PENDAHULUAN
1
. Bentuknya adalah Disertasi untuk mendapat gelar Doktor di
Fakultas Dakwah dan Ushuluddin di Universitas Ummu al-Qura di
Makkah al-Mukarramah, Saudi Arabiyah. Diuji tahun 1421 H.
dan keberagamaannya. Dua karyanya yang sangat
berharga, yakni kitab “al-Umm” dalam persoalan fiqih
(hukum-hukum syari’at) dan kitab “ar-Risalah” dalam
persoalan ushul (dasar-dasar dan prinsip-prinsip
yurisprudensi Islam) menjadi bukti nyata.
1
. Kedua statement di atas ririwayatkan oleh Abu Nu’aim (9/118).
“al-qar’u” dalam al-Qur’an. Imam asy-Syafi’i
berpendapat, arti kata itu adalah “al-haidh” (masa haid).
Sedang Abu Ubaid mengatakan, maknanya adalah “ath-
thuhru” (masa suci). Ketika keduanya berpisah, masing-
masing dari keduanya membenarkan pendapat lainnya,
lantaran kuatnya dalil dan argument yang dikemukakan
oleh masing-masing dari keduanya. 1 Objektivitas yang
sungguh menawan.
1
. Disebutkan oleh as-Subki dalam kitab “ath-Thabaqaat” (2/159)
pada bahasan biografi Abu Ubaid.
a. Sebaran Madzhab Imam asy-Syafi’i.
b. Pondasi Madzhab Imam asy-Syafi’i.
c. Taubatnya Sebagian Pendaku Bid’ah.
d. Beberapa Pelajaran Penting
III. Metode Pelajari Aqidah Imam asy-Syafi’i.
a. Referensi Aqidah Imam asy-Syafi’i.
b. Urgensi Meniti Metode yang Tepat
Kedua: Prinsip-prinsip Beraqidah Imam asy-Syafi’i.
I. Komitmen Terhadap Nash dan Makna Dzhahir
a. Komitmen Pada Nash
b. Komitmen pada Makna Dzhahir.
II. Sikap Para Murid Imam asy-Syafi’i.
Ketiga: Aqidah Imam asy-Syafi’i
Pengantar
I. Tauhid Menurut Imam asy-Syafi’i.
a. Makna Tauhid
b. Syarat-syarat Tauhid
c. Tauhid Kewajiabn Pertama
II. Syirik dan Pengaruhnya
Peringatan Penting
a. Makna Syirik
b. Penyebab Terjatuh Dalam Syirik
c. Ragam dan Contoh Syirik
1. Dalam Do’a dan Sujud
2. Pada Sembelihan
3. Saat Thawaf
d. Tabarruk Terlarang
Keempat: Tentang Ibadah
I. Makna Ibadah
II. Sumber dan Landasan Ibadah
III. Kecaman Ibadah Menyimpang
BAHASAN PERTAMA
B. Tumbuh Kembang
1
. Lihat beberapa referensi tentang biografi imam asy-Syafi’i yang
disebutkan dalam bukuku sebelumnya. (Juhud asy-Syafi’i, hal 12-13).
Di saat keilmuannya sudah diakui mumpuni dan
berstatus mufti (berhak berfatwa), beliau pindah ke
Madinah dan belajar dari para ulama di sana. Di antaranya
yang paling terkenal adalah Imam Malik, sosok ulama
paling terpandang.
1
. Lihat beberapa referensi tentang madzhab imam asy-Syafi’i yang
disebutkan dalam bukuku sebelumnya. (Juhud asy-Syafi’i, hal 14-19)
yang jumlahnya mencapai 17 disertai catatan kaki.
lagi dengan banyaknya kaum terpelajar yang menimba
ilmu di Baghdad sebagai pusat ilmu dan peradaban saat
itu.
1
. Disebutkan oleh Ibnu Taimiyah dalam kitabnya “Dar’u Ta’arudhi
al-’Aqli wa an-Naqli” (8/59) tanpa menyebut nama orang itu.
BAHASAN KEDUA
Prinsip-prinsip Beraqidah Imam asy-Syafi’i.
1
. Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim (9/105).
2
. Ibid, (9/105).
muslim untuk sadar dan yakin bahwa kewajiban taat
tersebut hanya dilakukan kepada Rasulullah saw.
1
. Ibid, (198-199).
2
. Diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam kitab “al-Manaqib” (1/472,
lihat pula kitab “al-Majmu’” (1/63).
Dikisahkan, usai imam asy-Syafi’i menyebutkan
sebuah hadits, tetiba ada seseorang yang menyanggahnya
sembari berucap; apakah engkau ikuti hadits? beliau
jawab: “Ketahuilah oleh kalian, jika ada hadits yang
shahih menurutku lantas aku tidak mengikutinya, berarti
akal sehatku sudah hilang.”1
1
. Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim (9/106).
2
. Ibid, (9/106).
3
. Ibid, (9/106-107).
dengan pendapatku, maka aku anulir pendapatku itu dan
aku ikuti yang disebutkan hadits Rasulullah saw.”1
1
. Ibid, (9/106-107).
