Anda di halaman 1dari 19

2.1.

1 Kolusi

Berdasarkan UU RI No. 28 Tahun 1999 dalam pasal 1 Pengertian kolusi adalah


pemufakatan atau kerjasama secara melawan hukum antara antar penyelenggaranan negara
dan pihak lain, masyarakat dan atau negara. Menurut kamus besar Indonesia Kolusi adalah
kerjasama secara rahasia dengan maksud tidak terpuji atau persekongkolan.

Kolusi dalam ekonomi adalah kerjasama aktif perusahaan dalam industri untuk
menurunkan output dan menaikkan harga agar memperoleh hukum permintaan dan
penawaran secara ekonomi normal. Kolusi dapat terjadi secara eksplisit, dimana perusahaan
dapat berkerjasama melalui komunikasi dan negosiasi, atau tacit, dimana perusahaan
bekerjasama secara tidak langsung melalui sinyal sistem informasi.

Kolusi dapat juga menjadi tacit (saling pengertian), dimana tidak ada komunikasi
langsung diantara perusahaan-perusahaan. Menurut Barney, saling pengertian kolusi dalam
sebagian besar industri berhasil jika:

1. Ada sedikit para pesaing yang dapat diidentifikasi,


2. Biaya-biaya yang serupa diantara perusahaan-perusahaan,
3. Kegiatan satu perusahaan cenderung sebagai “pemimpin harga”,
4. Kebiasaan-kebiasaan (budaya) industri yang menerima kerjasama,
5. Penjualan yang karakteristiknya memiliki frekuensi tinggi dengan jumlah pesanan
yang sedikit,
6. Cara perjanjian persediaan yang cukup besar dan timbunan pesanan pada saat
permintaan yang berfluktuasi,
7. Rintangan masuk yang tinggi untuk menghambat pesaing-pesaing baru.

Unsur-unsur Kolusi yaitu:


1. Adanya pemufakatan atau kerjasama
2. Secara melawan hukum
3. Penyelenggaraan Negara
Konsekuensi dari pelaku Kolusi yaitu:
1. Dapat menimbulkan fitnah
2. Dapat memasang tumbuhnya budaya demokrasi dan transparansi 4

3. Mengganggu hak asasi manusia


4. Pelaku dan pihak-pihak terkait patut mendapatkan sanksi hukuman yang berat
5. Dapat merosotkan nama baik bangsa dan negara
6. Pemerintah banyak menanggung kerugian yang dapat menimbulkan krisis
multidimensi.
Macam-macam Kolusi:
1. Kartel
2. Pengawasan harga
3. Persetujuan
4. Kolusi terselubung

2.1.2 Kartel

Kartel adalah kelompok produsen independen yang bertujuan menetapkan harga, untuk
membatasi suplai dan kompetisi. Berdasarkan hukum anti monopoli, kartel dilarang di
hampir semua negara. Walaupun demikian, kartel tetap ada baik dalam lingkup nasional
maupun internasional, formal maupun informal. Berdasarkan definisi ini, satu entitas bisnis
tunggal yang memegang monopoli tidak dapat dianggap sebagai suatu kartel, walaupun dapat
dianggap bersalah jika menyalahgunakan monopoli yang dimilikinya. Kartel biasanya timbul
dalam kondisi oligopoli, dimana terdapat sejumlah kecil penjual dengan jenis produk yang
homogen.

Kartel dilakukan oleh pelaku usaha dalam rangka memperoleh market power. Market
power ini memungkinkan mereka mengatur harga produk dengan cara membatasi
ketersediaan barang di pasar, pengaturan persediaan dilakukan dengan bersama-sama
membatasi produksi dan atau membagi wilayah penjualan.

Jenis-Jenis Kartel

1. Kartel Harga Pokok

Di dalam kartel harga pokok, anggota-anggota menciptakan peraturan diantara mereka


untuk perhitungan ka.Jkulasi harga pokok dan besarnya Isba. Pada kartel jenis ini ditetapkan
harga-harga penjualan bagi para anggota kartel. Benih dari persaingan kerapkali juga datang
dari perhitungan Isba yang akan diperoleh suatu badan usaha. Dengan menyeragamkan
tingginya laba maka persaingan diantara mereka dapat dihindarkan.

5
2. Kartel Harga
Dalam kartel ini ditetapkan harga minimum untuk penjualan barang-barang yang
mereka produksi atau perdagangkan. Setiap anggota tidak diperkenankan untuk menjual
barang-barangnya dengan harga yang bebas rendah daripada harga yang telah ditetapkan itu.
Pada dasarnya anggota-anggota itu diperbolehkan menjual di atas penetapan harga akan
tetapi atas tanggung jawab sendiri.
3. Kartel Syarat
Dalam kartel ini memerlukan penetapan-penetapan di dalam syarat-syarat penjualan
misalnya. Kartel juga menetapkan standar kwalitas barang yang dihasilkan atau dijual,
menetapkan syarat-syarat pengiriman. Apakah ditetapkan loco gudang, Fob, C & F, Cif,
embalase atau pembungkusan dan syarat-syarat pengiriman lainnya, yang dikehendaki adalah
keseragaman diantara para anggota yang tergabung dibawah kartel. Keseragaman itu perlu di
dalam kebijaksanaan harga, sehingga tidak akan terjadi persaingan diantara mereka.
4. Kartel Rayon
Kartel rayon atau kadang-kadang juga disebut kartel wilayah pemasaran untuk mereka.
Penetapan wilayah ini kemudian diikuti oleh penetapan harga untuk masing-masing daerah.
Dalam pada itu kartel rayon pun menentukan pula suatu peraturan bahwa setiap anggota tidak
diperkenankan menjual barang-barangnya di daerah. lain. Dengan ini dapat dicegah
persaingan diantara anggota, yang mungkin harga-harga barangnya berlainan.

