Anda di halaman 1dari 27

Askep Infeksi Sistem Persyarafan

Oleh : Dede N Azim


INFEKSI SISTEM PRSYARAFAN

Beberapa hal yang


perlu diperhatikan

SSP adalah jaringan tubuh yang mempunyai


kemampuan beregenerasi rendah sehingga jika
terjadi kerusakan pada SSP, biasanya bersifat
permanen.
SSP tidak berhubungan langsung dengan dunia
luar, sehingga infeksi yang terjadi umumnya
sekunder dari tempat lain.
INFEKSI SISTEM SYARAF

1. ASKEP
MENINGITIS
Meningitis adalah inflamasi meningen yaitu membran yang membungkus otak dan
spinal cord yang dapat disebabkan oleh beberapa agen infeksi termasuk virus dan
bakteri.

Patofisiologi :
infeksi dari tempat lain atau perluasan infeksi langsung setelah cedera tulang
wajah atau sekunder dari prosedur invasif.

Masuk melalui aliran darah dan melintasi sawar darah otak

Reaksi radang pada meningen. MO di ruang subarachnod


menimbulkan inflamasi pada piamataer, arachnoid, CSF dan ventrikel

Pembentukan eksudat dan menyebar ke saraf kranial dan spinal

Gangguan neurologis, hidrosefalus dan PTIK


ASKEP MENINGITIS……

Manifestasi Klinik
Gejala triad meningitis: nyeri kepala, demam dan meningism (rigiditas nukal atau
kaku leher).
Gejala meningitis akut sama dengan meningitis kronik meliputi nyeri kepala, demam,
muntah dan gangguan mental.
Nyeri kepala dan demam merupakan gejala awal yang sering.
Tanda Iritasi Meningen

1. Kaku Kuduk
2. Brudzinsku’s Sign.
3. Kernig’s Sign
2. ASKEP Enchefalitis
Ensefalitis adalah inflamasi jaringan otak sering terjadi pada
hemisfer serebral, batang otak dan serebellum, lebih sering
disebabkan oleh virus meskipun juga dapat terjadi karena bakteri,
jamur atau infeksi parasit.

Etiologi Virus Bakteri Jamur dan parasite :

Virus : Herpes simpleks, herpes zoster, virus polio, EBV, paramyxovirus


(campak, mumps).

Bakteri : Penyakit lyme, sifilis dan tuberculosis

Jamur dan parasite : ditemukan pada pasien yang (immunocompromised)


termasuk penderita AIDS. Jenis jamur (cryptococcus neoformans), parasit
(toksoplasmosis)
Insiden ensefalitis
Insiden ensefalitis virus 3,5 – 7,4 Kasus per 100 orang setiap tahun.
Faktor risiko ensefalitis virus termasuk influenza berat, campak, chickenpox,
rubella, mumps, herpes kompleks dan demam kelenjar. Sistem immun yang
menurun seperti infeksi HIV, anak-anak dan lansia juga merupakan faktor risiko.
Meningitis kriptokokus merupakan infeksi jamur yang paling banyak pada pasien
AIDS. Pasien dapat mengalami sakit kepala, mual, muntah, kejang, konfusi akibat
respon radang.

Manifestasi Klinik
Terjadi tiba-tiba
Perubahan status mental ringan sampai koma
Gejala neurologis terjadi dalam jam setelah onset
Kejang, kelumpuhan nervus cranialis
Perubahan pola napas, demam, nyeri kepala, kaku leher dan muntah
Kesulitan berbicara, penurunan pergerakan dan sensasi pada ekstremitas, refleks tendon tidak ada
atau mengalami peningkatan
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Acyclovir 10 mg/Kg BB/8 jam IV Kortikosteroid

Terapi oksigen
Ventilasi mekanik jika terjadi gangguan pertukaran gas
Perawat dan dokter perlu melakukan pengkajian neurologis terus
menerusAntiepilepsi

Komplikasi :
Dimensia
Lebih sering terjadi pada infeksi yang disebabkan oleh virus
herpes, HIV, toksoplasmosis, kriptokokus, cytomegalovirus.
ASUHAN KEPERAWATAN

Anamnese:
pada infeksi akut pasien melaporkan adanya nyeri kepala hebat,
diikuti muntah, disorientasi, atau delirium. Pasien juga
melaporkan adanya fotophobia, menggigil, demam dan aktivitas
kejang.

