Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

Kelainan Kongenital Berupa Gangguan Dalam Organogenesis Dan System


Reproduksi Pada Janin Yang Genetik Normal

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ginekologi


Dosen Pengampu Triana Sri Hardjanti, M.Mid

Disusun Oleh :

Kitri Winda Sari P1337424420051


Desintan Hayu Pramesthi P1337424420055
Intan Nuraini Haka P1337424420067
Zceca Bella Vinancia P1337424420165

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


DAN PROFESI BIDAN SEMARANG JURUSAN KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

TAHUN 2021

|
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3

A. Latar Belakang..............................................................................................3

B. Rumusan Masalah.........................................................................................5

C. Tujuan...........................................................................................................5

D. Manfaat.........................................................................................................5

BAB II ISI................................................................................................................6

A. Septum vagina...............................................................................................6

B. Aplasia dan atresia vagina...........................................................................12

C. Kista vagina.................................................................................................14

BAB III PENUTUP...............................................................................................19

A. Kesimpulan.................................................................................................19

B. Saran............................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20

|
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak adalah aset bangsa dan generasi penerus cita-cita perjuangan

bangsa yang akan menentukan masa depan bangsa dan negara (Depkes,

2014). Di tangan anak-anak yang sehat dan sejahtera akan melahirkan bangsa

yang kuat, sejahtera dan bermartabat. Suatu kenyataan saat ini bahwa harapan

kelangsungan hidup anak-anak Indonesia masih rendah sehingga masih

banyak anak terlahir di negeri ini dalam situasi yang tidak menguntungkan

karena berbagai sebab seperti penyakit infeksi, penyakit bawaan (kelainan

kongenital), malnutrisi, berat badan lahir rendah dan lainlain sehingga

kualitas hidup mereka dimasa depan akan rendah (IDAI, 2008). Walaupun

begitu, mortalitas anak di beberapa negara mulai menurun karena suksesnya

imunisasi, kontrol diare, infeksi saluran pernapasan akut, dan perbaikan

pelayanan yang terfokus pada Layanan Kesehatan Primer. Sebagai

konsekuensi, kelainan kongenital mengambil proporsi yang lebih besar dalam

mortalitas anak (World Bank dalam WHO, 2013)

Kelainan kongenital dapat didefinisikan sebagai kelainan struktural

atau fungsional termasuk kelainan metabolisme yang timbul saat lahir.

Kelainan kongenital dimulai saat prenatal yang disebabkan oleh defek

embriogenesis atau abnormalitas intrinsik saat proses perkembangan janin.

Kelainan ini dapat merupakan isolated abnormalities (defek tunggal) atau

|
menjadi salah satu bagian dari sindrom 2 yang dapat menjadi penyebab

penting dari mortalitas dan morbiditas pada neonatus dan anak (Rosano A,

dkk., 2000. Agha MM, dkk., 2006)

Kelainan kongenital berhubungan dengan genetik, dan lingkungan

luar. Banyak bayi yang lahir dengan defek yang serius akibat terjadinya

gangguan post konsepsi karena terpapar oleh agen lingkungan yang bersifat

teratogenik, seperti alkohol, rubella, sifilis, dan defisiensi iodium yang bisa

mengganggu perkembangan janin. Bayi-bayi yang bertahan hidup akan hidup

dengan gangguan mental, fisik, pendengaran, maupun penglihatan seumur

hidupnya.

Seorang bidan memiliki peran yang unik yang tugasnya saling

melengkapi dengan tenaga kesehatan profesional lainnya di dalam pelayanan

kesehatan ibu dan anak. Bidan sebagai praktisi memberikan asuhan

kebidanan bagi ibu hamil dan bersalin yang normal, serta asuhan terhadap

kasus gangguan system reproduksi pada wanita dan gangguan kesehatan bagi

anak balita sesuai dengan kewenangannya.

Sesuai dengan tugas seorang bidan dalam memberikan pelayanan

atau asuhan kebidanan yang terfokus kepada ibu dan anak balita yang lebih

rinci dapat kita ketahui bahwa pelayanan kebidanan mencakup

praperkawinan, kehamilan,melahirkan, menyusui dan nifas dan pelayanan

asuhan kebidanan pada bayi, balita, remaja dan wanita usia subur, maka

kebidanan dalam bekerja memberikan pelayanan keprofesiannya berpegang

|
pada paradigma yaitu berupa pandangan terhadap manusia atau wanita,

lingkungan, prilaku, pelayanan kesehatan atau kebidanandan keturunan.

Dari pemaparan latar belakang diatas, diperlukan kajian kelainan

congenital berupa gangguan dalam organogenesis dan system reproduksi

pada janin yang genetik normal.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimasuksud dengan Septum Vagina ?

2. Apakah yang dimasuksud dengan Aplasia dan Atresia vagina ?

3. Apakah yang dimasuksud dengan Kista vagina ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kelainan kongenital Septum Vagina

2. Untuk mengetahui kelainan kongenital Aplasia dan Atresia vagina

3. Untuk mengetahui kelainan kongenital Kista vagina

D. Manfaat
Hasil kajian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan dapat

menjadi sumbangan ilmiah dan memperkaya ilmu pengetahuan di bidang

kesehatan khususnya mengenai kelainan kongenital.

|
BAB II

ISI

A. Septum vagina

1. Definisi

Septum Vagina adalah sekat sagital di vagina dapat ditemukan di

bagian atas vagina. Septum vagina dapat dalam bentuk septum yang

longitudinal atau vertikal. Septum longitudinal dapatterjadi sepanjang

vagina sehingga dapat menghalangi jalannya persalinan. Septum vagina

yangvertikal dapat menghalangi penurunan dan kesulitan menilai

pembukaan. Bila kepala sudah turunmencapai hodge III, septum vertikal

dapat digunting sehingga persalinan berlangsung dengan aman.Sekat

sagital di vagina dapat ditemukan di bagian atas vagina. Tidak jarang hal

ini ditemukandengan kelainan pada uterus, oleh karena ada gangguan

dalam fusi atau kanalisasi kedua duktusmulleri. Pada umumnya kelainan

ini tidak menimbulkan keluhan pada yang bersangkutan, dan baru

ditemukan pada pemeriksaan ginekologik. Darah haid juga keluar secara

normal. Pada persalinan septum tersebut dapat robek spontan atau perlu

disayat dan diikat. Tindakan tersebutdilakukan pula bila ada

dispareuni.Septum vagina akibat gangguan fusi atau kanalisasi kedua

duktus muleri Pada persalinan dapatrobek atau perlu diguntung dan diikat

|
bila berdarah Aplasia dan atresia vagina Duktus muler berfusi tapi tidak

membentuk kanal.teraba sebagai jaringan yang tebal saja.tidak ada

vagina, pada lubang masuk seperti cekungan saja.Atresia vulva dalam

bentuk atresia himenalis yang menyebabkan hematokolpos,

hematometradan atresia vagina dapat menghalangi konsepsi. Kelainan

vagina yang cukup sering dijumpai dalam kehamilan dan persalinan

adalah septum vagina terutama vertika longitudinal. Septum yang

lengkap sangat jarang menyebabkan distosia karena separoh vagina yang

harus dilewati oleh janin biasanya cukup melebar sewaktu kepala lahir.

Akan tetapi septum yang tidak lengkap kadang-kadang menghambat

turunnya kepala. Struktur vagina yang kongenital biasanya atidak

menghalangi turunnya kepala, akan tetapi yang disebabkan oleh perut

akibat perlukaan dapat menyebabkan distosia.