2
. Ibnu Hajar menyebutkannya dalam kitab “Fathu al-Bari” (5/113)
ketika beliau mensyarah hadits no. 2435, “Jangan seseorang memeras
susu hewan ternak orang lain tanpa seizing pemiliknya.”
Rasulullah saw. Karena tidak dibenarkan seseorang
berpendapat yang bertentangan dengan sunnah Rasulullah
saw sebagaimana telah ditegaskan Allah swt.”1
1
. Kitab “al-Umm” (2/228).
2
. Ibid, (2/158).
walau masih di batangnya selama hadits (Anas) tersebut
dijamin shahih.”1
1
. Ibid, (3/67).
2
. Ibid, (2/102).
3
. Ibid, (6/116).
4
. Kitab “al-Mukhtashar” karangan al-Muzani, hal 103.
5
. Kitab “al-Umm” (2/95)
6
. Ibid, (6/117).
orang yang berhijamah (berbekam), 1 dan masih banyak
persoalan-persoalan syariat lainnya.
1
. Ibid, (2/97).
B. Komitmen pada Makna Dzhahir.
1
. Halaman 580.
Maksudnya, seseorang dilarang keras memaknai
teks ayat di luar dari makna zhahirnya (tersurat) tanpa
ditopang oleh dalil yang shahih.
1
. Kitab “ar-Risalah” (hal 534-535).
Kewajiban memaknai ayat al-Qur’an berdasarkan
makna tersuratnya juga diberlakukan pada sunnah dan
hadits Rasulullah saw.
1
. Ibid, (hal 322).
2
. Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim (9/105).
kepada para sahabatnya, serta yang diajarkan para sahabat
kepada generasi salaf setelah mereka.
1
. Lihat kitab “al-Majmu’” (1/63-64).
Setelah itu, beliau mengatakan, “Imam asy-Syafi’i
pernah menyatakan, apabila kalian menemukan hadits
shahih dari Rasulullah saw maka tinggalkanlah
pendapatku dan ikutilah hadits tersebut. Karena hadits
itulah yang ku ambil sebagai pendapatku.”1
1
. Lihat kitab “Thabaqatu al-Fuqaha’ asy-Syafi’iyah” karangan Ibnu
ash-Shalah, (2/681-682).
2
. Lihat kitab “Thabaqatu asy-Syafi’iyah” karya as-Subki (6/138).
3
. Beliau sebutkan dalam kitab “Shahih”nya (1/313-314) lalu
menjelaskan lebih panjang di (1/316-317).
oleh siapapun yang menginginkannya. Namun, perlu saya
tegaskan, imam asy-Syafi’i melarang keras bertaklid pada
pendapatnya atau bertaklid pada pendapat orang lain.
Hendaknya setiap orang memilih yang terbaik untuk
agama dan dirinya.”1
1
. Kitab “al-Mukhtashar” (hal 1).
2
. Kitab “Juhudu asy-Syafi’iyah” (hal 18), catatan kaki (no 2).
Muzani mengumpulkan pendapat imam asy-Syafi’i yang
berserakan itu lebih banyak manfa’atnya bagi ummat.”1
1
. Kitab “al-Manaqib” (2/347-348).
2
. Disebutkan oleh as-Subki dalam kitabnya “ath-Thabaqaat”
(2/136).
pendapat berbeda dengan imam asy-Syafi’i, namun tidak
mengeluarkan mereka dari kelompok sahabat asy-
Syafi’i.”1
1
. Dinukil oleh as-Subki dalam kitabnya “ath-Thabaqat” (2/136).
2
. Kitab “Thabaqatu al-Fuqaha’ asy-Syafi’iyah” (1/277-278).
2. al-Baghawi penulis kitab “at-Tahdzib” berbeda
pendapat dengan pendapat yang ditetapkan oleh madzhab
Syafi’iyah dalam banyak persoalan, sebagaimana di
sebutkan penulis kitab “al-Madkhal li Syarhi as-
Sunnah.”1
1
. Lihat hal 268 dan seterusnya.
2
. Disebutkan oleh Ibnu katsir dalam kitab “Tafsir”nya (1/294).
3
. Kitab “Ahkamu al-Qur’an” (1/60).
4
. Kitab “Ma’alimu as-Sunan” (1/184 dan 188).
5. Ibnu Daqiq al-‘Ied memilih bahwa peristiwa
Fathu Makkah (penaklukan kota Makkah) dilakukan
dengan cara refresif. Berbeda dengan pendapat imam asy-
Syafi’i yang mengatakan Fathu Makkah dilakukan
dengan cara damai. 1
1
. Kitab “Ihkamu al-Qur’an” (hal 460).
2
. Lihat kitab “Qawaidu al-Ahkam” (1/39).
