Anda di halaman 1dari 5

Nama : Risma Dwi Hanum

Kelas : XII AKL 2


No.Urut : 26

1. Klasifikasi Aset Tetap :


a. Tanah yang diperoleh dengan tujuan untuk dipakai dalam kegiatan opersional
pemerintah dan dalam kondidi siap dipakai.
b. Peralatan dan mesin yaitu mesin-mesin dan kendaraan bermotor, alat elektronik,
inventaris kantor, dan perlatan lainnya yang nilainya signifikan dan masa manfaatnya
lebih dari 12 bulan dan dalam kondisi siap pakai.
c. Gedung dan bagunan yang diperoleh dengan tujuan untuk dipakai dalam kegiatan
operasional pemerintah dan dalam kondisi siap pakai.
d. Jalan, irigasi dan jaringan yang dibangun oleh pemerintah serta dimiliki dan dikuasai
oleh pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.
e. Kontruksi dalam pengerjaan, mencangkup aset tetap yang sedang dalam proses
pembangunan, tetapi pada tanggal laporan keuangan belum selesai seluruhnya.
f. Aset tetap lainnya.

2. Pengurus barang SKPD adalah pegawai yang diserahi tugas untuk mengurus barang
daerah dalam proses pemakaian yang ada setiap satuan kerja perangkat daerah/unit kerja.
Pengurus barang menyampaikan laporan barang pengguna semesteran (LBPS), laporan
barang pengguna tahunan (LBPT), dan usulan penghapusan barang milik daerah kepada
pengelola barang melalui pejabat pengelola keuangan-SKPD. Pejabat pengelola
keuangan SKPD dapat menggunakan laporan barang pengguna semesteran (LBPS) dan
laporan barang pengguna tahunan (LBPT) untuk proses rekonsiliasi dengan pembukuan
aset yang sudah dilakukan.

a. Mencatat seluruh barang milik daerah yang berada di masing-masing SKPD yang
berasal dari APBD mupun perolehan lain yang sah ke dalam kartu investasi barang
(KBI), kartu investasi ruangan (KIR), buku investasi (BI) dan buku induk inventaris
(BII), sesuai kodefikasi dan penggolongan barang milik daerah.
b. Melakukan pencatatan barang milik daerah yang dipelihara atau diperbaiki ke dalam
kartu pemeliharaan.
c. Menyimpan laporan barang pengguna semesteran (LBPS) dan laporan barang
penggunaan barang tahunan (LBPT), serta laporan inventarisasi 5 tahunan yang
berada di SKPD kepada pengelola.
d. Menyiapkan usulan penghapusan barang milik daerah yang rusak atau tidak
digunakan lagi.
3. Kreteria aset tetap :
1. Berwujud.
2. Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 bulan.
3. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.
4. Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas.
5. Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.

4. Pihak-pihak yang berkait dalam prosedur akuntansi aset tetap di SKPD :


a. Pejabat pengelola keuangan SKPD

Berdasarkan bukti transaksi yang berupa berita acara penerimaan barang dan/atau
berita acara serah terima barang, dan/atau berita acara penyelesaian pekerjaan, yang
diterima dari penyimpanan barang, pejabat pengelola keuangan SKPD membuat bukti
memorial. Bukti memorial tersebut merupakan dokumen sumber dalam membukukan
aset tetap.
b. Penyimpanan barang milik daerah

Tugas penyimpan barang adalah sebagai berikut.


1) Menerima, menyimpan, dan menyalurkan barang milik daerah.

2) Meneliti dan menghimpun dokumena pengadaan barang yang diterima.

3) Meneliti jumlah dan kualitas barang yang diterima sesuai dengan dokumen
pengadaan.

4) Mencatat barang milik daerah yang diterima ke dalam buku/kartu barang.

5) Mengamankan barang milik daerah yang ada dalam persediaan.