5. Kartel Kontingentering

Di dalam jenis kartel ini, masing-masing anggota kartel diberikan jatah dalam
banyaknya produksi yang diperbolehkan. Biasanya perusahaan yang memproduksi lebih
sedikit daripada jatah yang sisanya menurut ketentuan, akan diberi premi hadiah. Akan tetapi
sebaliknya akan didenda. Maksud dari peraturan ini adalah untuk mengadakan restriksi yang
ketal terhadap banyaknya persediaan sehingga harga barang-barang yang mereka jual dapat
dinaikkan. Ambisi kartel kontingentering biasanya untuk mempermainkan jumlah persediaan
barang dan dengan cara itu harus berada dalam kekuasaannya.

6. Sindikat Penjualan atau Kantor Sentral Penjualan

Di dalam kartel penjualan ditentukan bahwa penjualan hasil produksi dari anggota
harus melewati sebuah badan tunggal ialah kantor penjualan pusat. Persaingan diantara
mereka akan dapat dihindarkan karenanya.

6
7. Kartel Laba

Di dalam kartel laba, anggota kartel biasanya menentukan peraturan yang berhubungan
dengan laba yang mereka peroleh. Misalnya bahwa laba kotor harus disentralisasikan pada
suatu kas umum kartel, kemudian laba bersih kartel, dibagi bagikan diantara mereka dengan
perbandingan yang tertentu pula.

2.1.3 Merger

Merger merupakan sebuah penggabungan dua perusahaan atau lebih dengan cara tetap
mempertahankan berdirinya salah satu dari perusahaan tersebut dan membubarkan
perusahaan lainnya tanpa melikuditadinya terlebih dahulu. Definisi merger yang lain yaitu
didefinisikan sebagai penyerapan dari suatu perusahaan oleh perusahaan yang lain. Dalam hal
ini perusahaan yang membeli akan melanjutkan nama dan identitasnya. Perusahaan pembeli
juga akan mengambil baik aset maupun kewajiban perusahaan yang dibeli. Setelah merger,
perusahaan yang dibeli akan kehilangan/berhenti beroperasi (Harianto dan Sudomo, 2001,).

Dilihat dari jenis dan bentuknya Merger terbagi menjadi tiga, yaitu:

1. Merger Horizontal

Merger Horizontal adalah merger yang dilakukan oleh usaha sejenis (usahanya sama),
misalnya merger antara dua perusahaan roti.

2. Merger Vertikal
Merger Vertkal adalah merger yang terjadi antara perusahaan-perusahaan yang saling
berhubungan, misalnya dalam alur produksi yang berurutan. Contohnya: perusahaan
pemintalan benang merger dengan perusahaan kain, perusahaan ban merger dengan
perusahaan mobil.
3. Konglomerat

Konglomerat ialah merger antara berbagai perusahaan yang menghasilkan berbagai


produk yang berbeda-beda dan tidak ada kaitannya, misalnya perusahaan sepatu merger
dengan perusahaan elektronik atau perusahaan mobil merger dengan perusahaan makanan.
Tujuan utama konglomerat ialah untuk mencapai pertumbuhan Badan Usaha dengan cepat
dan mendapatkan hasil yang lebih baik. Caranya ialah dengan saling bertukar saham antara
kedua perusahaan yang disatukan.

Faktor Utama dan Alasan Terjadinya Merger Perusahaan

7
1. Terjadinya masalah kesehatan keuangan pada perusahaan, maka sebaiknya perusahaan
tersebut melakukan merger dengan perusahaan yang sehat.
2. Modal yang relative kecil sehingga sulit untuk melakukan ekspansi perusahaan.
3. Manajemen yang kurang professional sehingga perusahaan terus merugi dan sulit untuk
berkembang.
4. Semakin menyatunya sistem perekonomian regional dan perekonomian dunia.
5. Adanya ekspansi perusahaan-perusahaan multinasional ke berbagai negara, termasuk
Indonesia.
6. Berbagai terobosan teknologi informasi dan telekomunikasi setelah tahun 1980 yang
memudahkan proses alih informasi dan kapital.
7. Administrasi yang kurang teratur dan masih tradisional.
8. Ingin menguasai pasar.

Kelebihan dan Kekurangan Merger

Kelebihan Merger

Pengambil alihan sebuah perusahaan atau bank melalui merger akan lebih mudah dan
murah dibanding pengambilalihan yang lain (Harianto dan Sudomo, 2001, p.641). Selain itu
pengaruh positif yang sering terjadi akibat terjadinya merger antar perusahaan ialah:
1. Dimungkinkannya pertukaran cadangan cash flow secara internal antar perusahaan
yang melakukan merger, sehingga bank hasil merger dapat memanage risiko likuiditas
dengan lebih fleksibel.
2. Diperolehnya peningkatan modal perusahaan (biasanya CAR akan meningkat tetapi
tidak terlalu cukup tinggi) dan adanya keunggulan dalam memanage biaya akibat
bertambahnya skala usaha. Efisiensi perusahaan dapat dilakukan lebih lanjut,
khususnya dalam efisiensi biaya provisi kredit.
3. Dicapainya keunggulan market power dalam persaingan, yang kemudian dapat
memperbesar margin bunga pinjaman.

Kekurangan merger

Merger memiliki beberapa kekurangan, yaitu harus ada persetujuan dari para pemegang
saham masing-masing perusahaan, sedangkan untuk mendapatkan persetujuan tersebut
diperlukan waktu yang lama. (Harianto dan Sudomo, 2001, p.642) selain itu pengaruh
negative akibat adanya merger diantananya:

8
1. Karena proses merger biasanya dilakukan atas dorongan untuk cepat terselesaikannya
kemelut keuangan di salah satu bank peserta, maka harga penjualan sahamnya
cenderung akan dinilai dibawah harga pasar yang wajar.
2. Proses merger biasanya diikuti dengan peningkatan ketidakpastian pada pihak
Direksi, manajer dan karyawan.
3. Proses merger perbankan nasional di Indonesia biasanya diikuti dengan pengurangan
jumlah pegawai dan staf kurang profesional di perusahaan perbankan hasil merger.
4. Terjadinya benturan kepentingan, kondisi saling curiga dan bahkan konflik diantara
para anggota komisaris dan direksi. Hal ini terjadi jika bank hasil merger tersebut
dikuasai oleh lebih satu pemegang saham pengendali. Sebagian anggota komisaris
dan direksi yang ada cenderung untuk berlomba mewakili kepentingan masing-
masing pemilik dari bank hasil merger dengan menunjukkan prestasi kelompoknya
masing-masing.
5. Kegiatan merger dalam dua tahun pertama cenderung diikuti dengan strategi efisiensi;
sehingga hal ini akan mengurangi semangat dan kreativitas dari sebagian pihak
Direksi dan staf profesional. Jika hal ini berlanjut cukup lama maka biasanya akan
diikuti dengan proses exodus para manager menengah yang profesional dan inovatif.
6. Benturan budaya perusahaan tidak dapat dielakkan; sehingga tentunya perusahaan
hasil merger akan mengalami penurunan dalam jangka pendek.

