Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Administratie Edisi 04. Maret 2015 Vol.

01

Jurnal Administratie
http://ojs.unsimar.ac.id/index.php/administratie

BUDAYA POLITIK LOKAL PADA PILKADES DI KECAMATAN LAGE


KABUPATEN POSO TAHUN 2010
Imanuel N. Tadanugi
Prodi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sintuwu Maroso, Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel Suksesi kepemimpinan lokal di Kecamatan Lage secara umum positif
dan relatif demokratis. Tidak terjadi diskr iminasi dalam pencalonan,
baik karena faktor agama, afiliasi politik, etnis dan jenis kelamin. Semua
warga masyarakat yang memenuhi syarat dapat mencalonkan diri sebagai
kandidat. Selain nilai - nilai positif dalam konteks demokrasi lokal, Pilkades
di Kecmatan Lage juga berpotensi menciderai demokrasi. Pertama, muculnya
calon tunggal. Kedua, maraknya isu money politics. Meskipun sulit dibuktikan,
Kata Kunci: pemilihan kepala desa di Kecamatan Lage, termasuk di Kabupaten Poso, sejak
Budaya Politik Lokal, masa dulu hingga era reformasi saat ini tidak bisa meniadakan Praktik money
Suksesi Lokal, Money politics, yang berpotensi dapat menciderai demokrasi. Beberapa perilaku yang
Politics berpotensi menciderai demokrasi di masa yang akan datang dapat
diminimalisasi melalui pendidikan politik secara terus-menerus sehingga
masyarakat memiliki kedewasaan dalam berdemokrasi.

© 2013 Universitas Sintuwu Maroso

Alamat Korespondensi: ISSN 2354-259X


Kampus Universitas Sintuwu Maroso, Poso, 94619
E-mail : fisip@unsimar.ac.id
Imanuel / Jurnal Administratie (01) (2015)

PENDAHULUAN pertama di era reformasi dan berlangsung secara


aman, damai dan demokratis.
Budaya politik lokal di Kecamatan Lage
dalam kaitannya dengan demokrasi, Merupakan 2. Hubungan Budaya Politik Lokal dengan
gerakan reformasi terhadap dinamika politik Demokrasi
lokal daerah di tingkat bawah, Agar memperoleh Mayarakat Kecamatan Lage dikenal dengan
gambaran yang lebih komprehensif dan karakter budayanya yang terbuka dan saling
representatif tentang relasi budaya politik lokal membantu (Mosintuwu), Hal itu tercermin dalam
dengan demokrasi, kajian ini akan membahas pula relasi sosial sehari-hari antar masyarakat atau dalam
fenomena-fenomena tersebut, baik di tingkat seni budaya yang popular di masyarakat, seperti pesta
provinsi, kabupaten, maupun desa yang akan diteliti. nikah, duka dan acara syukuran baik pribadi maupun
kegiatan desa, Sejak zaman penjajahan sampai dengan
Kecamatan Lage merupakan wilayah sekarang, Masyarakat Kecamatan Lage yang
Kabupaten Poso yang cukup luas di antara 19 kontemporer juga sering merespon peristiwa-
kecamatan yang ada di Kabupaten Poso peristiwa politik melalui sikap budaya. Sejak tahun
penduduknya, Kecamatan Lage terdiri dari 16 Desa
1960-an.
termaksud desa yang baru saja di mekarkan yaitu
Desa Labuadago hasi pemekaran dari Desa Silanca. 3. Suksesi Kepemimpinan Lokal
Sejak diberlakukannya UU No. 32 Tahun
Mayoritas penduduk Kecamatan Lage
2004 tentang Pemerintahan Daerah, kepala daerah
adalah suku Poso Pamona dan secara etnisitas
tidak lagi ditentukan oleh elite politik di DPRD
cenderung heterogen. Dengan demikian suku Poso
seperti era Orde Baru, melainkan dipilih langsung
Pamona tersebar di hampir seluruh wilayah
oleh masyarakat melalui Pilkada. Pilkada merupakan
Kecamatan Lage, Hampir di sebagian kecil
momentum untuk melakukan suksesi kepemimpinan
Kecamatan Lage terdapat minoritas suku Jawa,
lokal sebagai wujud implementasi demokrasi yang
Bugis, Minahasa dan Toraja. Mereka umumnya
partisipatif. Melalui Pilkada, rakyat dapat
bekerja di sektor pertanian.
berpartisipasi secara langsung dalam menentukan
Adapun suku Jawa banyak terdapat di desa pemimpinnya yang mereka nilai aspiratif, kapabel,
Watuawu mereka adalah warga korban bencana kredibel dan akseptabel. Inilah lompatan demokrasi
Lapindo. Sedangkan agama di dominasi oleh yang cukup penting dalam langkah sosio-politik
Nasrani + 90 % tinggal di sejumlah wilayah yang Indonesia, dan yang bercorak sentralistik di masa
ada di Kecamatan Lage. Orde Baru menjadi desentralistik di era reformasi.
METODE PENELITIAN

