Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda menurut biologis, rohani,


dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia
diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin untuk manusia), sebuah spesies
primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam
hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di
mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau
makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain.

Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan


bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan
teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok
dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.

Penggolongan manusia yang paling utama adalah berdasarkan jenis


kelaminnya. Secara alamiah, jenis kelamin seorang anak yang baru lahir entah laki-
laki atau perempuan. Anak muda laki-laki dikenal sebagai putra dan laki-laki dewasa
sebagai pria. Anak muda perempuan dikenal sebagai putri dan perempuan dewasa
sebagai wanita. Penggolongan lainnya adalah berdasarkan usia, mulai dari janin, bayi,
balita, anak-anak, remaja, akil balik, pemuda atau pemudi, dewasa, dan (orang) tua.

Selain itu masih banyak penggolongan-penggolongan yang lainnya,


berdasarkan ciri-ciri fisik (warna kulit, rambut, mata, bentuk hidung, tinggi badan),
afiliasi sosio-politik-agama (penganut agama/kepercayaan XYZ, warga negara XYZ,
anggota partai XYZ), hubungan kekerabatan (keluarga: keluarga dekat, keluarga jauh,
keluarga tiri, keluarga angkat, keluarga asuh; teman; musuh) dan lain sebagainya.

1
Manusia dalam kehidupannya tidak akan terlepas dari yang namanya Nilai,
Moral dan Norma.  Yang mana dengan nilai, moral dan norma yang ada pada dirinya
itu manusia dapat menentukan jalan hidupnya, apakah dia akan menjadi manusia
yang berguna bagi orang lain atau bahkan sebaliknya menjadi orang yang sangat
buruk dimata orang lain.  Maka dari itu sangat diperlukan adanya hubungan antara
manusia dengan nilai, moral dan norma dalam kehidupannya bermasyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Hubungan Manusia, Moralitas, dan Kebudayaan?
2. Apa Pengertian Nilai, Norma, Moral, Etika, dan Kesusilaan?
3. Beberapa Pandangan Tentang Sumber Nilai dan Moralitas?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hubungan Antara Manusia Dengan Nilai, Moral, Dan Norma

Manusia kerap menganggap dirinya sebagai spesies dominan di Bumi, dan


yang paling maju dalam kepandaian dan kemampuannya mengelola lingkungan.
Kepercayaan ini khususnya sangat kuat dalam kebudayaan Barat, dan berasal dari
bagian dalam cerita penciptaan di Alkitab yang mana Adam secara khusus diberikan
kekuasaan atas Bumi dan semua makhluk. Berdampingan dengan anggapan
kekuasaan manusia, kita sering menganggap ini agak radikal karena kelemahan dan
singkatnya kehidupan manusia. 

Ahli filsafat Yahudi, Protagoras telah membuat pernyataan terkenal bahwa


“Manusia adalah ukuran dari segalanya; apa yang benar, benarlah itu; apa yang tidak,
tidaklah itu”. Aristoteles mendeskripsikan manusia sebagai “hewan komunal”, yaitu
menekankan pembangunan masyarakat sebagai pusat pembawaan alam manusia, dan
“hewan dengan sapien”, istilah yang juga menginspirasikan taksonomi spesies, Homo
sapiens.

Dalam kehidupannya manusia tidak akan bisa terlepas dari yang namanya
nilai, moral dan norma.  Yang mana ketiganya tersebut selalu berhubungan dan
mempengaruhi kehidupan manusia dalam masyarakatnya.  Nilai erat hubungannya
dengan manusia, dalam hal etika maupun estetika. Manusia sebagai makhluk yang
bernilai akan memaknai nilai dalam dua konteks, pertama akan memandang nilai
sebagai sesuatu yang objektif, apabila dia memandang nilai itu ada meskipun tanpa
ada yang menilainya. Kedua, memandang nilai sebagai sesuatu yang subjektif, artinya
nilai sangat tergantung pada subjek yang menilainya.1

Menilai berarti menimbang, yaitu kegiatan manusia menghubungkan sesuatu


1
www. Google.com

3
dengan sesuatu yang lain, yang selanjutnya diambil sebuah keputusan, nilai memiliki
polaritas dan hierarki, yaitu:

1. Nilai menampilkan diri dalam aspek positif dan aspek negatif yang sesuai
(polaritas) seperti baik dan buruk, keindahan dan kejelekan.
2. Nilai tersusun secara hierarkis, yaitu hierarki urutan pentingnya.

