Definisi
Secara morfologi (bahasa): Thoharoh berarti An-Nazhofah (pembersihan) atau An-Nazahah
(pensucian).
Secara Etimologi (istilah): Membersihkan diri dari najis (kotoran) dan hadats.
Atau mensucikan diri dari segala macam sifat/ perangai/ akhlak/ perilaku yang kotor/ tidak
terpuji.
Macam-Macam Thoharoh
( WUDHU, TAYAMUM, DAN MANDI)
1. Wudhu
a. Pengertian Wudhu
Wudhu (Arab: الوضوءal-wuḍū’) adalah salah satu cara mensucikan anggota tubuh dengan air. Seorang
muslim dwajibkan bersuci setiap akan melaksanakan shalat. Berwudhu bisa pula menggunakan debu
yang disebut dengan tayammum .
Dan secara garis umum diartikan , Wudhu adalah mensucikan diri dari segala hadast kecil sesuai dengan
aturan syariat islam .
1. Syarat Wajib wudhu : adalah syarat yang mewajibkan orangmukallaf untuk berwudhu, dimana apabila
syarat itu atau sebagian padanya hilang, ia tidak wajib melakukan wudhu.
1) Baligh (Dewasa)
Antara lain :
3) Tidak terdapat pengahalang yang dapat mengahalangi sampainya air ke anggota wudhu yang hendak
dibasuh.
1) Akil
4) Islam
c. Rukun Wudhu
Antara lain :
1. Niat
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan
tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata
kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari
tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka
bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu.
Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan
ni`mat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur”.
Dari ayat diatas dapat kita simpulkan bahwa anggota wajib wudhu antara lain:
• Tertib
d. Sunnat Wudhu
7. Memasukan air pada selah – selah jari kedua tangan dan kaki
9. Mengulang tiga kali pada setiap anggota yang dibasuh atau diusap
Berlebih – lebihan dalam menuangkan air, misalnya , sampai lebih dari cukup dan ini apabila air tersebut
mubah (boleh dipakai) atau milik orang yang berwudhu itu sendiri. Jika air itu jelas hanya tersedia untuk
wudhu, seperti air yang tersedia dimasjid, maka menggunakanya dengan berlebih – lebihan adalah
haram.
1. Keluar sesuatu dari dua pintu (kubul dan dubur) atau salah satu dari keduanya baik berupa kotoran,
air kencing , angin, air mani atau yang lainnya.
4. Menyentuh kemaluan atau pintu dubur dengan bathin telapak tangan, baik milik sendiri maupun milik
orang lain. Baik dewasa maupun anak-anak.
Tidur, kecuali apabila tidurnya dengan duduk dan masih dalam keadaan semula (tidak berubah)
2. Mandi
Mandi besar, mandi junub atau mandi wajib adalah mandi dengan menggunakan air suci dan bersih (air
mutlak) yang mensucikan dengan mengalirkan air tersebut ke seluruh tubuh mulai dari ujung rambut
sampai ujung kaki. Tujuan mandi wajib adalah untuk menghilangkan hadas besar yang harus dihilangkan
sebelum melakukan ibadah sholat
Bagi mereka yang masuk dalam kategori di atas maka mereka berarti telah mendapat hadas besar
dengan najis yang harus dibersihkan. Jika tidak segera disucikan dengan mandi wajib maka banyak
ibadah orang tersebut yang tidak akan diterima Allah SWT .
1. Membaca niat : “Nawaitul ghusla lirof’il hadatsil akbari fardlol lillaahi ta’aalaa” yang artinya “AKu niat
mandi wajib untuk menghilangkan hadas besar fardlu karena Allah”.
2. Membilas/membasuh seluluh badan dengan air (air mutlak yang mensucikan) dari ujung kaki ke ujung
rambut secara merata.
Berikut ini adalah hal-hal yang boleh-boleh saja dilakukan (tidak wajib hukum islamnya) :
Tambahan :
Orang yang sedang hadas besar tidak boleh melakukan shalat, membaca al’quran, thawaf, berdiam di
masjid, dan lain-lain.
e. Mandi sunat
1) Mandi untuk Shalat jum’at
f. Hal- hal yang haram dilakukan oleh orang yang junub sebelum melakukan Mandi
Bagi seseorang yang sedang dalam keadaan junub diharamkan melakukan suatu perbuatan yang bersifat
syar’iyah yang tergantung pada wudhu sebelum orang tersebut mandi besar.
3. Tayammum
a. Pengertian
Tayammum adalah mengusap muka dan dua belah tangan dengan debu yang suci.
Tayammum dilakukan sebagai pengganti wudhu jika seseoarang yang akan melaksanakan shalat tidak
menemukan air untuk berwudhu .
a. Islam
b. Tidak ada air dan telah berusaha mencarinya, tetapi tidak bertemu
c. Berhalangan mengguankan air, misalnya karena sakit yang apabila menggunakan air akan kambuh
sakitnya
d. Rukun Tayammum
a. Niat:
Artinya: “Aku berniat bertayammum untuk dapat mengerjakan shalat, fardhu karena Allah.”
e. Tertib
e. Sunat Tayammum
1. Membaca basmalah
3. Menipiskan debu
Dalil-Dalil Thoharoh
Dalil naqli tentang suruhan bersuci adalah sebagaimana firman Allah SWT dalam
1. Surat Al-Anfal ayat 11 :
" Dan (ingatlah ketika) Dia menurunkan kepada kamu hujan daripada langit untuk
mensucikan kamu dengannya “
Ahli fiqh bersepakat mengatakan harus bersuci dengan air yang suci (mutlaq) sebagaimana
firman Allah:
َوهُ َو الَّ ِذي أَرْ َس َل ال ِّريَا َح بُ ْشرًا بَ ْينَ يَ َديْ َرحْ َمتِ ِه َوأَ ْن َز ْلنَا ِمنَ ال َّس َما ِء َما ًء طَهُورًا
Artinya:
"Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum
kedatangan rahmatNya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih."