TEORI DAN KONSEP Metode yang digunakan oleh penulis dalam


1. Budaya Lokal penelitian ini adalah metode penelitian Deskritif
Tiga perspektif sosiokultural Kecamatan kualitatif, yang bertujuan memberikan gambaran fakta
Lage yang paling dominan, yakni: budaya objek yang diteliti tentang Budaya Politik Lokal Pada
Mosintuwu, Untuk itu kajian ini juga dilakukan Pilkades Di Kecamatan Lage Kabupaten Poso Tahun
dikecamatan Lage dan sekitarnya. Adapun Desa 2010. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat
Tagolu dipilih karena Desa ini adalah ibu kota Kecamatan Lage yang mempunyai hak untuk memilih
Kecamatan Lage dan desa ini berhasil dalam pada Pilkdes Tahun 2010 berjumlah 13.452 Jiwa.
melakukan reformasi birokrasi dan good governance. Pengambilan sampel dalam penelitian ini penulis
Adapun dasar pentimbangan lain dipilihnya Desa menggunakan teknik Purposive Sampling, yaitu dengan
Tagolu dikarenakan kecamatan tersebut berhasil bertujuan memilih beberapa orang dengan
menyelenggarakan pemilihan kepala desa (Pilkades) pertimbangan tertentu untuk memberikan
secara aman dan Demokratis, yang merupakan data/informasi dalam penelitian ini sebanyak 50
prosesi demokrasi langsung tingkat desa yang orang berdasarkan Claster Sampling. Data yang

37
Imanuel / Jurnal Administratie (01) (2015)

digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan cukup solid untuk mendukung calon dari dusunnya
data sekunder yang di dapatkan melalui observasi, masing-masing.
wawancara dan dokumentasi.
Model konvensi calon kades di beberapa
PEMBAHASAN desa di Kecamatan Lage tersebut merupakan praktik
1. Pemilihan Kepala Desa di Kecamatan Lage demokrasi modern. Hal ini menandakan bahwa
Kabupaten Poso pengaruh globalisasi demokrasi sudah masuk dan
diadopsi desa-desa di kecamatan Lage Kabupaten
Tahun 2010 Desa Tagolu menjadi model Poso.
percontohan penyelenggaraan pemilihan kepala desa
secara aman langsung dan demokratis. Sehingga Temuan lain yang patut dikemukakan dalam
harapan masyarakat siapapun yang terlibat dalam studi tentang pelaksanaan suksesi kepemimpinan
penyusunan RUU tentang Pemerintahan Desa, lokal di desa adalah netralitas birokrasi. Bupati dan
Camat pada umumnya tidak melakukan
pelaksanaan Pilkades diharapkan dapat mencegah
intervensi untuk mendukung kandidat tertentu
permainan para botoh (penjudi) yang terbiasa
sehingga asas fairness terjaga dengan baik dalam
menjadikan Pilkades sebagai ajang taruhan
prosesi demokrasi di desa tersebut. Begitu juga
perjudian. Tidak jarang, permainan para botoh itu dengan incumbent yang maju dalam Pilkades. Sejauh
menimbulkan kekisruhan di masyarakat karena ini tidak terlihat adanya upaya mobilisasi masyarakat
mereka sering melakukan praktik-praktik kotor dan atau politisasi birokrasi pemerintahan desa oleh
menciderai demokrasi, seperti membeli suara, kepala desa yang sedang menjabat dan maju kembali
menyuap panitia untuk melakukan kecurangan, atau dalam Pilkades untuk kepentingan politiknya.
meneror calon pemilih untuk memilih atau tidak
memilih kandidat tertentu agar kandidat yang Berdasarkan temuan penelitian dalam
dipertaruhkan meraih kemenangan. pelaksanaan suksesi kepemimpinan lokal di desa-
desa yang ada di kecamatan Lage Kabupaten Poso
Pilkades menjadikan suasana demokrasi di tersebut, tampak bahwa implementasi demokrasi di
desa-desa di suatu kabupaten dirasakan lebih hidup desa-desa yang diteliti di Kecamatan Lage lebih
dan dapat memacu tingkat partisipasi masyarakat genuine, partisipatif dan memenuhi asas fairness
yang sangat tinggi. Golput boleh dikatakan tidak ada. dibandingkan dengan suksesi kepemimpinan di
Justru masyarakat yang tidak bisa menggunakan hak tingkat kabupaten/kota dan provinsi.
pilihnya banyak yang mengeluh karena waktu
pencoblosan mereka berhalangan karena bekerja Dari 16 Desa Di Kecamatn Lage, Desa
yang pertama kali menyelenggarakan pemilihan
atau sedang bepergian ke luar daerah. Hal ini
menandakan kesadaran politik masyarakat desa kepala desa secara Langsung adalah Desa Tagolu
sudah sangat tinggi. yang merupakan Ibu kota Kecamatan Lage
Kabupaten Poso. Kecamatan ini memiliki 16 desa,
Demokrasi di sejumlah desa di Kecamatan Dari jumlah tersebut, di antaranya atau hampir 60%
Lage, juga sudah cukup maju. Misalnya, sudah melaksanakan pemilihan kepala desa yang
dengan dilakukannya konvensi di sebuah dusun dilaksanakan pada awal dan akhir tahun 2010,
atau pedukuhan untuk menentukan kandidat yang sedangkan desa yang lainnya menyusul kemudian
akan diusung dalam Pilkades. Dari beberapa calon karena masa jabatan kepala desa masih berlangsung.
yang maju dalam konvensi di pedukuhan, dipilih satu Untuk melaksanakan Pilkades di desa tidaklah
calon pemenang yang mendapat suara terbanyak dan mudah. Sebab, ada beberapa kendala yang harus
akan mewakili dusun atau pedukuhan tersebut dalam dihadapi oleh pemerintah.
perebutan posisi kepala desa, bersaing dengan calon
dari dusun lainnya. Saat Pilkades berlangsung, pada Para tokoh masyarakat akhirnya menerima
dan mendukung pelaksanaan Pilkades secara aman
umumnya suara masyarakat di pedukuhan tersebut

