Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ZAKAT

Dibuat untuk memenuhi tugas kuliah semester 3 dalam mata kuliah


FIQIH ZAKAT DAN WAQAF

DOSEN PEMBIMBING :

Dr. DUDUNG ABDUL RAZAK, S.HI, MA

KELAS : EI-B

Disusun oleh kelompok 1

1. CHINDY FERINA : 3219050


2. DELLA MAI PUTRI : 3219064
3. RARA RAHMANDA : 3219066

JURUSAN EKONOMI ISLAM

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BUKITTINGGI

TA 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan
kepada nabi Muhammad SAW yang mengajarkan pada umat manusia, menuntun
pada kebenaran dan membawa kita dari kegelapan menuju jalan yang terang
benderang seperti saat sekarang ini.
Adapun judul dari makalah ini adalah “ ZAKAT “. Dalam menyelesaikan
makalah ini, penulis mendapatkan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. DUDUNG ABDUL
RAZAK, S.HI, MA sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan saran
dan pengarahan selama proses penyusunan makalah ini. Kemudian penulis
mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua yang telah memberikan
semangat kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Melalui kata
pengantar ini pemakalah penulis meminta maaf apabila isi makalah ini ada
kekurangan dan ada tulisan yang kurang tepat. Dengan ini, penulis persembahkan
makalah ini dengan rasa terimakasih dan makalah ini dapat memberikan manfaat.

Bukitinggi, 05 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAAN

A. Pengertian Zakat ...................................................................................... 2

B. Hukum Dan Dasar Hukum Zakat .......................................................... 4

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................ 8

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang ketiga, zakat merupakan
suatu ibadah yang paling penting kerap kali dalam Al-Qur’an, Allah menerangkan
zakat beriringan dengan menerangkan sembahyang. Pada delapan puluh dua
tempat Allah menyebut zakat beriringan dengan urusan shalat ini menunjukan
bahwa zakat dan shalat mempunyai hubungan yang rapat sekali dalam hal
keutamaannya shalat dipandang seutama-utama ibadah badaniyah zakat
dipandang seutama-utama ibadah maliyah. Zakat juga salah satu unsur pokok bagi
tegaknya syariat Islam.

Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas setiap muslim yang
telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam kategori ibadah
(seperti shalat, haji, dan puasa) yang telah diatur secara rinci dan paten
berdasarkan al-Qur'an dan as-Sunnah, sekaligus merupakan amal sosial
kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai dengan
perkembangan umat manusia.

Seluruh ulama Salaf dan Khalaf menetapkan bahwa mengingkari hukum


zakat yakni mengingkari wajibnya menyebabkan di hukum kufur. Karena itu kita
harus mengetahui definisi dari zakat, harta-harta yang harus dizakatkan, nishab-
nishab zakat, tata cara pelaksanan zakat dan berbagai macam zakat akan dibahas
dalam bab selanjutnya

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Zakat ?
2. Bagaimana Hukum Dan Dasar Hukum Zakat ?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Zakat
Ditinjau dari segi bahasa, atau zakat mempunyai beberapa arti, yaitu al-
barakatu “ keberkahan” ath-thaharatu “kesucian” dan ash-shalahu “keberesan”.1
Sedangkan secara istilah, mesipun para ulama mengemukakan dengan redaksi
yang agak antara satu dan lainnya, akan tetapi pada prinsipnya sama, yaitu bahwa
zakat itu adalah bagian dari harta dengan persyaratan tertentu, yang allah swt
mewajibkan kepada pemiliknya, untuk diserahkan kepada yang berhak
menerimanya, dengan persyaratan tertentu pula.
Zakat menurut bahasa artinya menambah, berkembang dan menyucikan.
Sedangkan menurut istilah , ulama syafi’iyyah berpendapat bahwa zakat adalah
istilah bagi sesuatu yang dikeluarkan dari harta (zakat mal) maupun badan (zakat
fitrah) dengan cara tertentu ,dan diberikan kepada orang-orang tertentu, yaitu para
mustahik zakat.2
Hubungan antara pengertian zakat menurut bahasa dan dengan pengertian
menurut istilah, sangat nyata dan erat sekali, yaitu bahwa harta yang dikeluaran
zakatnya akan menjadi berkah,tumbuh, berkembang dan bertambah, suci dan
beres(baik).3
Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam surat at-taubah 103 :

