DAFTAR ISI
Daftar Tabel iv
Daftar Grafik vi
Daftar Gambar ix
Daftar Singkatan x
Prakata xiv
Ringkasan Eksekutif xviii
Bab 2
Kondisi Stabilitas 11
Sistem Keuangan
Bab 3
Penguatan Sinergi 45
dan Koordinasi serta
Respons Kebijakan
dalam Pemulihan
Ekonomi Nasional dan
SSK
DAFTAR TABEL
BAB I BAB II
KONDISI MAKROFINANSIAL KONDISI STABILITAS SISTEM
Tabel 1.1.1 Confirmed Cases 2 KEUANGAN
COVID-19
Tabel 2.1.1 Perkembangan 14
PEMULIHAN EKONOMI
NASIONAL DAN SSK
Tabel 3.3.1 Ketentuan Parameter 58
Disinsentif RIM/RIM Syariah
DAFTAR GRAFIK
BAB I BAB II
KONDISI MAKROFINANSIAL KONDISI STABILITAS SISTEM
Grafik 1.1.1 Kasus Second Wave 2 KEUANGAN
COVID-19 Global
Grafik 2.1.1 Perkembangan CDS 12
Grafik B2.2.1.2 Restrukturisasi Kredit 19 Grafik 2.3.1.3 LaR per Segmen Kredit 29
Berdasarkan Sektor
Grafik 2.3.1.4 NPL per Segmen Kredit 30
Grafik B2.2.1.3 Sebaran Kredit 19
Restrukturisasi Grafik 2.3.1.5 CKPN dan CAR Perbankan 31
Berdasarkan Rasio Lancar
dan Kemampuan Bayar
Grafik 2.3.1.6 Pertumbuhan Kredit dan 31
Korporasi
Indeks Lending Standard
Grafik 2.2.2.1 Penyerapan Tenaga Kerja 21
Grafik 2.3.1.7 Pertumbuhan 32
per Sektor
Outstanding dan
Plafon Kredit
Grafik 2.2.2.2 Perkembangan Indikator 21
Penghasilan, Ketersediaan
Grafik 2.3.1.8 Aspek Kebijakan Lending 32
Lapangan Kerja,
Standard
dan Ketenagakerjaan
Grafik 2.3.1.9 PDB dan Kegiatan 33
Grafik 2.2.2.3 Perkembangan Indikator 22
Dunia Usaha
Keyakinan Konsumen
Penjualan Riil Grafik 2.3.1.10 Pertumbuhan Kredit per 33
Jenis Penggunaan (%, yoy)
Grafik 2.2.2.4 Perkembangan Kredit 22
Konsumsi Debitur Grafik 2.3.1.11 Undisbursed Loan Kredit 33
Perseorangan Modal Kerja
Grafik 2.2.2.5 Perkembangan LaR dan 23
Grafik 2.3.1.12 Pertumbuhan Kredit per 33
NPL Debitur Perseorangan Segmen (%, yoy)
Grafik 2.2.2.6 Perkembangan DSR 24
Grafik 2.3.1.13 Perkembangan IPO 34
Debitur Perseorangan per
Kelompok Penghasilan (%) Grafik 2.3.1.14 Perkembangan Right Issue 34
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR SINGKATAN
EM Emerging Market
BUK Bank Umum Konvensional
TD Term Deposit
PRAKATA
Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) bagi perbankan juga terus dilakukan untuk
yang menyebar sangat cepat sejak awal tahun 2020 mendukung kelancaran program restrukturisasi
telah menyebabkan kepanikan di pasar keuangan kredit dan dunia usaha. Di samping itu, Bank
global dan resesi ekonomi dunia pada 2020. Selain Indonesia terus memperkuat ketahanan dan
berdampak pada aspek kemanusiaan, pandemi mendorong pemulihan Usaha Mikro, Kecil, dan
COVID-19 dan langkah kebijakan yang ditempuh Menengah (UMKM), mengembangkan ekonomi
berbagai negara untuk menekan penyebarannya keuangan syariah, memperkuat pendalaman
mengakibatkan mandeknya aktivitas perekonomian, pasar keuangan, serta mengakselerasi digitalisasi
meningkatnya pengangguran, dan menurunnya ekonomi dan keuangan. Sinergi dan koordinasi
pendapatan masyarakat. Meskipun pemerintah di kebijakan dengan otoritas lain juga terus
berbagai negara telah melakukan stimulus fiskal diperkuat.
dan bank-bank sentral menurunkan suku bunga
Berbagai perkembangan ekonomi dan respons
serta melakukan injeksi likuiditas dalam jumlah
kebijakan yang ditempuh tersebut dirangkum
besar, resesi ekonomi dunia tetap tidak terelakkan.
dalam Kajian Stabilitas Keuangan No. 35 dengan
Di pasar keuangan global, terjadi kepanikan para
tema “Merespons Pandemi COVID-19: Menjaga
investor dan pelaku pasar sehingga menyebabkan
Stabilitas Sistem Keuangan, Mengakselerasi
arus capital outflows yang besar, keketatan dolar
Pemulihan Ekonomi Nasional.” Tema ini
secara global, dan tekanan pelemahan nilai tukar
menggambarkan dengan tepat upaya dan
dunia.
komitmen Bank Indonesia dalam mewujudkan
Dinamika ekonomi domestik juga tidak terlepas dari stabilitas sistem keuangan dan mendorong
perkembangan ekonomi global dan penyebaran pulihnya perekonomian nasional. Buku ini kami
pandemi COVID-19. Sektor eksternal Indonesia persembahkan bagi para pelaku di industri
tertekan terutama pada Triwulan I 2020 sementara keuangan nasional, seluruh elemen Pemerintah
pertumbuhan ekonomi domestik turun tajam, dan otoritas, akademisi, seluruh masyarakat
bahkan kontraksi pada Triwulan II 2020. Di tengah Indonesia, serta mitra Indonesia di internasional.
berbagai tekanan tersebut, stabilitas sektor Kami berharap buku ini dapat menjadi referensi
keuangan masih terjaga, meski fungsi intermediasi bagi pengambilan keputusan regulasi maupun
sektor keuangan masih perlu ditingkatkan. bisnis, sehingga kita bersama-sama dapat
Sejumlah indikator terkini menunjukkan perbaikan, memperkuat sinergi untuk menjaga stabilitas
baik di sisi mobilitas masyarakat, penjualan ritel, sistem keuangan dan mengakselerasi pemulihan
keyakinan konsumen, maupun ekspektasi kegiatan ekonomi nasional.
usaha. Dengan perkembangan tersebut, kami
Akhir kata, Semoga Tuhan Yang Maha Esa
meyakini bahwa pertumbuhan ekonomi domestik
senantiasa memberikan perlindungan dan
akan membaik didorong kenaikan permintaan
keberkahan pada setiap ikhtiar dan doa kita
domestik sejalan dengan peningkatan realisasi
dalam menjaga stabilitas sistem keuangan dan
APBN, berlanjutnya stimulus kebijakan moneter,
memulihkan ekonomi Indonesia.
dan pelonggaran kebijakan makroprudensial,
kemajuan dalam restrukturisasi kredit dan dunia
usaha, serta dampak positif meluasnya penggunaan
teknologi digital dalam aktivitas perekonomian. Jakarta, 11 November 2020
RINGKASAN
EKSEKUTIF
Awal 2020, penyebaran COVID-19 meluas secara Merespons dampak yang sangat signifikan pada
cepat ke banyak negara. Kondisi ini bukan hanya perekonomian dan stabilitas sistem keuangan,
merupakan fenomena kesehatan. Meluasnya Pemerintah bersama anggota Komite Stabilitas
pandemi telah menimbulkan dampak yang Sistem Keuangan (KSSK) lainnya telah melakukan
signif ikan pada perekonomian, bukan saja respons kebijakan dan langkah-langkah luar biasa
pada menurunnya permintaan ekonomi, tetapi dalam rangka penyelamatan perekonomian
juga keterbatasan suplai yang diakibatkan oleh nasional dan stabilitas sistem keuangan. Kebijakan
pembatasan mobilitas masyarakat. Melemahnya dan langkah-langkah luar biasa ini dituangkan
aktivitas dunia usaha dan rumah tangga dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020
kemudian telah memberikan tekanan kepada tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
sektor keuangan. Di tengah tantangan yang Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun
begitu besar, langkah-langkah kebijakan fiskal, 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan
kebijakan moneter, dan makroprudensial, serta Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan
kebijakan di sektor keuangan yang ditempuh Pandemi Corona Virus Desease (COVID-19) dan/
oleh Pemerintah dan otoritas dalam rangka atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman
penyelamatan ekonomi nasional mampu yang Membahayakan Perekonomian Nasional
memitigasi dampak pandemi COVID-19, sehingga dan /atau Stabilitas Sistem Keuangan menjadi
proses pemulihan secara berangsur-angsur Undang-Undang. Undang-Undang tersebut
menunjukkan perbaikan dan stabilitas sistem mengamanatkan penguatan kewenangan
keuangan masih terjaga. kepada Kementerian Keuangan, Bank Indonesia,
OJK, dan LPS sehingga diharapkan mampu
Peningkatan kasus COVID-19 mengharuskan
memitigasi potensi pemburukan ekonomi dan
pemerintah di berbagai negara mengambil
sistem keuangan ke depan.
kebijakan pembatasan aktivitas sosial. Hal tersebut
mengakibatkan melemahnya permintaan Bank Indonesia menempuh bauran kebijakan
dan suplai barang dan jasa, serta menurunnya melalui pelonggaran kebijakan moneter dan
aktivitas perdagangan global. Sebagai makroprudensial untuk memperkuat stabilisasi
dampaknya, harga komoditas melemah tajam. di pasar valuta asing, menjaga kecukupan
Pertumbuhan ekonomi global Semester I 2020, likuiditas di sistem keuangan, dan mendorong
khususnya Triwulan II 2020 terkontraksi sangat fungsi intermediasi perbankan. Di sisi kebijakan
tajam. Selain dari sisi permintaan, korporasi juga moneter, beberapa langkah dilakukan
menghadapi permasalahan dari sisi penawaran. untuk melakukan stabilisasi nilai tukar dan
Pembatasan lalu lintas barang dan manusia, penyediaan likuiditas. Pertama, Bank Indonesia
serta pengetatan prosedur keluar-masuk meningkatkan intensitas triple intervention di
barang di berbagai negara mitra menyebabkan pasar spot, Domestic Non-Delivery Forward
terhambatnya pasokan bahan baku produksi. (DNDF), dan pasar surat berharga negara (SBN).
Terbatasnya produksi dan penjualan mendorong Kedua, Bank Indonesia telah menurunkan suku
korporasi melakukan pengurangan investasi bunga sebesar 100 bps menjadi 4,00% sejak awal
dan rasionalisasi biaya operasional, antara lain tahun hingga September 2020. Ketiga, Bank
melalui pengurangan tenaga kerja. Langkah Indonesia melakukan injeksi likuditas ke pasar
korporasi ini semakin menambah berkurangnya uang dan perbankan melalui pembelian SBN
daya beli rumah tangga dalam melakukan di pasar sekunder dan penurunan GWM rupiah
aktivitas konsumsi. Ketidakpastian berakhirnya sebesar 200 bps untuk Bank Umum Konvensional
pandemi dan penurunan kinerja korporasi dan 50 bps untuk Bank Umum Syariah/Unit
mendorong korporasi cenderung menunda Usaha Syariah yang berlaku sejak 1 Mei 2020. Di
ekspansi usaha dan kebutuhan pembiayaan. Di sisi makroprudensial, kebijakan ditujukan untuk
sisi lain, perbankan melakukan mitigasi risiko menjaga ketahanan perbankan dan mendorong
sejalan dengan menurunnya kemampuan bayar fungsi intermediasi melalui sejumlah langkah
korporasi dan rumah tangga dengan cenderung kebijakan. Pertama, untuk menjaga bantalan
bersikap risk averse, sehingga menahan likuiditas di tengah risiko dan ketidakpastian, Bank
berjalannya fungsi intermediasi.
Indonesia menaikkan rasio Penyangga Likuiditas memberikan tekanan pada kinerja korporasi dan
Makroprudensial (PLM) sebesar 200 bps untuk rumah tangga, namun tekanan diprakirakan
Bank Umum Konvensional dan sebesar 50 bps menurun seiring pelonggaran PSBB.
untuk Bank Umum Syariah/Unit Usaha Syariah.
Indikasi perbaikan perekonomian global pada
Kedua, Bank Indonesia melakukan pelonggaran
Semester II sudah mulai terlihat didorong oleh
terhadap ketentuan Rasio Intermediasi
pulihnya aktivitas perekonomian di Tiongkok.
Makroprudensial (RIM/RIM Syariah). Ketiga,
Sementara di domestik, perkembangan mobilitas
memberikan insentif pelonggaran Giro Wajib
masyarakat sebagai dampak pelonggaran PSBB,
Mininum (GWM) sebesar 50 bps kepada bank yang
peningkatan realisasi APBN sebagai stimulus
menyalurkan kredit kepada ekspor dan impor
kebijakan fiskal, berlanjutnya stimulus kebijakan
dan/atau UMKM. Keempat, merelaksasi kebijakan
moneter, kemajuan dalam restrukturisasi kredit,
uang muka untuk kredit atau pembiayaan
serta percepatan ekonomi dan keuangan digital
kendaraan bermotor berwawasan lingkungan.
(EKD), dan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil,
Sejalan dengan hal tersebut, untuk mendorong
dan Menengah (UMKM), memberikan optimisme
intermediasi maka besaran countercyclical
perbaikan perekonomian. Perekonomian
buffer (CCB) bagi bank ditetapkan tidak berubah
domestik diprakirakan membaik pada Semester
sebesar 0%. Sejalan dengan berlakunya Undang-
II 2020 setelah terkontraksi pada Triwulan II 2020.
Undang Nomor 2 Tahun 2020, Bank Indonesia
memperkuat fungsi lender of the last resort Ke depan, stabilitas sistem keuangan terindikasi
dengan melakukan penyempurnaan terhadap makin terjaga sejalan dengan berkurangnya
Pinjaman Likuditas Jangka Pendek (PLJP) sebagai tekanan pada sektor riil yang berdampak positif
upaya memperkuat stabilitas sistem keuangan. pada kinerja perbankan. Sebagai langkah
antisipasi akan terjadinya gelombang kedua
Berbagai langkah kebijakan yang terkoordinasi
pandemi COVID-19, Bank Indonesia akan terus
antara Pemerintah, Bank Indonesia, Otoritas Jasa
mencermati dinamika perekonomian dan
Keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan,
perkembangan penyebaran COVID-19 dalam
telah berhasil menjaga stabilitas sistem
merumuskan langkah-langkah kebijakan
keuangan Semester I 2020. Di sektor perbankan,
lanjutan yang diperlukan, sehingga potensi
ketahanan likuiditas sangat baik tercermin dari
dampak terhadap perekonomian Indonesia
rasio likuiditas yang tinggi, risiko kredit tetap
dapat diminimalisir. Bank Indonesia akan
terkendali, dan rasio modal yang memadai. Di
mempertahankan kebijakan makroprudensial
pasar keuangan dan pasar modal, perilaku risk
akomodatif untuk mengakselerasi pemulihan
off investor yang terjadi di Maret dan April 2020
ekonomi nasional. Koordinasi kebijakan juga
telah mereda, seiring mulai pulihnya optimisme
akan semakin diperkuat untuk menjaga stabilitas
investor terhadap langkah-langkah kebijakan
makroekonomi dan sistem keuangan, serta
yang telah ditempuh. Di sisi korporasi dan
mempercepat pemulihan ekonomi nasional, baik
rumah tangga, upaya pencegahan penyebaran
antar otoritas sektor keuangan di domestik dalam
COVID-19 melalui kebijakan pembatasan sosial
kerangka KSSK, maupun dengan otoritas lainnya
berskala besar (PSBB) yang berdampak pada
di internasional.
terhambatnya mobilitas manusia dan barang
Catatan: Kecuali disebutkan lain, semua data dan informasi yang dikutip dalam laporan ini adalah benar per 30 September 2020.
BAB 1
KONDISI
MAKROFINANSIAL
Perkembangan pandemi COVID-19 menjadi pada dunia usaha berdampak pada sektor rumah
tantangan utama bagi dinamika perekonomian tangga (RT), terutama kelompok menengah ke
global. Pembatasan aktivitas ekonomi sebagai bawah.
langkah penanganan COVID-19 menyebabkan
Sinergi kebijakan fiskal, moneter, makroprudensial
kontraksi perekonomian global. Sejalan dengan
dan mikroprudensial yang ditempuh oleh otoritas
pelemahan perekonomian global, volume
dalam rangka penyelamatan ekonomi nasional
perdagangan mengalami kontraksi yang
ditujukan untuk mengurangi dampak negatif
cukup dalam, disertai dengan penurunan yang
pandemi COVID-19 di sektor riil maupun sektor
signifikan dari harga komoditas dunia.
keuangan. Formulasi kebijakan ini didasari oleh
Penyebaran COVID-19 di Indonesia berdampak asesmen forward looking terhadap transmisi dari
pada terkontraksinya pertumbuhan ekonomi dampak pandemi tersebut terhadap stabilitas
domestik. PSBB untuk mencegah penyebaran makroekonomi dan stabilitas sistem keuangan.
pandemi COVID-19 menyebabkan terbatasnya
Secara umum, pandemi COVID-19 memberikan
mobilitas manusia dan barang, yang kemudian
tekanan yang signifikan terhadap ketahanan dan
menurunkan permintaan domestik serta aktivitas
kinerja intermediasi sistem keuangan. Namun,
produksi dan investasi.
berbagai respons kebijakan yang dilakukan
Permintaan global yang melemah dan tekanan mampu menjaga stabilitas sistem keuangan
harga komoditas membuat kinerja ekspor dan selama Semester I 2020 tetap terjaga, tercermin
impor menurun sehingga aktivitas korporasi pun dari likuiditas dan permodalan perbankan
menurun. Implementasi PSBB yang membatasi yang masih memadai. Indeks Stabilitas Sistem
aktivitas ekonomi domestik juga turut menekan Keuangan (ISSK) dapat dijaga berada dalam zona
penjualan korporasi dan UMKM. Tekanan kinerja normal.
70.000 20.000
60.000
15.000
50.000
40.000 36.188
10.000
30.000
20.000 5.000
10.000
0 0
Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep
2020 2020
Jiwa Jiwa
30.000 Spanyol 1.800 Jepang
1.609
1.600
25.000
1.400
1.161
20.000 1.200
1.000
15.000
800
10.000 600
400
5.000
200
0 0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep
2020 2020
Pengaruh pandemi COVID-19 yang membatasi permintaan global. Harga minyak juga
aktivitas ekonomi di berbagai negara menurun sejalan masih lemahnya permintaan,
menyebabkan kontraksi perekonomian global. meskipun terdapat penurunan penawaran
Pertumbuhan ekonomi Triwulan I dan Triwulan akibat komitmen pemotongan produksi OPEC+
II 2020 di banyak negara maju dan berkembang (Tabel 1.1.2).
mengalami kontraksi yang tajam akibat
Ketidakpastian pasar keuangan global sempat
pembatasan mobilitas masyarakat dalam rangka
meningkat pada Triwulan I 2020, namun mulai
memitigasi penyebaran pandemi COVID-19.
mereda pada Triwulan II 2020. Penyebaran
Kontraksi pertumbuhan ekonomi global didorong
pandemi COVID-19 yang sangat cepat ke berbagai
oleh permintaan yang lemah, ekspektasi pelaku
negara telah memicu naiknya ketidakpastian
ekonomi yang masih rendah, serta permintaan
pasar keuangan global pada Triwulan I 2020
ekspor yang tertahan. Namun demikian, realisasi
dan mendorong pembalikan arus modal ke aset
pertumbuhan ekonomi di beberapa negara
keuangan yang dianggap aman. Ketidakpastian
pada Triwulan II 2020 lebih baik dari prakiraan
pasar keuangan global mulai mereda pada
sebelumnya, ditopang oleh stimulus kebijakan
Triwulan II 2020, didukung sentimen positif atas
fiskal untuk mendorong konsumsi dan investasi.
berbagai respons kebijakan akomodatif yang
Perkembangan terkini mengindikasikan mulai
ditempuh di banyak negara dan melandainya
terlihatnya perbaikan ekonomi di beberapa
fatality rate. Berkurangnya ketidakpastian
negara, khususnya di Tiongkok, didorong
pasar keuangan tercermin pada perkembangan
berkurangnya dampak penyebaran pandemi
indikator indeks Economic Policy Uncertainty
COVID-19 dan besarnya stimulus kebijakan fiskal.
(EPU) dan Volatility Index (VIX) yang mulai
Sejalan dengan permintaan global yang lemah, menurun, meskipun masih pada level yang lebih
volume perdagangan dan harga komoditas tinggi dibandingkan periode sebelum COVID-19
dunia juga mengalami kontraksi yang cukup (Grafik 1.1.2). Ketidakpastian yang menurun ini
dalam. Kontraksi volume perdagangan dunia kemudian berdampak positif pada aliran modal
pada Triwulan I 2020 dipengaruhi oleh dampak ke negara berkembang yang mulai meningkat,
pandemi COVID-19 yang dominan di Tiongkok meskipun masih terbatas. Perkembangan ini
pada Februari 2020 dan dampak penyebaran kemudian mengurangi tekanan nilai tukar mata
pandemi di negara lainnya pada Maret 2020. uang negara berkembang, termasuk Indonesia
Sejalan dengan kontraksi perdagangan dunia, (Grafik 1.1.3). Perkembangan terkini pada Juli dan
harga komoditas secara keseluruhan mengalami Agustus 2020 menunjukkan ketidakpastian di
kontraksi hingga Mei 2020, meskipun harga pasar keuangan global masih tinggi, didorong
beberapa komoditas, seperti Crude Palm Oil oleh kekhawatiran terhadap terjadinya
(CPO), nikel dan kopi masih meningkat akibat gelombang kedua pandemi COVID-19, prospek
terbatasnya suplai dan gangguan cuaca. Harga pemulihan ekonomi global, dan kenaikan tensi
komoditas lainnya, terutama bahan tambang, geopolitik Amerika Serikat (AS)-Tiongkok.
mengalami penurunan seiring pelemahan
2020
KOMODITAS 2018 2019
Tw I Tw II
Minyak (Brent)** 71 64 51 31
**) Dalam USD/barel; komoditas lain (%,yoy)
Sumber: Bloomberg, diolah
50 2.000
40
1.500
30
1.000
20
500
10
0 0
Agu-15
Agu-20
Okt-14
Apr-17
Des-18
Okt-19
Feb-18
Jun-16
98 103
96 104
94 106
92 107
90 108
Jul Sep Nov Feb Apr Jun Agu Okt Nov Feb Apr Jun Agu
Indeks Dolar
Indeks Dolar Asia (Skala kanan)-reverse order
Sumber: Bloomberg, diolah, data s.d 31 Agustus 2020
1.2 Dinamika Ekonomi Dan Keuangan tersebut tercermin dari melambatnya penyaluran
kredit dan meningkatnya risiko kredit RT.