Manusia juga sangat berkaitan dengan moral dalam kehidupan


bermasyarakatnya, yang mana moral menjadi istilah manusia menyebut ke manusia
atau orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak
memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai
positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus
dimiliki oleh manusia.  Dalam zaman sekarang ini moral anak bangsa kita telah
merosot, hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai macam faktor.  Faktor tersebut
seperti pengaruh budaya asing, televise, dan akibat dari kesenjangan ekonomi. 
Dalam hal ini moral sangat diperlukan oleh setiap individu manusia.  Orang-orang
pintar sekarang telah banyak kita temukan, tapi apakah dapat tau orang tersebut
bermoral atau tidaknya, karena moral tersebut hanya dapat dilihat dari tingkah
lakunya.2

Kemerosotan moral sekarang banyak kita temukan pada pejabat-pejabat kita,


yang lebih gembor-gembor lagi dalam pemberitaan adalah masalah korupsi yang
tidak pernah henti-hentinya terjadi di negara kita ini mulai dari kalangan bawah
hingga kalangan atas korupsi telah merajalela.  Hal tersebut dikarenakan kurangnya
sudah pendidikan moral yang ada pada individu anak bangsa saat sekarang ini. 
Selain korupsi, masih kita dengar ada ayah yang memperkosa anak kandungnya
sendiri, ada ibu yang tega menjual anak kandungnya, dan masalah lainnya.  Sudah
saatnya pendidikan moral terhadap anak bangsa kita tanamkan sejak dini agar
nantinya generasi anak bangsa ini menjadi generasi yang memiliki moral dan
memiliki malu dalam melakukan suatu tindakan kriminal, bukannya menjadi individu

2
Susi Ratna Sari, Ilmu Sosial Budaya Dasar, (Percetakan dan Fotocopy), hal. 36

4
yang kebal terhadap hukum atau norma yang berlaku sehingga dengan semena-mena
melakukan suatu tindakan yang melanggar hukum.

Norma dalam masyarakat merupakan tuntutan, mengingat bahwa kita tidak


mungkin menggambarkan hidupnya manusia tanpa atau di luar masyarakat. Maka
manusia, masyarakat, dan norma merupakan pengertian yang tidak bisa dipisahkan.
Untuk mencapai ketertiban dalam masyarakat, diperlukan adanya kepastian dalam
pergaulan antar-manusia dalam masyarakat. Kepastian ini bukan saja agar kehidupan
masyarakat menjadi teratur akan tetapi akan mempertegas lembaga-lembaga hukum
mana yang melaksanakannya.

Norma yang baik adalah norma yang sesuai dengan hukum yang hidup (the
living law) dalam masyarakat, yang tentunya sesuai pula atau merupakan
pencerminan dari nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Manusia dan
norma adalah dua entitas yang tidak bisa dipisahkan. Bahkan dalam ilmu hukum,
terdapat adagium yang terkenal yang berbunyi: “Ubi societas ibi jus” (di mana ada
masyarakat di situ ada hukumnya). Artinya bahwa dalam setiap pembentukan suatu
bangunan struktur sosial yang bernama masyarakat, maka selalu akan dibutuhkan
bahan yang bersifat sebagai “semen perekat” atas berbagai komponen pembentuk dari
masyarakat itu, dan yang berfungsi sebagai “semen perekat” tersebut adalah norma
atau hukum.3