Adab Istinja’
1. Makna Istinja’
Apa yang dimaksud dengan istinja’? Istinja’ adalah menghilangkan sesuatu yang keluar dari
dubur dan qubul dengan menggunakan air yang suci lagi mensucikan atau batu yang suci dan
benda-benda lain yang menempati kedudukan air dan batu.
2. Istinja’ dengan menggunakan air
Air adalah seutama-utama alat bersuci, karena ia lebih dapat mensucikan tempat keluarnya
kotoran yang keluar dari dubur dan qubul, dibandingkan dengan selainnya. Berkaitan dengan
orang-orang yang bersuci dengan menggunakan air, Alloh Ta’ala menurunkan firman-Nya:
“Janganlah kamu sholat dalam masjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya masjid yang
didirikan atas dasar taqwa (Masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu
sholat di dalamnya. Di dalam masjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri.
Sesungguhnya Alloh menyukai orang-orang yang bersih.” (QS. at Taubah :108)
Berkata Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu: “Mereka istinja’ dengan menggunakan air, maka
turunlah ayat ini di tengah-tengah mereka.” (Hadits shohih riwayat Abu Dawud)
3. Istinja’ dengan menggunakan batu
Istinja’ dengan menggunakan batu, kayu, kain dan segala benda yang menempati
kedudukannya-yang dapat membersihkan najis yang keluar dari dibur dan qubul-
diperbolehkan menurut kebanyakan ulama. Salman al-Farisi radhiallahu ‘anhu berkata:
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam melarang kami dari istinja’ dengan menggunakan
kotoran binatang dan tulang.” (HR. Muslim)
Pengkhususan larangan pada benda-benda tersebut menunjukkan bahwasanya Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wassalam membolehkan istinja’ dengan menggunakan batu dan benda-
benda lain yang dapat membersihkan najis yang keluar dari dubur dan qubul. Kapan
seseorang dikatakan suci ketika menggunakan batu dan selainnya? Seseorang dikatakan suci
apabila telah hilang najis dan basahnya tempat disebabkan najis, dan batu terakhir atau yang
selainnya keluar dalam keadaan suci, tidak ada bekas najis bersamanya.
Beristinja’ dengan menggunakan batu dan selainnya tidaklah mencukupi kecuali dengan
menggunakan tiga batu. Salman al Farizi radhiallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wassalam melarang kami dari istinja’ dengan menggunakan tangan kanan atau kurang
dari tiga batu.” (HR. Muslim)
4. Istinja’ dengan tulang dan benda dimuliakan
Seseorang tidaklah diperbolehkan istinja’ dengan menggunakan tulang, sebagaimana yang
telah disebutkan dalam hadits Salman radhiallahu ‘anhu di atas. Mengapa dilarang istinja’
dengan tulang? Ulama mengatakan illah (sebab) dilarangnya istinja’ dengan menggunakan
tulan ialah:
a. Apabila tulang untuk istinja’ berasal dari tulang yang najis, tidaklah ia akan
membersihkan tempat keluarnya najis tersebut, justru semakin menambah najisnya
tempat tersebut.
b. Apabila bersal dari tulang yang suci lagi halal, maka ia merupakan makanan bagi
binatang jin, dan harus kita muliakan dan kita hormati. Dalam hadits riwayat Muslim dari
jalur Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
“Janganlah kalian istinja’ dengan menggunakan kotoran binatang dan tulang, sebab ia
merupakan bekal saudara kalian dari kalangan jin.”
Berdasarkan illah (sebab) yang disebutkan di atas, maka dikiaskan kepadanya makanan
manusia dan binatang, karena bekal manusia dan kendaraannya harus lebih dihormati. Dan
sedemikian juga segala benda yang dituliskan di dalamnya ilmu agama Islam, karena ia lebih
mulia dari sekedar bekal fisik manusia, terlebih lagi bila didalamnya tertulis al-Qur’an,
sunnah dan nama-nama Alloh.
5. Istinja’ dengan tangan kanan
Tidaklah diperbolehkan istinja’ dengan menggunakan tangan kanan, karena tangan kanan
dipergunakan untuk sesuatu yang mulia, berdasarkan kepada kaidah-kaidah umum syari’at
Islamiyyah dalam menggunakan tangan dan kaki. Dan dalam masalah istinja’ ini, ada larang
secara khusus dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam yang disampaikan oleh sahabat
Salman al Farisi radhiallahu ‘anhu, yakni: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam melarang
kami dari istinja’ dengan menggunakan tangan kanan atau kurang dari tiga batu.” (HR.