2. Etiologi

Septum vagina tidak jarang hal ini ditemukan dengan kelainan pada

uterus, oleh karena adag angguan dalam fusi atau kanalisasi kedua duktus

mulleri.

a. Tindakan Cara yang efektif untuk tindakan persalinan septum

tersebut adalah dengan robekan spontan atau di sayat dan diikat.

Tindakan ini dilakukan pula bila ada dispareuni.

b. Sikap bidan dalam menghadapi kelainanadalah menegakkan

kemungkinan septum vagina, vertikal atau longitudinal pada waktu

|
melakukan pemeriksaan dalam dan selanjutnya merujuk penderita

untuk mendapatkan pertolongan persalinan sebagai mana mestinya.

3. Penyebab kelainan kongenital

Penyebab langsung kelainan kongenital sering kali sukar diketahui.

Pertumbuhan embrional dan fetal dipengaruhi oleh berbagai faktor

seperti faktor genetik, faktor lingkungan atau kedua faktor secara

bersamaan.faktor etiologi penyebab kelainan kongenital diantaranya

lainan genetik dan kromosom kelainan genetik pada ayah atau

ibukemungkinan besar akan berpengaruh atas kejadian kelainan

kongenital padaanaknya. 1iantara kelainan$kelainan ini ada yang

mengikuti hukum mendel biasa tetapi dapat pula diwarisi oleh bayi yang

bersangkutan sebagai unsur dominan atau kadang-kadang sebagai unsur

resesif. Penyelidikan dalam hal ini sukar tetapi adanya kelainan

kongenital yang sama dalam satu keturunan dapat membantu langkah-

langkah selanjutnya dengan adanya kemajuan dalam bidang teknologi

kedokteran, maka telah dapat diperiksa kemungkinan adanya kelainan

kromosom selama kehidupan fetal serta telah dapat dipertimbangkan

tindakan-tindakan selanjutnya.

a. Faktor mekanik

Tekanan mekanik pada janin selama kehidupan intrauterin

dapat menyebabkan kelainan bentuk organ tersebut. faktor

|
predisposisi dalam pertumbuhan organitu sendiri akan mempermudah

terjadinya deformitas suatu organ.

b. Faktor Infeksi

Infeksi yang dapat menimbulkan kelainan kongenital ialah

infeksi yang terjadi pada periode organogenesis yakni dalam trimester

pertama kehamilan. Adanya infeksi tertentu dalam periode

organogensis ini dapat menimbulkan gangguan dalam pertumbuhan

suatu organ tubuh. Infeksi pada trimester pertama disamping dapat

menimbulkan kelainan kongenital dapat pula meningkatkan

kemungkinan terjadi abortus.

c. Faktor obat

Beberapa jenis obat tertentu yang diminum wanita hamil pada

trimester pertama kehamilan diduga sangat erat hubungannya dengan

terjadinya kelainan kongenital pada bayinya. 0alah satu jenis obat

yang dapat mengakibatkan terjadinya fokomelia atau mikromelia.

Beberapa jenis jamu-jamuan yangd iminum wanita hamil muda

dengan tujuan yang kurang baik diduga erat pula hubungannya dengan

terjadinya kelainan kongenital. walaupun hal ini secara laboratorik

belum banyak diketahui secara pasti. sebaiknya salama kehamilan.

khususnya trimester pertama dihindari pemakaian obat-obatan yang

tidak perlu sama sekali. walaupun hal ini kadang-kadang sukar

dihindari karena calon ibu memang terpaksa harus minum obat. Hal

|
ini misalnya pada pemakaian fraskuilaiser untuk penyakit tertentu.

Pemakaian sitostatik atau preparat hormonyang tidak dapat

dihindarkan, keadaan ini perlu dipertimbangkan sebaik-baiknya

sebelum kehamilan dan akibatnya terhadap bayi.

d. Faktor umum Ibu

Telah diketahui bahwa mongolisme lebih sering ditemukan

pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang mendekati masa

menopause. Di bangsal bayi baru lahir rumah sakit Dr. Cipto

Mangunkusumo pada tahun 1975-1979, secara klinis ditemukan angka

kejadian mongolisme 1,08 per 1000 kelahiran hidup dan ditemukan

risiko relatif sebesar 26,93 untuk kelompok ibu umur 35 tahun atau

lebih.

e. Faktor Hormonal

Faktor ini diduga mempunyai hubungan pula dengan kejadian

kelainan kongenital. Bayi yang dilahirkan oleh ibu hipotiroidisme atau

ibu penderita diabetes melitus kemungkinan untuk mengalami

gangguan pertumbuhan lebih besar dibandingkan dengan bayi yang

normal.

f. Faktor Radiasi

Radiasi pada permulaan kehamilan mungkin sekali akan dapat

menimbulkankelainan kongenital pada janin. adanya riwayat radiasi

yang cukup besar pada orang tua dikhawatirkan akan dapat

|
mengakibatkan mutasi pada gene yang mungkin sekali dapat

menyebabkan kelainan kongenital pada bayi yang dilahirkannya.

radiasi untuk keperluan diagnostik atau terapeutik sebaiknya

dihindarkan dalam masa kehamilan, khususnya pada hamil muda

g. Faktor gizi

Pada binatang percobaan, kekurangan gizi berat dalam masa

kehamilan dapat menimbulkan kelainan kongenital. Pada manusia,

pada penyelidikan-penyelidikan menunjukkan bahwa frekuensi

kelainan kongenital, pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang

kekurangan makanan lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi-bayi

yang lahir dari ibu yang baik gizinya. Pada binatang percobaan

adanya defisiensi protein, vitamin A riboflarin, folic acid ,thiamin

yang dapat menaikkan kejadian kelainan kongenital.

h. Faktor-Faktor Lain

Banyak kelainan kongenital yang tidak diketahui

penyebabnya. Faktor janinnya sendiri dan faktor lingkungan hidup

janin diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. sering sekali

penyebab kelainan kongenital tidak diketahui.

4. Gejala

Septum vagina tidak jarang hal ini ditemukan dengan kelainan pada

uterus, oleh karena ada gangguan dalam fusi atau kanalisasi kedua duktus

mulleri.Septum vagina adalah akibat gangguan gangguan fusi atau

|
kanalisasi kedua duktusmuleri pada persalinan dapat robek atau perlu

digunting dan diikat bila berdarah. Penyebab septum vagina timbul

karena embriologis perkembangan sistem mulleri. Bentuk yang paling

parah adalah tidak terbentuknya saluran reproduksi yaitu vagina, uterus

dan tuba fallopii. Selainan ini disebabkan oleh kegagalan sistem mulleri

untuk berfusi digaris tengah atau mengubah bentuk digaris tengah setelah

berfusi untuk membentuk rongga uterus tunggal. Bentuk kelainan

penyatuan yang paling parah terjadi ketika duktus mulleri gagal bersatudi

sepanjang garis, menyebabkan pembentukan dua vagina. kadang-kadang

vagina memiliki saluran yang tidak biasa dan membentuk septum

vagina. Septum vagina dapat berbentuk longitudinal maupun horizontal.

5. Cara mengatasi suptum vagina

Cara yang efektif untuk tindakan persalinan septum tersebut adalah

dengan robekan spontan atau di sayat dan diikat. Tindakan ini dilakukan

pula bila ada dispareuni. Sikap bidan dalam menghadapi kelainan ini,

adalah menegakkan kemungkinan septum vagina, vertikal atau

longitudinal pada waktu melakukan pemeriksaan dalam dan selanjutnya

merujuk penderita untuk mendapat pertolongan persalinan sebagaimana

mestinya. mengatasi suptum vagina dapat pula dilakukan tindakan

invasive (operatif).