Alasan-alasan Melakukan Merger


Ada beberapa alasan perusahaan melakukan penggabungan baik melalui merger
maupun akuisisi, yaitu :

1. Pertumbuhan atau Diversifikasi

      Perusahaan yang menginginkan pertumbuhan yang cepat, baik ukuran, pasar saham,
maupun diversifikasi usaha dapat melakukan merger maupun akuisisi. Perusahaan tidak
memiliki resiko adanya produk baru. Selain itu, jika melakukan ekspansi dengan merger dan
akuisisi, maka perusahaan dapat mengurangi perusahaan pesaing atau mengurangi
persaingan.

2. Sinergi

      Sinergi dapat tercapai ketika merger menghasilkan tingkat skala ekonomi (economies of
scale). Tingkat skala ekonomi terjadi karena perpaduan biaya overhead meningkatkan
pendapatan yang lebih besar daripada jumlah pendapatan perusahaan ketika tidak merger.

9
Sinergi tampak jelas ketika perusahaan yang melakukan merger berada dalam bisnis yang
sama karena fungsi dan tenaga kerja yang berlebihan dapat dihilangkan.

3. Meningkatkan Dana

       Banyak perusahaan tidak dapat memperoleh dana untuk melakukan ekspansi internal,
tetapi dapat memperoleh dana untuk melakukan ekspansi eksternal. Perusahaan tersebut
menggabungkan diri dengan perusahaan yang memiliki likuiditas tinggi sehingga
menyebabkan peningkatan daya pinjam perusahaan dan penurunan kewajiban keuangan. Hal
ini memungkinkan meningkatnya dana dengan biaya rendah.

4. Menambah Ketrampilan Manajemen atau Teknologi

Beberapa perusahaan tidak dapat berkembang dengan baik karena tidak adanya efisiensi
pada manajemennya atau kurangnya teknologi. Perusahaan yang tidak dapat
mengefisiensikan manajemennya dan tidak dapat membayar untuk mengembangkan
teknologinya, dapat menggabungkan diri dengan perusahaan yang memiliki manajemen atau
teknologi yang ahli.

5. Pertimbangan Pajak

      Perusahaan dapat membawa kerugian pajak sampai lebih 20 tahun ke depan atau sampai
kerugian pajak dapat tertutupi. Perusahaan yang memiliki kerugian pajak dapat melakukan
akuisisi dengan perusahaan yang menghasilkan laba untuk memanfaatkan kerugian pajak.
Pada kasus ini perusahaan yang mengakuisisi akan menaikkan kombinasi pendapatan setelah
pajak dengan mengurangkan pendapatan sebelum pajak dari perusahaan yang
diakuisisi. Bagaimanapun merger tidak hanya dikarenakan keuntungan dari pajak, tetapi
berdasarkan dari tujuan memaksimisasi kesejahteraan pemilik.

6. Meningkatkan Likuiditas Pemilik

       Merger antar perusahaan memungkinkan perusahaan memiliki likuiditas yang lebih
besar. Jika perusahaan lebih besar, maka pasar saham akan lebih luas dan saham lebih mudah
diperoleh sehingga lebih likuid dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil.

7. Melindungi diri dari pengambilalihan

       Hal ini terjadi ketika sebuah perusahaan menjadi incaran pengambilalihan yang tidak
bersahabat. Target firm mengakuisisi perusahaan lain, dan membiayai pengambilalihannya
dengan hutang, karena beban hutang ini, kewajiban perusahaan menjadi terlalu tinggi untuk
ditanggung oleh bidding firm yang berminat (Gitman, 2003, p.714-716).

10
Manfaat Merger

     Perusahaan yang melakukan merger atau mengakuisisi perusahaan lain mempunyai
berbagai tujuan yang memberikan manfaat kepada perusahaan tersebut.

1. Dengan adanya merger akan dapat meningkatkan pendapatan perusahaan.


Peningkatan pendapatan perusahaan dikarenakan perusahaan melakukan pemasaran yang
baik, strategi yang lebih dan terfokus, serta penguasaan pasar. Pada sisi lain, pendapatan
perusahaan menjadi terdiversifikasi karena perusahaan melakukan penggabungan usaha
2. Salah satu alasan utama mengapa perusahaan mau melakukan merger karena
perusahaan akan mengalami efisiensi dalam biaya operasi dibandingkan dengan dua
perusahaan yang terpisah. Salah satu contoh penurunan biaya dapat dilakukan dengan
melakukan pemasaran secara bersama untuk produk berbeda dibandingkan dengan dua
perusahaan terpisah. Operasi perusahaan dapat diefisienkan, terutama dalam bidang sumber
daya manusia yang menangani kepegawaian. Pembayaran gaji dapat
dilakukan dengan satu divisi yang menggunakan teknologi lebih baik. Pengiklanan
perusahaan dapat dilakukan sekaligus dibandingkan dengan dua perusahaan yang sendiri-
sendiri. Biaya iklan lebih murah karena biaya iklan hanya satu dengan adanya merger. Cara
ini efektif dan sangat menguntungkan perusahaan. Penggabungan dua perusahaan juga
memberikan keuntungan terhadap jaringan perusahaan yang semakin besar bila dibandingkan
dengan sendiri-sendiri. Dalam kasus ini akan timbul biaya produksi yang mengalami
penurunan dan kuantitas produksi akan mengalami peningkatan sehingga pendapatan
perusahaan mengalami peningkatan. Dengan adanya efisiensi yang dilakukan, maka laba
perusahaan akan meningkat sehingga harga saham akan mengalami peningkatan.
3. Kapitalisasi pasar perusahaan mengalami peningkatan bila perusahaan melakukan
merger. Bila perusahaan berdiri sendiri, maka kapitalisasinya tidak mengalami peningkatan
secara cepat dikarenakan pertumbuhan laba yang kecil. Tetapi, dengan merger perusahaan,
maka kapitalisasi saham perusahaan lebih besar dikarenakan adanya harapan investor
terhadap perusahaan yang akan mengalami peningkatan pendapatan sesuai dengan tujuan
merger tersebut.
4. Adanya merger akan memberi peningkatan kualitas sumber daya manusia di
perusahaan merger. Pegawai yang baik akan bekerja dan mentransfer pengetahuan kepada
pegawai yang belum memahami. Artinya, antarpegawai akan saling memberi pengetahuan
untuk meningkatkan kemajuan perusahaan. Diskusi antarpegawai akan terjadi karena mereka
saling bertukar informasi untuk meningkatkan pengetahuan yang dimiliki.