Norma tidak akan berarti tanpa dijiwai moralitas, norma atau hukum akan
kosong tanpa moralitas. Oleh karena itu kualitas norma atau hukum harus selalu
diukur dengan norma moral dan perundang-undangan yang immoral harus diganti.
Meskipun hubungan norma dan moral begitu erat, namun norma dan moral tetap
berbeda, sebab dalam kenyataannya mungkin ada norma yang bertentangan dengan
moral atau ada undang-undang yang immoral, yang berarti terdapat ketidakcocokan
antara norma dengan moral.

3
www.blogspot.com

5
K. Bertens menyatakan ada setidaknya empat perbedaan antara norma dan
moral, pertama, hukum lebih dikodifikasikan daripada moralitas (norma lebih
dibukukan daripada moral), kedua, meski norma dan moral mengatur tingkah laku
manusia, namun norma membatasi diri pada tingkah laku lahiriah saja, sedangkan
moral menyangkut juga sikap bathin seseorang, ketiga, sanksi yang berkaitan dengan
norma berbeda dengan sanksi yang berkaitan dengan moralitas, keempat, norma
didasarkan atas kehendak masyarakat dan akhirnya atas kehendak negara sedangkan
moralitas didasarkan pada norma-norma moral yang melebihi para individu dan
masyarakat.

B. Pengertian Nilai, Norma, Etika, Moral, dan Kesusilaan


1. Pengertian Nilai

Beberapa para ahli mengartikan nilai berbagai macam, yang antara lain
seperti:4

1. Kimball Young

Mengemukakan nilai adalah asumsi yang abstrak dan sering tidak disadari
tentang apa yang dianggap penting dalam masyarakat.

2. A.W.Green

Nilai adalah kesadaran yang secara relatif berlangsung disertai emosi terhadap
objek.

3. Woods

Mengemukakan bahwa nilai merupakan petunjuk umum yang telah


berlangsung lama serta mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan
sehari-hari.

4
www.google.com

6
4. M.Z.Lawang

Menyatakan nilai adalah gambaran mengenai apa yang diinginkan,yang


pantas,berharga,dan dapat memengaruhi perilaku sosial dari orang yang bernilai
tersebut.

5. Hendropuspito

Menyatakan nilai adalah segala sesuatu yang dihargai masyarakat karena


mempunyai daya guna fungsional bagi perkembangan kehidupan manusia.

Jadi nilai yang dimaksud adalah nilai sosial yang mana mempunyai pengertian
nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan apa
yang dianggap buruk oleh masyarakat. Sebagai contoh, orang menanggap menolong
memiliki nilai baik, sedangkan mencuri bernilai buruk. Woods mendefinisikan nilai
sosial sebagai petunjuk umum yang telah berlangsung lama, yang mengarahkan
tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk menentukan sesuatu itu dikatakan baik atau buruk, pantas atau tidak
pantas harus melalui proses menimbang. Hal ini tentu sangat dipengaruhi oleh
kebudayaan yang dianut masyarakat. Tak heran apabila antara masyarakat yang satu
dan masyarakat yang lain terdapat perbedaan tata nilai. Contoh, masyarakat yang
tinggal di perkotaan lebih menyukai persaingan karena dalam persaingan akan
muncul pembaharuan-pembaharuan. Sementara pada masyarakat tradisional lebih
cenderung menghindari persaingan karena dalam persaingan akan mengganggu
keharmonisan dan tradisi yang turun-temurun.5

Drs. Suparto mengemukakan bahwa nilai-nilai sosial memiliki fungsi umum


dalam masyarakat. Diantaranya nilai-nilai dapat menyumbangkan seperangkat alat
untuk mengarahkan masyarakat dalam berpikir dan bertingkah laku. Selain itu, nilai
sosial juga berfungsi sebagai penentu terakhir bagi manusia dalam memenuhi
5
www.google.com