뻀 浀 ‫ ؞ ⺂؞‬Ϭ뻀˸ϴ뻀 ϴ˴ 뻀 ‫ ؞ ؞‬뻀  ‫ ؞‬浀⺂


Δ˴ϗ뻀 ˴
ࢲ 뻀 뻀 뻀˴Η뻀 ˴
 Ȳ뻀  뻀b  뻀 b Ϛ 뻀 ˴ 뻀
뻀 Ȳ뻀 뻀 ‫ ؞ ؞‬Ϭ 뻀 ˴Ȳ뻀 ˵ϫ ή b 뻀
Ϭ‫˸؞‬ϴ뻀 ϊϬ ‫ ؞‬b뻀
“ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan menyucikan mereka, dan mendoalah untuk ,mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketentraman jiwa buat mereka. Dan
allah maha mendengar lagi maha mengetahui”

1
Majma Lughah al-‘Arabiyyah,al-Mu’jam al-Wasith (Mesir: Daar el Ma’arif,1972), Juz 1
hlm. 396
2
Rosidin, E-Modul Fikih (Malang: Genius Media,2020) hlm. 53
3
Didin hafidhuddin, zakat dalam perekonomian modern (jakarta: gema insani,2002)hlm.
7

2
QS. Ar Rum (30) : 39

뻀 뻀 ϫ뻀 뻀 ϫ뻀Ϭb
Γ 뻀 ˴뻀   Ϭ뻀˴ ˴뻀 Ȳ ‫⺂؞؞‬  뻀
ϗ ‫؞‬
ϴ Η뻀 뻀⺂ ‫؞‬
α  b⺂ ‫؞‬
ϝ 뻀 뻀 浀‫؞‬ ⺂   Ϭ뻀˴ ˴뻀 뻀 Ȳ뻀
뻀浀 ‫؞‬ 뻀 ‫˶؞‬뻀bȲ˴뻀⺂ ‫⺂؞؞‬ ‫؞‬
b⺂ ˵ Ϛ  뻀Ի˴Ȳ뻀 뻀浀Ȳϗ ϫ˴
“dan sesungguhnya riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia
bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi
allah. Dan yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk
mencapai keridhaan allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-
orang yang melipatgandakan hartanya”

Didalam al-qur’an terdapat beberapa kata, yang walaupun mempunyai arti


yang berbeda dengan zakat, tetapi kadangkala dipergunakan untuk menunjukkan
makna zakat, yaitu infak dan sedekah dan hak, sebagaimana telah dijelaskan
dalam surah at-taubah 34, 60 dan 103 serta al-an’am 141:

QS. At Taubah (9) : 34

뻀 ˴뻀 뻀
m
ϴ‫ ؞‬ή‫ ؞‬뻀 b˴‫ ؞‬α ‫ ؞‬ b⺂ ϝ뻀 뻀 뻀 뻀浀 ˸ ˴뻀Ϭ뻀b 浀‫ ؞‬뻀 ˵ Βϫb⺂Ȳ뻀 ‫ ؞‬뻀 뻀˸⺂ 뻀 ϫϬ‫؞‬ϴ 뻀 浀 ‫⺂؞‬ 뻀 浀‫ ؞‬b⺂ 뻀 Β 뻀
‫⺂؞؞‬ ϴϬ ‫ ؞ ؞‬b뻀 浀‫ ⺂؞‬뻀 뻀 ϧ‫ ؞‬浀뻀 Ȳ뻀 뻀Δ  ‫ ؞‬b⺂Ȳ뻀 ΐ뻀 뻀 ˵浀 b⺂ 뻀浀Ȳ ‫ ؞‬뻀 뻀 浀‫ ؞‬b⺂Ȳ뻀 ‫⺂؞؞‬ ‫ ؞ ؞‬b뻀 뻀ϴ 뻀浀ȲϗΒ 뻀 Ȳ뻀
 ϴϬ
Ϭ‫؞‬b뻀 Ώ 浀뻀 뻀 ‫˵ ؞‬ϫ 뻀 뻀⺂

