MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG
PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN
NOMOR HK.01.07/MENKES/413/2020 TENTANG
PEDOMAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
CORONAVIRUS DISEASE 2019 (COVID-19).
Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Lampiran Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/413/2020 tentang
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus
Disease 2019 (COVID-19), yaitu pada Bab II huruf B, Bab III
huruf B, huruf D, dan huruf F, Bab IV, Bab V, dan formulir
angka 11 dan angka 18 diubah serta menambah formulir
angka 22, angka 23, angka 24, angka 25, angka 26, angka
27, angka 28, dan angka 29 sehingga menjadi berbunyi
sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri ini.
Pasal II
Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
-4-
ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
BUDI G. SADIKIN
-5-
LAMPIRAN
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR HK.01.07/MENKES/ /2021
TENTANG
PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN
MENTERI KESEHATAN NOMOR
HK.01.07/MENKES/413/2020
TENTANG PEDOMAN PENCEGAHAN
DAN PENGENDALIAN CORONAVIRUS
DISEASE 2019 (COVID-19)
BAB II
STRATEGI DAN INDIKATOR PENANGGULANGAN PANDEMI
minggu terakhir
Penurunan jumlah pasien Kriteria ini mengindikasikan adanya
dirawat dan kasus kritis penurunan jumlah kasus di populasi.
yang butuh ICU pada Penetapan ini apabila kualitas
kasus konfirmasi dalam 2 perawatan di rumah sakit belum
mingggu terakhir berubah.
Penurunan kematian Ketika kasus pneumonia tidak dapat
karena pneumonia pada dilakukan pemeriksaan NAAT,
setiap kelompok usia penurunan kematian karena
pneumonia secara tidak langsung akan
mengindikasikan pengurangan
kematian karena COVID-19.
Laporan mencakup:
a. Jumlah suspek
b. Jumlah probable
c. Jumlah konfirmasi
d. Jumlah kematian
e. Jumlah kontak erat
f. Jumlah kasus rawat RS
g. Jumlah kasus yang
- 11 -
Kriteria Surveilans
Penjelasan
Kesehatan Masyarakat
diambil spesimen
Kriteria Surveilans
Penjelasan
Kesehatan Masyarakat
>80% kontak dari kasus baru Kontak harus dipantau setiap hari
dipantau selama 14 hari sejak selama 14 hari dan idealnya umpan
kontak terakhir balik tidak boleh terlewat selama
lebih dari dua hari.
BAB III
SURVEILANS EPIDEMIOLOGI
B. Definisi Operasional
Pada bagian ini, dijelaskan definisi operasional kasus COVID-19 yaitu
Kasus Suspek, Kasus Probable, Kasus Konfirmasi, Kontak Erat, Pelaku
Perjalanan, Discarded, Selesai Isolasi, dan Kematian. Untuk Kasus Suspek,
Kasus Probable, Kasus Konfirmasi, Kontak Erat, istilah yang digunakan
- 13 -
1. Kasus Suspek
Seseorang yang memiliki salah satu dari kriteria berikut:
a. Orang yang memenuhi salah satu kriteria klinis DAN salah satu
kriteria epidemiologis:
Kriteria Klinis:
1) Demam akut (≥ 380C)/riwayat demam* dan batuk; ATAU
2) Terdapat 3 atau lebih gejala/tanda akut berikut: demam
(≥380C)/ riwayat demam*, batuk, kelelahan (fatigue), sakit
kepala, myalgia, nyeri tenggorokan, coryza/pilek/hidung
tersumbat*, sesak nafas, anoreksia/mual/muntah*, diare,
penurunan kesadaran
DAN
Kriteria Epidemiologis:
1) Pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat
tinggal atau bekerja di tempat berisiko tinggi penularan**;
2) Pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat
tinggal atau bepergian di negara/wilayah Indonesia yang
melaporkan transmisi lokal***;
3) Pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala bekerja di
fasilitas pelayanan kesehatan, baik melakukan pelayanan
medis, dan non-medis, serta petugas yang melaksanakan
kegiatan investigasi, pemantauan kasus dan kontak; ATAU
4) Pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat
kontak dengan kasus konfirmasi/probable COVID-19.
Catatan:
* Gejala/tanda yang dipisahkan dengan garis miring (/) dihitung sebagai
satu gejala/tanda
** Risiko tinggi penularan:
kriteria yang dapat dipertimbangkan:
a. ada indikasi penularan/tidak jelas ada atau tidaknya penularan
pada tempat tersebut.
b. berada dalam suatu tempat pada waktu tertentu dalam kondisi
berdekatan secara jarak (contohnya lapas, rutan, tempat
pengungsian, dan lain-lain).
Pertimbangan ini dilakukan berdasarkan penilaian risiko lokal oleh
dinas kesehatan setempat.
**** ISPA Berat yaitu Demam akut (≥ 380C)/riwayat demam, dan batuk, dan
tidak lebih dari 10 hari sejak onset, dan membutuhkan perawatan
rumah sakit.
2. Kasus Probable
Kasus suspek yang meninggal dengan gambaran klinis yang
meyakinkan COVID-19; DAN memiliki salah satu kriteria sebagai
berikut:
a. Tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium Nucleic Acid
Amplification Test (NAAT); ATAU
b. Hasil pemeriksaan laboratorium NAAT satu kali negatif dan tidak
dilakukan pemeriksaan laboratorium NAAT yang kedua.
