Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan merupakan kondisi alamiah yang unik karena meskipun bukan


penyakit, tetapi sering sekali menyebabkan komplikasi akibat berbagai perubahan
anatomic serta fisiologik dalam tubuh ibu. Salah satu perubahan fisiologik yang
terjadi adalah perubahan hemodinamik. Selain itu, darah yang terdiri atas cairan dan
sel-sel darah berpotensi menyebabkan komplikasi perdarahan dan thrombosis jika
terjadi ketidakseimbangan faktor-faktor prokoagulasi dan hemostasis (Sarwono,
2010).

Pada kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu peningkatan


produksi eritropoietin. Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel darah merah
(eritrosit) meningkat. Namun, peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi
yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi
penurunan konsentrasi hemoglobin (Hb) akibat hemodilusi (Sarwono, 2010).

Anemia secara praktis didefinisikan sebagai kadar Ht, konsentrasi Hb, atau
hitung eritrosit dibawah batas “normal”. Namun nilai normal yang akurat untuk ibu
hamil sulit dipastikan karena ketiga parameter laboratorium tersebut bervariasi
selama periode kehamilan. Umumnya ibu hamil dianggap anemia jika kadar
hemoglobin dibawah 11 g/dl atau hematokrit kurang dari 33%. Dalam praktik rutin,
konsentrasi Hb < 11 g/dl pada akhir trimester pertama, dan 10 g/dl pada trimester
kedua dan ketiga diusulkan menjadi batas bawah untuk mencari penyebab anemia
dalam kehamilan. Nilai-nilai ini kurang lebih sama dengan nilai Hb terendah pada
ibu-ibu hamil yang mendapat suplementasi besi, yaitu 11,0 g/dl pada trimester
pertama dan 10,5 g/dl pada trimester kedua dan ketiga (Sarwono, 2010).

1
1.2 Rumusan masalah
1) Apa pengertian anemia pada ibu hamil ?
2) Bagaimana etiologi anemia pada ibu hamil ?
3) Bagaimana manifestasi anemia pada ibu hamil ?
4) Bagaimana patofisiologi anemia pada ibu hamil ?
5) Apa pemeriksaan penunjang anemia pada ibu hamil ?
6) Bagaimana penatalaksanaan medis anemia pada ibu hamil ?
7) Bagaimana Asuhan keperawatan anemia pada ibu hamil ?
1.3 Tujuan penelitian
1) Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran kejadian anemia dan faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian anemia pada ibu hamil dan mengerjakan tugas Keperawatan
Matenitas.
2) Tujuan Khusus
a. Diketahuinya pengertian anemia pada ibu hamil.
b. Diketahuinya etiologi anemia pada ibu hamil.
c. Diketahuinya manifestasi anemia pada ibu hamil.
d. Diketahuinya patofisiologi anemia pada ibu hamil.
e. Diketahuinya pemeriksaan penunjang anemia pada ibu hamil.
f. Diketahuinya penatalaksanaan medis anemia pada ibu hamil.
g. Diketahuinya Asuhan keperawatan anemia pada ibu hamil.
1.4 Manfaat penelitian
1) Pengembangan substansi ilmu keperawatan khususnya mengenai anemia pada
ibu hamil dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
2) Peneliti dapat mempelajari lebih mendalam mengenai anemia pada ibu hamil,
serta factor yang mempengaruhi.
3) Bagi pembaca, makalah ini dapat disebar luaskan ilmunya kepada masyarakat.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa
eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa
oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer. Secara praktis anemia
ditunjukkan oleh adanya penurunan kadar hemoglobin, hematokrit atau hitung
eritrosit (red cell count). Tetapi yang paling lazim dipakai adalah kadar hemoglobin,
kemudian hematokrit (Sudoyo, 2009).
Menurut (Corwin, 2009) anemia adalah penurunan kuantitas sel-sel darah
merah dalam sirkulasi, abnormalitas kandungan hemoglobin sel darah merah, atau
keduanya.
Berikut merupakan kriteria anemia menurut WHO (dikutip dari Hoffbrand AV, et al,
2001).
Anemia adalah suatu keadaan di mana jumlah eritrosit yang beredar atau
konsentraisi hemoglobin menurun. Sabagai akibat,ada penurunan trasportasi oksigan
dari paru-paru ke jaringan perifer. Selama kehamilan, anemia lazim terjadi dan
biasanya disebabkan oleh difesiensi besi, sekunder terhadap kehilangan darah
sebalumnya atau asupan besi yang tidak a jarang dekuat.
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya
kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan
adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan
III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002). Anemia dalam
kehamilan yang disebabkan karena kekurangan zat besi, jenis pengobatannya relatif
mudah, bahkan murah. Anemia diindikasikan bila hemoglobin ( Hb) kurang dari 12
g/dl pada wanita yang tidak hamil atau kurang dari 10 g/dl pada wanita hamil.