Domestik
domestik. PSBB untuk mencegah penyebaran ketidakpastian di pasar keuangan global dan
pandemi COVID-19 menyebabkan terbatasnya mendorong penyesuaian aliran dana dari negara
mobilitas manusia dan barang, yang kemudian berkembang ke aset keuangan dan komoditas
menurunkan permintaan domestik serta yang dianggap aman (safe haven assets). Hal
aktivitas produksi dan investasi. Pertumbuhan ini kemudian memberikan tekanan terhadap
ekonomi Triwulan II 2020 terkontraksi sebesar nilai tukar rupiah dan kinerja pasar keuangan
5,32% (yoy), setelah tumbuh melambat 2,97% domestik. Pada Maret 2020, nilai tukar rupiah
(yoy) pada Triwulan I 2020 (Tabel 1.2.1). Sementara melemah terhadap Dolar AS dengan volatilitas
itu, kontraksi ekspor tidak sebesar prakiraan, yang tinggi. Menurunnya kinerja pasar keuangan
didorong permintaan khususnya dari Tiongkok domestik tercermin dari peningkatan imbal hasil
atas beberapa komoditas ekspor seperti besi dan surat berharga di pasar obligasi dan koreksi pasar
baja, bijih logam, serta pulp dan wastepaper. saham yang cukup dalam.
ekonomi domestik, termasuk kinerja korporasi. dan mikroprudensial yang ditempuh oleh otoritas
Permintaan global yang melemah dan tekanan dalam rangka pemulihan ekonomi nasional
harga komoditas membuat kinerja ekspor dan ditujukan untuk mengurangi dampak negatif
impor menurun sehingga aktivitas korporasi pun pandemi COVID-19 di sektor riil maupun sektor
menurun. Implementasi kebijakan penanganan keuangan. Formulasi kebijakan ini didasari oleh
pandemi berupa PSBB yang membatasi aktivitas asesmen forward looking terhadap transmisi dari
ekonomi domestik juga turut menekan penjualan dampak pandemi tersebut terhadap stabilitas
sebagai bagian upaya mendukung percepatan Grafik 1.2.1 Apresiasi/Depresiasi Nilai Tukar
implementasi program Pemulihan Ekonomi Peers
Nasional (PEN), dengan tetap menjaga stabilitas Tw II 2020 vs Tw I 2020
BRL 0,06
makroekonomi. Selain itu, Bank Indonesia juga ZAR
-17,10
3,0
-14,51
INR 0,04
KRW -2,16
1,30
CNY -1,52
0,12
PHP
kebijakan serta kondisi likuiditas perbankan,
1,76
0,76
JPY -0,14
1,29 %
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menetapkan -20 -15 -10 -5 0 5 10 15 20
penurunan tingkat bunga penjaminan. Otoritas Point-to-point Average
Sumber: Reuters, Bloomberg, diolah, data s.d. 30 Juni 2020
Jasa Keuangan (OJK) juga mengeluarkan berbagai
kebijakan yang bersifat pre-emptive baik di sektor
perbankan, pasar modal, dan Industri Keuangan Grafik 1.2.2 Yield SBN 10 tahun dan IHSG
Non-Bank (IKNB) untuk memberikan ruang bagi
masyarakat dan lembaga jasa keuangan yang
9,0 7.000
terdampak pandemi COVID-19 secara langsung 6.500
maupun tidak langsung. 8,5 6.000
5.500
8,0
5.000
Memasuki Triwulan II 2020, nilai tukar rupiah 4.500
7,5
dan kinerja pasar keuangan domestik menguat. 4.000
7,0 3.500
Rupiah mencatat apresiasi 14,42% secara point 3.000
6,5
to point pada Triwulan II 2020, dipengaruhi 2.500
6,0 2.000
aliran masuk modal asing ke pasar keuangan
Jan
Mar
Jun
Sep
Des
Jan
Mar
Jun
Sep
Des
Jan
Mar
Jun
Jan
Mar
Jun
Sep
Des
domestik yang cukup besar pada Mei dan Juni 2017 2018 2019 2020
2020 sejalan dengan meredanya ketidakpastian Yield SBN 10 tahun IHSG (Skala kanan)
Sumber: Reuters, Bloomberg, diolah, data s.d. 30 Juni 2020
pasar keuangan global dan prospek ekonomi
Indonesia yang tetap baik (Grafik 1.2.1). Imbal hasil
SBN mengalami tren penurunan sejalan dengan
penurunan BI7DRR, sementara IHSG mengalami
penguatan (Grafik 1.2.2).
Membaiknya kinerja NPI tersebut didukung b, Migas -2,1 -2,9 -2,1 -3,2 -10,3 -2,7 -0,8
oleh menurunnya defisit transaksi berjalan serta B, Jasa-jasa -1,6 -1,9 -2,3 -2,1 -7,7 -1,9 -2,2
yang tetap rendah sejalan dengan lemahnya 2, Investasi Portofolio 5,2 4,6 4,9 7,1 21,7 -6,1 9,8
permintaan domestik akibat pandemi COVID-19, 3, Investasi Lainnya -1,4 -3,6 -2,7 2,4 -5,4 -0,7 -2,7
Transaksi Berjalan (%PDB) -2,5 -3,0 -2,6 -2,8 -2,7 -1,4 -1,2
Menurunnya kinerja korporasi dan RT
*angka sementara
menyebabkan terjadinya peningkatan risiko **angka sangat sementara
Sumber: Bank Indonesia, diolah
kredit. Non-performing loan (NPL) perbankan
meningkat sepanjang Semester I 2020 dan
Grafik 1.2.3 Perkembangan Inflasi
tercatat 3,11% pada akhir Juni 2020. NPL tersebut
% yoy
meningkat dibandingkan 2,53% pada akhir 8
Desember 2019 (Graf ik 1.2.4). Peningkatan 2,03
1,32
NPL dipicu kemampuan bayar sektor riil yang 1,03
4
menurun di tengah pertumbuhan kredit yang 1,09
terbatas pada masa pandemi. Namun demikian,
NPL bruto perbankan masih berada di bawah 0
2,2 0,7
2,0 0,5
Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun
Triliun Rp %
1.700 1.642,99 35
1.500 1.251,47
30
1.300 26,24
1.100 25
900
20
700
500 20,86 15
300 10
10
100
Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun
%
6
4,80
5 4,33
3 2,44
1,92
2
0
Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun
mengalami penurunan sebagai akibat kenaikan penyaluran kredit untuk menjaga kualitas kredit.
pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Pembiayaan perekonomian secara keseluruhan
Nilai (CKPN) seiring pelaksanaan restrukturisasi juga tumbuh melambat seiring pelemahan
kredit. pertumbuhan ekonomi yang terdampak pandemi
COVID-19.
Ketahanan permodalan tetap terjaga di tengah
meningkatnya risiko kredit dan tergerusnya Secara umum, pandemi COVID-19 memberikan
profitabilitas. Meskipun lebih rendah dibanding tekanan yang signifikan terhadap ketahanan dan
Desember 2019 yang tercatat 23,31%, Capital kinerja intermediasi sistem keuangan. Namun,
Adequacy Ratio (CAR) di akhir Juni 2020 tetap berbagai respons kebijakan yang dilakukan
tinggi, yakni 22,50% (Grafik 1.2.7). mampu menjaga stabilitas sistem keuangan
selama Semester I 2020. ISSK masih bertahan
Kinerja intermediasi perbankan tertahan karena
di zona Normal sepanjang Semester I 2020
masih lemahnya permintaan domestik dan
dan tercatat sebesar 0,78 di akhir Juni 20201
kehati-hatian perbankan akibat masih tingginya
(Grafik 1.2.8).
persepsi risiko. Perbankan selektif dalam
20 0
Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun
1 Sejak November 2019, Indeks Stabilitas Sistem Keuangan yang menjadi salah satu indikator yang digunakan untuk
memonitor stabilitas sistem keuangan diperbaharui dengan melakukan beberapa penguatan. Penguatan yang
dilakukan meliputi (1) perluasan cakupan indikator kinerja institusi keuangan dengan menambahkan indikator terkait
Perusahaan Pembiayaan (PP), (2) penyesuaian sub-indeks yang mencakup tiga aspek kinerja SSK, yakni Ketahanan,
Intermediasi dan Efisiensi, serta (3) penambahan aspek kontribusi risiko sistemik dari masing-masing bank.
Penguatan yang dilakukan ini diharapkan dapat membuat ISSK lebih representatif dan mampu menggambarkan
kinerja terkini dari sistem keuangan secara menyeluruh.
BAB 2
KONDISI
STABILITAS
SISTEM
KEUANGAN
keuangan dan pasar modal Indonesia mulai 2017 2018 2019 2020
Indonesia Malaysia Thailand Filipina
mereda seiring dengan mulai pulihnya optimisme
Sumber: Bloomberg, diolah
investor sebagai dampak dari berbagai kebijakan
Jan
Mar
Mei
Jul
Sep
Nov
Jan
Mar
Mei
Jul
Sep
Nov
Jan
Mar
Mei
Jul
Sep
Nov
Jan
Mar
Jun
yang dikeluarkan oleh otoritas di sektor keuangan Grafik 2.1.2 Perkembangan Harga
untuk menyelamatkan perekonomian. Meski Safe Haven Assets
(%, yoy) (%, yoy)
demikian, kinerja pasar keuangan dan pasar 100 160
modal domestik belum pulih ke titik awal sebelum 98
150
96
terjadinya pandemi COVID-19.
94 140
92
Fenomena investor’s risk-off terjadi pada periode
90 130
awal pandemi COVID-19 di mayoritas bursa 88
120
Emerging Markets (EM) termasuk Indonesia. 86
84
Investor cenderung melepas mata uang 110
82
domestik, saham, dan surat berharga domestik 80 100
seiring meningkatnya persepsi risiko berinvestasi I II III IV I II III IV I II III IV I II
2017 2018 2019 2020
di negara EM (Grafik 2.1.1), serta beralih ke safe Indeks Dolar Emas (Skala kanan)
haven assets sehingga mendorong kenaikan Sumber: Bloomberg, diolah
harga emas dan nilai mata uang dolar (Grafik
Jan
Mar
Mei
Jul
Sep
Nov
Jan
Mar
Mei
Jul
Sep
Nov
Jan
Mar
Mei
Jul
Sep
Nov
Jan
Mar
Jun
2019 2020
Indonesia Malaysia Thailand Filipina
Sumber: Bloomberg, diolah
Depresiasi nilai tukar menyebabkan peningkatan Grafik 2.1.4 Volatilitas Mata Uang Domestik
risiko pasar terutama bagi korporasi yang memiliki Negara Kawasan
utang luar negeri (ULN). Namun, potensi gagal %
30,00
bayar akibat kenaikan beban pembayaran utang
25,00
valas dapat ditekan dengan strategi lindung
nilai (hedging) yang dilakukan oleh mayoritas 20,00
korporasi. Pada Triwulan I 2020, sebanyak 73% dari 15,00
total 2.064 korporasi nonbank yang memiliki ULN
10,00
telah memenuhi rasio lindung nilai minimum1
untuk kewajiban valas yang akan jatuh tempo 5,00
01 Jun
08 Jun
15 Jun
22 Jun
29 Jun
06 Apr
13 Apr
20 Apr
27 Apr
03 Feb
10 Feb
17 Feb
24 Feb
09 Dec
16 Dec
23 Dec
30 Dec
02 Mar
09 Mar
16 Mar
23 Mar
30 Mar
04 May
11 May
18 May
25 May
02 Dec
1 Peraturan Bank Indonesia 16/21/PBI/2014 mewajibkan korporasi nonbank yang memiliki utang luar negeri untuk
memenuhi rasio lindung nilai minimum sebesar 25% dari selisih negatif antara aset valas dan kewajiban valas yang
akan jatuh waktu hingga: (i) tiga bulan; dan (ii) tiga hingga enam bulan ke depan.
Grafik 2.1.7 Outflow Sektoral Saham Grafik 2.1.8 Perkembangan Yield Obligasi
Negara
-7,11 Properti %
9
-4,66 Infrastruktur
8
-3,58 Keuangan
7
-2,57 Perdagangan 6
-1,36 Industri Dasar 5
-1,29 Konsumsi 4
-0,79 Aneka Industri 3
-0,58 Pertambangan 2
-0,05 Pertanian 1
0 Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
-8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0
2019 2020
Triliun Rp
Indonesia Malaysia Thailand
Sumber: Bloomberg, diolah
Sumber: Bloomberg, diolah
Sem II 2020
Sem I 2019 Sem II 2019 Sem III 2019
Institusi Pertumbuhan Pertumbuhan Pangsa
(Triliun Rp) (Triliun Rp) (Triliun Rp) Outstanding
(ytd) (yoy)
2 Klasifikasi korporasi besar, menengah, dan kecil berdasarkan pangsa aset korporasi pada 2019. Korporasi dengan
aset lebih besar dari persentil 75 adalah korporasi besar, persentil 50-75 adalah korporasi menengah, dan di bawah
persentil 50 adalah korporasi kecil.
Kemampuan menciptakan imbal hasil Grafik 2.2.1.6 Belanja Modal Korporasi Terbuka
pada Semester I 2020 yang turun signif ikan
Capex (%yoy)
menyebabkan korporasi melakukan evaluasi 120
dan menyesuaikan keputusan investasi jangka 100
80
panjangnya, tercermin dari rasionalisasi belanja
60
modal pada laporan keuangan interim. Secara 40
agregat, korporasi mengurangi besarnya belanja 20 2,92
-10,86
modal hingga -24,01% (yoy) pada Triwulan II 2020. 0
-20 -24,01
Sesuai dengan profitabilitasnya yang tertekan -24,97
-40
dalam, dibandingkan dengan kelompok korporasi -60
-40,96
lain, belanja modal korporasi kecil turun paling I II III IV I II III IV I II III IV I II*
2017 2018 2019 2020
dalam hingga -40,96% (yoy) pada akhir Semester
Agregat Kecil Menengah Besar
I 2020 (Grafik 2.2.1.6). *) angka sementara, data realisasi 494 korporasi
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan Tbk, diolah
Pelemahan kinerja korporasi juga berdampak
pada kemampuan korporasi untuk memenuhi
kewajiban finansialnya. Sebanyak 50% korporasi Grafik 2.2.1.7 Kemampuan Bayar Korporasi
memiliki Interest Coverage Ratio (ICR) di bawah Terbuka
0,47 pada akhir Triwulan II 2020, jauh memburuk ICR (median)
4,5
dibandingkan akhir 2019 yang masih berada pada 4
level 2,32. Korporasi besar relatif cukup resilien 3,5
3
karena 50% korporasi besar masih memiliki ICR 2,5
di atas 1,26 (Grafik 2.2.1.7). 2 2,32
1,5
1,26
1
Dari sisi lapangan usaha, beberapa sektor masih 0,52
0,5
0,47
dapat mempertahankan kinerja penjualan positif 0
-0,26
pada Triwulan I 2020, yaitu pertanian, jasa dunia -0,5
I II III IV I II III IV I II III IV I II*
usaha, jasa sosial, dan perdagangan (Tabel 2.2.1.1). 2017 2018 2019 2020
Agregat Kecil Menengah Besar
Namun pada Triwulan II, hampir seluruh sektor
*) angka sementara, data realisasi 494 korporasi
mengalami kontraksi penjualan, kecuali pertanian Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan Tbk, diolah
yang mampu mempertahankan kinerja penjualan
positif 13,35% (yoy), sejalan dengan pergeseran
masa panen raya ke awal Triwulan II 2020. Industri
manufaktur, perdagangan, serta pengangkutan hunian hotel. Tingkat hunian nasional umumnya
merupakan tiga sektor yang paling terdampak berada di atas 50% dalam tiga tahun terakhir,
COVID-19 dan menjadi titik kerentanan yang perlu namun sejak Maret 2020, tingkat hunian merosot
diwaspadai, mengingat PSBB menyebabkan signif ikan. Pada Juni 2020, tingkat hunian
terbatasnya mobilitas manusia dan barang yang nasional hanya mencapai 19,7%. Sementara itu,
kemudian menurunkan permintaan domestik, hotel-hotel di Provinsi Bali dan DKI Jakarta yang
serta aktivitas produksi dan investasi pada ketiga secara historis memiliki tingkat hunian yang solid,
sektor tersebut. pasca pelonggaran PSBB pada Juni 2020, hanya
membukukan tingkat hunian kamar masing-
Sektor pariwisata terdampak karena pembatasan masing 2,07% dan 26,47% (Grafik 2.2.1.9).
mobilitas manusia selama pandemi COVID-19,
tercermin pada kinerja lapangan usaha Dengan pemburukan kinerja, kemampuan bayar
perdagangan dan pengangkutan. Data korporasi juga terkontraksi pada Semester I 2020.
kedatangan pelawat mancanegara menunjukkan Seluruh lapangan usaha mengalami penurunan
penurunan yang tajam dari total 4,03 juta pelawat kemampuan bayar jika dilihat berdasarkan ICR.
pada Triwulan IV 2019, menjadi hanya 483 ribu Hampir seluruh sektor memiliki median ICR di
pelawat pada Triwulan II 2020 (Grafik 2.2.1.8). bawah satu. Hanya sektor pertambangan yang
Penurunan tersebut berdampak pada tingkat relatif resilien dengan 50% korporasinya memiliki
ICR di atas 1,68.
Pandemi COVID-19 juga memengaruhi UMKM bidang pertanian (34%), diikuti makanan olahan
sebagai value chain korporasi. Berdasarkan survei (26,1%), kerajinan dan fashion (29,9%), serta ekspor
daring yang dilakukan Bank Indonesia kepada 935 (10%). Sebanyak 76,4% UMKM binaan dan mitra
UMKM binaan dan mitra Bank Indonesia pada Bank Indonesia belum membutuhkan kredit
akhir Triwulan II 2020, sebanyak 71,5% UMKM baru atau tidak mengajukan restrukturisasi
mengalami penurunan kinerja dengan 56% kredit. Sebagian besar UMKM masih memiliki
mengalami penurunan penjualan, 35% kesulitan arus dana yang cukup baik atau lebih memilih
modal, dan 50% kesulitan bahan baku. UMKM menggunakan dana simpanan/modal sendiri.
binaan dan mitra yang mampu bertahan di masa
pandemi COVID-19 paling banyak bergerak di
Pertumbuhan Penjualan (%) Pertumbuhan Belanja Modal (CAPEX) (%) ICR (Median)
No. Sektor Tw IV Tw I Tw II Tw IV Tw I Tw II Tw IV Tw I Tw II Tw IV Tw I Tw II Tw IV Tw I Tw II Tw IV Tw I Tw II
18 19 19 19 20 20* 18 19 19 19 20 20* 18 19 19 19 20 20*
1 Pertanian 0,51 5,75 (8,36) 1,02 7,88 13,35 (35,93) 20,00 14,64 27,44 (15,56) (26,66) (0,11) 0,95 (0,65) 1,18 0,95 0,11
2 Pertambangan 24,31 9,51 16,88 (4,43) (3,17) (21,95) 9,21 7,13 (6,50) 8,23 (22,08) (30,64) 1,88 2,24 3,44 2,17 3,99 1,68
3 Industri 16,21 6,68 4,20 (2,96) (4,22) (19,11) 51,49 11,29 10,35 (23,91) (31,23) (40,86) 2,81 2,69 1,93 2,33 2,26 0,70
4 Listrik, Gas dan Air (19,25) (1,26) (1,97) (0,21) (0,81) (29,48) (46,50) (36,94) (41,42) (62,46) (35,94) (17,23) 1,34 5,17 5,44 (0,75) 4,63 (0,89)
5 Konstruksi (5,70) (8,80) (15,77) (9,54) (22,41) (38,41) (23,16) (13,00) (43,94) (3,48) (14,03) (17,95) 2,61 2,16 1,25 2,70 0,87 0,21
6 Perdagangan 12,95 8,97 2,73 1,84 0,42 (27,30) 61,17 35,19 (1,94) (32,57) (37,03) (28,46) 2,45 1,59 1,63 2,79 0,94 (0,51)
7 Pengangkutan 1,11 9,68 9,38 2,29 (4,07) (22,71) (19,41) 14,24 31,34 82,37 4,02 4,51 0,73 1,79 2,18 1,46 1,42 0,63
8 Jasa dunia Usaha 9,63 9,80 19,58 21,43 7,50 (23,89) 24,90 (10,09) (31,54) (65,33) (48,07) (8,18) 2,33 2,79 2,67 3,77 1,94 0,10
9 Jasa Sosial 23,60 14,79 10,40 10,29 0,91 (17,46) (47,78) (24,50) (42,45) (21,43) (31,29) (42,90) 3,61 2,40 4,36 5,05 2,95 0,41
Agregat 10,79 6,38 4,03 (1,52) (3,81) (21,83) 1,02 6,82 0,64 2,92 (20,76) (22,03) 2,33 2,21 1,81 2,32 1,70 0,47
Pertambangan
Industri
LGA
Konstruksi
Perdagangan
Pengangkutan
Jasa
Dunia Usaha
Jasa Sosial
-5
Kuadran II Kuadran I
Kurang Lancar Lancar
7,5 Kemampuan Membayar Tinggi Kemampuan Membayar Tinggi
6,0
4,5
Optimis
2 5
0 0
-2 -5
Jasa-Jasa
Pesimis
Pesimis
-4 -2,75 -10
Perdagangan, Hotel
& Restoran
-6 -4,72 -15
140
Optimis
Rata-rata
500
Penghasilan Q1
120 115,17
400
100
360,13
80 300
Rata-rata
Pesimis
60 Penghasilan Q2
200
53,71
40 39,09 46,79
100
20 24,48
0 0
I II III IV I II III IV I II III IV I II Jan Feb Mar Apr Mei Jun
2017 2018 2019 2020 2020
Penghasilan saat ini Ketersediaan Lap. Kerja
Job Vacancy Kerentanan Tenaga Kerja (Skala kanan)
140
Optimis
193,57
200
120 Rata-rata 121,80
IKK Q1
100 117,70 150
80 Rata-rata
IKK Q2 83,78
Pesimis
60 82,14 100
40 45,75
50
20
0 0
I II III IV I II III IV I II III IV I II Jan Feb Mar Apr Mei Jun
2017 2018 2019 2020 2020
IKK IKE IEK IPR (Skala kanan)
Tekanan pada rumah tangga mengakibatkan baru” pada Juni 2020. Kenaikan LaR khususnya
penurunan kemampuan bayar dari debitur pada jenis KPR untuk Ruko/Rukan dan rumah
perseorangan. Di tengah pertumbuhan kredit tapak tipe 22 s.d. 70. Sejalan dengan kenaikan
yang melambat, risiko kredit rumah tangga tersebut, rasio NPL kredit rumah tangga juga
meningkat cukup signifikan seiring meningkatnya mengalami kenaikan pada level yang terjaga dari
Loan at Risk (LaR) dari Rp102,11 Triliun pada 1,68% pada akhir 2019 menjadi 2,32% pada akhir
akhir 2019 menjadi Rp216,96 Triliun pada akhir Semester II 2020 (Tabel 2.2.2.1 dan Tabel 2.2.2.2).