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari


orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan
harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia)
dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan
tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada
mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih,”

3
QS. At Taubah (9) : 60

浀‫⺂؞‬Ȳ뻀  ˸˴ Δ‫ ؞‬뻀 b͉뻀 b⺂Ȳ뻀 뻀 Ϭ뻀˸ϴ뻀 Ϭ ‫ ؞ ؞‬Ϝ뻀 뻀 b⺂Ȳ뻀 ˴‫ ؞‬ϫ뻀 뻀ϧ ˸‫؞‬b Ζ뻀˴ϗ뻀  b⺂ 뻀  ‫⺂؞‬
뻀 ‫ ؞ ˸؞‬뻀 b⺂Ȳ뻀 Ϭ
Δ 뻀 ϫ‫ ؞‬뻀⺂ ‫؞ ؞‬ ‫ ؞ ؞‬b뻀 浀‫⺂؞‬Ȳ뻀 Ϭ 뻀 ‫ ؞‬ϫ‫˶ ؞‬뻀 b⺂Ȳ뻀 Ώ
 Ȳ뻀 ‫⺂؞؞‬
Ϭ‫˸؞‬ϴ뻀 ‫⺂؞‬  뻀 ϴϬ Ϝ b⺂ ‫⺂ ؞‬Ȳ뻀 ‫⺂؞؞‬  ϴϬ ‫ ؞‬뻀˴ϫb⺂
Ϭ‫ ؞‬뻀

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-


orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya,
untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan
Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu
ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana.”
QS. Al An'am (6) : 141

˴뻀
Ի˸ ‫˸؞‬뻀 ω뻀  b⺂Ȳ뻀 ϴ뻀  b⺂Ȳ뻀 Ζ 뻀 Ȳϫ 뻀 ϫ뻀 Ϭ뻀ϴȲ뻀 Ζ 뻀 Ȳϫ  Ζ ˴뻀 뻀 뻀 ϯ浀‫ ؞‬b⺂ 뻀 ˵Ȳ뻀
˴ ˴뻀 Ȳ뻀 ‫؞‬ ˸
뻀ϟ 뻀 Իϧ 뻀 ϫ뻀 뻀 Ϥ뻀 ˴뻀 ⺂ ˶ٕ‫؞‬ϫ‫ ؞‬뻀 뻀Ϥ ‫؞‬  ‫؞‬ Ի‫ ؞‬뻀 뻀 ϫ뻀 Ϭ뻀ϴȲ뻀 ‫ ؞‬뻀 뻀 뻀浀  Βϫb⺂Ȳ뻀 뻀浀  b⺂Ȳ뻀
‫ ؞‬b⺂ Βΐή‫ ؞‬浀뻀 Ի ‫⺂؞‬ ⺂ϫϜ˴ 뻀
뻀Ϭ‫⺂؞‬ϫϜ 浀뻀 Ȳ ˶ٕ‫ ؞؞‬뻀 뻀

“Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang


tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam
buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak
sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila
dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan
disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.”