B. Aplasia dan atresia vagina

a. Pengertian

|
Pada aplasia vaginae kedua duktus mulleri mengadakan fusi, akan

tetapi tidak berkembang dan tidak mengadakan kanalisasi, sehingga bila

diraba hanya ditemukan jaringan yang tebal saja. Pada aplasia vagina tidak

ada vagina, dan ditempatnya intruitus vaginae hanya terdapat cekungan

yang dangkal atau yang akan dalam. Disini therapynya adalah Pembuatan

vagina baru. Vagina menghubungkan genetalia ekterna dengan genetalia

interna. Introitus vagina tertutup pada hymen atau selaput darah,suatu

lipatan selaput setempat.Pada seorang virgo selaput darahnya masih

utuh,dan lubang selaput darah umumnya hanya dapat dilalui oleh jari

kelingking. Pada koitus pertama hymen robek di beberapa tempat dan

sisanya di namakan katunkulaemittiformes. Besarnya lubang hymen tidak

menentukan apakah wanita tersebut masih virgo atau tidak.Vagina

berukuran di depan 6,5 cm dan dibelakang 9,5 cm.Sumbunya berjalan kira

kira sejajar dengan arah pinggir bawah simpisis ke promontorium. Arah ini

penting diketahui.jika memasukkan jari kedalam vagina pada pemeriksaan

ginekologi. Pada pertumbuhan janin dalamuterus 2/3bagian atas vagina

beralas dari duktus inuller (asal dari entroderm) sedangkan 1/3 bagian

bawahnya dari limparan limparan ektorderm. Hal ini penting diketahui

dalam menghadapi kelainan kelainan bawaan.Pada aplasia vagina kedua

duktus mulleri mengadakan fusi,akan tetapi tidak berkembang dantidak

mengadakan kanalisasi,sehingga bila diraba hanya ditemukan jaringan

yang tebal saja. Pada umumnya bila di jumpai aplasia vagina ,maka sering

|
pula ditemukan uterus yang rudimenter. Ovarium dapat pula menunjukkan

hipoplasi atau menjadi polikistik. Pada aplasia vagina tidak ada vagina,

dan di tempatnya introitus vagina hanya terdapat cekungan yang dangkal

atau yang agak dalam.

b. Penatalaksanaan

Operasi pembuatan vagina baru ini sebaiknya pada saat wanita yang

bersangkutan akan menikah.Dengan demikian vagina baru dapat

digunakan dan dapat dicegah bahwa vagina buatan akanmenyempit.Pada

attresia vaginae terdapat gangguan dalam kanalisasi : sehingga terbentuk

suatu septum yang horisontal. Septum itu dapat ditemukan pada bagian

proksimal vagina, akan tetapi bisa juga pada bagian bawah, diatas himen.

Bila penutupan vagina itu menyeluruh, mensturasi timbul terapi vagina

tidak menyeluruh, tidak akan timbul kesulitan.

C. Kista vagina

1. Pengertian

Kista vagina adalah suatu kantong tertutup pada dinding atau bagian

bawah dinding vagina yang berisi cairan atau bahan semi padat. Kista

terjadi akibat tersumbatnya kelenjar atau salurannya sehingga cairan

terkumpul di dalamnya. Kista di vagina biasanya tidak nyeri. Ukurannya

bervariasi mulai dari seukuran kacang sampai seukuran buah plum.

Sedangkan Kista inklusi terjadi akibat trauma seperti akibat tindakan

operasi. Kista Gartner merupakan salah satu kista di vagina. Kista ini

|
berasal dari sisa saluran saat janin dalam perkembangan yang awalnya

membesar kemudian menghilang. Tetapi kadang-kadang kista ini lumayan

membesar sehingga terlihat dari luar vagina. Kista vagina biasanya tidak

bergejala. Jika bergejala, maka gejalanya hanya berupa pembengkakan

kecil di dinding vagina, massa tumor keluar dari liang vagina atau nyeri

saat melakukan hubungan seksual. Kista vagina kadang hilang dengan

sendirinya. Jika tidak hilang, maka perlu dilakukan tindakan operasi untuk

membuangnya. Setelah operasi maka kista biasanya tidak akan kambuh.

Kista ini sering ditemukan secara tidak sengaja saat dilakukan pemeriksaan

panggul, dimana terlihat atau teraba adanya tumor di dinding vagina.

Biasanya dilakukan biopsi untuk menentukan apakah tumor jinak atau

ganas. Justru jika lokasi kista dekat dengan kandung kemih atau

salurannya, maka dilakukan pemeriksaan rontgen untuk memastikan kedua

organ tersebut tidak terkena.

2. klasifikasi Kista Vagina

a. Kista Inklusi

1) Definisi

Suatu kantong tertutup pada dinding atau bagian bawah dinding

vagina yang berisi cairan atau bahan semi padat. Kista terjadi

akibat tersumbatnya kelenjar atau salurannya sehingga cairan

terkumpul didalamnya.

|
2) Etiologi

Merupakan salah satu jenis kista yang biasanya terjadi di bagian

vagina dan biasanya terjadi akibat trauma seperti akibat tindakan

operasi.

3) Gejala

Gejalanya hanya berupa pembengkakan kecil di dinding vagina,

massa tumor keluar dari liang vagina atau nyeri pada saat

melakukan hubungan seksual.

4) Pemeriksaan

a) Jika gejala-gejala yang timbul tidak hilang maka lakukan

operasi.

b) Setelah operasi simak kista biasanya tidak akan kambuh.

c) Dilakukan pemeriksaan panggul.

d) Raba adanya tumor di dinding vagina.

e) Dilakukan biopsi untuk menentukan apakah tumor jinak atau

ganas.

f) Jika lokasi kista dekat dengan kandung kemih atau

salurannya maka dilakukan pemeriksaan rontgen untuk

memestikan ke dua organ tidak terkena.

b. Kista Duktus Gardner

|
1) Definisi

Kista yang terletak di dinding vagina (duktus gartner) yang berisi

cairan atau bahan semi solid.

2) Etiologi

Kista gartner berkembang di daerah duktus gartner, biasanya di

dinding vagina. Duktus ini aktif saat perkembangan janin namun

biasanya menghilang setelah lahir. Pada beberapa kasus, sebagian

duktus ini terisi cairan yang berkembang menjadi kista.

3) Gejala

Ganjalan di dinding vagina dan rasa tidak nyaman saat

berhubungan seksual.

4) Pemeriksaan

a) Pada saat pemeriksaan pelvis dapat dirasakan adanya tonjolan

atau masa di dinding vagina.

b) Biopsy kadang dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan

kanker vagina, terutama jika teraba keras.

c) Jika kista berlokasi dibawah uretra atau vesika urinaria,

pemeriksaan radiologi mungkin dilakukan untuk memastikan

dan menyakinkan bahwa kista tidak melibatkan struktur-

struktur ini.

3. Penyebab Kista Vagina

a. Riwayat kista vagina terdahulu

|
b. Siklus haid tidak teratur

c. Menstruasi di usia dini (11 tahun atau lebih muda)

d. Kista vagina terjadi akibat tersumbatnya kelenjar atau salurannya

sehingga cairan terkumpul di dalamnya.

4. Patofisiologi Kista Vagina

Tumor ini berasal dari epitel permukaan ovarium invaginasi yang

sederhana dari epitel germinal sampai ke invaginasi disertai permukaan

ruangan kista yang luas terjadi pembentukan papil-papil kearah dalam

tumor kistik.