11
5. Adanya merger bagi dua perusahaan akan memperbaiki posisi keuangan perusahaan
serta kualitas neraca perusahaan. Semakin baiknya posisi dan kualitas neraca perusahaan,
membuat perusahaan semakin mempunyai bargaining di pasar, baik dalam rangka
memasarkan produk perusahaan maupun mendapatkan bahan baku. Kualitas neraca
perusahaan juga memberikan citra yang baik kepada investor dan akhirnya meningkatkan
nilai saham perusahaan di bursa. Bagi bank yang mempunyai
pinjaman di perusahaan tersebut semakin yakin dananya akan kembali sehingga perusahaan
dapat meningkatkan kreditnya dengan kualitas neraca tersebut.
6. Keuntungan pajak merupakan salah satu tindakan merger. Bila perusahaan melakukan
merger atau akuisisi, maka perusahaan dapat memperoleh keuntungan pajak dengan adanya
kerugian operasi dari perusahaan yang diakuisisi. Laba bersih yang besar pada perusahaan
yang mengakuisisi mengakibatkan perusahaan membayar pajak yang tinggi, tetapi dengan
masuknya perusahaan yang rugi mengakibatkan pajak yang dibayarkan berkurang.
Keuntungan pajak juga dapat diperoleh dengan cara meningkatkan kapasitas utang
perusahaan yang belum terpenuhi. Perusahaan menggunakan seluruh utangnya sehingga
pajak yang dibayarkan mengalami penurunan.
7. Adanya merger akan memberi kualitas keputusan yang diambilmenjadi lebih
berkualitas. Pengambil keputusan perusahaan merger akan diperoleh dari pegawai yang
berkualitas karena pegawai yang tinggal di perusahaan merger adalah mereka yang
mempunyai kualitas. Akibatnya, pegawai yang mengambil keputusan akan selalu
mempertimbangkan keputusannya untuk kepentingan perusahaan dan umum, serta tidak
melanggar peraturan yang ada.

Merger Lintas Negara


        Merger lintas negara adalah transaksi dimana dua perusahaan dengan tempat-tempat
operasi di beberapa negara yang berbeda menyetujui penyatuan kedua perusahaan tersebut
dimana kedua perusahaan mempunyain kedudukan yang sederajat. Mendorong keputusan
untuk menyatukan operasi atas dasar kedudukan yang sederajat adalah suatu kenyataan
bahwa kedua perusahaan mempunyai kemampuan yang jika digabungkan diharapkan bisa
menciptakan keunggulan-keunggulan kompetitif yang akan membantu keberhasilan di pasar
global.
Ada lebih dari satu alasan bagi perusahaan untuk melakukan merger lintas negara
antara lain meningkatnya kekuatan pasar, penyelesaian hambatan masuk, biaya
pengembangan produk baru, meningkatnya kecepatan mencapai pasar, dan meningkatnya

12
diversifikasi. Dari lima alasan tersebut, satu yang paling mendorong diambilnya keputusan
untuk melakukan merger lintas negara adalah keinginan untuk meningkatkan kekuatan pasar.
            Kekuatan pasar adalah produk dari besar (ukuran) perusahaan, tingkat ketahanan
keunggulan kompetitif saat itu, dan kemampuannya membuat keputusan saat ini yang akan
menhasilkan keunggulan kompetitif baru untuk masa datang. Perusahaan dapat meningkatkan
kekuatan pasar mereka melalui akuisisi lintas negara maupun merger lintas negara.

2.2 Kasus Kolusi, Kartel dan Merger

2.2.1 Kasus Kolusi

Citibank Akui Ada Kolusi di Kasus Malinda

Jakarta, Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan kembali menggelar sidang kasus
pembobolan dana nasabah Citibank dengaan terdakwa Inong Malinda Dee. Pengadilan
mendengarkan kesaksiaan dari empat orang saksi dari Citibank

Salah satu saksi yang diajukan ke pengadilan adalah Vice President Retail Bank Head
Citibank Indonesia Meliana Sutikno. Ia mengatakan, tindakan yang dilakukan Malinda Dee
tersebut merupakan kolusi yang dilakukan oleh banyak pihak.

Meliana menceritakan, dalam sistem Citibank untuk melakaukan transaksi diatas Rp


300 juta harus melalui verifiaksi yang ketat. Nasabah harus mengisi formulir penarikan
sendiri. Setelah itu, formulir tersebut juga harus melawati pemerikasaan teller. “Teller
bertugas untuk memastikan aakah data yang berasa di formulir itu benar atau tidak.” Kata
Meliana.

Setelah dinyatakan benar dan lengkap, permohonan transfer itu akan ditindak lanajuti
oleh bagian back office. Bagian back office inilah yang akan memindahbukukan dari
rekening nasabah ke rekening tujuan yang tercatat diformulir.

