penguatan Sinergi dan Koordinasi serta Respons Kebijakan dalam Pemulihan Ekonomi Nasional dan SSK

3.3. Kebijakan Makroprudensial untuk mendorong kredit, maka besaran


countercyclical buffer (CCB) bagi bank ditetapkan
Akomodatif untuk
tidak berubah yaitu sebesar 0%.
Memperkuat Ketahanan
dan Mendukung Pemberian Insentif Bagi Bank yang
Memberikan Penyediaan Dana Untuk Kegiatan
Intermediasi
Ekonomi Tertentu Sebagai Dukungan Untuk
Pada Semester I 2020, stabilitas sistem keuangan Perekonomian yang Terdampak COVID-19
tetap terjaga, meskipun risiko dari meluasnya
Sebagai salah satu upaya Bank Indonesia dalam
dampak COVID-19 terhadap stabilitas sistem
mendukung penanganan dampak perekonomian
keuangan terus dicermati. Fungsi intermediasi
akibat COVID-19, pada Maret 2020 telah
dari sektor keuangan masih lemah akibat
diterbitkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor
pertumbuhan kredit yang terbatas, sejalan
22/4/PBI/2020 tentang Insentif bagi Bank yang
permintaan domestik yang belum kuat karena
Memberikan Penyediaan Dana untuk Kegiatan
kinerja korporasi yang tertekan dan kehati-
Ekonomi Tertentu guna Mendukung Penanganan
hatian perbankan akibat berlanjutnya pandemi
Dampak Perekonomian Akibat Wabah Virus
COVID-19. Untuk mendukung kebijakan moneter
Corona. Kebijakan ini dilatarbelakangi oleh
dan untuk merespons adanya kerentanan dan
adanya pandemi COVID-19 yang berpotensi
risiko di korporasi dan rumah tangga yang dapat
mengganggu aktivitas produksi dalam negeri
menimbulkan risiko di perbankan dan IKNB
yang dapat berimbas kepada menurunnya siklus
sebagai lembaga intermediasi, Bank Indonesia
keuangan, sehingga diperlukan penguatan
mengeluarkan kebijakan makroprudensial yang
fungsi intermediasi perbankan melalui kebijakan
akomodatif. Penurunan GWM Rupiah sebesar
makroprudensial yang akomodatif.
200 bps untuk Bank Umum Konvensional (BUK)
dan 50 bps untuk Bank Umum Syariah (BUS)/ Kebijakan insentif diberikan dalam bentuk
Unit Usaha Syariah(UUS) yang berlaku sejak 1 Mei kelonggaran atas kewajiban pemenuhan Giro
2020, direspons oleh kebijakan makroprudensial Wajib Minimum (GWM) dalam rupiah yang wajib
dengan menaikkan rasio Penyangga Likuiditas dipenuhi secara harian sebesar 50 bps untuk
Makroprudensial (PLM) sebesar 200 bps untuk bank yang memberikan penyediaan dana untuk
Bank Umum Konvensional, dan sebesar 50 bps kegiatan ekonomi tertentu (targeted) secara
untuk Bank Umum Syariah/Unit Usaha Syariah. temporer. Cakupan kegiatan ekonomi tertentu
Kenaikan PLM tersebut wajib dipenuhi melalui adalah kegiatan ekspor, impor, UMKM, dan/atau
pembelian SUN/SBSN yang akan diterbitkan oleh sektor prioritas lainnya yang ditetapkan Bank
Pemerintah di pasar perdana. Hal ini merupakan Indonesia dengan bentuk penyediaan dana yang
salah satu upaya untuk memperkuat manajemen meliputi:
likuiditas perbankan.
1. Kredit ekspor atau pembiayaan ekspor;
Selain itu, seiring dengan upaya pemulihan
perekonomian nasional dan tujuan Bank 2. Kredit impor yang bersifat produktif atau
Indonesia untuk menjaga stabilitas sistem pembiayaan impor yang bersifat produktif;
keuangan, Bank Indonesia telah menerbitkan
3. Letter of Credit (L/C);
ketentuan mengenai insentif bagi bank yang
memberikan penyediaan dana untuk kegiatan 4. Kredit UMKM atau pembiayaan UMKM; dan/
ekonomi tertentu sebagai bagian dari kebijakan atau
makroprudensial. Selain itu, Bank Indonesia juga
5. Kredit atau pembiayaan lainnya yang
melakukan pelonggaran terhadap ketentuan
ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM/RIM
Syariah), dan relaksasi kebijakan terkait uang Langkah ini merupakan salah satu upaya
muka untuk kredit atau pembiayaan kendaraan penguatan dari aspek intermediasi yang pada
bermotor berwawasan lingkungan. Selain itu, akhirnya akan menyokong ketahanan sistem
sejalan dengan bauran kebijakan Bank Indonesia

57 KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020


Bab 3: Penguatan Sinergi dan Koordinasi serta Respons Kebijakan dalam Pemulihan Ekonomi Nasional dan SSK

keuangan. Kebijakan pemberian insentif tersebut terhadap perlambatan intermediasi perbankan


berlaku untuk Bank Umum Konvensional, Bank dan memperkuat likuditas perbankan, Bank
Umum Syariah, dan Unit Usaha Syariah dari 1 April Indonesia telah melakukan perubahan ketentuan
2020 sampai dengan 31 Desember 2020 dengan RIM/RIM Syariah dan PLM/PLM Syariah yang
pemberian insentif pertama kali di 16 April 2020. secara umum mengatur pelonggaran berupa
Berdasarkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) penyesuaian parameter disinsentif RIM/RIM
Bulanan September 2020, ketentuan insentif Syariah dan penguatan likuiditas perbankan
pelonggaran GWM Rupiah sebesar 50 bps bagi berupa penyesuaian besaran PLM/PLM Syariah.
bank yang menyalurkan kredit UMKM dan
Pertama, penyesuaian terkait disinsentif
ekspor impor serta kredit non-UMKM sektor-
dilakukan dengan menetapkan Parameter
sektor prioritas yang ditetapkan dalam program
Disinsentif Bawah dan Parameter Disinsentif
Pemulihan Ekonomi Nasional telah diperpanjang
Atas menjadi sebesar 0, sehingga bank yang
implementasinya dari 31 Desember 2020 menjadi
memiliki RIM atau RIM Syariah di luar target
sampai dengan 30 Juni 2021.
yang ditentukan tidak dikenakan kewajiban Giro
Pelonggaran Rasio Intermediasi RIM dan Giro RIM Syariah (Tabel 3.3.1). Kebijakan
Makroprudensial (RIM/RIM S ya r i a h ) ini berlaku untuk jangka waktu satu tahun
dan Penyesuaian Penyangga Likuiditas yaitu sejak 1 Mei 2020 sampai dengan 30 April
Makroprudensial (PLM/PLM Syariah) 2021. Kebijakan ini bertujuan untuk menjaga
intermediasi yang seimbang dengan target
Terganggunya perekonomian domestik akibat
dan kapasitas perekonomian yang terdampak
COVID-19 menimbulkan implikasi terhadap
COVID-19. Langkah ini juga diambil dengan
kondisi perbankan terutama terkait fungsi
mempertimbangkan kapasitas intermediasi
intermediasi perbankan dan kondisi likuiditas
bank sehingga tidak menimbulkan tekanan dan
perbankan. Dalam rangka memitigasi dampak
akumulasi risiko terhadap bank.

Tabel 3.3.1 Ketentuan Parameter Disinsentif RIM/RIM Syariah

Ketentuan Sebelumnya Ketentuan Baru


(PADG No.21/22/PADG/2019) (PADG No. 22/11/PADG/2020)

Paramater Disinsentif Bawah Parameter Disinsentif Bawah


1. sebesar 0 , jika Bank memiliki: 1. sebesar 0, jika Bank memiliki:
a) rasio NPL atau rasio NPF secara bruto ≥ 5%; atau a) rasio NPL atau rasio NPF secara bruto ≥ 5%; atau
b) KPMM ≤ KPMM Insentif; b) KPMM ≤ KPMM Insentif;
2. sebesar 0,1, jika Bank memiliki: 2. sebesar 0, jika Bank memiliki:
a) rasio NPL atau rasio NPF secara bruto < 5%; dan a) rasio NPL atau rasio NPF secara bruto < 5%; dan
b) KPMM > KPMM Insentif dan ≤ 19%; dan b) KPMM > KPMM Insentif dan ≤ 19%; dan
3. sebesar 0,15, jika Bank memiliki: 3. sebesar 0, jika Bank memiliki:
a) rasio NPL atau rasio NPF secara bruto < 5%; dan a) rasio NPL atau rasio NPF secara bruto < 5%; dan
b) KPMM > 19%; dan b) KPMM > 19%; dan

Parameter Disinsentif Atas ditetapkan sbb: Parameter Disinsentif Atas ditetapkan sbb:
1. sebesar 0, jika Bank memiliki KPMM ≥ KPMM Insentif; atau 1. sebesar 0, jika Bank memiliki KPMM ≥ KPMM Insentif;
2. sebesar 0,2, jika Bank memiliki KPMM < KPMM Insentif. atau
2. sebesar 0, jika Bank memiliki KPMM < KPMM Insentif.

Sumber: Bank Indonesia

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020 58


Bab 3: Penguatan Sinergi dan Koordinasi serta Respons Kebijakan dalam Pemulihan Ekonomi Nasional dan SSK

Kedua, penyesuaian PLM bagi Bank Umum mempertimbangkan optimalisasi pengelolaan


Konvensional (BUK) dari 4% menjadi 6% dari dana likuiditas bank melalui fleksibilitas repo kepada
pihak ketiga (DPK) dalam Rupiah dan penyesuaian Bank Indonesia.
PLM Syariah bagi Bank Umum Syariah (BUS) dari
Pelonggaran Ketentuan Uang Muka Untuk
4% menjadi 4,5% dari DPK dalam Rupiah (Tabel
Kredit atau Pembiayaan Kendaraan Bermotor
3.3.2). Kenaikan PLM dan PLM Syariah tersebut
Berwawasan Lingkungan
untuk pertama kali dipenuhi dari SBN (SUN dan/
atau SBSN) yang dibeli di pasar perdana dengan Pemerintah telah memberikan perhatian
cara private placement. pada perkembangan ekonomi berwawasan
lingkungan (green economy). Mengingat
Kebijakan ini bertujuan untuk memperkuat
pentingnya menciptakan green economy untuk
likuiditas perbankan dengan menjaga kecukupan
keberlanjutan perekonomian di Indonesia, Bank
likuiditas pada tingkat yang memadai dan dengan
Indonesia turut mendukung melalui kebijakan
kualitas yang baik yaitu dalam bentuk high quality
green f inancing pada pengaturan loan to
liquid assets (HQLA). Hal ini dapat meningkatkan
value (LTV) atau financing to value (FTV) untuk
ketahanan likuiditas bank di tengah tekanan
kredit/pembiayaan kepemilikan properti, serta
pasar keuangan yang cenderung meningkat.
pengaturan uang muka (down payment) untuk
Selain itu, pembelian SBN di pasar perdana
kredit/pembiayaan kendaraan bermotor.
dengan cara private placement merupakan
bentuk dukungan terhadap Pemerintah dalam Implementasi kebijakan green f inancing
upaya pemulihan ekonomi. untuk kendaraan bermotor dipandang belum
mengalami pertumbuhan yang signif ikan,
Ketiga, BUK dan BUS dapat merepokan
sehingga Pemerintah terus mendorong
seluruh surat berharga yang digunakan untuk
percepatan program kendaraan bermotor
pemenuhan PLM atau PLM Syariah kepada
berwawasan lingkungan salah satunya dengan
Bank Indonesia. Langkah ini diambil dengan

Tabel 3.3.2 Ketentuan Besaran PLM/PLM Syariah

Ketentuan Sebelumnya Ketentuan Baru


(PADG No.21/22/PADG/2019) (PADG No. 22/11/PADG/2020)

Besaran PLM dan PLM Syariah: Besaran PLM dan PLM Syariah:
1. PLM ditetapkan sebesar 4% dari DPK dalam Rupiah. 1. PLM ditetapkan sebesar 6% dari DPK dalam rupiah.
2. PLM Syariah ditetapkan sebesar 4% dari DPK dalam Rupiah 2. PLM Syariah ditetapkan sebesar 4,5% dari DPK dalam rupiah

PLM : paling kurang sebesar 2% dari DPK BUK dalam rupiah


dipenuhi dalam bentuk SB dan/atau SBS dalam rupiah dengan
jenis surat berharga berupa SBN yang dibeli di pasar perdana
melalui mekanisme private placement.
PLM Syariah : paling kurang sebesar 0,5% dari DPK BUS
dalam rupiah dipenuhi dalam bentuk SBS dalam rupiah
dengan jenis surat berharga berupa SBSN yang dibeli di pasar
perdana melalui mekanisme private placement.
Sumber: Bank Indonesia

Tabel 3.3.3 Ketentuan Fleksibilitas PLM/PLM Syariah

Ketentuan Sebelumnya Ketentuan Baru


(PADG No.21/22/PADG/2019) (PADG No. 22/11/PADG/2020)

Penggunaan surat berharga dalam transaksi repo ditetapkan Penggunaan surat berharga dalam transaksi repo ditetapkan
paling banyak 4% dari DPK BUK/BUS dalam Rupiah. paling banyak:
1. BUK = 6% dari DPK BUK dalam Rupiah.
2. BUS = 4,5% dari DPK BUS dalam Rupiah

Sumber: Bank Indonesia

59 KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020


Bab 3: Penguatan Sinergi dan Koordinasi serta Respons Kebijakan dalam Pemulihan Ekonomi Nasional dan SSK

melakukan harmonisasi berbagai kebijakan yang sampai dengan 20% tergantung jenis kendaraan
dikeluarkan oleh berbagai otoritas. Pemerintah bermotor (Tabel 3.3.4)
mendorong percepatan program Kendaraan
Penetapan Kembali Countercyclical Buffer
Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBL BB) untuk
(CCB) sebesar 0%
transportasi antara lain melalui insentif fiskal.
Namun demikian, percepatan program tersebut CCB adalah tambahan modal yang berfungsi
masih terkendala dengan pasar yang masih sebagai penyangga (buffer) untuk mengantisipasi
belum berkembang. Selain itu penyaluran kredit/ kerugian apabila terjadi pertumbuhan kredit dan/
pembiayaan kendaraan bermotor oleh perbankan atau pembiayaan perbankan yang berlebihan
juga mengalami kontraksi akibat COVID-19 (excessive credit growth) sehingga berpotensi
dengan rasio kredit/pembiayaan bermasalah mengganggu stabilitas sistem keuangan.
(NPL/NPF) yang sedikit meningkat, namun masih Bank Indonesia melakukan evaluasi besaran
berada pada level aman. dan waktu pemberlakuan CCB paling kurang
satu kali dalam enam bulan. Pada Mei 2020,
Sejalan dengan kebijakan makroprudensial yang
Bank Indonesia kembali menetapkan besaran
bersifat akomodatif dan upaya mendorong green
Countercyclical Buffer (CCB) sebesar 0% sebagai
economy, Bank Indonesia melakukan relaksasi
kebijakan makroprudensial yang bersifat
kebijakan uang muka kredit/pembiayaan untuk
akomodatif. Kebijakan ini dilatarbelakangi
kendaraan bermotor berwawasan lingkungan
oleh asesmen kondisi sektor keuangan yang
dengan tetap berdasar pada prinsip kehati-
tidak mengindikasikan adanya kecenderungan
hatian. Bank Indonesia menetapkan perubahan
intermediasi yang berlebihan yang dapat
ketentuan batasan minimum uang muka
menyebabkan terjadinya risiko sistemik
(down payment) untuk pemberian kredit atau
sebagaimana ditunjukkan oleh pantauan
pembiayaan kendaraan bermotor (KKB/PKB)
terhadap kesenjangan kredit terhadap PDB
dalam rangka pembelian kendaraan bermotor
(Credit to GDP Gap) sebagai indikator utama
berwawasan lingkungan yang berlaku efektif
CCB yang menunjukkan bahwa indikator tersebut
1 Oktober 2020. Bagi bank yang memenuhi
masih berada di bawah threshold.
persyaratan NPL/NPF, batasan minimum uang
muka (down payment) menjadi sebesar 0% untuk Dengan besaran CCB sebesar 0%, diharapkan
semua jenis kendaraan baik yang diperuntukkan perbankan tetap dapat meningkatkan fungsi
bagi kegiatan produktif maupun nonproduktif. intermediasinya dalam rangka mendorong
Sementara bagi bank yang tidak memenuhi pertumbuhan ekonomi mengingat tidak
persyaratan NPL/NPF, batasan minimum uang ada kewajiban bagi bank untuk membentuk
muka (down payment) ditetapkan sama dengan tambahan modal (buffer).
ketentuan yang berlaku saat ini yaitu mulai 10%

Tabel 3.3.4 Ketentuan Uang Muka Kredit atau Pembiayaan Kendaraan Bermotor Berwawasan
Lingkungan

Ketentuan Sebelumnya
Penyempurnaan
Jenis Kendaraan (PBI No. 21/13/PBI/2019)
Bermotor Memenuhi Kriteria Tidak Memenuhi Memenuhi Kriteria Tidak Memenuhi
NPL/NPF Kriteria NPL/NPF NPL/NPF Kriteria NPL/NPF
Roda dua 10% 15% 0% 15%
Roda Tiga/Lebih
10% 20% 0% 20%
(nonproduktif)
Roda Tiga/Lebih
5% 10% 0% 10%
(produktif)
Kriteria NPL/NPF sebagai berikut:
1. Rasio kredit/pembiayaan bermasalah secara bruto <5%; dan
2. Rasio kredit/pembiayaan kendaraan bermotor bermasalah secara neto <5%.