3. Kasus Konfirmasi
Seseorang yang dinyatakan positif terinfeksi virus COVID-19 yang
dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium sebagai berikut:
a. Seseorang dengan pemeriksaan laboratorium NAAT positif;
b. Seseorang yang memenuhi kriteria suspek pada huruf a, b atau c
dengan hasil pemeriksaan RDT-Ag positif; ATAU
c. kontak erat dengan hasil pemeriksaan RDT-Ag positif
Dalam hal diagnosis dan follow up menggunakan pemeriksaan RT-
PCR pada pembahasan lainnya, istilah RT-PCR selanjutnya disebut
sebagai NAAT.
4. Kontak Erat
Orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus probable atau
konfirmasi COVID-19. Riwayat kontak yang dimaksud antara lain:
a. Kontak tatap muka/berdekatan dengan kasus probable atau
kasus konfirmasi dalam radius 1 meter dan dalam jangka waktu
15 menit atau lebih.
b. Sentuhan fisik langsung dengan kasus probable atau konfirmasi
(seperti bersalaman, berpegangan tangan, dan lain-lain).
c. Orang yang memberikan perawatan langsung terhadap kasus
probable atau konfirmasi tanpa menggunakan APD yang sesuai
standar.
d. Situasi lainnya yang mengindikasikan adanya kontak
berdasarkan penilaian risiko lokal yang ditetapkan oleh tim
penyelidikan epidemiologi setempat (penjelasan sebagaimana
terlampir).
Pada kasus probable atau konfirmasi dengan gejala (simptomatik),
untuk menemukan kontak erat periode kontak dihitung dari 2 hari
sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul
gejala.
Pada kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik), untuk
menemukan kontak erat periode kontak dihitung dari 2 hari sebelum
dan 14 hari setelah tanggal pengambilan spesimen kasus konfirmasi.
- 16 -
5. Pelaku Perjalanan
Seseorang yang melakukan perjalanan dari dalam negeri (domestik)
maupun luar negeri pada 14 hari terakhir.
6. Discarded
Discarded apabila memenuhi salah satu kriteria berikut:
a. Seseorang dengan status kasus suspek pada huruf a, b atau c
dengan hasil pemeriksaan laboratorium NAAT 2 kali negatif
selama 2 hari berturut-turut dengan selang waktu >24 jam.
b. Seseorang dengan status kontak erat yang telah menyelesaikan
masa karantina selama 14 hari.
Kasus discarded pada daerah yang menggunakan RDT-Ag harus
memperhatikan kriteria penggunaan dan alur pemeriksaan RDT-Ag
pada Bab Diagnosis Laboratorium.
7. Selesai Isolasi
Selesai isolasi apabila memenuhi salah satu kriteria berikut:
a. Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik), setelah 10 hari
isolasi mandiri dihitung sejak pengambilan spesimen diagnosis
konfirmasi. Tidak dilakukan pemeriksaan follow up NAAT.
b. Kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik) ringan-sedang,
setelah 10 hari sejak tanggal onset dengan ditambah minimal 3
hari setelah tidak lagi menunjukkan gejala/tanda klinis COVID-19
yang dialami oleh pasien. Tidak dilakukan pemeriksaan follow up
NAAT.
c. Kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik) berat-kritis, yang
mendapatkan hasil pemeriksaan follow up NAAT 1 kali negatif,
dengan ditambah minimal 3 hari setelah tidak lagi menunjukkan
gejala/tanda klinis COVID-19 yang dialami oleh pasien.
Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria selesai isolasi pada kasus
konfirmasi dapat dilihat dalam Bab Manajemen Klinis dengan
memperhatikan perubahan ketentuan dalam defisini operasional
kasus.
8. Kematian
Kematian COVID-19 untuk kepentingan surveilans yaitu:
- 17 -
19.
b. Penyelidikan epidemiologi
Penyelidikan epidemiologi tetap dilakukan terutama untuk
mengidentifikasi kontak erat.
c. Komunikasi risiko
Petugas kesehatan memberikan komunikasi risiko kepada
kontak erat kasus berupa informasi mengenai COVID-19,
pencegahan penularan, pemantauan perkembangan gejala, dan
lain-lain.
protokol kesehatan.
e. Komunikasi risiko
Petugas kesehatan memberikan komunikasi risiko pada kasus
termasuk kontak eratnya berupa informasi mengenai COVID-19,
pencegahan penularan, tatalaksana lanjut jika terjadi
perburukan, dan lain-lain. Kasus konfirmasi yang melakukan
isolasi mandiri harus melakukan kegiatan sesuai dengan
protokol isolasi mandiri.
f. Penyelidikan epidemiologi
Penyelidikan epidemiologi pada kasus konfirmasi juga termasuk
dalam mengidentifikasi kontak erat.