5. Etiologi Kista Vagina

Faktor yang menyebabkan gejala kista meliputi :

a. Gaya hidup tidak sehat.

b. Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat

c. Zat tambahan pada makanan

d. Kurang olah raga

e. Merokok dan konsumsi alcohol

f. Terpapar dengan polusi dan agen infeksius

g. Sering stress

h. Faktor Genetik

6. Penanganan

Yaitu pengangkatan kista dengan pengupasan kulitnya.

|
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur

bayi yang timbul sejak kehidupan hasil kosepsi sel telur. Kelainan kongenital

dapat merupakan sebab terjadinya abortus, lahir mati atau kematian segera

lahir. Kelainan Kongenital Organ Reproduksi dapat terjadi pada vulva,

vagina, perineum, uterus dan ovarium. Pada vagina kelainan kongenitalnya

adalah septum vagina, aplasia dan atresia vagina dan kista vagina.

B. Saran
Kepada masyarakat khususnya ibu hamil agar rutin melakukan

antenatal care, menghindari hal-hal yang dapat membahayakan janin, dan

senantiasa menjaga kesehatan ibu dan janin agar terhindar dari penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

Adhe. 2009.Kelainan Kongenital Berupa Gangguan Pada Septum Vagina, Aplasia


Dan Atresia Vagina, Kista Vagina.Diakses tanggal 13 oktober 2018 http://adhe-
anwaradhe.blogspot.com11
Manuaba,Ida Bagus Gde.1999.Memahami Kesehatan Reproduksi wanita.Jakarta:
Arcan
Wiknjosastro, Hanifa. Dkk., 2008. Ilmu Kandungan. Edisi Kedua Cetakan. Keenam.
Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

|
Jurnal
ARTIKEL PENELITIAN
Kedokteran
Nanggroe
Medika

e-ISSN: 2615-
3874 | p-ISSN:
2615-3882

Gambaran Jenis Penyakit Ginekologi di


Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh Tahun 2017

|
Hilwah Nora1, Ghina Khalishah2
1
Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala/
RSUD dr. Zainoel Abidin, Banda Aceh
2
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala,
Banda Aceh.

ABSTRAK
Ginekologi adalah ilmu yang mempelajari dan menangani penyakit
Kata Kunci: sistem reproduksi wanita. Sebanyak 92% perempuan memiliki
Penyakit penyakit ginekologi. Mioma uteri merupakan adalah tumor jinak yang
Ginekologi, paling umum ditemukan dimana 77-80% perempuan pernah
Reproduksi mengalami mioma. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
dengan studi potong lintang yang dilakukan di Ruang Rawat Inap
Ginekologi Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin (RSUDZA)
Banda Aceh pada Bulan Desember 2018 dengan populasi dan sampel
seluruh pasien di Ruang Rawat Inap Ginekologi RSUDZA Banda Aceh di
tahun 2017. Variabel penelitian ini adalah jenis penyakit ginekologi
yang dibagi menjadi gangguan menstruasi dan perdarahan uterus
abnormal, infeksi ginekologi, keganasan/ tumor ginekologi, kelainan
kongenital serta pasien post tindakan ginekologi berdasarkan definisi
tinjauan pustaka. Analisis univariat digunakan untuk mengetahui
gambaran karakteristik jenis penyakit ginekologi yang ada di Ruang
Rawat Inap Ginekologi RSUDZA tahun 2017. Pasien yang dirawayat di
Ruang Rawat Inap Ginekologi Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin
Banda Aceh di Tahun 2017 sebanyak 1.587 orang pasien yang terbagi
menjadi kelompok penyakit infeksi, tumor, abortus, kelainan
kongenital, gangguan menstruasi dan lain-lain. Persentase penyakit
tumor jinak dan ganas merupakan kelompok penyakit terbanyak,
sedangkan infeksi dan kelainan kongenital paling sedikit. Disimpulkan
bahwa: Sepuluh penyakit terbanyak didominasi tumor yang
menempati urutan pertama sampai empat, enam, tujuh dan sepuluh.
Mioma uteri merupakan penyakit terbanyak diikuti kista
endometriosis, diikuti Ca Ovarium Residif, Kista Ovarium, dan Abortus
Inkomplit.

|
Korespondensi: nora.hilwah@unsyiah.ac.id (Hilwah Nora)

|
ABSTRACT
Gynecology is medical science that specifically addresses and discusses diseases
Keywords: of the female reproductive systemAs many as 92% of women have gynecological
Gynecological diseases in any form. Uterine myoma is the most common benign tumor found,
diseases, around 77-80% of women have suffered from a myoma. This study was a
Reproduction descriptive study with a cross-sectional study conducted in the Gynecological
Inpatient Room of dr. Zainoel Abidin General Hospital Banda Aceh. The study was
conducted in December 2018 with the participation and samples of all patients in
the Banda Aceh Gynecological Inpatient Hospital in 2017. The research variables
were gynecological diseases that are menstrual and abnormal uterine bleeding,
gynecological infections, gynecological tumors/malignancies, abnormalities
congenital and patients post gynecological procedure base. Univariate analysis
was used to determine the typical description of gynecological diseases in
Gynecological Room of Zainoel Abidin General Hospital in 2017. Patients who
were
admitted in the Gynecology Inpatient Room of Zainoel Abidin General Hospital
Banda Aceh in 2017 were 1,587 patients divided for each case caused by disease,
tumors, abortion, congenital abnormalities, menstrual disorders and others. The
percentage of benign and malignant tumors is the highest group, while infections
and congenital abnormalities are the least common group of diseases.
Conclusion:
The ten most diseases in the 2017 are approved by tumors first to fourth, six,
seven
and many placed. Myoma is the most common disease in ZAGH. The second most
disease is endometriosis cysts, followed by Residative Ca Ovary, Ovarian Cysts,
and Incomplete Abortion.