Sumber: Bank Indonesia

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020 60


Bab 3: Penguatan Sinergi dan Koordinasi serta Respons Kebijakan dalam Pemulihan Ekonomi Nasional dan SSK

Boks 3.3.1 Penguatan Peran Bank Indonesia sebagai Lender of The Last
Resort

Krisis ekonomi COVID-19 yang berawal but solvent yang berhak menerimanya; (2)
dari krisis kesehatan telah kembali jaminan, lembaga keuangan yang menerima
menghangatkan diskusi tentang peran bantuan likuiditas harus menyediakan
Lender of The Last Resort (LOLR) dalam agunan yang berkualitas tinggi, seperti surat-
upaya menjaga stabilitas sistem keuangan. surat berharga yang diterbitkan pemerintah;
Istilah LOLR sendiri dipopulerkan oleh Walter (3) penalty rate, agar tidak menjadi sarana
Bagehot (1873)1 melalui pendekatan klasiknya arbitrage maka tingkat suku bunga yang
yang memandang bahwa LOLR merupakan dikenakan harus lebih tinggi dari suku bunga
fungsi bank sentral yang dapat memberikan pasar atau policy rate. Tingginya tingkat suku
bantuan likuiditas kepada lembaga keuangan bunga ini harusnya juga menjadi hukum alam
yang illiquid but solvent dengan didukung yang akan mencegah lembaga keuangan
oleh agunan berkualitas tinggi pada tingkat untuk dengan mudah mengakses pinjaman3.
suku bunga yang tinggi (penalty rate). Dari Dengan demikian, tingkat suku bunga yang
sisi Bagehot, terdapat beberapa alasan yang tinggi akan mendorong lembaga keuangan
cukup solid untuk tidak meminjamkan dana untuk mencari alternatif pendanaan yang lain
kepada lembaga keuangan yang insolvent. terlebih dahulu sebelum mengakses fasilitas
Pemberian pinjaman kepada lembaga bank sentral. Namun suku bunga tersebut
keuangan dengan kondisi net negative assets juga hendaknya tidak terlalu tinggi sehingga
sangat berisiko mengingat lembaga tersebut berdampak pada pemburukan tekanan
berpotensi bangkrut, sehingga pada akhirnya likuiditas dan mempersulit lembaga keuangan
dana pinjaman tidak terlunasi. Selain itu, tersebut dalam melunasi pinjamannya4.
bank sentral harus independen dengan tidak
Sebagai LOLR, bank sentral menjamin
menyediakan dukungan likuiditas untuk
ketersediaan likuiditas dalam sistem keuangan
mempertahankan kondisi solvent suatu
melalui beberapa fasilitas yang meliputi,
lembaga keuangan, meskipun Pemerintah
standing facilities yang merupakan dukungan
menghendakinya2. Tentu saja jika hal ini
bank sentral terhadap keberlangsungan
dilakukan, maka dapat menimbulkan moral
pasar keuangan, individual bank support
hazard. Lebih lanjut, mempergunakan LOLR
yang merupakan dukungan bank sentral
untuk melakukan bailout terhadap suatu
untuk mengatasi permasalahan likuiditas
lembaga keuangan akan menimbulkan
idiosinkratik dalam suatu lembaga keuangan,
stigma negatif bagi bank sentral dan bahkan
dan system wide support yang merupakan
dapat berlanjut pada proses hukum ketika
dukungan bank sentral untuk mengatasi
aspek kehati-hatiannya terabaikan.
permasalahan likuiditas suatu lembaga
Agar terhindar dari moral hazard, Bagehot keuangan yang dapat berdampak sistemik.
(1873) menekankan bahwa perlu tiga Standing facilities ini merupakan suatu
prasyarat utama dalam penerapan LOLR bentuk market based liquidity provision
yang
1234 meliputi: (1) illiquid but solvent, hanya yang dapat berupa lending facility, repo,
lembaga keuangan dalam kondisi illiquid dan intraday facility lainnya. Keberadaan

1 Bagehot, Walter, 1873. “Lombard Street: A Description of the Money Market,” Henry S. King & Co., London.

2 Tucker, Paul, 2014. “The Lender of Last Resort and Modern Central Banking: Principles and Reconstruction,” BIS
Papers No.79.

3 Gortsos, Christos V., 2020. “Last Resort Lending – The (Still) Limited Role of the European Central Bank in the
Emergency Liquidity Assistance Mechanism,” Florence School of Banking and Finance.

4 Dobler, M., Gray, S., Murphy, D., and Radzewicz-Bak, B., 2016. “The Lender of Last Resort Function After the
Global Financial Crisis,” IMF Working Paper 16/10, International Monetary Fund.

61 KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020


Bab 3: Penguatan Sinergi dan Koordinasi serta Respons Kebijakan dalam Pemulihan Ekonomi Nasional dan SSK

standing facility yang memadai dari bank yang ditujukan untuk bank sistemik yang
sentral sangat penting untuk memastikan illiquid but solvent.
ketersediaan likuiditas perbankan dalam day-
Pada banyak negara, penerapan LOLR
to-day operation-nya. Selain sebagai salah
difokuskan pada Bank berdasarkan tingkat
satu upaya bank sentral untuk memelihara
kepentingannya terhadap perekonomian
stabilitas sistem keuangan, penyediaan
(Dobler et al, 2016). Demikian pula Indonesia
standing facilities ini erat kaitannya dengan
yang struktur keuangannya masih
upaya untuk mengatasi gangguan pada
didominasi oleh lembaga keuangan bank.
mekanisme transmisi kebijakan moneter
Untuk melindungi fungsi bank terhadap
di pasar keuangan, serta terkait dengan
perekonomian, terdapat financial safety net
upaya untuk menjaga kelancaran sistem
yang berupa akses kepada fasilitas LOLR
pembayaran yang merupakan komponen
Bank Indonesia. Fungsi LOLR yang melekat
penting dalam perekonomian.
pada Bank Indonesia ini bertujuan untuk
Adapun untuk individual bank support dan menghindari terjadinya ketidakstabilan
system wide support merupakan suatu bentuk sistem keuangan melalui penyediaan likuiditas
fasilitas LOLR yang lebih sering disebut dengan kepada bank yang illiquid but solvent pada
Emergency Liquidity Assistance (ELA). Tidak kondisi normal maupun krisis.
seperti standing facilities, respons bank sentral
Pemberian fasilitas LOLR oleh Bank Indonesia
melalui pemberian ELA sifatnya discretionary
saat ini didasarkan pada UU Nomor 23 Tahun
dan harus dipicu oleh regulatory oversight.
19996, UU Nomor 21 Tahun 20117, dan UU
Pemberian ELA dilakukan berdasarkan
PPKSK8. Dalam perkembangannya, peran
diskresi bank sentral dan mengharuskan
Bank Indonesia sebagai LOLR telah diperkuat
adanya peningkatan pengawasan dari otoritas
melalui penerbitan UU Nomor 2 Tahun 2020
pengawas terhadap lembaga keuangan yang
yang merupakan landasan hukum dalam
bersangkutan. Dalam kerangka LOLR di
merespons pandemi COVID-19 melalui langkah
Indonesia, fasilitas individual bank support ini
kebijakan extraordinary untuk memitigasi
terefleksi dalam fasilitas Pinjaman/Pembiayaan
risiko krisis keuangan yang berdampak pada
Likuiditas Jangka Pendek untuk Bank Umum
stabilitas sistem keuangan.
Konvensional/Syariah (PLJP/PLJPS) dari Bank
Indonesia yang diperuntukkan untuk bank UU Nomor 2 Tahun 2020 telah mengamanatkan
sistemik dan bank selain bank sistemik yang penguatan kewenangan Bank Indonesia
illiquid but solvent. Sementara itu, system wide dalam penanganan permasalahan bank
support di Indonesia dapat direpresentasikan melalui pemberian PLJP/PLJPS untuk bank
5678
oleh fasilitas Pinjaman Likuiditas Khusus5 (PLK) sistemik dan bank selain bank sistemik dan

5 Pasal 11 UU No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang menyatakan bahwa Bank Indonesia dapat
memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah untuk jangka waktu paling lama 90 hari
kepada bank untuk mengatasi kesulitan pendanaan jangka pendek bank yang bersangkutan, dan dijamin
oleh agunan yang berkualitas tinggi dengan nilai minimal sama dengan kredit/pembiayaan yang diterima.

6 PLK merupakan amanat dari UU Nomor 2 Tahun 2020. Saat tulisan ini disusun pada September 2020, PLK
sedang dalam proses perumusan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) secara bersama-sama oleh
Kemenkeu, Bank Indonesia, OJK dan LPS.

7 Pasal 41 UU No.21 Tahun 2011 tentang OJK yang menyatakan bahwa dalam hal OJK mengindikasikan bank
tertentu mengalami kesulitas likuiditas dan/atau kondisi kesehatan semakin memburuk, OJK akan segera
menginformasikan ke Bank Indonesia untuk melakukan langkah-langkah sesuai kewenangan Bank
Indonesia. Lebih lanjut dalam penjelasan pasal 41 disebutkan bahwa langkah-langkah sesuai kewenangan
Bank Indonesia adalah pemberian fasilitas jangka pendek dalam menjalankan fungsi Bank Indonesia sebagai
LOLR.

8 Pasal 20 UU No. 9 Tahun 2016 tentang PPKSK yang menyatakan bahwa bank sistemik yang mengalami
kesulitan likuiditas dapat mengajukan permohonan kepada Bank Indonesia untuk mendapatkan pinjaman
likuiditas jangka pendek atau pembiayaan likuiditas jangka pendek berdasarkan prinsip syariah. Selanjutnya
dalam pasal 30 disebutkan bahwa Ketentuan mengenai pemberian pinjaman likuiditas jangka pendek atau
pembiayaan likuiditas jangka pendek berdasarkan prinsip syariah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20
berlaku secara mutatis mutandis terhadap Bank selain Bank Sistemik.

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020 62


Bab 3: Penguatan Sinergi dan Koordinasi serta Respons Kebijakan dalam Pemulihan Ekonomi Nasional dan SSK

pemberian PLK untuk bank sistemik. Dalam proses verifikasi dan valuasi aset dengan pihak
penyempurnaan mekanisme pemberian independen sebelum permohonan PLJP/
PLJP/PLJPS, OJK menilai pemenuhan PLJPS. Pada 20 Oktober 2020, Bank Indonesia
persyaratan/kecukupan solvabilitas dan dan OJK menyepakati penguatan proses
tingkat kesehatan bank yang mengajukan koordinasi dalam pemberian PLJP/PLJPS
permohonan PLJP/PLJPS. Selain itu, bank yang bersifat ent-to-end yang dituangkan
tersebut harus memiliki agunan berkualitas dalam Keputusan Bersama terkait PLJP/PLJPS.
tinggi sebagai jaminan PLJP/PLJPS yang Keputusan Bersama ini akan memperkuat
memenuhi ketentuan sebagaimana diatur pelaksanaan fungsi LOLR Bank Indonesia,
dalam ketentuan PLJP/PLJPS dan diperkirakan memperkuat pelaksanaan fungsi pengawasan
mampu untuk mengembalikan PLJP/PLJPS. perbankan dan Lembaga Jasa Keuangan
Adapun terkait PLK, bank sistemik yang oleh OJK, serta memperjelas mekanisme dan
mengalami kesulitan likuiditas dan tidak akuntabilitas masing-masing lembaga.
memenuhi persyaratan PLJP/PLJPS dapat
Terlepas dari peran Bank Indonesia sebagai
mengajukan permohonan PLK kepada Bank
LOLR dalam rangka menjaga stabilitas
Indonesia. Pemberian PLK ini akan dijamin
sistem keuangan, keterlibatan Kemenkeu,
oleh Pemerintah dan diberikan berdasarkan
OJK, dan LPS mutlak diperlukan baik dalam
keputusan Komite Stabilitas Sistem Keuangan
proses pemberian LOLR maupun setelahnya.
(KSSK). Untuk menindaklanjuti penerbitan
Pemberian LOLR akan memicu perlunya
UU Nomor 2 Tahun 2020, ketentuan PLJP/
peningkatan supervisory oversight oleh
PLJPS telah disempurnakan pada April 2020
otoritas pengawas, dalam hal ini adalah OJK.
dengan memasukkan keterlibatan OJK dalam
Dalam kondisi krisis, sulit untuk membedakan
penilaian pemenuhan persyaratan/kecukupan
masalah likuiditas dan solvabilitas mengingat
solvabilitas dan tingkat kesehatan bank yang
waktu yang sempit dan kondisi sistem
mengajukan permohonan PLJP/PLJPS.
keuangan yang dapat memburuk dengan
Koordinasi dengan OJK sebagai lembaga
cepat dan tiba-tiba. Untuk itu, peranan LPS
pengawas mikroprudensial sangat penting,
sebagai otoritas resolusi dibutuhkan dalam
mengingat Bank Indonesia sebagai kreditur
rangka early intervention dan mempersiapkan
dan pihak yang menanggung risiko kredit
opsi-opsi resolusi untuk mencegah
dari PLJP/PLJPS perlu mendapat keyakinan
meluasnya permasalahan bank dalam sistem
atas kemampuan Bank mengembalikan PLJP/
keuangan. Dari sisi pemerintah, seluruh biaya
PLJPS. Sebagai salah satu upaya memperkuat
pencegahan dan penanganan krisis yang pada
stabilitas sistem keuangan di tengah tingginya
akhirnya akan ditanggung oleh Pemerintah
tekanan terhadap perekonomian nasional
menjadikan pemerintah perlu lebih awal
sebagai dampak dari pandemi COVID-19, Bank
untuk terlibat dalam proses pemberian LOLR
Indonesia terus memperkuat fungsi LOLR.
terutama bagi bank sistemik.
Untuk itu, pada September 2020, ketentuan
Latar belakang lain yang tidak kalah penting
PLJP/PLJPS kembali disempurnakan dengan
terkait keterlibatan otoritas selain Bank
tujuan untuk mempercepat proses pemberian
Indonesia adalah bahwa mandat untuk
PLJP/PLJPS dengan tetap menjaga prinsip
menjaga stabilitas sistem keuangan sudah
kehati-hatian dan tata kelola yang baik.
menjadi tugas dan wewenang bersama antara
Pokok-pokok perubahan tersebut meliputi
Kemenkeu, Bank Indonesia, OJK, dan LPS
penyesuaian suku bunga PLJP/PLJPS,
dalam kerangka KSSK. Untuk itu, sinergi dan
penyempurnaan persyaratan agunan kredit,
koordinasi antar lembaga anggota KSSK terus
penambahan agunan lain untuk jaminan
dipupuk dan diperkuat.
sebagai langkah mitigasi risiko, percepatan
proses di Bank Indonesia, dan penyempurnaan