Menurut Meliana, sistem itu merupakan standar operasional prosedur (SOP) yang
berlaku di Citibank. Toh, Malinda berhasil menjebol sistem yang diterapkan bank asal
Amerika Serikat tersebut.

Bahkan, aksi yang dilakukan oleh Malinda tersebut sudah beralangsung selama empat
tahun sejak tahun 2007. Padahal, “Kami sellu ada audit internal secara berkala, tapi tidak
pernah bisa mendeteksi hal tersebut.” Kata Meliana.

13
Makanya Meliana meminta agar pengadilan bisa membongkar konspirasi yang
dilakukan oleh banyak pihak tersebut. Meliana juga mengaku Citibank telah dirugikan hingga
sebesar Rp 44 miliar dari kasus ini.

Meski begitu pihak Citibank membantah jika dikatakan sistem engawasan bank atau
internal kontrol disebut lemah. Kepala tim audit investigasi Citibank S. Pandiary Akbar
dalam kesaksiannya mengatakan, berlarut-larutnya pembobolan dana Citibank itu terjadi
karena tidak ada laporan dari nasabah.

Padahal, nasabah selalu menerima laporan rekening yang diberikan Citibank secara
rutin. Namun, para nasabah tidak ada komplain. Mendengar kesaksian tersebut, kuasa hukum
Malinda, Batara Simbolon yakin jika kasus ini melibatkan banyak orang. Ia menduga ada
keterlibatan atasan Malinda atau pejabat diatas teller Citibank yang harus ikut bertanggung
jawab.

Ia menambahkan dari kesaksian Meliana menyebutkan ada sistem back office yang
ikut dalam pencairan dana nasabah Citibank. Makanya Batara akan meminta kepada majelis
hakim agar menghadirkan petugas back office tersebut ke persidangan untuk memberi
kesaksian.

Dalam kasus ini, selain Malinda ada tiga orang teller Citibank yang sudah ditetapkan
menjadi tersangka. Mereka adalah Dwi Haryanti, Novianty Iriane serta Batheria Panjaitan.
Malinda sendiri didakwa telah memindahbukukan dana nasabah secara ilegal sebanyak 117
kali sejak tahun 2007 dari 34 rekening nasabah Citibank.

2.2.2 Kasus Kartel

1. Kartel Penetapan Layanan Tarif Short Message Service (SMS)

KPPU berhasil membongkar praktek kartel yang dilakukan enam perusahaan seluler
selama 2004-2008 yang menetapkan persengkokolan harga tarif SMS Rp. 350/SMS,
konsumen dirugikan mencapai Rp. 2.827 triliun.

Keenam perusahaan operator seluler tersebut diantaranya PT Excelcomindo Tbk


(XL), PT Telkomsel, PT Tekom, PT Bakrie Telecom Tbk, PT Mobile-8 Telecom Tbk, dan
PT Smart Telecom yang telah dihukum denda oleh KPPU.

Namun hingga saat ini, kerugian konsumen yang mencapai RP. 2827 triliun belum
bisa ditemukan cara pengembalian ganti rugi.

14
2. Kartel Garam

Praktek kartel garam ini berhasil dibongkar KPPU mulai 2005. Garam yang
“dimainkan” adalah bahan baku garam yang dipasok di Sumatera Utara. Pelakunya hanya
beberapa perusahaan atau pengusaha. Hingga kini KPPU masih melakukan pengawasan
ketat agar kartel jenis ini tidak terjadi lagi.

3. Kartel Minyak Goreng Curah

Berdasarkan putusan KPP No. 24/KPPU-1/2009 yang ditetapkan 4 mei 2010


diputuskan ada price pararelism hingga minyak goreng terlapor selama April-Desember 2008
melakukan kartel harga dan merugikan masyarakat setidak-tidaknya sebesar Rp. 1,27 triliun
untuk produk minyak goreng kemasan bermerek dan Rp. 374,3 miliar untuk minyak goreng
curah.

Namun keutusan KPPU tersebut kandas ditangan Mahkamah Agung yang menolak
keputusan KPPU tersebut atas keberatan yang dilakaukan 20 produsen minyak goreng yang
menjadi terlapor.

4. Kartel Penetapan Harga Tiket dalam Fuel Surcharge

Berdasarkan keputusan KPPU No.25/KPPU/2010 tanggal 4 Mi, memutuskan menghukum


maskapai diantaranya PT Sriwijaya, PT Metro Batavia, PT Lion Mentari Airlines, PT Wings
Abadi Airlines, PT Merpato Nusantara Airlines, PT Travel Express Aviation Service dan PT
Mandalan Airlines bersalah telah melakukan kartel dengan melakukan kesepakatan harga
patokan avtur selama 2006-2009. Praktek tersebut menyebabkan konsumen merugi hingga
Rp. 13,8 triliun. KPPU pun menghukum sembilan maskapai dengan ganti rugi total sebesar
586 miliar.

Namun Mahkamah Agung menolak keputusan MS atas guagatan keberatan sembilan


maskapai atas putusan tersebut.

2.2.3 Kasus Merger

Merger PT. BANK MANDIRI Tbk

Kondisi Bank yang Dibekukan Sebelum di Merger Menjadi Bank Mandiri

Perbankan merupakan satu sektor yag sangat mempengaruhi kegiatan perekonomian,


karena menjalankan fungsi intermediasi keuangan. Terjadinya krisis ditahun 1998 semakin
menunjukan pentingnya peranan perbankan. Hal tersebut ditunjukan oleh pemerintah yang

15
sangat besar untuk menciptakan kerangka kerja perbankan yang sehat. Berbagai peraturan
dan kebijakan pemerintah Indonesia tidak terlepas dari kecenderungan perbankan diberbagai
negara, yakni kecenderungan meningkatkan efisiensi melalui merger.