G PENDAHULUAN

inekologi berarti ilmu mengenai wanita


satu penyakit ginekologi dalam stadium rendah
sampai berat pada usia 43-80 tahun.3 Angka kejadian
mioma uteri di Indonesia sebesar 2,39-11,87% dari
atau science of woman yaitu cabang ilmu
kedokteran yang khusus mempelajari dan
menangani penyakit sistem reproduksi wanita
(Schuiling & Likis, 2016). Sebanyak 92% perempuan
memiliki penyakit ginekologi dalam bentuk apapun.1
Mioma uteri merupakan adalah tumor jinak
yang paling umum ditemukan pada pasien usia
subur dengan persentase 77-80%.2 Susila (2014)
menunjukkan bahwa 44,4% wanita di India memiliki
semua penyakit ginekologi. Penelitian di RSUP untuk melihat kelompok dan jenis penyakit
Kandou Manado tahun 2012 menunjukkan bahwa ginekologi di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel
penyakit ginekologi didominasi mioma (43,1%). 4 Abidin (RSUDZA) Banda Aceh Tahun 2017. Penelitian
Penelitian di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru ini bertujuan untuk mengetahui kelompok dan jenis
menunjukkan mioma uteri menjadi penyakit penyakit ginekologi terbanyak pada pasien Ruang
ginekologi terbanyak kelima (7,04%).5 Beragamnya Rawat Inap Ginekologi RSUDZA Banda Aceh tahun
penyakit ginekologi membuat peneliti berminat 2017.
Reproduksi wanita dibagi menjadi dua bagian,
yaitu: bagian yang terlihat dari luar (genitalia infeksi adalah vulva, vagina, leher rahim, dan
eksterna) dan dalam panggul (genitalia interna). rongga rahim. 11 Tumor/ keganasan ginekologi
Genitalia eksterna meliputi vulva dan vagina. dapat berasal dari rahim, ovarium, tuba fallopi
Genitalia interna terdiri dari uterus, tuba, dan dan/atau organ di dalam pelvis lainnya.12
ovarium.6 Fungsi organ reproduksi wanita adalah Endometriosis adalah pertumbuhan abnormal
sebagai fungsi seksual, hormonal dan reproduksi.7 kelenjar dan stroma endometrium di luar uterus yang
Ruang lingkup penyakit ginekologi, antara lain: menyebabkan stroma endometrium di
kelainan bawaan, infeksi, tumor, kelainan haid, tempat/organ lain selain kavum uteri. Mioma uteri
infertilitas dan lain sebagainya. Gangguan adalah keganasan yang terjadi pada uterus dan
menstruasi paling umum terjadi pada awal dan akhir dapat mempengaruhi kehamilan serta menyebabkan
masa reproduktif, yaitu usia <19 dan >39 tahun.
Gangguan ini berkaitan dengan lamanya siklus atau
jumlah dan lamanya haid.8 Hipermenorea atau
menoragia yaitu perdarahan haid yang lebih banyak
dari normal atau lebih lama dari normal (>8 hari).
Hipomenorea yaitu perdarahan haid yang jumlahnya
sedikit, sedangkan oligomenorea adalah siklus haid
lebih panjang (>35 hari). Amenorea merupakan
keadaan dimana seseorang tidak haid >3 bulan,
sedangkan metroragia merupakan perdarahan tidak
berhubungan dengan siklus haid. Gangguan lain yang
berhubungan dengan haid adalah premenstrual
tension, mastodinia, mittelschmerz dan
dismennorea. Perdarahan Uterus Abnormal adalah
perdarahan di luar siklus haid, dapat disebabkan
oleh kelainan organik, sistemik, dan fungsional alat
reproduksi.9
Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) merupakan
masalah kesehatan yang serius tetapi tersembunyi
yang dapat menurunkan fertilitas dan mengganggu
kehidupan seksual. 10 Gejala yang paling sering
ditemukan pada penderita ginekologik adalah
leukore (keputihan). Leukore adalah keluarnya
cairan dari organ reproduksi yang paling sering
menjadi alasan perempuan memeriksakan diri ke
dokter. Penyebab leukore patologik terbanyak
adalah infeksi. Organ yang paling sering terkena
infertilitas.13 Massa ovarium diklasifikasikan sebagai duktus muleri. Aplasia dan Atresia Vagina adalah
masa non-neoplastik dan neoplastik. 14 Kista yang vagina tak terbentuk dan lobang vagina hanya
sering ditemukan dalam kandungan adalah kista berupa lekukan kloaka. Atresia tuba dapat berupa
ovarium simplek, kistadenoma ovarii serosum/ atresia parsial, tapi lebih sering tuba panjang dan
musinosum, dan kista dermoid. Tumor solid yang sempit (hypoplasia). Atresia uterus merupakan
sering ditemukan dalam ilmu kandungan, antara kelainan pada uterus yang biasanya disebabkan
lain: leiomioma, fibroadenoma, papiloma, karena saluran Muller tidak tumbuh atau karena
limfangioma, tumor brener, dan tumor sisa.9 penyatuan saluran Muller tidak terjadi. 9
Kelainan kongenital alat genital dapat METODE
disebabkan kelainan kromosom ataupun Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif.
lingkungan. Kelainan kongenital berupa gangguan Desain penelitian yang digunakan adalah studi
yang terjadi saat organogenesis sistem potong lintang (cross-sectional study) yang dilakukan
reproduksi janin yang memiliki genetik normal, di Ruang Rawat Inap Ginekologi RSUDZA Banda
seperti: himen imperfiorata, atresia Aceh. Penelitian dilaksanakan pada Bulan Desember
labium/vagina, duplikasi vulva, hipoplasi vulva, 2018 dengan populasi dan sampel seluruh pasien di
kloaka persisten, septum vagina, dan aplasia vagina. Ruang Rawat Inap Ginekologi RSUDZA Banda Aceh di
Gangguan kongenital juga bisa disebabkan gagal tahun 2017. Variabel penelitian ini adalah jenis
dalam pembentukkan maupun gangguan dalam penyakit ginekologi yang dibagi menjadi gangguan
mengadakan fusi.10 Hymen Infervorata adalah menstruasi dan perdarahan uterus abnormal, infeksi
kondisi dimana himen tidak berlubang yang akan ginekologi, keganasan/tumor ginekologi, kelainan
diketahui setelah menarche. Septum Vagina kongenital serta pasien post tindakan ginekologi.
disebabkan gangguan fusi atau kanalisasi kedua
Instrumen yang digunakan adalah data buku pasien neoplasia/tumor, kelainan kongenital, dan lain-lain
di Ruang Rawat Inap Ginekologi RSUDZA. Data yang yang disajikan dalam Tabel 1.
diperoleh dalam penelitian ini berupa data sekunder
yang terdiri dari daftar pasien yang berobat karena
penyakit ginekologi di Ruang Rawat Inap Ginekologi Tabel 1. Kelompok penyakit di Ruang Rawat Inap
RSUDZA tahun 2017. Data yang terkumpul dianalisis Ginekologi RSUDZA Tahun 2017
secara statistik dengan menggunakan software Persentase
Nilai
komputer. Adapun rancangan analisis statistik yang Kelompok (n= 1.587) Kelompok
akan digunakan adalah analisis univariat yang Penyakit (%)
digunakan untuk mengetahui gambaran karakteristik Tumor Jinak 750 47,25
jenis penyakit ginekologi yang ada di Ruang Rawat Tumor Ganas 463 29,17
Inap Ginekologi RSUDZA tahun 2017. Abortus 217 13,67
Gangguan Menstruasi
81 5,10
dan PUA
HASIL DAN PEMBAHASAN Lain-lain/Post Tinda-
61 3,84
kan
Kelompok penyakit dalam penelitian ini dibagi
Kelainan Kongenital 8 0,49
menjadi enam kelompok, antara lain: abortus,
Infeksi 7 0,44
gangguan menstruasi dan PUA, infeksi, keganasan/

Tabel 2. Distribusi Kelompok Penyakit Abortus


Jumlah
Jenis Penyakit Persentase Keseluruhan
Nilai
% (%) (n=1.587)
(n=217) (n=217)
Abortus Inkomplit 91 41,93 5,73
Abortus Insipiens 60 27,64 3,78
Blighted Ovum 38 17,51 2,39
Abortus Imminens 15 6,91 0,95
Missed Abortus 8 3,68 0,50
Abortus Komplit 5 2,30 0,32

Tabel 3. Distribusi Kelompok Gangguan Menstruasi dan PUA


Jumlah
Jenis Penyakit Persentase Keseluruhan
Nilai
% (%) (n=1. 587)
(n=81) (n=81)
PUA 75 92,5 4,73
Perdarahan Post Menopause 3 3,7 0,19
Dismenore 1 1,2 0,06
Perdarahan Mentruasi Berat 1 1,2 0,06
Amenore Primer 1 1,2 0,06
Tabel 4. Distribusi Kelompok Penyakit Infeksi
Jumlah
Persentase Keseluruhan
Jenis Penyakit Nilai % (%) (n=1. 587)
(n=7) (n=7)
Abses Bartolin 2 29 0,13
Abses Tuba 2 29 0,13
Condiloma Akuminata 1 14 0,06
PID 1 14 0,06
Salphingitis 1 14 0,06