63 KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020


Bab 3: Penguatan Sinergi dan Koordinasi serta Respons Kebijakan dalam Pemulihan Ekonomi Nasional dan SSK

Boks 3.3.2 Sertifikat Pengelolaan Dana Berdasarkan Prinsip Syariah


Antarbank (SiPA) - Instrumen Baru Pasar Uang Antarbank
Berdasarkan Prinsip Syariah

Guna mencapai sasaran akhir kebijakan Selama kurang lebih 20 tahun sejak
moneter, salah satu cara pengendalian d i b e r l a k u k a n n ya ke te n t u a n PUAS
moneter yang dilakukan yaitu pengendalian pertama, pengembangan terhadap PUAS
berdasarkan prinsip syariah melalui terus dilakukan. Berdasarkan cetak biru
pelaksanaan operasi moneter syariah untuk pengembangan ekonomi dan keuangan
memengaruhi kecukupan likuiditas di syariah, pengembangan PUAS dilakukan
pasar uang antarbank berdasarkan prinsip melalui strategi penguatan regulasi,
syariah. Untuk mendukung tercapainya pengembangan instrumen, penguatan
sasaran tersebut, dilakukan pengembangan inf rastruktur dan kelembagaan, serta
Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip perluasan penerbit dan basis investor.
Syariah (PUAS) yang merupakan bagian dari Pengembangan tersebut dilakukan sesuai
pasar uang agar berfungsi dengan baik. dengan kebutuhan industri perbankan
Adanya PUAS yang berfungsi dengan baik syariah. Untuk menambah variasi instrumen
tentu akan mendukung ketahanan industri PUAS yang dapat dijadikan alternatif dalam
keuangan syariah sebagai media pengelolaan rangka manajemen likuiditas perbankan
risiko likuiditas. PUAS merupakan kegiatan syariah, pada Semester I 2020, Bank Indonesia
transaksi keuangan jangka pendek antarbank memperkenalkan instrumen baru PUAS yaitu
berdasarkan prinsip syariah baik dalam mata Sertif ikat Pengelolaan Dana Berdasarkan
uang rupiah maupun valuta asing. Instrumen Prinsip Syariah Antarbank (SiPA). Hadirnya SiPA
yang digunakan adalah instrumen keuangan sebagai instrumen baru PUAS, menambah
berdasarkan prinsip syariah. Transaksi PUAS instrumen PUAS yang telah ada sebelumnya
dipengaruhi oleh kebutuhan likuiditas yang yaitu Sertif ikat Investasi Mudharabah
riil terjadi di pasar uang antarbank. Transaksi Antarbank (SIMA), Sertif ikat Perdagangan
PUAS tidak diperkenankan dilakukan dalam Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah
rangka mengambil keuntungan, namun Antarbank (SiKA) dan Repurchase Agreement
transaksi dilakukan apabila memang terdapat (Repo) Syariah. Struktur baru instrumen PUAS
kebutuhan likuiditas. dengan adanya SiPA sebagaimana tercantum
dalam Gambar B3.3.2.1.

Gambar B3.3.2.1 Struktur Instrumen PUAS

Saat ini
Baru

SIMA SIMA Repo Syariah SiPA (3 Tipe)


Mudharabah Murabahah Al Ba’i Ma’al Wa’d bi al-Syira Wakalah bi al-Istitsmar
Overnight s/d 1 tahun Overnight s/d 1 tahun Overnight s/d 1 tahun Overnight sd 1 tahun
2000 2012 2015 2020

Sertifikat Investasi Sertifikat Perdagangan Repurchase Agreement (Repo) Sertifikat Pengelolaan


Mudharabah Antarbank Komoditi Berdasarkan Syariah adalah transaksi penjualan Dana Berdasarkan Prinsip
(SIMA) adalah sertifikat Prinsip Syariah Antarbank surat berharga syariah oleh BUS, Syariah Antarbank (SiPA)
yang diterbitkan oleh BUS (SiKA) adalah sertifikat yang UUS, atau BUK kepada BUS, UUS, adalah sertifikat yang
atau UUS yang digunakan diterbitkan oleh BUS dan UUS atau BUK lainnya yang dilakukan diterbitkan oleh BUS atau
sebagai sarana investasi sebagai bukti pembelian atas berdasarkan prinsip syariah dengan UUS sebagai pernyataan
jaangka pendek di PUAS kepemilikan komoditi yang janji pembelian kembali pada waktu penerimaan pengelolaan
dengan akad Mudharabah. dijual oleh peserta komersial yang diperjanjikan. dana di PUAS dengan akad
dengan pembayaran tangguh wakalah bi al-istitsmar.
atau angsuran berdasarkan
akad Murabahah.

Sumber: Bank Indonesia, diolah

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020 64


Bab 3: Penguatan Sinergi dan Koordinasi serta Respons Kebijakan dalam Pemulihan Ekonomi Nasional dan SSK

SiPA diterbitkan dengan menggunakan 6. Dana yang diterima digunakan untuk


akad wakalah bi al-istitsmar yaitu akad membiayai kegiatan usaha dengan
pemberian kuasa dari Bank Umum Syariah pembatasan maupun tanpa pembatasan;
(BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) dan/atau
7. Memberikan pendapatan berupa hasil
Bank Umum Konvensional (BUK) sebagai
pengelolaan dana; dan
muwakkil/mustatsmir kepada BUS dan UUS
sebagai wakil/mutsmir, untuk melakukan 8. Dapat disertai dengan penyerahan
pengelolaan (istitsmar) sejumlah dana tanpa agunan berupa Surat Berharga Syariah
pemberian ujrah (wakalah bi ghairi al-ujrah). Negara (SBSN) dan/atau Sukuk Bank
Dalam penerbitan SiPA, peserta PUAS dapat Indonesia (SukBI).
bertindak sebagai wakil (penerima kuasa) atau
muwakkil (pemberi kuasa). Peserta PUAS yang Instrumen SiPA memiliki tiga tipe yaitu:
bertindak sebagai muwakkil memberikan
1. SiPA tipe 1, diterbitkan dengan
kuasa pengelolaan dana kepada peserta
menggunakan underlying SBSN dan
PUAS yang bertindak sebagai wakil. BUS dan
disertai penyerahan agunan Surat
UUS dapat bertindak sebagai muwakkil dan
Berharga Syariah (SBSN dan/atau SukBI).
wakil sedangkan BUK hanya dapat bertindak
sebagai muwakkil. 2. SiPA tipe 2, diterbitkan dengan
menggunakan underlying berupa
Aspek syariah instrumen SiPA mengacu pada
kegiatan usaha bank keseluruhan
opini syariah Dewan Syariah Nasional-Majelis
(mutlaqah) atau kegiatan usaha bank
Ulama Indonesia (DSN-MU). Karakteristik
tertentu (muqayyadah) dan disertai
umum SiPA adalah sebagai berikut:
dengan penyerahan agunan berupa Surat
1. Diterbitkan dengan akad wakalah bi al- Berharga Syariah (SBSN dan/atau SukBI).
istitsmar;
3. SiPA tipe 3, diterbitkan menggunakan
2. Diterbitkan dalam mata uang rupiah; underlying berupa kegiatan usaha bank
keseluruhan (mutlaqah) atau kegiatan
3. Diterbitkan tanpa warkat (scripless); usaha bank tertentu (muqayyadah).

4. Berjangka waktu satu hari (overnight)


sampai dengan satu tahun;

5. Tidak dapat dialihkan sebelum jatuh


tempo;

65 KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020


Bab 3: Penguatan Sinergi dan Koordinasi serta Respons Kebijakan dalam Pemulihan Ekonomi Nasional dan SSK

Gambar B3.3.2.2. Mekanisme Transaksi SiPA Tipe 1

2a. Penerbitan SiPA


2b. Penyerahan dana *) 2c. Pledge agunan SBS

3. Pengelolaan dana yang


1. Akad wakalah bi
menghasilkan return
al-istitsmar, antara lain: sesuai ekspektasi
a. Nilai Transaksi
Bank- b. Jangka waktu Bank-
BUK/BUS/UUS c. Ekspektasi tingkat return BUS/UUS
(LONG) (SHORT) BI-SSSS
(pengelolaan istitsmar)
Investasi
d. SBSN yang menjadi
pada
underlying sekaligus SBSN
agunan
e. Metode pembayaran
istitsmar

4a. Pembayaran hasil investasi

4b. Pengembalian dana dan hasil investasi **) 4b. Released pledge agunan SBS

5. Penjualan agunan SBS


*) Nilai saat 1st leg = Nominal SBS yang diagunkan x (Harga SBS - haircut)
**) Nilai saat 2nd leg = Nilai saat 1st leg + tk hasil pengelolaan (istitsmar)
Sumber: Bank Indonesia, diolah

Penerbitan SiPA tipe 1 menggunakan 3. Bank (short) melakukan pengelolaan dana


underlying Surat Berharga Syariah (SBS) untuk investasi SBSN.
berupa SBSN. Secara rinci mekanisme
4. a. Bank (short) membayarkan hasil
transaksi tersebut dapat dijelaskan sebagai
investasi (istitsmar), dalam hal
berikut:
pembayaran hasil investasi (istitsmar)
1. Transaksi diawali dengan Bank dengan dilakukan secara berkala.
posisi long bersepakat dengan Bank
b. Pada saat jatuh waktu:
posisi short. melakukan akad wakalah bi
al-istitsmar dalam bentuk pengelolaan 1). Bank (short) mengembalikan
dana untuk investasi pada SBSN. dana dan hasil pengelolaan dana
kepada Bank (long). Apabila
2. a. Bank (short) menerbitkan SiPA dalam
terdapat kelebihan pendapatan
bentuk tanpa warkat (scripless)
dari hasil pengelolaan dana, maka
berdasarkan underlying SBSN dan
akan diberikan kepada Bank
Bank (long) melakukan penyerahan
(short) sebagai insentif; dan
dana kepada Bank (short) melalui BI
RTGS. 2). dilakukan pelepasan agunan
(released pledge) melalui BI-SSSS.
b. Bank (short) menyerahkan SBSN
yang menjadi underlying kepada 5. Dalam hal Bank (short) tidak dapat
Bank (long) dengan cara setelmen mengembalikan dana kepada Bank
pengagunan (pledge) melalui BI-SSSS. (long) pada saat jatuh tempo, maka Bank
(short) menjual agunan SBS kepada Bank
c. Bank (short) menyerahkan SBSN
(long) dengan harga pasar secara outright
yang menjadi underlying kepada
sebagai penyelesaian kewajibannya.
Bank (long) dengan cara setelmen
pengagunan (pledge) melalui BI-SSSS.

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020 66


Bab 3: Penguatan Sinergi dan Koordinasi serta Respons Kebijakan dalam Pemulihan Ekonomi Nasional dan SSK

Gambar B3.3.2.3. Mekanisme Transaksi SiPA Tipe 2

2b. Penyerahan dana *)


2a. Penerbitan SiPA 2c. Pledge agunan SBS

1. Akad wakalah bi 3. Pengelolaan dana yang


menghasilkan return
al-istitsmar, antara lain:
sesuai ekspektasi
a. Nilai Transaksi
Bank- b. Jangka waktu Bank-
BUK/BUS/UUS c. Ekspektasi tingkat return BUS/UUS
(LONG) (SHORT) BI-SSSS
(pengelolaan istitsmar) Kegiatan
d. SBSN yang menjadi usaha,
keseluruhan
underlying sekaligus
atau tertentu
agunan
e. Metode pembayaran
istitsmar

4a. Pembayaran hasil investasi

4b. Pengembalian dana dan hasil investasi **) 4b. Released pledge agunan SBS

5. Penjualan agunan SBS


*) Nilai saat 1st leg = Nominal SBS yang diagunkan x (Harga SBS - haircut)
**) Nilai saat 2nd leg = Nilai saat 1st leg + tk hasil pengelolaan (istitsmar)
Sumber: Bank Indonesia, diolah

Penerbitan SiPA tipe 2 menggunakan 3. Bank (short) melakukan pengelolaan dana


underlying berupa kegiatan usaha bank untuk investasi kegiatan usaha secara
keseluruhan (mutlaqah) atau kegiatan usaha keseluruhan (mutlaqah) atau kegiatan
bank tertentu (muqayyadah) disertai dengan usaha tertentu (muqayyadah).
agunan berupa Surat Berharga Syariah (SBSN
4. a. Bank (short) membayarkan hasil
dan/atau SukBI). Secara rinci mekanisme
investasi (istitsmar), dalam hal
transaksi tersebut dapat dijelaskan sebagai
pembayaran hasil investasi (istitsmar)
berikut:
dilakukan secara berkala.
1. Transaksi diawali dengan Bank dengan
b. Pada saat jatuh waktu:
posisi long bersepakat dengan Bank posisi
short melakukan akad wakalah bi al- 1). Bank (short) mengembalikan
istitsmar dalam bentuk pengelolaan dana dana dan hasil pengelolaan dana
untuk investasi pada kegiatan usaha bank. kepada Bank (long). Apabila
terdapat kelebihan pendapatan
2. a. Bank (short) menerbitkan SiPA dalam
dari hasil pengelolaan dana, maka
bentuk tanpa warkat (scripless).
akan diberikan kepada Bank
b. Bank (long) melakukan penyerahan (short) sebagai insentif; dan
dana kepada bank (short) melalui BI
2). dilakukan pelepasan agunan
RTGS.
(released pledge) melalui BI-SSSS.
c. Bank (short) menyerahkan Surat
5. Dalam hal Bank (short) tidak dapat
Berharga Syariah (SBSN dan/atau
mengembalikan dana kepada Bank (long)
SukBI) yang menjadi underlying
pada saat jatuh tempo, maka Bank (short)
kepada Bank (long) dengan cara
menjual agunan Surat Berharga Syariah
setelmen pengagunan (pledge)
(SukBI/SBSN) kepada Bank (long) dengan
melalui BI-SSSS.
harga pasar secara outright sebagai
penyelesaian kewajibannya.