Semester I 2020 (Grafik 2.2.2.5). Kenaikan LaR yang Kenaikan risiko kredit tertinggi berasal dari KPR
mencapai dua kali lipat didorong oleh lonjakan khususnya Ruko/Rukan yang paling terdampak
dari restrukturisasi kredit kualitas satu sejak awal dari PSBB meskipun secara pangsa kredit relatif
PSBB pada April 2020 hingga memasuki “normal tidak signifikan.
200 4
88,23
126,63
150 3
122,83
102,11
2,32
100 2
1,95
50 1,68 1
111,64
34,83
0 0
I II III IV I II III IV I II III IV I II Jan Feb Mar Apr May Jun
2017 2018 2019 2020 2020
Kol.1 Kol.>2 Kol.>2 LaR NPL (Skala kanan)
Restrukturisasi Restrukturisasi Non Restrukturisasi
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Tabel 2.2.2.2 Perkembangan LaR dan NPL Debitur Perseorangan per Subsektor
Grafik 2.2.2.6 Perkembangan DSR Debitur Perseorangan per Kelompok Penghasilan (%)
21,73
Total 22,71
22,06
22,37
Miskin (< Rp50 juta) 23,95
23,72
23,14
Rentan Miskin (Rp50-168 juta) 23,80
23,19
25,79
Calon Menengah (Rp168-250 juta) 26,02
25,50
18,22
Menengah (Rp250-500 juta) 18,97
17,44
13,67
Atas (> Rp500 juta) 13,80
12,95
2019 IV 2020 I 2020 II
33,78
33
32,75
40 32
32,12
34,81
31
35 31,66
31,08
30
30
29
surplus sebesar Rp19,74 Triliun pada Triwulan I masih tingginya peningkatan simpanan rumah
2020 dan Rp112,72 Triliun pada Triwulan II 2020 tangga terutama dari pencairan tunjangan hari
(Graf ik 2.2.2.8). Tambahan surplus tersebut raya (THR) menjelang Idul Fitri pada Mei 2020, di
sejalan dengan tren penurunan Loan to Deposit tengah kecenderungan RT, khususnya menengah
Ratio (LDR) nasabah perseorangan dari 42,56% ke atas, untuk menyesuaikan konsumsi selama
di akhir 2019 menjadi 40,58% di akhir Semester era pandemi.
I 2020. Penurunan tersebut dipengaruhi oleh
42,56 43
100
Surplus
42,53 42
50
41
0
89,02 40,58 40
Gap
-50 19,74
39
-100 38
I II III IV I II III IV I II III IV I II Jan Feb Mar Apr Mei Jun
2017 2018 2019 2020 2020
Gap Simpanan-Kredit RT Loan to Deposit Ratio (LDR)
RT (Skala kanan)
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Dalam upaya untuk menyangga konsumsi bansos Tunai (BST) non-Jabodetabek, dan
RT dan mengurangi dampak pandemi Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dana Desa,
COVID-19 terhadap peningkatan kemiskinan, yang ditujukan bagi RT yang terkena dampak
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian ekonomi akibat COVID-19 (Grafik B2.2.2.4).
terkait berupaya untuk memperluas cakupan
Total anggaran pemerintah yang dikucurkan
dan meningkatkan nilai bantuan sosial
untuk program perlindungan sosial ini sebesar
(bansos), baik yang sifatnya reguler maupun
Rp203,9 Triliun atau sekitar 29,3% dari total
nonreguler. Program reguler merupakan
anggaran Pemulihan Ekonomi Nasional
program bansos yang telah berjalan selama
(PEN) dan menjadi pos anggaran terbesar.
ini, seperti program sembako dan Program
Hingga awal September 2020, total anggaran
Keluarga Harapan (PKH), yang menyasar
perlindungan sosial tersebut diperkirakan
RT miskin dan rentan miskin. Sementara
akan terserap sebesar Rp101,06 Triliun atau
program nonreguler meliputi subsidi listrik,
kartu prakerja, bansos sembako Jabodetabek,
4%
PKH
16% 18% Sembako
Bansos Sembako Jabodetabek
Bansos Tunai Non-Jabodetabek
12%
21% Kartu Prakerja
Logistik/Pangan/Sembako
10%
BLT Dana Desa
16% Subsidi Listrik
3%
sekitar 52,2% dari pagu anggaran2. Penyerapan antara Rp13,8-28,9 Triliun dan ditujukan
yang paling tinggi terutama pada bansos PKH bagi RT dengan tingkat kesejahteraan
(78%), Program Sembako (69%), dan BST non- berada pada desil 1 hingga desil 6 atau 60%
Jabodetabek (67%). penduduk termiskin di Indonesia. Berdasarkan
Survei Neraca Rumah Tangga (SNRT) 2019,
Tidak berhenti sampai di situ, mulai Agustus
total pengeluaran RT desil 1 hingga desil 6
2020 pemerintah akan menyalurkan bansos
dapat mencapai Rp69,79 Triliun per bulan.
bagi pekerja dengan upah di bawah Rp5 Juta
Dengan asumsi tersebut, bansos pemerintah
per bulan dengan nilai bantuan Rp600 Ribu
berkontribusi sebesar 19,8% - 41,4% dari total
per bulan. Bantuan ini ditargetkan untuk 15,7
konsumsi RT penerima manfaat (Graf ik
juta pekerja yang terdaftar sebagai peserta
B2.2.2.5). Kontribusi ini diharapkan dapat
aktif Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
menjadi penyangga konsumsi RT yang turun
(BPJS) Ketenagakerjaan dan akan diberikan
akibat pandemi COVID-19.
selama empat bulan (September - Desember
2020) dengan dua kali tahap penyaluran. Total Grafik B2.2.2.5 Perkiraan Kontribusi Bansos
anggaran yang disiapkan pemerintah untuk terhadap Konsumsi RT Desil 1 - 6
program subsidi gaji ini mencapai Rp37,87 Triliun Rp %
35 45
Triliun (Tabel B2.2.2.1). 41,4
40
30
34,4 34,4 34,4 33,3 33,3 35
Mempertimbangkan berlanjutnya dampak 25 35,0
30
pandemi hingga akhir tahun, pemerintah 20 26,3 25
kemudian memperpanjang penyaluran BST, 19,8 20
15
sembako Jabodetabek, dan BLT dana desa 15
10
hingga akhir 2020 dengan nilai 50% dari 10
5
program bansos semula. Dengan penyesuaian 5
PKH 37,4 10 415,56 415,56 415,56 415,56 415,56 415,56 415,56 415,56 415,56
Kartu Sembako 43,6 20 200 200 200 200 200 200 200 200 200
Subsidi Listrik 6,9 31,2 36,86 36,86 36,86 36,86 36,86 36,86
Bansos Tunai Non-Jabodetabek 32,4 9 600 600 600 300 300 300 300 300 300
Bansos Tunai Non-PKH 4,5 9 500
Sembako Jabodetabek 6,8 1,9 600 600 600 300 300 300 300 300 300
BLT Dana Desa 31,8 8 600 600 600 300 300 300 300 300 300
Bansos Tunai Non-PKH 4,5 9 500
Kartu Prakerja 20 5,6 600 600 600 600
Subsidi Gaji (<Rp 5 jt) 37,87 15,72 600 600 600 600
*Diolah dari berbagai sumber
2 Sumber : DJPBN
Ketahanan Perbankan
15
3,11
perbankan di Semester I 2020. Meski demikian, 0
peningkatan risiko kredit bank masih berada I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018 2019 2020
pada tingkat yang terkendali. Program Pemulihan NPL RESTRUKTURISASI KOL.2 RESTRUKTURISASI KOL.1
Ekonomi Nasional (PEN) berupa kebijakan KOL.2 NON RESTRUKTURISASI Industri
LAR = NPL + RESTRUKTURISASI Kol 2 + Kol 2 Non Restrukturisasi
relaksasi restrukturisasi kredit membantu + RESTRUKTURISASI KOL.1
menahan kenaikan risiko kredit bank. Namun, Sumber: Bank Indonesia, diolah
perilaku risk averseness perbankan dan wait-
and-see korporasi berdampak pada rendahnya Grafik 2.3.1.2 Pertumbuhan Kredit
Restrukturisasi (%, mtm)
pertumbuhan kredit di Semester I 2020. Di
tengah kontraksi pertumbuhan kredit, kondisi (%, mtm)
160
likuiditas perbankan membaik. Disamping itu, uji 136,28
140
ketahanan menunjukkan bahwa rasio permodalan
120
bank saat ini cukup menahan kenaikan risiko
100 92,75
kredit pada kondisi makroekonomi yang berat.
80 71,28
Ke depan, diperkirakan kondisi permodalan dan 61,32
60
likuiditas perbankan tetap terjaga, sehingga 42,86 44,79 43,69
37,48 27,39
40 31,28
memberikan ruang yang cukup bagi perbankan 20,46 11,75 19,78 14,45 10,18 17,38
20 3,82 7,15
untuk meningkatkan kegiatan intermediasi. 3,47
5,20
0
Kredit Kredit Kredit UMKM Total
Penurunan kinerja korporasi dan RT terdampak Konsumsi Komersial Korporasi
Mar-20 Apr-20 Mei-20 Jun-20
pandemi COVID-19 diikuti dengan kebijakan PSBB
Sumber: Bank Indonesia, diolah
yang berdampak pada penurunan kemampuan
membayar utang, tercermin dari peningkatan
Grafik 2.3.1.3 LaR per Segmen Kredit
risiko kredit di perbankan. Peningkatan risiko
kredit perbankan terlihat dari peningkatan %
45
rasio Loan at Risk (LaR) yang mencapai 20,65% 40 38,51
dan rasio Non-Performing Loan (NPL) yang 35
mencapai 3,11% di Triwulan II 2020 (Grafik 2.3.1.1). 30
25 25,46
Peningkatan rasio Non-Performing Loan (NPL)
20 20,65
yang cenderung lebih terbatas sejalan dengan 15 15,23
COVID-19 yang memudahkan perbankan untuk 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
melakukan restrukturisasi kredit. Perbankan Kredit Konsumsi Kredit Komersial Kredit Korporasi
UMKM Total
aktif melakukan restrukturisasi kredit di awal
Keterangan:
pandemi COVID-19 dengan puncak pertumbuhan Kredit korporasi: kredit dengan plafon >Rp 100M,
tidak termasuk kredit UMKM dan konsumsi.
restrukturisasi terjadi pada April-Mei 2020 dan
Kredit komersial: kredit dengan plafon<Rp 100M,
terindikasi mulai melambat di Juni 2020 (Grafik tidak termasuk kredit UMKM dan konsumsi
2.3.1.2). Sumber: Bank Indonesia, diolah
Peningkatan risiko kredit ini terjadi pada Grafik 2.3.1.4 NPL per Segmen Kredit
seluruh segmen kredit (Grafik 2.3.1.3 dan Grafik %
2.3.1.4). Rasio LaR tertinggi di segmen UMKM 7
1 1,91
Peningkatan rasio LaR dan NPL terbesar juga
0
terjadi pada korporasi disektor ekonomi yang
Jan
Apr
Jul
Okt
Jan
Apr
Jul
Okt
Jan
Apr
Jul
Okt
Jan
Apr
Jul
Okt
Jan
Apr
Jul
Okt
Jan
Apr
Jul
Okt
Jan
Apr
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
terdampak langsung pandemi COVID-19 dan
Kredit Konsumsi Kredit Komersial Kredit Korporasi
kebijakan PSBB, yaitu sektor perdagangan dan UMKM Total
Tabel 2.3.1.1 Rasio LaR dan NPL per Sektor Ekonomi (%)
Rasio LaR (%) Share LaR (%) Rasio NPL (%) Share NPL (%)
Sektor 2019 2020 2020 2019 2020 2020
Sem I Sem II Sem I Sem I Sem I Sem II Sem I Sem I
Perdagangan 13,09 12,26 33,62 31,09 3,94 3,66 4,73 29,04
Lain-lain (konsumsi RT) 8,00 7,17 15,25 20,49 1,78 1,60 2,23 19,92
Industri 10,45 12,68 21,11 16,82 2,87 3,88 4,57 24,18
Pengangkutan & Telekomunikasi 10,56 8,92 19,05 4,25 2,07 1,64 2,05 3,03
Konstruksi 17,35 15,29 20,01 6,35 3,67 3,55 3,84 8,08
Pertanian 9,72 9,41 19,08 6,53 1,46 1,66 1,91 4,34
Jasa Dunia Usaha 9,17 8,71 19,10 8,41 1,65 1,43 1,51 4,42
Jasa Sosial 8,40 7,51 26,20 3,65 1,78 1,50 1,90 1,76
Pertambangan 12,34 10,35 14,06 1,80 3,58 3,58 4,96 4,23
Listrik 2,96 2,88 3,26 0,61 0,86 0,89 0,81 1,00
Total 10,29 9,93 20,65 100,00 2,50 2,53 3,11 100,00
Rasio LaR (%) Share LaR (%) Rasio NPL (%) Share NPL (%)
Sektor 2019 2020 2020 2019 2020 2020
Sem I Sem II Sem I Sem I Sem I Sem II Sem I Sem I
KPR 12,39 11,65 24,67 59,84 2,78 2,62 3,32 57,6
KKB 12,15 10,87 24,23 14,28 1,61 1,36 2,88 12,2
Multiguna 4,33 3,83 8,51 23,30 1,09 0,97 1,36 26,5
Peralatan RT 5,64 4,63 12,03 0,49 1,33 1,32 2,71 0,79
RT lainnya 6,24 4,98 8,84 2,09 1,28 1,19 1,70 2,86
Total KK 8,55 7,76 16,59 100,00 1,84 1,68 2,32 100,0
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Kenaikan risiko kredit ini meningkatkan risk- perbankan di tengah risiko kredit yang meningkat
averseness perbankan sehingga perbankan sehingga semakin selektif dalam menyalurkan
meningkatkan CKPN sebagai bentuk antisipasi kredit dan perilaku wait-and-see korporasi serta
risiko dan menjaga rasio permodalan CAR di RT yang mengakibatkan penurunan permintaan
level yang cukup tinggi (Grafik 2.3.1.5). Hasil stress terhadap pembiayaan.
test Bank Indonesia mengindikasikan bahwa
Secara bersama-sama, penurunan kinerja disisi
level CAR yang tetap tinggi di Triwulan II 2020
penawaran dan permintaan ini berdampak
mampu menyerap kerugian akibat kenaikan
terhadap rendahnya pertumbuhan kredit di
risiko kredit hingga skenario makroekonomi yang
Semester I 2020 yang hanya mencapai 1,49%.
berat. Secara umum, simulasi mengindikasikan
Perbankan yang semakin selektif dalam
perbankan mampu mempertahankan CAR pada
menyalurkan kredit di tengah pandemi COVID-19
tingkat yang aman untuk mendukung kegiatan
terindikasi oleh Indeks Lending Standard (ILS)
intermediasi meski kondisi makroekonomi
yang mengalami pengetatan signif ikan di
melemah.
Triwulan II 2020 yang mencapai angka indeks
Penurunan kinerja korporasi turut menyebabkan tertinggi dalam lima tahun terakhir (Grafik 2.3.1.6).
penurunan pembiayaan ekonomi. Penurunan
Risk-averseness perbankan yang meningkat
tersebut terutama disebabkan oleh perlambatan
ini juga tercermin dari pola perkembangan
pembiayaan dari kredit perbankan. Perlambatan
year-to-date pertumbuhan plafon kredit
ini seiring menguatnya perilaku risk-averseness
10 17
0 16
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2017 2018 2019 2020
Pertumbuhan CKPN (yoy) CAR (Skala kanan)
Sumber: Bank Indonesia, diolah
30 12
25
10
Lebih Ketat
20
8
15
6
10
4
5
0 2
1,49
-5 0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018 2019 2020
Indeks Lending Standard (ILS) Pertumbuhan Kredit (Skala Kanan)
Sumber: Bank Indonesia, diolah
(Graf ik 2.3.1.7). Berbeda dengan tahun-tahun plafon kredit sebagai aspek kebijakan penyaluran
sebelumnya dimana pertumbuhan plafon kredit kredit yang paling diperketat dibanding dengan
selalu konsisten meningkat sejak awal tahun, Triwulan I 2020 (Grafik 2.3.1.8). Hal ini menunjukan
pertumbuhan plafon kredit menurun di Triwulan efek negatif goncangan akibat pandemi COVID-19
II 2020. Kondisi ini sejalan dengan hasil survei pada penawaran kredit perbankan.
perbankan Triwulan II 2020, yang menunjukan
32,7
30
24,8
Lebih Ketat
15 11,2 10,2
6,8 5,6 5,5 5,7
4,8 3,1
2,2 2,0 1,4
0,1 0,1
0
Lebih Longgar
1,6
-15
Plafon Jangka Biaya Suku Premi Kredit Perjanjian Agunan Persyaratan
Kredit Waktu Persetujuan Bunga Berisiko Kredit Administrasi
Kredit Kredit Kredit
Perilaku wait-and-see sektor riil di tengah kontraksi pertumbuhan yang dalam di Triwulan
kontraksi perekonomian akibat pandemi COVID-19 II 2020 (Grafik 2.3.1.10). Kredit Modal Kerja yang
dikonfirmasi dengan hasil survei kegiatan dunia mendominasi kredit perbankan bahkan tumbuh
usaha (SKDU) yang mengindikasikan penurunan paling rendah, yaitu -1,25% (yoy) di Triwulan II 2020.
kegiatan usaha pada Triwulan II 2020 (Grafik Penurunan permintaan sektor riil terhadap Kredit
2.3.1.9). Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar Modal Kerja (KMK) juga tercermin di peningkatan
-35,75% pada Triwulan II 2020 menunjukan tren undisbursed loan di Semester I 2020 (Graf ik
pemburukan yang terus berlanjut dari Triwulan 2.3.1.11). Kontraksi pertumbuhan Kredit Modal Kerja
I 2020. Sejalan dengan penurunan kegiatan dan Kredit Investasi terjadi di segmen komersial,
usaha sektor riil pada Triwulan II 2020, Kredit UMKM, dan korporasi (Grafik 2.3.1.12).
Modal Kerja dan Kredit Investasi mengalami
Grafik 2.3.1.9 PDB dan Kegiatan Dunia Usaha Grafik 2.3.1.10 Pertumbuhan Kredit Per Jenis
Penggunaan (%, yoy)
(%, yoy) (%, yoy) %
5 30 16
4 14
20
3 12
2 10 10
0,52
1 -5,56 0 8
5,61%
0 6
-2,41 -10 4
-1 2,32%
-2 2 28%
-20 46%
-3 0 -1,25%
27%
-4 -4,19 -35,75 -30 -2
-5 -40 -4
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019 2020 2016 2017 2018 2019 2020
Pertumbuhan PDB SBT Kegiatan Usaha (Skala kanan) Kredit Modal Kerja Kredit Investasi Kredit Konsumsi
Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 2.3.1.11 Undisbursed Loan Kredit Modal Grafik 2.3.1.12 Pertumbuhan Kredit Per
Kerja Segmen (%, yoy)
% % (%, yoy)
14 33,0 25
12
32,5 20
10
8 32,0 15
6 31,5 10
4 6,37
2 31,0 5 2,32
0 30,5 0
0,13
-2
30,0 -5 -7,06
-4
-6 29,5 -10
Sem I Sem II Sem I Sem II Sem I Sem II Sem I Sem II Sem I I
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019 2020 2016 2017 2018 2019 2020
Undisbursed Loan (yoy) Undisbursed Loan/Plafon (Skala kanan) Kredit Konsumsi Kredit Komersial Kredit Korporasi UMKM
Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah
Triliun Rp Triliun Rp
18 60 100 40
16 90 35
50
14 80
30
12 40 70
60 25
10
30 50 20
8
40 15
6 20 30
4 10
20
10
2 10 5
0 0 0 0
Sem I Sem II Sem I Sem II Sem I Sem II Sem I Sem II Sem I Sem I Sem II Sem I Sem II Sem I Sem II Sem I Sem II Sem I
2016 2017 2018 2019 2020 2016 2017 2018 2019 2020
Nilai (RpT) Jumlah Perusahaan IPO (Skala Kanan) Nilai (RpT) Jumlah Perusahaan Right Issue (Skala Kanan)
Sumber: OJK, diolah Sumber: OJK, diolah
Triliun Rp % %
180 70 13 6,5
160 60 6,0
12
140
50 5,5
120 11
40 5,0
100 10
80 30 4,5
9
60 4,0
20
40 8 3,5
20 10
7 3,0
0 0 Sem I Sem II Sem I Sem II Sem I Sem II Sem I Sem II Sem I
Sem I Sem II Sem I Sem II Sem I Sem II Sem I Sem II Sem I 2016 2017 2018 2019 2020
2016 2017 2018 2019 2020 Yield Corp. 5Yr All Rata-rata kupon (5 tahun)
Nilai (RpT) Jumlah Perusahaan Penerbit Obligasi (Skala Kanan) BI7DRR (Skala kanan)
Sumber: OJK, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah
Penurunan kebutuhan pendanaan sektor riil akan ekspor bahan tambang seiring mulai
juga tercermin dari perlambatan pertumbuhan berproduksinya sektor industri Tiongkok di
kredit sektoral Semester I 2020 dibandingkan Triwulan II 2020.
dengan periode yang sama di 2019 (Tabel 2.3.1.3).