Muslim)
“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mu’min dan mu’minat tanpa kesalahan
yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa
yang nyata.” (QS. al Ahzab:58)
Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Takutlah kalian dari dua
perkara yang menyebabkan laknat!” Para sahabat bertanya:”Wahai Rasulullah, apa
dua perkara yang menyebabkan laknat tersebut?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wassalam menjawab: “Orang yang buang hajat di jalan manusia dan tempat berteduh
mereka.” (HR. Muslim)
b. Di bawah pohon yang dimanfaatkan manusia
Hal ini karena akan mengganggu terhadap orang yang akan memanfaatkan pohon
tersebut, baik dalam hal memetik buah yang dapat di manfaatkan maupun mengambil
kayu atau dahannya; dan seorang muslim tidaklah boleh mengganggu sesamanya,
sebagaimana keumuman ayat 58 dari surat al-Ahzab di atas, dan juga seorang muslim
dilarang memudharatkan orang lain dan membalas kemudharatan dengan kemudharatan
yang semisalnya..
c. Di sumber air
Hal ini karena mengotori sumber air tersebut dan bahkan bisa jadi akan menajiskannya,
jikalau najis yang keluar dari orang yang buang hajat tersebut sampai kepada derajat
mengubah rasa, warna, atau bau dari air yang ada di sumber air tersebut. Di samping itu,
buang air di tempat ini juga akan mengganggu orang yang akan memanfaatkan sumber
air tersebut; sedang seorang muslim tidaklah boleh mengganggu sesamanya, sebagaimana
keumuman ayat 58 dari surat al-Ahzab di atas, dan juga seorang muslim dilarang
memudharatkan orang lain dan membalas kemudharatan dengan kemudharatan yang
semisalnya.
Selain itu, kencing di sumber air merupakan salah satu hal yang dapat menyebabkan
laknat, sebagaimana disebutkan dalam hadits hasan yang diriwayatkan oleh Abu Dawud;
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Takutlah kalian dari tiga perkara
yang menyebabkan laknat!! Yaitu: buang air besar di sumber air, jalan raya, dan tempat
berteduh.”
d. Di lubang
Seseorang ketika buang iar kecil di tanah lapang, dilarang melakukan kencing di lubang
tempat serangga atau binatang melata lainnya. Larangan disini bersifat makruh, bukan
haram, karena itulah ia menjadi diperbolehkan jikalau berhajat kepadanya dan tidak ada
tempat yang lain kecuali lubang tersebut. Dasar dari larangan ini adalah:
1) Hadits Qotadah dari Abdullah bin Sirjis, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi
wassalam melarang kencing di lubang. Dikatakan kepada Qotadah: “Ada apa dengan
lubang?” Beliau menjawab: “Dikatakan, bahwa lubang adalah tempat tinggan bagi
jin.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
Berkata Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah: “Hadits ini
didho’ifkan oleh sebagian ulama dan dishohihkan oleh sebagian yang lain. Dan paling
rendahnya, hadits ini berderajat hasan, karena para ulama menerimanya dan berhujjah
dengannya.” (Syarh Mumthi 1/119)
2) Ditakutkan terdapat serangga dan hewan melata lainnya yang bertempat tinggal di
tempat tersebut dan kencing kita akan merusak tempat tinggalnya atai ia akan keluar
dan menyakiti kita, sedangkan kita sedang kencing atau barangkali ia keluar secara
tiba-tiba lalu kita menghindarinya dan akhirnya kita tidak selamat dari percikan
kencing kita atau yang lebih besar dari pada hal itu.
1. Manfaat Wudlu
Kulit merupakan organ yang terbesar tubuh kita yang fungsi utamanya membungkus
tubuh serta melindungi tubuh dari berbagai ancaman kuman, racun, radiasi juga
mengatur suhu tubuh, fungsi ekskresi ( tempat pembuangan zat-zat yang tak berguna
melalui pori-pori ) dan media komunikasi antar sel syaraf untuk rangsang nyeri, panas,
sentuhan secara tekanan. Begitu besar fungsi kulit maka kestabilannya ditentukan oleh
pH (derajat keasaman) dan kelembaban. Bersuci merupakan salah satu metode menjaga
kestabilan tersebut khususnya kelembaban kulit. Kalu kulit sering kering akan sangat
berbahaya bagi kesehatan kulit terutama mudah terinfeksi kuman. Dengan bersuci berarti
terjadinya proses peremajaan dan pencucian kulit, selaput lendir, dan juga lubang-
lubang tubuh yang berhubungan dengan dunia luar (pori kulit, rongga mulut, hidung,
telinga). Seperti kita ketahui kulit merupakan tempat berkembangnya banya kuman dan
flora normal, diantaranya Staphylococcus epidermis, Staphylococcus aureus,
Streptococcus pyogenes, Mycobacterium sp (penyakit TBC kulit). Begitu juga dengan
rongga hidung terdapat kuman Streptococcus pneumonia (penyakit pneumoni paru),
Neisseria sp, Hemophilus sp. Seorang ahli bedah diwajibkan membasuh kedua belah
tangan setiap kali melakukan operasi sebagai proses sterilisasi dari kuman. Cara ini baru
dikenal abad ke-20, padahal umat Islam sudah membudayakan sejak abad ke-14 yang
lalu. Luar Biasa!!
dalam bersuci berarti membersihkan rongga mulut dari penularan penyakit. Sisa
makanan sering mengendap atau tersangkut di antara sela gigi yang jika tidak
dibersihkan ( dengan berkumur-kumur atau menggosok gigi) akhirnya akan menjadi
mediasi pertumbuhan kuman. Dengan berkumur-kumur secara benar dan dilakukan lima
kali sehari berarti tanpa kita sadari dapat mencegah dari infeksi gigi dan mulut.
Untuk mencegah berbagai infeksi cacing yang masih menjadi masalah terbesar di negara
kita.
MANFAAT TAYAMUM
Ada jenis ”kotoran” yang tidak terlihat oleh mata, jauh lebih berbahaya bila tidak segera di
”buang”.”Kotoran” itu bernama elektron, yang apabila terlalu banyak terakumulasi di tubuh kita
bisa merusak kesetimbangan sistem elektrolit cairan di dalam tubuh kita.Molekul molekul air
H2O yang bersifat polar sangat mudah menyerap elektron elektron yang terakumulasi di tubuh
kita.Hanya dengan mengusapkan air ke permukaan kulit saja, maka ”kotoran” elektron itu
dengan mudah ”terbuang” dari tubuh kita. Ternyata, hanya dengan membasuh kulit tubuh dengan
air itulah kelebihan elektron di permukaan tubuh kita akan dinetralkan. Dengan teori ”kotoran”
elektron listrik statis inilah akhirnya rahasia di balik tayamum sebagai pengganti wudhu menjadi
jelas. Bahwa air yang dibasuhkan ke kulit tubuh akan menetralkan listrik statis di tubuh kita, dan
penetralan itu bisa diganti dengan menebalkan tangan ke tanah dan mengusapkan debu wajah
dan telapak tangan.
