Anda di halaman 1dari 10

RESUME DAN ANALISIS VIDEO

“BLADDER TRAINING”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah I

Dosen Pengampu : Ida Rosdiana, M.Kep, Ns.Sp.Kep.MB

Disusun Oleh :

Windayani (P2.06.20.1.19.039)

Tingkat 2A

KEMENTERIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES
TASIKMALAYA

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


TASIKMALAYA

Jl. Cilolohan no.35 Kel. Kahuripan, Kec. Tawang, Kota Tasikmalaya


A. Pengertian Tindakan
Bladder training atau latihan kandung kemih adalah untuk mengembalikan
kandung kemih ke fungsi normalnya. Latihan ini dapat digunakan pada individu yang
secara kognitif utuh yang mengalami inkontinensia dorongan.
Bladder training adalah salah satu upaya untuk mengembalikan fungsi kandung
kemih yang mengalami gangguan ke keadaan normal atau ke fungsi optimal neurogenic
(Potter & Perry, 2005).
Terdapat tiga macam metode bladder training, yaitu kegel exercises (latihan
pengencangan atau penguatan otot-otot dasar panggul), Delay urination (menunda
berkemih), dan scheduled bathroom trips (jadwal berkemih) Suhariyanto (2008). Latihan
kegel (kegel exercises) merupakan aktifitas fisik yang tersusun dalam suatu program
yang dilakukan secara berulang-ulang guna meningkatkan kebugaran tubuh. Latihan
kegel dapat meningkatkan mobilitas kandung kemih dan bermanfaat dalam menurunkan
gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi urin. Latihan otot dasar panggul dapat
membantu memperkuat otot dasar panggul untuk memperkuat penutupan uretra dan
secara refleks menghambat kontraksi kandung kemih. (Kane, 1996 dalam Nursalam
2006).
B. Tujuan Tindakan
Tujuan dari bladder training adalah untuk melatih kandung kemih dan
mengembalikan pola normal perkemihan dengan menghambat atau menstimulasi
pengeluaran air kemih (potter&perry, 2005). Tujuan dari bladder training adalah untuk
melatih kandung kemih dan mengembalikan pola normal perkemihan dengan
menghambat atau menstimulasi pengeluaran air kemih (potter&perry, 2005).
Berbagai teknik dikstraksi atau teknik rileksasi sehingga frekuensi berkemih dapat
berkurang, sehingga dapat memperpanjang interval berkemih yang normal, dengan ini
berkemih hanya 6-7 kali per hari atau 3-4 jam sekali. Latihan ini dilakukan pada pasien
anak pasca bedah yang di pasang kateter. Diharapkan klien dapat menahan sensasi
berkemih dengan latihan ini. (Suharyanto, 2008)
Tujuan Bladder training adalah untuk meningkatkan kapasitas kandung kemih
fungsional serta untuk mengurangi frekuensi, urgency, nokturi serta meningkatkan
kualitas hidup(Lewis, 2013).
Sementara itu, Karon (2005) menyebutkan bahwa tujuan dilakukannya bladder
training yaitu untuk membantu pola berkemih yang rutin pada anak, mengembangkan
tonus otot kandung kemih, memperpanjang interval waktu berkemih dam meningkatkan
kapasitas kandung kemih.
Secara umum, tujuan bladder training :
- Melatih klien untuk buang air kecil dengan mandiri
- Mempersiapkan pelepasan kateter yang sudah terpasang lama
- Mengembalikan tonus otot dari kandung kemih yang sementara waktu tidak ada
karena pemasangan kateter.
- Klien dapat mengontrol berkemih
- Klien dapat mengontrol buang air besar
- Menghindari kelembaban dan iritasi pada kulit lansia
- Menghindari isolasi sosial bagi klien
C. Langkah-langkah Tindakan
1. Mengucapkan salam
2. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
3. Ciptakan lingkungan yang aman dengan menutup ruangan atau tirai ruangan
(ciptakan privasi bagi klien)
4. Pelaksanaan.
a) Klien yang menggunakan kateter
 Prosedur 1 jam :
- Cuci tangan.
- Klien diberi minum setiap 1 jam sebanyak 200 cc dari pukul 07.00 – 19.00. Setiap
kali klien diberi minum, kateter diklem.
- Kemudian, kandung kemih dikosongkan setiapi 1 jam dari pukul 08.00 – 20.00,
klem kateter dibuka.
- Pada malam hari setelah pengosongan terakhir, klien boleh minum tanpa
ketentuan seperti di siang hari.
- Prosedur terus diulang sampai berhasil.
 Prosedur 2 jam :
- Cuci tangan.
- Klien diberi minum setiap 2 jam sebanyak 200 cc dari pukul 07.00 – 19.00. Setiap
kali diberi minum, kateter diklem.
- Setiap 2 jam, kandung kemih dikosongkan, klem kateter dibuka,