B. Hukum Dan Dasar Hukum Zakat


Zakat merupakan rukun islam yang ketiga. Hukum zakat adalah fardhu’ain
bagi setiap orang yang mampu dan mencukupi syarat-syaratnya. Secara historis,
zakat mulai diwajibkan pada bulan syawal tahun ke-2 hijriyah. Dasar hukumnya
antara lain surat al-baqarah [2] : 110

4
QS. Al Baqarah (2) : 110

뻀 ‫ ؞‬뻀‫ ⺂؞‬浀 ‫ ⺂؞؞ ⺂؞‬ϗ뻀 ϴ‫˶ ؞‬Ȳϗ ‫ ؞‬뻀˴ ϗ뻀ϧ˴ 뻀 ˴ ˴뻀 Ȳ뻀 Ϭ‫˴؞‬뻀 Ȳ뻀


  ϫϬ⺂뻀
  Ϝ‫ ؞‬뻀˸‫؞‬ Ȳ뻀 뻀Γ 뻀  b⺂ 뻀Γ 뻀˸  b⺂
ϫϬ ‫ ؞‬뻀 뻀浀 ˸ 뻀 뻀˴

“Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang
kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada
sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha Melihat apa-apa yang kamu
kerjakan.”
Qs. At- taubah ayat 103

َ ‫؞‬
‫˴ َ͋ﻛ ؞‬㢈َ d˵ϫ‫ﮭ‬έ˴ Δ˴َ َϗϭ
َ 㢈َ ‫ ؞ َﮭ‬d‫ﮭ‬Ϭ 浀⺂
d‫ﻛ‬㢈َ َ dd‫ ⺂؞‬d‫ﮭ‬Ϭ
d 㢈َ d‫ﮭ‬d㢈 َ ϙَ ˴َ 㢈Իَ ϭ
ࣤ‫ٱ‬ ‫ ؞‬Իَ ϳَ ϳϭ َ d‫؞ﮭ‬㢈㢈َ َ d‫؞‬
旀‫ ؞‬dϬ‫؞‬Իϳَ ϊϬ‫ ؞‬㢈َ

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka.
Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Kedudukan dan arti penting zakat dapat dilihat dari beberapa hal berikut :4
1. zakat adalah rukun islam yang ketiga, sehingga menjadi salah satu
pilar bangunan islam yang agung.
2. Allah swt menyandingkan perintah menunaikan zakat dengan perintah
shalat sebanyak 28 kali dalam al-quran. Ini menunjukkan betapa urgen
(penting) dan tinggi kedudukan zakat dalam islam. Selain itu,
penyebutan kata shalat dalam banyak ayar terkadang disandingkan
dengan iman dan terkadang disandingkan dengan zakat, bahkan
terkadang ketiga-tiganya disandingkan dengan amal sahih dalam
urutan yang logis.

QS. Al Baqarah (2) : 215

4
Didin hafidhuddin, zakat dalam perekonomian modern, Hlm. 11

5
뻀 ϴ˴ 뻀浀 ‫؞‬ ˴뻀 뻀 Ϛ
‫ ؞ ؞‬Ϝ뻀 뻀 b⺂Ȳ뻀 浀 뻀 뻀 뻀Ϭb⺂Ȳ뻀 뻀Ϭ‫ ؞‬ϫ뻀 ˴뻀˸⺂Ȳ뻀 ‫ ؞‬ϗ뻀 ‫؞‬b 뻀 ˸‫˸؞‬뻀⺂ ϫϬ⺂뻀   ϧ뻀 뻀
Ϭ ϧ 뻀 뻀 ˸뻀˵Ϝ뻀
˸ 뻀 ˴
뻀 뻀 뻀
‫ ؞‬Ϭ‫˸؞‬ϴ뻀 Իٕ‫ ؞؞‬뻀‫⺂؞‬ 浀 ‫؞‬ϋ뻀⺂ ‫؞‬ Ȳ ϴϬ‫ ؞ ؞‬Ϝ b⺂ ‫⺂ ؞‬Ȳ뻀
 ϫϬ⺂뻀

“Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa


saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak,
kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang
sedang dalam perjalanan". Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka
sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya.”