1. Identifikasi Kontak
Identifikasi kontak sudah dimulai sejak ditemukannya kasus suspek,
kasus probable dan/kasus konfirmasi COVID-19. Identifikasi kontak
erat ini bisa berasal dari kasus yang masih hidup ataupun kasus yang
sudah meninggal. Proses identifikasi kontak merupakan proses kasus
mengingat kembali orang-orang yang pernah berkontak dengan kasus
dalam 2 hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah
kasus timbul gejala. Konsep epidemiologi: waktu, tempat dan orang
diterapkan disini.
- 24 -
BAB IV
DIAGNOSIS LABORATORIUM
B. Jenis Spesimen
Tabel 4. 1. Jenis Spesimen Pasien COVID-19
Sputum Kontainer o
2-8 C ≤5 hari: 2-8°C Pastikan Sputum berasal
Steril dari Saluran Pernapasan
>5 hari: –70°C
bawah (BUKAN
(dry ice)
Liur)
Bronchoalve Kontainer o
2-8 C ≤48 jam: 2-8°C WAJIB BILA
olar Lavage Steril MEMUNGKINKAN
>48 jam: –70°C
(dry ice)
Tracheal Kontainer o
2-8 C ≤48 jam: 2-8°C WAJIB BILA
aspirate, Steril MEMUNGKINKAN
Nasopharyn >48 jam: –70°C
geal aspirate (dry ice)
atau nasal
wash dalam
VTM
- 30 -
Keterangan: *Stabilitas virus COVID-19 di dalam Saline Steril atau VTM dapat bertahan selama
14 hari pada suhu 2-8oC. Sebagai pengganti Saline Steril dapat digunakan PBS (Phospate Buffer
Saline).
C. Pengambilan Spesimen
Sebelum kegiatan pengambilan spesimen dilaksanakan, harus
memperhatikan kewaspadaan universal (universal precaution) untuk
mencegah terjadinya penularan penyakit dari pasien ke petugas
kesehatan maupun lingkungan sekitar. Hal tersebut meliputi: selalu
mencuci tangan dengan menggunakan sabun/disinfektan SEBELUM dan
SESUDAH tindakan, dan menggunakan APD. Penggunaan APD dapat
mengacu pada Petunjuk Teknis Alat Pelindung Diri Dalam Menghadapi
Wabah COVID-19 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pelayanan
Kesehatan, Kementerian Kesehatan Tahun 2020.
1. Bahan Pengambilan Spesimen
a. Formulir Penyelidikan Epidemiologi
Pengiriman spesimen ke Laboratorium harus disertai dengan
Formulir Penyelidikan Epidemiologi terlampir sesuai dengan
- 31 -
Swab
diusapkan
pada bagian
belakang
pharinx
- 34 -
D. Pengepakan Spesimen
Spesimen dikonfirmasi harus dilakukan tata laksana sebagai UN3373,
"Substansi Biologis, Kategori B", ketika akan diangkut/ditransportasikan
dengan tujuan diagnostik atau investigasi. Semua spesimen harus dikemas
untuk mencegah kerusakan dan tumpahan. Adapun sistem yang
digunakan adalah dengan menggunakan tiga lapis (Three Layer Packaging)
sesuai dengan pedoman dari WHO dan International Air Transport
Association (IATA).
E. Pengiriman Spesimen
Pengiriman spesimen kasus suspek COVID-19 maupun kontak erat
dilakukan oleh petugas Dinas Kesehatan dengan menyertakan formulir
penyelidikan epidemiologi terlampir. Pengiriman spesimen ditujukan ke
laboratorium pemeriksa yang telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan
oleh Menteri Kesehatan atau pejabat yang ditunjuk.
- 37 -
Laboratorium
Kriteria Kasus Jenis Spesimen Waktu Pengambilan
Pemeriksa
Gambar 4.6 Alur pada wilayah yang memiliki pemeriksaan NAAT namun waktu
tunggu untuk mendapatkan hasil sejak spesimen diambil lebih dari 2 hari
Catatan:
* Jika kasus suspek meninggal dan belum dinyatakan discarded (sakit
bukan COVID-19) maka merupakan kasus probable.
Gambar 4.7 Alur pada wilayah yang tidak memiliki fasilitas atau keterbatasan
akses pemeriksaan NAAT
Catatan:
- 42 -
d. Gambar 4.8
Alur pemeriksaan Alur orang
pada pemeriksaan
yangRDT-Ag
tidak pada kontak (asimptomatik)
bergejala erat
Gambar 4.9 Alur pemeriksaan pada orang yang tidak bergejala (asimptomatik) dan
tidak memenuhi kriteria kontak erat
Catatan:
* Contoh pemeriksaan pada pelaku perjalanan
- 43 -
BAB V
MANAJEMEN KLINIS
b. Menjelaskan kriteria pasien masuk rawat inap dan kriteria pasien pulang
rawat, pada pasien dengan kriteria dan pasien kondisi tertentu (dengan
penyakit penyerta, dengan co-insidens dan dengan komplikasi).
Sebagian pasien yang dirawat (15%) akan mengalami sakit berat yang
memerlukan terapi oksigen dan sekitar 5% akan dirawat di ICU dan
sebagian diantaranya memerlukan ventilator mekanik. Pnemonia
berat merupakan diagnosis yang paling umum untuk pasien COVID-
19 yang sakit berat.