- Pada malam hari setelah pukul 21.00, klem kateter dibuka dank lien dapat minym
tanpa ketentuan.
- Prosedur terus diulang smpai behasil.
b) Pada klien tanpa kateter
- Cuci tangan.
- Klien diberi minum setiap satu jam sebanyak 200 cc dari pukul 07.00 – 19.00,
kemudian kandung kemih dikosongkan.
- Kateter dilepas
- Monitor pengeluaran urin klien setiap 8 jam selama 1 – 2 hari setelah pelepasan
kateter.
- Atur posisi nyaman untuk klien, bantu klien untuk konsentrasi BAK, kemudian
lakukan penekanan pada area kandung kemih dan lakukan pengosongan kandung
kemih.setiap 2 jam secara urinal.
- Berikan minum terakhir pada pukul 19.00, selanjutnya klien tidak boleh minum
sampai pagi – pagi, kira-kira pukul 07.00 untuk menghindari klien berkemih di
malam hari.
- Beritahu klien bahwa pengosongan kandung kemih selanjutnya dijadwalkan setiap
2 jam sekali, apabila ada rangsangan BAK sebelum 2 jam maka klien harus
menahannya.
- Buatlah jadwal agar klien dapat mengosongkan kandung kemih secara urinal
- Anjurkan klien untuk menggunakan kegel exercise dan teknik pengosongan
kandung kemih.
5. Alat – alat dibereskan
6. Akhiri interaksi dengan mengucapkan salam
7. Dokumentasi
c) Scheduled Bathroom Trips
- Beritahu klien untuk memulai jadwal berkemih pada bangun tidur, setiap 2-3 jam
sepanjang siang dan sore hari, sebelum tidur dan 4 jam sekali pada malam hari.
- Beritahu klien minum yang banyak sekitar 30 menit sebelum waktu jadwal untuk
berkemih.
- Beritahu klien untuk menahan berkemih dan memberitahu perawat jika rangsangan
berkemihnya tidak dapat di tahan.
- Klien di suruh menunggu atau menahan berkemih dalam rentang waktu yang telah
ditentukan 2-3 jam sekali
- 30 menit kemudian, tepat pada jadwal berkemih yang telah ditentukan, mintalah klien
untuk memulai berkemih dengan teknik latihan dasar panggul.
d) Kegel exercise
- Minta kllien untuk mengembil posisi duduk atau berdiri
- Instruksikan klien untuk mengencangkan otot-otot di sekitar anus
- Minta klien mengencangkan otot bagian posterior dan kemudian kontraksikan otot
anterior secara perlahan sampai hitungan ke empat
- Kemudian minta klien untuk merelaksasikan otot secara keseluruhan.
- Ulangi latihan 4 jam sekali, saat bangun tidur sealam 3 bulan
- Apabila memungkinkan, anjurkan Sit-Up yang dimodifikasi (lutut di tekuk) kepada
klien
e) Delay urination
- Instruksikan klien untuk berkonsentrasi pada otot panggu
- Minta klien berupaya menghentikan aliran urine selama berkemih kemudian
memulainya kembali.
- Praktikan setiap kali berkemih
8. Evaluasi
D. Indikasi Tindakan
1. Klien yang dilakukan pemasangan kateter cukup lama.
2. Orang yang mengalami masalah dalam hal perkemihan.
3. Klien dengan kesulitan memulai atau menghentikan aliran urine.
4. Orang dengan pemasangan kateter yang relative lama
5. Klien dengan inkontinentia urine
E. Prinsip dan Rasional Tindakan
Pelatihan ini meggunakan pinsip kerja steril. Latihan ini dapat digunakan pada
individu yang secara kognitif utuh yang mengalami inkontinensia dorongan. Jadwal
berkemih atau toileting dirumuskan berdasarkan analisa data pengkajian. Jadwal
menguraikan waktu bagi untuk berusaha mengosongkan kandung kemih menggunakan
toilet atau commode. Privasi diberikan agar nyaman saat berkemih. Interval antar
berkemih pada fase awal pelatihan adalah singkat (1 ½ - 2 jam). Keberhasilan berkemih
pada inkontinensia dicatat. Dengan meningkatnya kapasitas kandung kemih, interval
antar berkemih dapat diperpanjang.
F. Bahaya dan Pencegahannya
1. Dapat menyebabkan perubahan fungsi berkemih.
Pencegahan : Lakukan pengkajian usia klien, lama pemasangan kateter, hingga
penyakit yang menyertai.
2. Prosedur ini tidak dapat digunakan pada klien :
1. Sistitis
2. Pielonefritis
3. Gangguan atau kelainan pada uretra
4. Hidronefrosis
5. Vesicourethral Reflux
6. Batu traktus urinarius
7. Gagal ginjal
Karena dapat memungkinkan terjadinya peningkatan infeksi atau komplikasi
lainnya akibat menahan untuk berkemih.
Pencegahan : Pengkajian secara tepat pada klien, mulai identitas, penyakit dahulu,
penyajkit sekarang serta penyakit yang menyertainya, usia klien.
DAFTAR PUSTAKA

Hadi Purwanto. 2016. Buku Ajar Praktikum KMB Komprhensif 2. Jakarta : Pusdik SDM
Kesehatan.