Demikianlah, al-quran memerintahkan kewajiban zakat dengan ungkapan


kata nafaqa tanpa memberi batasan tentang jenis harta dan kadar yang
dinafkahkan. Hal ini berlangsung sampai tahun pertama setelah nabi bersama
umatnya hijrah ke madinah. Hal ini dapat dipahami, karena umat islam saat ini
belum siap menerima kewajiban yang beraspek sosial ang dibatasi dengan
ketentuan-ketentuan yang mengikat. Oleh karena itu, kepada mereka diberi
kebebasan apa saja dan berapa kadar yang mereka nafkahkan.5

Pada tahun kedua hijriyah, baru allah swt memerintahkan kewajiban zakat
dengan menggunakan ungkapan atu al-zakat (tunaikanlah zakat). Seiring dengan
perintah itu nabi saw memberikan penjelasan mengenai ketentuan-ketentuanya.
Jadi sebenarnya pensyariatan zakat di madinah merupakan pembaharuan terhadap
perintah zakat yang diturunkan di mekah dengan ungkapan infaq.

Ketentuan zakat tersebut ditetapkan karena umat islam saat itu sudah
berbeda dengan ketika mereka di mekah. Di madinah mereka telah memiliki iman
yang terkonsentrasi dan wilayah kehidupan mereka pun menjadi luas. Mereka
telah membangun satu masyarakat yang memiliki sistem kehidupan mungkinkan
menerima ketentuan dan batasan zakat. Puncak dari pensyariatan zakat adalah

5
A. Rahman Ritonga dan Zainuddin, Fiqih Ibadah (Jakarta: Percetakan Radar Jaya
Jakarta,1997) hlm . 174

6
menetapkan atau mengumumkannya sebagai salah satu rukun islam oleh nabi
muhammad berdasarkan ayat 11 surat at-taubah :
뻀˴ ˴뻀 Ȳ뻀 뻀˴뻀 Ȳ뻀 뻀˴ ‫؞‬
‫ ؞‬뻀 ˴뻀 ϝ⺂ ϴ 뻀 Ȳ뻀 ‫ ؞‬ϗb⺂ 浀‫  ⺂؞‬뻀 ⺂‫؞‬ϋ뻀⺂ 뻀Γ 뻀  b⺂
ϟ 뻀ϧ‫؞‬b Ζ 뻀Γ 뻀˸  b⺂ 浀ϋ뻀⺂
뻀浀 뻀˸ 뻀

“Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka


(mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Dan Kami menjelaskan
ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui.”

Ayat ini mengandung arti bahwa menunaikan zakat salah satu syarat
seseorang menjadi saudara seagama. Dari sini dipahami bahwa orang yang tidak
menunaikan zakat tidak dapat disebut muslim, sehingga para ulama menetapkan
zakat sebagai salah satu rukun islam.6

6
A. Rahman Ritonga dan Zainuddin.... hlm. 175

7
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Zakat menurut bahasa artinya menambah, berkembang dan menyucikan.
Sedangkan menurut istilah , ulama syafi’iyyah berpendapat bahwa zakat adalah
istilah bagi sesuatu yang dikeluarkan dari harta (zakat mal) maupun badan (zakat
fitrah) dengan cara tertentu ,dan diberikan kepada orang-orang tertentu, yaitu para
mustahik zakat.
Zakat merupakan rukun islam yang ketiga. Hukum zakat adalah fardhu’ain
bagi setiap orang yang mampu dan mencukupi syarat-syaratnya. Secara historis,
zakat mulai diwajibkan pada bulan syawal tahun ke-2 hijriyah.

8
DAFTAR PUSTAKA

Majma Lughah al-‘Arabiyyah,al-Mu’jam al-Wasith (Mesir: Daar el


Ma’arif,1972)
Rosidin, E-Modul Fikih (Malang: Genius Media,2020)
Didin hafidhuddin, zakat dalam perekonomian modern (jakarta: gema
insani,2002)

A. Rahman Ritonga dan Zainuddin, Fiqih Ibadah (Jakarta: Percetakan Radar Jaya
Jakarta,1997)

Anda mungkin juga menyukai