Terhambatnya kegiatan dunia usaha turut
Sektor ekonomi dengan pangsa kredit besar
berdampak pada aktivitas dan kinerja sektor
seperti perdagangan, industri pengolahan, dan
RT sehingga memengaruhi kinerja penyaluran
jasa dunia usaha mengalami pertumbuhan
kredit konsumsi perbankan. Pertumbuhan
kredit yang negatif. Hal ini terutama disebabkan
kredit konsumsi semakin rendah sebagaimana
semakin rendahnya permintaan masyarakat
ditunjukkan di Grafik 2.3.1.10, 2.3.1.12 dan Tabel
terhadap produk-produk kebutuhan nonprimer
2.3.1.3 untuk sektor lain-lain.
dan terhambatnya aliran ketersediaan bahan
baku untuk keperluan produksi di periode awal Perilaku wait-and-see korporasi dan RT seiring
pandemi COVID-19. Pertumbuhan kredit di melambatnya aktivitas perekomian di tengah
sektor pertambangan terindikasi lebih baik. Hal pandemi COVID-19 menyebabkan peningkatan
ini sejalan dengan mulai pulihnya permintaan precautionary saving. Pertumbuhan dana pihak
Pangsa (%)
Sektor Sem I 2018 Sem I 2019 Sem I 2020
Sem I 2020
Pertanian 5,20 2,34 2,20 7,07
Pertambangan -0,09 -0,99 9,48 2,65
Industri Pengolahan 2,40 0,33 -2,00 16,45
Listrik, Gas, dan Air (LGA) 12,69 22,76 7,38 3,84
Konstruksi 7,06 10,20 0,39 6,55
Perdagangan 4,52 2,63 -5,03 19,10
Pengangkutan & Komunikasi 17,30 6,97 3,53 4,61
Jasa Dunia Usaha 5,62 3,20 -2,75 9,10
Jasa Sosial 1,05 2,62 -1,91 2,88
Lain-lain 4,53 1,94 -1,38 27,75
16
14 7,95
12
7,42 6,54
10
0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018 2019 2020
ketiga (DPK) perbankan tercatat 7,95% (yoy) kebijakan ekspansi pemerintah, peningkatan
di Triwulan II 2020, lebih tinggi dibandingkan saving masyarakat, serta terbatasnya belanja
dengan semester sebelumnya sebesar 6,54% swasta korporasi seiring melambatkan aktivitas
maupun tahun sebelumnya pada Triwulan yang perekomian di tengah pandemi.
sama sebesar 7,42% (Grafik 2.3.1.17). Peningkatan
Peningkatan pertumbuhan DPK di tengah
pertumbuhan terjadi di semua jenis DPK.
kontraksi pertumbuhan kredit mengakibatkan
Secara year-to-date, net inflow DPK selama perbankan mengalami funding surplus. Funding
Semester I 2020 merupakan yang tertinggi dalam surplus selama Semester I 2020 merupakan yang
lima tahun terakhir, mencapai Rp262 Triliun tertinggi dalam enam tahun terakhir (mencapai
(Grafik 2.3.1.18). Peningkatan tersebut didorong Rp330 Triliun) (Grafik 2.3.1.19).
Triliun Rp
300
250 262
200 209
161 169
150
109
100
50
-50
-100
Sem I Sem II Sem I Sem II Sem I Sem II Sem I Sem II Sem I
2016 2017 2018 2019 2020
Triliun Rp
400
330
300
Funding Surplus
200
100 95
52 51 53 50
0 -3 -4
Funding Gap
-100 -89
-137 -127
-200
Sem I Sem II Sem I Sem II Sem I Sem II Sem I Sem II Sem I Sem II Sem I
2015 2016 2017 2018 2019 2020
Perilaku risk-averse dan rendahnya permintaan Peningkatan likuiditas juga tercermin pada
terhadap pembiayaan dari sektor riil mendorong tren kenaikan rasio PLM sejak pandemi yang
bank untuk menempatkan excess liquidity mencapai 19,6% di Semester I 2020 (Grafik 2.3.1.22).
pada aset bebas risiko seperti surat berharga Ketahanan likuiditas jangka pendek maupun
pemerintah dan penempatan di Bank Indonesia jangka panjang juga menguat, terlihat dari rasio
sehingga rasio alat likuid perbankan meningkat 1
LCR2 sebesar 226,17% dan NSFR3 sebesar 132,32%
(Grafik 2.3.1.20). Rasio AL/DPK perbankan tercatat di Semester I 2020, jauh di atas threshold 100%
sebesar 26,24% pada Semester I 2020, meningkat (Grafik 2.3.1.23). Ke depan, likuiditas perbankan
signif ikan dibandingkan dengan semester diperkirakan tetap terjaga dan memberikan
sebelumnya sebesar 20,86% maupun tahun ruang yang cukup bagi perbankan untuk kegiatan
sebelumnya pada bulan yang sama sebesar intermediasi.
19,05%. Rasio AL/DPK tersebut jauh di atas
threshold 10% (Grafik 2.3.1.21). Grafik 2.3.1.21 Rasio AL/DPK dan Alat Likuid
% Triliun Rp
Grafik 2.3.1.20 Komposisi Alat Likuid
28 1.900
26,24
Triliun Rp 26 1.700
2.500 24
1.500
22
2.000 1.300
20
1.500 18 1.100
16
900
1.000 14
12 700
500 10 500
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
0 2015 2016 2017 2018 2019 2020
I II III IV I II III IV I II III IV I II
AL (Skala kanan) AL/DPK
2017 2018 2019 2020
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Kas DF/FASBI SDBI TD Penempatan BI Lainnya
SBI RR SBN SBN SBBI Giro-GWM-RIM
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 2.3.1.23 Rasio LCR dan NSFR4
19,60 160
20 132,32%
140
15 120
100
10
80
I II III IV I II III IV I II III IV I II
5 2017 2018 2019 2020
I II III IV I II III IV I II III IV I II
LCR NSFR Threshold 100%
2017 2018 2019 2020
Sumber: OJK, diolah
AL/DPK PLM
Sumber: Bank Indonesia, diolah
1234
2 Net Stable Funding Ratio (NSFR) sebagaimana mengacu pada POJK No. 50/POJK.03/2017 tentang Kewajiban
Pemenuhan Rasio Pendanaan Stabil Bersih (Net Stable Funding Ratio) bagi Bank Umum.
3 Liquidity Coverage Ratio (LCR) sebagaimana merujuk ke POJK No. 42/POJK.03/2015 tentang Kewajiban Pemenuhan
Rasio Kecukupan Likuiditas (Liquidity Coverage Ratio) Bagi Bank Umum.
4 Bank Pelapor LCR dan NSFR per Semester 1 2020 mencakup 49 bank yang termasuk BUKU 4, BUKU 3 ataupun
Kepemilikan Asing.
Grafik 2.3.2.1 Pangsa Pembiayaan IKNB Grafik 2.3.2.2 Pertumbuhan Pembiayaan dan
NPF PP
2% (%, yoy) %
10% 10 6
8
6 5,17 5
16% 4
2 4
70% 0
2%
-2 3
-4
-6 2
-8 -8,77
-10 1
Jun
Sep
Des
Mar
Jun
Sep
Des
Mar
Jun
Sep
Des
Mar
Jun
Sep
Des
Mar
Jun
Jun
Sep
Des
Mar
Jun
Sep
Des
Mar
Jun
Sep
Des
Mar
Jun
Sep
Des
Mar
Jun
2016 2017 2018 2019 2020 2016 2017 2018 2019 2020
Investasi Modal Kerja Multiguna Lainnya Syariah Pegadaian LPEI MV (Skala kanan)
Sumber: OJK, diolah Sumber: OJK, diolah
MV seiring dengan meningkatnya NPF masing- Disisi lain, kinerja industri asuransi dan dana
masing lembaga (Grafik 2.3.2.5). NPF Pegadaian pensiun relatif lebih baik dibandingkan IKNB
masih relatif lebih terjaga di level 2,37% sementara lainnya ditengah pandemi COVID-19. Hal ini
NPF LPEI mencapai 28,09% di Semester I 2020. terindikasi dari rasio kecukupan premi asuransi
terhadap pembayaran klaim bruto yang
Peningkatan risiko gagal bayar dan perlambatan
meningkat menjadi 136,81% pada Triwulan II
penyaluran dana juga terjadi pada Fintech. Hal
2020 (Grafik 2.3.2.7). Kondisi yang serupa juga
ini terlihat dari tingkat wanprestasi keberhasilan
terjadi di industri dana pensiun yang berhasil
pengembalian pinjaman (TWP) 90 hari fintech
mengumpulkan kenaikan iuran yang lebih tinggi
lending yang mengalami kenaikan di Semester
dibandingkan kenaikan manfaat jatuh tempo
I 2020. Seiring dengan peningkatan risiko gagal
sepanjang Semester I 2020, sehingga, iuran yang
bayar, pertumbuhan fintech lending terindikasi
terkumpul dapat menutup klaim manfaat jatuh
semakin melambat (Grafik 2.3.2.6).
tempo (Grafik 2.3.2.8).
Grafik 2.3.2.5 NPF Pegadaian, LPEI dan MV Grafik 2.3.2.6 Pertumbuhan Pembiayaan dan
TWP90 Fintech Lending
%
30
28,09 (%, yoy) %
7 720
25 6,13
6 630
20 540
5
15 450
4
360
10 3
270
4,23
5 2
180
2,37 1 38,42 90
0
Jun
Sep
Des
Mar
Jun
Sep
Des
Mar
Jun
Sep
Des
Mar
Jun
Sep
Des
Mar
Jun
0 0
Jun
Sep
Des
Mar
Jun
Sep
Des
Mar
Jun
Sep
Des
Mar
Jun
Sep
Des
Mar
Jun
2016 2017 2018 2019 2020
MV Pegadaian LPEI 2016 2017 2018 2019 2020
Sumber: OJK dan PT Pegadaian, diolah TWP90 Pembiayaan (Skala kanan)
Sumber: OJK, diolah
Grafik 2.3.2.7 Premi dan Klaim Bruto Asuransi Grafik 2.3.2.8 Iuran dan Manfaat Dana Pensiun
Triliun Rp % Triliun Rp
4,0
500 170
450 3,5
157,99 464 160
155,74
400 3,0
147,31 419
350 145,26 150
2,5
300 137,89 136,81
329 132,54 140 2,0
250 126,86 129,47 3,70
393
200 236 130 1,5 2,81 2,67 2,76
208 271 208 358 1,84 1,96 2,40
150 173 316 120 1,0 2,11 1,69
155 214
100 151 173
168 055 0,22 0,26 0,23 0,36 0,25 0,25
110 0,18 0,19 0,20
50 99 117
0 100 0
Jun
Sep
Des
Mar
Jun
Sep
Des
Mar
Jun
Sep
Des
Mar
Jun
Sep
Des
Mar
Jun
Jun
Sep
Des
Mar
Jun
Sep
Des
Mar
Jun
Sep
Des
Mar
Jun
Sep
Des
Mar
Jun
2016 2017 2018 2019 2020 2016 2017 2018 2019 2020
Iuran Manfaat Jatuh Tempo
Premi Bruto Klaim Bruto Rasio Premi/Klaim Bruto (Skala kanan)
Sumber: OJK, diolah Sumber: OJK, diolah
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) besar bisnis UMKM tidak ditopang dana
mempunyai peran penting dan strategis pinjaman dari bank, melainkan dari dana
dalam pembangunan ekonomi nasional. sendiri1
UMKM berkontribusi besar pada pertumbuhan
Namun,.kondisi yang berbeda dihadapi oleh
ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Pada
UMKM di masa pandemi COVID-19. Hal ini
krisis keuangan Asia 1997/98, UMKM mampu
disebabkan oleh kebijakan Pembatasan
tetap berdiri kokoh dan berkontribusi terhadap
Sosial Skala Besar (PSBB) yang diterapkan di
pemulihan perekonomian Indonesia pasca
sebagian besar wilayah di Indonesia membuat
krisis. Hal ini tercermin dari perkembangan
UMKM menghadapi kendala distribusi baik
sumbangan wirausaha UMKM terhadap
input untuk produksi maupun hasil produksi
pertumbuhan ekonomi yang tetap tinggi pada
serta penurunan permintaan terhadap
kisaran diatas 50% dan cenderung meningkat
produk UMKM. Kendala ini disebabkan
setelah krisis tersebut (Grafik B2.3.3.1).
masih banyaknya UMKM yang melakukan
Beberapa faktor yang menjadi penunjang interaksi dengan pelanggan secara offline
bertumbuhnya UMKM pada periode krisis atau tatap muka langsung. Hasil survei yang
tersebut adalah: (1) UMKM menghasilkan dilakukan oleh Bank Indonesia terhadap
barang konsumsi dan jasa yang dekat dengan UMKM binaan dan mitra menunjukkan bahwa
kebutuhan masyarakat; (2) pelaku UMKM yang 71,1% responden terdampak kinerjanya akibat
umumnya memanfaatkan sumber daya lokal, pandemi COVID-192. Dampak yang dirasakan
baik untuk sumber daya manusia, modal, terutama pada penurunan penjualan, kesulitan
bahan baku, hingga peralatan, atau tidak modal, dan hambatan distribusi.
tergantung barang impor; dan (3) sebagian
%
100
80
57,85 61,07
55,67 60
54,69
40
20
0
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
12
1 Meryana, Ester. (2012). Tiga Hal yang Buat UMKM Tahan Krisis.
2 Survei kepada 960 UMKM binaan dan mitra BI per 11 Juli 2020
3 Survei kepada 960 UMKM binaan dan mitra BI per 11 Juli 2020
Juta Miliar Rp
14 900
793
800
12
10,56 700
10
600
8 500
6 400
4,33 300
4
200
2
100
0 0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu
Jumlah merchant Volume Transaksi Nominal Transaksi (Skala kanan)
Sumber: Bank Indonesia, diolah
BAB 3
PENGUATAN
SINERGI DAN
KOORDINASI
SERTA RESPONS
KEBIJAKAN
DALAM
PEMULIHAN
EKONOMI
NASIONAL DAN
SSK
Pandemi COVID-19 merupakan kejadian
extraordinary yang sampai saat ini masih terus
meningkat, menyebabkan disrupsi sangat
dinamis dan cepat sehingga mengganggu
perekonomian dan stabilitas sektor keuangan.
Diperlukan kebijakan dan langkah luar biasa dari
pemerintah dan lembaga terkait agar mampu
menjaga stabilitas sistem keuangan. Undang-
Undang Nomor 2 tahun 2020 merupakan
langkah kebijakan extraordinary yang dikeluarkan
Pemerintah dengan memberikan penguatan
kewenangan kepada anggota KSSK yaitu
Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, OJK, dan
LPS untuk dapat menerapkan bauran kebijakan
nasional yang dapat menjaga kestabilan di
sistem keuangan. Koordinasi dan sinergi untuk
menghadapi dampak pandemi COVID-19 juga
dilakukan di level internasional, dimana Indonesia
berperan aktif dalam dinamika pembahasan di
fora internasional terkait penanganan COVID-19
yang berdampak ke sektor keuangan.
3.1. Sinergi dan koordinasi jumlah larangan dan pembatasan untuk ekspor
dan impor bahan baku, percepatan proses
kebijakan antar otoritas
ekspor-impor untuk Reputable Traders, serta
dalam Pemulihan Ekonomi peningkatan dan percepatan layanan eskpor-
Nasional impor dan pengawasan melalui National Logistic
Ecosystem (NLE) guna meningkatkan efisiensi
Penyebaran COVID-19 menimbulkan disrupsi
logistik nasional. Selain itu, Pemerintah juga
ekonomi global dengan spillover effect yang
melakukan refocusing program dan relokasi
memengaruhi kondisi sosio-ekonomi masyarakat
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)/
tercermin dari penurunan pendapatan,
Angaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD),
pelemahan daya beli, dan pemutusan hubungan
serta memanfaatkan dana cadangan untuk
kerja akibat pembatasan aktivitas ekonomi.
percepatan penanganan COVID-19 .
Seiring dengan gejolak di pasar keuangan dan
disrupsi ekonomi global, tekanan juga terjadi Selain stimulus kebijakan yang diambil
di pasar keuangan dalam negeri. Depresiasi Pemerintah, Bank Indonesia juga mengeluarkan
rupiah, penurunan kinerja saham serta kenaikan berbagai bauran kebijakan melalui kebijakan
imbal hasil dari surat berharga negara menjadi moneter, makroprudensial, dan sistem
cerminan dari gejolak di pasar keuangan pembayaran terutama untuk memperkuat
domestik. Disrupsi terhadap aktivitas masyarakat, stabilisasi di pasar valas, pasar keuangan, dan
dunia usaha, investasi, dan pasar keuangan telah penyediaan pembiayaan dari perbankan, serta
menyebabkan pemburukan perekonomian memperlancar penyaluran bantuan nontunai
domestik. pemerintah. Berbagai kebijakan yang telah
diambil Bank Indonesia adalah :
Untuk mengantisipasi tekanan terhadap
perekonomian dan stabilitas keuangan 1. Menurunkan suku bunga kebijakan BI 7-Day
domestik yang berpotensi semakin meningkat Reverse Repo Rate (BI7DRR);
seiring meluasnya dampak pandemi COVID-19,
Pemerintah telah mengeluarkan berbagai 2. Kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah
stimulus fiskal dan nonfiskal berupa kenaikan melalui intervensi di pasar spot, DNDF, dan
anggaran kesehatan, bantuan kepada rumah pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di
tangga, pekerja dan jaring pengaman sosial, pasar sekunder;
serta program pemulihan ekonomi khususnya
3. Menurunkan GWM valas;
bagi yang terkena dampak COVID-19. Stimulus
fiskal tahap I pada Februari 2020 dikeluarkan 4. Menurunkan GWM rupiah bagi bank
untuk mencegah perlambatan perekonomian yang melakukan kegiatan ekspor-impor,
yang ditujukan untuk sektor-sektor yang pembiayaan kepada usaha mikro, kecil dan
terdampak langsung pandemik COVID-19 melalui menengah (UMKM), dan/atau sektor prioritas
stimulus belanja, serta percepatan belanja lain;
dan kebijakan mendorong sektor padat karya
5. P e l o n g g a r a n Rasio Intermediasi
untuk memperkuat perekonomian domestik.
Makroprudensial (RIM); dan
Selanjutnya pada Maret 2020, Pemerintah
mengeluarkan stimulus fiskal tahap II dalam 6. Menyediakan uang higienis, menurunkan
rangka menjaga daya beli masyarakat dan biaya Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia
keberlanjutan dunia usaha selama enam (SKNBI), dan mendukung penyaluran dana
bulan (April sampai dengan September 2020) nontunai program-program Pemerintah,
melalui relaksasi PPh-21, pembebasan PPh-22, seperti bansos Program Keluarga Harapan
pengurang PPh-25, dan restitusi PPN dipercepat (PKH) dan Bantuan Pangan Non-Tunai
bagi sektor-sektor tertentu. Pemerintah juga (BPNT), Program Kartu Prakerja, dan Kartu
mengeluarkan stimulus nonf iskal sebagai Indonesia Pintar.
dorongan terhadap kegiatan ekspor-impor,
antara lain penyederhanaan dan pengurangan
Otoritas Jasa Keuangan selaku otoritas yang otoritas mendasarkan asesmen dan respons
mengatur dan mengawasi lembaga jasa kebijakannya pada historical data saja. Untuk
keuangan, juga telah mengeluarkan berbagai itu, dilakukan asesmen forward looking dengan
kebijakan yang bersifat pre-emptive baik di mendasarkan pada perkembangan ekonomi dan
sektor perbankan, pasar modal, dan Industri pasar keuangan saat ini, ditambah adanya fakta
Keuangan Non-Bank (IKNB) untuk memberikan sinyal pemburukan yang mulai terlihat di sektor
ruang bagi masyarakat dan lembaga jasa keuangan. Sebagai dasar dalam menentukan
keuangan yang terdampak secara langsung langkah kebijakan yang diperlukan, anggota
maupun tidak langsung. Kebijakan dimaksud Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yaitu
antara lain kebijakan di pasar modal, sehingga Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, Otoritas
dapat meredam volatilitas di pasar modal Jasa Keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan
dan relaksasi ketentuan guna mendukung bersinergi untuk melakukan tindakan antisipasi
pelaksanaan physical distancing. Kebijakan (forward looking) atas dampak COVID-19 terhadap
dimaksud yaitu: (i) pembelian kembali (buyback) perekonomian dan sektor keuangan. Pandemi
saham oleh emiten atau perusahaan publik COVID-19 merupakan kejadian extraordinary,
dalam kondisi pasar berfluktuasi secara yang hingga saat ini diperkirakan masih terus
signifikan; (ii) mekanisme perdagangan saham meningkat. Pemerintah dan lembaga terkait
di pasar modal; (iii) relaksasi penyampaian perlu segera mengambil kebijakan dan langkah
laporan berkala; (iv) penyelenggaraan Rapat luar biasa dalam rangka menjamin kesehatan
Umum Pemegang Saham (RUPS) oleh emiten masyarakat, menyelamatkan perekonomian
dan perusahaan publik; dan (v) perubahan jam nasional, dan menjaga stabilitas sistem keuangan
perdagangan di bursa efek. Selain itu, Otoritas melalui berbagai relaksasi kebijakan, serta
Jasa Keuangan memberikan relaksasi pengaturan penguatan kewenangan berbagai lembaga di
penilaian kualitas aset kredit/pembiayaan yang sektor keuangan agar mampu menangani kondisi
direstrukturisasi langsung digolongkan “lancar” kedaruratan (kegentingan memaksa).
di perbankan dan lembaga pembiayaan. Relaksasi
Hal serupa dilakukan oleh semua negara, yaitu
diberikan dengan jangka waktu maksimum satu
dengan merespons pandemi COVID-19 melalui
tahun bagi debitur yang terdampak COVID-19
langkah kebijakan extraordinary untuk mencegah
untuk memitigasi potensi peningkatan risiko
krisis kesehatan dan mengantisipasi dampaknya
kredit dan memberikan kemudahan kepada
terhadap perekonomian. Dalam kasus Indonesia,
pelaku usaha dan masyarakat agar dapat
langkah kebijakan extraordinary ini tertuang
melanjutkan kegiatan usahanya.
dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Merespons penurunan suku bunga kebijakan serta Undang (Perppu) yang kemudian diundangkan
kondisi likuiditas perbankan, Lembaga Penjamin menjadi Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020
Simpanan telah menetapkan penurunan tingkat tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
bunga penjaminan untuk simpanan Rupiah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun
di Bank Umum dan simpanan Rupiah di BPR 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan
sebesar 125 bps sejak Januari sampai dengan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan
Oktober 2020 serta mempertahankan tingkat Pandemi COVID-19 dan/atau Dalam Rangka
bunga penjaminan untuk simpanan valuta asing Menghadapi Ancaman yang Membahayakan
di Bank Umum. Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem
Keuangan menjadi Undang-Undang.