Riwayat adanya infeksi ditempat lain.


PE: Pasien dapat menunjukkan perubahan status mental dari
konfusi ringan sampai koma, gangguan fungsi neurologi.

Psikososial: kaji kemampuan koping pasien dan keluarga,


ansietas dan stress.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nyeri akut
Hipertermi
Defisit perawatan diri: total (mandi, makan, berpakaian dan
toileting)
Risko perfusi jaringan serebral tidak efektif
Risiko cedera

Catatan: Diagnosa keperawatan dapat ditambahkan sesuai dengan


hasil pengkajian.
INTERVENSI

Kaji tingkat nyeri,


lakukan Teknik distraksi
dan Relaksasi, Berikan Analgetik
EBN ( Evidance Based Nursing )

Cari EBN tentang Pengkajian Nyeri dan Intervensi keperawatan


untuk membantu mengatasi Ntyeri Pasien.
Atosan Heula ya……..

Wassalaaaaaam…..
ASKEP
KERUSAKAN PEMBULUH DARAH SYARAF
ASUHAN KEPERAWATAN
STROKE

Etiologi
Trombosis :
Paling sering karena aterosklerosis
Embolisme
Menyebabkan stroke embolik, lebih sering terjadi pada atrial fibrilasi kronik
Hemoragik
Sebagian besar hemoragik intraserebral disebabkan oleh ruptur karena
arteriosklerosis dan pembuluh darah hipertensif
Penyebab lain karena ruptur aneurisma (6%).
Penyebab lain stroke:

hiperkoagulasi termasuk defisiensi protein C dan S serta gangguan


pembekuan.
Penyebab lain yang jarang terjadi diantaranya penekanan
pembuluh darah serebral karena tumor, bekuan darah yang besar,
edema jaringan otak, dan abses otak.

Faktor Risiko Hipertensi : dapat di modifikasi :


Kadar kolesterol yang abnormal
Merokok
Diet
Kurangnya aktivitas fisik
Obesitas
Penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan
Tidak dapat dimodifikasi :
Jenis kelamin
Usia : Setiap 10 tahun setelah usia 55 tahun berisiko 2 kali mengalami
stroke
Etnis/ras
Riwayat keluarga

PATOFISIOLOGI
Defisit neurologis terjadi ketika aliran darah serebral berada pada
ambang iskemik kritis (kira-kira 20 ml/100 gr/menit)
Jika terjadi penurunan aliran darah dibawah ambang infark (kira-kira
8-10 ml/100 gr/menit) menyebabkan tidak adanya proses metabolik sel
diikuti kerusakan jaringan
PENATALAKSANAAN STROKE ISKEMIK

Stabilisasi fungsi kardiovaskuler dengan hidrasi adekuat, penanganan


gagal jantung atau aritmia jika ada.
Manajemen edema serebral dan beberapa orang pasien membutuhkan
trombolisis intravena dalam 3 jam setelah serangan, trombolisis
intraarterial dalam 6 jam setelah serangan.
Jika kontraindikasi terhadap trombolisis, aspirin merupakan obat pilihan.
Optimalkan oksigenasi pada area iskemik dengan monitor fungsi respirasi
seperti analisa gas darah, pemberian profilaksis atau penganan
pneumonia; penanganan proses metabolisme patologis seperti
penanganan terhadap demam dan kejang epilepsi; manajemen gula
darah.
PENATALAKSANAAN STROKE
HEMORAGIK
Menghentikan atau mengurangi perdarahan dalam satu jam pertama
serangan, mengeluarkan darah dari parenkim otak dan ventrikel untuk
menghilangkan faktor mekanik dan kimia yang dapat menyebabkan
cedera serebral.