Sebab hadas kecil adalah sebab yang membatalkan wudhu. Maka kesan daripada berhadas kecil
adalah terbatalnya wudhu dan diharamkan untuk melakukan perkara-perkara berikut:
Menunaikan sembahyang fardhu atau sunat dan amalan lain yang seumpamanya seperti
sujud tilawah, sujud syukur, khutbah Jumaat dan solat jenazah.
Memegang dan menyentuh kesemua bagian Al-Qur’an atau sebagiannya saja walaupun
sepotong ayat.
2. Hadas Besar
Sebab hadas besar pula adalah berjunub, keluar haidh atau nifas dan melahirkan anak.
Apabila seseorang berhadas besar kerana berjunub, maka dia diharamkan untuk melakukan
perkara-perkara berikut:
a. Menunaikan sembahyang sama ada fardhu atau sunat dan amalan lain yang
seumpamanya seperti sujud tilawah, sujud syukur, khutbah Jumaat dan solat jenazah.
b. Tawaf Ka‘bah, sama ada fardhu ataupun sunat kerana dihukum sebagai sembahyang.
d. Membaca Al-Qur’an dengan niat membacanya kecuali dengan niat zikir, berdoa, memuji
Allah dan memulakan sesuatu ataupun dengan tujuan mengajar.
Apabila seseorang berhadas besar kerana keluar haidh dan nifas, maka dia diharamkan untuk
melakukan perkara-perkara berikut:
a. Menunaikan sembahyang fardhu atau sunat dan amalan lain yang seumpamanya seperti
sujud tilawah, sujud syukur, khutbah Jumaat dan solat jenazah.
b. Berpuasa.
d. Memegang dan menyentuh kesemua bagian Al-Qur’an atau sebagiannya saja walaupun
sepotong ayat.
e. Membaca Al-Qur’an dengan niat membacanya kecuali dengan niat zikir, berdoa, memuji
Allah dan memulakan sesuatu ataupun dengan tujuan mengajar.
h. Talaq.
Untuk menghilangkan hadath kecil ialah dengan berwudhu’ atau tayammum apabila tidak
dapat melakukan wudhu.
Untuk menghilangkan hadath besar ialah dengan mandi atau bertayammum sebagai ganti
daripada mandi
Najis
najis menurut bahasa apa saja yang dipandang kotor dan menjijikkan. Sedangkan
menurut syara, makna najis ialah suatu kotoran yang dapat menghalangi sahnya shalat atau
tawaf.
Jenis-Jenis Najis
air kencing kanak-kanak lelaki yang tidak makan selain menyusu dan belum mencapai umur dua
tahun.cara mensucikanya cukup dengan cara memercikan air pada yang tempat yang terkena
najis.
yang termasuk dalam najis ini adalah segala sesuatu yang keluar dari dubur atau qubul manusia
atau binatang, barang cair yang memabukan, bangkai kecuali bangkai manusia. najis ini masih
dibagi lagi menjadi dua yaitu :
(a) najis 'Ainiyah, yaitu najis yang berujud (nampak dan dapat dilihat), misalnya kotoran
manusia atau hewan.
(b). Najis hukmiyah, yaitu najis yang tidak berujud (tidak tampak dan tidak terlihat). Seperti
bekas kencing dan arak yang mengering.
Cara membersihkan najis Mutawasithah adalah dibasuh tiga kali agar sifat-sifat najisnya hilang
(warna, rasa, bau).
seperti air liur anjing dan babi. Cara mencuci benda yang terkena najis ini, hendaklah dicuci
(dibasuh) tujuh kali dan dicampur dengan tanah pada saat dicuci untuk yang pertama kalinya.
Tiada sebarang najis yang dimaafkan. Walaupun begitu, syara` memberi kemaafan terhadap kadar
benda najis yang sedikit yang sulit untuk dielakkan, begitu juga untuk memudahkan dan bertolak ansur
kepada umatnya. Oleh yang demikian, najis-najis berikut adalah najis yang dimaafkan:
a. Najis yang tidak dapat dilihat oleh pandangan sederhana seperti darah yang sedikit dan percikan
air kencing.
b. Darah jerawat, darah bisul, darah kudis atau kurap dan nanah.
c. Darah binatang yang tidak mengalir darahnya seperti kutu, nyamuk, agas dan pijat.
Tujuan
Untuk menunjang ibadah shalat yang sempurna
Shalat
A. Macam-Macam
a. SHALAT FARDHU
Nabi bersabda:
“Barang siapa yang meninggalkan shalat Jum’at tiga kali dengan
meremehkan, sungguh Allah telah mencap (menutup) atas hatinya.” (H.R.
Abu Dawud)
Nabi bersabda:
Orang yang sedang berpergian juga tidak terkena kewajiban shalat jum’at
berdasarkan sabda nabi:
“Tidak ada kewajiban shalat jum’at atas orang yang sedang bepergian”.
