Anda di halaman 1dari 12

Jurnal KAPemda – Kajian Administrasi dan Pemerintahan Daerah

_________________________
Volume 10 No. 6/Maret 2017 ______________________________________________ISSN : 1979 - 5343
TINJAUAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
DI DAERAH PADA ERA OTONOMI DAERAH

Oleh :
DEDEN HARIA GARMANA
(Dosen STIA Sebelas April Sumedang)

ABSTRAK

Agar tujuan pembangunan tercapai dengan maksimal, maka pemerintah mengubah


sistem pemerintahan dari yang “sentralistis” kepada sistem pemerintahan
“desentralistis” dalam wujud pembentukan daerah otonom dan pemberian otonomi
daerah kepada daerah-daerah yang ada di seluruh Indonesia yang diatur lewat
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang telah
mengalami perubahan menjadi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah. Dengan demikian daerah-daerah yang ada di seluruh wilayah
Indonesia, diberikan kesempatan untuk dapat berkembang dan membangun daerahnya
sesuai dengan aspirasi masyarakat yang ada di daerah bersangkutan, sesuai dengan
kehendak masyarakat di daerah, tanpa ada monopoli atau campur tangan dari
pemerintah pusat yang terlalu jauh. Langkah-langkah yang harus di tempuh oleh
Pemerintah Daerah dalam mewujudkan pembangunan di daerah wajib melakukan
penataan kewenangan, organisasi, perangkat daerah, penataan relokasi personil,
sesuai dengan aspirasi masyarakat yang ada di daerah yang bersangkutan.
Pembangunan di daerah diarahkan untuk memacu pemerataan pembangunan, dan
hasilnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah.

A. PENDAHULUAN Pembanguan adalah seluruh usaha yang


Tujuan pembangunan di daerah dilakukan oleh suatu negara bangsa
diarahkan pada pemerataan untuk tumbuh, berkembang dan berubah
pembangunan, dan hasilnya dalam secara sadar dan terencana dalam semua
rangka meningkatkan kesejahteraan segi kehidupan dan penghidupan negara
rakyat. Selain daripada itu agar tujuan bangsa yang bersangkutan dalam rangka
dapat dicapai dengan baik, maka tidak pencapaian tujuan akhirnya.
terlepas dari peranan manusia sebagai Dalam rangka penyelenggaraan
aparat birokrasi pemerintahan dan pembangunan nasional, pemerintah
seluruh anggota masyarakat itu sendiri Indonesia menghadapi berbagai bidang
selaku pelaksana dan objek kehidupan yang semakin komplek
pembangunan. Menurut pendapat seiring dengan perkembangan zaman.
Siagian (2001) menyatakan definisi Pemerintah dituntut untuk lebih dapat
pembanguan sebagai berikut: memberikan pelayanan terbaik dalam

TINJAUAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DI DAERAH PADA OTONOMI DAERAH 66