Tabel 1. menunjukkan bahwa tumor jinak (48,9%) dan diikuti inkomplit (44,4%).19
merupakan kelompok penyakit terbanyak
(47,25%) di Ruang Rawat Inap Ginekologi RSUDZA
tahun 2017. Penyakit infeksi dan kelainan kongenital
merupakan kelompok penyakit yang paling sedikit
dengan persentase masing-masing 0,49% dan
0,44%. Gambaran distribusi frekuensi jenis
penyakit berdasarkan kelompok penyakit disajikan
dalam Tabel 2- 7.
Abortus adalah penghentian kehamilan
sebelum janin dapat hidup di luar rahim pada usia
<20 minggu atau berat badan <500 gram.15 Angka
kejadian abortus secara kasar diperkirakan 15-20%
dan 80% terjadi pada trimester pertama. 6 Angka
kejadian abortus dalam penelitian ini <15 dan
didominasi oleh abortus imminens (41,93%) dari
keseluruhan abortus, sedangkan abortus inkomplit
adalah jenis penyakit yang paling sedikit dengan
persentase 2,30% dan 0,32% secara keseluruhan.
Peningkatan angka kejadian abortus inkomplit
disebabkan oleh ibu datang ke fasilitas kesehatan
dengan perdarahan yang sudah banyak di rumah
dan mendapatkan diagnosis abortus inkomplit saat
sampai ke RS.16 Hasil penelitian ini serupa dengan
penelitian yang menunjukkan bahwa 1/6,2 pasien di
RS Bangkatan Binjai.17 Penelitian di RSUD dr. Soeselo
Slawi Kabupaten Tegal menunjukkan bahwa kejadian
abortus inkomplit merupakan abortus terbanyak
(77,7%) dan diikuti oleh abortus imminens (17,6%). 18
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian di RSU
Umi Barokah Boyolali yang menunjukkan bahwa
angka kejadian abortus iminens adalah terbanyak
Gangguan menstruasi merupakan masalah
yang cukup sering ditemukan di pusat pelayanan
primer dan jarang dirujuk ke pusat pelayanan
tersier, padahal 76% kasus ini perlu dirujuk. 20
Gangguan menstruasi dan PUA didominasi PUA
(92,5%). Penelitian di RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo menunjukkan bahwa 50,03% pasien
dengan gangguan menstruasi mengalami PUA.21
Perdarahan di luar menstruasi kebanyakan dirujuk
ke pelayanan yang lebih tinggi. 15 Penelitian di UIN
Sunan Ampel menunjukkan bahwa kejadian
gangguan menstruasi terbanyak adalah
dismenore (68,05%).22
Abses bartholin dan tuba merupakan jenis
penyakit yang paling dominan pada kelompok
infeksi dengan persentase 29% dari infeksi dan
0,13% dari keseluruhan. Penelitian lain juga
menunjukkan bahwa infeksi ginekologi merupakan
penyakit yang jarang ditangani di pelayanan tersier.
Jumlah pasien infeksi ginekologi yang ditangani di
RSUP Kandou hanya 0,3% dari total keseluruhan
pasien ginekologi.4 Penyakit infeksi obsetri dan
ginekologi paling banyak berhubungan dengan
infeksi nosokomial seperti post operasi sesar.23
Kanker ovarium residif merupakan jenis
penyakit yang paling dominan pada kelompok
tumor ganas dengan persentase 34,34% dari tumor
ganas dan 10,02% dari keseluruhan penyakit.
Penyakit keganasan yang paling sedikit adalah ca
vagina dan mioma invasif dengan pasien masing-
masing hanya 1 orang (0,22% dari penyakit
keganasan dan 0,06% dari keseluruhan penyakit).
Tabel 5. Distribusi Kelompok Tumor Ganas di Ruang Rawat Inap Ginekologi RSUDZA Tahun 2017

Jumlah
Jenis Penyakit Persentase Keseluruhan
Nilai % (%) (n=1. 587)
(n=1.225) (n=1.225)
Ca Ovarium Residif 159 34,34 10,02
NOK 85 18,36 5,36
Ca Endometrium 60 12,96 3,78
Ca Serviks 53 11,45 3,34
Ca Ovarium 30 6,48 1,89
NOP 21 4,54 1,32
Ca Vulva 20 4,32 1,26
Sarkoma Uteri 20 4,32 1,26
Mola Ivasif 4 0,86 0,25
Trofoblas Gestasi Ganas 4 0,86 0,25
Ca Uterus 3 0,65 0,19
Leimiosarkoma 2 0,43 0,13
Ca Vagina 1 0,22 0,06
Mioma Invasif 1 0,22 0,06

Mioma uteri jenis penyakit yang paling penyakit terbanyak dalam


dominan pada kelompok tumor jinak dengan
persentase 30,27%. Penyakit tumor jinak yang
paling sedikit adalah adenomioma, edema
vulva, kehamilan abdominal, kista labia mayor,
kistoma ovarium, limfoma paravesika, limfoma
vulva, paget disease dan polip vulva. Angka
kejadian mioma uteri pada seluruh wanita di dunia
adalah 20-35%.6 Kasus mioma uteri merupakan
kasus yang paling dominan (51%) di RSUD dr.
Goeteng Tarunadibrata Purbalingga. Angka
tersebut terus meningkat di tahun 2014- 2016
dari angka 73 menjadi 77%. 24 Kanker ovarium
merupakan 3% dari keseluruhan keganasan pada
wanita dan menjadi penyebab kematan nomor lima
akibat kanker.25
Hymen Imperforata ialah selaput dara yang
tidak menunjukan lubang, suatu kelainan yang
ringan dan yang cukup sering dijumpai.
Kemungkinan besar kelainanini tidak dikenal
sebelum menarche.10 Kejadian hymen imperforata
sangat jarang antara 1/4.000-10.000 kelahiran. 6
Himen imperforata dan septum vagina adalah jenis
kelompok kelainan kongenital dengan persentase
38%.
P e ny a kit la in n ya /p ost ti n d a kan yang
mendominasi adalah prolaps vagina dengan
persentase 18%. Tabel 9. menunjuukkan bahwa
sepuluh penyakit terbanyak di Ruang Rawat Inap
Ginekologi RSUDZA Tahun 2017 didominasi oleh
keganasan yang menempati urutan pertama sampai
ke empat, enam, tujuh dan sepuluh. Mioma uteri
merupakan penyakit terbanyak di Ruang Rawat Inap
Ginekologi RSUDZA Tahun 2017 dengan persentase
13,93%. Penyakit terbanyak kedua adalah kista
endometriosis (11,51%), diikuti Ca Ovarium Residif
(9,46%), Kista Ovarium (8,98%), dan Abortus
Inkomplit (5,41).
Pen el i ti an d i RS UP Kan d ou Man ad o
menunjukkan kejadian mioma uteri mendominasi
penyakit ginekologi di ruang rawat ginekologi
dengan persentase 43,1% diikuti kista ovarium
(41,4%). 4 Penelitian di RSUD Arifin Achmad
menunjukkan mioma uteri menjadi penyakit
ginekologi terbanyak kelima.5
Tabel 6. Distribusi Kelompok Tumor Jinak di Ruang Rawat Inap Ginekologi RSUDZA Tahun 2017