67 KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020


Bab 3: Penguatan Sinergi dan Koordinasi serta Respons Kebijakan dalam Pemulihan Ekonomi Nasional dan SSK

Gambar B3.3.2.4. Mekanisme Transaksi SiPA Tipe 3

2b. Penyerahan dana


2a. Penerbitan SiPA

3. Pengelolaan dana yang


menghasilkan return
sesuai ekspektasi
1. Akad wakalah bi
al-istitsmar, antara lain:
Bank- a. Nilai Transaksi Bank-
BUK/BUS/UUS BUS/UUS
b. Jangka waktu
(LONG) (SHORT) Usaha secara
c. Ekspektasi tingkat return keseluruhan
(pengelolaan istitsmar) atau tertentu
d. Metode pembayaran
istitsmar

4a. Pembayaran hasil investasi

4b. Pengembalian dana dan hasil pengelolaan


(istitsmar) dana

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Penerbitan SiPA tipe 3 menggunakan 3. Bank (short) melakukan pengelolaan dana


menggunakan underlying berupa kegiatan untuk investasi kegiatan usaha secara
usaha bank keseluruhan (mutlaqah) atau keseluruhan (mutlaqah) atau kegiatan
kegiatan usaha bank tertentu (muqayyadah) usaha tertentu (muqayyadah).
tidak disertai dengan agunan (unsecure).
4. a. Bank (short) membayarkan hasil
Secara rinci mekanisme transaksi tersebut
i nve stasi (i sti tsm a r) , apab ila
dapat dijelaskan sebagai berikut:
pembayaran hasil investasi (istitsmar)
1. Transaksi diawali dengan bank dengan dilakukan secara berkala.
posisi long bersepakat dengan Bank posisi
b. Pada saat jatuh waktu, Bank (short)
short melakukan akad wakalah bi al-
mengembalikan dana dan hasil
istitsmar dalam bentuk pengelolaan dana
pengelolaan dana kepada Bank
untuk investasi pada kegiatan usaha bank.
(long). Apabila terdapat kelebihan
2. a. Bank (short) menerbitkan SiPA dalam pendapatan dari hasil pengelolaan
bentuk tanpa warkat (scripless). dana, maka akan diberikan kepada
Bank (short) sebagai insentif.
b. Bank (long) melakukan penyerahan
dana kepada Bank (short) melalui BI
RTGS.

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020 68


Bab 4: Prospek dan Arah Kebijakan

BAB 4

PROSPEK
DAN ARAH
KEBIJAKAN

Memasuki Semester II 2020, stabilitas sistem Berbagai pelonggaran kebijakan makroprudensial


keuangan Indonesia diprakirakan tetap terjaga, yang telah ditempuh pada Semester I 2020,
sejalan dengan indikasi perekonomian yang ke depan akan terus dievaluasi untuk melihat
mulai pulih. Ketahanan sistem keuangan tetap kemungkinan implementasi yang diperpanjang.
terkendali, sementara intermediasi diprakirakan Beberapa pelonggaran tersebut, antara lain
membaik secara perlahan meski belum pelonggaran Rasio Intermediasi Makroprudensial
kembali pada level sebelum pandemi. Selain (RIM) dan pelonggaran GWM atas pembiayaan
faktor kembalinya mobilitas masyarakat dan usaha ekspor-impor dan UMKM yang dilakukan
ekonomi, prospek pemulihan tidak terlepas dari bank. Upaya menjaga stabilitas sistem keuangan
keberhasilan sinergi kebijakan Bank Indonesia, melalui makroprudensial, juga didukung oleh
bersama dengan otoritas keuangan lain, dan akselerasi pembiayaan melalui keuangan inklusif
Pemerintah yang akan terus diperkuat ke depan. dan akselerasi digital di sektor keuangan.

Pada 2020, Bank Indonesia mempertahankan Ke depan, Bank Indonesia akan terus mencermati
kebijakan makroprudensial akomodatif. dinamika perekonomian dan perkembangan
Implementasi kebijakan makroprudensial penyebaran COVID-19 dalam merumuskan
tersebut difokuskan pada dua hal, yakni menjaga langkah-langkah kebijakan lanjutan yang
ketahanan sistem keuangan guna memitigasi diperlukan, sehingga potensi dampak terhadap
dampak COVID-19 di sektor keuangan, serta perekonomian Indonesia dapat diminimalisir.
mengakselerasi pemulihan ekonomi melalui Koordinasi kebijakan semakin diperkuat untuk
peningkatan peran pembiayaan. Kebijakan ini menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem
ditempuh dengan tetap memerhatikan prinsip keuangan, serta mempercepat pemulihan
kehati-hatian, agar kegiatan intermediasi tidak ekonomi nasional.
memberikan risiko tambahan dan mengganggu
SSK di tengah tekanan COVID-19 yang belum
sepenuhnya kembali pada level pra COVID-19.

69 KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020


Bab 4: Prospek dan Arah Kebijakan

4.1 Perekonomian Global dan pandemi, besaran dan kecepatan stimulus


kebijakan, terutama stimulus f iskal, kondisi
Domestik Mulai Membaik
sektor keuangan dan korporasi, serta struktur
Perekonomian global diprakirakan membaik pada perekonomian suatu negara.
Semester II 2020. Indikasi perbaikan ekonomi
Prospek perbaikan pertumbuhan ekonomi
mulai terlihat di beberapa negara, khususnya di
global pada Semester II 2020 berpotensi
Tiongkok, didorong dampak penyebaran pandemi
meningkatkan volume perdagangan dunia dan
COVID-19 yang telah berkurang dan stimulus
harga komoditas. Aktivitas ekonomi di negara
kebijakan fiskal yang besar. Sejumlah indikator
utama yang membaik, seperti AS dan Tiongkok
dini mengindikasikan arah pemulihan global,
telah meningkatkan permintaan barang ekspor
seperti meningkatnya mobilitas masyarakat
dan impor dunia sehingga membuat kontraksi
global, termasuk mobilitas untuk aktivitas
volume perdagangan dunia menurun (Graf ik
commute dan/untuk belanja retail serta rekreasi
4.1.3). Sejalan dengan hal tersebut, kontraksi harga
(Grafik 4.1.1). Keyakinan konsumen dan bisnis di
komoditas juga terindikasi lebih rendah. Kenaikan
banyak negara juga menunjukkan peningkatan,
harga logam, seperti tembaga dan nikel, terutama
disertai peningkatan aktivitas produksi tercermin
didorong oleh permintaan dari Tiongkok untuk
dari peningkatan Purchasing Manager Index
kebutuhan proyek infrastruktur. Tren kenaikan
(PMI) Manufaktur di AS, Eropa, dan Tiongkok
harga CPO juga berlanjut didorong oleh tingginya
(Graf ik 4.1.2). Kecepatan pemulihan ekonomi
permintaan dari Tiongkok, serta terbatasnya
global ke depan dipengaruhi perkembangan
suplai dari Malaysia (Tabel 4.1.1).
pandemi COVID-19, mobilitas ekonomi merespons

Grafik 4.1.1 Perkembangan Mobilitas Grafik 4.1.2 PMI Manufaktur AS


Masyarakat
% Indeks
45 65
25 60
5 55
-15 50
45
-35
40
-55 35
-75 30
-95 25
Maret April Mei Juni Juli Agustus 20
2020 Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun
Jepang Australia AS
2017 2018 2019 2020
Brasil India Korea Selatan
Italia Jerman Rerata Dunia IHS Markit Manufacturing IHS Markit Composite
Perancis IHS Markit Service
Sumber: Google Mobility Report; per 5 Agustus 2020 Sumber: IHS Markit, diolah

Grafik 4.1.3 Volume Perdagangan Dunia Tabel 4.1.1 Harga Komoditas

% % KOMODITAS 2016 2017 2018 2019 2020


20 8 (YTD)*
15 Tembaga -10,5 27,1 6,7 -7,8 -5,0
6
Batu Bara 6,8 48,2 2,5 -8,6 -17,3
10 4 CPO 21,3 5,7 -19,2 -2,3 17,7
11
2 Karet -2,2 28,1 -16,8 12,4 -11,4
5 Nikel -15,4 8,9 27,8 7,0 -7,9
0
0 Timah 13,1 13,1 0,5 -7,5 -10,9
-2 Aluminium -3,5 22,9 7,4 -14,1 -8,7
-5
-4 Kopi 4,3 -2,9 -15,4 -11,8 2,3
-10
Lainnya 1,0 6,8 1,2 -0,7 -4,6
-15 -6
Indeks Harga Komoditas 5,4 21,7 -2,8 -3,0 -4,7
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020F

Ekspor Indonesia
Minyak (Brent)** 44,1 54,4 71,2 64,0 41,5
Vol. Perdagangan Dunia - Skala kanan PDB Negara Berkembang
*) IHKEI dan Minyak sampai dengan 18 Agustus 2020
PDB Dunia (yoy)- Skala kanan PDB Negara Maju
**) Dalam USD/barel; komoditas lain (%,yoy)
Sumber: CPB, IMF, diolah Sumber: Bloomberg

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020 70


Bab 4: Prospek dan Arah Kebijakan

Ketidakpastian pasar keuangan global Grafik 4.1.4 Penjualan Eceran


diprakirakan masih tinggi. Beberapa faktor yang % yoy
40
memengaruhi masih tingginya ketidakpastian
20
tersebut, antara lain kekhawatiran terjadinya -2,1
0
gelombang kedua pandemi COVID-19, -12,3
-20 -16,5
prospek pemulihan perekonomian global, dan
-19,5
berlanjutnya tensi geopolitik AS dan Tiongkok. -40
-68,4
Masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan -60

gobal tersebut tercermin pada perkembangan -80


I II III IV I II III IV I II III*

Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
indeks EPU dan VIX yang berada pada level yang
2018 2019 2020 2020
tinggi. Penyesuaian perilaku investor global
Total Peralatan Informasi dan Komunikasi
memicu terjadinya aliran modal keluar di banyak Sandang Perlengkapan Rumah Tangga lainnya
Makanan, Minuman, dan tembakau
negara, terutama dari negara berkembang yang
Sumber: Bank Indonesia, diolah
mengalami peningkatan risiko. Pembalikan
modal tersebut kemudian menekan berbagai
Grafik 4.1.5 Indeks Keyakinan Konsumen
mata uang dunia, terutama mata uang negara
berkembang. Kondisi ini berpotensi menahan 140
Indeks

aliran modal ke negara berkembang, termasuk 130


Indonesia, hingga memberikan tekanan nilai 120
86,2
110
tukar. 89,7
100
90 87,2
Perekonomian domestik diprakirakan membaik
80 85,3
setelah terkontraksi pada Triwulan II 2020. 70
Prospek perbaikan ekonomi akan dipengaruhi 60
40
oleh perkembangan mobilitas masyarakat, I II III IV I II III IV I II III IV I II III*

Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
peningkatan realisasi APBN sebagai stimulus 2017 2018 2019 2020 2020
kebijakan fiskal, berlanjutnya stimulus kebijakan Pengeluaran Rp 1-2 Juta Pengeluaran > Rp 2-5 Juta
Pengeluaran > Rp 5 Juta IKK
moneter, kemajuan dalam restrukturisasi kredit Sumber: Bank Indonesia, diolah
dan dunia usaha, serta akselerasi pembentukan
ekonomi dan keuangan digital (EKD), termasuk
Prompt Manufacturing Index (PMI) dan investasi
pemberdayaan UMKM. Prospek perbaikan
berdasarkan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)
ekonomi domestik juga didorong oleh kontraksi
pada Triwulan III 2020. Dari eksternal, kinerja
ekspor yang diprakirakan tidak sedalam
positif ekspor yang berlanjut tercermin dari
prakiraan sebelumnya sejalan prospek perbaikan
kenaikan ekspor sejumlah komoditas memasuki
perekonomian global.
Semester II 2020. Ekspor komoditas yang tercatat
Permintaan domestik mulai menunjukkan meningkat antara lain besi dan baja, serta bijih
pemulihan seiring dengan mulai pulihnya logam ditopang oleh permintaan besi dan baja
mobilitas masyarakat sejalan relaksasi PSBB. dari Tiongkok yang diperkirakan masih kuat
Penjualan eceran terus menunjukkan arah seiring dengan peningkatan proyek infrastruktur.
perbaikan, terutama pada kelompok makanan, Demikian pula, prospek ekspor CPO masih baik
minuman dan tembakau, didukung oleh mulai ditopang peningkatan permintaan dari India
pulihnya mobilitas masyarakat seiring relaksasi dan Tiongkok. Sementara itu, kinerja ekspor jasa
PSBB (Grafik 4.1.4). Demikian pula, penjualan diprakirakan masih mengalami tekanan sejalan
secara online juga tumbuh positif, sejalan dengan penurunan kunjungan wisatawan mancanegara
penggunaan media digital yang terakselerasi lebih (wisman) ke Indonesia.
tinggi pada masa PSBB. Pemulihan konsumsi
turut didukung oleh optimisme konsumen
yang terus meningkat (Grafik 4.1.5). Perbaikan
investasi mulai terlihat dari indikator dini
investasi, seperti penjualan semen serta prakiraan

71 KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020


Bab 4: Prospek dan Arah Kebijakan

4.2. Stabilitas Sistem Keuangan secara terbatas dan cenderung wait and see. Hal
ini mengindikasikan aktivitas produksi korporasi
Semakin Terjaga Seiring
yang mulai pulih. Di samping itu, peningkatan
Meredanya Tekanan aktivitas dunia usaha pasca pelonggaran PSBB
Memasuki Semester II 2020, stabilitas sistem juga diharapkan mampu mempercepat perbaikan
keuangan (SSK) terindikasi semakin terjaga. permintaan domestik. Indikasi pemulihan
Prospek pemulihan banyak dipengaruhi oleh permintaan global dan domestik, serta produksi
perkembangan mobilitas masyarakat, sejalan korporasi yang mulai membaik, berpotensi
dengan dampak penyebaran COVID-19 yang secara perlahan memperbaiki tingkat penjualan,
mulai berkurang. Ketahanan sistem keuangan penerimaan, hingga kemampuan membayar
tetap terkendali, sementara intermediasi korporasi pada Semester II 2020. Perbaikan
diprakirakan meningkat secara perlahan meski kinerja tersebut, diharapkan mampu mengurangi
belum kembali pada level sebelum pandemi. potensi contagion risiko pada sistem keuangan.
Selain faktor kembalinya mobilitas masyarakat Sementara itu, mulai beroperasinya kembali dunia
dan ekonomi, prospek pemulihan tidak terlepas usaha diharapkan dapat meningkatkan minat
dari keberhasilan sinergi kebijakan Bank investasi dan kebutuhan pembiayaan korporasi
Indonesia, bersama dengan otoritas keuangan ke depan.
lain, dan pemerintah yang akan terus diperkuat
Pesimisme sektor rumah tangga pada Semester
ke depan.
II 2020 diprakirakan berkurang. Indikasi pulihnya
Kinerja korporasi diprakirakan membaik secara aktivitas korporasi, mendorong perbaikan
perlahan pada Semester II 2020, seiring dengan penyerapan tenaga kerja yang diikuti dengan
perbaikan perekonomian global dan domestik. perbaikan pendapatan rumah tangga (RT).
Indikasi perbaikan ekonomi pada beberapa Perkembangan ini berpotensi menekan tingkat
negara, terutama Tiongkok, yang diikuti dengan risiko RT dan memperbaiki tingkat konsumsi ke
peningkatan volume perdagangan dunia dan depan. Bagi masyarakat dengan pendapatan
harga komoditas, berpotensi meningkatkan menengah ke atas yang dalam masa pandemi
permintaan global. Secara historis, sektor cenderung menahan konsumsi dan memilih
komoditas merupakan pull factor pemulihan saving, pasca relaksasi PSBB diharapkan mulai
tingkat penjualan korporasi Indonesia. Sementara kembali meningkatkan konsumsi. Sejalan dengan
Tiongkok adalah salah satu negara tujuan ekspor hal tersebut, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK),
utama Indonesia, di mana sekitar 50% produk Indeks Keyakinan Ekonomi (IKE), dan Indeks
yang diekspor berasal dari sektor komoditas. Ekspektasi Konsumen (IEE) terindikasi meningkat.
Dengan demikian, perbaikan ekonomi Tiongkok Namun, dengan tingkat pemulihan yang
diharapkan mampu mendorong perbaikan belum merata dan bergerak secara perlahan,
kinerja korporasi Indonesia. Selain dampak penggunaan buffer likuiditas RT dalam bentuk
positif terhadap permintaan, mulai membaiknya DPK, diprakirakan masih berlanjut, khususnya
ekonomi global juga berpotensi mengurangi pada masyarakat dengan penghasilan menengah
permasalahan global supply chain yang sempat ke bawah. Ke depan, optimisme akan pemulihan
memengaruhi tingkat produksi korporasi dalam konsumsi, menyusul mobilitas masyarakat
masa pandemi. yang mulai meningkat, berpotensi mendorong
permintaan pembiayaan sektor RT.
Peningkatan mobilitas ekonomi dan mobilitas
masyarakat pasca pelonggaran PSBB, berpotensi Ekspektasi perbaikan ekonomi yang diikuti
mengurangi tekanan penjualan korporasi. dengan berkurangnya tekanan pada sektor riil,
Berdasarkan hasil survei internal Bank Indonesia, berdampak positif pada kinerja perbankan. Risiko
97% dari korporasi yang sempat menutup atau perbankan pada Semester II 2020 diprakirakan
membatasi kegiatan operasional selama PSBB, tetap terkendali. Kinerja korporasi dan RT yang
memasuki Semester II 2020 telah beroperasi mulai pulih, berpotensi mengurangi tekanan
kembali, meski 36% di antaranya masih beroperasi gagal bayar debitur. Hal ini didukung oleh