Rukun Jum’at
Syarat Khutbah
Sunat Jum’at
1. Mandi
2. Membersihkan badan
3. Memakai pakaian putih
4. Memotong kuku dan memakai wangi-wangian
Nabi bersabda:
Nabi bersabda:
“Barang siapa yang madi pada hari Jum’at memakai pakaian yang
paling baik (dari yang dimiliki), memakai harum-haruman bila punya,
kemudian pergi jum’at dengan tidak melangkahi pundak orang, kemudian
shalat Tahiyatul Masjid, dan diam di kala imam khutbah sampai selesai
shalat, maka ia diampuni dosa-dosanya, dosa antara hari Jum’at itu
dengan Jum’at sebelumnya.” (H.R. Ibnu Hibban dan Muslim)
b. Shalat Sunnah
1. Shalat sunnah rawatib
Shalat sunnah rawatib adalah shalat sunnah yang mengikuti shalat fardhu.
Dikerjekan sebelum dan sesudah shalat fardhu.
a. Shalat rawatib muakkad
Shalat sunat rawatib mu 'akkad adalah shalat sunat rawatib yang sangat
dianjurkan untuk dikerjakan karena sangat penting. Shalat sunatrawatib mu'akkad
ada 10 rakaat, yaitu:
- 2 rakaat sebelum shalat subuh.
- 2 rakaat sesudah shalat zhuhur.
2. Shalat Tahajjud
Shalat tahajjud ialah shalat sunnah yang dikerjakan pada waktu malam, dimulai
sesudah Isya sampai terbit fajar. Terutama dilakukan sepertiga malam yang akhir,
kira-kira dari puku 01.00 hingga menjelang masuk waktu Subuh.
Shalat sunnah tahajjud bisa dikerjakan sedikitnya dua rakaat dan boleh sebanyak-
banyaknya tidak terbatas. Shaat tahajjud dilakukan dengan syarat sesudah bangun
dari tidur malam, walaupun hanya tidur sebentar.
Manfaat shalat tahajjud yaitu keselamatan dan kesenangan dunia dan akhirat.
Diantara manfaat tersebut adalah :
1. Wajahnya akan memancarkan keimanan
2. Berjalan di atas shirath bagaikan kilat
3. Dibangkitkan dari kuburnya dengan wajah yang bercahaya
4. Akan dijauhi dari segala macam bahaya
5. Diberi kitab amal di tangan kanannya
6. Setiap perkataannya berarti dan dituruti semua orang
7. Dimudahkan hisabnya
8. Akan diberikan perhatian dan kecintaan dari orang yang mengenalnya.
6. Shalat Istisqa’
Shalat Istisqa’ adalah shalat sunat untuk memohon hujan dan disunnahkan bagi
orang yang bermukin dan musafir, ketika sangat membutuhkan air, dikarenakan
tidak ada hujan atau tidak mengairnya sumber air.
Niat shalat Id :
- Shalat Idul Fitri
َ ُ ماءموما َر ْك َعتَي ِْن الفطر لعيد ُسنَّةَ أ/ تَعا َ َل هَّلِل ِ اماما
صلِّي
USSHALLI SUNNATA LI’IIDIL FITHRI RAK’ATAINI
(MAKMUUMAN/IMAAMAN) LILLAAHI TA’ALA
Artinya :
“Aku niat shalat sunnah Idul Fitri 2 rakaat (makmuman/imaman) karena Allah
Ta’ala”
َ ُ ماءموما َر ْك َعتَي ِْن االضح لعيد ُسنَّةَ أ/ تَعا َ َل هَّلِل ِ اماما
صلِّي
USSHALLI SUNNATA LI’IIDIL ADHA RAK’ATAINI
(MAKMUMMAN/IMAAMAN) LILLAHI TA’ALA
Artinya :
“Aku niat shalat sunnah Idul Adha 2 rakaat (makmuman/imaman) karna Allah
Ta’ala”
- Shalat Kusuf
c. Shalat Jama’ah
Dari Abu Hurairah r.a. berkata, telah datang kepada Nabi saw. seorang sahabat
buta seraya berkata, “ Ya Rasulullah, sesungguhnya saya tidak mempunyai
penuntun yang akan menuntunku ke masjid.” Kemudian ia memohon kepada
Rasulullah agar beliau memberi rukhsah (keringanan) kepadanya, sehingga ia
boleh shalat (wajib) di rumahnya. Maka beliau pun kemudian memberi rukhsah
kepadanya. Tatkala ia berpaling (hendak pulang), beliau memanggilnya, lalu
bertanya, "Kamu mendengar suara adzan untuk shalat?” Jawabnya,”Iya, betul.”
Sabda beliau (lagi), “ (Kalau begitu) wajib kamu memenuhi seruan adzan itu!“
(Shahih: Mukhtashar Muslim no: 320, Muslim I: 452 no: 653, dan Nasa’i II: 109).
Dari Abdullah (Ibnu Mas’ud) r.a, ia berkata, “Barang siapa senang bertemu Allah
di hari kiamat kelak dalam keadaan muslim, maka hendaklah dia memperhatikan
shalat lima waktu ketika dia diseru mengerjakannya, karena sesungguhnya Allah
telah mensyairi’atkan kepada Nabimu sunanul huda (sunnah sunnah yang
berdasar petunjuk), dan sesungguhnya shalat lima waktu (dengan berjama’ah)
termasuk sunnanul huda. Andaikata kamu sekalian shalat di rumah kalian
(masing-masing), sebagaimana orang yang menyimpang ini shalat (wajib)
dirumahnya, berarti kamu telah meninggalkan sunnah Nabimu, manakala kamu
telah meninggalkan sunnah Nabimu, berarti kamu telah sesat. Tak seorang pun
bersuci dengan sempurna, kemudian berangkat ke salah satu masjid dan sekian
banyak masjid-masjid ini, melainkan pasti Allah menulis baginya untuk setiap
langkah yang ia lakukan satu kebaikan dan dengannya Dia mengangkatnya satu
derajat dan dengannya (pula) Dia menghapus satu kesalahannya. Saya telah
melihat kamu (dahulu), dan tidak ada yang seorangpun yang meninggalkan shalat
berjama’ah dan kalangan sahabat, kecuali orang munafik yang sudah dikenal
kemunafikannya, dan sungguh telah ada seorang laki-laki dibawa ke masjid
dengan dipapah oleh dua orang laki-laki hingga didirikannya di shaf.” (Shahih:
Shahih Jinu Majah no: 631, Muslim I : 453 no: 257 dan 654, Nasa’i II: 108, unul
Ma’bud II: 254 no: 546 dan Ibnu Majah I: 255 no: 777).