Jumlah
Jenis Penyakit Persentase Keseluruhan
Nilai % (%) (n=1. 587)
(n=1.225) (n=1.225)
Mioma Uteri 227 30,27 14,30
Kista Endometriosis 194 25,87 12,22
Kista Ovarium 151 20,13 9,51
Adenomiosis 86 11,47 5,42
Mola Hidatidosa 28 3,73 1,76
Endometriosis 14 1,87 0,88
Mioma Geburt 14 1,87 0,88
Kista Bartolin 10 1,33 0,63
Polip Serviks 8 1,07 0,50
Kista Vagina 2 0,27 0,13
Adenomioma 1 0,13 0,06
Edema Vulva 1 0,13 0,06
Kehamilan Abdominal 1 0,13 0,06
Kista Labia Mayor 1 0,13 0,06
Kistoma Ovarium 1 0,13 0,06
Limfoma Paravesika 1 0,13 0,06
Limfoma Vulva 1 0,13 0,06
Paget Disease 1 0,13 0,06
Polip Vulva 1 0,13 0,06
Kista Tuba 1 0,13 0,06

Penelitian di RSUD Abdul Moeloek menunjukkan terbanyak setelah kanker serviks, kasus mioma uteri
bahwa kejadian mioma uteri sebesar 7,5% dan di Indonesia sebesar 2,39-11,7%. 15 Kekurangan
meningkat di tahun 2011 dan 2013 menjadi 8-9,2% penelitian ini adalah tidak meneliti karakteristik
.26 Hal ini disebabkan RSUD AM merupakan RS pasien yang dirawat di Ruang Rawat Inap Ginekologi
rujukan, sehingga pasien yang tidak dapat ditangani RSUDZA tahun 2017 serta tidak membagi kunjungan
di daerah di kirim untuk tatalaksana lanjutan. 27 pasien dalam bulan untuk mempermudah pemetaan
Mioma uteri merupakan penyakit keganasan kedua waktu kedatangan pasien.

Tabel 7. Distribusi Kelompok Kelainan Kongenital di Ruang Rawat Inap Ginekologi RSUDZA Tahun 2017
Jumlah
Jenis Penyakit Persentase Keseluruhan
Nilai % (%) (n=1. 587)
(n=8) (n=8)
Himen Imperforata 3 38 0,19
Septum Vagina 3 38 0,19
Ambigus Genitalia 1 12 0,06
Vulva Asimetris 1 12 0,06
Tabel 8. Distribusi Kelompok Penyakit Lainnya/Post Tindakan di Ruang Rawat Inap Ginekologi RSUDZA Tahun
2017
Jumlah
Persentase Keseluruhan
Jenis Penyakit Nilai % (%) (n=1. 587)
(n=61) (n=61)
Prolaps Vagina 11 18,0 0,69
Rektokel 10 16,4 0,63
Sistokel 10 16,4 0,63
ILO Post SC 5 8,2 0,32
Sisa Konsepsi 5 8,2 0,32
Ruptur Tuba 4 6,6 0,25
Sisa Plasenta 4 6,6 0,25
Post TVH 3 4,9 0,19
Retensio Plasenta 3 4,9 0,19
Hematoma Vulva 2 3,3 0,13
Post TAH 2 3,3 0,13
Laserasi Labia Mayor 1 1,6 0,06
Perporasi Uterus 1 1,6 0,06

Tabel 9. Distribusi Jenis Penyakit Terbanyak di Ruang Rawat Inap Ginekologi RSUDZA Tahun 2018
Jumlah
Kategori
Nilai (n=1.587) %
Mioma Uteri 227 13,93
Kista Endometriosis 194 11,54
Ca Ovarium Residif 159 9,46
Kista Ovarium 151 8,98
Abortus Inkomplit 91 5,41
Ademiosis 86 5,11
NOK 85 5,05
PUA 75 4,46
Abortus Insipiens 60 3,57
Ca Endometrium 60 3,57

KESIMPULAN penyakit terbanyak

Pasien yang dirawat di Ruang Rawat Inap


Ginekologi Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin Banda
Aceh di Tahun 2017 sebanyak 1.587 orang pasien
yang terbagi menjadi kelompok penyakit infeksi,
tumor, abortus, kelainan kongenital, gangguan
menstruasi dan lain-lain. Persentase penyakit
tumor jinak dan ganas merupakan kelompok
di Ruang Rawat Inap Ginekologi RSUDZA tahun tumor yang menempati urutan pertama sampai
2017, sedangkan infeksi dan kelainan kongenital ke empat, enam, tujuh dan sepuluh. Mioma uteri
merupakan kelompok penyakit yang paling sedikit. merupakan penyakit terbanyak di Ruang Rawat Inap
Sepuluh penyakit terbanyak di Ruang Rawat Inap Ginekologi RSUDZA Tahun 2017. Penyakit terbanyak
Ginekologi RSUDZA Tahun 2017 didominasi oleh
kedua adalah kista endometriosis, diikuti Ca 8. Robbins, S. L. & et al, 2012. Buku Ajar Patologi.
Ovarium Residif, Kista Ovarium, dan Abortus Jakarta: EGC.
Inkomplit.
9. Hanifa, W. & et al, 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta:
PT. Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

10. Andrews, G., 2009. Buku Ajar Kesehatan


DAFTAR Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC.
PUSTAKA

1. Schuiling, K. D. & Likis, F. E., 2016. Women’s


Gynecologic Health. 3 ed. Burlington: Jones and
Barlett Learning Books.

2. Sparic, R., Mirkovic, L., Malvasi, A. & et al, 2016.


Epidemiology of Uterine Myomas: A Review. Int
J Fertil Steril, 9(4), pp. 424-35.

3. Susila, T. & Gautam, R., 2014. Gynecological


Morbidities in a Population of Rural
Postmenopausal Women in Pondicherry:
Uncovering the Hidden Base of the Iceberg. The
Journal of Obstetrics and Gynecology of India,
64(1), pp. 53-8.

4. Berhandus, C., Loho, M. F. & Jhon, J. E., 2013.


Jenis-jenis penyakit ginekologi umum menurut
urutan terbanyak di BLU RSU Prof. dr. R. D.
Kandou Periode 1 Januari 2012-31 Desember
2012. Jurnal FK Unsrat, pp. 1-5.

5. Bagian/SMF Obsetri dan Ginekologi RSUD


Arifin Achmad Pekanbaru, 2005. Sepuluh besar
penyakit ginekologi terbanyak tahun 2004-2005,
Pekanbaru: RSUD Arifin Achmad.

6. Cunningham, F. G., Leveno, K. J., Bloom, S. L. &


et al, 2014. Williams Obstetri. New York: The
McGraw-Hill Companies.

7. Kushnick, G. (2012).., 84(1), 91-92., 2012.


Reproduction and adaptation: Topics in human
reproductive ecology. Human Biology, 84(1), pp.
91-2.
11. Daili, S., Makes, F. & Zubir, F., 2011. Infeksi 16. Putri & Supanji, R., 2018. Hubungan usia, jumlah
menular seksual. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. kehamilan dan riwayat abortus spontan pada ibu
hamil dengan kejadian abortus spontan di RSU
12. Chrispin, M., Shen, L. J., Tian, Y. H., Song, Y. L.,
Aghisna Medika Kab. Cilacap. Jurnal UMS.
Xu, Q. G., et al, 2016. Ovarian masses in
children and adolescents in China: analysis of. 17. Hutapea, R., 2017. Faktor-faktor yang
Journal: Journal of Huazhong University of memengaruhi kejadian abortus di RS Bangkatan
Science and Technology, 36(1), p. 767. PTPN II Binjai tahun 2016. Jurnal Kohesi, 1(1).

