SRI MULYATI RAHAYU PENGERTIAN Bell’s Palsy adalah suatu kelumpuhan akut N. Fasialis perifer yang tidak diketahui sebabnya. Definisi kelumpuhan fasialis perifer akibat proses non -supuratif, non neo-plasmatik, non-degeneratif primer namun sangat mungkin akibat edema jinak pada bagian nervus fasialis di foramen stilomastoideus atau sedikit proksimal dari foramen tersebut, yang mulainya akut dan dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan. ETIOLOGI Penyebab: kelumpuhan N. Fasialis perifer sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Umumnya dapat dikelompokkan sebagai berikut: • Kongenital Trauma lahir(fraktur tengkorak, pendarahan intrakanial Didapat Trauma penyakit tulang tengkorak(osteomielitis) proses intrakranial(tumor, radang, pendarahan dll) proses di leher yang menekan daerah prosesus stilomastoideus • infeksi tempat lain(otitis media, herpes zoster dll) sindroma paralisis N. Fasialis familial PENGKAJIAN Anamnesa Bagian atas dan bawah dari otot wajah seluruhnya lumpuh. Dahi tidak dapat dikerutkan. Fisura palpebral tidak ditutup dan pada usaha untuk memejam mata terlihatlah bola mata yang berbalik ke atas. Sudut mulut tidak bisa diangkat. Bibir tidak bisa dicucurkan Lagoftalmos, maka air mata tidak bisa disalurkan secara wajar sehingga tertimbun di situ Pemeriksaan motoris Pemeriksaan fungsi motorik N. Fasial yang sistematik yaitu dengan mengamati kelainan asimetri yang timbul pada wajah akibat kelumpuhan salah satu otot wajah. Pemeriksaan sensoris Pemeriksaan fungsi sensorik yaitu dengan menilai dengan daya pengecapan (citarasa). Hilangnya atau mengurangnya daya pengecapan dinamakan ageusia dan hipogeusia. Bilamana pengecapan asin dirasakan sebagai asam-manis dan sebagainya, maka daya pengecapan yang abnormal itu dinamakan Pargeusia. PROSEDUR DIAGNOSTIK CT. SCAN/MRI Computed Tomography(CT) scan, juga disebut computerized axial tomography (CAT) scan, digunakan untuk membuat gambar dari semua sisi dari struktur tubuh EMG Test ini dapat memastikan adanya kerusakan saraf dan tingkat keparahannya. Sebuah EMG dapat mengukur aktifitas electric otot sebagai respons terhadap stimulan dan alam dan kecepatan dari konduksi impulse elektrik dalam aliran saraf. House Brackmann Classification of Facial Function Derajat 1 Fungsional normal Derajat 2 Angkat alis baik, menutup mata komplit, mulut sedikitasimet ris. Derajat 3 Angkat alis sedikit, menutup mata komplit denganusaha, mulut bergerak sedikit lemah dengan usahamaksimal Derajat 4 Tidak dapat mengangkat alis, menutup matainkomplit dengan usaha, mulut bergerak asimetrisdengan usaha maksimal Derajat 5 Tidak dapat mengangkat alis, menutup mata inkomplit dengan usaha, mulut sedikit bergerak Derajat 6 Tidak bergerak sama sekali. PENGOBATAN Tidak ada pengobatan khusus untuk Bell ’s Palsy. Beberapa ahli percaya bahwa : 1. kortikosteroid, misalnya Prednison harus diberikan dalam waktu tidak lebih dari 2 hari setelah timbulnya gejala dan dilanjutkan sampai 1-2 minggu. 2. Pada kelumpuhan yang berat, pemijatan pada otot yang lemah dan perangsangan sarafnya bisa membantu mencegah terjadinya kekakuan otot wajah. Fisioterapi Cara yang sering digunakan yaitu: 1. mengurut (massage) otot wajah selama 5 menit pagi – sore atau dengan faradisasi. 2. Gerakan yang dapat dilakukan berupa tersenyum, mengatupkan bibir, mengerutkan hidung, mengerutkan dahi, gunakan ibu jari dan telunjuk untuk menarik sudut mulut secara manual, mengangkat alis secara manual dengan keempat jari menutup mata. Terapi panas Superficial Digunakan untuk menghilangkan pembengkakan pada jaringan. Stimulasi listrik/electrical stimulation merangsang otot yang innervasinya terganggu, dapat dalam bentuk bentuk E –stimuli akupuntur. PENDIDIKAN KESEHATAN Larangan Tidak boleh duduk di mobil dengan jendela terbuka Tidak boleh tidur di lantai atau setelah “bergadang” Saran yang harus dikerjakan Istirahat terutama pada keadaan akut . Tiap malam mata diplester. Gunanya melatih mata yang tidak dapat menutup supaya dapat menutup bersamaan Pakailah helm teropong. Ini dilakukan untuk menghindari sentuhan langsung dengan angin. Saran yang harus dikerjakan • Istirahat terutama pada keadaan akut . • Tiap malam mata diplester. Gunanya melatih mata yang tidak dapat menutup supaya dapat menutup bersamaan. • Pakailah helm teropong. Ini dilakukan untuk menghindari sentuhan langsung dengan angin. KOMPLIKASI 1. Fenomena air mata buaya ; waktu makan keluar air mata. ( akibat regenerasi serabut saraf otonom yg salah arah ) 2. Kontraktur otot wajah 3. Sinkinesis ; gerakan sadar menutup mata, terjadi pengangkatan sudut mulut, kontraksi otot platisma, atau pengerutan dahi ( regenerasi serabut saraf mencapai otot yg salah ). 4. Spasme otot wajah 5. Ptosis alis 6. Bell’s palsy rekuren