Deden Haria Garmana
Jurnal KAPemda – Kajian Administrasi dan Pemerintahan Daerah
_________________________
Volume 10 No. 6/Maret 2017 ______________________________________________ISSN : 1979 - 5343
rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat di desa tersebut, sehingga
masyarakatnya. Oleh karena itu pemanfaatannya tidak maksimal,
pemerintah harus mampu mencukupi ironisnya lagi masih banyak desa yang
dan memenuhi kebutuhan hidup dikategorikan sebagai desa tertinggal
rakyatnya serta harus dapat memberikan karena fasilitas yang dihasilkan dari
pelayanan terbaik kepada masyarakat, pembangunan yang dilakukan
sehingga masyarakat akan merasa pemerintah tidak memadai bahkan
tenang, tentram dan nyaman dalam mungkin belum ada sama sekali.
menjalani kehidupannya sebagai warga Agar tujuan pembangunan tercapai
suatu bangsa dan negara yang merdeka. dengan maksimal, maka pemerintah
Untuk mencapai tujuan mengubah sistem pemerintahan dari
pembangunan tentu diperlukan cara yang “sentralistis” kepada sistem
yang tepat agar program pembangunan pemerintahan “desentralistis” dalam
pemerintah bisa merata di seluruh wujud pembentukan daerah otonom dan
pelosok Indonesia dan tidak pemberian otonomi daerah kepada
terakumulasi di suatu wilayah atau daerah-daerah yang ada di seluruh
tempat. Akan tetapi untuk menjangkau Indonesia. Dengan demikian daerah-
wilayah-wilayah terpencil di Indonesia daerah yang ada di seluruh wilayah
masih sangat sulit dikarenakan negara Indonesia, diberikan kesempatan untuk
Indonesia yang berbentuk kepulauan dapat berkembang dan membangun
sehingga masih mempunyai kendala daerahnya sesuai dengan aspirasi
dalam hal transportasi. Sedangkan masyarakat yang ada di daerah
transpormasi itu merupakan salah satu bersangkutan, sesuai dengan kehendak
cara agar informasi-informasi bisa cepat masyarakat di daerah, tanpa ada
terakses, juga hasil-hasil pembangunan monopoli atau campur tangan dari
bisa cepat terdistribusikan ke daerah- pemerintah pusat yang terlalu jauh.
daerah terpencil pedesaan. Untuk itu perlu kajian yang lebih
Pembangunan yang dilaksanakan mendalam rangka peningkatan
pemerintah belum sepenuhnya bisa pembangunan di desa tersebut sehingga
dinikmati oleh seluruh rakyatnya, akan jelas langkah-langkah apa yang
terutama masyarakat yang ada di daerah harus diambil. Salah satu kegiatan
terpencil di pedesaan. Hal ini mungkin pemerintah yang sekarang sedang
disebabkan karena pembangunan yang digiatkan dalam percepatan
dilakukan pemerintah belum tepat pertumbuhan ekonomi yaitu dengan
sasaran sebagian penyebabnya bisa jadi mengembangkan usaha kecil dan
karena program pembangunan yang koperasi. Masyarakat kelas bawah dan
dilakukan pemerintah di suatu desa menengah dapat berperan serta dalam
tidak sesuai dengan yang dibutuhkan pembangunan perekonomian yang

TINJAUAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DI DAERAH PADA OTONOMI DAERAH 67


Deden Haria Garmana
Jurnal KAPemda – Kajian Administrasi dan Pemerintahan Daerah
_________________________
Volume 10 No. 6/Maret 2017 ______________________________________________ISSN : 1979 - 5343
merupakan upaya untuk meningkatkan pemecah masalah-masalah masyarakat.
produktifitas rakyat, meningkatkan daya Proses pembentukan masalah
beli masyarakat, membuka lapangan pemerintah, pemecahannya, penentuan
kerja bagi masyarakat dan kebijakan, pelaksanaan, dan evaluasi
menumbuhkan nilai-nilai ekonomi pada kebijakan tersebut dapat dijadikan
sektor ekonomi yang diusahakannya. gambaran pengertian kebijakan publik.
Menurut konsep demokrasi modern
B. PEMBAHASAN (Islamy, 2000:10), kebijakan publik
Kajian mengenai kebijakan publik tidaklah hanya berisi cetusan pikiran
dalam administrasi negara merupakan atau pendapat para pejabat yang
perhatian pokok. Bidang kajian ini amat mewakili rakyat, tetapi opini publik
penting bagi administrasi negara, karena juga mempunyai porsi yang sama
selain menentukan arah umum yang besarnya untuk iisikan (tercermin)
harus ditempuh untuk mengatasi isu-isu dalam kebijakan-kebijakan negara.
masyarakat, ia pun dapat dipergunakan Setiap kebijakan publik harus selalu
untuk menentukan ruang lingkup berorientasi pada kepentingan publik.
permasalahan yang dihadapi oleh Suatu usaha untuk membedakan
masyarakat. Selain itu dapat antar pembuatan kebijakan dengan
dipergunakan untuk mengetahui berapa pembuatan keputusan pemerintahan
luas dan besarnya organisasi sering diberikan tanpa memberikan
pemerintah. kepuasan. Banyak orang menafsirkan
Masalah-masalah yang tumbuh dan bahwa kebijakan publik adalah hasil
berkembang dalam masyarakat suatu dari suatu pemerintahan dan
negara kalau diangkat ke atas pentas administrasi negara adalah sarana untuk
politik akan merupakan masalah ynag mempengaruhi hasil-hasil tersebut,
mendesak untuk dipecahkan oleh sehingga kebijakan publik lebih
pemerintah. Masalah-masalah itu diartikan sebagai apa yang dikerjakan
kadangkala pelik dan fundamental, oleh pemerintah daripada bagaimana
sehingga memerlukan proses proses hasil-hasil itu dibuat.
pemecahan yang pelik pula. Proses pembuatan kebijakan atau
Masalah-masalah itu hidup seperti proses kebijakan publik memerlukan
hidupnya suatu masyarakat yang suatu tanggung jawab yang tinggi dengn
dinamis. Tumbuh dan berkembangan resiko yang tinggi pula. Resiko itu
suatu masalah dalam suatu masyarakat dimungkinkan karena informasi yang
negara, lambat laun akan menyentuh kita butuhkan tidak lengkap, bukti-bukti
dan disentuh administrasi negara. Itulah yang ada tidak bisa memberikan
sebabnya administrasi negara gambaran kesimpulan, keinginan-
mempunyai kepentingan terhadap keinginan yang berbeda satu sama lain,

TINJAUAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DI DAERAH PADA OTONOMI DAERAH 68


Deden Haria Garmana
Jurnal KAPemda – Kajian Administrasi dan Pemerintahan Daerah
_________________________
Volume 10 No. 6/Maret 2017 ______________________________________________ISSN : 1979 - 5343
ramalan hasil yang kurang jelas, umpan serangkai keputusan yang dibuat oleh
balik yang sporadis. suatu pemerintah untuk mencapai
Dalam hubungan ini, Syafii tujuan tertentu dan juga sarana tertentu
(1999:117) mengemukakan bahwa untuk untuk mencapai tujuan tersebut
peningkatan pelayanan publik oleh terutama dalam bentuk peraturn
organisasi pemerintah adalah dengan perundang-undangan dan dekrit-dekrit
memberikan wewenang pada pihak pemerintah”.
swasta lebih banyak berpartisipasi Kebutuhan akan pelayanan pada
karena mereka menyadari pemerintah masyarakat dilakukan oleh berbagai
itu milik rakyat karena mereka instansi pemerintah yang semuanya
menyadari pemerintah itu memiliki berasal dari pemerintah pusat dan
kekuasaan pemerintahan. pemerintah daerah yang mempunyai
Carl J. Friedrick (dalam Islamy, tugas dan tanggung jawab melakukan
2000:17) antara lain mengemukakan pelayanan publik di semua sektor
bahwa kebijakan merupakan serangkai kehidupan. Pada era Otonomi Daerah
tindakan yang diusulkan seseorang, sesuai dengan Undang-Undang Nomor
kelompok, atau pemerintah dalam suatu 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
lingkungan tertentu dengan menunjukan Daerah maka seluruh daerah yang ada
hambatan-hambatandan kesempatan- diseluruh Indonesia mempunyai
kesempatan terhadap pelaksanaan kewenangan yang sama untuk mengatur
usulan kebijakan tersebut dalam rangka dan mengurus urusan rumah tangga
mencapai tujuan tertentu. daerahnya sendiri sesuai dengan
Sebagai implikasinya, pelaksanaan peraturan yang berlaku.
kebijakan yang berupa peraturan daerah Otonomi daerah merupakan cara
menuntut adanya intitusi dan publik bagaimana merefleksikan kewenangan
yang menjadi target atau sasaran. dan kewajiban daerah dalam mengatur
Kemudian menurut Islamy (2000:112) dan mengurus rumah tangga sendiri.
sebagai proses dari kebijakan yaitu Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-
penilaian yang mencakup isi kebijakan, Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
pelaksanaan kebijakan dan dampak Pemerintahan Daerah, dinyatakan
kebijakan. bahwa: “otonomi daerah adalah
Kata kebijakan sering digabungkan kewenangan daerah untuk mengatur dan
atau dikaitkan dengan kata Pemerintah, mengurus kepentingan masyarakat
sehingga menimbulkan pengertian baru setempat menurut prakarsa sendiri
yaitu ”Kebijakan Pemerintah”. Wahab berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai
(1997:13) memberi definisi tentang dengan peraturan perundang-
kebijakan pemerintah sebagai berikut: undangan”.
“Kebijakan Pemerintah terdiri dari

TINJAUAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DI DAERAH PADA OTONOMI DAERAH 69