Gagasan atau ide melakukan merger bank sebenarnya sudah cukup lama
didengungkan. Seiring dengan mulai rontoknya sejumlah bank di tanah air. Mungkin kita
masih mengingat ketika pemerintah melakukan likuidasi enambelas bank sekitar November
1997. Rontoknya enambelas bank tersebut nampaknya menyentakkan dunia perbankan
nasional. Kecemasan demi kecemasan terus mengahantui para bankir khususnya pihak
swasta. Para pengamat sudah menilai bahwa munculnya likuidasi susulan terhadap bank-
bank yang tidak sehat, baik dari sisi permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas,
maupun likuiditasnya ternyata tidak dapat dihindari lagi walapun dengan bahasa yang
berbeda yaitu pembekuan operasi.

Sekitar maret 1998 , empat belas bank swasta nasional akhirnya ditertibkan
pemerintah, tujuh bank di bekukan operasinya yaitu Bank Kredit Asia, Centris International
Bank, Banka Deka, Bank Subentra, Bank Pelita, Hokindo Bank, dan Bank Surya. Kemudia
tujuh bank lainnya dalam pengawasan BPPN yaitu BDNI, Bank Exim, Bank Danamon, BUN,
Bank Tiara Asia, Bank PDFCI, Modern Bank.

Dalam perkembangannya, bank yang dalam pengawasan BPPN tersebut setelah


menjalani perawatan dalam kurun waktu tertentu, akhirnya pada tanggal 21 Agustus 1998
pemerintah mengambil keputusan yang tidak mengenakan dunia perbankan yaitu melakukan
pembekuan operasi terhadap tiga bank swasta BDNI, Bank Modern, dan BUN serta
pengambilalihankepemilikan oleh pemerintah (Bank Take Over) terhadap empat bank swasta
yaitu Bank Danamon, Bank BCA, Bank Tiara dan Bank PDFCI.

Rentetan peristiwa yang tidak mengenakan dalam dunia perbankan tersebut telah
memunculkan suatu alternatif penyelamatan dunia perbankan dari keruntuhannya melalui
merger bank.

Motivasi Merger Bank PT. Bank Mandiri Tbk

Meskipun alasan pemergeran keempat bak tersebut tidak secara ekspilisit dinyatakan
secara jelas, namun sebenarnya alasan merger bank arahnya dapat diduga. Bank-bank yang
telah melakukan merger tersebut dengan sendirinya jumlah aset dan modal bank yang
dimiliknya akan menjadi besar. Sebagai contoh. Bank Mandiri yang merupakan bank hasil

16
merger antara empat bank pemerintah yaitu Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank
Exim, dan Bank Pembangunan Indonesia. Disamping menambah total aset dan modalnya,
maka jumlah nasabah yang dapat dilayaninya serta jumlah kantor cabang dari hasil merger
bank tersebut juga semakin meningkat.

Sementara itu dengan adanya merger bank tersebut diharapkan akan dapat
meningkatkan efisiensi kerja melalui pengurangan berbagai aktifitas yang sama yang ada
dalam bank. Sebagai konsekuensinya, harus ada kerelaan untuk melakukan perampingan
karyawan dalam berbagai tingkatan atau posisi. Munculnya bank baru hasil merger, Bank
Mandiri misalnya diperkirakan sekitar ribuan karyawan dengan terpaksa dan berat hati harus
dirumahkan atau memperoleh kesempatan pensiun lebih cepat. Untuk mengantisipasi hal
tersebut tentunya jauh hari sudah memperoleh perhatian dengan seksama, seperti
memberikan berbagai bentuk pelatihan yang memungkinkan mereka yang akan dirumahkan
tersebut untuk mampu mandiri plus bekal permodalan untuk membuka usaha baru bagi
kelangsungan hidupnya.

Sedangkan menganai peran manajerial dalam bank hasil merger diharapkan akan
dapat menghasilkan suatu efsiensi dan peningkatan kinerja (performance) secara optimal
melalui penempatan tenaga-tenaga profesional perbankan yang dimiliki oleh masing-masing
bank hasil merger. Dalam hal ini, penempatan terhadap tenaga-tenaga profesional dalam
bidangnya masing-masing tersebut hendaknya dilakukan berdasarkan bukan saja dari sisi
profesionalisme, tetapi juga perlu memperhatikan prinsip-rinsip keadilan, kebersamaan, dan
keterbukaan (transparansi) bagi semua pihak.

Kondisi Bank Setelah Di Merger Menjadi Bank Mandiri

Bank Mandiri merupakan hasil merger antara Bank Bumi Daya (BBD), Bank Dagang
Negara (BDN), Bank Pembangunan Indonesia, Bank Expor Impor. Hasil merger keempat
bank ini dilaksanakan tahun 1999. Dalam proses penggabungan dan pengorganisasian ulang,
jumlah cabang Bank Mandiri dikurangi sebanyak 194 buah dan karyawannya berkurang
26.600 menjadi 17.620 . Direktur Utamanya yang pertama adalah Robby Djohan. Kemudian
pada Mei 2000, posisi Djohan digantikan ECW Neloe. Neloe menjabat selama lima tahun
sebelum digantikan Martowardojo akibat terlibat dugaan korupsi di Bank Tersebut.

Kini, Bank Mandiri menjadi penerus suatu tradisi layanan jasa perbankan keuangna
yang telah berpengalaman selama lebih dari 140 tahun. Masing-masing dari empat bank

17
bergabung memainkan peranan yang penting dalam pembangunan ekonomi. Pada saat ini,
berkat kerja keras lebih dari 21.000 karyawan yang tersebar di 909 kantor cabang didukung
oleh anak perusahaan yang bergerak dibidang investment banking, perbankan syariah serta
bancassurance, Bank Mandiri menyediakan solusi keuangan yang menyeluruh bagi
perusahaan swasta maupun milik negara komersil, usaha kecil mikro serta nasabah consumer.

Pada tanggal 14 Juli 2003, Pemerintah Indonesia melakukan divestasi sebesar 20%
atas kepemilikan saham di Bank Mandiri melalui penawaran umum perdana (IPO).
Selanjutnya pada tanggal 11 Maret 2004, Pemerintah Republik Indonesia melakukan
divestasi lanjutan atas 10% kepemilikan di Bank Mandiri. Bank Mandiri saat ini merupakan
bank terbesar dalam jumlah aktivas, kredit dana pihak ketiga.