KRITERIA MANIFESTASI
PENJELASAN
GEJALA KLINIS
Tanpa Gejala Tidak ada gejala Pasien tidak menunjukkan gejala apapun.
(asimptomatik) klinis
Sakit ringan Sakit ringan
Pasien dengan gejala non-spesifik seperti demam,
tanpa komplikasi
batuk, nyeri tenggorokan, hidung tersumbat, malaise,
sakit kepala, nyeri otot. Perlu waspada pada usia lanjut
dan imunocompromised karena gejala dan tanda tidak
khas.
Pada beberapa kasus anak mungkin tidak disertai
demam, dan lainnya mengalami gejala saluran
pencernaan seperti mual, muntah, nyeri perut, diare
atau gejala non-respiratori lainnya
Sakit Sedang Pneumonia
ringan Pasien Remaja atau Dewasa dengan tanda klinis
pneumonia (demam, batuk, dyspnea, napas cepat) dan
tidak ada tanda pneumonia berat.
Anak dengan gejala dan tanda klinis pneumonia.
Demam, batuk, takipnu*, dapat disertai ronki atau
wheezing pada auskultasi paru tanpa distres napas
dan hipoksemia.
*Takipnea= Frekuensi napas: <2 bulan, ≥60x/menit;
2–11 bulan, ≥50x/menit; 1–5 tahun, ≥40x/menit, > 5
tahun: ≥30x/menit.
Sakit Berat Pneumonia berat
/ ISPA berat Pasien remaja atau dewasa dengan demam atau
dalam pengawasan infeksi saluran napas, ditambah
satu dari: frekuensi napas >30 x/menit, distress
pernapasan berat, atau saturasi oksigen (SpO2) <90%
pada udara kamar.
Pasien anak dengan gejala dan tanda klinis pneumonia
berat berupa napas cuping hidung, sianosis, retraksi
subkostal, desaturasi (saturasi oksigen <92%)
Adanya tanda dan gejala bahaya umum seperti kejang,
penurunan kesadaran, muntah profuse, tidak dapat
minum, dengan atau tanpa gejala respiratori
Takipnea :
<2 bulan, ≥60x/menit;
2–11 bulan, ≥50x/menit;
1–5 tahun, ≥40x/menit;
>5 tahun, ≥30x/menit.
Diagnosis ini berdasarkan klinis: pencitraan
dada dapat membantu penegakan diagnosis dan
dapat menyingkirkan komplikasi.
Sakit Kritis
Onset: baru terjadi atau perburukan dalam waktu satu
minggu.
KRITERIA MANIFESTASI
PENJELASAN
GEJALA KLINIS
KRITERIA ARDS PADA DEWASA:
• ARDS ringan: 200 mmHg <PaO2/FiO2 ≤ 300
mmHg (dengan PEEP atau continuous positive
airway pressure (CPAP) ≥5 cmH2O, atau yang
tidak diventilasi)
• ARDS sedang: 100 mmHg <PaO2 / FiO2 ≤200
mmHg dengan PEEP ≥5 cmH2O, atau yang tidak
diventilasi)
• ARDS berat: PaO2 / FiO2 ≤ 100 mmHg dengan
PEEP ≥5 cmH2O, atau yang tidak diventilasi)
POPULASI KHUSUS :
Penyakit Kriteria standar usia, waktu, penyebab edema, dan radiologis sama seperti di atas,
jantung disertai perburukan oksigenasi akut yang tidak dapat dijelaskan oleh penyakit
sianotik jantung dasar
Penyakit Kriteria standar usia, waktu, dan penyebab edema sama seperti diatas, disertai
paru gambaran radiologis konsisten dengan infiltrate baru dan perburukan oksigenasi
kronis akut dari nilai sebelumnya, yang sesuai dengan kriteria oksgenasi di atas
- 53 -
Disfungsi Kriteria standar usia, waktu, dan penyebab edema, dengan gambaran radiologis
ventrikel konsisten dengan infiltrate baru dan perburukan oksigenasi akut, yang memenuhi
kiri kriteria di atas, namun tidak dapat dijelaskan oleh disfungsi ventrikel kiri
Syok Pasien dewasa: hipotensi yang menetap meskipun sudah dilakukan resusitasi
septik cairan dan membutuhkan vasopresor untuk mempertahankan mean arterial
pressure (MAP) ≥65 mmHg dan kadar laktat serum> 2 mmol/L.
Pasien anak: hipotensi (TDS < persentil 5 atau >2 SD di bawah normal usia) atau
terdapat 2-3 gejala dan tanda berikut: perubahan status mental/kesadaran;
takikardia atau bradikardia (HR <90 x/menit atau >160 x/menit pada bayi dan HR
<70x/menit atau >150 x/menit pada anak); waktu pengisian kembali kapiler yang
memanjang (>2 detik) atau vasodilatasi hangat dengan bounding pulse; takipnea;
mottled skin atau ruam petekie atau purpura; peningkatan laktat; oliguria;
hipertermia atau hipotermia.`
Keterangan:
* Jika fasyankes berlokasi di ketinggian lebih dari 1000 meter d.p.l., maka faktor
koreksi harus dihitung sebagai berikut: PaO2 / FiO2 x Tekanan barometrik /
760.