Dari Ibnu Abbas dan Nabi saw., beliau bersabda, “Barang siapa mendengar
panggilan (adzan), lalu tidak memenuhinya, maka sama sekali tiada shalat
baginya, kecuali orang-orang yang berudzur.” (Shahih: Shahih Ibnu Majah no:
645, Ibnu Majah I: 260 no: 793, Mustadrak Hakim I: 245 dan Baihaqi III: 174)
Dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Shalatnya seseorang
dalam jama’ah melebihi shalatnya di rumahnya dan di pasarnya dua puluh lima
lebih, yang demikian itu terjadi yaitu apabila ia berwudhu’ dengan sempurna
lalu pergi ke masjid hanya untuk shalat (jama’ah). Maka ia tidak melangkah satu
langkahpun, kecuali karenanya diangkat satu derajat untuknya dan karenanya
dihapus satu kesalahan darinya. Manakala para malaikat senantiasa
mencurahkan rahmat kepadanya (dengan berdo’a kepada Allah), ALLAHUMMA
SHALlI ‘ALAIH, ALLAHUMMARHAMHU (ya Allah limpahkanlah barakah
kepadanya, dan curahkanlah barakah kepadanya).” Dan senantiasa seorang di
antara kamu dianggap berada dalam shalat selama menunggu (pelaksanaan)
shalat berjama’ah.” (Muttafaqun ‘Alaih: Fathul Bari II: 131 no: 647, Muslim I :
459 no: 649 dan ‘Aunul Ma’bud 11:265 no: 555).
Dari Abu Hurairah r.a dan Nabi saw. bersabda, “Barang siapa berangkat sore
dan pagi ke masjid (untuk shalat jama’ah), niscaya Allah menyediakan baginya
tempat tinggal di surga setiap kali ia berangkat sore dan pagi (ke masjid).”
Muttafaqun ‘Alaih: Fathul Bari II: 148 no: 662 dan Muslim I : 463 no: 669)
Dari Ibnu Umar r.a. dan Nabi saw. bersabda, “Janganlah kamu sekalian
mencegah istri-istrimu (pergi ke) masjid-masjdi namun (ingat) rumah-rumah
mereka lebih baik bagi mereka.” (Shahih : Shahih Abu Daud no: 530, ‘Aiunul
Ma’bud II: 274 no: 563 dan al Fathur Rabbani V : 195 no: 1333).
Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Setiap wanita yang
memakai wangi-wangian, maka jangan hadir shalat Isya’ bersama kami.”
(Shahih: Shahihul Jami’us Shaghir no: 2702, Muslim I: 328 no: 444, ‘Aunul
Ma’bud XI: 231 no: 4157, dan Nasa’I VIII: 154).
Darinya (Abu Hurairah) r.a. bahwa Nabi saw. bersabda, “Janganlah kami
menghalangi hamba-hamba Allah yang perempuan untuk (pergi ke) masjid-
masjid Allah, namun (ingat) hendaklah mereka berangkat (ke masjid) tanpa
memakai parfum.” (Hasan Shahih: Shahih Abu Daud no: 529, ‘Aunul Ma’bud
11:273 no: 561, al-Fathur Rabbani V: 193 no: 1328).
Rumah-Rumah Mereka Lebih Baik Bagi Mereka
Kaum perempuan, sekalipun boleh pergi ke masjid, namun shalat wajib di
rumahnya adalah lebih utama.
Dari Ummu Humaid as-Sa’idiyah bahwa ia perah datang kepada Rasulullah saw.
seraya berkata, “Ya Rasulullah, sejatinya saya ingin shalat bersamamu.“ Jawab
beliau, “Sungguh aku mengetahui bahwa engkau ingin sekali shalat bersamaku,
namun shalatmu di rumahmu lebih baik daripada shalatmu di dalam kamarmu,
shalatmu di dalam kamarmu lebih baik bagimu daripada shalatmu di
kampungmu, shalatmu di kampungmu lebih baik bagimu daripada shalatmu di
masjid kaummu, dan shalatmu di masjid kaummu lebih baik bagimu daripada
shalatmu dimasjidku ini." (Hasan: al-Fathur Rabbani V: 198 no: 1337 dan Shahih
Ibnu Khuzai’mah III: 95 no: 1689).
d. Shalat Munfarid
Shalat munfarid adalah shalat yang dilakukan sendirian tidak ada imam dan
tidak ada makmum. Biasanya bacaannya tidak dikeraskan.
e. Rukhsah/Keringanan
Untuk Orang Sakit
Islam adalah agama yang mudah. Islam tidak akan mempersulit umatnya.
