Anda di halaman 1dari 7

 

RESUME PEMERIKSAAN FISIK MATA DAN THT


Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KMB

`
Nama : Asep Nasrul Gunawan
Nim : 4180180064

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG
2020
PEMERIKSAAN FISIK MATA DAN THT

PEMERIKSAAN FISIK
1. Mata

Tujuan pengkajian mata adalah utk mengetahui bentuk dan fungsi mata Inspeksi
Bagian2 mata yang perlu diamati adalh bola mata, kelopak mata,konjungtiva,sklera dan
pupil.
a. amati bola mata adanya kelainan Gerakan bola mata atau tidak
b. amati kelopak mata perhatikan terhadap bentuknya
c. Amati konjungtiva dan sklera Amati konjungtiva, utk mengetahui ada tidaknya
kemerah-merahan, keadaan vaskularisasi serta lokasinya, Amati warna sklera waktu
memeriksa konjungtiva yang pada keadaantertentu warnanya dapat menjadi ikhterik
d. Amati Warna Iris Serta Ukuran Dan Bentuk Pupil Amati warna iris serta ukuran dan
bentuk pupil, Kemudian lanjutkan dengan mengevaluasi reaksi pupil terhadap cahaya.
Normalnya bentuk pupil adalah sama besar(isokor), Pupil mengecil; disebut miosis,
amat kecil disebut pinpoint. Pupil yang melebar/ dilatasi disebut midriasis
e. Inspeksi Gerakan Mata Amati apakah kedua mata tetap dia mata gerak secara
spontan(nistagmus) yaitu Gerakan ritmis bola mata, mula-mula lambat bergerak
kesatuarah, kemudian dgn cepat Kembali keposis isemula
f. Inspeksi Medan Penglihatan Kaji kedua mata secara terpisah yaitu dengan cara
menutup mata yang tidak diperiksa
g. Pemeriksaan Fisus
h. Palpasi Tujuan nya utk mengetahui tekanan bola mata dan utk mengetahui adanya
nyeri tekan. Untuk mengukur tekanan bola mata secara lebih teliti
i. Pengkajian mata tingkat mahir (funduskopi) dilakukanp aling akhir. Pengkajian ini
dikerjakan untuk mengetahui susunan retina dg menggunakana latoptal moskop
j. Tes Buta warna Buta warna adalah ketidakmampuan seseorang mengenali warna
dengan cara biasa, baik satu atau pun seluruh warna Penyebab buta warna adalah
adanya kelainan maupun gangguan dan kerusakan pada sel kerucut di dalam retina mata
(menyebabkan buta warna dan tidak mampu menangkap spektrum warna tertentu)
Klasifikasi buta warna
Buta warna total; hanya bisa mengenali dua warna saja yaitu hitam dan putih (tidak ada
pigmen warna pada retinaButa warna parsial ; px mengalami defisiensi (kekurangan)
pigmen sel warna di dalam sel retina matanya shg tidak mampu membedakan warna-
warna tertentuPaling sering kekurangan pigmen merah dan hijau atau campurannya Ada
jg yg kekurangan pigmen biru dan kuning, Pada umumnya penderita buta warna biru
dan kuning hampir selalu memiliki masalah mengidentifikasi warna merah dan hijau

2. Pemeriksaan Fisik Telinga


Anatomi Telinga LuarAurikula (daun telinga) Terdiri dari tulang rawan (kartilago) yang
dibungkus kulit. Fungsi utama aurikula adalah untuk menangkap gelombang suara dan
mengarahkannya ke dalam MAE.Meatus auditorius eksternus (saluran telinga)
merupakan saluran ke dalam os temporale dan membentuk kurva yang condong ke atas
dan ke bawah. Fungsinya sebagai buffer terhadap perubahan kelembaban dan
temperatur yang dapat mengganggu elastisitas membran timpani.

Telinga Tengahadalah rongga yang berisi udara dalam tulang temporal yg tdd:
a. Membran timpani (gendang telinga),
b. tulang pendengaran terdiri dari: meleus inkus dan stapes.
c. tuba eustachi Bermula dari ruang tympani ke arah bawah sampai nasofaring

Telinga Dalam berfungsi utk mempertahankan keequlibrium.