Deden Haria Garmana
Jurnal KAPemda – Kajian Administrasi dan Pemerintahan Daerah
_________________________
Volume 10 No. 6/Maret 2017 ______________________________________________ISSN : 1979 - 5343
Penyelenggaraan administrasi di segala bidang kehidupan, dengan
dalam pembangunan daerah dengan maksud dapat peningkatan kualitas
seluruh tugas dan tanggungjawabnya, hidup masyarakat di daerah.
sebagai upaya mengurus rumah Semangat otonomi daerah
tangganya sendiri sesuai dengan mempunyai konsep yang hampir sama
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 dengan konsep reinventing government
tentang Pemerintahan Daerah dijelaskan yang dikembangkan oleh Osbare dan
pada bagian penjelasannya sebagai Gabler (dalam Iskandar, 2002 : 118) ,
berikut : Tujuan pemberian otonomi meliputi :
daerah kepada daerah adalah untuk 1. Catalytic government, artinya
memungkinkan daerah yang pemerintah katalis maksudnya
bersangkutan mengatur dan mengurus adalah tugas pemerintah
rumah tangganya sendiri untuk mengantarkan dan bukan
meningkatkan daya guna dan hasil guna mengayuh (stering the boat ang not
dalam penyelenggaraan pemerintahan rowing).
dalam rangka pelayanan terhadap 2. Community owned government,
masyarakat dan pelaksanaan yaitu membuat merasa memiliki
pembangunan. pemerintah, caranya melalui
Dengan demikian keinginan politik empowering rather serving, artinya
(political will) untuk melaksanakan memberdayakan masyarakat dan
otonomi daerah harus sejalan dengan bukan melayani, sehingga
agenda reformasi, pembangunan di ketergantungan kepada pemerintah
berbagai sektor dan aspek dalam menjadi berkurang.
kehidupan seluruh masyarakat. Sesuai 3. Mission driven government, artinya
dengan ketentuan Undang-Undang pemerintah memiliki daya saing
Nomor 23 Tahun 2014 tentang caranya adalah injecting
Pemerintahan Daerah bahwa azas competition into service delivery
desentralisasi dalam rangka otonomi yaitu mendorong kemampuan
daerah yang dewasa ini bergulir di bersama dalam pemberian
daerah yaitu Kabupaten dan Kota pelayanan sehingga tidak kalah
diharapkan dapat terlaksana dengan oleh sektor suasta.
baik sesuai dengan yang harapan semua 4. Competitive driven government,
pihak. Kegiatan pemerintahan dalam artinya pemerintah yang disetir oleh
rangka pembangunan pembangunan di misi atau tujuan utamanya, caranya
daerah yang berkesinambungan, dengan transforming rule driven
menyeluruh, terarah dan terpadu adalah organization, maksudnya
merupakan upaya bersama untuk mengubah organisasi lembaga,
mewujudkan kesejahteraan masyarakat badan instansi yang berorientasi

TINJAUAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DI DAERAH PADA OTONOMI DAERAH 70


Deden Haria Garmana
Jurnal KAPemda – Kajian Administrasi dan Pemerintahan Daerah
_________________________
Volume 10 No. 6/Maret 2017 ______________________________________________ISSN : 1979 - 5343
ketat, patuh peraturan sebagai dan abdi negara dan bukan
policy. sebaliknya.
5. Result oriented government, yaitu 9. Decentralized government, yaitu
menjadikan pemerintah yang pemerintahan yang
berorientasi pada hasil dengan titik terdesentralisasi, caranya adalah
berat prestasi caranya melalui from hierarchy to participation and
furding outcomes not inputs artinya tem work artinya dari hirarki ke
mengeluarkan dana demi hasil yang partisipasi dan tim kerja ini
ingin dicapai dan bukan risau dimaksudkan melonggarkan
dengan masukan-masukan. ketatnya dan tim kerja ini
6. Enter prising government, yaitu dimaksudkan melonggarkan
menjadikan pemerintah ketatnya hubungan hierarhis lewat
bersemangat wirausaha. Caranya pelimpahan wewenang, sehingga
adalah earning rather than serving tumbuh peran serta dan tim kerja
atau menggali pemasukan dan yang kuat dan kondusif terhadap
bukan melulu memberikan pencapaian hasil akhir.
pelayanan. 10. Market oriented government,
7. Antisipactory government, yaitu artinya pemerintah berorientsi pasar
pemerintah yang memilki daya kedudukan pasar adalah pelanggan
antisipasi artinya karena masa atau interaksi masyarakat, dimana
depan penuh dengan ketidak demand memerlukan sehingga
pastian, maka diperlukan tidak terjadi gap.
kemampuan untuk mengantisipasi Dalam rangka pencapaian tujuan
perubahan-perubahan yang nasional, diperlukan adanya unsur
beresiko. Caranya adalah mengacu aparatur negara dan aparatur
pada consep prevention rather than pemerintahan merupakan abdi negara
cure artinya mencegah dari pada yang dituntut kesetiaan dan ketaatannya
mengobati. pada Pancasia, UUD 1945 sebagai
8. Costumer driven government, yaitu landasan untuk menjalankan
pemerintah yang mengutamakan pengabdiannya kepada nusa dan bangsa.
kepentingan umum. Caranya adalah Dengan sikap demikian diharapakan
meeting needs of costumers, not the akan menjadi aparatur negara yang
beureucracy artinya memenuhi bermental baik, berwibawa, berdaya
kebutuhan pelanggan yakni guna dan berhasil guna, bermutu tinggi
masyarakat dan bukan birikrasi. dan sadar akan tanggung jawab akan
Dalam hal ini birikrasi harus tugas dan pekerjaan dari negara untuk
berfungsi sebagai abdi masyarakat mengabdi kepada masyarakat sebagai
langkah kearah pembangunan.

TINJAUAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DI DAERAH PADA OTONOMI DAERAH 71


Deden Haria Garmana
Jurnal KAPemda – Kajian Administrasi dan Pemerintahan Daerah
_________________________
Volume 10 No. 6/Maret 2017 ______________________________________________ISSN : 1979 - 5343
Unsur aparatur pemerintahan yang Dalam mengimplementasikan
senantiasa diarahkan dan harapkan pada kebijakan, para pembuat kebijakan
penciptaan aparatur yang efisien, masih menghadapi berbagai kendala,
efektif, bersih dan berwibawa. Hal ini terutama menyangkut perubahan-
mengingat bahwa aparatur perubahan perilaku lingkungan dan
pemerintahan merupakan ujung tombak kompleksitasnya tuntutan masyarakat
dalam melaksanakan seluruh tugas terhaap pemerintah dari berbagai
pemerintahan sesuai dengan bidangnya dimensi masalah ekonomi dan politik.
guna pembangunan yang menyeluruh Kondisi ini wajar terjadi, karena
disegala bidang kehidupan. Oleh karena kebijakan publik pada umumnya masih
itu aparatur pemerintahan dituntut berupa pernyataan-pernyataan umum
untuk bekerja dengan baik, penuh yang berisikan tujuan dan sasaran yang
pengabdian dan menempatkan masih harus diterjemahkan ke dalam
kepentingan umum atau masyarakat program kerja.
diatas kepentingan pribadi atau Dengan demikian, implementasi
golongan. kebijakan dapat dijadikan sebagai
Untuk tercapainya tujuan kriteria untuk mengevaluasi tindakan
pembangunan diperlukan tenaga administratif yang dilakukan oleh
pelaksana, dalam hal ini aparatur pelaksana guna mentransformasikan
pemerintah yang bermental baik, bersih kebijakan menjadi kenyataan. Menurut
dan berwibawa, berkualitas tinggi dan Wahab (dalam Iskandar, 1997 : 64)
sadar akan tugas serta tanggung Implementasi kebijakan Sebagai suatu
jawabnya sebagai aparatur negara dan proses melaksanakan keputusan
abdi masyarakat. Dengan adanya kebijakan, yang biasanya dalam bentuk
dedikasi yang tinggi serta nilai undang-undang, peraturan pemerintah,
pengabdian dan kejujuran yang baik keputusan peradilan, perintah eksekutif
akan memberikan kontribusi yang nyata atau dekrit presiden.
terhadap dinamisasi pembangunan Untuk mengetahui sejauhmana
masyarakat dalam rangka menyongsong suatu pelaksanaan kebijakan pemerintah
era perkembangan jaman menuju mencapai tujuannya, maka perlu
sebuah bangsa yang besar dan maju di diketahui beberapa syarat yang
segala bidang kehidupan dengan mempengaruhi berhasilnya suatu
kesejahteraan yang baik yang dapat kebijakan yang dilaksanakan.
diwujudkan kepada seluruh rakyatnya. Proses pembuatan kebijakan publik
Proses pembuatan kebijakan publik memerlukan suatu tanggung jawab yang
memerlukan suatu tanggung jawab yang tinggi dan dampak yang berisiko tinggi
tinggi dan dampak yang berisiko tinggi apabila tidak dilakukan dengan matang,
apabila tidak dilakukan dengan matang.

TINJAUAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DI DAERAH PADA OTONOMI DAERAH 72


Deden Haria Garmana
Jurnal KAPemda – Kajian Administrasi dan Pemerintahan Daerah
_________________________
Volume 10 No. 6/Maret 2017 ______________________________________________ISSN : 1979 - 5343
berikut ini visualisasi kerangka pikir b. Sumber Daya.
implementasi kebijakan : c. Struktur Birokrasi.
d. Disposisi/Sikap.
In Put Komunikasi Out Put
a. Komunikasi
Komunikasi Secara umum Edwards membahas
Kebijak Publik
an Strk.birokrasi
tiga hal penting dalam proses
irokrai komunikasi kebijakan, yakni transmisi,
Disposisi
sBirokrasi konsistensi dan kejelasan. Persyaratan
pertama bagi implementasi kebijakan
Gambar 1 yang efektif adalah bahwa mereka yang
Kerangka Pikir Kebijakan dalam melaksanakan keputusan harus
mencapai tujuan mengetahui apa yang harus mereka
lakukan keputusan-keputusan kebijakan
Dengan demikian, implementasi dan perintah-perintah harus diteruskan
kebijakan dapat dijadikan sebagai kepada personil-personil yang tepat
kriteria untuk mengevaluasi tindakan sebelum keputusan-keputusan dan
administratif yang dilakukan oleh perintah-perintah itu diikuti.
pelaksana guna mentransformasikan Transmisi merupakan faktor
kebijakan menjadi kenyataan. Menurut pertama yang berpengaruh terhadap
Wahab (dalam Iskandar, 1997 : 64) komunikasi, artinya sebelum pejabat
Implementasi kebijakan Sebagai suatu dapat mengimplementasikan suatu
proses melaksanakan keputusan keputusan, ia harus menyadari bahwa
kebijakan, yang biasanya dalam bentuk keputusan itu telah dibuat dan suatu
undang-undang, peraturan pemerintah, perintah untuk pelaksanaan telah
keputusan peradilan, perintah eksekutif dikeluarkan. Faktor konsistensi
atau dekrit presiden. berpengaruh terhadap implementasi
Untuk mengetahui sejauhmana kebijakan, dengan alasan perintah-
suatu pelaksanaan kebijakan pemerintah perintah pelaksanaan harus konsisten
mencapai tujuannya, maka perlu dan jelas. Sedangkan faktor kejelasan
diketahui beberapa syarat yang artinya jika kebijakan-kebijakan
mempengaruhi berhasilnya suatu diimplemetasikan sebagaimana yang
kebijakan yang dilaksanakan. Menurut diinginkan, maka petunjuk-petunjuk
George C. Edward III (dalam Winarno, pelaksanaan tidak hanya harus diterima
2002 : 32) terdapat empat (4) syarat oleh para pelaksanaan kebijakan, tetapi
kebijakan. Keempat syarat tersebut komunikasi kebijakan itu pun harus
adalah : jelas.
a. Komunikasi.

TINJAUAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DI DAERAH PADA OTONOMI DAERAH 73