Namun terdapat ibadah yang tidak boleh ditinggalkan walau dalam keadaan
apapun, yaitu ibadah shalat. Shalat tidak boleh ditinggalkan walau seseorang
dalam keadaan sakit sangat parah. Oleh karena itu Allah memberikan
keringanan (rukhsah) bagi orang yang sakit, yang tidak dapat menunaikan
shalat dengan berdiri. Berikutadalah hadist yang diriwayatkan oleh Imran bin
Hushain ra., Saya menderita sakit wasir, kemudian saya bertanya kepada
Rasulullah Saw. mengenai shalat sya, lalu Rasullah Saw. bersabda,
Kaanat bii bawaasiiru fasaaltun nabiyya shallallaahu ‘alaihi wasallama ‘anish
shalaati, faqaala: shalli qaaiman, faillam tastathi’ faqaa’idan, faillam tastathi’
‘alaa jambika. (Rawaahul Bukhaari)
“Kerjakanlah shalat dengan berdiri, jika tidak mampu shalatlah dengan duduk,
dan jika tidak mampu shalatlah dengan duduk, dan jika tidak mampu shalatlah
dengan berbaring”. (H.R. Bukhari).
B. Hukum Shalat
Ada dua tempat yang dianjurkan bagi orang yang shalat untuk
berhenti sejenak:
Pertama: setelah takbiratul ihram untuk membaca doa istiftah
Kedua: setelah selesai membaca surat sebelum ruku', untuk mengembalikan
nafas.
Doa istiftah ada tiga macam: yang paling utama adalah yang mengandung pujian kepada
Allah SWT seperti subhanakallahumma…, berikutnya yang mengandung penyebutan
tentang ibadah kepada Allah SWT seperti wajjahtu wajhiya…, kemudian yang
mengandung doa seperti allahumma baa'id….
Haram mengakhirkan shalat hingga habis waktunya kecuali bagi
yang berniat menjama' shalat, atau dalam kondisi sangat takut, atau
karena sakit, dan orang yang shalat haram melihat ke langit.
Lebih baik bagi orang yang merasa ingin buang air besar atau kecil, atau berasa akan
keluar angin, berhadats terlebih dahulu kemudian wudhu' dan shalat. Jika tidak ada air
maka bertayammumlah kemudian mengerjakan shalat, yang demikian ini akan lebih
khusyu'.
Menoleh dalam shalat adalah curian yang dicuri oleh setan dari shalat seseorang.
Menoleh ada dua macam: dengan badan, dan dengan hati, untuk mengobati menoleh
dengan hati yaitu dengan meludah ke kiri tiga kali, dan mohon perlindungan kepada
Allah SWT dari setan yang terkutuk, sedangkan yang dengan badan, maka dengan
mengahadap langsung ke kiblat dengan seluruh badannya.
Hukum meletakkan sutrah (pembatas) dalam shalat:
Disunnahkan bagi imam dan yang shalat sendirian, shalat dekat dengan sutrah, seperti
tembok, atau tiang, atau batu, atau tongkat, atau tombak dan
sebagainya, baik laki-laki maupun wanita, di kampung halaman maupun dalam
perjalanan, shalat wajib maupun sunnah. Adapun makmum, maka sutrah imam sudah
termasuk sutrah bagi yang dibelakangnya, atau imam menjadi sutrah bagi makmum.
Haram lewat di antara orang yang shalat dengan sutrahnya, dan orang yang shalat harus
menolak orang yang lewat, baik di Makkah maupun di tempat lain, kalau memaksa, maka
orang yang lewat berdosa, sedangkan pahala orang yang shalat tidak berkurang insya
Allah.
Imam dan orang yang shalat sendirian batal jika ada wanita, keledai, atau anjing hitam
yang lewat di depannya, jika tidak ada sutrah. Jika salah satu dari yang disebutkan tadi
lewat di depan makmum, maka sahalat makmum maupun imam tidak batal, dan
barangsiapa yang shalat menggunakan sutrah, hendaknya mendekat padanya; agar setan
tidak lewat antara dia dengan sutrah.
Apabila kita sudah mempunyai air wudhu bererti kita sudah siap untuk mengerjakan
solat. Kita boleh solat dimana saja asalkan di tempat suci. Suci disini maksudnya adalah
tidak bernajis. Boleh menggunakan alas seperti sajadah atau apa saja yang bersih,
sekalipun tidak memakai alas sama sekali, seperti di atas bumi. Meskipun demikian, yang
penting dipersiapkan sebagai persyaratan shalat ialah:
1. Menutup aurat bagi lelaki iaitu antara pusat dengan lutut. Aurat wanita, seluruh badan,
kecuali muka dan telapak tangan. Menutup aurat boleh dengan apa saja asal suci, tidak
tembus pandang seperti plastik bening atau benda semacam lainnya.
2. Menghadap ke arah kiblat, yaitu Ka'bah di Makkah. Bila tidak memungkinkan, misalnya
di atas kereta api, kapalterbang atau tak diketahui sama sekali, maka hadapkanlah wajah
kita ke mana saja yang kita merasa condong bahawa itu adalah kiblat.
3. Harus mengetahui dengan yakin sudah berada dalam waktu solat yang hendak dikerjakan.
4. Yakin bahawa badan, pakaian, dan tempat solat suci dari najis.
5. Suci dari hadas besar dan hadas kecil.
D. Hal-Hal Yang Membatalkan
Manfaat Kesehatan Sholat Berdiri lurus adalah pelurusan tulang belakang, dan menjadi
awal dari sebuah latihan pernapasan, pencernaan dan tulang. Takbir merupakan latihan
awal pernapasan. Paru-paru adalah alat pernapasan, Paru kita terlindung dalam rongga
dada yang tersusun dari tulang iga yang melengkung dan tulang belakang yang
mencembung. Susunan ini didukung oleh dua jenis otot yaitu yang menjauhkan lengan
dari dada (abductor) dan mendekatkannya (adductor). Takbir berarti kegiatan
mengangkat lengan dan merenggangkannya, hingga rongga dada mengembang seperti
halnya paru-paru. Dan mengangkat tangan berarti meregangnya otot-otot bahu hingga
aliran darah yang membawa oksigen menjadi lancar. Dengan ruku’, memperlancar aliran
darah dan getah bening ke leher oleh karena sejajarnya letak bahu dengan leher. Aliran
akan semakin lancar bila ruku’ dilakukan dengan benar yaitu meletakkan perut dan dada
lebih tinggi daripada leher. Ruku’ juga mengempiskan pernapasan.