a. Koklea, Koklea adalah berbentuk seperi rumah keong dg struktur dua setengah
putaran.
b. Utrikulus dan sakulus adalah kantong membranosa disuatu daerah yang disebut
vestibulum yg terletak di antera koklea dan kanalis semisirkularis.
c. Kanalis Semi Sirkularis adalah membrane lonjong yang berisi cairan yang terdiri dari
3 duktus semi serkular, masing-masing berujung pada ampula. Pada ampula terdapat sel
rambut, krista dan kupula Berkaitan dengan sistem keseimbangan tubuh dalam hal
rotasi.
Inspeksi dan Palpasi
Mulai amati telingsa luar, periksa ukuran, bentuk, warna, lesi dan adanya massa pada
pinna Lanjutkan pengkajian palpasi dengan memegang telinga menggunakan ibu jari
dan jari telunjuk Palpasi kartilago telinga luar secara sistematis yaitu dari jaringan
lunak, kemudian jaringan keras, dan catat bila ada nyeri

Pemeriksaan Pendengaran
Pemeriksaan pendengaran dilakukan untuk mengetahui fungsi telinga, secara sederhana
pendengaran dapat diperiksa dengan menggunakan suara bisikan. Pendengaran yang
baik akan dengan mudah diketahui dengan adanya bisikan.bila pendengaran dicurigai
tidak berfungsi baik, pemeriksaan yang lebih teliti dapat dilakukan dengan garputala
atau tes audiometri (oleh spesialis)

Cara pemeriksaan pendengaran dengan bisikan

1.Atur posisi px berdiri membelakangi anda pd jarak sekitar 4,5-6 meter


2.Anjurkan pasien utk menutup salah satu telinga yg tidak diperiksa
3.Bisikkan suatu bilangan (mis: tujuh enam)
4.Beritahu pasien utk mengulangi bilangan yg didengar
5.Periksa telinga sebelah dengan cara yang sama
6.Bandingkan kemampuan mendengar telinga kanan dan kiri pasien

Pemeriksaan pendengaran dg bisikan dpt pula dilakukan menggunakan arloji


1. Pegang sebuah arloji di samping telinga pasien
2. Minta px menyatakan apakah mendengarkan detakan arloji
3. Pindah posisi arloji perlahan-lahan menjauhi telinga dan minta px menyatakan bila
tidak mendengar lagi detak arloji tersebut. Normalnya detak arloji masih dapat didengar
sampai jarak 30 cm dari telinga
4. Bandingkan telinga kanan dan kiri
Cara pemeriksaan pendengaran dengan GarpuTala

Pemeriksaan Rinne: membandingkan hantaran udara dan tulang pada telinga yg


diperiksaVibrasikan garpu talaLetakkan garpu tala pada mastoid kanan pasien Anjurkan
pasien memberitahu sewaktu tidak merasakan getaran lagi Angkat garputala dan pegang
didepan telinga kanan pasien dengan posisi garpu tala paralel terhadap lubang telinga
luar pasien Anjurkan pasien untuk memberitahu apakah masih mendengar suara getaran
atau tidak. Normalnya suara getaran masih dapat didengar karena konduksi udara lebih
baik daripada konduksi tulang . Pemeriksn rinne Apabila px masih mendengar, berarti
rinne positif dan sebaliknya..Interpretasi :Normal : rinne positifTuli konduksi : rinne
negative Tuli sensori neural : rinne positif

Pemeriksaan Weber Tujuan : membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga


penderitaVibrasikan garpu talaLetakkan garputala ditengah2 puncak kepala pasien,
dapat pula pd dagu atau pd gigi insisivus Tanya pasien ttg telinga yg tidak mendengar
atau mendengar suara getaran lebih keras. Normalnya kedua telinga dapat mendengar
secara seimbang shg getaran dirasakan di tengah-tengah kepalabila mendengar pada
satu telinga disebut lateralisasi ke sisi telinga tsb. Pemeriksaan weber Bila kedua telinga
tak mendengar atau sama2 mendengar berarti tdk ada lateralisasi Interpretasi :Normal :
tdk ada lateralisasi Tuli konduksi : mendengar lebih keras pd telinga yg sakitTuli
sensorineural : mendengar lebih keras pd telinga yg sehat

Pemeriksaan schwabach Tujuan : membandingkan hantaran lewat tulang antara


penderita dg pemeriksa yg pendengarannya normal Garputala dibunyikan, kemudian
tungkainya diletakkan tegak lurus pd planum mastoid pemeriksa, bila sudah tdk
mendengar, secepatnya garputala dipindahkan ke mastoid penderita Bila penderita msh
mendengar maka schwabach memanjang, tetapi jk tdk mendengar,bisa memendek atau
normal Utk membedakan kedua kemungkinan ini, maka tes dibalik, yaitu tes penderita
dulu baru pemeriksa Garputala dibunyikan,kmdn diletakkan tegak lurus pd mastoid
pasien, bila penderita sdh tdk mendengar, secepatnya dipindahkan pd mastoid
pemeriksa, bila pemeriksa tdk mendengar berarti sama2 normal, bila pemeriksa msh
mendengar berarti schwabach penderita memendek