Deden Haria Garmana
Jurnal KAPemda – Kajian Administrasi dan Pemerintahan Daerah
_________________________
Volume 10 No. 6/Maret 2017 ______________________________________________ISSN : 1979 - 5343
Kebijakan yang ditetapkan harus organisasi untuk kesepakatan kolektif,
dapat disosialisasikan dengan baik dalam rangka memecahkan masalah-
kepada seluruh masyarakat penerima masalah sosial dalam kehidupan
kebijakan tersebut, dengan memberikan modern.
informasi secara konprehensif atau d. Disposisi / Sikap
menyeluruh yang bermanfaat bagi Dimensi disposisi atau sikap
seluruh masyarakat, melalui proses pelaksana yang diartikan sebagai
pembuatan kebijakan yang diserap dari keinginan atau kesepakatan di kalangan
aspirasi seluruh masyarakat sesuai pelaksana untuk menerapkan kebijakan.
dengan permasalahan, baik pada tingkat Jika penerapan kebijakan dilaksanakan
perumusan, penetapan, pelaksanaan dan secara efektif, pelaksana bukan hanya
sampai pada evaluasi dari kebijakan harus mengetahui apa yang mereka
yang telah dilaksanakan. kerjakan, tetapi mereka juga harus
memiliki kemampuan untuk
b. Sumber Daya menerapkannya, serta mereka juga
Perintah-perintah implementasi harus mempunyai keinginan untuk
mungkin diteruskan secara cermat, jelas menerapkan kebijakan tersebut.
dan konsisten, tetapi jika para pelaksana Dalam mengimplemtasikan
dari segi sumber daya manusianya kebijakan, para pembuatan kebijakan
kurang, akan menghambat daripada masih menghadapi berbagai kendala,
pelaksanaan kebijakan-kebijakan, terutama menyangkut perubahan-
sehingga implementasi itu pun perubahan perilaku lingkungan dan
cenderung tidak efektif. Dengan komplekitasnya tuntutan msyarakat
demikian sumber daya manusia terhadap pemrintah dari berbagai
pelaksana kebijakan dapat menjadi dimensi masalah ekonomi dan politik.
faktor yang penting dalam Kondisi ini wajar terjadi, karena
melaksanakan kebijakan publik. kebijakan publik pada umumnya masih
Sumber daya manusia tersebut meliputi berupa pernyataan-pertanyaan umum
: staf yang memadai serta keahlian- yang berisikan tujuan dan sasaran yang
keahlian yang baik untuk melaksanakan masih harus diterjemahkan ke dalam
tugas-tugas mereka yaitu melaksanakan program kerja.
pelayanan publik. Selanjutnya dalam
c. Struktur Birokrasi mengimplementasikan kebijakan, para
Birokrasi merupakan salah satu pembuat kebijakan masih menghadapi
badan yang paling sering bahkan secara berbagai kendala, terutama menyangkut
keseluruhan menjadi pelaksana perubahan-perubahan perilaku
kebijakan. Birokrasi baik secara sadar lingkungan dan kompleksitasnya
atau tidak sadar memilih bentuk-bentuk tuntutan masyarakat terhadap

TINJAUAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DI DAERAH PADA OTONOMI DAERAH 74


Deden Haria Garmana
Jurnal KAPemda – Kajian Administrasi dan Pemerintahan Daerah
_________________________
Volume 10 No. 6/Maret 2017 ______________________________________________ISSN : 1979 - 5343
pemerintah dari berbagai dimensi menetapkan kebijakan, sesuai konteks
masalah ekonomi dan politik. Kondisi permasalahannya, baik pada tingkat
ini wajar terjadi, karena kebijakan perumusan, penetapan, implementasi
publik pada umumnya masih berupa maupun evaluasinya.
pernyataan-pernyataan umum yang Demikian uraian yang dipaparkan
berisikan tujuan dan sasaran yang masih dalam penulisan ini, terutama
harus diterjemahkan ke dalam program menyikapi bagaimana peran kebijakan
kerja. pemerintah yang digulirkan untuk
Dengan demikian, implementasi pembangunan di era otonomi daerah
kebijakan dapat dijadikan sebagai agar dapat melaksanakan pembangunan
kriteria untuk mengevaluasi tindakan sesuai dengan kehendak masyarakat
administratif yang dilakukan oleh yang ada di daerah. Implementasi
pelaksana guna mentransformasikan kebijakan dapat dijadikan sebagai
kebijakan menjadi kenyataan. Adapun kriteria untuk mengevaluasi tindakan
untuk mengevaluasi seluruh proses administrasi yang dilakukan oleh
implementasi kebijakan menurut pelaksana guna mentrasformasikan
Mustopadidjaja (1988 : 11), sekurang- kebijakan menjadi kenyataan.
kurangnya terdapat tiga unsur yang
penting dan mutlak, yaitu : C. KESIMPULAN
1. Adanya program (atau kebijakan) Berdasarkan hasil pemaparan
yang dilaksanakan. sebelumnya, selanjutnya penulis akan
2. Target group, yaitu kelompok memberikan kesimpulan sebagai
masyarakat yang menjadi sasaran berikut:
dan diharapkan akan menerima 1. Kebijakan pembangunan
manfaat dari program yang merupakan serangkai tindakan yang
dijalankan, perubahan atau diusulkan seseorang, kelompok
peningkatan. (masyarakat), atau pemerintah
3. Unsur pelaksana, baik organisasi dalam suatu lingkungan tertentu
atau perorangan yang bertanggung dengan menunjukan hambatan-
jawab dalam pengelolaan, hambatan pembangunan dan
pelaksanaan, pengawasan dari kesempatan-kesempatan
proses tersebut. pembangunan terhadap pelaksanaan
pembangunan usulan kebijakan
Kebijakan yang ditetapkan dalam tersebut dalam rangka mencapai
proses manajemen dapat tujuan pembangunan tertentu.
disosialisasikan dan diharapkan akan Menurut Undang-Undang Nomor
memberikan informasi yang bersifat 23 Tahun 2014 tentang
komprehensif dan berguna dalam Pemerintahan daerah yang

TINJAUAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DI DAERAH PADA OTONOMI DAERAH 75


Deden Haria Garmana
Jurnal KAPemda – Kajian Administrasi dan Pemerintahan Daerah
_________________________
Volume 10 No. 6/Maret 2017 ______________________________________________ISSN : 1979 - 5343
dimaksud dengan otonomi daerah dalam masyarakat perlu
adalah kewenangan daerah otonom mendukung dengan baik.
untuk mengatur dan mengurus
kepentingan dan mengurus DAFTAR PUSTAKA
kepentingan masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri Dunn, William N. 1998. Kebijakan
berdasarkan aspirasi masyarakat Pengantar Analisis Publik Gadjah
sesuai dengan peraturan perundang- Mada University Press Yogyakarta.
undangan. Dengan demikian
diharapkan semua daerah mampu Islamy, M. Irfan. 2000. Prinsip-prinsip
membangunan daerahnya masing- Perumusa Kebijakan Negara.
masing sesuai dengan aspirasi dan Bumi Aksara. Jakarta
kebutuhan daerah otonom masing-
masing. Kaho, Josef Riwu, 1995. Prospek
2. Proses pembuatan kebijakan atau Otonomi Daerah di Negara
proses kebijakan publik Republik Indonesia. Raja Grafindo
memerlukan suatu tanggung jawab Persada : Jakarta.
yang tinggi dengn resiko yang
tinggi pula. Resiko itu Kaloh, 2003. Kepemimpinan Kepala
dimungkinkan karena informasi Daerah. Jakarta : Erlangga.
yang kita butuhkan tidak lengkap,
bukti-bukti yang ada tidak bisa Nawawi, Hadari, 2000. Metode
memberikan gambaran kesimpulan, Penelitian Bidang Sosial. Jakarta :
keinginan-keinginan yang berbeda Rineka Cipta.
satu sama lain, ramalan hasil yang
kurang jelas, umpan balik yang Pamudji, 1992. Kepemimpinan
yang ada, maka perlu ketepatan Pemerintahan di Indonesia. Jakarta
dalam memutuskan kebijakan. : Bina Aksara.
3. Pembanguan merupakan seluruh
usaha yang dilakukan oleh suatu Rustandi, Ahmad, 1995. Gaya
negara bangsa untuk tumbuh, Kepemimpinan (Pendekatan Bakat
berkembang dan berubah secara Situasional). Jakarta : Erlangga.
sadar dan terencana dalam semua
segi kehidupan dan penghidupan Siagian, Sondang, 1996. Filsafat
negara bangsa yang bersangkutan Administrasi. Jakarta : Gunung
dalam rangka pencapaian tujuan Agung.
akhirnya, maka semua komponen

TINJAUAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DI DAERAH PADA OTONOMI DAERAH 76


Deden Haria Garmana
Jurnal KAPemda – Kajian Administrasi dan Pemerintahan Daerah
_________________________
Volume 10 No. 6/Maret 2017 ______________________________________________ISSN : 1979 - 5343
…………………, 1997. Organisasi,
Kepemimpinan dan Perilaku
Administrasi. Jakarta : Gunung
agung.

Wijaya, Haw, 1999. Otonomi Daerah


dan Daerah Otonom. Jakarta : PT.
Rajawali Pers.

DOKUMEN-DOKUMEN

1. UNDANG-UNDANG NOMOR 23
TAHUN 2014 TENTANG
PEMERINTAHAN DAERAH.

TINJAUAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DI DAERAH PADA OTONOMI DAERAH 77


Deden Haria Garmana

Anda mungkin juga menyukai