3
Tabel 1
Kriteria Anemia menurut WHO
Kriteria Anemia Menurut WHO
Kelompok Kriteria Anemia (Hb)
Laki-laki dewasa < 13 gr/dl
Wanita dewasa tidak hamil < 12 gr/dl
Wanita hamil < 11 gr/dl

2.2 Etiologi
Menurut (Sudoyo, 2009) anemia hanyalah suatu kumpulan gejala yang
disebabkan oleh berbagai macam penyebab. Pada dasarnya anemia disebabkan oleh
karena :
A. Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang.
1. Kekurangan bahan esensial pembentuk eritrosit.
a. Anemia defisiensi besi
b. Anemia defisiensi asam folat
c. Anemia defisiensi vitamin B12
2. Gangguan penggunaan (utilisasi) besi
a. Anemia akibat penyakit kronik
b. Anemia sideroblastik
3. Kerusakan sumsum tulang
a. Anemia aplastik
b. Anemia mieloplastik
c. Anemia pada keganasan hematologi
d. Anemia diseritropoietik
e. Anemia pada sindrom mielodisplastik
4. Kehilangan darah (perdarahan).
a. Anemia pasca pendarahan akut
b. Anemia akibat perdarahan kronik

4
B. Proses penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya (hemolisis).
1. Anemia hemolitik intrakorpuskular
a. Gangguan membran eritrosit (membranopati)
b. Gangguan ensim eritrosit (enzimopati) : anemia akibat G6PD
c. Gangguan hemoglobin (hemoglobinopati)
- Thalassemia
- Hemoglobinopati struktural : HbS, HbE, dll
2. Anemia hemolitik ekstrakorpuskuler
a. Anemia hemolitik autoimun
b. Anemia hemolitik mikroangiopati
c. Lain-lain

C. Anemia dengan penyebab tidak diketahui atau dengan patogenesis yang


kompleks. Berikut ini merupakan klasifikasi anemia berdasarkan morfologi dan
etiologinya:
1. Anemia hipokromik mikrositer
a. Anemia defisiensi besi
b. Thallasemia major
c. Anemia akibat penyakit kronik
d. Anemia sideroblastik
2. Anemia normokromik normositer
a. Anemia pasca perdarahan akut
b. Anemia aplastik
c. Anemia hemolitik didapat
d. Anemia akibat penyakit kronik
e. Anemia pada gagal ginjal kronik
f. Anemia pada sindrom mielodisplastik
g. Anemia pada keganasan hematologik

5
3. Anemia makrositer
a. Bentuk megaloblastik
 Anemia defisiensi asam folat
 Anemia defisiensi B12, termasuk anemia pernisiosa
b. Bentuk non megaloblastik
 Anemia pada penyakit hati kronik
 Anemia pada hipotioroidisme
 Anemia pada sindrom mielodisplastik
Ko