3. Hidung Dan Sinus Paranasal


Hidung dan sinus Inspeksi dan palpasi Cara inspeksi dan palpasi hidung bagian luar
serta palpasi sinussinusDuduk menghadap pasienAtur penerangan dan amati hidung
bagian luar dari sisi depan, samping dan sisi atas. Perhatikan bentuk atau tulang hidung
dari ketiga sisi ini Amati warna dan pembengkakan pada kulit hidungAmati
kesimetrisan lubang hidungLanjutkan dengan melakukan palpasi hidung luar dan catat
bila ditemukan ketidaknormalan kulit atau tulang hidung Kaji mobilitas septum
nasiPalpasi sinus maksilaris, frontalis dan etmodialis. Perhatikan adanya nyeri tekan.
Mulut dan Faring Inspeksi
Amati posisi, jarak, gigi rahang atas dan bawah, ukuran warna, lesi, atau adanya tumor
pd setiap gigi. Amati juga akar-akar gigi dan gusi secara khusus
Cara Palpasi Mulut
Pegang pipi di antara ibu jari dan jari telunjuk (jari telunjuk berada didalam). Palpasi
pipi secara sistematis dan perhatikan adanya tumor atau pembengkakan. Bila ada
pembengkakan, tentukan menurut ukuran, konsistensi, hub dg daerah sekitarnya dan
adanya nyeri.

4. Pemeriksaan Trakhea
Pemeriksa dengan menggunakan ujung jari telunjuk yang ditekankan lembut kedalam
lekukan suprasternal tepat dimedial dari sendi sternoklavikularis bergantian dikedua sisi
tracheaKeadaan normal bila ujung jari hanya menyentuh jaringan lunak disebelah
menyebelah trakhea.Bila ujung jari menyentuh tulang rawan trakhea tidak digaris
median maka deviasi trakhea kearah tersebut, sedangkan sisi lain hanya menyentuh
jaringan lunak.Informasikan hasil pemeriksaan pada pasien dan catat pada status
Inspeksi leher
Inspeksi kesimetrisan otot-otot leher, keselarasan trakea, dan benjolan pada dasar leher
serta vena jugular dan arteri karotid3. Mintalah px utk : menundukkan kepala sehingga
dagu menempel ke dada, dan menegadahkan kepala kebelakang, perhatikan dg teliti
area leher dimana nodus tersebar. Bandingkan kedua sisi tersebut.

Pemeriksaan Leher Inspeksi

a. Perhatikan kesimetrisan leher, lihat apakah ada bekas luka di leher. Ketidaksimetrisan
dapat di sebabkan oleh pembengkakan. Pembengkakan yang terjadi dapat di sebabkan
oleh aneurisma arteri karotis dan mungkin terdapat pada satu sisi dan pulsasi arteri
dapat di raba pada daerah tersebut.
b. Pulsasi yang abnormal, adanya bendungan vena. Jika ada bendungan aliran darah ke
V. torakalis, vena di daerah jugularis akan menonjol.
c. Terbatasnya gerakan leher yang dapat di sebabkan oleh pembengkakan. Ada tidaknya
kaku kuduk (saat klien diangkat kepalanya, leher dan tubuh akan ikut terangkat),
terutama pada klien dengan tetanus dan meningitis.

Palpasi deviasi trakea

a. digunakan untuk memeriksa adanya deviasi trakea.


b.jika di temukan deviasi (miring) seperti pada klien pasca kecelakaan dengan
hemotoraks, flail chest.
c. posisikan klien agak menengadah, dalam posisi semi fowler (45 derajat).
d.menggunakan tiga jari tengah tangan dominan, dua jari yang samping menempel pada
ujung klavikula, jari tengah menyusuri trakea.

Palpasi kelenjar limfe

Pengukuran JVP (jugular vein pressure) Tekanan vena jugularis merupakan gambaran
secara tidak langsung atas pemompaan ventrikel. Adanya distensi pada vena jugularis
menunjukkan ada peningkatan tekanan vena sentral. Posisikan klien duduk semi fowler
(45 derajat), minta klien menoleh ke salah satu sisi.Urut mulai dari bawah vena hingga
ke atas, tahan sekitar tiga detik. Lalu lepaskan jari tangan yang berada di atas klavikula.
Palpasi kelenjar tiroid Minta klien untuk menelan, letakkan tangan di tengah leher,
rasakan kelenjar tiroid yang ikut bergerak saat menelan.

Anda mungkin juga menyukai