* Skor SOFA nilainya berkisar dari 0 - 24 dengan menilai 6 sistem organ yaitu
pernapasan (hipoksemia didefinisikan oleh PaO2 / FiO2 rendah), koagulasi
(trombosit rendah), hati (bilirubin tinggi), kardiovaskular (hipotensi), sistem saraf
pusat (penurunan tingkat kesadaran dengan Glasgow Coma Scale), dan ginjal
(urin output rendah atau kreatinin tinggi). Diindikasikan sebagai sepsis apabila
terjadi peningkatan skor Sequential [Sepsis-related] Organ Failure Assessment
(SOFA) ≥2 angka. Diasumsikan skor awal adalah nol jika data tidak tersedia.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai dengan manifestasi klinis,
antara lain:
a. Laboratorium: Darah lengkap/Darah rutin, LED, Gula Darah,
Ureum, Creatinin, SGOT, SGPT, Natrium, Kalium, Chlorida,
Analisa Gas Darah, C-Reactive Protein, Procalcitonin, PT, APTT,
D-dimer, Waktu perdarahan, Bilirubin Direct, Bilirubin Indirect,
Bilirubin Total, pemeriksaan laboratorium NAAT, dan/atau
semua jenis kultur MO (aerob) dengan resistensi Anti HIV.
b. Radiologi: Thorax AP/PA
4. Komplikasi
a. Komplikasi akibat penggunaan ventilasi mekanik invasif (IMV)
yang lama
b. ventilator-associated pneumonia (VAP)
c. tromboemboli vena
d. catheter-related bloodstream infection
e. stres ulcer dan pendarahan saluran pencernaan
f. kelemahan akibat perawatan di ICU
- 54 -
5. Komorbid
a. Diabetes Mellitus
1) Diabetes Mellitus Tipe 1
2) Diabetes Mellitus Tipe 2
3) Glucocorticoid-associated diabetes
b. Penyakit terkait Geriatri
c. Penyakit terkait Autoimun
d. Penyakit Ginjal
e. Hipertensi
f. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
g. Tuberculosis
h. Penyakit kronis lain yang diperberat oleh kondisi penyakit COVID-
19
HARI KE -
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11/12*
X X X
hipoperfusi jaringan
Hal ini sangat direkomendasikan karena dapat
mempersingkat penggunaan ventilator.
7) Pada pasien dengan ARDS sedang atau berat disarankan
menggunakan PEEP lebih tinggi dibandingkan PEEP rendah
Titrasi PEEP diperlukan dengan mempertimbangkan
manfaat (mengurangi atelektrauma dan meningkatkan
rekrutmen alveolar) dan risiko (tekanan berlebih pada akhir
inspirasi yang menyebabkan cedera parenkim paru dan
resistensi vaskuler pulmoner yang lebih tinggi). Untuk
memandu titrasi PEEP berdasarkan pada FiO2 yang
diperlukan untuk mempertahankan SpO2. Intervensi
recruitment manoueuvers (RMs) dilakukan secara berkala
dengan CPAP yang tinggi [30-40 cm H2O], peningkatan PEEP
yang progresif dengan tekanan driving yang konstan, atau
tekanan driving yang tinggi dengan mempertimbangkan
manfaat dan risiko.
8) Pada pasien ARDS sedang-berat (td2/FiO2 <150) tidak
dianjurkan secara rutin menggunakan obat pelumpuh otot.
9) Pada fasyankes yang memiliki Expertise in Extra Corporal Life
Support (ECLS), dapat dipertimbangkan penggunaannya
ketika menerima rujukan pasien dengan hipoksemi refrakter
meskipun sudah mendapat lung protective ventilation.
Saat ini belum ada pedoman yang merekomendasikan
penggunaan ECLS pada pasien ARDS, namun ada penelitian
bahwa ECLS kemungkinan dapat mengurangi risiko
kematian.
10) Hindari terputusnya hubungan ventilasi mekanik dengan
pasien karena dapat mengakibatkan hilangnya PEEP dan
atelektasis. Gunakan sistem closed suction kateter dan klem
endotrakeal tube ketika terputusnya hubungan ventilasi
mekanik dan pasien (misalnya, ketika pemindahan ke
ventilasi mekanik yang portabel).
E. Pencegahan Komplikasi
Terapkan tindakan berikut untuk mencegah komplikasi pada pasien
dengan gejala berat/kritis terdapat pada tabel 5.3 dibawah.
3. Sembuh
Pasien konfirmasi tanpa gejala, gejala ringan, gejala sedang, dan gejala
berat/kritis dinyatakan sembuh apabila telah memenuhi kriteria
selesai isolasi dan dikeluarkan surat pernyataan selesai pemantauan,
berdasarkan penilaian dokter di fasyankes tempat dilakukan
pemantauan atau oleh DPJP.
Pasien konfirmasi dengan gejala berat/kritis dimungkinkan memiliki
hasil pemeriksaan follow up NAAT persisten positif, karena
pemeriksaan NAAT masih dapat mendeteksi bagian tubuh virus
COVID-19 walaupun virus sudah tidak aktif lagi (tidak menularkan
lagi). Terhadap pasien tersebut, maka penentuan sembuh
berdasarkan hasil assessmen yang dilakukan oleh DPJP.