Dengan melihat potensi pemburukan ekonomi
yang dapat mengguncang stabilitas sistem Dalam kondisi pandemi COVID-19, UU Nomor 2
keuangan Indonesia yang ditunjukkan dengan Tahun 2020 telah hadir melengkapi UU Nomor 9
penurunan berbagai aktivitas ekonomi domestik, Tahun 2016 tentang Pencegahan dan Penanganan
maka diperlukan langkah-langkah mitigasi Krisis Sistem Keuangan (UU PPKSK) sebagai
yang tepat dan memadai yang dilakukan landasan hukum dalam melakukan manajemen
oleh Pemerintah maupun lembaga terkait. krisis. Penguatan kewenangan yang diamanatkan
Namun, hal ini tidak dapat terlaksana apabila oleh UU Nomor 2 Tahun 2020 kepada keempat
anggota KSSK (Kementerian Keuangan, Bank likuiditas dan tidak memenuhi persyaratan
Indonesia, OJK, dan LPS) diharapkan mampu PLJP/PLJPS yang dijamin oleh Pemerintah
memitigasi risiko krisis keuangan ke depan. dan diberikan berdasarkan Keputusan KSSK;
(iii) pembelian Surat Utang Negara (SUN) dan/
Penguatan kewenangan yang diamanatkan
atau Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)
kepada Bank Indonesia meliputi: (i) penanganan
berjangka panjang di pasar perdana untuk
permasalahan bank melalui pemberian Pinjaman
penanganan permasalahan sistem keuangan
Likuiditas Jangka Pendek/Pembiayaan Likuiditas
yang membahayakan perekonomian nasional,
Jangka Pendek Syariah (PLJP/PLJPS) untuk
termasuk untuk tujuan tertentu khususnya
bank sistemik dan bank selain bank sistemik;
dalam rangka pandemi COVID-19; (iv) pembelian/
(ii) pemberian Pinjaman Likuiditas Khusus (PLK)
repo SBN milik LPS untuk biaya penanganan
kepada bank sistemik yang mengalami kesulitan
permasalahan solvabilitas bank sistemik
Gambar 3.1.1 UU PPKSK dan UU Nomor 2 Tahun 2020 Sebagai Dasar Hukum Pencegahan dan
Penanganan Krisis Sistem Keuangan
Perlunya dukungan terhadap APBN dalam rangka (i) penanganan pandemi COVID-19;
Ruang Lingkup (ii) menghadapi ancaman yang membahayakan perekonomian nasional dan/atau
SSK,maka ditetapkan kebijakan keuangan negara dan kebijakan SSK.
Sumber: Bank Indonesia, diolah KAJIAN STABILITAS KEUANGAN | No.35 September 2020 48
Bab 3: Penguatan Sinergi dan Koordinasi serta Respons Kebijakan dalam Pemulihan Ekonomi Nasional dan SSK
dan bank selain bank sistemik; (v) mengatur yang mengalami kesulitan likuiditas dan tidak
kewajiban penerimaan dan penggunaan devisa memenuhi persyaratan pemberian PLJP/PLJPS.
bagi penduduk termasuk ketentuan mengenai Pemberian PLK tersebut dijamin oleh Pemerintah
penyerahan, repatriasi, dan konversi devisa untuk dan diberikan berdasarkan keputusan KSSK.
menjaga kestabilan makroekonomi dan sistem Mengingat seluruh biaya pencegahan dan
keuangan; dan (vi) pemberian akses pendanaan penanganan krisis pada akhirnya akan
kepada korporasi/swasta dengan cara repo SUN/ ditanggung Pemerintah, maka early involvement
SBSN yang dimiliki korporasi/swasta melalui Pemerintah dalam bentuk penjaminan PLK
perbankan. dipandang dapat mengurangi biaya krisis. Sampai
saat ini, ketentuan pelaksanaan terkait PLK masih
Penguatan kewenangan Bank Indonesia sebagai
terus dalam pembahasan antar anggota KSSK.
Lender of The Last Resort (LoLR) telah diwujudkan
dengan pengaturan dalam UU Nomor 2 Tahun Selanjutnya sebagai bagian yang tidak
2020 terkait PLJP/PLJPS dan PLK. UU Nomor terpisahkan dalam program Pemulihan Ekonomi
2 Tahun 2020 mengatur bahwa OJK menilai Nasional (PEN), Bank Indonesia diberikan
persyaratan/kecukupan solvabilitas dan tingkat kewenangan untuk melakukan pembelian SUN
kesehatan bank yang mengajukan permohonan dan/atau SBSN di pasar perdana yang ditujukan
PLJP/PLJPS. Selain itu, bank tersebut harus untuk penanganan permasalahan sistem
memiliki agunan berkualitas tinggi sebagai keuangan yang membahayakan perekonomian
jaminan PLJP/PLJPS yang memenuhi ketentuan nasional, termasuk surat utang negara yang
sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank diterbitkan dengan tujuan tertentu khususnya
Indonesia mengenai PLJP/PLJPS dan diperkirakan dalam rangka pandemi COVID-19. Pembelian
mampu untuk mengembalikan PLJP/PLJPS. SBN oleh Bank Indonesia dilakukan saat pasar
Dalam pengaturan ini tampak sinergi dan tidak dapat menyerap seluruh SUN dan/atau
koordinasi yang lebih erat antara Bank Indonesia SBSN yang diterbitkan oleh Pemerintah baik
dan OJK dalam penanganan permasalahan bank. karena volume atau yield terlalu tinggi. Dengan
Sebagai kreditur dan pihak yang menanggung demikian, Bank Indonesia akan bertindak sebagai
risiko kredit dari PLJP/PLJPS, Bank Indonesia perlu last resort, sehingga dalam kondisi normal, Bank
mendapat keyakinan atas kemampuan bank Indonesia tidak akan melakukan pembiayaan
mengembalikan PLJP/PLJPS. Untuk itu dilakukan defisit fiskal dengan pembelian SUN dan/atau
beberapa upaya penguatan koordinasi Bank SBSN dari pasar perdana sebagaimana diatur
Indonesia dengan OJK meliputi (i) meningkatkan dalam UU Bank Indonesia.
intensitas pertukaran informasi terhadap
Dalam pembelian SUN dan/atau SBSN di pasar
bank yang berpotensi mengalami kesulitan
perdana, telah diatur beberapa prinsip dasar
likuiditas dan penurunan tingkat kesehatan;
seperti (i) pembelian akan dilakukan melalui
(ii) memastikan pemenuhan persyaratan/
mekanisme pasar; (ii) mempertimbangkan
kecukupan solvabilitas dan kesehatan terhadap
dampaknya terhadap inflasi secara terukur; (iii)
bank yang mengajukan permohonan PLJP/PLJPS;
dilakukan terhadap SUN dan/atau SBSN bersifat
(iii) menyelenggarakan pertemuan koordinasi di
tradable dan marketable; dan (iv) Bank Indonesia
level Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia
berperan sebagai last resort dalam hal kapasitas
dan Anggota Dewan Komisioner OJK. Penguatan
pasar tidak dapat menyerap seluruh SBN baik
sinergi dan koordinasi antara Bank Indonesia
SUN maupun SBSN yang diterbitkan Pemerintah.
dan OJK dituangkan dalam penyempurnaan
Sesuai Keputusan Bersama antara Menteri
Keputusan Bersama dan Perjanjian Kerja Sama
Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia 16 April
(PKS) dalam rangka pemberian PLJP dan PLJPS
2020, pembelian SUN dan/atau SBSN di pasar
yang sudah ada sebelumnya.
perdana dapat dilakukan melalui mekanisme (i)
Masih dalam kaitan peran Bank Indonesia sebagai lelang SUN dan/atau SBSN dengan mekanisme
LOLR, UU Nomor 2 Tahun 2020 memberikan pengajuan penawaran pembelian nonkompetitif
kewenangan kepada Bank Indonesia untuk (non-competitive bidder); (ii) lelang SUN dan/
dapat memberikan PLK kepada bank sistemik atau SBSN tambahan (greenshoe option),
NON-COMPETITIVE
GREENSHOE OPTION PRIVATE PLACEMENT
BIDDER
Yield sesuai RRT hasil lelang Yield sesuai RRT hasil lelang Mengacu pada harga pasar
perdana hari yang sama perdana hari sebelumnya terkini (PT. PHEI).
Maks. bidding SUN: 25% Jika bid yang masuk lebih Jika pemerintah ingin
dari target lelang rendah dari target lelang menambah pembiayaan
maksimum
Maksimal penawaran Terms & Condition
Maks. bidding > 1 tahun: sama dengan penawaran sesuai kesepakatan
30% dari target lelang sebelumnya
SBSN maksimum
apabila target Lelang SUN dan/atau SBSN belum UMKM dan Korporasi non-UMKM, Pemerintah
terpenuhi; (iii) penempatan langsung (private melakukan penjualan SBN kepada market,
placement), apabila target Lelang SUN dan/atau sementara Bank Indonesia berkontribusi dalam
SBSN dan Lelang SUN dan/atau SBSN Tambahan pembagian beban biaya dengan Pemerintah.
belum terpenuhi (Gambar 3.1.2). Untuk pembiayaan non-public goods lainnya
di luar UMKM dan korporasi non-UMKM, beban
Pemerintah dan Bank Indonesia juga bersinergi
biaya ditanggung seluruhnya oleh Pemerintah.
dengan berbagi beban (burden sharing) dalam
penanganan COVID-19 dan pemulihan ekonomi Dengan adanya keputusan bersama antara
nasional yang dilakukan secara prudent, Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia
menerapkan tata kelola yang baik (good sebagaimana tersebut di atas, koordinasi
governance), transparan, dan akuntabel. Dalam dapat dilakukan secara lebih efektif dan efisien
implementasinya, burden sharing diharapkan utamanya terkait rencana penerbitan SUN
dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang dan/atau SBSN, evaluasi pembelian SUN dan/
sustainable dengan tetap memperhatikan atau SBSN, reprofiling SUN dan/atau SBSN, dan
kredibilitas dan integritas pengelolaan ekonomi, perpajakan. Koordinasi ini dilakukan secara
fiskal, dan moneter. Sesuai Keputusan Bersama berkala dan sewaktu-waktu dalam hal diperlukan.
antara Menteri Keuangan dan Gubernur Bank
Penguatan kewenangan yang juga diamanatkan
Indonesia pada 20 Juli 2020, skema burden
oleh UU Nomor 2 Tahun 2020 kepada Bank
sharing antara Pemerintah dan Bank Indonesia
Indonesia adalah bahwa Bank Indonesia diberikan
meliputi: (i) Pembiayaan untuk public goods yang
kewenangan membeli/repo SBN yang dimiliki
terdiri dari pembiayaan di bidang kesehatan,
LPS untuk biaya penanganan permasalahan
perlindungan sosial, serta sektoral kementerian/
solvabilitas bank sistemik dan bank selain bank
lembaga (K/L) dan Pemerintah Daerah; dan
sistemik. Pembelian SBN untuk penanganan
(ii) Pembiayaan untuk non-public goods
bank sistemik yang mengalami permasalahan
untuk pemulihan ekonomi dan dunia usaha
solvabilitas dilaksanakan berdasarkan keputusan
termasuk UMKM, serta korporasi non-UMKM.
KSSK, sedangkan pembelian SBN untuk
Pada pembiayaan public goods, Bank Indonesia
penanganan bank selain bank sistemik yang
melakukan pembelian SBN dengan mekanisme
mengalami permasalahan solvabilitas, dilakukan
private placement dan menanggung seluruh
secara langsung oleh LPS kepada Bank Indonesia.
beban biaya penerbitan SBN tersebut dengan
Untuk repo SBN, LPS dapat melakukan repo
mengembalikan bunga/imbalan yang diterima
untuk pemenuhan kebutuhan likuiditas dalam
kepada Pemerintah secara penuh. Sedangkan
penanganan bank (termasuk sistemik dan
untuk pembiayaan non-public goods untuk
selain sistemik) yang mengalami permasalahan Penguatan sinergi dan koordinasi dengan
solvabilitas, secara langsung oleh LPS kepada Bank anggota KSSK akan terus diperkuat mengingat
Indonesia. Pembelian secara langsung tersebut area pencegahan dan penanganan krisis bersifat
dilakukan dalam rangka meminimalisir potensi cross sectoral. Koordinasi rutin secara bilateral
distorsi pasar. Pelaksanaan dari kewenangan ini Bank Indonesia dan OJK terus dilakukan antara
diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor lain, harmonisasi kebijakan makroprudensial
33 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kewenangan mikroprudensial, pemutakhiran daftar bank
Lembaga Penjamin Simpanan dalam rangka sistemik, dan koordinasi pemeriksaan bank.
Melaksanakan Langkah-Langkah Penanganan Koordinasi Bank Indonesia dan LPS terus
Permasalahan Stabilitas Sistem Keuangan, dan dilakukan antara lain, koordinasi dalam
diatur lebih detail dalam Peraturan Lembaga pertukaran data dan/atau informasi untuk
Penjamin Simpanan (PLPS) Nomor 3 Tahun 2020. mendukung pelaksanaan tugas dan wewenang
Penguatan kewenangan LPS dimaksud telah masing-masing lembaga, serta koordinasi
menjadi dasar dilakukannya penyempurnaan dalam penyusunan petunjuk pelaksanaan
Nota Kesepahaman (NK) Bank Indonesia dengan hubungan operasional bank perantara dengan
LPS dan penyusunan mekanisme koordinasi yang Bank Indonesia sebagai tindaklanjut telah
lebih detail dalam PKS. Dalam NK maupun LPS, diterbitkannya ketentuan Bank Indonesia dan
pembelian SBN dan/atau repo SBN dilaksanakan LPS terkait bank perantara. Selain penguatan
dengan mengutamakan prinsip-prinsip tata kerjasama bilateral, sinergi dan koordinasi
kelola yang baik dan akuntabel sesuai ketentuan, secara tripartit antara Bank Indonesia, OJK, dan
serta mengacu kepada mekanisme pasar. LPS semakin diperkuat dalam mewujudkan
implementasi integrasi pelaporan perbankan
Upaya untuk menjaga stabilitas makroekonomi
melalui mekanisme satu portal bersama. Selain
dan sistem keuangan juga diwujudkan dalam
itu, Bank Indonesia mendukung penguatan riset
pengaturan lalu lintas devisa (LLD) yang menjadi
bersama dengan OJK dan LPS untuk mendukung
kewenangan Bank Indonesia. Namun perlu
penyusunan kebijakan masing-masing lembaga,
dipahami bahwa kebijakan ini bukan merupakan
khususnya berkaitan dengan permasalahan
kontrol devisa. Kebebasan lalu lintas devisa
stabilitas sistem keuangan. Penentuan topik
bagi investor asing tetap dijamin, baik investasi
riset bersama juga diarahkan untuk menjawab
portofolio maupun Penanaman Modal Asing
kebutuhan dan tantangan ketiga lembaga
(PMA) masih dibutuhkan bagi ekonomi Indonesia
dalam menghadapi disrupsi yaitu pandemi
sehingga kebijakan lalu lintas devisa bebas
COVID-19 dan tantangan industri 4.0. Sinergi Bank
bagi investor asing tetap berlaku. Pengaturan
Indonesia, OJK, dan LPS juga diwujudkan melalui
LLD bagi penduduk Indonesia masih konsisten
joint program pengembangan kompetensi
dengan prinsip pengelolaan makroekonomi
sumber daya manusia yang diharapkan dapat
secara prudent yang berlaku secara internasional,
menjadi sarana pertukaran berbagai informasi
khususnya dalam kondisi ekonomi dalam tekanan
dan perkembangan mengenai stabilitas sistem
seperti akibat pandemi COVID-19. Pengaturan
keuangan atau isu lainnya yang terjadi di masing-
ini bertujuan untuk mendukung stabilitas nilai
masing lembaga.
tukar rupiah dan ketahanan eksternal ekonomi
Indonesia. Koordinasi Respons Kebijakan Fora
Internasional dalam Menghadapi pandemi
Lebih lanjut, UU Nomor 2 Tahun 2020 juga
COVID-19
memberikan penguatan kewenangan bagi Bank
Indonesia terkait pemberian akses pendanaan Di level internasional, koordinasi dan kerjasama
korporasi/swasta dengan cara repo SUN/SBSN yang sifatnya cross border terus diperkuat
yang dimiliki korporasi/ swasta melalui perbankan. mengingat penyebaran COVID-19 yang
Hal ini telah difasilitasi oleh Bank Indonesia dinyatakan oleh World Health Organization (WHO)
selama ini dengan penyediaan instrumen term sebagai pandemi pada sebagian besar negara-
repo dengan tenor hingga 12 bulan dan frekuensi negara di seluruh dunia, termasuk di Indonesia,
lelang yang dilakukan setiap hari. merupakan krisis kesehatan global yang sewaktu-
waktu dapat memburuk menjadi krisis ekonomi ditempuh dan mungkin akan diterapkan ke
dan keuangan global. COVID-19 menjadi ujian depan, termasuk efektivitasnya dan rencana
bagi stabilitas sistem keuangan pasca krisis penghentian extraordinary measures. Informasi
keuangan global 2008/2009. Walaupun sistem tersebut selanjutnya menjadi masukan
keuangan saat ini sudah lebih resilien pasca- dalam pelaksanaan peran FSB sebagai fora
penerapan reformasi keuangan global, seperti internasional yang berfungsi melakukan
Basel III, mitigasi potensi dan dampak kegagalan asesmen potensi kerentanan keuangan global
institusi keuangan sistemik, monitoring non- dan mengoordinasikan respons kebijakan
bank financial intermediaries, serta reformasi di tataran global. Asesmen yang dilakukan
pasar derivatif over-the-counter (OTC), tekanan termasuk dampak jangka panjang dari pandemi
pandemi COVID-19 yang berkepanjangan COVID-19 dan penerapan temporary measures,
berpotensi memengaruhi kinerja dan ketahanan terhadap ketahanan sistem keuangan. Dalam
sistem keuangan. Sebagai respons, otoritas melakukan monitoring, FSB fokus pada elemen
dari berbagai negara di seluruh dunia telah sistem keuangan yang dinilai kritikal bagi
menerapkan sejumlah extraordinary measures stabilitas sistem keuangan, seperti kemampuan
yang bersifat temporer untuk meningkatkan institusi keuangan dan pasar keuangan untuk
kemampuan institusi keuangan dalam menyerap tetap menyalurkan pembiayaan dalam periode
risiko, serta memastikan keberlangsungan fungsi economic downturn akibat pandemi COVID-19,
intermediasi dan stabilitas pasar keuangan. ketersediaan USD funding di emerging market,
kemampuan f inancial intermediary dalam
Mengingat dampak pandemi COVID-19 yang
mengelola risiko likuiditas, serta kemampuan
merata di seluruh dunia, pertukaran informasi
infrastruktur pasar keuangan dalam memitigasi
oleh otoritas di berbagai negara mengenai
risiko counterparty.
perkembangan yang terjadi di masing-masing
negara menjadi sangat penting. Untuk itu, FSB telah melaporkan hasil asesmennya serta
berbagai fora internasional, seperti G20, policy measures yang diterapkan oleh negara
meningkatkan intensitas pertemuan secara anggota kepada G20 sebanyak dua kali yaitu
virtual untuk memfasilitasi pertukaran informasi saat pertemuan G20 pada April dan Juli 2020.1
mengenai risiko dan kerentanan yang terjadi di Untuk memastikan respons kebijakan otoritas
negara anggota, termasuk kebijakan yang telah di masing-masing negara anggota terkoordinasi
dan mungkin akan diambil untuk mengatasi dengan baik di tataran global, dalam laporan
dampak pandemi COVID-19. kepada G20 pada April 2020, FSB menyampaikan
prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan oleh
Pada pertemuan G20 Finance Ministers
pelaku global dalam rangka memitigasi potensi
and Central Bank Governors April 2020, G20
risiko COVID-19. Prinsip-prinsip tersebut meliputi
memandatkan Financial Stability Board (FSB)
(i) pentingnya melanjutkan monitoring dan
untuk melanjutkan monitoring kerentanan
pertukaran informasi secara cepat dan tepat
di sektor keuangan, serta mengoordinasikan
waktu; (ii) mendorong pemanfaatan fleksibilitas
regulatory dan supervisory measures yang
buffer yang dimiliki perbankan tanpa mengurangi
diterapkan oleh negara anggota G20/FSB dan
kepatuhan terhadap implementasi standar
standard-setting bodies. Berdasarkan mandat
internasional; (iii) minimalisir beban operasional
tersebut, FSB secara rutin mengoordinasikan
institusi maupun otoritas, serta (iv) pentingnya
kompilasi measures yang diterapkan oleh
koordinasi kebijakan, terutama berkaitan dengan
otoritas keuangan yang menjadi anggota FSB,
rencana keluar dari temporary measures guna
serta memfasilitasi pertukaran pandangan dan
memitigasi potensi dampak yang ditimbulkan.
informasi
1
antar anggota. Cakupan pertukaran
informasi tersebut meliputi tantangan dan Pertukaran pengalaman dan informasi di
risiko yang dihadapi, kebijakan yang telah antara negara anggota tersebut selain menjadi
1 https://www.fsb.org/2020/04/covid-19-pandemic-financial-stability-implications-and-policy-measures-taken/ dan
https://www.fsb.org/2020/07/covid-19-pandemic-financial-stability-implications-and-policy-measures-taken/
pembelajaran bagi anggota lainnya, juga menjadi Undang Undang Nomor 2 Tahun 2020. Indonesia
referensi bagi Standard-Setting Bodies seperti juga menyampaikan banyak masukan dalam
Basel Committee on Banking Supervision forum G20/FSB untuk memastikan keselarasan
(BCBS), dalam memformulasikan sikap, serta keputusan yang diambil di forum tersebut
dukungannya terhadap kebijakan yang ditempuh dengan kondisi dan kepentingan nasional. Ini juga
negara anggota, maupun mengevaluasi standar dilakukan untuk memastikan endorsement global
dan pengaturan yang ada. BCBS melalui Group of terhadap suatu kebijakan, tidak bertentangan
Central Bank Governors and Heads of Supervision dengan kebijakan yang telah diambil oleh otoritas
(GHOS) telah meng-endorse sejumlah measures Indonesia. Hal ini terutama mengingat kondisi
guna memberikan keleluasaan bagi perbankan Indonesia sebagai negara emerging yang tidak
dan otoritas pengawas untuk merespons sepenuhnya sama dengan negara maju, sehingga
dampak COVID-19, termasuk penundaan beberapa kebijakan yang ditempuh oleh negara
periode implementasi final reform Basel III, serta maju belum tentu sesuai dan dapat diterapkan
revisi kerangka risiko pasar dan persyaratan di Indonesia.
disclosure Pilar 3. 2 BCBS juga menerbitkan
Selain itu, salah satu kegiatan yang dilakukan
panduan teknis terkait exceptional measures
oleh Bank Indonesia adalah berpartisipasi dalam
dalam rangka penanganan COVID-19 dan
EMEAP Crisis Communication Test 2020 pada
penghitungan expected credit loss.3 Selain itu,
Maret 2020. Dalam rangka mendukung kesiapan
BCBS mempublikasikan pernyataan mengenai
Crisis Management Resolution Framework
penggunaan buffer Basel III guna mendorong
(CMRF) EMEAP, secara rutin diselenggarakan
perbankan dan otoritas agar dapat memanfaatkan
simulasi komunikasi krisis di antara negara
buffer permodalan yang ada untuk menyalurkan
anggota EMEAP dalam bentuk Crisis
kredit dan menyerap kerugian akibat COVID-19.