2.3 Manifestasi Klinik

Gejala umum anemia disebut juga sebagai sindrom anemia, timbul karena
iskemik organ target serta akibat kompensasi tubuh terhadap penurunan hemoglobin
sampai kadar tertentu (Hb < 7g/dl). Sindrom anemia terdiri dari rasa lemah, lesu,
cepat lelah, telinga mendenging, mata berkunang-kunang, kaki terasa dingin, sesak
napas dan dispepsia. Pada pemeriksaan pasien tampak pucat, yang mudah dilihat pada
konjungtiva, mukosa mulut, telapak tangan dan jaringan di bawah kuku. Sindrom
anemia bersifat tidak spesifik karena dapat ditimbulkan oleh penyakit di luar anemia
dan tidak sensitif karena timbul setelah penurunan hemoglobin yang berat (Hb <
7g/dl) (Sudoyo, 2009).

2.4 Patofisiologi

2.5 Pemeriksaan Penunjang


1) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium merupakan penunjang diagnostik pokok dalam
diagnosis anemia. Pemeriksaan ini terdiri dari pemeriksaan penyaring

6
(screening test), pemeriksaan darah seri anemia, pemeriksaan sumsum tulang,
pemeriksaan khusus.
2) Pemeriksaan penyaring
Pemeriksaan penyaring untuk kasus anemia terdiri dari pengukuran kadar
hemoglobin, indeks eritrosit dan hapusan darah tepi. Dari sini dapat dipastikan
adanya anemia serta jenis morfologik anemia tersebut, yang sangat berguna
untuk pengarahan diagnosis lebih lanjut.
3) Pemeriksaan darah seri anemia
Pemeriksaan darah seri anemia meliputi hitung jenis leukosit, trombosit,
hitung retikulosit dan laju endap darah. Sekarang sudah banyak dipakai
automatic hematology analyzer yang dapat memberikan presisi hasil yang
lebih baik.
4) Pemeriksaan sumsum tulang
Pemeriksaan sumsum tulang memberikan informasi yang sangat berharga
mengenai keadaan sistem hematopoiesis. Pemeriksaan ini dibutuhkan untuk
diagnosis definitif pada beberapa jenis anemia. Pemeriksaan sumsum tulang
mutlak diperlukan untuk diagnosis anemia aplastik, anemia megaloblastik,
serta pada kelainan hematologik yang dapat mensupresi sistem eritroid.
5) Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan ini hanya dikerjakan atas indikasi khusus, misalnya pada :
Anemia defisiensi besi : serum iron, TBC (total iron binding acapacity),
saturasi tranferin, protoporfirin eritrosit, feritin serum, reseptor transferin dan
pengecatan besi pada sumsum tulang.
a. Anemia megaloblastik : folat serum, vitamin B12 serum, tes supresi
deoksiuridin dan tes Schiling.
b. Anemia hemolitik : bilirubin serum, test Coomb, elektroforesis hemoglobin
dan lain-lain.
c. Anemia aplastik : biopsi sumsum tulang.

7
d. Juga diperlukan pemeriksaan non-hemtologik tertentu seperti misalnya
pemeriksaan faal hati, faal ginjal atau faal tiroid (Sudoyo, 2009).

2.6 Penatalaksanaan Medis


Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian terapi pada pasien
anemia adalah :
a. Pengobatan hendaknya diberikan berdasarkan diagnosis definitif yang
telah ditegakkan terlebih dahulu.
b. Pemberian hematinik tanpa indikasi yang jelas tidak dianjurkan.
c. Pengobatan anemia dapat berupa :
1) Mengonsumsi suplemen zat besi
Diberikan ferrous sulphate, yang dikonsumsi 2-3 x/hari
2) Menambah asupan nutrisi kaya zat besi
Ikan, daging merah, ayam, sayuran berwarna hijau gelap, kacang-
kacangan,biji-bijian, sereal, telur dan tahu.
3) Memenuhi kebutuhan Vit C
Agar tubuh dapat menyerap zat besi maka diperlukanvit C yang
maksimal.
4) Terapi untuk keadaan darurat seperti misalnya pada perdarahan akut
akibat anemia aplastik yang mengancam jiwa pasien atau pada anemia
pasca perdarahan akut yang disertai gangguan hemodinamik.
5) Terapi suportif.
6) Terapi yang khas untuk masing-masing anemia.
7) Terapi kausal untuk mengobati penyakit dasar yang menyebabkan
anemia tersebut.
Dalam keadaan dimana diagnosis definitif tidak dapat ditegakkan, kita
terpaksa memberikan terapi percobaan. Disini harus dilakukan pemantauan
yang ketat terhadap respon terapi dan perubahan perjalanan penyakit pasien