38
Imanuel / Jurnal Administratie (01) (2015)

dan demokratis. Tercatat bahwa tingkat partisipasi rupiah. Penerimaan kekalahan itu ditindaklanjuti
masyarakat dalam pemilihan kepala Desa Tagolu dengan dukungan pada kandidat yang terpilih.
juga cukup tinggi. Berdasarkan data yang dihimpun
Tidak adanya gugatan atau konflik pasca
Bagian pemerintahan Kabupaten Poso, partisipasi
Pilkades, antara lain, disebabkan telah dipenuhinya
masyarakat dalam Pilkades rata-rata di atas 90%.
prinsip-prinsip demokrasi dalam pelaksanaan
Masyarakat yang tidak menggunakan hak pilihnya
Pilkades, seperti netralitas panitia, tidak adanya
bukan karena mereka memprotes, melainkan karena
politisasi birokrasi desa, fairness, dan minimnya
kendala-kendala teknis, seperti bepergian ke luar
pelanggaran atau kecurangan. Khusus di Desa
daerah atau tidak bisa meninggalkan pekerjaannya.
Silanca ada sedikit masalah, dimana elite politiknya
2. Perspektif Demokrasi sudah menerima kekalahan, tetapi pendukungnya
Pilkades Desa di Kecamatan Lage masih mempermasalahkannya.
memperlihatkan perubahan yang cukup signifikan
dalam perkembangan demokrasi lokal. Bahkan, Fenomena kesiapan untuk mengakui
dalam hal-hal tertentu, akulturasi nilai-nilai kekalahan dan pemberian dukungan pada calon
demokrasi modern telah terjadi di desa-desa yang terpilih yang notabene sebelumnya sebagai lawan
diteliti di Kabupaten Poso. politik serta terpenuhinya prinsip-prinsip demokrasi
dalam pelaksanaan Pilkades merupakan pendidikan
Ada beberapa catatan penting dan temuan politik yang cukup baik dan para elite lokal. Ini
lapangan. Pertama, pluralitas latar belakang kandidat, merupakan cikal bakal demokrasi yang
baik dan segi agama maupun jenis kelamin. sangatpenting bagi masa depan sistem politik
Meskipun mayoritas penduduk di desa-desa Indonesia secara keseluruhan.
Kecamatan Lage beragama Kristen, mereka bisa
menerima kandidat yang beragama lain. Sebagai Ketiga, tingginya kesadaran politik
contoh, selama satu periode Desa Sintuwulemba masyarakat. Pilkades di Kecamatan Lage
dipimpin oleh kepala desa yang beragama Kristen menunjukkan antusiasme masyarakat untuk
Protestan. Selama ia memimpin desa, tidak ada menentukan sendiri pemimpinnya yang kelak akan
halangan sedikit pun dalam berinteraksi dengan merumuskan dan melaksanakan berbagai kebijakan
masyarakat desa itu yang hampir seluruhnya (70%) publik yang terkait dengan dirinya sebagai warga
beragama Islam. Meskipun kepala desa ini beragama desa. Hal itu ditunjukkan dengan minimnya
Kristen, ia juga sering menghadiri acara Yasinan atau angka golput dan tingginya tingkat partisipasi
selamatan yang kental dengan nuansa budaya masyarakat. Menurut Kepala Bagian Pemerintahan
keislaman. Kabupaten Poso, antusiasme warga masyarakat
untuk berpartisipasi dalam pemilihan kepala desa
Kesiapan untuk menang dan kalah. Proses di Kecamatan Lage menunjukkan tingginya
suksesi kepemimpinan selalu berujung pada dua kesadaran politik masyarakat. Dalam perspektif
kenyataan: menang dan kalah. Kematangan jiwa demokrasi, Hal ini bermakna tingginya tingkat
berdemokrasi antana lain ditandai dengan kesiapan legitimasi pemimpin yang terpilih sehingga ia dapat
untuk menerima hasil prosesi demokrasi, apa pun menjalankan roda pemerintahan desa secara lebih
hasilnya. Sering terjadi, para kandidat hanya siap baik.
menang tetapi tidak siap kalah. Dalam Pilkades
di Kecamatan Lage tidak ada komplain yang Keempat, masuknya pengaruh teknologi
berarti atau penolakan dan, bahkan, gugatan dari politik. Salah satu ciri modernisasi adalah adanya
pihak yang kalah dalam pemilihan. Mereka akomodasi atau penerimaan terhadap teknologi
menerima secara legowo meskipun guratan modern. Dalam perkembangan pelaksanaan
kekecewaan tidak bisa disembunyikan karena pada demokrasi kontemporer, hal itu ditandai dengan
umumnya telah menghabiskan dana ratusan juta masuknya pengaruh teknologi dalam politik.