Penatalaksanaan peningkatan tekanan intrakranial dan penurunan


perfusi jaringan serebral.

Penatalaksanaan yang lain meliputi penatalaksanaan jalan napas,


oksigenasi, sirkulasi, kadar glukosa darah, demam, nutrisi dan
pencegahan DVT
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian
Pasien stroke dapat mengalami gangguan refleks batuk, sesak,
respirasi irreguler, takipnea, ronki, oklusi jalan napas karena
lidah jatuh kebelakang dan apnea
Kaji kemampuan mengunyah yang melibatkan nervus kranial V,
nervus IX dan X untuk kemampuan menelan. Catat adanya fasial
paralisis (nervus cranial VII), tidak adanya gag refleks (nervus IX)
atau gangguan pergerakan lidah (nervus XII)
Kaji berapa sering berkemih dan defekasi. Pasien stroke dapat
mengalami inkontinensia bowel, bunyi usus menurun/tidak ada
dan konstipasi.
Pasien stroke mengalami kelemahan pada satu sisi tubuh sehingga
kesulitan beraktivitas, keterbatasan dalam pergerakan, kelemahan
umum
Tanda neurologis pada stroke dan manifestasi lain tergantung pada
luas dan lokasi iskemik dan arteri yang mengalami gangguan.

Lesi hemisfer kanan ditandai dengan paralisis pada sisi kiri tubuh,
defek lapang penglihatan kiri, gangguan persepsi, peningkatan
distraktibilitas, perilaku impulsif, kurang kesadaran terhadap defisit.
Lesi hemisfer kiri ditandai dengan paralisis pada tubuh bagian kanan,
defek lapang pandang kanan, afasia, perubahan kemampuan
intelektual dan perilaku lambat (Smeltzer & Bare, 2006).
Ansietas b.d krisis situasional, perubahan kondisi fisik dan emosi
Gangguan body image b.d penyakit kronik, paralisis
Kerusakan komunikasi verbal b.d penurunan sirkulasi ke pusat bicara
Konfusi kronik b.d perubahan neurologis
Inkontinensia urine fungsional b.d disfungsi neurologis
Kerusakan mobilitas fisik b.d gangguan keseimbangan dan koordinasi
Defisit perawatan diri total (hygiene, makan, berpakaian, dan toileting) b.d
penurunan kekuatan dan paralisis
Kerusakan menelan b.d disfungsi neurologis
Gangguan berpindah b.d mobilitas fisik terbatas
Risiko aspirasi; faktor risiko : gangguan menelan, hilangnya gag refleks
Risiko disuse syndrome; faktor risiko: paralisis

Risiko perfusi jaringan serebral tidak efektif; faktor risiko: hipertensi, DM,
hiperkolesterol.
Risiko kerusakan integritas kulit; faktor risiko : immobilitas
Intervensi Keperawatan

NDx : Risiko perfusi jaringan serebral tidak efektif


NOC: Status neurologis
NIC : Meningkatkan perfusi serebral
Meningkatkan perfusi serebral
Pertahankan euvolemia untuk mencegah penurunan CPP
Keseimbangan cairan <-594 ml berhubungan dengan outcome yang jelek,
ICP, MAP, CPP.
Hypertonic saline dapat meningkatkan CPP
Infus hypertonic saline signifikan meningkatkan tekanan darah arteri dan
CPP pada pasien perdarahan subarachnoid.
LUMBAL FUNGSI

Ada di Pemeriksaan Diagnostic


Atosan Heula ya……..

Wassalaaaaaam…..

Anda mungkin juga menyukai