8
dan dilakukan evaluasi terus menerus tentang kemungkinan perubahan
diagnosis.
Transfusi diberikan pada anemia pasca perdarahan akut dengan tanda-
tanda gangguan hemodinamik. Pada anemia kronik transfusi hanya diberikan
jika anemia bersifat simtomatik atau adanya ancaman payah jantung. Pada
anemia kronik sering dijumpai peningkatan volume darah, oleh karena itu
transfusi diberikan diuretika kerja cepat seperti furosemid sebelum transfusi
(Sudoyo, 2009).

9
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluru(Boedihartono, 1994).
Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan
semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur
dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi,
menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan
penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai,
berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.
2. Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi
berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis
infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar,
hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran
atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB).
Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut,
faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak
sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon
terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler
melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku :

10
mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah
putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP).
3. Integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya
penolakan transfusi darah.
Tanda : depresi.
4. Eleminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB).
Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan
haluaranurine.
Tanda : distensi abdomen.
5. Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan
produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada
faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak
pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah
liat,
dsb.
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin
B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak
kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis,
misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).
6. Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan
berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.
Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ;
klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu
berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis :

11
perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan
rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).

7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
8. Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
9. Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada
radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker.
Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan
penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie
dan ekimosis (aplastik).
10. Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang
libido (pria dan wanita). Imppoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.

3.2 Diagnosa Keperawatan


1) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
2) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mencerna makanan
3) Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang tidak
adekuat (mis: penurunan hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan respon
inflamasi)
4) Konstipasi berhubungan dengan perubahan pada pola makan.

12
3.3 Intervensi Keperawatan
N Diagnosa Tujuan/Kriteria Intevensi Rasional
o Keperawatan hasil
1. Intoleransi Melaporkan 1.Kaji 1.Mempenga
aktivitas peningkatan kemampuan ruhi pilihan
berhubungan toleransi Pasien untuk intervensi
dengan aktivitas(term Melakukan /bantuan
Ketidakseimb asuk aktivitas tugas/AKS 2.Menunjukk
ang sehari-hari. normal. an perubahan
n antara 2.Kaji neurologi
suplai Kehilangan karena
dan /gangguan defesiensi
kebutuhan keseimbanga vitamin B12
oksigen. n Gaya mempengaru
jalan,kelema hi
han otot. keamanan
3.Awasi pasien/resiko
tekanan cedera.
darah,nadi,pe 3.Manifestasi
rnapasan kardiopulmo
selama dan nal dari
sesudah upaya
aktivitas. jantung dan
4.Berikan paru untuk
lingkungan membawa
tenang. jumlah

13
5.Ubah posisi oksigen
pasien adekuat ke
dengan jaringan.
perlahan dan 4.Meningkat
pantau kan
terhadap Istirahat
pusing. untuk
6.Anjurkan Menurunkan
pasien untuk kebutuhan
menghentika oksigen
n tubuh dan
aktivitas bila Menurunkan
palpitasi. regangan
jantung
dan paru.
5. Hipotensi
postural atau
hipoksia
serebral
dapat
menyebabkan
pusing,
berdenyut
dan
peningkatan
resiko cedera.
6.Regangan/s
tres