Kinerja Bank Mandiri Pada Awal Merger

Menurut Agunan (2003), dari hasil analisis terhadap kinerja keuangan dan tingkat
efisiensi Bank Mandiri dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja usaha Bank Mandiri sebelum
Merger menunjukan Bank pemerintah yang tidak sehat. Hal tersebut dapat diketahui dari
tingkat pencapain ROA, ROE, DER, DTAR yang menunjukan keempat Bank BUMN dalam
kondisi bangkrut, dimana utang yang dimiliki telah melebihi modal beribu-ribu kali.
Disamping itu, perbandingan utang terhadap aktivas sangat buruk yaitu jumlah utang yang
dimiliki tidak dapat dilunasi dengan aktiva yang ada di empat bank tersebut. Merger yang
dilakukan pemerintah terhadap empat bank yang tidak sehat merupakan pilihan terakhir
dibandingkan penutupan (likuidasi) Bank BUMN. Tujuan ini tidak lain menghindari
pengeluaran yang lebih besar lagi untuk membayar uang para deposan, mencegah terjadinya
domino effect seiring krisis ekonomi yang berlangsung, bertambahnya jumlah pengangguran.

Kinerja Bank Mandiri setelah merger tidak berdamak positif atau dapat dikatakan
tidak sehat jika dilihat dari rasio keuangan yang telah dikemukakan sebelumnya. Disamping
itu, 70% pendapatan Bank Mandiri berasal dari pendapatan bunga obligasi pemerintah, justru
pendapatan bunga dari pemberian kredit hanya sebesar 18% untuk tahun 2001. Dengan
demikian kinerja Bank selama tiga tahun tidak lebih baik dibandingkan sebelum merger.
Merger tidak selalu menciptakan efisiensi, walaupun peningkatan total aktiva dapat mencapai
skala ekonomis, belum cukup untuk menciptakan efisiensi Bank Mandiri. Sementara itu,
Bank mandiri hanya diposisi keempat apabila dilihat efisiensi relatif diantara Bank
pemerintah saat itu.

18
2.3 Implikasi Terhadap Perekonomian

Implikasi Merger Menjadi PT. Bank Mandiri Tbk terhadap Perekonomian Indonesia

Semua pihak mengakui bahwa dimensi krisis nilai tukar pada Agustus 1997 sangatlah
besar dan implikasinya sangat luas. Pengetatan likuiditas yang dilakukan Pemerintah – untuk
mengatasi depresiasi Rupiah – memberikan dampak buruk bagi perbankan dan sektor riil.
Terlebih lagi, penutupan 16 bank pada tanggal 1 November 1997, yang dimaksudkan untuk
mengembalikan kepercayaan terhadap bank, ternyata mengakibatkan keadaan yang
sebaliknya.

Kepercayaan masyarakat pada bank-bank nasional runtuh. Kekhawatiran akan


terjadinya pencabutan ijin usaha berikutnya dan tidak adanya program penjaminan simpanan
telah menyebabkan kepanikan masyarakat atas keamanan dananya di perbankan. Hal ini
mendorong masyarakat melakukan penarikan simpanan dari perbankan secara besar-besaran
dan perpindahan simpanan dari satu bank yang dipandang kurang sehat ke bank lain yang
dianggap lebih sehat

Kebijakan pemerintah dalam merestrukturisasi BUMN-BUMN yang belum dan tidak


sehat menjadi suatu pilihan agar BUMN tersebut dapat bersaing di dalam negeri dan di luar
negeri. Salah satu restrukturisasi yang dilakukan adalah melakukan merger empat bank
pemerintah (BBD, BDN, EXIM, Bapindo) menjadi satu bank yaitu Bank Mandiri. Harapan
pemerintah dengan adanya merger tersebut adalah Bank Mandiri dapat beroperasi sebagai
intermediary financial yang mendukung kegiatan sektor riil di Indonesia. Tapi yang perlu
dipertanyakan, apakah merger tersebut membawa dampak yang baik terhadap kinerja
keuangan Bank Mandiri khususnya pada kinerja pada profitabilitas.

Setelah selesainya proses merger, Bank Mandiri kemudian memulai proses


konsolidasi, termasuk pengurangan cabang dan pegawai. Selanjutnya diikuti dengan
peluncuran single brand di seluruh jaringan melalui iklan dan promosi.

Pada saat setelah mengalami merger, bank mandiri meningkatkan kinerja


perusahaannya dan mampu menyelamatkan industri perbankan di Indonesia dari krisis yang
terjadi ditahun 1998. Sehingga tidak ada pembekuan operasi yang dilakukan pemerintah dan
masyarakat kembali mempercayai perbankan sebagai salah satu alternatif pinjaman dana dan
penyimpanan aset yang terpercaya.

19
Implikasi Kasus Kartel Terhadap Perekonomian

Pada kenyataannya banyak kasus kartel terjadi di Indonesia, beberapa kasus


terungkap dan mendapat hukumuan, namun adapula yang ditolak oleh Mahkamah Agung.
Walaupun telah merugikan perekonomian keberadaan kartel sulit untuk dibuktikan.
Rekomendasi kebijakan yang diambil Pemerintah harus meningkatkan dan memperkuat
peran, kapasitas, serta wewenang KPPU, salah satu caranya adalah meninjau kembali pasal
yang tercantung dalam UU No. 5 Tahun 1999 dan merevisi ketentuan yang membatasi
perlaksanaan tugas KPPU.

Implikasi Kasus Kolusi “Citibank Akui Ada Kolusi di Kasus Malinda”

Kasus pembobolan dana nasabah Citibank membuat kisruh berbagai pihak. Aksi
saling tuduh menuduh atas kelalaian masing-masing pihak terus berlangsung. Kini standart
operational procedure (SOP) Bank-bank di Indonesia mulai dipertanyakan. BI sendiri menilai
kasus pembobolan dana nasabah Malinda Dee merupakan bentuk kolusi yang dilakukan.
Oleh sebab itu, bank sentral berkilah kasus kolusi di industri perbankan tidak akan bisa
terdeteksi menggunakan sistem dengan teknologi canggih apapun.