13. Cherney, D. A., Lauren, N. & Goodwin, T. M., 18. Hadiningsih, T. A., Kodijah & Fatkhiyah, N., 2015.
2007. Current Diagnosis and Treatment Faktir risiko maternal kejadian abortus di RSUD
Obstetrics and Gynecology. 10 ed. NYC: The Mc dr. Soeselo Slawi Kabupaten Tegal. Jurnal
Graw-Hill Companies. ACOG, 2015. Urinary Unimus, pp. 6-13.
Incontinence in Women. Obstet Gynecol,
19. Sholohah, L. M., 2018. Gambaran karakteristik
126(5), pp. 66-81.
kejadian abortus di RSU Umi Barokah Boyolalo.
14. Sofian, Amru. Jalan Lahir (Passage), Dalam: Jurnal UMS.
Sinopsis Obstetri Jilid 1, Ed. 3th. EGC Jakarta.
20. Sianipar, O., Bunawan, N. C., Almazini, P. & et
Th
al, 2009. Prevalensi gangguan menstruasi dan
: 2013. P: 60-70, 2013. Sinopsis Obstetri Jilid 1. 3
faktor-faktor yang berhubungan dengan siswi
ed. Jakarta: EGC. SMU di Kecamatan Pulo Gadung Jakarta Timur.
Majalah Kedokteran Indonesia, 59(7), pp. 309-
15. Wiknjosastro H,Saifuddin AB,Rachimhadhi
17.
T, 2010. Jalan Lahir Dalam. In: Ilmu bedah
Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka. 21. Salin, I. A. & Irma, F., 2015. Karakteristik mioma
uteri di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Kandungan Divisi Onkologi Ginekologi,
Banyumas. Indonesian Journal of Nursing Departemen Obstetri dan Ginekologi, RSUD Dr.
Research, 2(1), pp. 23-30. Soetomo. Jurnal Unair, 20(3), pp. 102-10.

22. Pribadi, E. T. & Santi, D. R., 2018. Kondisi 26. Bandarlampung, Bagian Obsetri dan Ginekologi
gangguan mentruasi pada pasien klinik pratama RSUD Abdul Moeloek, 2014. Sepuluh penyakit
UIN Sunan AMpel. Journal of Health Science and ginekologi terbanyak di RSUD Abdul Moeloek
Prevention, 2(1), pp. 14-22. Bandarlampung, Bandar Lampung: RSUD Abdul
Moeloek
23. Matoka, R., Waworuntu, O. & Rares, F., 2016.
Pola bakteri aerob yang berpotensi
menyebabkan infeksi nosokomial di ruangan
Instalasi Rawat Darurat Obstetri dan Ginekologi
(IRDO) RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
Jurnal e-Biomedik, 4(2).
24. Adriani, P., 2018. Analisis Regresi Faktor Resiko
Kejadian Mioma Uteri di RSUD dr. R. Goeteng
Tarunadibrata Purbalingga. Indonesian Journal
of Nursing Research, 1(1), pp. 39-47.

25. Santoso, C., Suhatno, H. & Fauziah, D., 2012.


Kasus Sarkoma Ovarium Residif di Ruang
Pembahasan Jurnal
Didalam jurnal peneltia diatas dijelaskan bahwa terjadi macam-
macam kelainan konginental. Reproduksi wanita dibagi menjadi dua
bagian, yaitu: bagian yang terlihat dari luar (genitalia eksterna) dan
dalam panggul (genitalia interna). Genitalia eksterna meliputi vulva
dan vagina. Genitalia interna terdiri dari uterus, tuba, dan ovarium.6
Fungsi organ reproduksi wanita adalah sebagai fungsi seksual,
hormonal dan reproduksi. Penelitian di RSUP Kandou Manado tahun
2012 menunjukkan bahwa penyakit ginekologi didominasi mioma
(43,1%).4 Penelitian di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru menunjukkan
mioma uteri menjadi penyakit ginekologi terbanyak kelima (7,04%).5
Beragamnya penyakit ginekologi membuat peneliti berminat untuk
melihat kelompok dan jenis penyakit ginekologi di Rumah Sakit Umum
Daerah dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh Tahun 2017.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelompok dan jenis penyakit
ginekologi terbanyak pada pasien Ruang Rawat Inap Ginekologi
RSUDZA Banda Aceh tahun 2017.Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif. Desain penelitian yang digunakan adalah studi potong lintang
(cross-sectional study) yang dilakukan di Ruang. Penelitian dilaksanakan
pada Bulan Desember 2018 dengan populasi dan sampel seluruh pasien
di Ruang Rawat Inap Ginekologi RSUDZA Banda Aceh di tahun 2017.
Variabel penelitian ini adalah jenis penyakit ginekologi. Hasil penelitian
didapatkan Hymen Imperforata ialah selaput dara yang tidak menunjukan
lubang, suatu kelainan yang ringan dan yang cukup sering dijumpai.
Kemungkinan besar kelainanini tidak dikenal sebelum menarche.10
Kejadian hymen imperforata sangat jarang antara 1/4.000-10.000
kelahiran.6 Himen imperforata dan septum vagina adalah jenis penyakit
terbanyak dalam kelompok kelainan kongenital dengan persentase 38%.
Kelainan kongenital alat genital dapat disebabkan kelainan
kromosom ataupun lingkungan. Kelainan kongenital berupa gangguan
yang terjadi saat organogenesis sistem reproduksi janin yang memiliki
genetik normal, seperti: himen imperfiorata, atresia labium/vagina,
duplikasi vulva, hipoplasi vulva, kloaka persisten, septum vagina, dan
aplasia vagina. Gangguan kongenital juga bisa disebabkan gagal dalam
pembentukkan maupun gangguan dalam mengadakan fusi.10 Hymen
Infervorata adalah kondisi dimana himen tidak berlubang yang akan
diketahui setelah menarche. Septum Vagina disebabkan gangguan
fusi atau kanalisasi kedua duktus muleri. Aplasia dan Atresia Vagina
adalah vagina tak terbentuk dan lobang vagina hanya berupa lekukan
kloaka. Atresia tuba dapat berupa atresia parsial, tapi lebih sering tuba
panjang dan sempit (hypoplasia). Atresia uterus merupakan kelainan
pada uterus yang biasanya disebabkan karena saluran Muller tidak
tumbuh atau karena penyatuan saluran Muller tidak terjadi. Abses
bartholin dan tuba merupakan jenis penyakit yang paling dominan
pada kelompok infeksi dengan persentase 29% dari infeksi dan 0,13%
dari keseluruhan. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa infeksi
ginekologi merupakan penyakit yang jarang ditangani di pelayanan
tersier. Jumlah pasien infeksi ginekologi yang ditangani di RSUP
Kandou hanya 0,3% dari total keseluruhan pasien ginekologi.4 Penyakit
infeksi obsetri dan ginekologi paling banyak berhubungan dengan infeksi
nosokomial seperti post operasi sesar.
Kesimpulan dari jurnal penelitian tersebut yaitu p asien yang
dirawat di Ruang Rawat Inap Ginekologi Rumah Sakit Umum Zainoel
Abidin Banda Aceh di Tahun 2017 sebanyak 1.587 orang pasien yang
terbagi menjadi kelompok penyakit infeksi, tumor, abortus, kelainan
kongenital, gangguan menstruasi dan lain-lain. Persentase penyakit
tumor jinak dan ganas merupakan kelompok penyakit terbanyak di
Ruang Rawat Inap Ginekologi RSUDZA tahun 2017, sedangkan
infeksi dan kelainan kongenital.

Anda mungkin juga menyukai