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020 72


Bab 4: Prospek dan Arah Kebijakan

keberhasilan program Pemulihan Ekonomi Dari sisi permintaan, perbaikan kinerja


Nasional (PEN), antara lain restrukturisasi kredit. korporasi dan pemulihan ekonomi diharapkan
Angka restrukturisasi yang telah mencapai puncak berdampak positif pada peningkatan kebutuhan
pada Semester I 2020 dan diikuti dengan tingkat pembiayaan korporasi dan RT, dengan tingkat
pertumbuhan yang melandai, mengindikasikan risiko gagal bayar yang semakin terkendali.
prospek risiko yang semakin terkendali. Namun, permintaan pembiayaan diprakirakan
Sementara itu, ketahanan likuiditas perbankan meningkat secara perlahan sebelum akhirnya
juga diprakirakan tetap terjaga, tercermin dari kembali pada level pra-COVID-19, sejalan dengan
rasio likuiditas yang tinggi, didukung antara lain pemulihan ekonomi domestik yang masih
oleh ekspansi fiskal pemerintah dan kebijakan terbatas dan beberapa korporasi yang masih
pelonggaran likuiditas Bank Indonesia. Selain cenderung memilih untuk wait and see. Dari
tingkat risiko yang terkendali dan ketahanan sisi penawaran, institusi keuangan terutama
likuiditas yang terjaga, kinerja perbankan pada perbankan, memiliki kapasitas pembiayaan yang
Semester II 2020 juga ditopang oleh kecukupan baik, didukung oleh kecukupan likuiditas dan
modal yang memadai. Rasio kecukupan modal permodalan yang memadai. Dengan tingkat
(CAR) perbankan diprakirakan tetap terjaga di risiko yang semakin terkendali dan kapasitas
atas level minimum yang diprasyaratkan. Dengan pembiayaan yang baik, potensi perbankan untuk
demikian, perbankan memiliki kemampuan melonggarkan kebijakan lending standard
untuk menyerap risiko yang baik. Secara umum, menjadi lebih tinggi. Kondisi ini diperkuat
kemampuan perbankan untuk mempertahankan dengan adanya penempatan dana pemerintah
kinerja, diprakirakan tidak signifikan menggerus pada bank himpunan bank negara (Himbara)
profitabilitas bank. dan beberapa bank pembangunan daerah
(BPD). Di samping itu, kebijakan pelonggaran
Ke depan, intermediasi perbankan diprakirakan
moneter dan makroprudensial Bank Indonesia,
mulai membaik, meski masih tumbuh terbatas.
bersama dengan kebijakan pemerintah seperti
Hal ini sejalan dengan prospek perbaikan kinerja
restrukturisasi kredit dan penjaminan, diharapkan
korporasi, pemulihan ekonomi domestik, serta
mampu mengakselerasi intermediasi dan
konsistensi sinergi kebijakan yang ditempuh.
pemulihan ekonomi ke depan.

73 KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020


Bab 4: Prospek dan Arah Kebijakan

4.3. Mempertahankan tengah tekanan COVID-19. Nilai tukar rupiah


tetap terkendali didukung langkah-langkah
Kebijakan Makroprudensial
stabilisasi Bank Indonesia. Inflasi tetap rendah
Akomodatif Guna seiring permintaan yang belum kuat meski
Mendukung Pemulihan mulai membaik. Kondisi likuiditas tetap longgar,
Ekonomi Nasional menyusul injeksi likuiditas Bank Indonesia.
Ketahanan sistem keuangan juga tetap terjaga,
Bank Indonesia terus memperkuat seluruh meskipun risiko meluasnya dampak COVID-19
elemen bauran kebijakan untuk memitigasi terhadap SSK perlu untuk terus dicermati.
risiko COVID-19 terhadap perekonomian, serta Intermediasi masih tumbuh terbatas, namun
mendorong program Pemulihan Ekonomi terindikasi membaik, seiring tanda-tanda
Nasional (PEN). Melalui bauran kebijakan moneter, perbaikan permintaan dan pelonggaran lending
makroprudensial, dan sistem pembayaran, standard pada Semester II 2020. Sementara
Bank Indonesia konsisten untuk tetap menjaga itu, transaksi sistem pembayaran, baik tunai
stabilitas nilai tukar rupiah, mengendalikan inflasi, maupun nontunai menunjukkan peningkatan
menjamin kecukupan likuiditas, mendukung sejalan perbaikan ekonomi, disertai percepatan
SSK termasuk keberlanjutan intermediasi, serta digitalisasi ekonomi dan keuangan.
menjaga kelancaran sistem pembayaran, di

Gambar 4.3.1 Stimulus Fiskal Pemerintah

Stimulus diklasifikan
berdasarkan
peruntukannya yaitu
kesehatan,
Refocusing & Realokasi Untuk kesehatan, social Perlindungan Sosial,
Anggaran safety net, dukungan Sektoral K/L 7 PEMDA,
industri baik melalui UMKM, Pembiayaan
Penghematan pos yang dapat dihemat above dan below the Korporasi, dan Insentif
seperti perjalanan dinas, dll yang line Usaha
kurang relevan diubah menjadi
penanganan COVID-19 berdasarkan III IV
postur APBN dengan defisit 1,76% PDB
Stimulus III Stimulus IV
Tambahan Tambahan
terhadap stimulus terhadap stimulus
sebelumnya sebelumnya
Februari 2020 Februari 2020 sehingga total sehingga total
Stimulus I Rp 10,4T Stimulus I Rp 10,4T menjadi Rp 405,1 T menjadi Rp 695,2 T
I II

Mayoritas untuk Insentif pajak PPh


kartu sembako, 21, PPN, PPh 25,
subsidi bunga, dan dan PPh 22 Impor,
insentif pariwisata serta restitusi Pajak
Pertambahan Nilai
*Dalam (PPN)
perkembangannya,
insentif pariwisata
ditiadakan pada Kebijakan Pendukung Kebijakan Pendukung
Stimulus Jilid I
karena dinilai tidak
sesuai, sehingga Payung Hukum Utama: Payung Hukum Utama:
nominal stimulus PERPPU Nomor 1 Tahun 2020 PERPPU Nomor 1 Tahun 2020
menjadi Rp 6,1 T
1. PERPRES 54 1. PERPRES 72
Mengubah postur APBN Mengubah postur APBN
dengan defisit menjadi 5,07% dengan defisit menjadi 6,34%

2. SKB 1 BI - Kemenkeu 2. SKB 1 BI - Kemenkeu


Pembelian SBN di Pasar Burden Sharing dengan dasar
Perdana oleh BI dengan klasifikasi public goods dan
beberapa skema yang non-public goods
disepakati

Sumber: Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020 74


Bab 4: Prospek dan Arah Kebijakan

Ke depan, Bank Indonesia akan terus mencermati diperlukan guna mendukung pelaksanaan
dinamika perekonomian dan perkembangan program restrukturisasi kredit, khususnya bagi
penyebaran COVID-19 dalam merumuskan UMKM yang memiliki pinjaman di bank. Ke
langkah-langkah kebijakan lanjutan yang depan, Bank Indonesia secara berkala akan terus
diperlukan, sehingga potensi dampak terhadap melakukan evaluasi atas implementasi PLM, baik
perekonomian Indonesia dapat diminimalisir. dari sisi kecukupan rasio yang harus dijaga oleh
Pada Semester II 2020, prospek berlanjutnya bank, maupun dari sisi besaran fleksibilitas bank
pemulihan ekonomi domestik diprakirakan untuk memanfaatkan fasilitas repo kepada Bank
banyak dipengaruhi oleh perkembangan Indonesia atas instrumen PLM. Selain ketahanan
mobilitas masyarakat, kecepatan realisasi likuiditas, Bank Indonesia juga senantiasa
anggaran Pemerintah Pusat dan Pemerintah menjaga ketahanan permodalan perbankan
Daerah, kemajuan restrukturisasi dan penjaminan melalui instrumen Countercyclical Buffer
kredit, serta akselerasi ekonomi dan keuangan (CCB). Melalui CCB, Bank Indonesia menjaga
digital, khususnya untuk pemberdayaan UMKM. agar besaran pembiayaan yang dilakukan
Untuk itu, guna mendorong akselerasi pemulihan oleh perbankan tidak menimbulkan risiko
ekonomi nasional, sinergi ekspansi moneter yang dapat menggerus permodalan. Dengan
dengan akselerasi stimulus fiskal pemerintah akan mempertimbangkan kondisi intermediasi yang
terus diperkuat. Pemerintah telah mengeluarkan saat ini masih tumbuh terbatas, ke depan Bank
berbagai stimulus fiskal hingga sebesar Rp695,2 Indonesia cenderung untuk mempertahankan
Triliun guna meminimalkan dampak pandemi CCB pada level 0%. Evaluasi atas besaran CCB,
dan mendorong pemulihan ekonomi domestik juga akan dilakukan secara berkala.
(Gambar 4.3.1). Dalam kaitan ini, sinergi
Bank Indonesia mengimplementasikan kebijakan
tersebut termasuk peran Bank Indonesia untuk
makroprudensial akomodatif untuk akselerasi
pendanaan APBN 2020 melalui pembelian SBN
pemulihan. Hal ini dilakukan melalui upaya
di pasar perdana, baik berdasarkan mekanisme
memperkuat pembiayaan yang seimbang dan
pasar maupun secara langsung, sebagai bagian
berkualitas dengan dua pendekatan. Pertama,
upaya mendukung percepatan implementasi
mengembangkan instrumen kebijakan
program PEN, dengan tetap menjaga stabilitas
makroprudensial untuk pembiayaan. Kedua,
makroekonomi.
melakukan evaluasi berkala atas pelonggaran
Pada 2020, Bank Indonesia mempertahankan instrumen kebijakan makroprudensial untuk
kebijakan makroprudensial akomodatif. pembiayaan yang telah ditempuh pada Semester I
Implementasi kebijakan makroprudensial 2020. Guna mendorong pemulihan, peningkatkan
tersebut difokuskan pada dua tujuan. Pertama, pembiayaan ke depan akan difokuskan pada
menjaga ketahanan sistem keuangan guna sektor potensial, termasuk UMKM, yakni sektor
memitigasi dampak COVID-19 di sektor keuangan. dengan kontribusi tinggi untuk akselerasi
Kedua, mengakselerasi pemulihan ekonomi pertumbuhan dan sektor yang selaras dengan
melalui peningkatan peran pembiayaan. Dalam arah kebijakan pemerintah, termasuk green
rangka menjaga ketahanan, Bank Indonesia f inancing. Upaya mendorong intermediasi,
berupaya untuk terus memperkuat likuiditas dan dilakukan konsisten dengan indikasi perbaikan
meningkatkan optimalisasi pengelolaan likuiditas kinerja korporasi dan RT, serta potensi perbankan
perbankan melalui instrumen Penyangga untuk melonggarkan kebijakan lending standard,
Likuiditas Makroprudensial (PLM). Tidak hanya seiring dengan tingkat risiko yang semakin
menjamin dari sisi kuantitas, PLM juga menjaga terkendali. Untuk itu, perhatian diberikan pada
agar perbankan memiliki alat likuid dengan sektor dengan kebutuhan pembiayaan yang telah
kualitas yang baik. Sejalan dengan kebijakan meningkat (tinggi), namun belum mendapatkan
quantitative easing Bank Indonesia, kondisi penawaran yang memadai. Di samping itu,
likuiditas perbankan saat ini cenderung longgar berbagai pelonggaran kebijakan makroprudensial
dan kondusif bagi pembiayaan perekonomian. yang telah ditempuh pada Semester I 2020,
Kecukupan likuiditas tersebut, saat ini juga ke depan akan terus dievaluasi untuk melihat

75 KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020


Bab 4: Prospek dan Arah Kebijakan

kemungkinan implementasi yang diperpanjang. ditempuh semakin efektif mendorong pemulihan


Kebijakan tersebut meliputi kebijakan ekonomi. Dalam hal ini, Bank Indonesia
pelonggaran Rasio Intermediasi Makroprudensial berkomitmen penuh untuk mengarahkan
(RIM) dan pelonggaran Giro Wajib Minimum seluruh instrumen kebijakan untuk mendukung
(GWM) bagi pembiayaan sektor tertentu. pemulihan ekonomi nasional, disamping menjaga
Pelonggaran RIM diimplementasikan dengan stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
tidak memberlakukan kewajiban tambahan Untuk itu, Bank Indonesia menekankan pada
giro terkait pemenuhan RIM, atau parameter jalur kuantitas melalui penyediaan likuiditas
disinsentif atas dan bawah menjadi 0. Sementara untuk mendorong pemulihan ekonomi
pelonggaran GWM rupiah diberikan sebesar 50 dari dampak pandemi COVID-19, termasuk
bps bagi bank yang menyalurkan kredit UMKM dukungan Bank Indonesia kepada Pemerintah
dan ekspor impor, serta kredit non-BUMN yakni dalam mempercepat realisasi APBN 2020. Bank
sektor-sektor prioritas yang ditetapkan dalam Indonesia berkomitmen untuk pendanaan APBN
program PEN. Kebijakan makroprudensial melalui pembelian SBN dari pasar perdana, baik
akomodatif untuk akselerasi pembiayaan, berdasarkan mekanisme pasar maupun secara
ditempuh dengan tetap memerhatikan prinsip langsung. Penyediaan dana likuiditas terus
kehati-hatian. Hal ini dilakukan agar kegiatan dilakukan bagi perbankan untuk kelancaran
intermediasi tidak memberikan risiko tambahan program restrukturisasi kredit (pembiayaan)
dan mengganggu SSK di tengah tekanan dan dunia usaha dalam mendukung program
COVID-19 yang belum sepenuhnya kembali pada PEN. Khusus kebijakan makroprudensial, Bank
level pra COVID-19. Indonesia akan terus melakukan sinergi dengan
kebijakan f iskal pemerintah, pengawasan
Ke depan, koordinasi kebijakan semakin diperkuat
mikroprudensial oleh OJK, dan penjaminan
untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan
simpanan oleh LPS untuk memperkuat stabilitas
sistem keuangan, serta mempercepat pemulihan
sistem keuangan, serta mendorong penyaluran
ekonomi nasional. Bank Indonesia melalui bauran
kredit dan pembiayaan bagi pemulihan ekonomi
kebijakan akan terus memperkuat koordinasi
nasional.
dengan Pemerintah dan Komite Stabilitas Sistem
Keuangan (KSSK) agar berbagai kebijakan yang