7
peranan-peranan sosial. Nilai sosial dapat memotivasi seseorang untuk mewujudkan
harapan sesuai dengan peranannya. Contohnya ketika menghadapi konflik, biasanya
keputusan akan diambil berdasarkan pertimbangan nilai sosial yang lebih tinggi. Nilai
sosial juga berfungsi sebagai alat solidaritas di kalangan anggota kelompok
masyarakat. Dengan nilai tertentu anggota kelompok akan merasa sebagai satu
kesatuan. Nilai sosial juga berfungsi sebagai alat pengawas (kontrol) perilaku
manusia dengan daya tekan dan daya mengikat tertentu agar orang berprilaku sesuai
dengan nilai yang dianutnya.

Nilai sosial juga memiliki ciri-ciri, yang sebagai berikut :

1. Merupakan konstruksi masyarakat sebagai hasil interaksi antarwarga


masyarakat.

2. Disebarkan diantara warga masyarakat (bukan bawaan lahir).


3. Terbentuk melalui sosialisasi (proses belajar)
4. Merupakan bagian dari usaha pemenuhan kebutuhan dan kepuasan sosial
manusia.
5. Bervariasi antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain.
6. Dapat memengaruhi pengembangan diri sosial
7. Memiliki pengaruh yang berbeda antarwarga masyarakat.
8. Cenderung berkaitan satu sama lain.

2. Pengertian Moral

Moral (Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke manusia


atau orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak
memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai
positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus
dimiliki oleh manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan
proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses

8
sosialisasi.

Moral dalam zaman sekarang mempunyai nilai implisit karena banyak orang
yang mempunyai moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang sempit. Moral
itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia harus mempunyai
moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral adalah nilai ke-absolutan dalam
kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari
kebudayaan masyarakat setempat.Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan
seseorang dalam ber interaksi dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu
sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta
menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai moral
yang baik, begitu juga sebaliknya.  Moral adalah produk dari budaya dan Agama.

Moral juga dapat diartikan sebagai sikap,perilaku,tindakan,kelakuan yang


dilakukan seseorang pada saat mencoba melakukan sesuatu berdasarkan pengalaman,
tafsiran, suara hati, serta nasihat, dll.

3. Pengertian Norma

Setiap individu dalam kehidupan sehari-hari melakukan interaksi dengan


individu atau kelompok lainnya. Interaksi sosial mereka juga senantiasa didasari oleh
adat dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Misalnya interaksi sosial di dalam
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan lain
sebagainya. 

Masyarakat yang menginginkan hidup aman, tentram dan damai tanpa


gangguan, maka bagi tiap manusia perlu menjadi pedoman bagi segala tingkah laku
manusia dalam pergaulan hidup, sehingga kepentingan masing-masing dapat
terpelihara dan terjamin. Setiap anggota masyarakat mengetahui hak dan kewajiban
masing-masing. Tata itu lazim disebut kaidah (berasal dari bahasa Arab) atau norma
(berasal dari bahasa Latin) atau ukuran-ukuran.

9
Norma-norma itu mempunyai dua macam isi, dan menurut isinya berwujud:
perintah dan larangan. Apakah yang dimaksud perintah dan larangan menurut isi
norma tersebut? Perintah merupakan kewajiban bagi seseorang untuk berbuat sesuatu
oleh karena akibat-akibatnya dipandang baik. Sedangkan larangan merupakan
kewajiban bagi seseorang untuk tidak berbuat sesuatu oleh karena akibat-akibatnya
dipandang tidak baik. Ada bermacam-macam norma yang berlaku di masyarakat.
Macam-macam norma yang telah dikenal luas ada empat, yaitu:

a.  Norma Agama : Ialah peraturan hidup yang harus diterima manusia sebagai
perintah-perintah, laranganlarangan dan ajaran-ajaran yang bersumber dari
Tuhan Yang Maha Esa. Pelanggaran terhadap norma ini akan mendapat
hukuman dari Tuhan Yang Maha Esa berupa “siksa” kelak di akhirat.
b. Norma Kesusilaan : Ialah peraturan hidup yang berasal dari suara hati
sanubari manusia. Pelanggaran norma kesusilaan ialah pelanggaran perasaan
yang berakibat penyesalan. Norma kesusilaan bersifat umum dan universal,
dapat diterima oleh seluruh umat manusia.
c. Norma Kesopanan : Ialah norma yang timbul dan diadakan oleh masyarakat
itu sendiri untuk mengatur pergaulan sehingga masing-masing anggota
masyarakat saling hormat menghormati. Akibat dari pelanggaran terhadap
norma ini ialah dicela sesamanya, karena sumber norma ini adalah keyakinan
masyarakat yang bersangkutan itu sendiri.
Hakikat norma kesopanan adalah kepantasan, kepatutan, atau kebiasaan yang
berlaku dalam masyarakat. Norma kesopanan sering disebut sopan santun, tata
krama atau adat istiadat.  Norma kesopanan tidak berlaku bagi seluruh
masyarakat dunia, melainkan bersifat khusus dan setempat (regional) dan
hanya berlaku bagi segolongan masyarakat tertentu saja. Apa yang dianggap
sopan bagi segolongan masyarakat, mungkin bagi masyarakat lain tidak
demikian.  Kebiasaan merupakan norma yang keberadaannya dalam
masyarakat diterima sebagai aturan yang mengikat walaupun tidak ditetapkan
oleh pemerintah. Kebiasaan adalah tingkah laku dalam masyarakat yang

10
dilakukan berulangulangmengenai sesuatu hal yang sama, yang dianggap
sebagai aturan hidup . Kebiasaan dalam masyarakat sering disamakan dengan
adat istiadat.   Adat istiadat adalah kebiasaan-kebiasaan sosial yang sejak lama
ada dalam masyarakat dengan maksudmengatur tata tertib. Ada pula yang
menganggap adat istiadat sebagai peraturan sopan santun yang turun temurun
Pada umumnya adat istiadat merupakan tradisi. Adat bersumber pada sesuatu
yang suci (sakral) dan berhubungan dengan tradisi rakyat yang telah turun
temurun, sedangkan kebiasaan tidak merupakan tradisi rakyat.
d. Norma Hukum : Ialah peraturan-peraturan yang timbul dan dibuat oleh
lembaga kekuasaan negara. Isinya mengikat setiap orang dan pelaksanaanya
dapat dipertahankan dengan segala paksaan oleh alat-alat negara, sumbernya
bisa berupa peraturan perundangundangan, yurisprudensi, kebiasaan, doktrin,
dan agama. Keistimewaan norma hukum terletak pada sifatnya yang
memaksa, sanksinya berupa ancaman hukuman. Penataan dan sanksi terhadap
pelanggaran peraturan-peraturan hukum bersifat heteronom, artinya dapat
dipaksakan oleh kekuasaan dari luar, yaitu kekuasaan negara.

4. Pengertian Etika

Menurut bahasa Yunani Kuno, etika berasal dari kata ethikos yang berarti
“timbul dari kebiasaan”. Etika adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai
atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika
mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan
tanggung jawab.6

Menurut para ahli, etika adalah aturan perilaku, adat kebiasaan manusia dalam
pergaulan antara sesamanya serta menegaskan yang baik dan yang buruk. Berikut
akan dipaparkan mengenai pengertian etika berdasarkan pendapat para ahli.