Kalangan perbankan harus mampu membangun sistem dan lingkungan kontrol yang
baik, sehingga setiap bentuk dan keinginan untuk membobol bank akan dapat terdeteksi
secara dini. Internal kontrol yang perlu dibangun adalah yang built-in seiring dan sejalan
dengan transaksi yang dilakukan nasabah. Dengan demikian, setiap bentuk fraud atau
tindakan amoral lainnya akan dapat dicegah atau kalaupun sudah terjadi, dapat dieliminasi,
sehingga kerugian yang muncul dapat tereduksi sekecil mungkin. Tantangannya adalah
membangun sistem built in control, sehingga setiap transaksi yang terjadi senantiasa dapat
terawasi dengan baik, tanpa harus melampaui beberapa hari, sehingga terjadi akumulasi
kerugian yang demikian besar.

Pertama, dalam setiap transaksi perbakan harus diawasi oleh minimal satu atau lebih
supervisor, sehingga setiap transaksi tidak dapat dilakukan hanya oleh seorang petugas bank.
Dalam kalangan perbankan sudah dikenal adanya istilah dual control atau bahkan triple
control, untuk mengontrol jalannya sebuah transaksi. Bagian operasional, misalnya, tidak bisa
merangkap bagian customer service, karena keduanya saling melakukan fungsinya dual
control. Tak aneh, kalau dalam pengucuran kredit muncul istilah komite kredit cabang (KKC)
yang menggambarkan proses dual control itu.

20
Dalam transaksi real time gross setlement (RTGS) untuk pengiriman uang di atas Rp
100 juta, misalnya, selama ini sudah dibangun sistem kontrol ganda yang melibatkan tiga
pihak yang berbeda, yakni bagian construct (pelaksana penginputan data), kemudian
supervisor I bagian pre-approval dan supervisor ke II final-approval (pejabat bank yang
berbeda). Dengan demikian, apabila ada kesalahan yang menuju ke tindak kejahatan,
sebenarnya bisa dicegah sejak dini. Oleh sebab itu, apabila fungsi semacam ini belum ada di
sebuah cabang, perlu dilakukan dan kalau sudah ada perlu dipertajam lagi.
Kedua, seiring dengan terbentuknya sistem kontrol tersebut, perlu dibentuk tim audit internal,
yang senantiasa mampu mengawasi setiap transaksi harian yang dilakukan petugas bank.
Dalam kalangan perbankan dikenal dengan sebutan satuan kerja audit internal (SKAI). Ke
depan, setiap kantor cabang sebuah bank, idealnya dilengkapi dengan petugas SKAI,
sehingga setiap bentuk kejahatan akan dapat tercium dan terdeteksi secara dini, tanpa harus
berlangsung berhari-hari, bahkan berbulan-bulan, sehingga akumulasinya akan semakin
membesar. Tim ini langsung di bawah kantor pusat, sehingga tidak memiliki kepentingan
dengan target-target cabang dan obyektif.

Tugas utama SKAI adalah mengecek kebenaran dan keakuratan transaksi yang terjadi
pada hari itu. Jadi, semua transaksi yang mulai dari start of day hingga end of day diperiksa
kebenaran dan keabsahannya. Jika ada yang mencurigakan dan aneh, petugas SKI bisa
langsung menelusurinya pada hari berikutnya tanpa harus menunggu beberapa hari. Petugas
SKAI tidak berada di bawah Kepala Cabang, namun bertanggung jawab langsung kepada
direksi. Dengan demikian, indepensinya tidak perlu diragukan lagi. SKAI pada dasarnya
kepanjangan tangan audit Kantor Pusat di kantor cabang.

Dengan terbentuknya pengawasan yang built-in tersebut, maka pengawasan eksternal


(baik dari kantor pusat maupun dari BI) hanyalah sebagai kontrol sekunder. Toh, pengawasan
eksternal ini juga tidak bisa efektif dilakukan setiap hari, paling dilakukan secara acak.
Kendati demikian, BI sebagai otoritas pengawas perbankan tetap harus lebih meningkatkan
frekuensi pengawasannya terhadap bank-bank, baik kualitas maupun kuantitasnya ke semua
cabang. Sehingga, sistem pengawasan berlapis (ganda) akan tercipta dengan sinergis. Kalau
ini yang terjadi, berbagai tindakan nakal dan amoral (baik dari nasabah maupun dari kalangan
internal) akan bisa dikurangi secara drastis. Dengan adanya kasus pembobolan dana yang
sering terjadi di perbankan Indonesia di harapkan dapat segera teratasi sehingga industri
perbankan dapat selalu percaya oleh masyarakat dan mendukung perkembangan
perekonomian Indonesia.

21
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perilaku perusahaan atau individu melakukan kolusi, kartel, dan merger dengan
beberapa alasan. Namun hal yang paling utama adalah ingin mendapatkan keuntungan
maksimal atas usaha yang dilakukan. Contoh kasus kolusi yang diangkat pada makalah ini
menggambarkan bahwa kolusi terjadi untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan dapat
dilakukan secara bersamaan. Kolusi ini merupakan tindakan negatif yang seharusnya tidak
dilakukan, dan dalam pembuktiannya sulit dilakukan.

Perusahaan melakukan merger dengan tujuan tertentu tapi dengan harapan dapat
memperbaiki kondisi keuangan perusahaannya dari masalah yang ada. Merger juga
diharapkan dapat membantu industri yang sedang terpuruk dengan bantuan perusahaan lain
dalam bentuk penggabungan. Walaupun faktanya tidak semua hasil merger menjadi
perusahan dengan kinerja yang lebih baik.

Kartel yang dilakukan oleh perusahaan dalam penetapan harga tentu dapat merugikan
konsumen untuk itu perlu kebijakan untuk mengurangi tindakan kartel harga yang dilakukan
secara sepihak. Selain itu dibutuhkan sanksi yang tegas kepada pelanggar agar perekonomian
berjalan dengan baik.

22

Anda mungkin juga menyukai