Communication Test (CCT). Tujuan pelaksanaan
Indonesia berperan dan berkontribusi dalam CCT adalah untuk mematangkan kesiapan negara
dinamika pembahasan di fora internasional dalam anggota EMEAP, khususnya dalam menghadapi
hal penanganan COVID-19. Sebagai anggota G20/ potensi krisis yang berdampak menimbulkan
FSB, Indonesia terlibat aktif dalam pertukaran cross-border spillover di kawasan Asia Pasifik.
informasi terkait kebijakan yang ditempuh dalam Keikutsertaan Bank Indonesia dalam pelaksanaan
penanganan COVID-19. Bank Indonesia secara CCT dimaksud adalah untuk meningkatkan
rutin menyampaikan update kebijakan yang telah kewaspadaan dan kesiapan protokol manajemen
diimplementasikan dalam rangka penanganan krisis Bank Indonesia dalam mengantisipasi krisis
COVID-19, utamanya kebijakan yang dikeluarkan yang terjadi di kawasan Asia Pasifik.
sebagai implementasi dari program PEN sesuai
23
2 https://www.bis.org/press/p200327.htm
3 https://www.bis.org/press/p200403.htm
3.2 Kebijakan Moneter dan Selain itu, Bank Indonesia juga memperluas
instrumen dan transaksi di pasar uang dan pasar
Stabilitas Sistem Keuangan
valas. Perluasan tersebut ditempuh dengan
Bank Indonesia telah mengambil langkah bauran menyediakan lebih banyak instrumen lindung
kebijakan dalam memitigasi peningkatan risiko nilai terhadap risiko nilai tukar rupiah melalui
pandemi COVID-19 terhadap perekonomian transaksi DNDF, memperbanyak transaksi swap
dan mendorong program Pemulihan valas, dan penyediaan term repo untuk kebutuhan
Ekonomi Nasional. Sebagai otoritas moneter perbankan. Penguatan operasi moneter dan
dan makroprudensial, Bank Indonesia terus pendalaman pasar keuangan syariah juga
memperkuat instrumen – instrumen bauran dilakukan melalui instrumen Fasilitas Likuiditas
kebijakan yang dimiliki untuk senantiasa menjaga Berdasarkan Prinsip Syariah (FLisBI), Pengelolaan
stabilitas nilai tukar rupiah dan mengendalikan Likuiditas Berdasarkan Prinsip Syariah (PaSBI),
inflasi, sekaligus mendukung stabilitas sistem dan Sertifikat Pengelolaan Dana Berdasarkan
keuangan. Prinsip Syariah Antar-Bank (SiPA). Selain itu,
Bank Indonesia memperkuat instrumen Term
Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga
Deposit valas untuk meningkatkan pengelolaan
kebijakan moneter (BI7DRR) sebesar 100 bps
likuiditas valas di pasar domestik dan mendorong
sejak Januari 2020 sampai dengan September
perbankan untuk menggunakan ruang
2020 menjadi 4,00%. Penurunan suku bunga
penurunan GWM valas yang diberikan Bank
dilakukan pada Februari, Maret, Juni, dan Juli
Indonesia untuk kebutuhan di dalam negeri.
2020 masing-masing sebesar 25 bps. Kebijakan
tersebut konsisten dengan prakiraan inflasi yang Bank Indonesia juga melakukan injeksi
tetap rendah, stabilitas eksternal yang terjaga, dan likuiditas (quantitative easing) ke pasar uang
turut mendorong pemulihan ekonomi di masa dan perbankan dalam jumlah besar sejak awal
pandemi COVID-19. 2020 untuk mendorong pembiayaan bagi dunia
usaha dan pemulihan ekonomi nasional. Injeksi
Dalam rangka stabilisasi nilai tukar rupiah
likuiditas ditempuh melalui beberapa jalur
sesuai nilai fundamental dan mekanisme pasar
antara lain pembelian SBN dari pasar sekunder,
di tengah ketidakpastian pasar keuangan
penyediaan likuiditas perbankan dengan repo
global yang masih berlanjut, Bank Indonesia
SBN, swap valas, serta penurunan GWM Rupiah.
melakukan peningkatan intensitas kebijakan
Hingga 15 September 2020, Bank Indonesia telah
triple intervention di pasar spot, DNDF, maupun
menambah likuiditas di perbankan sekitar Rp662,1
pembelian SBN di pasar sekunder. Bank Indonesia
Triliun, terutama bersumber dari penurunan GWM
juga menurunkan GWM valuta asing (valas) untuk
sekitar Rp155 Triliun dan ekspansi moneter sekitar
meningkatkan likuiditas valas di perbankan
Rp491,3 Triliun. Bank Indonesia menekankan
sekaligus mengurangi tekanan di pasar valas.
pada jalur kuantitas melalui penyediaan likuiditas
Bank Indonesia juga memperluas jenis underlying
untuk mendorong pemulihan ekonomi dari
transaksi bagi investor asing untuk memberikan
dampak pandemi COVID-19, termasuk dukungan
alternatif lindung nilai atas kepemilikan Rupiah.
Bank Indonesia kepada Pemerintah dalam
Kebijakan stabilisasi nilai tukar tersebut juga
mempercepat realisasi APBN 2020.
didukung kerja sama bilateral swap dan repo
line dengan sejumlah bank sentral negara lain,
termasuk bank sentral AS dan Tiongkok, sehingga
ketahanan eksternal makin kuat.
KEBIJAKAN MONETER
STABILITAS
Penurunan Suku Bunga BI7DRR SISTEM
KEUANGAN
Stabilisasi Nilai Tukar Rupiah sesuai
fundamental dan mekanisme pasar:
Peningkatan intensitas triple intervention di pasar
spot, DNDF, dan pembelian SBN di pasar sekunder. KETAHANAN
Penurunan GWM Valas.
Kerjasama bilateral swap dan repo line dengan
bank sentral lain. Risiko
Kredit
Injeksi Likuiditas ke pasar uang dan perbankan
melalui, pembelian SBN di pasar sekunder dan
penyediaan likuiditas perbankan melalui term repo
SBN, Swap Valas, serta penurunan GWM Rupiah
Likuiditas
Risiko
Pasar
KEBIJAKAN MAKROPRUDENSIAL
Intermediasi
Peningkatan Penyangga Likuiditas
Makroprudensial (PLM)
Kenaikan rasio dipenuhi dengan SBN yang
diterbitkan Pemerintah.
Penurunan BI7DRR dan berbagai upaya stabilisasi stabilitas nilai tukar juga mendukung kestabilan
nilai tukar rupiah juga menopang ketahanan nilai aset yang dimiliki perbankan sehingga turut
sistem keuangan. Dengan semakin stabilnya memelihara solvabilitas perbankan.
nilai tukar rupiah maka eksposur risiko pasar
Pelonggaran moneter yang ditempuh Bank
yang dihadapi sektor riil dapat berkurang.
Indonesia ditransmisikan pula melalui jalur
Bila ketahanan sektor riil makin kuat dengan
harga aset. Di pasar obligasi, likuiditas yang
kemampuan bayar yang terjaga maka risiko kredit
memadai serta penurunan BI7DRR berkontribusi
di perbankan dapat ditekan dan pada akhirnya
menurunkan imbal hasil obligasi, termasuk
solvabilitas perbankan pun terjaga. Di sisi lain,
SBN. Stabilitas harga atau imbal hasil SBN juga Selain meningkatkan likuiditas perbankan,
mendukung ketahan perbankan karena nilai kebijakan penurunan GWM yang dikeluarkan oleh
aset yang dimiliki bank relatif terjaga, ditengah Bank Indonesia juga mendukung profitabiltitas
ketidakpastian keuangan global yang masih bank ditengah penurunan penerimaan bunga
tinggi. yang berasal dari penyaluran kredit. Tambahan
likuiditas yang berasal dari penurunan GWM
Kebijakan quantitative easing mendukung
ditempatkan oleh perbankan dalam surat
likuiditas perbankan. Bank Indonesia
berharga pemerintah atau melalui penempatan
memperbanyak penyediaan term repo
pada Bank Indonesia sehingga dapat memberikan
yang dapat dioptimalkan perbankan ketika
imbal hasil. Penerimaan yang didapatkan dari
membutuhkan likuiditas. Kebijakan tersebut
imbal hasil tersebut dapat meredam penurunan
mendukung ketahanan beberapa bank yang
profitabilitas yang lebih dalam. Sejak April 2020,
mengalami penurunan dana pihak ketiga (DPK)
pertumbuhan aset produktif bank yang berasal
di tengah aktivitas ekonomi yang terbatas dan
dari surat berharga mengalami peningkatan yang
restrukturisasi kredit yang terus meningkat. Bank
cukup signifikan, ditengah penurunan yang terus
Indonesia juga menurunkan GWM baik Rupiah
terjadi pada pertumbuhan kredit.
maupun valas untuk memberikan ruang likuiditas
tambahan bagi perbankan. Ketika menurunkan Sejalan dengan penurunan suku bunga
GWM valas, Bank Indonesia juga memperkuat kebijakan (BI7DRR), suku bunga perbankan
instrumen term deposit valas untuk mendorong juga mulai menurun, namun pertumbuhan
perbankan menggunakan ruang pelonggaran kredit masih terhambat karena masih lemahnya
GWM valas untuk kebutuhan dalam negeri. perekonomian. Ke depan, ekspansi moneter Bank
Perbankan dapat menjaga ketahanan likuiditas Indonesia yang sementara ini masih tertahan di
melalui penempatan di term deposit valas di perbankan diharapkan dapat lebih efektif dalam
tengah permintaan kredit yang masih terbatas. mendukung fungsi intermediasi perbankan
Dengan meningkatnya ketahanan likuiditas sehingga dapat mempercepat proses pemulihan
tersebut, diharapkan perbankan dapat lebih ekonomi.
mendorong fungsi intermediasi yang masih
lemah sebagai dampak pandemi COVID-19.
%
30
20
10
-10
-20
-30
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
2019 2020
Penempatan pada Bank Indonesia Penempatan pada Bank Lain
Surat Berharga Kredit yang Diberikan
Parameter Disinsentif Atas ditetapkan sbb: Parameter Disinsentif Atas ditetapkan sbb:
1. sebesar 0, jika Bank memiliki KPMM ≥ KPMM Insentif; atau 1. sebesar 0, jika Bank memiliki KPMM ≥ KPMM Insentif;
2. sebesar 0,2, jika Bank memiliki KPMM < KPMM Insentif. atau
2. sebesar 0, jika Bank memiliki KPMM < KPMM Insentif.
Besaran PLM dan PLM Syariah: Besaran PLM dan PLM Syariah:
1. PLM ditetapkan sebesar 4% dari DPK dalam Rupiah. 1. PLM ditetapkan sebesar 6% dari DPK dalam rupiah.
2. PLM Syariah ditetapkan sebesar 4% dari DPK dalam Rupiah 2. PLM Syariah ditetapkan sebesar 4,5% dari DPK dalam rupiah
Penggunaan surat berharga dalam transaksi repo ditetapkan Penggunaan surat berharga dalam transaksi repo ditetapkan
paling banyak 4% dari DPK BUK/BUS dalam Rupiah. paling banyak:
1. BUK = 6% dari DPK BUK dalam Rupiah.
2. BUS = 4,5% dari DPK BUS dalam Rupiah
melakukan harmonisasi berbagai kebijakan yang sampai dengan 20% tergantung jenis kendaraan
dikeluarkan oleh berbagai otoritas. Pemerintah bermotor (Tabel 3.3.4)
mendorong percepatan program Kendaraan
Penetapan Kembali Countercyclical Buffer
Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBL BB) untuk
(CCB) sebesar 0%
transportasi antara lain melalui insentif fiskal.
Namun demikian, percepatan program tersebut CCB adalah tambahan modal yang berfungsi
masih terkendala dengan pasar yang masih sebagai penyangga (buffer) untuk mengantisipasi
belum berkembang. Selain itu penyaluran kredit/ kerugian apabila terjadi pertumbuhan kredit dan/
pembiayaan kendaraan bermotor oleh perbankan atau pembiayaan perbankan yang berlebihan
juga mengalami kontraksi akibat COVID-19 (excessive credit growth) sehingga berpotensi
dengan rasio kredit/pembiayaan bermasalah mengganggu stabilitas sistem keuangan.
(NPL/NPF) yang sedikit meningkat, namun masih Bank Indonesia melakukan evaluasi besaran
berada pada level aman. dan waktu pemberlakuan CCB paling kurang
satu kali dalam enam bulan. Pada Mei 2020,
Sejalan dengan kebijakan makroprudensial yang
Bank Indonesia kembali menetapkan besaran
bersifat akomodatif dan upaya mendorong green
Countercyclical Buffer (CCB) sebesar 0% sebagai
economy, Bank Indonesia melakukan relaksasi
kebijakan makroprudensial yang bersifat
kebijakan uang muka kredit/pembiayaan untuk
akomodatif. Kebijakan ini dilatarbelakangi
kendaraan bermotor berwawasan lingkungan
oleh asesmen kondisi sektor keuangan yang
dengan tetap berdasar pada prinsip kehati-
tidak mengindikasikan adanya kecenderungan
hatian. Bank Indonesia menetapkan perubahan
intermediasi yang berlebihan yang dapat
ketentuan batasan minimum uang muka
menyebabkan terjadinya risiko sistemik
(down payment) untuk pemberian kredit atau
sebagaimana ditunjukkan oleh pantauan
pembiayaan kendaraan bermotor (KKB/PKB)
terhadap kesenjangan kredit terhadap PDB
dalam rangka pembelian kendaraan bermotor
(Credit to GDP Gap) sebagai indikator utama
berwawasan lingkungan yang berlaku efektif
CCB yang menunjukkan bahwa indikator tersebut
1 Oktober 2020. Bagi bank yang memenuhi
masih berada di bawah threshold.
persyaratan NPL/NPF, batasan minimum uang
muka (down payment) menjadi sebesar 0% untuk Dengan besaran CCB sebesar 0%, diharapkan
semua jenis kendaraan baik yang diperuntukkan perbankan tetap dapat meningkatkan fungsi
bagi kegiatan produktif maupun nonproduktif. intermediasinya dalam rangka mendorong
Sementara bagi bank yang tidak memenuhi pertumbuhan ekonomi mengingat tidak
persyaratan NPL/NPF, batasan minimum uang ada kewajiban bagi bank untuk membentuk
muka (down payment) ditetapkan sama dengan tambahan modal (buffer).
ketentuan yang berlaku saat ini yaitu mulai 10%
Tabel 3.3.4 Ketentuan Uang Muka Kredit atau Pembiayaan Kendaraan Bermotor Berwawasan
Lingkungan
Ketentuan Sebelumnya
Penyempurnaan
Jenis Kendaraan (PBI No. 21/13/PBI/2019)
Bermotor Memenuhi Kriteria Tidak Memenuhi Memenuhi Kriteria Tidak Memenuhi
NPL/NPF Kriteria NPL/NPF NPL/NPF Kriteria NPL/NPF
Roda dua 10% 15% 0% 15%
Roda Tiga/Lebih
10% 20% 0% 20%
(nonproduktif)
Roda Tiga/Lebih
5% 10% 0% 10%
(produktif)
Kriteria NPL/NPF sebagai berikut:
1. Rasio kredit/pembiayaan bermasalah secara bruto <5%; dan
2. Rasio kredit/pembiayaan kendaraan bermotor bermasalah secara neto <5%.
Boks 3.3.1 Penguatan Peran Bank Indonesia sebagai Lender of The Last
Resort
Krisis ekonomi COVID-19 yang berawal but solvent yang berhak menerimanya; (2)
dari krisis kesehatan telah kembali jaminan, lembaga keuangan yang menerima
menghangatkan diskusi tentang peran bantuan likuiditas harus menyediakan
Lender of The Last Resort (LOLR) dalam agunan yang berkualitas tinggi, seperti surat-
upaya menjaga stabilitas sistem keuangan. surat berharga yang diterbitkan pemerintah;
Istilah LOLR sendiri dipopulerkan oleh Walter (3) penalty rate, agar tidak menjadi sarana
Bagehot (1873)1 melalui pendekatan klasiknya arbitrage maka tingkat suku bunga yang
yang memandang bahwa LOLR merupakan dikenakan harus lebih tinggi dari suku bunga
fungsi bank sentral yang dapat memberikan pasar atau policy rate. Tingginya tingkat suku
bantuan likuiditas kepada lembaga keuangan bunga ini harusnya juga menjadi hukum alam
yang illiquid but solvent dengan didukung yang akan mencegah lembaga keuangan
oleh agunan berkualitas tinggi pada tingkat untuk dengan mudah mengakses pinjaman3.
suku bunga yang tinggi (penalty rate). Dari Dengan demikian, tingkat suku bunga yang
sisi Bagehot, terdapat beberapa alasan yang tinggi akan mendorong lembaga keuangan
cukup solid untuk tidak meminjamkan dana untuk mencari alternatif pendanaan yang lain
kepada lembaga keuangan yang insolvent. terlebih dahulu sebelum mengakses fasilitas
Pemberian pinjaman kepada lembaga bank sentral. Namun suku bunga tersebut
keuangan dengan kondisi net negative assets juga hendaknya tidak terlalu tinggi sehingga
sangat berisiko mengingat lembaga tersebut berdampak pada pemburukan tekanan
berpotensi bangkrut, sehingga pada akhirnya likuiditas dan mempersulit lembaga keuangan
dana pinjaman tidak terlunasi. Selain itu, tersebut dalam melunasi pinjamannya4.
bank sentral harus independen dengan tidak
Sebagai LOLR, bank sentral menjamin
menyediakan dukungan likuiditas untuk
ketersediaan likuiditas dalam sistem keuangan
mempertahankan kondisi solvent suatu
melalui beberapa fasilitas yang meliputi,
lembaga keuangan, meskipun Pemerintah
standing facilities yang merupakan dukungan
menghendakinya2. Tentu saja jika hal ini
bank sentral terhadap keberlangsungan
dilakukan, maka dapat menimbulkan moral
pasar keuangan, individual bank support
hazard. Lebih lanjut, mempergunakan LOLR
yang merupakan dukungan bank sentral
untuk melakukan bailout terhadap suatu
untuk mengatasi permasalahan likuiditas
lembaga keuangan akan menimbulkan
idiosinkratik dalam suatu lembaga keuangan,
stigma negatif bagi bank sentral dan bahkan
dan system wide support yang merupakan
dapat berlanjut pada proses hukum ketika
dukungan bank sentral untuk mengatasi
aspek kehati-hatiannya terabaikan.
permasalahan likuiditas suatu lembaga
Agar terhindar dari moral hazard, Bagehot keuangan yang dapat berdampak sistemik.
(1873) menekankan bahwa perlu tiga Standing facilities ini merupakan suatu
prasyarat utama dalam penerapan LOLR bentuk market based liquidity provision
yang
1234 meliputi: (1) illiquid but solvent, hanya yang dapat berupa lending facility, repo,
lembaga keuangan dalam kondisi illiquid dan intraday facility lainnya. Keberadaan
1 Bagehot, Walter, 1873. “Lombard Street: A Description of the Money Market,” Henry S. King & Co., London.
2 Tucker, Paul, 2014. “The Lender of Last Resort and Modern Central Banking: Principles and Reconstruction,” BIS
Papers No.79.
3 Gortsos, Christos V., 2020. “Last Resort Lending – The (Still) Limited Role of the European Central Bank in the
Emergency Liquidity Assistance Mechanism,” Florence School of Banking and Finance.
4 Dobler, M., Gray, S., Murphy, D., and Radzewicz-Bak, B., 2016. “The Lender of Last Resort Function After the
Global Financial Crisis,” IMF Working Paper 16/10, International Monetary Fund.
standing facility yang memadai dari bank yang ditujukan untuk bank sistemik yang
sentral sangat penting untuk memastikan illiquid but solvent.
ketersediaan likuiditas perbankan dalam day-
Pada banyak negara, penerapan LOLR
to-day operation-nya. Selain sebagai salah
difokuskan pada Bank berdasarkan tingkat
satu upaya bank sentral untuk memelihara
kepentingannya terhadap perekonomian
stabilitas sistem keuangan, penyediaan
(Dobler et al, 2016). Demikian pula Indonesia
standing facilities ini erat kaitannya dengan
yang struktur keuangannya masih
upaya untuk mengatasi gangguan pada
didominasi oleh lembaga keuangan bank.
mekanisme transmisi kebijakan moneter
Untuk melindungi fungsi bank terhadap
di pasar keuangan, serta terkait dengan
perekonomian, terdapat financial safety net
upaya untuk menjaga kelancaran sistem
yang berupa akses kepada fasilitas LOLR
pembayaran yang merupakan komponen
Bank Indonesia. Fungsi LOLR yang melekat
penting dalam perekonomian.
pada Bank Indonesia ini bertujuan untuk
Adapun untuk individual bank support dan menghindari terjadinya ketidakstabilan
system wide support merupakan suatu bentuk sistem keuangan melalui penyediaan likuiditas
fasilitas LOLR yang lebih sering disebut dengan kepada bank yang illiquid but solvent pada
Emergency Liquidity Assistance (ELA). Tidak kondisi normal maupun krisis.
seperti standing facilities, respons bank sentral
Pemberian fasilitas LOLR oleh Bank Indonesia
melalui pemberian ELA sifatnya discretionary
saat ini didasarkan pada UU Nomor 23 Tahun
dan harus dipicu oleh regulatory oversight.
19996, UU Nomor 21 Tahun 20117, dan UU
Pemberian ELA dilakukan berdasarkan
PPKSK8. Dalam perkembangannya, peran
diskresi bank sentral dan mengharuskan
Bank Indonesia sebagai LOLR telah diperkuat
adanya peningkatan pengawasan dari otoritas
melalui penerbitan UU Nomor 2 Tahun 2020
pengawas terhadap lembaga keuangan yang
yang merupakan landasan hukum dalam
bersangkutan. Dalam kerangka LOLR di
merespons pandemi COVID-19 melalui langkah
Indonesia, fasilitas individual bank support ini
kebijakan extraordinary untuk memitigasi
terefleksi dalam fasilitas Pinjaman/Pembiayaan
risiko krisis keuangan yang berdampak pada
Likuiditas Jangka Pendek untuk Bank Umum
stabilitas sistem keuangan.
Konvensional/Syariah (PLJP/PLJPS) dari Bank
Indonesia yang diperuntukkan untuk bank UU Nomor 2 Tahun 2020 telah mengamanatkan
sistemik dan bank selain bank sistemik yang penguatan kewenangan Bank Indonesia
illiquid but solvent. Sementara itu, system wide dalam penanganan permasalahan bank
support di Indonesia dapat direpresentasikan melalui pemberian PLJP/PLJPS untuk bank
5678
oleh fasilitas Pinjaman Likuiditas Khusus5 (PLK) sistemik dan bank selain bank sistemik dan
5 Pasal 11 UU No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang menyatakan bahwa Bank Indonesia dapat
memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah untuk jangka waktu paling lama 90 hari
kepada bank untuk mengatasi kesulitan pendanaan jangka pendek bank yang bersangkutan, dan dijamin
oleh agunan yang berkualitas tinggi dengan nilai minimal sama dengan kredit/pembiayaan yang diterima.
6 PLK merupakan amanat dari UU Nomor 2 Tahun 2020. Saat tulisan ini disusun pada September 2020, PLK
sedang dalam proses perumusan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) secara bersama-sama oleh
Kemenkeu, Bank Indonesia, OJK dan LPS.