14
kardiopulmo
nal
berlebihan/str
es dapat
menimbulkan
kegagalan.
2. Ketidakseimb Menunjukkan 1.Kaji 1.Mengidenti
angan nutrisi: peningkatan riwayat fikasi
kurang berat badan nutrisi, defisiensi,
dari atau berat termasuk menduga
kebutuhan badan stabil makanan kemungkinan
tubuh dengan nilai yang intervensi.
berhubungan laboratorium disukai. 2.Mengawasi
dengan normal. masukan
ketidakmamp dan kalori atau
uan untuk kualitas
mencerna kekurangan
makanan. pasien. konsumsi
3.Timbang makanan.
berat 3.Mengawasi
badan tiap penurunan
hari. berat
4.Berikan badan atau
makan efektivitas
sedikit dan intervensi
frekuensi nutrisi.
sering 4.Makan
dan/atau sedikit
makan dapat

15
diantara menurunkan
waktu kelemahan
makan. dan
5.Observasi meningkatka
dan n pemasukan
catat kejadian juga
mual/muntah, mencegah
flatus dan distensi
gejala lain gaster.
yang 5.Gejala GI
berhubungan. dapat
6.Berikan menunjukkan
dan bantu efek
hygiene anemia
mulut yang (hipoksia)
baik sebelum pada organ.
dan sesudah 6.Meningkat
makan, kan
gunakan sikat nafsu makan
gigi dan
halus untuk pemasukan
penyikatan oral,
yang menurunkan
lembut. pertumbuhan
Berikan bakteri,
pencuci meminimalka
mulut yang n
diencerkan kemungkinan

16
bila infeksi.
mukosa oral Teknik
luka. perawatan
7. Kolaborasi mulut
: khusus
1.Berikan mungkin
obat diperlukan
sesuai bila
indikasi, jaringan
mis.Vitamin rapuh/luka/pe
dan rdarahan dan
suplemen nyeri berat.
mineral, 7. Kolaborasi
seperti :
sianokobalam 1.Kebutuhan
in (vitamin penggantian
B12), asam tergantung
folat pada tipe
(Flovite); anemia
asam dan/atau
askorbat adanya
(vitaminC), masukan
2.Besi oral yang
dextran buruk dan
(IM/IV.) defisiensi yag
diidentifikasi.
2.Diberikan
sampai

17
defisit
diperkirakan
teratasi dan
disimpan
untuk yang
tak dapat
diabsorpsi
atau terapi
besi oral,
atau bila
kehilangan
darah terlalu
cepat untuk
penggantian
oral menjadi
efektif.
3. Resiko infeksi Mngidentifikasi 1.Tingkatkan cuci 1.Mencegah
Berhubungan perilaku untuk tangan yang baik kontaminasi silang.
Dengan mencegah/menurunka oleh oemberi 2.Menurunkan
pertahanan tubuh n resiko infeksi. perawatan dan resiko infeksi
sekunder yang pasien. bakteri.
tidak adekuat 2.Pertahankan 3.Membantu dalam
(mis: penurunan teknik aseptic ketat pengenceran secret
hemoglobin, pada prosedur/ pernafasan untuk
eukopenia, perawatan luka. mempermudah
supresi/penurun 3.Tingkatkan pengeluaran dan
n respon masukan cairan mencegah statis
inflamasi). adekuat. cairan tubuh.
4.Pantau suhu, catat 4.Adanya proses