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020 76


Bab 4: Prospek dan Arah Kebijakan

4.4. Akselerasi Pembiayaan rendah (MBR atau keluarga prasejahtera), pelaku


UMKM, penduduk daerah tertinggal, serta pelajar
Melalui Dukungan
dan pemuda.
Keuangan Inklusif
Survei keuangan inklusif menunjukkan kemajuan
Pengembangan Keuangan Inklusif tingkat keuangan inklusif di Indonesia yang
baik. Berdasarkan hasil beberapa survei (Grafik
Keuangan inklusif berperan penting dalam
4.4.1) diperoleh informasi bahwa sekitar 48,9%
akselerasi pertumbuhan ekonomi. Keuangan
penduduk dewasa di Indonesia telah memiliki
inklusif adalah kondisi dimana setiap anggota
akses kepada lembaga keuangan formal (Global
masyarakat mempunyai akses terhadap berbagai
Findex, 2017). Sementara itu, 70,3% orang dewasa
layanan keuangan formal yang berkualitas,
pernah menggunakan produk atau layanan
tepat waktu, lancar, dan aman, dengan biaya
keuangan dan 55,7% orang dewasa telah memiliki
terjangkau sesuai dengan kebutuhan dan
akun (SNKI, 2018). Pada 2019, Survei Nasional
kemampuan.1 Keuangan inklusif merupakan
Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) OJK
kunci pendukung dalam meningkatkan
menunjukkan indeks inklusi keuangan sebesar
kesejahteraan, menurunkan tingkat kemiskinan,
76,19% dengan indeks literasi keuangan sebesar
dan mengakselerasi pertumbuhan, sehingga
38,03%. Jika dibandingkan dengan negara peers,
pada akhirnya dapat tercapai pertumbuhan
akses layanan keuangan di Indonesia relatif baik,
ekonomi yang kuat, berimbang, berkelanjutan,
namun masih perlu ditingkatkan dari sisi usage.
dan inklusif. Pentingnya peranan keuangan
Sejumlah indikator seperti jumlah rekening
inklusif ini melatarbelakangi beberapa negara,
kredit dan simpanan di bank, serta jumlah
termasuk Indonesia, untuk fokus pada upaya
transaksi melalui mobile dan internet, Indonesia
pengembangan keuangan inklusif, yakni dengan
relatif tertinggal dibandingkan dengan Malaysia,
mendorong penyediaan akses dan penggunaan
Thailand, India, dan Brazil2.
(usage) layanan keuangan formal kepada
masyarakat. Di Indonesia, kelompok masyarakat Pertumbuhan keuangan inklusif di Indonesia
yang diprioritaskan untuk mendapat akses perlu diimbangi dengan peningkatan usage dan
keuangan, antara lain masyarakat berpenghasilan tingkat literasi keuangan masyarakat. Untuk itu,

Grafik 4.4.1 Survei Keuangan Inklusif Indonesia (%)


%
80 76,1
70 67,8 70,3
59,74
60 55,7
50 48,9

40 36,1
35,1
31,3 34,2
30
19,6
20
11,6
9,0
10
0
Global Findex Inklusi Keuangan SNLIK OJK Survei FII/SNKI Survei FII/SNKI
Syariah (Kepemilikan) (Penggunaan)
2011 2013 2014
2015 2016 2017
2018 2019 Target SNKI 2019
12
Sumber: BI, OJK, FII, World Bank

1 Berdasarkan definisi yang tertuang dalam Lampiran Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 82 Tahun 2016 tentang
Strategi Nasional Keuangan Inklusif.

2 Berdasarkan data Financial Access Survey IMF 2019. Proksi indikator pada dimensi akses dan usage mengacu pada
G20 Financial Inclusion Indicators.

77 KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020


Bab 4: Prospek dan Arah Kebijakan

dibutuhkan strategi yang dapat meningkatkan yang difokuskan pada upaya menjadikan
inklusif itas keuangan tidak sebatas pada UMKM sebagai kekuatan baru perekonomian.
perluasan akses dan peningkatan penggunaan Pada tahapan ini, penguatan keuangan inklusif
layanan keuangan, namun bagaimana keuangan dilakukan melalui pengembangan UMKM yang
inklusif tersebut dapat mendorong masyarakat sustainable dan inovatif. Ke depan, sejalan
untuk berdaya dan pada akhirnya mampu dengan kebijakan akomodatif Bank Indonesia
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dalam hal dalam mendorong pembiayaan untuk akselerasi
ini, Bank Indonesia telah menyusun strategi guna pemulihan, maka peran keuangan inklusif
mendorong inklusi ekonomi dan keuangan, yakni menjadi penting. Melalui pilar kedua SNEKI,
Strategi Nasional Ekonomi dan Keuangan Inklusif Bank Indonesia akan terus berupaya untuk
(SNEKI).3 Berdasarkan strategi tersebut, terdapat meningkatkan akses pembiayaan. Semakin
dua sasaran utama pengembangan ekonomi luas masyarakat yang terjangkau dengan akses
dan inklusi Bank Indonesia, yakni kelompok pembiayaan, maka peluang untuk mempercepat
subsistence dan kelompok Usaha Mikro, Kecil, pertumbuhan menjadi lebih tinggi. Berdasarkan
dan Menengah (UMKM), baik melalui pendekatan SNEKI, perluasan akses pembiayaan akan dimulai
konvensional maupun syariah. Adapun visi dari kelompok subsistence sampai dengan UMKM
yang ingin dicapai adalah meningkatkan akses dengan tingkatan pembiayaan mulai dari yang
terhadap kesempatan ekonomi secara luas dan bersumber dari social funding sampai dengan
layanan keuangan formal yang berkualitas sesuai pembiayaan komersial.
dengan kebutuhan dan kemampuan dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pengembangan Pasar Keuangan

Dukungan keuangan inklusif diperkuat guna Pasar keuangan yang ef isien dan dalam
mendorong pemulihan ekonomi di era pandemi. merupakan bagian penting dalam
Pengembangan ekonomi dan keuangan inklusif mendorong pertumbuhan ekonomi secara
dilakukan untuk mendorong peningkatan dan berkesinambungan. Stabilitas harga yang
perluasan akses terhadap kesempatan ekonomi terbentuk di pasar keuangan merupakan salah
bagi masyarakat unbanked dan undeserved satu indikator makro yang memengaruhi
melalui pembentukan kelompok (korporatisasi), stabilitas moneter, stabilitas sistem keuangan,
peningkatan kapasitas dan penyediaan layanan. dan kesinambungan fiskal, serta aspek mikro
Pengembangan ekonomi dan keuangan pelaku pasar. Untuk itu, perhatian khusus
inklusif juga dilakukan sebagai upaya dalam diperlukan terhadap pengembangan dan
mewujudkan UMKM yang produktif, inovatif, pendalaman pasar keuangan. Tingkat kedalaman
dan resilien sehingga menjadi kekuatan baru pasar keuangan Indonesia masih relatif rendah
perekonomian nasional yang dibagi dalam tiga dibandingkan dengan negara peers yaitu
tahapan keuangan. Pertama, jangka pendek Filipina, Thailand, Malaysia, Singapura, India,
(2020-2021) yang difokuskan pada upaya menjaga dan Tiongkok. Sebagai ilustrasi, persentase total
ketahanan UMKM. Pada tahapan ini, penguatan outstanding aset finansial (saham, utang, SBN,
dan sinergi kebijakan merupakan program yang dan obligasi korporasi) terhadap Produk Domestik
diarahkan untuk memulihkan dan menjaga Bruto (PDB) di Indonesia mencapai 105% pada
ketahanan UMKM di era pandemi. Kedua, 2018. Persentase tersebut masih tertinggal
jangka menengah (2022-2023) yang difokuskan dibanding negara peers seperti Filipina yang
pada upaya meningkatkan kontribusi UMKM mencapai 155%, Thailand yang mencapai 299%,
pada perekonomian. Pada tahapan ini, upaya dan Malaysia yang mencapai 333% (Grafik 4.4.2).
penguatan keuangan inklusif dilakukan melalui Terkait dengan hal tersebut, Bank Indonesia
perluasan program pengembangan UMKM telah menginisiasi langkah strategis dalam
untuk mengakselerasi pemulihan ekonomi mempercepat pengembangan pasar keuangan
nasional. Ketiga, jangka panjang (2024-2025) yang likuid dan ef isien, antara lain melalui
3

3 Lihat Boks 4.1. Strategi Nasional Ekonomi dan Keuangan Inklusif (SNEKI).

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020 78


Bab 4: Prospek dan Arah Kebijakan

Grafik 4.4.2 Aset Finansial Terhadap PDB (%) 2018

400,00 30,59
48,59
350,00 21,14 24,81
28,16
250,00 33,66 52,80 121,90
52,09
250,00 43,40
200,00 7,20 144,59 120,39
26,19 15,10 161,14
100,00 2,78
15,96 47,56 188,73 50,05
50,00 38,81
98,86 111,00
74,43 76,63
46,71 46,48
-
Indonesia Filipina Thailand Malaysia Singapura India Cina

Pasar Saham Utang & Piutang Obligasi Pemerintah Obligasi Korporasi

Sumber : World Bank, ADB, CEIC

Forum Koordinasi Pembiayaan Pembangunan pembiayaan. Kedua, mendorong penggunaan


melalui Pasar Keuangan (FKPPPK). Selanjutnya, teknologi digital dalam pengembangan
melalui FKPPPK telah disusun blueprint pembiayaan pembangunan. Ketiga, mendukung
pengembangan pasar keuangan Indonesia edukasi literasi keuangan dan pengembangan
yang komprehensif dan terukur, disebut berbasis investor. Keempat, memperkuat
dengan Strategi Nasional Pengembangan koordinasi pengembangan pasar keuangan.
dan Pendalaman Pasar Keuangan (SN-PPPK). Dalam rangka mendorong pengembangan
Di dalam SNPPPK 2018-2024, salah satu fokus alternatif sumber pembiayaan, Bank Indonesia
utama dalam pengembangan pasar keuangan di terus mendukung perkembangan inovasi
Indonesia adalah melalui pengembangan sumber instrumen pembiayaan pembangunan, termasuk
pembiayaan ekonomi dan pengelolaan risiko atas pengembangan instrumen pembiayaan jangka
investasi di pasar keuangan. Di dalamnya juga pendek, seperti: sekuritisasi aset, green and
tercermin semangat untuk mengintegrasikan sustainable financing, Asset Backed, dan green
inf rastruktur pasar Keuangan (IPK) dengan Surat Berharga Komersial (SBK). Sementara
koordinasi yang melibatkan lintas otoritas. itu, upaya pengelolaan risiko dilakukan melalui
kontribusi dalam asesmen pengembangan
Strategi pengembangan pasar keuangan oleh
instrumen pasar keuangan jangka pendek, baik
Bank Indonesia dirumuskan dalam bentuk
konvensional maupun syariah, dan hedging
blueprint IPK. Blueprint IPK disusun secara
suku bunga nilai tukar jangka panjang. Upaya
menyeluruh dalam kerangka pengembangan
pengembangan alternatif sumber pembiayaan
pasar keuangan khususnya pasar uang dan pasar
dan pengelolaan risiko, didukung oleh koordinasi
valas serta pemanfaatan teknologi digital dan
pengembangan pasar keuangan, baik koordinasi
pengembangan infrastruktur pasar keuangan
internal Bank Indonesia, koordinasi dalam FKPPPK,
dilandaskan kepada integrasi dan interkoneksi
maupun koordinasi dalam fora internasional pasar
antar seluruh IPK. Pilar pengembangan
keuangan. Ke depan, guna akselerasi pemulihan
dalam blueprint IPK meliputi: (1) mendorong
pandemi, Bank Indonesia senantiasa mendorong
digitalisasi dan penguatan IPK, (2) memperkuat
pengembangan instrumen pasar uang terutama
efektivitas transmisi kebijakan moneter, dan (3)
untuk mendukung pembiayaan korporasi dan
mengembangkan sumber pembiayaan ekonomi
UMKM, sejalan dengan program Pemulihan
dan pengelolaan risiko.
Ekonomi Nasional.
Pengembangan sumber pembiayaan ekonomi
Pengembangan Keuangan Syariah
yang merupakan pilar ketiga dari blueprint IPK
dilakukan melalui empat strategi. Pertama, Kebijakan pengembangan keuangan syariah
mendorong pengembangan alternatif sumber merupakan bagian dari bauran kebijakan Bank

79 KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020


Bab 4: Prospek dan Arah Kebijakan

Indonesia. Dalam rangka mendukung kebijakan dan keuangan syariah, sehingga lebih efektif,
tersebut, Bank Indonesia menyusun blueprint karena upaya pengembangan ekonomi dan
pengembangan ekonomi dan keuangan keuangan syariah tidak dapat dijalankan secara
syariah yang menjadi acuan kebijakan, strategi, parsial.
serta program pengembangan ekonomi dan
Peningkatan sumber pembiayaan syariah untuk
keuangan syariah yang terintegrasi di Bank
perekonomian perlu diperkuat sebagai dukungan
Indonesia. Kerangka strategis ini didukung oleh
terhadap akselerasi pemulihan. Berdasarkan
tiga pilar utama, yakni: Pilar Pemberdayaan
blueprint pengembangan ekonomi dan
Ekonomi Syariah, Pilar Pendalaman Pasar
keuangan syariah, upaya meningkatkan pangsa
Keuangan Syariah, serta Pilar Penguatan Riset,
pembiayaan syariah dilakukan sebagai bagian dari
Asesmen, dan Edukasi (Gambar 4.4.1). Dalam
kegiatan pendalaman pasar keuangan syariah
menjalankan strategi, Bank Indonesia tidak
(pilar kedua). Pengembangan dilakukan melalui
hanya berperan sebagai regulator terkait fungsi
strategi antara lain peningkatan variasi instrumen
otoritas moneter, makroprudensial, dan sistem
keuangan syariah, penambahan jumlah investor,
pembayaran, namun juga mengambil peran
dan volume transaksi, serta penguatan regulasi
sebagai akselerator dan inisiator. Kedua peran
dan infrastruktur. Cakupan strategi tersebut tidak
perluasan tersebut terutama dibutuhkan dalam
terbatas pada sektor keuangan komersial, namun
hal pengembangan ekosistem ekonomi dan
juga pada sektor keuangan sosial seperti zakat,
keuangan syariah yang saat ini sudah ada, namun
infak, sedekah, dan wakaf (ZISWAF) sesuai dengan
belum terbangun secara sistematis. Oleh karena
prinsip penggunaannya. Dari sisi pengembangan
itu, kerjasama yang erat antarinstitusi dan otoritas
sektor keuangan komersial, dalam rangka
terkait sangat dibutuhkan dalam menjalankan
mempercepat akselerasi pemulihan, Bank
strategi dan program pengembangan ekonomi