4. Pemulangan Pasien
Pasien dapat dipulangkan dari perawatan di rumah sakit, bila
- 68 -
5. Pindah ke RS Rujukan
Pindah ke RS Rujukan apabila pasien memerlukan rujukan ke RS lain
dengan alasan yang terkait dengan tatalaksana COVID-19. Pelaporan
hasil akhir status pasien selesai isolasi, sembuh, meninggal,
dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten/kota setempat oleh RS
pertama yang merawat.
6. Meninggal
a. Meninggal di rumah sakit selama perawatan COVID-19 pasien
konfirmasi atau probable maka pemulasaraan jenazah
diberlakukan tatalaksana COVID-19.
b. Meninggal di luar rumah sakit/Death on Arrival (DOA)
Bila pasien memiliki riwayat kontak erat dengan orang/pasien
terkonfirmasi COVID-19 maka pemulasaraan jenazah
diberlakukan tatalaksana COVID-19.
2. Derajat penyakit
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis dan hasil pemeriksaan
penunjang, maka klasifikasi klinis dapat dibagi menjadi tanpa gejala,
ringan, sedang, berat dan kritis (Tabel 5.4).
Klasifikasi Definisi
Tanpa gejala Hasil uji SARS-CoV-2 positif tanpa ada tanda dan gejala klinis.
Ringan Gejala infeksi saluran napas atas seperti demam, fatigue, mialgia,
batuk, nyeri tenggorokan, pilek, dan bersin. Beberapa kasus mungkin
tidak disertai demam, dan lainnya mengalami gejala saluran
pencernaan seperti mual, muntah, nyeri perut, diare, atau gejala non-
respiratori lainnya.
Sedang Gejala dan tanda klinis pneumonia. Demam, batuk, takipnu*, dapat
disertai ronki atau wheezing pada auskultasi paru tanpa distres napas
dan hipoksemia.
*Takipnu= Frekuensi napas <2 bulan: ≥60x/menit, 2–11 bulan:
≥50x/menit, 1–5 tahun: ≥40x/menit, >5 tahun: ≥30x/menit
Berat • Gejala dan tanda klinis pneumonia berat berupa napas cuping
hidung, sianosis, retraksi subkostal, desaturasi (saturasi oksigen
<92%).
• Adanya tanda dan gejala bahaya umum seperti kejang, penurunan
kesadaran, muntah profuse, tidak dapat minum, dengan atau
tanpa gejala respiratori.
Kritis Pasien mengalami perburukan dengan cepat menjadi acute respiratory
distress syndrome (ARDS) atau gagal napas atau terjadi syok,
ensefalopati, kerusakan miokard atau gagal jantung, koagulopati,
gangguan ginjal akut, dan disfungsi organ multipel atau manifestasi
sepsis lainnya. Kriteria gagal napas dengan pediatric acute respiratory
distress syndrome (PARDS) dapat dilihat pada gambar di bawah
Multisystem Anak dan remaja 0-19 tahun yang mengalami demam 3 hari
inflammatory DAN disertai dua dari:
syndrome f) Ruam atau konjungtivitis bilateral non purulenta atau tanda
inflamasi mukokutaneus pada mulut, tangan dan kaki
g) Hipotensi atau syok
- 70 -
3. Pemeriksaan NAAT
Pemeriksaan NAAT mengikuti panduan pemeriksaan sesuai pada BAB
IV Diagnosis Laboratorium. Pada kasus suspek dan probable COVID-
19 dengan hasil swab nasoorofaring negatif, maka pemeriksaan swab
dapat dilakukan dari rektal atau spesimen saluran napas bawah (mis.
sputum). Pemeriksaan virus SARS-CoV-2 dapat diambil dari saluran
napas, feses, maupun spesimen lain seperti plasenta.
7. Indikasi dan prinsip penggunaan NIV atau HFNC pada kasus anak
dengan COVID-19
a. Anak dengan klinis sesak (RR >+2 SD sesuai usia) dengan atau
tanpa peningkatan usaha nafas atau work of breathing
b. Memerlukan suplementasi oksigen untuk mempertahankan
SpO2 > 88% dan OI (oxygenation index) < 4 atau OSI < 5
c. Terdapat infiltrat baru yang konsisten dengan gambaran penyakit
paru akut
3. Tata laksana
Bayi baru lahir dalam keadaan stabil, pasca lahir segera dimandikan
untuk mengurangi risiko infeksi.
Didasari pada status definisi kasus maternal:
a. Suspek COVID-19, semua tindakan dan perawatan dalam isolasi
fisik (penularan droplet), dengan APD tingkat-2.
b. Konfirmasi COVID-19, semua tindakan aerosol generated
dilakukan dalam ruang isolasi dengan APD tingkat-3.
Rawat gabung
a. Bayi sehat dari ibu kasus suspek dapat dirawat gabung dan
menyusu langsung dengan mematuhi protokol pencegahan
secara tepat.
- 76 -
4. Nutrisi
Bila ibu dan keluarga menginginkan menyusui dan dapat patuh
melakukan pencegahan penularan virus SARS-CoV-2 maka tenaga
kesehatan akan membantu melalui edukasi dan pengawasan terhadap
risiko penularan COVID-19. Menyusui ASI terutama bila klinis ibu
tidak berat sehingga memungkinkan langkah tersebut.
