Kemampuan Penalaran Umum
Kemampuan Penalaran Umum
Petunjuk A dipergunakan untuk menjawab soal nomor 1 sampai dengan nomor 20.
K5/11/2019
–5.423,5
–18.817,2
–20.232,2
–20.433,6 –21.538,3
Teks berikut digunakan untuk menjawab soal nomor 6 sampai dengan nomor 9.
Literasi kini tidak hanya mencakup calistung (membaca, menulis, dan berhitung) karena sejak tahun
2015, Forum Ekonomi Dunia mengenalkan literasi finansial, digital, kesadaran berkebudayaan, dan
kesadaran berkewarganegaraan. Konsep ini harus dibumikan agar bisa menyamakan persepsi dengan
masyarakat akar rumput. “Dalam beberapa kasus, literasi finansial lebih dahulu yang dibangun, baru
setelah itu pelan-pelan masuk ke keterampilan teknis calistung, dan melek digital,” kata Komang
Sukayasa, pegiat literasi dari PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) Widya Santi Mandiri di
Karangasem, Bali, Minggu (1/9/2019). Komang mendampingi dua desa yang dikenal sebagai sumber
pengemis di Bali, yakni Desa Banjar Pedahan dan Banjar Mungki. Ia mengungkapkan, menjadi pengemis
di kota dan objek-objek pariwisata adalah pekerjaan turun-temurun warga desa.
Warga di dua desa itu memilih menjadi pengemis tidak lepas dari masalah ekonomi. Jika menjadi
buruh lepas, warga hanya memperoleh penghasilan atau upah Rp50.000,00 per hari, sementara bila ibu
dan anak-anak mengemis, satu keluarga bisa mendapatkan Rp200.000,00Rp300.000,00 per hari. Hal ini
berdampak ikutan, yakni mengakibatkan angka pernikahan dini anak juga tinggi karena orang tua
menganggap anak tidak perlu bersekolah. Berkaitan dengan keadaan itu, PKBM bekerja sama dengan
dinas sosial setempat mengadakan pelatihan menganyam daun lontar menjadi berbagai kriya. Awalnya,
sangat susah mengajak warga mengikuti pelatihan karena mereka menilai menganyam daun lontar itu
melelahkan, harus belajar keterampilan hingga rapi, berjualan dulu, dan baru mendapat uang. Namun,
setelah hasil kriya itu dipasarkan, ternyata laku Rp7.000,00Rp50.000,00 dan pembelinya pun mulai
stabil sehingga warga mulai berminat – butuh waktu sembilan tahun melakukan pendekatan – mengikuti
pendampingan dari PKBM Widya Santi Mandiri.
Melalui aktivitas penjualan, warga diajari literasi finansial, yakni cara mengelola keuangan agar
bisa ditabung dan membiayai keluarga, serta pada saat yang sama tim PKBM menyisipkan pelajaran
calistung sehingga warga kini tidak lagi buta aksara. Bahkan, sekarang anak-anak sudah mulai kembali
bersekolah. Pendekatan ini merupakan strategi untuk literasi budaya dan kewarganegaraan guna memutus
persepsi bahwa mengemis adalah budaya leluhur mereka.
K2/9/2019
7. Berdasarkan paragraf 2, manakah simpulan (D) Semua warga Desa Banjar Pedahan
di bawah ini yang BENAR? dan Banjar Mungki memilih menjadi
(A) Jika anak-anak menjadi pengemis maka pengemis karena pengahasilan dari
angka pernikahan dini tinggi. mengemis maksimal 400% dari
(B) Jika angka pernikahan dini tinggi maka penghasilan buruh lepas.
anak-anak menjadi pengemis. (E) Semua warga Desa Banjar Pedahan
(C) Jika anak-anak tidak menjadi pengemis dan Banjar Mungki memilih menjadi
maka angka pernikahan dini tidak pengemis karena pengahasilan dari
tinggi. mengemis minimal 600% dari
(D) Anak-anak menjadi pengemis tetapi penghasilan buruh lepas.
angka pernikahan dini tidak tinggi.
(E) Semua anak-anak menjadi pengemis 9. Berdasarkan paragraf 3, manakah simpulan
dan angka pernikahan dini tidak tinggi. di bawah ini yang PALING BENAR?
(A) Sebagian warga berjualan karena tidak
8. Berdasarkan paragraf 2, manakah pernyataan ingin dianggap memiliki persepsi bahwa
di bawah ini yang PALING BENAR? mengemis adalah budaya leluhur.
(A) Sebagian warga Desa Banjar Pedahan (B) Sebagian warga tidak berjualan karena
dan Banjar Mungki memilih menjadi ingin dianggap memiliki persepsi bahwa
pengemis karena pengahasilan dari mengemis adalah budaya leluhur.
mengemis maksimal 400% dari (C) Tidak semua warga memiliki persepsi
penghasilan buruh lepas. bahwa mengemis adalah budaya leluhur
(B) Sebagian warga Desa Banjar Pedahan sehingga mereka tidak mengemis.
dan Banjar Mungki memilih menjadi (D) Jika masih ada persepsi bahwa
pengemis karena pengahasilan dari mengemis adalah budaya leluhur
mengemis minimal 400% dari mereka maka warga tidak diajari
penghasilan buruh lepas. literasi finansial atau tidak diajari
(C) Sebagian warga Desa Banjar Pedahan pelajaran calistung.
dan Banjar Mungki memilih menjadi (E) Jika warga diajari literasi finansial dan
pengemis karena pengahasilan dari calistung maka persepsi bahwa
mengemis minimal 600% dari mengemis adalah budaya leluhur
penghasilan buruh lepas. mereka masih ada.
Teks berikut digunakan untuk menjawab soal nomor 10 sampai dengan nomor 14.