Gambar 4.4.1 Pilar Pengembangan Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia

Mendukung Terwujudnya Indonesia sebagai


Pusat Ekonomi dan Keuangan Syariah Dunia
Peningkatan Usaha Pembiayaan Keuangan Tingkat Kedalaman International
TARGET Tingkat Literasi
Syariah Syariah Keuangan Standing
CAPAIAN
Pertumbuhan Usaha Share Pembiayaan Pertumbuhan Pasar Indeks Literasi Inisiasi Internasional
INDIKATOR Syariah (% per Th) Syariah (%Total Uang Syariah
UTAMA Pembiayaan) (%, PDB)

STRATEGI Pemberdayaan Pemberdayaan Penguatan Riset


UTAMA Ekonomi Syariah Keuangan Syariah Asesmen & Edukasi
Halal Value Regulasi Riset dan
PROGRAM Chain Infrastruktur Asesmen
KERJA Kelembagaan Instrumen Edukasi
UTAMA
Infrastruktur Basis Investor
Pendukung Kelembagaan
Kelembagaan
STRATEGI Kebijakan Eksyar Daerah Kebijakan Eksyar Nasional Kebijakan Eksyar Internasional
DASAR Sumber Daya Insani Data dan Informasi Koordinasi dan Kerjasama

Sumber: Bank Indonesia, diolah

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020 80


Bab 4: Prospek dan Arah Kebijakan

Indonesia terus mengembangkan instrumen pengaturan zakat berstandar internasional untuk


keuangan untuk memperkuat pendalaman meningkatkan tata kelola pengelolaan zakat.
pasar keuangan syariah, antara lain (i) Fasilitas
Pemberdayaan ekonomi syariah juga membantu
Likuiditas Berdasarkan Prinsip Syariah (FLisBI),
pemulihan COVID-19. Implementasi strategi
(ii) Pengelolaan Likuiditas Berdasarkan Prinsip
pemberdayaan ekonomi syariah dilakukan
Syariah (PaSBI), dan Sertif ikat Pengelolaan
melalui program penguatan ekosistem rantai nilai
Dana Berdasarkan Prinsip Syariah Antar Bank
halal (RNH). Hal ini dimaksudkan agar ekosistem
(SiPA). Sementara itu, dari sisi pengembangan
tumbuh produktif, inklusif, dan terintegratif
keuangan sosial, optimalisasi dilakukan melalui
dalam rangka membangun kemandirian
kolaborasi dan/atau integrasi dengan keuangan
ekonomi lokal, daerah, maupun nasional secara
komersial syariah, seperti perbankan, fintech,
berkesinambungan. Bank Indonesia berkomitmen
lembaga keuangan mikro, hingga pasar modal.
terus melanjutkan pemberdayaan ekonomi
Salah satu instrumen kolaborasi tersebut adalah
syariah melalui berbagai program, di antaranya
sukuk negara wakaf atau Cash Waqf Linked Sukuk
penguatan sektoral yang menjadi sasaran
(CWLS).4 Adapun instrumen keuangan sosial
strategis program kerja utama Bank Indonesia.
syariah lainnya adalah zakat.
Pencapaiannya dilakukan melalui penguatan
Peran keuangan sosial syariah akan terus inf rastruktur dan kerjasama kelembagaan
dilanjutkan, guna mendukung pemulihan di yang dapat mendukung pencapaian tujuan
tengah pandemi COVID-19. Ke depan, BWI, Bank Indonesia, baik melalui transmisi di area
Kemenkeu, Bank Indonesia dan lembaga terkait kebijakan moneter, makroprudensial, maupun di
akan melanjutkan penerbitan Sukuk Wakaf, area sistem pembayaran. Fokus pengembangan
antara lain CWLS ritel. CWLS ritel akan menyasar ekosistem RNH dilakukan di empat sektor utama,
para investor perorangan, sehingga masyarakat yaitu pertanian (integrated farming); industri
dapat berpartisipasi dalam pembangunan makanan halal dan fesyen muslim; pariwisata
sarana publik dan sekaligus menggerakan halal dan energi baru dan terbarukan (EBT),
sektor keuangan sosial Indonesia. Di samping dengan menggandeng berbagai pelaku usaha,
itu, Bank Indonesia dan anggota International di antaranya komunitas pesantren, UMKM syariah,
Working Group on Waqf Core Principles juga akan korporasi, dan berbagai pelaku industri lainnya.
melanjutkan penyusunan Technical Notes on Sejak penyebaran COVID-19, Bank Indonesia
Waqf Core Pinciples on Risk Management.5 Terkait secara rutin melakukan penyaluran bantuan
dengan pengembangan zakat sebagai instrumen pencegahan penyebaran COVID-19 di Pesantran,
keuangan sosial syariah, Bank Indonesia melalui 46 Kantor Perwakilan Dalam Negeri
bersama Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) (KPwDN) yang tersebar di seluruh Indonesia.
merumuskan Technical Note for Zakat Core Pesantren merupakan area mukim cukup besar
Principles (ZCP) on Disclosure and Transparency dengan ratusan bahkan belasan ribu santri hidup
dan Technical Note for Zakat Core Principles on dan tinggal dalam satu lingkungan/area. Kondisi
Financial Reporting and External Audit. ZCP tersebut menyebabkan pesantren memiliki risiko
dan catatan teknisnya merupakan kerangka penyebaran COVID-19 yang signifikan.

45

4 Sukuk negara wakaf merupakan instrumen penempatan dana wakaf pada instrumen Surat Berharga Syariah
Negara untuk mendukung program pembangunan sarana social, dikembangkan melalui kerjasama Badan Wakaf
Indonesia (BWI), Kementerian Keuangan, Bank Indonesia dan lembaga pengelola wakaf. Pada 10 Maret 2020,
CWLS perdana berhasil diterbitkan (private placement) dengan nominal Rp50,8 Miliar. Diskonto dan Imbal hasil
dimanfaatkan untuk pengembangan aset wakaf baru, yaitu pembangunan retina centre Rumah Sakit Achmad
Wardi, Serang, Banten.

5 Technical Note for Waqf Core Principles on Risk Management merupakan standar minimum pengelolaan aset
wakaf berdasarkan risiko. Tujuan dari penyusunan technical note tersebut adalah untuk memberikan pemahaman
terhadap risiko pengelolaan wakaf dan menyediakan standar minimum kerangka manajemen risiko untuk para
nazhir (pengelola wakaf).

81 KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020


Bab 4: Prospek dan Arah Kebijakan

Boks 4.4 Strategi Nasional Ekonomi dan Keuangan Inklusif

Bank Indonesia menyusun strategi guna Pengembangan ekonomi dan keuangan


mendorong ekonomi dan keuangan inklusi inklusif dalam SNEKI dilakukan melalui sasaran
melalui Strategi Nasional Ekonomi dan dan strategi utama. Terdapat dua sasaran
Keuangan Inklusif (SNEKI). SNEKI merupakan utama pengembangan ekonomi dan inklusi
strategi yang mengacu pada prinsip bahwa Bank Indonesia, yakni kelompok subsistence
untuk mencapai kesejahteraan masyarakat, yang terdiri dari masyarakat berpenghasilan
aspek ekonomi dan keuangan inklusif perlu rendah, masyarakat lintas kelompok, dan
menjadi kesatuan dan tidak dapat dipisahkan. vulnerable group; serta kelompok Usaha Mikro,
Melalui tiga pilar, pemberdayaan ekonomi Kecil, dan Menengah (UMKM). Keduanya baik
(kapasitas), perluasan akses dan literasi melalui pendekatan konvensional maupun
keuangan (pembiayaan), dan harmonisasi syariah. Pengembangan dilakukan melalui
kebijakan (korporatisasi), pengembangan lima aksi strategis, yaitu: sinergi kebijakan,
ekonomi dan keuangan inklusif dilakukan integrasi ekonomi dan keuangan digital,
dalam upaya untuk mencapai stabilitas prioritisasi, serta edukasi dan literasi. Dalam
makroekonomi dan stabilitas sistem keuangan. mengimplementasikan aksi strategis tersebut,
Stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan inovasi digital menjadi kekuatan untuk
ini yang akan menjadi fondasi untuk mencapai mengintegrasi dan mengakselerasi inklusi
pemerataan pendapatan, pengurangan ekonomi dan keuangan, melalui pemanfaatan
kemisikanan, serta perluasan akses dan ekosistem digital bagi individu, pelaku usaha,
kesempatan, sehingga pada dapat tercapai dan komunitas.
visi untuk meningkatkan inklusi ekonomi dan
keuangan Indonesia.

Gambar B4.4.1 Strategi Nasional Ekonomi dan Keuangan Inklusif

STRATEGI NASIONAL EKONOMI DAN KEUANGAN INKLUSIF

Meningkatkan inklusi ekonomi dan


keuangan Indonesia
VISI Pemerataan Pendapat Pengurangan Kemiskinan Perluasan Akses & Kesempatan

INDIKATOR Stabilitas Makroekonomi Stabilitas Harga Penurunan CAD Stabilitas Sistem Keuangan Intermediasi Efisiensi Ketahanan

Masyarakat Lintas Usaha Mikro, Kecil, dan


SASARAN Kelompok Subsitence MBR Vulnerable Group Konvensional Syariah
Kelompok Menengah

PILAR Pemberdayaan Perluasan Literasi Harmonisasi Kebijakan


KEBIJAKAN Ekonomi Keuangan

Kebijakan dan Ketentuan Korporatisasi, Kapasitas, Perlindungan


Sinergi Kebijakan Pendukung
Kemudahan Akses
Pembiayaan Konsumen

TINDAKAN Integrasi Ekonomi & Keuangan Digital Kenal Model Bisnis Produk Player Data
STRATEGIS
Prioritasasi Pengembangan Ekonomi Sektor Prioritas Intervensi Spesial

Edukasi dan Literasi Kampanye / Sosialisasi Modul Edukasi Pelatihan

Kementerian/ Industri Jasa Asosiasi (Perbankan Fintech, Industri Akademisi /


STAKEHOLDERS
Lembaga / Pemda Keuangan E-Commerce), NGO, Komunitas, MES Telekomunikasi Perguruan Tinggi

Sumber: Bank Indonesia, diolah

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020 82


Bab 4: Prospek dan Arah Kebijakan

Kegiatan pengembangan ekonomi dan Sementara itu, perluasan akses pembiayaan


keuangan inklusif pada setiap pilar SNEKI dimulai dari kelompok subsistence sampai
dijabarkan dalam bentuk mata rantai usaha. dengan UMKM dengan tingkatan pembiayaan
Pilar pertama, mata rantai pemberdayaan mulai dari yang bersumber dari social funding
ekonomi, diterapkan melalui upaya sampai dengan pembiayaan komersial. Pilar
peningkatan kapasitas secara end to end, ketiga, mata rantai harmonisasi kebijakan.
baik untuk kelompok subsistence dan UMKM, Implementasi pilar harmonisasi kebijakan
dengan tujuan akhir untuk meningkatkan dilakukan melalui sinergi antar kementerian/
produktivitas. Upaya peningkatan kapasitas lembaga dalam mendukung perluasan
difokuskan pada tiga besaran, yaitu korporatisasi UMKM dan mewujudkan
peningkatan produksi, manajemen usaha, ekosistem UMKM yang sehat. Korporatisasi
dan pemasaran. Pada kelompok subsistence, UMKM memiliki tiga strata. Pertama,
peningkatan kapasitas dilakukan dengan koporatisasi individu, yakni pengelompokan
memberikan pendampingan untuk kelompok individu-individu menjadi sebuah unit.
penerima manfaat (KPM) bansos nontunai, Sebagai contoh, menjadi Gabungan Kelompok
agar mereka mendapatkan keterampilan Tani (Gapoktan), Kelompok Sadar Wisata
dan kemampuan menjalankan usaha. Pilar (Pokdarwis), atau himpunan, sehingga akan
kedua, mata rantai perluasan akses dan literasi lebih mudah memperoleh fasilitasi kapasitas
keuangan dilakukan dengan memanfaatkan dan pembiayaan UMKM. Kedua, korporatisasi
akses keuangan melalui digitalisasi UMKM, yakni konsolidasi terhadap UMKM
pembayaran dan mendorong pembiayaan. yang mulai mengalami penurunan kinerja
Upaya mendorong akses keuangan atau mengalami persoalan permodalan.
masyarakat dilakukan dengan memperluas Diversif ikasi produk atau membentuk
digitalisasi pembayaran sebagai entry usaha baru yang lebih prospektif dengan
point masyarakat pada layanan keuangan. manjemen baru adalah sebuah pilihan. Ketiga,
Bank Indonesia memperluas penggunaan korporatisasi kawasan UMKM. Langkah ini
QR Indonesian Standard (QRIS) dan uang lebih dikenal dengan membangun sebuah
elektronik, serta pembayaran berbasis digital sentra UMKM, yang berbasis end-to-end.
di berbagai bisnis retail dan pasar tradisional. Dengan kawasan khusus, spasial wilayah yang
dibangun adalah dari sisi hulu dan hilir.

83 KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020


Bab 4: Prospek dan Arah Kebijakan

4.5. Akselerasi Digital untuk Grafik 4.5.1 Transaksi E-Commerce

Pemulihan Sistem Keuangan Triliun Rp


25 50,00
40,00
Arah Kebijakan Keuangan Digital 20 30,00
20,00
dalam Mendukung Stabilitas Sistem 15 10,00
Keuangan -
10 (10,00)
(20,00)
Tren digitalisasi memengaruhi perekonomian, (30,00)
5
mengubah pola transaksi masyarakat, dan (40,00)
0 (50,00)
mendisrupsi fungsi-fungsi konvensional, Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun

termasuk pada sektor keuangan. Tren digitalisasi 2017 2018 2019 2020

Transaksi E-Commerce % MTM (Skala kanan)


diikuti dengan era sharing economy dan platform
Sumber : Bank Indonesia, diolah
economy, serta pola bisnis yang semakin modular.
Pola bisnis modular menempatkan data sebagai
aset sekaligus menjadi kunci daya saing baru di Grafik 4.5.2 Transaksi Fintech Payment
era digital. Saat ini, akses terhadap infrastruktur Ribuan Rp
20.000
digital menjadi semakin mudah dan murah, 18.000
sehingga tendensi literasi digital masyarakat 16.000 15.034
13.586
Indonesia untuk mengeskalasi arus digitalisasi 14.000
12.000
juga semakin kuat. Pada sektor keuangan,
10.000
akseptasi masyarakat pada layanan fintech dan 8.000
e-commerce juga terbilang kuat. Baik transaksi 4.000

e-commerce maupun fintech lending1 tumbuh 2.000 1.448


0
dalam tren eksponensial. Sejak 2017 sampai Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar

dengan Mei 2020, transaksi e-commerce tumbuh 2017 2018 2019 2020
Bank Nonbank Total
signifikan (Grafik 4.5.1). Kinerja transaksi fintech Sumber : Bank Indonesia, diolah
penyedia jasa pembayaran (fintech payments),
yang sebagian besar merupakan penerbit uang
elektronik (UE) juga mengalami peningkatan risiko dalam menjaga kualitas layanan publik.
(Grafik 4.5.2). Di sisi lain, digitalisasi ekonomi Perkembangan tersebut juga berdampak pada
dan keuangan juga membawa implikasi risiko tiga aspek. Pertama, digitalisasi ekonomi dan
yang perlu diwaspadai mengganggu stabilitas keuangan membuka lebar pintu peluang inklusi
moneter, stabilitas sistem keuangan, dan keuangan. Kedua, data dan informasi granular
kelancaran sistem pembayaran. menjadi kunci dalam mengintegrasikan ekonomi
dan keuangan digital. Ketiga, peran nonbank
Arus digitalisasi perlu berlangsung pada koridor
semakin menguat sekaligus mengubah struktur
yang menjamin berjalannya mandat bank
dan tatanan sektor keuangan. Untuk itu, guna
sentral. Industri perbankan perlu didorong
membangun ekosistem yang sehat dan sebagai
untuk bertransformasi digital secara utuh.
pemandu perkembangan ekonomi keuangan
Interlink antara bank dan fintech perlu diperkuat.
digital, Bank Indonesia telah merumuskan
Kerangka regulasi, entry-policy, pelaporan, dan
Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025
pengawasan perlu diselaraskan dengan tuntutan
(BSPI 2025). BSPI disusun dengan lima visi utama
era digital, termasuk aspek pengendalian risiko
(Gambar 4.5.1) yang akan diwujudkan melalui
dan perhatian terhadap kepentingan nasional.
lima inisiatif, yaitu: Open Banking, Pembayaran
Revolusi digital di era Industri 4.0 ini menuntut
Ritel, Infrastruktur Pasar Keuangan, Data dan
Bank Indonesia untuk memahami pergeseran
Pengaturan, Perizinan, serta Pengawasan.
kebutuhan masyarakat, peluang, dan dimensi
1

1 Model bisnis fintech lending dalam hal ini didefinisikan mencakup fintech peer to peer lending, fintech balance
sheet lending, dan penyedia platform cicilan online.