Terdapat 3 pilihan pemberian nutrisi pada bayi yang lahir dari ibu
suspek dan terkonfirmasi COVID-19 (tergantung klinis ibu):
- 77 -
a. Pilihan pertama, pada kondisi klinis ibu berat sehingga ibu tidak
memungkinkan memerah ASI dan/atau terdapat sarana-
prasarana fasilitas kesehatan yang memadai. Keluarga dan
tenaga kesehatan memilih mencegah risiko penularan, dengan
melakukan pemisahan sementara antara ibu dan bayi. Jika ASI
perah atau ASI donor yang layak tidak tersedia, maka
pertimbangkan: ibu susuan (dengan penapisan medis untuk
menghindari risiko transmisi penyakit) atau susu formula bayi
yang sesuai dengan memastikan penyiapan yang benar, aman
dan diikuti bantuan relaktasi setelah ibu pulih. Selama
perawatan isolasi khusus, ibu dapat tetap memerah ASI untuk
mempertahankan produksi dan ASI perah tetap dapat diberikan
sebagai asupan bayi. Selama perawatan isolasi khusus, ibu dapat
tetap memerah ASI untuk mempertahankan produksi dan ASI
perah tetap dapat diberikan sebagai asupan bayi. Ibu memakai
masker selama memerah. Ibu mencuci tangan menggunakan air
dan sabun selama minimal 20 detik sebelum memerah (disiplin
dalam menjaga kebersihan tangan serta higienitas diri). Ibu
harus membersihkan pompa serta semua alat yang bersentuhan
dengan ASI dan wadahnya setiap selesai (sesuai manufaktur
pabrik). ASI perah diberikan oleh tenaga kesehatan atau anggota
keluarga yang tidak menderita COVID-19.
b. Pilihan kedua, pada kondisi klinis ibu sedang. Keluarga dan
tenaga kesehatan memilih mengurangi risiko penularan,
mempertahankan kedekatan ibu dan bayi. Pilihan nutrisinya
adalah ASI perah. Ibu memakai masker selama memerah. Ibu
menerapkan protokol pencegahan infeksi seperti poin a di atas.
c. Pilihan ketiga, pada kondisi klinis ibu tidak bergejala/ringan
dan atau sarana - prasarana terbatas atau tidak memungkinkan
perawatan terpisah. Keluarga dan tenaga kesehatan menerima
risiko tertular dan menolak pemisahan sementara ibu dan bayi.
Pilihan nutrisinya adalah menyusui langsung. Ibu menggunakan
masker bedah. Ibu mencuci tangan dan membersihkan payudara
dengan sabun dan air. Ibu menyusui bayinya. Orang tua harus
mengerti bayi berisiko tertular walaupun belum diketahui secara
pasti. Untuk mengurangi risiko penularan pada pilihan ini, jika
memungkinkan ibu harus menjaga jarak 2-meter dengan bayinya
selama tidak menyusui.
- 78 -
Perawatan simptomatis
Isolasi dan Pemantauan
• Rujuk ke Rumah Sakit ke Ruang Perawatan COVID-
19/ Rumah Sakit Darurat COVID-19
• Isolasi di Rumah Sakit ke Ruang Perawatan COVID-
Sakit Sedang 19/ Rumah Sakit Darurat COVID-19
• Isolasi mandiri di rumah selama 10 hari sejak tanggal
onset dengan ditambah minimal 3 hari setelah tidak
lagi menunjukkan gejala demam dan gangguan
pernapasan
- 82 -
Non Farmakologis
• Istirahat total, intake kalori adekuat, control
elektrolit, status hidrasi, oksigenasi
Pemeriksaan laboratorium darah rutin dengan hitung jenis
dan foto toraks, jika memungkinkan diperiksa pula CRP.
Pemeriksaan lain seperti fungsi hati, fungsi ginjal, dan
pemeriksaan lainnya sesuai indikasi/sesuai komorbid.
Untuk Anak, Remaja :
Orangtua penunggu pasien diperiksakan swab naso-
orofaring
Farmakologis
Pengobatan suportif
Pengobatan simtomatis (Parasetamol dan lain-
lain).