6) Membuat laporan penerimaan, penyaluran, dan stok/persediaan barang milik


daerah kepada kepala SKPD.

c. Pengurus Barang SKPD

Pengurus barang SKPD adalah pegawai yang diserahi tugas untuk mengurus barang
daerah dalam proses pemakaian yang ada di setiap satuan kerja perangkat daerah/unit
kerja. Pengurus barang menyampaikan laporan barang pengguna semesteran (LBPS),
laporan barang pengguna tahunan (LBPT), dan usulan penghapusan barang milik
daerah kepada pengelola barang melalui pejabat pengelola keuangan-SKPD. Pejabat
pengelola keuangan SKPD dapat menggunakan laporan barang pengguna semesteran
(LBPS) dan laporan barang pengguna tahunan (LBPT) untuk proses rekonsiliasi
dengan pembukuan aset yang sudah dilakukan.
1) Mencatat seluruh barang milik daerah yang berada di masing-masing SKPD yang
berasal dari APBD mupun perolehan lain yang sah ke dalam kartu investasi
barang (KBI), kartu investasi ruangan (KIR), buku investasi (BI) dan buku induk
inventaris (BII), sesuai kodefikasi dan penggolongan barang milik daerah.

2) Melakukan pencatatan barang milik daerah yang dipelihara atau diperbaiki ke


dalam kartu pemeliharaan.

3) Menyimpan laporan barang pengguna semesteran (LBPS) dan laporan barang


penggunaan barang tahunan (LBPT), serta laporan inventarisasi 5 tahunan yang
berada di SKPD kepada pengelola.

4) Menyiapkan usulan penghapusan barang milik daerah yang rusak atau tidak
digunakan lagi.

d. Kuasa Bendahara umum daerah

Tugas kuasa bendahara umum daerah adalah menerbitkan surat perintah perjalanan
dinas langsung dan memberikannya kepada pejabat pengelola keuangan SKPD. PPK-
SKPD membukukan transaksi dari belanja modal atau belanja barang yang terkait
dengan pengadaan aset tetap, dalam bentuk jurnal korolari.
e. Bendahara pengeluaran

Bendahara pengeluaran menyampaikan laporan pertanggungjawaban uang persediaan


(LPJ-UP), laporan pertanggungjawaban tambahan uang persediaan (LPJ-TU), dan
surat pertanggungjawaban (SPJ) administratif kepada pengguna anggaran melalui
petugas pengelola keuangan SKPD. Setelah melakukan verifikasi, pejabat pengelola
keuangan SKPD membukukan transaksi dari belanja uang persediaan/ganti uang
persediaan dan tambahan uang persediaan yang berkaitan dengan perolehan aset tetap
dalam bentuk jurnal korolari.

5. Kriteria investasi jangka pendek :


 Dapat segera dicaikan/mudah diperjualbelikan.
 Ditunjukan dalam rangka manajemen kas, artinya pemerintah dapat menjual
investasi tersebut apabila timbul kebutuhan kas.
 Tingkat resikonya rendah.

6. Karakteristik investasi permanen :


a) Dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan
b) Tidak untuk diperjualbelikan atau ditarik kembali, tetapi untuk mendapatkan
dividen atau pengaruh yang signifikan dalam jangka panjang.

7. Kreiteria pengukuran investasi :


a. Investasi jangka pendek dalam bentuk surat berharga saham dan obligasi dicatat
sebesar biaya perolehannya.
b. Investasi jangka pendek dalam bentuk deposito dicatat sebesar nilai nominal deposito
tersebut.
c. Investasi jangka penjang permanen dicatat sebesar biaya perolehannya meliputi harga
transaksi investasi ditambah biaya lain yang timbul dalam rangka perolehan investasi
tersebut.
d. Investasi jangka panjang nonpermanen dicatat sebesar nilai perolehannya.