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020 84


Bab 4: Prospek dan Arah Kebijakan

Implementasi inisiatif ini akan dilakukan baik perekonomian bagi UMKM, Bank Indonesia
secara langsung oleh Bank Indonesia maupun berupaya meningkatkan sinergi antara bank
diimplementasikan melalui kolaborasi dan dan fintech melalui Open API yang mencakup
koordinasi produktif dengan Kementerian/ standarisasi data, teknis, kemananan, dan
Lembaga terkait beserta industri. governance. Dengan adanya standarisasi Open
API diharapkan dapat mendorong keterbukaan
Merujuk pada blueprint tersebut, digitalisasi
dan interoperabilitas yang dapat meningkatkan
menjadi salah satu bagian dari kebijakan sistem
digitalisasi ekonomi, inklusi keuangan dan akses
pembayaran yang hendak diakselerasi. Orientasi
UMKM, serta mengurangi adanya risiko shadow
kebijakan Bank Indonesia khususnya di area
banking.
sistem pembayaran diarahkan agar mampu
mengoptimalkan manfaat digitalisasi untuk Perkembangan digitalisasi menuntut adanya
menjamin layanan sistem pembayaran yang metode pembayaran yang serba cepat, mobile,
cepat, mudah, murah, aman dan handal. Selain aman, dan murah. Selain itu, digitalisasi yang
itu, kebijakan sistem pembayaran juga akan ditandai dengan pertumbuhan volume data
difokuskan untuk mendukung integrasi ekonomi dalam jumlah masif juga menuntut ketersediaan
dan keuangan digital, termasuk pengembangan infrastruktur pengelolaan data yang memadai.
inklusi ekonomi dan keuangan. Ke depan, Untuk itu, Bank Indonesia berinisiatif melakukan
pengembangan inovasi digital akan memperkuat berbagai penguatan, baik di sisi sistem
keterhubungan antar agen ekonomi, dari pembayaran ritel maupun nilai besar, serta
yang terkecil hingga terbesar, dari konsumen penyediaan inf rastruktur publik untuk data
individual, UMKM, hingga korporasi besar. sesuai dengan BSPI 2025. Penguatan konfigurasi
Integrasi ekonomi dan keuangan digital tersebut sistem pembayaran ritel nasional diarahkan
akan memperkuat efektivitas peredaran uang, pada sebuah tatanan baru yang memungkinkan
transmisi kebijakan moneter, stabilitas sistem terbentuknya ekosistem digital yang sehat.
keuangan, serta inklusi ekonomi dan keuangan. Modernisasi infrastruktur sistem pembayaran ritel
Dalam rangka mendorong inklusi keuangan ke arah yang lebih efisien akan dilakukan dengan
yang di dalamnya juga mencakup pembiayaan memanfaatkan teknologi terkini. End state

VISI SISTEM PEMBAYARAN INDONESIA (SPI) 2025


Gambar 4.5.1 Visi Sistem Pembayaran Indonesia 2025

SPI 2025 mendukung integrasi ekonomi-keuangan digital nasional sehingga


1 menjamin fungsi bank sentral dalam proses pengedaran uang, kebijakan moneter,
dan stabilitas sistem keuangan, serta mendorong inklusi keuangan.

SPI 2025 mendukung digitalisasi perbankan sebagai lembaga utama dalam


2 ekonomi-keuangan digital melalui open banking maupun pemanfaatan teknologi
digital dan data dalam bisnis keuangan.

SPI 2025 menjamin interlink antara fintech dengan perbankan untuk


3 menghindari risiko shadow-banking melalui pengaturan teknologi digital (seperti API),
kerjasama bisnis, maupun kepemilikan perusahaan.

SPI 2025 menjamin keseimbangan antara inovasi dengan consumers protection,


4 integritas dan stabilitas serta persaingan usaha yang sehat melalu penerapan
KYC&AML-CFT, kewajiban keterbukaaan data/informasi/bisnis publik, dan penerapan
regtech dan suptech dalam kewajiban pelaporan, regulasi, dan pengawasan.

SPI 2025 menjamin kepentingan nasional dalam ekonomi-keuangan digital antar


5 negara melalui kewajiban pemrosesan semua transaksi domestik di dalam negeri dan
Sumber: Bank Indonesia
kerjasama penyelenggara asing dengan domestik, dengan memperhatikan prinsip
resiprokalitas.

Sumber: Bank Indonesia, diolah

85 KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020


Bab 4: Prospek dan Arah Kebijakan

dari konfigurasi tersebut adalah membangun Sistem Pembayaran (PJSP), dan Penyelenggara
sistem yang bersifat real time, beroperasi Jasa Pengolahan Uang Rupiah (PJPUR),
24/7, cepat, mudah, murah, aman, dan handal. Bank Indonesia tetap menyediakan layanan
Penguatan inf rastruktur sistem pembayaran transaksi keuangan dan transaksi pembayaran
ritel dilakukan secara bersamaan dengan untuk memfasilitasi kegiatan perekonomian
penguatan infrastruktur pasar keuangan yang dan kebutuhan masyarakat di tengah upaya
bertujuan untuk meningkatkan transparansi, mencegah penyebaran COVID-19. Bank Indonesia
efisiensi, dan governance atas transaksi di pasar menetapkan  jadwal kegiatan operasional dan
keuangan, sekaligus memenuhi mandat G20 layanan publik di era kenormalan baru guna
dan guidelines Principles for Financial Market mendorong program PEN. Di samping itu,
Infrastructure (PFMI). Dengan adanya perubahan upaya untuk terus mendorong masyarakat
lingkungan strategis dalam rangka perubahan di melakukan transaksi nontunai akan dilanjutkan,
era digital, Bank Indonesia melakukan penataan guna mencegah penyebaran COVID-19 yang
kerangka pengaturan dengan melakukan semakin meluas. Ke depan, Bank Indonesia
penyusunan ketentuan sistem pembayaran terus mempercepat digitalisasi pembayaran
terkait kelembagaan, infrastruktur, mekanisme, dan perluasan ekosistem digital melalui
instrumen yang digunakan serta transaksi kolaborasi dengan Pemerintah, bank,  fintech,
cross border. Penguatan disisi perizinan juga dan  e-commerce  untuk pemulihan ekonomi
dilakukan untuk mewujudkan praktik bisnis nasional, khususnya program bansos Pemerintah,
yang sehat dan dalam rangka perlindungan penyaluran kredit dan digitalisasi UMKM.
konsumen. Untuk pengawasan dengan adanya Sejumlah langkah terus dilakukan, termasuk
kebutuhan dan dinamika tantangan di era digital, perluasan ekosistem QRIS, penggunaan big data,
pengawasan terhadap PJSP dilakukan dengan aplikasi API (Application Programming Interface),
menerapkan pengawasan berbasis risiko dan serta penguatan pengawasan  fraud  dan siber
kepatuhan. Langkah-langkah yang dilakukan pada pembayaran digital. Terkait dengan
Bank Indonesia sebagai perwujudan BSPI 2025 implementasi BSPI, Bank Indonesia akan
tersebut, merupakan langkah yang dilakukan melanjutkan percepatan implementasi BSPI
dalam rangka mendorong dan mewujudkan melalui perbaikan inf rastruktur, pengaturan
stabilitas sistem keuangan yang diharapkan dan mekanisme insentif yang relevan melalui
dapat berfungsi secara efektif dan efisien serta Kebijakan Sistem Pembayaran, termasuk terus
mampu bertahan terhadap kerentanan internal mendukung efektivitas berbagai program
dan eksternal. Pemerintah untuk Pemulihan Ekonomi Nasional. 

Dalam era pandemi, Bank Indonesia secara Implementasi Open API


konsisten memperkuat kebijakan sistem
pembayaran guna mendorong pertumbuhan Standar Open API transaksi pembayaran akan
ekonomi, khususnya pengembangan ekonomi mendorong interkoneksi serta meningkatkan
dan keuangan digital. Dalam masa pandemi, integritas ekosistem Open API 2 transaksi
Bank Indonesia berkomitmen untuk tetap pembayaran. Penyusunan Standar Open
menyelenggarakan tugas dan layanan publik API di area transaksi pembayaran oleh Bank
demi memastikan terjaganya stabilitas moneter, Indonesia merupakan wujud dari Visi 2 dan
stabilitas keuangan, dan terselenggaranya Visi 3 BSPI 2025, untuk mendukung digitalisasi
layanan sistem pembayaran yang aman, lancar, dan menjamin interlink antara fintech dengan
andal, dan efisien, termasuk untuk memastikan perbankan. Standar Open API ditujukan bagi
ketersediaan uang layak edar yang higienis di PJSP yang menjadi penyelenggara kerjasama
masyarakat. Bersama dengan OJK, Lembaga Open API transaksi pembayaran. Fokus
Jasa Keuangan, industri Penyelenggara Jasa standarisasi pada API transaksi pembayaran

2 Lihat KSK No. 34, Maret 2020, Boks 5.1 Standar Open Application Programming Interfaces (API) Transaksi Pembayaran
Sebagai Dukungan Bank IndonesiaUntuk Mendorong Transformasi Digital Industri Perbankan.

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020 86


Bab 4: Prospek dan Arah Kebijakan

merupakan respons terhadap perkembangan dan Implementasi Standar Open API akan dilakukan
besarnya pangsa transaksi pembayaran dalam secara bertahap, 2021 merupakan tonggak awal
keseluruhan transaksi digital. Standar Open API akselerasi transformasi layanan pembayaran
transaksi pembayaran akan mendorong dan digital. Penerbitan Consultative Paper (CP) standar
mempermudah interkoneksi penyelenggara Open API pada akhir Triwulan I 2020 merupakan
Open API karena proses integrasi ke dalam tahap awal mempersiapkan implementasi
ekosistem Open API transaksi pembayaran standar oleh industri. Penerbitan CP tersebut
akan mengacu pada standar yang sama. Hal memberikan informasi arah standarisasi yang
ini akan mengakselerasi transformasi digital akan dilakukan oleh Bank Indonesia sekaligus
di area pembayaran serta mempermudah memberikan kesempatan bagi industri untuk
keterhubungan antara fintech dengan perbankan memberikan masukan terhadap usulan standar.
yang akan mendorong tidak hanya inovasi namun Implementasi standar Open API secara bertahap
juga adopsi layanan pembayaran digital oleh pada 2021 diharapkan akan mengakselerasi
agen ekonomi termasuk didalamnya pelaku transformasi layanan pembayaran digital.
bisnis UMKM. Selain itu, penerapan standar Akseptasi agen ekonomi terhadap adopsi layanan
yang semakin mengedepankan keamanan dan pembayaran digital diharapkan meningkat
tata kelola dari layanan Open API juga akan seiring dengan penerapan standar Open API
mendorong tercapainya integritas ekosistem yang akan menjaga level of playing field para
Open API transaksi pembayaran. Hal tersebut penyelenggara Open API transaksi pembayaran,
antara lain dilakukan melalui mitigasi risiko baik dari sisi penyedia maupun pengguna layanan.
dengan penerapan standar keamanan serta Implementasi standar Open API akan diawali oleh
tata kelola perlindungan data yang memadai. tahap pengembangan, diikuti oleh tahap uji coba
Integritas ekosistem akan menjadi kunci dan evaluasi, serta tahap implementasi penuh.
kepercayaan terhadap keamanan, kehandalan, Tahapan tersebut akan memberikan waktu yang
dan kelancaran layanan pembayaran digital memadai bagi industri untuk menyesuaikan API
melalui penggunaan Open API. transaksi pembayaran sesuai dengan standar
yang akan diterbitkan oleh Bank Indonesia.

87 KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020


KAJIAN STABILITAS KEUANGAN NO.35, SEPTEMBER 2020

PENGARAH
Destry Damayanti - Juda Agung - Retno Ponco Windarti - Clarita Ligaya - Widi Agustin S - Ita Rulina

KOORDINATOR DAN EDITOR UMUM


Sri Noerhidajati - Elis Deriantino - Ina Nurmalia Kurniati - Nur M Adhi P - Sagita Rachmanira - Wienda
Afrianty

TIM PENYUSUN
Saraswati, Jodhi Satyagraha Boediono, Rani Wijayanti, Faizal Rahman, Lisa, Ibrahim, Dhanita, Revol,
Ayu Aji Putri Setia Utami, Ayu Rahma Putri, Khoirinnisa El Karimah, Minda Putri Dwinanda, Anita,
Dedy Swares Sinaga, Aski Catranti, Anita Nugroho Putro, Zulfia Fathma, Astrid Fiona, Dila Nafiria
Mahdi, Riyan Galuh Pratama, Dahnila Dahlan, Yohanes Billy Raja P. Ginting, Mukaffi Haidar, Astrika
Erlin, Leanita Indah Parameswari

KONTRIBUTOR
Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter (DKEM)
Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran (DKSP)
Departemen Pengelolaan Moneter (DPM)
Departemen Ekonomi Keuangan Syariah (DEKS)
Departemen Pengembangan UMKM dan Perlindungan Konsumen (DUPK)
Departemen Pengembangan Pasar Keuangan (DPPK)

PENGOLAH DATA, LAYOUT, DAN PRODUKSI


Agus Fadjar Setiawan, Risanthy Uli Napitupulu, Darmo Wicaksono, Nia Nirmala Sari, Muhammad
Risaldy, Tri Agustina

INFORMASI DAN ORDER


KSK ini terbit pada bulan September 2020, didasarkan pada data dan informasi per Juni 2020,
kecuali dinyatakan lain

DOKUMEN KSK LENGKAP DALAM FORMAT PDF TERSEDIA PADA WEB SITE BANK INDONESIA
http://www.bi.go.id
Sumber data adalah dari Bank Indonesia, kecuali jika dinyatakan lain

PERMINTAAN, KOMENTAR, DAN SARAN HARAP DITUJUKAN KEPADA


Bank Indonesia
Departemen Kebijakan Makroprudensial
Jl. MH Thamrin No.2, Jakarta, Indonesia
Email : DKMP-K2MK@bi.go.id

Anda mungkin juga menyukai