39
Imanuel / Jurnal Administratie (01) (2015)

Misalnya penggunaan quick count untuk mengetahui Jember Jawa Timur”, Masyarakat Indonesia,
secara dini hasil Sebuah pemilihan. Selama ini LIPI, jilid XXXI, No.2, 2005.
metode quick count hanya dikenal di kota kota besar,
Zuhro, R. Siti, “The Impact of A Neutrality
dalam Pemilu atau Pilkada. Bureaucracy in the 1999 Elections: Case
KESIMPULAN Studiesin East Java and South Sulawesi”
dalam Local Democracy and Bureaucratic Reform:
Nilai-nilai positif dalam konteks demokrasi Selected Articles, Jakarta: The Habibie Center,
lokal, Pilkades di Kecamatan Lage berpotensi 2007
menciderai demokrasi. Pertama, muculnya calon
Zuhro, R. Siti, Demokrasi Lokal: Perubahan Dan
tunggal. Dari 16 desa yang melaksanakan Pilkades,
Kesinambungan Nilai-Nilai Budaya Politik Lokal
ada 2 desa yang memiliki satu calon atau calon Di Jawa Timur, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan
tunggal. Meskipun waktu pendaftaran sudah Dan Bali, Yogyakarta: Ombak, 2009.
diundur, tidak ada warga masyarakat yang ‘berani’
mendaftar sebagai kandidat. Alasan yang selalu Rifai, Mien Ahmad, Manusia Madura, Yogyakarta: Pilar
dikemukakan adalah tingginya biaya politik Media, 2007Sinambela Lijian Poltak, dkk 2007.
(political cost) yang harus ditanggung para calon Reformasi Pelayanan Publik. PT Bumi Aksara
sehingga tidak ada kandidat lain yang bisa Jakarta 2007
disandingkan dalam Pilkades. Thoha, M. 1992. Perilaku Organisasi. Jakarta: CV
Rajawali.
SARAN
Tjokominoto, B. 1983. Teori Strategi Pembangunan untuk
Terlepas dan sejumlah kekurangan,
Nasional. Jakarta: Gunung Agung
pelaksanaan suksesi kepemimpinan lokal di sejumlah
daerah yang diteliti di Kecamatan Lage bisa
menghancurkan harapan yang cerah terhadap masa
depan demokrasi di Indonesia pada umumnya, oleh
karena itu Nilai-nilai demokrasi secara perlahan
harus sudah membudaya di kalangan masyarakat
hingga di desa-desa. Beberapa perilaku yang
berpotensi menciderai demokrasi di masa yang
akan datang dapat diminimalisasi melalui
pendidikan politik secara terus-menerus sehingga
masyarakat memiliki kedewasaan dalam
berdemokrasi.

DAFTAR PUSTAKA
Aribowo, “Demokrasi dan Budaya Politik Lokal”,
Workshop di Universitas Airlangga, Surabaya,
28 Mei 2007.
Hidayat, Djarot Saiful (Kata Pengantar), Fajar
Menyingsing di Kota Blitar, Blitar: Pemkot Blitar,
2004.
Zuhro, R. Siti, ”Perjuangan Mewujudkan
Demokrasi Lokal Melalui Pilkada: Studi
Kasus Keterlibatan Birokrasi dalam Pilkada

40

Anda mungkin juga menyukai