luas dan bersifat bakteriostatik yang banyak digunakan untuk kelainan infeksi. Tetrasiklin
yang luas terhadap bakteri gram positif dan gram negatif. Resistensi silang dapat terjadi
minosiklin dan doksisiklin 95-100%. (Yagiela et al, 2011) Absorbsinya dipengaruhi oleh
Tetrasiklin secara luas didistribusi ke seluruh tubuh melalui cairan tubuh dan
dimetabolisme dihati, dengan konsentrasi tinggi (3-5 kali serum level) di metabolism di
mencegah ikatan aminoasil t-RNA dengan ribosomal bakteri. Tetrasilin ini dalam
mekanismenya akan berikatan dengan ribosomal 30S subunit dan protein 7 pada16S
rongga mulut yang disebabkan oleh bakteri campuran bakteri aerob dan bakteri anaerob.
Tetrasiklin juga memiliki efek yang baik terhadap terapi infeksi jaringan periodontal.
Sistemik tetrasiklin dapat digunakan untuk terapi periodontitis kronis pada dewasa, selain
itu efektif untuk terapi localized juvenile periodontitis (LJP). Tetrasiklin local dapat
Kontra Indikasi Tetrasiklin tidak boleh digunakan untuk wanita hamil dan
menyusui, serta anak-anak dalam proses pertumbuhan tulang dan gigi serta pasien yang
gastrointestinal seperti diare, mual, muntah, dan anoreksia. Efek lain yang mungkin
hipersensitif seperti urtikaria, angineurotic edema, nafilaksis. Bila diberikan pada anak-
anak dibawah usia 8 tahun dapat menimbulkan terjadinya diskolorisasi gigi. (Yagiela et
al, 2011)
memiliki mekanisme kerja menghambat sintesis dinding sel bakteri karena dapat
menyebabkan terjadinya penurunan efek insulin dan mempengaruhi level litium dalam
minocycline), dalam format gel atau bilas, juga telah ditemukan untuk mengurangi rasa
sakit dan wabah RAS. Obat ini bertindak melalui penghambatan lokal kolagenase dan
metaloproteinase (MPs) yang merupakan bagian dari respon inflamasi dan berkontribusi
terhadap kerusakan jaringan dan pembentukan ulkus, dan terlebih lagi efek imunisasi
imun. Dari tetrasiklin yang tersedia secara komersial, doksisiklin telah menunjukkan
hambatan terbaik pada MPs. Pemberian doxycycline dosis tetap dalam format gel
selama 2-3 menit (tanpa menelan), empat kali sehari selama tiga hari. Penggunaan topikal
tetrasiklin dan asam retinoat juga memberikan efek antiinflamasi, di samping tindakan
infeksi sekunder adalah penggunaan antibiotik topikal. Obat kumur yang mengandung
tetrasiklin (melarutkan kapsul tetrasiklin terlarutkan 250 mg dalam air 5-10 mL dan bilas)
atau chlortetracycline seringkali sangat efektif dalam mengurangi rasa sakit yang
pada terapi ini, dan respons terhadap obat kumur antibiotik seringkali cepat dan lengkap.
luas untuk tujuan ini, risiko reaksi hipersensitivitas dan dorongan pertumbuhan
organisme resisten menjadi faktor yang paling penting. Infeksi sekunder lokal oleh
oportunis seperti spesies Candida mungkin menjadi masalah dan membatasi penggunaan
jangka panjang.
klortetrasiklin 250mg atau 2% pada obat kumur. Selain itu dapat juga dengan melarutkan
1 kapsul dalam 10 ml air lalu gunakan untuk berkumur selama 3-5 menit 4 kali sehari dan
Source:
Yagiela, J.A., Dowd, F.J., Neidle, E.A. 2011. Pharmacology and Therapeutics for Dentistry. 6th
Press, 2003