8. Dana Cadangan dibentuk untuk mendanai program/kegiatan yang direncanakan dan


memerlukan anggaran yang tidak dapat dibebankan dalam satu tahun anggaran. Artinya,
pembentukan dana cadangan dikarenakan alasan “ketidakcukupan” (besaran) anggaran
semata, bukan substansi program/kegiatan.
a. Sumber Pendanaan Dana Cadangan

Pembentukan Dana Cadangan Daerah bersumber dari kontribusi tahunan penerimaan


APBD, kecuali dari Dana Alokasi Khusus, Pinjaman Daerah dan Dana Darurat yang
berasal dari Pemerintah. Dengan demikian, pemenuhannya bersumber dari
Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Bagi
Hasil Pajak/Bukan Pajak.
Sumber pendanaan ini sama dengan sumber pendanaan untuk belanja operasional
(recurrent expenditures) sehingga menimbulkan terjadinya persaingan yang lebih
ketat dalam mengalokasikan sumberdaya yang terbatas. Pemda belum diberikan
kewenangan untuk menggunakan “kebijakan fiskal” seperti kebijakan pajak dan
retribusi untuk mendanai program/kegiatan tertentu seperti halnya di negara2 maju.
Secara faktual, kebijakan pajak bumi dan bangunan (PBB) masih ditangani oleh
Pusat, meskipun sesungguhnya sangat potensial bagi pembangunan daerah.
Dana cadangan tidak boleh dibentuk dari pinjaman daerah. Hal ini tersirat dari
pengertian dan tujuan ditariknya pinjaman daerah, yakni untuk mendanai program
dan kegiatan berupa investasi yang menghasilkan aliran kas masuk (cash inflow) dan
digunakan nantinya untuk pelayanan publik. Aliran kas masuk ini nantinya
digunakan untuk mendanai pembayaran pokok pinjaman dan bunga dari pinjaman
yang bersangkutan.
b. Pengelolaan Dana Cadangan

Dana cadangan haruslah dikelola dengan baik, sehingga selama masa


“penumpukkan” sampai saat dinilai cukup untuk digunakan dapat lebih produktif.
Dalam hal ini, kebijakan harus diarahkan pada upaya memberdayakan “idle money”
dalam bentuk dana cadangan.
Batasan tegas untuk pengelolaan dana cadangan ini adalah bahwa dana tersebut
tidak boleh digunakan untuk tujuan selain yang telah ditetapkan dalam Perda
tentang Pembentukan Dana Cadangan. Pengertian dari kata “digunakan” adalah
dijadikan sebagai input (masukan) untuk aktifitas di SKPD/SKPKD Pemda.
Jika dana cadangan belum digunakan maka dapat “diberdayakan” untuk
memperoleh hasil (return) berupa bunga atau dividen. Misalnya, diinvestasikan
dalam bentuk deposito, SBI, atau SUN. Namun, hasil yang diperoleh haruslah
dimasukkan ke dalam rekening dana cadangan sebagai penambah dana cadangan
tersebut.

9. 3 Metode penilaian persediaan yang digunakan oleh satuan kerja.

a) FIFO (First in First Out) merupakan metode yang digunakan untuk menjual
tergantung dari kapan produk tersebut tiba di gudang pemilik usaha. Singkatnya,
metode ini memilih untuk menjual produk-produk yang datang terlebih dahulu

b) LIFO (Last in First out) merupakan metode persediaan yang berbanding terbalik
dibandingkan dengan FIFO (First in First Out). Sebab, LIFO lebih akan menjual
produk yang baru masuk ke dalam stok dari pada produk lama apabila produk
tersebut sedang dicari oleh para pelanggan. Dengan begitu, pemilik usaha bisa
mendapatkan omset yang lebih besar dengan menaikkan Harga Pokok Penjualannya.

c) Metode Rata-rata (Average) yang digunakan untuk mencari tahu harga jual dari
sebuah produk sesuai dengan harga beli produk. Caranya adalah dengan
menggunakan perhitungan biaya rata-rata per unit.

10. Aset bersejarah adalah aset unik yang dimiliki oleh negara. Aset bersejarah biasanya
diharapkan untuk dipertahankan dalam waktu yang tidak terbatas. Contoh aset bersejarah
adalah candi dan karya seni.
Ciri-ciri aset bersejarah :
1. nilai kultural, lingkungan, pendidikan, dan sejarahnya tidak mungkin secara penuh
dilambangkan dengan nilai keuangan berdasarkan harga pasar.
2. Peraturan dan hukum yang berlaku membatasi secara ketat pelepasannya untuk dijual.
3. Sulit untuk mengestimasikan masa manfaatnya.

Anda mungkin juga menyukai