(1) Pemprov (Pemerintah Provinsi) Papua mengembangkan ubi jalar sebagai satu di antara makanan
pokok di delapan kabupaten. (2) Upaya itu bertujuan mengurangi tingginya ketergantungan masyarakat
Papua pada beras yang mencapai 200.000 ton per tahun. (3) Ubi jalar berpotensi besar untuk menjadi
salah satu makanan pengganti beras. (4) Pada tahun 2013, produksi ubi jalar di Papua sebesar 405.527 ton,
sedangkan konsumsi hanya 300.000 ton. (5) Karena itu, kami yakin ubi jalar bisa mengurangi
ketergantungan masyarakat pada beras,” kata Kepala Seksi Umbi-umbian dan Sagu Dinas Tanaman
Pangan dan Hortikultura Pemprov Papua, Hendrikus Kawer, di Jayapura, Papua.
(6) Berdasarkan data Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Papua, delapan kabupaten
yang mendapat perhatian untuk pengembangan ubi jalar itu adalah Tolikara, Puncak Jaya, Intan Jaya,
Jayawijaya, Merauke, Nabire, Mimika, dan Keerom yang akan dikelola oleh 40 kelompok tani yang
terdapat di daerah-daerah tersebut. (7) Total luas area lahan ubi jalar di delapan wilayah tersebut mencapai
775 hektare dengan tujuh kabupaten masing-masing seluas 100 hektare serta mendapat bantuan dana
Rp357 juta per kabupaten dan hanya Tolikara yang luasnya 75 hektare dengan bantuan Rp267 juta.
(8) Bantuan dikhususkan untuk penyediaan sarana produksi berupa pupuk organik dan anorganik,
sementara bantuan lain berupa peralatan bagi lima kabupaten lainnya yang berpotensi sebagai sentra
produksi ubi jalar, yakni Yahukimo, Deiyai, Pegunungan Bintang, Mappi, dan Boven Digoel yang luas
lahan 200 hektare dengan bantuan pengelolaan Rp1 juta per hektare. (9) Sementara itu, terkait
pengembangan sagu, Hendrikus mengatakan, pihaknya akan menerjunkan tim untuk melakukan pemetaan
di Kabupaten Jayapura dan Supiori pada Oktober nanti karena kami belum memiliki data valid tentang
produksi sagu di Papua. (10) Karena itu, pemetaan sangat penting untuk melihat seberapa besar potensi
pengembangan sagu sebagai pengganti beras di sejumlah daerah di Papua.
(11) Namun, berdasarkan hasil sensus pertanian tahun 2013, luas lahan ubi jalar terus mengalami
penurunan selama tiga tahun terakhir yang saat ini luasnya 30.960 hektare, padahal tahun 2011 masih
34.414 hektare. (12) Kepala BPS Provinsi Papua, Didik Kusbianto, menyatakan, pemerintah daerah harus
lebih serius lagi mengembangkan ubi jalar untuk mengubah pola perilaku dan membangkitkan kesadaran
masyarakat yang sering mengonsumsi beras.
10. Berdasarkan paragraf 1, manakah simpulan 12. Berdasarkan paragraf 2, modus dari data luas
di bawah ini yang BENAR? area lahan ubi jalar yang dikembangkan di
(A) Jika ketergantungan masyarakat Papua 8 kabupaten adalah
pada beras kurang dari 200.000 ton (A) 75 hektare.
per tahun maka pengembangan ubi (B) 80 hektare.
jalar sebagai salah satu makanan pokok (C) 97 hektare.
berhasil. (D) 100 hektare
(B) Jika pengembangan ubi jalar sebagai (E) 775 hektare.
salah satu makanan pokok berhasil
maka ketergantungan masyarakat Papua 13. Berdasarkan paragraf 1, perbandingan
pada beras kurang dari 200.000 ton konsumsi beras dengan konsumsi ubi jalar
per tahun. masyarakat Papua tahun 2013 adalah
(C) Jika ketergantungan masyarakat Papua (A) 1 ː 2.
pada beras lebih dari 200.000 ton per (B) 2 ː 1.
tahun maka pengembangan ubi jalar (C) 2 ː 3.
sebagai salah satu makanan pokok (D) 3 ː 2.
tidak berhasil. (E) 3 ː 4.
(D) Ketergantungan masyarakat Papua
pada beras kurang dari 200.000 ton per 14. Berdasarkan paragraf 3, persentase penurunan
tahun tetapi pengembangan ubi jalar luas lahan ubi jalar selama 3 tahun terakhir
sebagai salah satu makanan pokok adalah
tidak berhasil (A) 9,20%.
(E) Tidak semua masyarakat Papua (B) 9,50%.
mengalami ketergantungan ubi jalar. (C) 9,80%.
(D) 10,03%.
11. Berdasarkan paragraf 2, pernyataan di (E) 11,05%.
bawah ini yang BENAR kecuali
(A) Sebagian kabupaten di Papua 15. Bilangan yang nilainya lebih besar dari
mengembangkan sagu sebagai pengganti 81 100% adalah
beras. 16
(B) Sebagian kabupaten di Papua mendapat
bantuan dana untuk penyediaan (A) 9 111%.
2
peralatan.
(C) Sebagian kabupaten di Papua mendapat (B) 75 27%.
4
bantuan dana untuk penyediaan pupuk 27
organik dan anorganik. (C) 75%.
4
(D) Sebagian kabupaten di Papua mendapat
bantuan dana untuk penyediaan (D) 41 50%.
8
peralatan dan penyediaan pupuk
(E) 5 100%.
organik dan anorganik.
(E) Sebagian kabupaten di Papua mendapat
bantuan sebesar Rp357juta per
kabupaten.