Pelurusan tulang belakang pada saat ruku’ berarti mencegah terjadinya pengapuran.
Selain itu, ruku’ adalah latihan kemih (buang air kecil) untuk mencegah keluhan prostat.
Pelurusan tulang belakang akan mengempiskan ginjal. Sedangkan penekanan kandung
kemih oleh tulang belakang dan tulang kemaluan akan melancarkan kemih. Getah bening
(limfe) fungsi utamanya adalah menyaring dan menumpas kuman penyakit yang
berkeliaran di dalam darah.
Sujud Mencegah Wasir Sujud mengalirkan getah bening dari tungkai perut dan dada ke
leher karena lebih tinggi. Dan meletakkan tangan sejajar dengan bahu ataupun telinga,
memompa getah bening ketiak ke leher. Selain itu, sujud melancarkan peredaran darah
hingga dapat mencegah wasir. Sujud dengan cepat tidak bermanfaat. Ia tidak mengalirkan
getah bening dan tidak melatih tulang belakang dan otot. Tak heran kalau ada di sebagian
sahabat Rasul menceritakan bahwa Rasulullah sering lama dalam bersujud.
Duduk di antara dua sujud dapat mengaktifkan kelenjar keringat karena bertemunya
lipatan paha dan betis sehingga dapat mencegah terjadinya pengapuran. Pembuluh darah
balik di atas pangkal kaki jadi tertekan sehingga darah akan memenuhi seluruh telapak
kaki mulai dari mata kaki sehingga pembuluh darah di pangkal kaki mengembang.
Gerakan ini menjaga supaya kaki dapat secara optimal menopang tubuh kita. Gerakan
salam yang merupakan penutup sholat, dengan memalingkan wajah ke kanan dan ke kiri
bermanfaat untuk menjaga kelenturan urat leher. Gerakan ini juga akan mempercepat
aliran getah bening di leher ke jantung.
Manfaat Sholat Malam hari biasanya dingin dan lembab. Kalau ditanya, paling enak tidur
di waktu tersebut. Banyak lemak jenuh yang melapisi saraf kita hingga menjadi beku.
Kalau tidak segera digerakkan, sistem pemanas tubuh tidak aktif, saraf menjadi kaku,
bahkan kolesterol dan asam urat merubah menjadi pengapuran. Tidur di kasur yang
empuk akan menyebabkan urat syaraf yang mengatur tekanan ke bola mata tidak
mendapat tekanan yang cukup untuk memulihkan posisi saraf mata kita.
Jadi sholat malam itu lebih baik daripada tidur. Kebanyakan tidur malah menjadi
penyakit. Bukan lamanya masa tidur yang diperlukan oleh tubuh kita melainkan kualitas
tidur. Dengan sholat malam, kita akan mengendalikan urat tidur kita.
Sholat Lebih Canggih dari Yoga “Apakah pendapatmu sekiranya terdapat sebuah sungai
di hadapan pintu rumah salah seorang diantara kamu dan dia mandi di dalamnya setiap
hari lima kali. Apakah masih terdapat kotoran pada badannya?”. Para sahabatmenjawab :
“Sudah pasti tidak terdapat sedikit pun kotoran pada badannya”. Lalu beliau bersabda :
“Begitulah perumpamaansholat lima waktu. Allah menghapus segala keselahan mereka”.
(H.R Abu Hurairah r.a). Jika manfaat gerakan sholat kita betul, maka sangat luar biasa
manfaatnya dan lebih canggih daripada yoga. Sangat disayangkan tidak ada universitas
yang berani atau sengaja mengembangkan teknik gerakan sholat ini secara ilmiah. Belum
lagi manajemen yang terkandung dalam bacaan sholat. Seperti doa iftitah yang berarti
mission statement (dalam manajemen strategi). Sedangkan makna bacaan Alfatihah yang
kita baca berulang sampai 17 kali adalah objective statement. Tujuan hidup mana yang
lebih canggih dibandingkan tujuah hidup di jalan yang lurus, yaitu jalan yang penuh
kebaikan seperti diperoleh para orang-orang shaleh seperti nabi dan rasul?
Dr. Gustafe le Bond mengatakan bahwa Islam merupakan agama yang paling sepadan
dengan penemuan-penemuan ilmiah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan etika sains
harus didukung dengan kekuatan iman. Semoga sholat kita makin terasa manfaatnya.
Daftar Pustaka
http://aboen.or.id/9-hal-yang-membatalkan-sholat.asp
http://tanbihul_ghafilin.tripod.com/panduanlengkapsembahyang.htm
alhakim.wordpress.com/2007/06/29/manfaat-sholat-secara-medis
http://alislamu.com/ibadah/4-shalat/137-bab-shalat-jamaah.html
http://tuntunansholatdankumpulandoa.blogspot.com
http://ohislam.com
http://lifestyle.infospesial.net/read/584/manfaat-gerakan-shalat-dan-wudhu.html
SISTEM AL-ISLAM I
MODUL 1 : THOHAROH
6. Tohari (2011730165)
7. Vera Desniarti (2011730166)