Antivirus
Antibiotik bila diperlukan
Untuk Anak, remaja:
Perawatan suportif
Pemberian antivirus untuk SARS-CoV-2 sesuai
dengan pedoman tata laksana COVID-19
Antibiotik bila diperlukan. Antibiotik empirik
lebih disukai dosis tunggal atau sekali sehari
karena alasan infection control, yaitu ceftriaxon
IV 50-100 mg/kgBB/24jam pada kasus
pneumonia komunitas atau terduga ko-infeksi
dengan bakteri dan/atau Azitromisin 10
mg/kg jika dicurigai disertai dengan
pneumonia atipikal (DPJP dapat memberikan
jenis antibiotik lain sesuai dengan keputusan
klinis, dengan menyesuaikan dengan pola
kuman rumah sakit)
Jika dicurigai ko-infeksi dengan influenza
diberikan Oseltamivir
(1) < 1 tahun: 3 mg/kg/dosis setiap 12 jam
(2) > 1 tahun:
- BB < 15 kg: 30 mg setiap 12 jam
- BB 15-23 kg: 45 mg setiap 12 jam
- BB 23-40 kg: 60 mg setiap 12 jam
- >40 kg: 75 mg setiap 12 jam
Pemberian Vit C (1-3 tahun maksimal
400mg/hari; 4-8 tahun maksimal 600mg/hari;
9-13 tahun maksimal 1,2gram/hari; 12-18
tahun maksimal 1,8gram/hari), Vit D3 (<3
tahun 400 U/hari, anak 1000 U/hari, remaja
2000 U/hari, remaja yang obesitas 5000
U/hari), dan Zink 20mg/hari, diberikan
minimal selama 14 hari atau obat suplemen
lain dapat dipertimbangkan untuk diberikan
(meskipun evidence belum menunjukkan hasil
yang meyakinkan).
- 83 -
Kortikosteroid
NIV
Jika dibutuhkan, tenaga kesehatan harus
menggunakan respirator (PAPR, N95).
- 84 -
Farmakologis
• Antivirus
• Kortikosteroid dosis kecil
• Pengobatan suportif
• Pengobatan simtomatis seperti paracetamol bila
demam
• Bila terdapat kondisi sepsis yang diduga kuat oleh
karena ko-infeksi bakteri, pemilihan antibiotik
disesuaikan dengan kondisi klinis, fokus infeksi dan
faktor risiko yang ada pada pasien. Pemeriksaan
kultur darah harus dikerjakan dan pemeriksaan
kultur sputum (dengan kehati-hatian khusus) patut
dipertimbangkan.
Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada
Keterangan :
• Terapi farmakologi pada anak, sbb.:
- diterapkan pada pasien konfirmasi dan Suspek
- dosis pada anak harus disesuaikan
• Pasien dengan komorbid kardiovaskular perlu diberikan penjelasan informasi terkait indikasi
dan efek samping yang dapat terjadi pada pengobatan
• Untuk gejala ringan, bila terdapat komorbid terutama yang terkait jantung sebaiknya pasien
dirawat
• Pemilihan obat disesuaikan pada :
1. ketersediaan obat
2. Kemampuan Pemantauan efek samping obat
3. Keputusan DPJP
- 86 -
Rapid Test
Rapid Test Antibodi NAAT
Diagnostic Antigen
Target deteksi Antibodi dalam protein spesifik Materi genetik
darah dari virus (RNA) dari virus
SARS-CoV-2
Sampel Darah Usap nasofaring/ Usap nasofaring
nasal* dan usap
tenggorok/usap
orofaring
Waktu 5 – 10 menit 10 - 30 menit di 1-2 hari, setelah
Fasyankes* sampel diterima di
laboratorium
Penggunaan Penelitian Alternatif Diagnosis
epidemiologi seperti diagnosis
serosurvei
B. Persiapan Disinfektan
Desinfeksi tempat kerja sebelum dan sesudah digunakan dan segera
setelah terjadinya tumpahan. Siapkan larutan natrium hipoklorit
(pemutih) setiap harinya dengan cara melarutkan larutan konsentrat
disinfektan, karena larutan natrium hipoklorit kehilangan efikasinya
dengan cepat. Tandai tanggal pelarutan pada botol dan hanya
gunakan pada hari di mana larutan dipersiapkan.
Untuk membuat larutan natrium hipoklorit 1% (pemutih) dari
- 87 -
C. Penggunaan Disinfektan
Waktu kontak, pelarutan, dan masa simpan larutan disinfektan
(setelah dilarutkan) penting untuk proses disinfeksi yang efektif.
Selalu biarkan disinfektan kontak dengan permukaan atau tumpahan
selama waktu yang direkomendasikan, biasanya 10-15 menit.
Untuk menangani tumpahan spesimen infeksius, gunakan Alat
Pelindung Diri (APD) yang sesuai kemudian lakukan hal-hal berikut:
1) Berikan pemutih 1% di area tumpahan hingga menggenang;
2) Tutupi tumpahan dan disinfektan dengan tisu/paper towel;
3) Biarkan selama minimal 10 menit;
4) Lap tumpahan dan disinfektan dengan tisu dan buang tisu ke
dalam wadah limbah biologis berbahaya;
5) Disinfeksi area dengan pemutih 1% dan tisu yang kering. Buang
tisu ke dalam wadah limbah biologis berbahaya; dan
6) Disinfeksi area dengan alkohol 70% dan tisu yang kering. Buang
tisu ke dalam wadah limbah biologis berbahaya.
26. Algoritma Tata Laksana ARDS pada Anak dengan Infeksi COVID-19
27. Algoritma Tata Laksana Henti Jantung Pada Anak dengan Suspek atau
Konfirmasi COVID-19
D-dimer
Trombosit
Prothrombin time
Fibrinogen
29. Alur Tata Laksana Neonatus dari Ibu suspek atau terkonfirmasi
Pertimbang-
kan CT value
dan kondisi Bayi dapat dipulangkan / alih rawat non isolasi
klinis bayi untuk tatalaksana penyakit non COVID-19
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
BUDI G. SADIKIN