Kusumaningrum Dwi Asih. 2007. Manfaat Bladder Trainin Pada Pasien Dengan Douwer
Catheter. (Available at http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?
article=407615&val=5015&title=Manfaat%20Bladder%20Training%20Pada%20Pasien
%20dengan%20Douwer%20Catheter) , diakses 28 November 2020

Sinaga,FA. 2011. Bab II Tinjauan Pustaka. (Available


at repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25132/4/Chapter%20II.pdf), diakses 27 November
2020.

Suzzane C. Smeltzer. Dan Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah:
Prinsip dan Praktik Rehabilitasi. Edisi 8. Vol 1. Jakarta : EGC.
ANALISA VIDEO TINDAKAN BLADDER TRAINING

Disini saya menganalisa video tindakan bladder training prosedur 2 jam dengan klien
terpasang kateter.

Sumber video : https://www.youtube.com/watch?v=fEaTw5RzNyM

Dalam video pelaksanaan tindakan bladder training yang saya simak, disebutkan
beberapa alat yang digunakan dalam tindakan namun tidak menampilkan ketika perawat
mempersiapkan alat.

Kemudian, ditampilkan tahap persiapan pasien dari mulai menanyakan perihal


kebersediaan pasien sampai memposisikan pasien senyaman mungkin.

Setelah itu, masuk ke tahap kerja yang prosedur tindakannya sudah sesuai dengan standar
operasional tindakan bladder training pada pasien yang terpasang kateter dengan prosedur 2 jam.

Selanjutnya untuk tahap evaluasi, dalam video perawat tidak menanyakan perasaan klien
setelah dilakukan tindakan. Tapi perawat hanya mengatakan bahwa tindakan sudah selesai
dilaksanakan dan mengucapkan salam kemudian ia kembali ke ruang perawat.

Berikut saya lampirkan hasil analisa mengenai tujuan tindakan, persiapan pasien, langkah
tindakan dan evaluasi tindakan bladder training dalam video.

Persiapan Alat - Handscoon


- Urine bag
- Canul kateter
- Kassa
- Pelumas
- Bengkok
- Spuit 10cc
- NaCl
- Kom
- Korentang
- Klem
- Bak instrument
- Pengalas
- Plester
- Air minum dalam gelas
Persiapan Pasien - Salam terapeutik
- Menjelaskan tujuan tindakan pada
klien
- Menjelaskan prosedur tindakan
- Menanyakan kebersediaan klien
- Mendukung privasi klien dengan
menutup sampiran
Langkah dan Prosedur Tindakan 1. Perawat mencuci tangan dengan 6
langkah
2. Menutup sampiran untuk mendukung
privasi klien
3. Mengatur posisi klien
4. Membuka selimut klien
5. Memasang perlak dan pengalas
6. Memakai sarung tangan steril
7. Kateter di klem (selama 2 jam)
8. Menutup selimut
9. Setelah 2 jam, klem dibuka
10. Klien diberi minum
(Tindakan 7 – 10 dilakukan sampai
malam)
11. Menganjurkan untuk tidak minum dari
malam setelah pemberian minum
terakhir sampai pagi hari
12. Pagi hari, kateter dilepas dengan
menggunakan teknik pelepasan kateter
13. Klien dipersilahkan BAK, tanyakan
apakah klien sudah bisa BAK atau
tidak
14. Kalau belum bisa, area bladder
dianjurkan untuk dipijat - pijat atau
digosok untuk memancing keinginan
berkemih
15. Tindakan selesai
16. Perawat cuci tangan kembali.
17. Membuka sampiran
Evaluasi - Menjelaskan tindakan sudah selesai
dilaksanakan
- Perawat kembali ke ruang perawat

Jadi, kesimpulan untuk video tindakan bladder training sudah sesuai dengan standar operasional
prosedur. Namun, akan lebih lengkap jika pada saat evaluasi terdapat pengkajian respon klien
setelah tindakan dilaksanakan dan merumuskan tindak lanjut.

Anda mungkin juga menyukai