7 Pasal 41 UU No.21 Tahun 2011 tentang OJK yang menyatakan bahwa dalam hal OJK mengindikasikan bank
tertentu mengalami kesulitas likuiditas dan/atau kondisi kesehatan semakin memburuk, OJK akan segera
menginformasikan ke Bank Indonesia untuk melakukan langkah-langkah sesuai kewenangan Bank
Indonesia. Lebih lanjut dalam penjelasan pasal 41 disebutkan bahwa langkah-langkah sesuai kewenangan
Bank Indonesia adalah pemberian fasilitas jangka pendek dalam menjalankan fungsi Bank Indonesia sebagai
LOLR.
8 Pasal 20 UU No. 9 Tahun 2016 tentang PPKSK yang menyatakan bahwa bank sistemik yang mengalami
kesulitan likuiditas dapat mengajukan permohonan kepada Bank Indonesia untuk mendapatkan pinjaman
likuiditas jangka pendek atau pembiayaan likuiditas jangka pendek berdasarkan prinsip syariah. Selanjutnya
dalam pasal 30 disebutkan bahwa Ketentuan mengenai pemberian pinjaman likuiditas jangka pendek atau
pembiayaan likuiditas jangka pendek berdasarkan prinsip syariah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20
berlaku secara mutatis mutandis terhadap Bank selain Bank Sistemik.
pemberian PLK untuk bank sistemik. Dalam proses verifikasi dan valuasi aset dengan pihak
penyempurnaan mekanisme pemberian independen sebelum permohonan PLJP/
PLJP/PLJPS, OJK menilai pemenuhan PLJPS. Pada 20 Oktober 2020, Bank Indonesia
persyaratan/kecukupan solvabilitas dan dan OJK menyepakati penguatan proses
tingkat kesehatan bank yang mengajukan koordinasi dalam pemberian PLJP/PLJPS
permohonan PLJP/PLJPS. Selain itu, bank yang bersifat ent-to-end yang dituangkan
tersebut harus memiliki agunan berkualitas dalam Keputusan Bersama terkait PLJP/PLJPS.
tinggi sebagai jaminan PLJP/PLJPS yang Keputusan Bersama ini akan memperkuat
memenuhi ketentuan sebagaimana diatur pelaksanaan fungsi LOLR Bank Indonesia,
dalam ketentuan PLJP/PLJPS dan diperkirakan memperkuat pelaksanaan fungsi pengawasan
mampu untuk mengembalikan PLJP/PLJPS. perbankan dan Lembaga Jasa Keuangan
Adapun terkait PLK, bank sistemik yang oleh OJK, serta memperjelas mekanisme dan
mengalami kesulitan likuiditas dan tidak akuntabilitas masing-masing lembaga.
memenuhi persyaratan PLJP/PLJPS dapat
Terlepas dari peran Bank Indonesia sebagai
mengajukan permohonan PLK kepada Bank
LOLR dalam rangka menjaga stabilitas
Indonesia. Pemberian PLK ini akan dijamin
sistem keuangan, keterlibatan Kemenkeu,
oleh Pemerintah dan diberikan berdasarkan
OJK, dan LPS mutlak diperlukan baik dalam
keputusan Komite Stabilitas Sistem Keuangan
proses pemberian LOLR maupun setelahnya.
(KSSK). Untuk menindaklanjuti penerbitan
Pemberian LOLR akan memicu perlunya
UU Nomor 2 Tahun 2020, ketentuan PLJP/
peningkatan supervisory oversight oleh
PLJPS telah disempurnakan pada April 2020
otoritas pengawas, dalam hal ini adalah OJK.
dengan memasukkan keterlibatan OJK dalam
Dalam kondisi krisis, sulit untuk membedakan
penilaian pemenuhan persyaratan/kecukupan
masalah likuiditas dan solvabilitas mengingat
solvabilitas dan tingkat kesehatan bank yang
waktu yang sempit dan kondisi sistem
mengajukan permohonan PLJP/PLJPS.
keuangan yang dapat memburuk dengan
Koordinasi dengan OJK sebagai lembaga
cepat dan tiba-tiba. Untuk itu, peranan LPS
pengawas mikroprudensial sangat penting,
sebagai otoritas resolusi dibutuhkan dalam
mengingat Bank Indonesia sebagai kreditur
rangka early intervention dan mempersiapkan
dan pihak yang menanggung risiko kredit
opsi-opsi resolusi untuk mencegah
dari PLJP/PLJPS perlu mendapat keyakinan
meluasnya permasalahan bank dalam sistem
atas kemampuan Bank mengembalikan PLJP/
keuangan. Dari sisi pemerintah, seluruh biaya
PLJPS. Sebagai salah satu upaya memperkuat
pencegahan dan penanganan krisis yang pada
stabilitas sistem keuangan di tengah tingginya
akhirnya akan ditanggung oleh Pemerintah
tekanan terhadap perekonomian nasional
menjadikan pemerintah perlu lebih awal
sebagai dampak dari pandemi COVID-19, Bank
untuk terlibat dalam proses pemberian LOLR
Indonesia terus memperkuat fungsi LOLR.
terutama bagi bank sistemik.
Untuk itu, pada September 2020, ketentuan
Latar belakang lain yang tidak kalah penting
PLJP/PLJPS kembali disempurnakan dengan
terkait keterlibatan otoritas selain Bank
tujuan untuk mempercepat proses pemberian
Indonesia adalah bahwa mandat untuk
PLJP/PLJPS dengan tetap menjaga prinsip
menjaga stabilitas sistem keuangan sudah
kehati-hatian dan tata kelola yang baik.
menjadi tugas dan wewenang bersama antara
Pokok-pokok perubahan tersebut meliputi
Kemenkeu, Bank Indonesia, OJK, dan LPS
penyesuaian suku bunga PLJP/PLJPS,
dalam kerangka KSSK. Untuk itu, sinergi dan
penyempurnaan persyaratan agunan kredit,
koordinasi antar lembaga anggota KSSK terus
penambahan agunan lain untuk jaminan
dipupuk dan diperkuat.
sebagai langkah mitigasi risiko, percepatan
proses di Bank Indonesia, dan penyempurnaan
Guna mencapai sasaran akhir kebijakan Selama kurang lebih 20 tahun sejak
moneter, salah satu cara pengendalian d i b e r l a k u k a n n ya ke te n t u a n PUAS
moneter yang dilakukan yaitu pengendalian pertama, pengembangan terhadap PUAS
berdasarkan prinsip syariah melalui terus dilakukan. Berdasarkan cetak biru
pelaksanaan operasi moneter syariah untuk pengembangan ekonomi dan keuangan
memengaruhi kecukupan likuiditas di syariah, pengembangan PUAS dilakukan
pasar uang antarbank berdasarkan prinsip melalui strategi penguatan regulasi,
syariah. Untuk mendukung tercapainya pengembangan instrumen, penguatan
sasaran tersebut, dilakukan pengembangan inf rastruktur dan kelembagaan, serta
Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip perluasan penerbit dan basis investor.
Syariah (PUAS) yang merupakan bagian dari Pengembangan tersebut dilakukan sesuai
pasar uang agar berfungsi dengan baik. dengan kebutuhan industri perbankan
Adanya PUAS yang berfungsi dengan baik syariah. Untuk menambah variasi instrumen
tentu akan mendukung ketahanan industri PUAS yang dapat dijadikan alternatif dalam
keuangan syariah sebagai media pengelolaan rangka manajemen likuiditas perbankan
risiko likuiditas. PUAS merupakan kegiatan syariah, pada Semester I 2020, Bank Indonesia
transaksi keuangan jangka pendek antarbank memperkenalkan instrumen baru PUAS yaitu
berdasarkan prinsip syariah baik dalam mata Sertif ikat Pengelolaan Dana Berdasarkan
uang rupiah maupun valuta asing. Instrumen Prinsip Syariah Antarbank (SiPA). Hadirnya SiPA
yang digunakan adalah instrumen keuangan sebagai instrumen baru PUAS, menambah
berdasarkan prinsip syariah. Transaksi PUAS instrumen PUAS yang telah ada sebelumnya
dipengaruhi oleh kebutuhan likuiditas yang yaitu Sertif ikat Investasi Mudharabah
riil terjadi di pasar uang antarbank. Transaksi Antarbank (SIMA), Sertif ikat Perdagangan
PUAS tidak diperkenankan dilakukan dalam Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah
rangka mengambil keuntungan, namun Antarbank (SiKA) dan Repurchase Agreement
transaksi dilakukan apabila memang terdapat (Repo) Syariah. Struktur baru instrumen PUAS
kebutuhan likuiditas. dengan adanya SiPA sebagaimana tercantum
dalam Gambar B3.3.2.1.
Saat ini
Baru
4b. Pengembalian dana dan hasil investasi **) 4b. Released pledge agunan SBS
4b. Pengembalian dana dan hasil investasi **) 4b. Released pledge agunan SBS
BAB 4
PROSPEK
DAN ARAH
KEBIJAKAN
Pada 2020, Bank Indonesia mempertahankan Ke depan, Bank Indonesia akan terus mencermati
kebijakan makroprudensial akomodatif. dinamika perekonomian dan perkembangan
Implementasi kebijakan makroprudensial penyebaran COVID-19 dalam merumuskan
tersebut difokuskan pada dua hal, yakni menjaga langkah-langkah kebijakan lanjutan yang
ketahanan sistem keuangan guna memitigasi diperlukan, sehingga potensi dampak terhadap
dampak COVID-19 di sektor keuangan, serta perekonomian Indonesia dapat diminimalisir.
mengakselerasi pemulihan ekonomi melalui Koordinasi kebijakan semakin diperkuat untuk
peningkatan peran pembiayaan. Kebijakan ini menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem
ditempuh dengan tetap memerhatikan prinsip keuangan, serta mempercepat pemulihan
kehati-hatian, agar kegiatan intermediasi tidak ekonomi nasional.
memberikan risiko tambahan dan mengganggu
SSK di tengah tekanan COVID-19 yang belum
sepenuhnya kembali pada level pra COVID-19.
Ekspor Indonesia
Minyak (Brent)** 44,1 54,4 71,2 64,0 41,5
Vol. Perdagangan Dunia - Skala kanan PDB Negara Berkembang
*) IHKEI dan Minyak sampai dengan 18 Agustus 2020
PDB Dunia (yoy)- Skala kanan PDB Negara Maju
**) Dalam USD/barel; komoditas lain (%,yoy)
Sumber: CPB, IMF, diolah Sumber: Bloomberg
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
indeks EPU dan VIX yang berada pada level yang
2018 2019 2020 2020
tinggi. Penyesuaian perilaku investor global
Total Peralatan Informasi dan Komunikasi
memicu terjadinya aliran modal keluar di banyak Sandang Perlengkapan Rumah Tangga lainnya
Makanan, Minuman, dan tembakau
negara, terutama dari negara berkembang yang
Sumber: Bank Indonesia, diolah
mengalami peningkatan risiko. Pembalikan
modal tersebut kemudian menekan berbagai
Grafik 4.1.5 Indeks Keyakinan Konsumen
mata uang dunia, terutama mata uang negara
berkembang. Kondisi ini berpotensi menahan 140
Indeks
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
peningkatan realisasi APBN sebagai stimulus 2017 2018 2019 2020 2020
kebijakan fiskal, berlanjutnya stimulus kebijakan Pengeluaran Rp 1-2 Juta Pengeluaran > Rp 2-5 Juta
Pengeluaran > Rp 5 Juta IKK
moneter, kemajuan dalam restrukturisasi kredit Sumber: Bank Indonesia, diolah
dan dunia usaha, serta akselerasi pembentukan
ekonomi dan keuangan digital (EKD), termasuk
Prompt Manufacturing Index (PMI) dan investasi
pemberdayaan UMKM. Prospek perbaikan
berdasarkan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)
ekonomi domestik juga didorong oleh kontraksi
pada Triwulan III 2020. Dari eksternal, kinerja
ekspor yang diprakirakan tidak sedalam
positif ekspor yang berlanjut tercermin dari
prakiraan sebelumnya sejalan prospek perbaikan
kenaikan ekspor sejumlah komoditas memasuki
perekonomian global.
Semester II 2020. Ekspor komoditas yang tercatat
Permintaan domestik mulai menunjukkan meningkat antara lain besi dan baja, serta bijih
pemulihan seiring dengan mulai pulihnya logam ditopang oleh permintaan besi dan baja
mobilitas masyarakat sejalan relaksasi PSBB. dari Tiongkok yang diperkirakan masih kuat
Penjualan eceran terus menunjukkan arah seiring dengan peningkatan proyek infrastruktur.
perbaikan, terutama pada kelompok makanan, Demikian pula, prospek ekspor CPO masih baik
minuman dan tembakau, didukung oleh mulai ditopang peningkatan permintaan dari India
pulihnya mobilitas masyarakat seiring relaksasi dan Tiongkok. Sementara itu, kinerja ekspor jasa
PSBB (Grafik 4.1.4). Demikian pula, penjualan diprakirakan masih mengalami tekanan sejalan
secara online juga tumbuh positif, sejalan dengan penurunan kunjungan wisatawan mancanegara
penggunaan media digital yang terakselerasi lebih (wisman) ke Indonesia.
tinggi pada masa PSBB. Pemulihan konsumsi
turut didukung oleh optimisme konsumen
yang terus meningkat (Grafik 4.1.5). Perbaikan
investasi mulai terlihat dari indikator dini
investasi, seperti penjualan semen serta prakiraan
4.2. Stabilitas Sistem Keuangan secara terbatas dan cenderung wait and see. Hal
ini mengindikasikan aktivitas produksi korporasi
Semakin Terjaga Seiring
yang mulai pulih. Di samping itu, peningkatan
Meredanya Tekanan aktivitas dunia usaha pasca pelonggaran PSBB
Memasuki Semester II 2020, stabilitas sistem juga diharapkan mampu mempercepat perbaikan
keuangan (SSK) terindikasi semakin terjaga. permintaan domestik. Indikasi pemulihan
Prospek pemulihan banyak dipengaruhi oleh permintaan global dan domestik, serta produksi
perkembangan mobilitas masyarakat, sejalan korporasi yang mulai membaik, berpotensi
dengan dampak penyebaran COVID-19 yang secara perlahan memperbaiki tingkat penjualan,
mulai berkurang. Ketahanan sistem keuangan penerimaan, hingga kemampuan membayar
tetap terkendali, sementara intermediasi korporasi pada Semester II 2020. Perbaikan
diprakirakan meningkat secara perlahan meski kinerja tersebut, diharapkan mampu mengurangi
belum kembali pada level sebelum pandemi. potensi contagion risiko pada sistem keuangan.
Selain faktor kembalinya mobilitas masyarakat Sementara itu, mulai beroperasinya kembali dunia
dan ekonomi, prospek pemulihan tidak terlepas usaha diharapkan dapat meningkatkan minat
dari keberhasilan sinergi kebijakan Bank investasi dan kebutuhan pembiayaan korporasi
Indonesia, bersama dengan otoritas keuangan ke depan.
lain, dan pemerintah yang akan terus diperkuat
Pesimisme sektor rumah tangga pada Semester
ke depan.
II 2020 diprakirakan berkurang. Indikasi pulihnya
Kinerja korporasi diprakirakan membaik secara aktivitas korporasi, mendorong perbaikan
perlahan pada Semester II 2020, seiring dengan penyerapan tenaga kerja yang diikuti dengan
perbaikan perekonomian global dan domestik. perbaikan pendapatan rumah tangga (RT).
Indikasi perbaikan ekonomi pada beberapa Perkembangan ini berpotensi menekan tingkat
negara, terutama Tiongkok, yang diikuti dengan risiko RT dan memperbaiki tingkat konsumsi ke
peningkatan volume perdagangan dunia dan depan. Bagi masyarakat dengan pendapatan
harga komoditas, berpotensi meningkatkan menengah ke atas yang dalam masa pandemi
permintaan global. Secara historis, sektor cenderung menahan konsumsi dan memilih
komoditas merupakan pull factor pemulihan saving, pasca relaksasi PSBB diharapkan mulai
tingkat penjualan korporasi Indonesia. Sementara kembali meningkatkan konsumsi. Sejalan dengan
Tiongkok adalah salah satu negara tujuan ekspor hal tersebut, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK),
utama Indonesia, di mana sekitar 50% produk Indeks Keyakinan Ekonomi (IKE), dan Indeks
yang diekspor berasal dari sektor komoditas. Ekspektasi Konsumen (IEE) terindikasi meningkat.
Dengan demikian, perbaikan ekonomi Tiongkok Namun, dengan tingkat pemulihan yang
diharapkan mampu mendorong perbaikan belum merata dan bergerak secara perlahan,
kinerja korporasi Indonesia. Selain dampak penggunaan buffer likuiditas RT dalam bentuk
positif terhadap permintaan, mulai membaiknya DPK, diprakirakan masih berlanjut, khususnya
ekonomi global juga berpotensi mengurangi pada masyarakat dengan penghasilan menengah
permasalahan global supply chain yang sempat ke bawah. Ke depan, optimisme akan pemulihan
memengaruhi tingkat produksi korporasi dalam konsumsi, menyusul mobilitas masyarakat
masa pandemi. yang mulai meningkat, berpotensi mendorong
permintaan pembiayaan sektor RT.
Peningkatan mobilitas ekonomi dan mobilitas
masyarakat pasca pelonggaran PSBB, berpotensi Ekspektasi perbaikan ekonomi yang diikuti
mengurangi tekanan penjualan korporasi. dengan berkurangnya tekanan pada sektor riil,
Berdasarkan hasil survei internal Bank Indonesia, berdampak positif pada kinerja perbankan. Risiko
97% dari korporasi yang sempat menutup atau perbankan pada Semester II 2020 diprakirakan
membatasi kegiatan operasional selama PSBB, tetap terkendali. Kinerja korporasi dan RT yang
memasuki Semester II 2020 telah beroperasi mulai pulih, berpotensi mengurangi tekanan
kembali, meski 36% di antaranya masih beroperasi gagal bayar debitur. Hal ini didukung oleh
Stimulus diklasifikan
berdasarkan
peruntukannya yaitu
kesehatan,
Refocusing & Realokasi Untuk kesehatan, social Perlindungan Sosial,
Anggaran safety net, dukungan Sektoral K/L 7 PEMDA,
industri baik melalui UMKM, Pembiayaan
Penghematan pos yang dapat dihemat above dan below the Korporasi, dan Insentif
seperti perjalanan dinas, dll yang line Usaha
kurang relevan diubah menjadi
penanganan COVID-19 berdasarkan III IV
postur APBN dengan defisit 1,76% PDB
Stimulus III Stimulus IV
Tambahan Tambahan
terhadap stimulus terhadap stimulus
sebelumnya sebelumnya
Februari 2020 Februari 2020 sehingga total sehingga total
Stimulus I Rp 10,4T Stimulus I Rp 10,4T menjadi Rp 405,1 T menjadi Rp 695,2 T
I II
Ke depan, Bank Indonesia akan terus mencermati diperlukan guna mendukung pelaksanaan
dinamika perekonomian dan perkembangan program restrukturisasi kredit, khususnya bagi
penyebaran COVID-19 dalam merumuskan UMKM yang memiliki pinjaman di bank. Ke
langkah-langkah kebijakan lanjutan yang depan, Bank Indonesia secara berkala akan terus
diperlukan, sehingga potensi dampak terhadap melakukan evaluasi atas implementasi PLM, baik
perekonomian Indonesia dapat diminimalisir. dari sisi kecukupan rasio yang harus dijaga oleh
Pada Semester II 2020, prospek berlanjutnya bank, maupun dari sisi besaran fleksibilitas bank
pemulihan ekonomi domestik diprakirakan untuk memanfaatkan fasilitas repo kepada Bank
banyak dipengaruhi oleh perkembangan Indonesia atas instrumen PLM. Selain ketahanan
mobilitas masyarakat, kecepatan realisasi likuiditas, Bank Indonesia juga senantiasa
anggaran Pemerintah Pusat dan Pemerintah menjaga ketahanan permodalan perbankan
Daerah, kemajuan restrukturisasi dan penjaminan melalui instrumen Countercyclical Buffer
kredit, serta akselerasi ekonomi dan keuangan (CCB). Melalui CCB, Bank Indonesia menjaga
digital, khususnya untuk pemberdayaan UMKM. agar besaran pembiayaan yang dilakukan
Untuk itu, guna mendorong akselerasi pemulihan oleh perbankan tidak menimbulkan risiko
ekonomi nasional, sinergi ekspansi moneter yang dapat menggerus permodalan. Dengan
dengan akselerasi stimulus fiskal pemerintah akan mempertimbangkan kondisi intermediasi yang
terus diperkuat. Pemerintah telah mengeluarkan saat ini masih tumbuh terbatas, ke depan Bank
berbagai stimulus fiskal hingga sebesar Rp695,2 Indonesia cenderung untuk mempertahankan
Triliun guna meminimalkan dampak pandemi CCB pada level 0%. Evaluasi atas besaran CCB,
dan mendorong pemulihan ekonomi domestik juga akan dilakukan secara berkala.
(Gambar 4.3.1). Dalam kaitan ini, sinergi
Bank Indonesia mengimplementasikan kebijakan
tersebut termasuk peran Bank Indonesia untuk
makroprudensial akomodatif untuk akselerasi
pendanaan APBN 2020 melalui pembelian SBN
pemulihan. Hal ini dilakukan melalui upaya
di pasar perdana, baik berdasarkan mekanisme
memperkuat pembiayaan yang seimbang dan
pasar maupun secara langsung, sebagai bagian
berkualitas dengan dua pendekatan. Pertama,
upaya mendukung percepatan implementasi
mengembangkan instrumen kebijakan
program PEN, dengan tetap menjaga stabilitas
makroprudensial untuk pembiayaan. Kedua,
makroekonomi.
melakukan evaluasi berkala atas pelonggaran
Pada 2020, Bank Indonesia mempertahankan instrumen kebijakan makroprudensial untuk
kebijakan makroprudensial akomodatif. pembiayaan yang telah ditempuh pada Semester I
Implementasi kebijakan makroprudensial 2020. Guna mendorong pemulihan, peningkatkan
tersebut difokuskan pada dua tujuan. Pertama, pembiayaan ke depan akan difokuskan pada
menjaga ketahanan sistem keuangan guna sektor potensial, termasuk UMKM, yakni sektor
memitigasi dampak COVID-19 di sektor keuangan. dengan kontribusi tinggi untuk akselerasi
Kedua, mengakselerasi pemulihan ekonomi pertumbuhan dan sektor yang selaras dengan
melalui peningkatan peran pembiayaan. Dalam arah kebijakan pemerintah, termasuk green
rangka menjaga ketahanan, Bank Indonesia f inancing. Upaya mendorong intermediasi,
berupaya untuk terus memperkuat likuiditas dan dilakukan konsisten dengan indikasi perbaikan
meningkatkan optimalisasi pengelolaan likuiditas kinerja korporasi dan RT, serta potensi perbankan
perbankan melalui instrumen Penyangga untuk melonggarkan kebijakan lending standard,
Likuiditas Makroprudensial (PLM). Tidak hanya seiring dengan tingkat risiko yang semakin
menjamin dari sisi kuantitas, PLM juga menjaga terkendali. Untuk itu, perhatian diberikan pada
agar perbankan memiliki alat likuid dengan sektor dengan kebutuhan pembiayaan yang telah
kualitas yang baik. Sejalan dengan kebijakan meningkat (tinggi), namun belum mendapatkan
quantitative easing Bank Indonesia, kondisi penawaran yang memadai. Di samping itu,
likuiditas perbankan saat ini cenderung longgar berbagai pelonggaran kebijakan makroprudensial
dan kondusif bagi pembiayaan perekonomian. yang telah ditempuh pada Semester I 2020,
Kecukupan likuiditas tersebut, saat ini juga ke depan akan terus dievaluasi untuk melihat
40 36,1
35,1
31,3 34,2
30
19,6
20
11,6
9,0
10
0
Global Findex Inklusi Keuangan SNLIK OJK Survei FII/SNKI Survei FII/SNKI
Syariah (Kepemilikan) (Penggunaan)
2011 2013 2014
2015 2016 2017
2018 2019 Target SNKI 2019
12
Sumber: BI, OJK, FII, World Bank
1 Berdasarkan definisi yang tertuang dalam Lampiran Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 82 Tahun 2016 tentang
Strategi Nasional Keuangan Inklusif.