a. Drs. O.P. Simorangkir, etika atau etik dapat diartikan sebagai

6
www.blogspot.com

11
pandangan manusia dalam berperilaku menurut ukuran dan nilai baik.
b. Drs. Sidi Gajabla dalam sistematika filsafat mengartikan etika sebagai
teori tentang tingkah laku, perbuatan manusia dipandang dari segi baik
dan buruk sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.
c. Drs. H. Burhanudin Salam berpendapat bahwa etika merupakan
cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma yang
menentukan perilaku manusia dalam hidupnya.
d. Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 1995 ), etika adalah nilai mengenai
benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat
e. Maryani dan Ludigdo, etika merupakan seperangkat aturan, norma
atau pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik yang harus
dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang dianut oleh
sekelompok atau segolongan masyarakat atau profesi.
f. Ahmad Amin mengungkapkan bahwa etika memiki arti ilmu
pengetahuan yang menjelaskan arti baik atau buruk, menerangkan apa
yang seharusnya dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang
harus dicapai oleh manusia dalam perbuatan dan menunjukkan jalan
untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat oleh manusia.
g. Soegarda Poerbakawatja mengartikan etika sebagai filsafat nilai,
pengetahuan tentang nilai – nilai, ilmu yang mempelajari soal
kebaikan dan keburukan di dalam hidup manusia terutama mengenai
gerak – gerik pikiran dan rasa yang merupakan pertimbangandan
perasaan sampai mengenai tujuan dari bentuk perbuatan.

5. Pengertian Susila

Secara etimologis kata susila berasal dari bahasa sansakerta yaitu “su dan sila
“ su artinya baik, dan sila berarti dasar, prinsip, peraturan hidup atau norma. Secara
terminologis susila adalah : aturan aturan hidup yang baik. Orang yang susila adalah
orang yang berkelakuan baik, sedangkan orang yang asusila adalah orang yang

12
berkelakuan tidak baik atau buruk. Susila biasanya bersumber pada adat yang
berkembang dimasyarakat setempat tentang sesuatu perbuatan itu tabu atau tidak
tabu, layak atau tidak layak. Dengan demikian susila merujuk pada arti perilaku baik
yang dilakukan seseorang.

C. Beberapa Pandangan Tentang Sumber Nilai dan Moralitas

Moral berasal dari nilai tentang sesuatu. Suatu nilai yang diwujudkan dalam
bentuk perilaku anak itulah yang disebut moral. Jadi suatu moral melekat dengan nilai
dari perilaku tersebut. Karenanya tidak ada perilaku anak yang tidak bebas dari nilai.
Hanya barangkali sejauh mana kita memahami nilai-nilai yang terkandung di dalam
perilaku seorang anak atau sekelompok anak memungkinkan berada dalam kondisi
tidak jelas. Dalam arti bahwa apa nilai dari suatu perilaku amat sulit dipahami oleh
orang lain daripada oleh dirinya sendiri.

Banyak nilai yang dapat menjadi perilaku atau moral dari berbagai pihak. Di
bawah ini berbagai nilai yang dapat kita identifikasi sebagai nilai-nilai yang ada di
kehidupan saat ini.7

BAB III

7
www.blogspot.com

13
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari makalah yang ini dapat diambil kesimpulan antara lain:

1. Manusia tidak bisa lepas dari nilai, moral dan norma


2. Nilai adalah nilai social yang mana mempunyai pengertian nilai yang dianut
oleh masyarakat
3. Moral  berasal dari bahasa latin Moralitas yang artinya adalah istilah manusia
menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai
nilai positif, sedangkan manusia yang tidak mempunyai moral disebut amoral
4. Norma adalah suatu prinsip atau hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat
5. Norma terbagi menjadi 4, yakni Norma agama, Norma kesusilaan, Norma
kesopanan dan Norma hukum

B. Saran

Dalam hal ini penulis ingin menyampaikan saran, hendaklah dalam era
global sekarang ini kita menjaga nilai, moral dan norma kita sebagai manusia yang
menjadi khilafah di muka bumi jangan sampai makin terpuruk dalam segala
kerusakan dan keterpurukan bangsa ini.

14

Anda mungkin juga menyukai