18
adanya menggigil inflamasi/infeksi
dan takikardia membutuhkan
dengan atau tanpa evaluasi/pengobata
demam n.
5.Kolaborasi: 5.Mungkin
berikan antiseptic digunakan secara
topical, antibiotic propilaktik untuk
sistemik. menurunkan
kolonisasi atau
untuk
pengobatan proses
infeksi local.
4. Konstipasi Membuat/kembali 1.Observasi warna 1.Membantu
berhubungan pola normal dari feses, konsistensi, mengidentifikasi
dengan perubahan fungsi usus. frekuensi, dan penyebab/ factor
pada pola makan. jumlah. pemberat dan
2.Auskultas bunyi intervensi yang
usus tepat.
3.Awasi masukan 2.Bunyi usus secara
dan haluaran dengan umum meningkat
perhatian khusus pada diare dan
pada makanan menurun pada
/cairan. konstipasi.
4.Kaji kondisi kulit 3.Dapat
perianal dengan mengidentifikasi
sering. dehidrasi,
5.Kolaborasi: kehilangan
berikan obat anti berlebihan atau alat
diare, misalnya: dalam

19
difenoxsilat mengidentifikasi
hidroklorida. defisiensi diet.
4.Mencegah
ekskoriasi kulit dan
kerusakan kulit.
5.Menurunkan
multilitas usus bila
diare terjadi.
3.4      Evaluasi
1) Terjadi penurunan tanda fisiologis intoleransi, mis, nadi, pernapasan, dan TD
masih dalamrentang normal pasien.
2) Tidak ada tanda terjadinya malnutrisi.
3) Klien menunjukan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan
dan/atau     mempertahankan berat badan yang sesuai.
4) Perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi dapat diidentifikasi.
5) Fungsi usus mulai kembali normal.

20
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya
kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan
adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan
III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002). Anemia dalam
kehamilan yang disebabkan karena kekurangan zat besi, jenis pengobatannya relatif
mudah, bahkan murah. Anemia diindikasikan bila hemoglobin ( Hb) kurang dari 12
g/dl pada wanita yang tidak hamil atau kurang dari 10 g/dl pada wanita hamil.
Pengobatan anemia dapat berupa : Mengonsumsi suplemen zat besi Diberikan
ferrous sulphate, yang dikonsumsi 2-3 x/hari, Menambah asupan nutrisi kaya zat besi
Ikan, daging merah, ayam, sayuran berwarna hijau gelap, kacang-kacangan,biji-
bijian, sereal, telur dan tahu.Memenuhi kebutuhan Vit C Agar tubuh dapat menyerap
zat besi maka diperlukanvit C yang maksimal.
Diagnosa Keperawatan yang biasa muncul pada ibu hamil dengan anemia
yaitu : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen, Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan, Resiko infeksi
berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang tidak adekuat (mis: penurunan
hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan respon inflamasi) dan Konstipasi
berhubungan dengan perubahan pada pola makan.

4.2 Saran
Diharapkan pembaca dapat mengerti isi dari makalah ini dan dapat
menyebarkan ilmu yang bermanfaat kepada masyarakat. Dan untuk wanita
diharapkan sedari dini meminum tablet zat besi untuk meminimalkan resiko anemia
saat hamil maupun post partum.

21
DAFTAR PUSTAKA
1. Almatsier, Sunita. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama
2. Amirudin, Wahyuddin. 2004, Studi Kasus Kontrol Ibu Anemia, 2007
Jurnal Medical UNHAS , Available from http://
med.unhas.ac.id/index.php?...studi-kasus-kontrol...anemia-ibu
3. Doenges, Marilynn E,dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta:EGC.
4. Loowdermilk,dkk.2005.Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Jakarta:EGC
5. Manuaba, Ida Bagus Gde.2001.Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin
Obstetri Ginekologi dan KB.Jakarta:EGC
6. Morgan Geri, dkk. 2009. Obstetri dan Ginekologi Pansuan Praktik. Jakarta:
EGC.
7. Nanda.2009.Diagnosa Keperawatan 2009-2011.Jakarta:EGC.
8. Prawirohardjo, Sarwono.2006.Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Meternal dan Neonatal.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka.
9. Taber Ben-zion,M,D.1994.Kapita Selekta Kedaruratan Obstet dan
Ginekologi.Jakarta:EGC.

22

Anda mungkin juga menyukai