2 Berdasarkan data Financial Access Survey IMF 2019. Proksi indikator pada dimensi akses dan usage mengacu pada
G20 Financial Inclusion Indicators.
dibutuhkan strategi yang dapat meningkatkan yang difokuskan pada upaya menjadikan
inklusif itas keuangan tidak sebatas pada UMKM sebagai kekuatan baru perekonomian.
perluasan akses dan peningkatan penggunaan Pada tahapan ini, penguatan keuangan inklusif
layanan keuangan, namun bagaimana keuangan dilakukan melalui pengembangan UMKM yang
inklusif tersebut dapat mendorong masyarakat sustainable dan inovatif. Ke depan, sejalan
untuk berdaya dan pada akhirnya mampu dengan kebijakan akomodatif Bank Indonesia
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dalam hal dalam mendorong pembiayaan untuk akselerasi
ini, Bank Indonesia telah menyusun strategi guna pemulihan, maka peran keuangan inklusif
mendorong inklusi ekonomi dan keuangan, yakni menjadi penting. Melalui pilar kedua SNEKI,
Strategi Nasional Ekonomi dan Keuangan Inklusif Bank Indonesia akan terus berupaya untuk
(SNEKI).3 Berdasarkan strategi tersebut, terdapat meningkatkan akses pembiayaan. Semakin
dua sasaran utama pengembangan ekonomi luas masyarakat yang terjangkau dengan akses
dan inklusi Bank Indonesia, yakni kelompok pembiayaan, maka peluang untuk mempercepat
subsistence dan kelompok Usaha Mikro, Kecil, pertumbuhan menjadi lebih tinggi. Berdasarkan
dan Menengah (UMKM), baik melalui pendekatan SNEKI, perluasan akses pembiayaan akan dimulai
konvensional maupun syariah. Adapun visi dari kelompok subsistence sampai dengan UMKM
yang ingin dicapai adalah meningkatkan akses dengan tingkatan pembiayaan mulai dari yang
terhadap kesempatan ekonomi secara luas dan bersumber dari social funding sampai dengan
layanan keuangan formal yang berkualitas sesuai pembiayaan komersial.
dengan kebutuhan dan kemampuan dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pengembangan Pasar Keuangan
Dukungan keuangan inklusif diperkuat guna Pasar keuangan yang ef isien dan dalam
mendorong pemulihan ekonomi di era pandemi. merupakan bagian penting dalam
Pengembangan ekonomi dan keuangan inklusif mendorong pertumbuhan ekonomi secara
dilakukan untuk mendorong peningkatan dan berkesinambungan. Stabilitas harga yang
perluasan akses terhadap kesempatan ekonomi terbentuk di pasar keuangan merupakan salah
bagi masyarakat unbanked dan undeserved satu indikator makro yang memengaruhi
melalui pembentukan kelompok (korporatisasi), stabilitas moneter, stabilitas sistem keuangan,
peningkatan kapasitas dan penyediaan layanan. dan kesinambungan fiskal, serta aspek mikro
Pengembangan ekonomi dan keuangan pelaku pasar. Untuk itu, perhatian khusus
inklusif juga dilakukan sebagai upaya dalam diperlukan terhadap pengembangan dan
mewujudkan UMKM yang produktif, inovatif, pendalaman pasar keuangan. Tingkat kedalaman
dan resilien sehingga menjadi kekuatan baru pasar keuangan Indonesia masih relatif rendah
perekonomian nasional yang dibagi dalam tiga dibandingkan dengan negara peers yaitu
tahapan keuangan. Pertama, jangka pendek Filipina, Thailand, Malaysia, Singapura, India,
(2020-2021) yang difokuskan pada upaya menjaga dan Tiongkok. Sebagai ilustrasi, persentase total
ketahanan UMKM. Pada tahapan ini, penguatan outstanding aset finansial (saham, utang, SBN,
dan sinergi kebijakan merupakan program yang dan obligasi korporasi) terhadap Produk Domestik
diarahkan untuk memulihkan dan menjaga Bruto (PDB) di Indonesia mencapai 105% pada
ketahanan UMKM di era pandemi. Kedua, 2018. Persentase tersebut masih tertinggal
jangka menengah (2022-2023) yang difokuskan dibanding negara peers seperti Filipina yang
pada upaya meningkatkan kontribusi UMKM mencapai 155%, Thailand yang mencapai 299%,
pada perekonomian. Pada tahapan ini, upaya dan Malaysia yang mencapai 333% (Grafik 4.4.2).
penguatan keuangan inklusif dilakukan melalui Terkait dengan hal tersebut, Bank Indonesia
perluasan program pengembangan UMKM telah menginisiasi langkah strategis dalam
untuk mengakselerasi pemulihan ekonomi mempercepat pengembangan pasar keuangan
nasional. Ketiga, jangka panjang (2024-2025) yang likuid dan ef isien, antara lain melalui
3
3 Lihat Boks 4.1. Strategi Nasional Ekonomi dan Keuangan Inklusif (SNEKI).
400,00 30,59
48,59
350,00 21,14 24,81
28,16
250,00 33,66 52,80 121,90
52,09
250,00 43,40
200,00 7,20 144,59 120,39
26,19 15,10 161,14
100,00 2,78
15,96 47,56 188,73 50,05
50,00 38,81
98,86 111,00
74,43 76,63
46,71 46,48
-
Indonesia Filipina Thailand Malaysia Singapura India Cina
Indonesia. Dalam rangka mendukung kebijakan dan keuangan syariah, sehingga lebih efektif,
tersebut, Bank Indonesia menyusun blueprint karena upaya pengembangan ekonomi dan
pengembangan ekonomi dan keuangan keuangan syariah tidak dapat dijalankan secara
syariah yang menjadi acuan kebijakan, strategi, parsial.
serta program pengembangan ekonomi dan
Peningkatan sumber pembiayaan syariah untuk
keuangan syariah yang terintegrasi di Bank
perekonomian perlu diperkuat sebagai dukungan
Indonesia. Kerangka strategis ini didukung oleh
terhadap akselerasi pemulihan. Berdasarkan
tiga pilar utama, yakni: Pilar Pemberdayaan
blueprint pengembangan ekonomi dan
Ekonomi Syariah, Pilar Pendalaman Pasar
keuangan syariah, upaya meningkatkan pangsa
Keuangan Syariah, serta Pilar Penguatan Riset,
pembiayaan syariah dilakukan sebagai bagian dari
Asesmen, dan Edukasi (Gambar 4.4.1). Dalam
kegiatan pendalaman pasar keuangan syariah
menjalankan strategi, Bank Indonesia tidak
(pilar kedua). Pengembangan dilakukan melalui
hanya berperan sebagai regulator terkait fungsi
strategi antara lain peningkatan variasi instrumen
otoritas moneter, makroprudensial, dan sistem
keuangan syariah, penambahan jumlah investor,
pembayaran, namun juga mengambil peran
dan volume transaksi, serta penguatan regulasi
sebagai akselerator dan inisiator. Kedua peran
dan infrastruktur. Cakupan strategi tersebut tidak
perluasan tersebut terutama dibutuhkan dalam
terbatas pada sektor keuangan komersial, namun
hal pengembangan ekosistem ekonomi dan
juga pada sektor keuangan sosial seperti zakat,
keuangan syariah yang saat ini sudah ada, namun
infak, sedekah, dan wakaf (ZISWAF) sesuai dengan
belum terbangun secara sistematis. Oleh karena
prinsip penggunaannya. Dari sisi pengembangan
itu, kerjasama yang erat antarinstitusi dan otoritas
sektor keuangan komersial, dalam rangka
terkait sangat dibutuhkan dalam menjalankan
mempercepat akselerasi pemulihan, Bank
strategi dan program pengembangan ekonomi
Gambar 4.4.1 Pilar Pengembangan Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia
45
4 Sukuk negara wakaf merupakan instrumen penempatan dana wakaf pada instrumen Surat Berharga Syariah
Negara untuk mendukung program pembangunan sarana social, dikembangkan melalui kerjasama Badan Wakaf
Indonesia (BWI), Kementerian Keuangan, Bank Indonesia dan lembaga pengelola wakaf. Pada 10 Maret 2020,
CWLS perdana berhasil diterbitkan (private placement) dengan nominal Rp50,8 Miliar. Diskonto dan Imbal hasil
dimanfaatkan untuk pengembangan aset wakaf baru, yaitu pembangunan retina centre Rumah Sakit Achmad
Wardi, Serang, Banten.
5 Technical Note for Waqf Core Principles on Risk Management merupakan standar minimum pengelolaan aset
wakaf berdasarkan risiko. Tujuan dari penyusunan technical note tersebut adalah untuk memberikan pemahaman
terhadap risiko pengelolaan wakaf dan menyediakan standar minimum kerangka manajemen risiko untuk para
nazhir (pengelola wakaf).
INDIKATOR Stabilitas Makroekonomi Stabilitas Harga Penurunan CAD Stabilitas Sistem Keuangan Intermediasi Efisiensi Ketahanan
TINDAKAN Integrasi Ekonomi & Keuangan Digital Kenal Model Bisnis Produk Player Data
STRATEGIS
Prioritasasi Pengembangan Ekonomi Sektor Prioritas Intervensi Spesial
termasuk pada sektor keuangan. Tren digitalisasi 2017 2018 2019 2020
dengan Mei 2020, transaksi e-commerce tumbuh 2017 2018 2019 2020
Bank Nonbank Total
signifikan (Grafik 4.5.1). Kinerja transaksi fintech Sumber : Bank Indonesia, diolah
penyedia jasa pembayaran (fintech payments),
yang sebagian besar merupakan penerbit uang
elektronik (UE) juga mengalami peningkatan risiko dalam menjaga kualitas layanan publik.
(Grafik 4.5.2). Di sisi lain, digitalisasi ekonomi Perkembangan tersebut juga berdampak pada
dan keuangan juga membawa implikasi risiko tiga aspek. Pertama, digitalisasi ekonomi dan
yang perlu diwaspadai mengganggu stabilitas keuangan membuka lebar pintu peluang inklusi
moneter, stabilitas sistem keuangan, dan keuangan. Kedua, data dan informasi granular
kelancaran sistem pembayaran. menjadi kunci dalam mengintegrasikan ekonomi
dan keuangan digital. Ketiga, peran nonbank
Arus digitalisasi perlu berlangsung pada koridor
semakin menguat sekaligus mengubah struktur
yang menjamin berjalannya mandat bank
dan tatanan sektor keuangan. Untuk itu, guna
sentral. Industri perbankan perlu didorong
membangun ekosistem yang sehat dan sebagai
untuk bertransformasi digital secara utuh.
pemandu perkembangan ekonomi keuangan
Interlink antara bank dan fintech perlu diperkuat.
digital, Bank Indonesia telah merumuskan
Kerangka regulasi, entry-policy, pelaporan, dan
Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025
pengawasan perlu diselaraskan dengan tuntutan
(BSPI 2025). BSPI disusun dengan lima visi utama
era digital, termasuk aspek pengendalian risiko
(Gambar 4.5.1) yang akan diwujudkan melalui
dan perhatian terhadap kepentingan nasional.
lima inisiatif, yaitu: Open Banking, Pembayaran
Revolusi digital di era Industri 4.0 ini menuntut
Ritel, Infrastruktur Pasar Keuangan, Data dan
Bank Indonesia untuk memahami pergeseran
Pengaturan, Perizinan, serta Pengawasan.
kebutuhan masyarakat, peluang, dan dimensi
1
1 Model bisnis fintech lending dalam hal ini didefinisikan mencakup fintech peer to peer lending, fintech balance
sheet lending, dan penyedia platform cicilan online.
Implementasi inisiatif ini akan dilakukan baik perekonomian bagi UMKM, Bank Indonesia
secara langsung oleh Bank Indonesia maupun berupaya meningkatkan sinergi antara bank
diimplementasikan melalui kolaborasi dan dan fintech melalui Open API yang mencakup
koordinasi produktif dengan Kementerian/ standarisasi data, teknis, kemananan, dan
Lembaga terkait beserta industri. governance. Dengan adanya standarisasi Open
API diharapkan dapat mendorong keterbukaan
Merujuk pada blueprint tersebut, digitalisasi
dan interoperabilitas yang dapat meningkatkan
menjadi salah satu bagian dari kebijakan sistem
digitalisasi ekonomi, inklusi keuangan dan akses
pembayaran yang hendak diakselerasi. Orientasi
UMKM, serta mengurangi adanya risiko shadow
kebijakan Bank Indonesia khususnya di area
banking.
sistem pembayaran diarahkan agar mampu
mengoptimalkan manfaat digitalisasi untuk Perkembangan digitalisasi menuntut adanya
menjamin layanan sistem pembayaran yang metode pembayaran yang serba cepat, mobile,
cepat, mudah, murah, aman dan handal. Selain aman, dan murah. Selain itu, digitalisasi yang
itu, kebijakan sistem pembayaran juga akan ditandai dengan pertumbuhan volume data
difokuskan untuk mendukung integrasi ekonomi dalam jumlah masif juga menuntut ketersediaan
dan keuangan digital, termasuk pengembangan infrastruktur pengelolaan data yang memadai.
inklusi ekonomi dan keuangan. Ke depan, Untuk itu, Bank Indonesia berinisiatif melakukan
pengembangan inovasi digital akan memperkuat berbagai penguatan, baik di sisi sistem
keterhubungan antar agen ekonomi, dari pembayaran ritel maupun nilai besar, serta
yang terkecil hingga terbesar, dari konsumen penyediaan inf rastruktur publik untuk data
individual, UMKM, hingga korporasi besar. sesuai dengan BSPI 2025. Penguatan konfigurasi
Integrasi ekonomi dan keuangan digital tersebut sistem pembayaran ritel nasional diarahkan
akan memperkuat efektivitas peredaran uang, pada sebuah tatanan baru yang memungkinkan
transmisi kebijakan moneter, stabilitas sistem terbentuknya ekosistem digital yang sehat.
keuangan, serta inklusi ekonomi dan keuangan. Modernisasi infrastruktur sistem pembayaran ritel
Dalam rangka mendorong inklusi keuangan ke arah yang lebih efisien akan dilakukan dengan
yang di dalamnya juga mencakup pembiayaan memanfaatkan teknologi terkini. End state
dari konfigurasi tersebut adalah membangun Sistem Pembayaran (PJSP), dan Penyelenggara
sistem yang bersifat real time, beroperasi Jasa Pengolahan Uang Rupiah (PJPUR),
24/7, cepat, mudah, murah, aman, dan handal. Bank Indonesia tetap menyediakan layanan
Penguatan inf rastruktur sistem pembayaran transaksi keuangan dan transaksi pembayaran
ritel dilakukan secara bersamaan dengan untuk memfasilitasi kegiatan perekonomian
penguatan infrastruktur pasar keuangan yang dan kebutuhan masyarakat di tengah upaya
bertujuan untuk meningkatkan transparansi, mencegah penyebaran COVID-19. Bank Indonesia
efisiensi, dan governance atas transaksi di pasar menetapkan jadwal kegiatan operasional dan
keuangan, sekaligus memenuhi mandat G20 layanan publik di era kenormalan baru guna
dan guidelines Principles for Financial Market mendorong program PEN. Di samping itu,
Infrastructure (PFMI). Dengan adanya perubahan upaya untuk terus mendorong masyarakat
lingkungan strategis dalam rangka perubahan di melakukan transaksi nontunai akan dilanjutkan,
era digital, Bank Indonesia melakukan penataan guna mencegah penyebaran COVID-19 yang
kerangka pengaturan dengan melakukan semakin meluas. Ke depan, Bank Indonesia
penyusunan ketentuan sistem pembayaran terus mempercepat digitalisasi pembayaran
terkait kelembagaan, infrastruktur, mekanisme, dan perluasan ekosistem digital melalui
instrumen yang digunakan serta transaksi kolaborasi dengan Pemerintah, bank, fintech,
cross border. Penguatan disisi perizinan juga dan e-commerce untuk pemulihan ekonomi
dilakukan untuk mewujudkan praktik bisnis nasional, khususnya program bansos Pemerintah,
yang sehat dan dalam rangka perlindungan penyaluran kredit dan digitalisasi UMKM.
konsumen. Untuk pengawasan dengan adanya Sejumlah langkah terus dilakukan, termasuk
kebutuhan dan dinamika tantangan di era digital, perluasan ekosistem QRIS, penggunaan big data,
pengawasan terhadap PJSP dilakukan dengan aplikasi API (Application Programming Interface),
menerapkan pengawasan berbasis risiko dan serta penguatan pengawasan fraud dan siber
kepatuhan. Langkah-langkah yang dilakukan pada pembayaran digital. Terkait dengan
Bank Indonesia sebagai perwujudan BSPI 2025 implementasi BSPI, Bank Indonesia akan
tersebut, merupakan langkah yang dilakukan melanjutkan percepatan implementasi BSPI
dalam rangka mendorong dan mewujudkan melalui perbaikan inf rastruktur, pengaturan
stabilitas sistem keuangan yang diharapkan dan mekanisme insentif yang relevan melalui
dapat berfungsi secara efektif dan efisien serta Kebijakan Sistem Pembayaran, termasuk terus
mampu bertahan terhadap kerentanan internal mendukung efektivitas berbagai program
dan eksternal. Pemerintah untuk Pemulihan Ekonomi Nasional.
2 Lihat KSK No. 34, Maret 2020, Boks 5.1 Standar Open Application Programming Interfaces (API) Transaksi Pembayaran
Sebagai Dukungan Bank IndonesiaUntuk Mendorong Transformasi Digital Industri Perbankan.
merupakan respons terhadap perkembangan dan Implementasi Standar Open API akan dilakukan
besarnya pangsa transaksi pembayaran dalam secara bertahap, 2021 merupakan tonggak awal
keseluruhan transaksi digital. Standar Open API akselerasi transformasi layanan pembayaran
transaksi pembayaran akan mendorong dan digital. Penerbitan Consultative Paper (CP) standar
mempermudah interkoneksi penyelenggara Open API pada akhir Triwulan I 2020 merupakan
Open API karena proses integrasi ke dalam tahap awal mempersiapkan implementasi
ekosistem Open API transaksi pembayaran standar oleh industri. Penerbitan CP tersebut
akan mengacu pada standar yang sama. Hal memberikan informasi arah standarisasi yang
ini akan mengakselerasi transformasi digital akan dilakukan oleh Bank Indonesia sekaligus
di area pembayaran serta mempermudah memberikan kesempatan bagi industri untuk
keterhubungan antara fintech dengan perbankan memberikan masukan terhadap usulan standar.
yang akan mendorong tidak hanya inovasi namun Implementasi standar Open API secara bertahap
juga adopsi layanan pembayaran digital oleh pada 2021 diharapkan akan mengakselerasi
agen ekonomi termasuk didalamnya pelaku transformasi layanan pembayaran digital.
bisnis UMKM. Selain itu, penerapan standar Akseptasi agen ekonomi terhadap adopsi layanan
yang semakin mengedepankan keamanan dan pembayaran digital diharapkan meningkat
tata kelola dari layanan Open API juga akan seiring dengan penerapan standar Open API
mendorong tercapainya integritas ekosistem yang akan menjaga level of playing field para
Open API transaksi pembayaran. Hal tersebut penyelenggara Open API transaksi pembayaran,
antara lain dilakukan melalui mitigasi risiko baik dari sisi penyedia maupun pengguna layanan.
dengan penerapan standar keamanan serta Implementasi standar Open API akan diawali oleh
tata kelola perlindungan data yang memadai. tahap pengembangan, diikuti oleh tahap uji coba
Integritas ekosistem akan menjadi kunci dan evaluasi, serta tahap implementasi penuh.
kepercayaan terhadap keamanan, kehandalan, Tahapan tersebut akan memberikan waktu yang
dan kelancaran layanan pembayaran digital memadai bagi industri untuk menyesuaikan API
melalui penggunaan Open API. transaksi pembayaran sesuai dengan standar
yang akan diterbitkan oleh Bank Indonesia.
PENGARAH
Destry Damayanti - Juda Agung - Retno Ponco Windarti - Clarita Ligaya - Widi Agustin S - Ita Rulina
TIM PENYUSUN
Saraswati, Jodhi Satyagraha Boediono, Rani Wijayanti, Faizal Rahman, Lisa, Ibrahim, Dhanita, Revol,
Ayu Aji Putri Setia Utami, Ayu Rahma Putri, Khoirinnisa El Karimah, Minda Putri Dwinanda, Anita,
Dedy Swares Sinaga, Aski Catranti, Anita Nugroho Putro, Zulfia Fathma, Astrid Fiona, Dila Nafiria
Mahdi, Riyan Galuh Pratama, Dahnila Dahlan, Yohanes Billy Raja P. Ginting, Mukaffi Haidar, Astrika
Erlin, Leanita Indah Parameswari
KONTRIBUTOR
Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter (DKEM)
Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran (DKSP)
Departemen Pengelolaan Moneter (DPM)
Departemen Ekonomi Keuangan Syariah (DEKS)
Departemen Pengembangan UMKM dan Perlindungan Konsumen (DUPK)
Departemen Pengembangan Pasar Keuangan (DPPK)
DOKUMEN KSK LENGKAP DALAM FORMAT PDF TERSEDIA PADA WEB SITE BANK INDONESIA
http://www.bi.go.id
Sumber data adalah dari Bank Indonesia, kecuali jika dinyatakan lain