BAHASAN KETIGA
Pengantar
A. Makna Tauhid1
1
. Silahkan merujuk pada nukilan perkataan imam asy-Syafi’i tentang
makna tauhid dalam kitab “Juhudu asy-Syafi’iyah”, tepatnya pada
bahas pertama; Makna Tauhid Menurut Syariat, (hal 33-56). Jumlah
perkataan imam asy-Syafi’i dan para ulama madzhab Syafi’iyah
mencapai 50 perkataan.
manusia hingga mereka mengucapkan la ilaha illallah
(tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah swt),
siapapun yang rela hati mengucapkannya, maka harta dan
hidupnya terjaga, Jika mereka melanggar syariat Allah
swt, mereka yang akan mempertanggungjawabkannya.
Jadi, yang menjamin hak hidup dan keamanan harta
benda, itulah hakikat tauhid.”
1
. Silahkan perhatikan semua nukilan yang dimaksud dalam kitab
“Juhudu asy-Syafi’iyah” pada Bahasan Kedua; Makna La Ilaha
Illallah, (hal 57-82). Pada bahasan tersebut saya sebutkan 65 nukilan
dari imam asy-Syafi’i juga dari para murid-muridnya.
Termasuk yang menarik perhatian adalah tafsir ar-
Razi terhadap firman Allah swt: “Dan ilah (Tuhan) kalian
adalah ilah yang esa.” (Qs; al-Baqarah: 163). Beliau
mematahkan pemahaman para sahabatnya dahulu dari
kalangan ahli kalam yang membatasi makna al-ilah hanya
berkisar mada al-qadir (berkuasa). Beliau menegaskan,
makna al-ilah adalah al-ma’buud (yang berhak
disembah).
1
. Silahkan perhatikan semua nukilan yang dimaksud dalam kitab
“Juhudu asy-Syafi’iyah” pada Bahasan Ketiga; Syarat-syarat La Ilaha
Illallah, (hal 85-111). Pada bahasan tersebut saya sebutkan 70 nukilan
dari imam asy-Syafi’i juga dari para murid-muridnya.
meyakini kenabian Muhammad saw, mak itu belum
cukup hingga mereka juga meyakini kalau dinu
Muhammad saw (agama Islam) adalah yang benar dan
satu-satunya yang wajib diikuti. Sembari berlepas diri dari
semua ajaran yang menyelisihi agama Islam.
1
. Disebutkan, banyak ulama yang pernah bertemu dengan kelompok
ahli kitab seperti itu bahkan mereka pun telah menetapkan fatwa
hukum atas mereka, di antara mereka, ada Ibnu Hazam, Ibnu
Taimiyah dan Ibnu Qayyim al-Jauziyah. Bahkan Ibnu Qayyim sering
berdebat dengan mereka.
mengislamkan mereka. Mereka diwajibkan memnuhi
syarat lain sebagaimana yang telah beliau sebutkan di
atas.
1
. Silahkan perhatikan semua nukilan yang dimaksud dalam kitab
“Juhudu asy-Syafi’iyah” pada Bahasan Keempat; Tauhid, Dakwah
Pertama Para Rasul, (hal 113-151). Pada bahasan tersebut saya
sebutkan 57 nukilan dari imam asy-Syafi’i juga dari para murid-
muridnya.
ajak mereka mengucapkan dua kalimat syahadat
(persaksian bahwa tidak ada dzat yang berhak disembah
kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah). Jika
mereka mengikuti ajakanmu itu, maka sampaikan kepada
mereka bahwa Allah wajibkan mereka mendirikan shalat
lima kali dalam sehari semalam.”
1
. Kitab “Siyaru A’lami an-Nubala’” karangan adz-Dzahabi (10/548).
‘Abbas, beliau menegaskan: “Sesungguhnya Allah swt
mengutus Muhammad saw untuk mengajak manusia
mengucapkan syahadat. Setelah mereka bersyahadat,
Allah swt tambah dengan diperintah mendirikan shalat.
Sesudah mereka menerimanya, Allah swt tambah dngan
perintah puasa, setelah mereka terima itu, Allah swt
tambah dengan kewajiban bayar zakat, setelah mereka
menerimanya, Allah swt tambah dengan kewajiban
menunaikan haji.
1
. Kitab “Jami’u al-Bayan” (15/65).
Menurut beliau, diterima atau tidaknya semua
amalan seseorang sangat ditentukan oleh kalimat tauhid.
Karena, itulah kewajiban pertama yang wajib ditunaikan
seorang hamba sebelum kewajiban-kewajiban lainnya.
1
. Diriwayatkan oleh Abdullah dalam kitab “as-Sunnah” 92/376).
perintah mengimani semua yang datang dari Allah
tabaraka wata’ala.”
1
. Lihat kitab “Jami’u al-Bayan” (13/50-52).
2
. Silahkan perhatikan semua nukilan yang dimaksud dalam kitab
“Juhudu asy-Syafi’iyah” pada Bahasan Pertama pada Sub Kedua;
Pengakuan Orang Kafir Terhadap Tauhid al-Ma’rifah, (hal 157-172).
Pada bahasan tersebut saya sebutkan 33 nukilan, sebagiannya
disebutkan di sini dengan tambahan nukilan perkataan al-Ajurri.
dimaksudkan ditegaskan Allah swt dalam firman-Nya:
“Dan jika engkau tanya mereka, siapa yang menciptakan
mereka, mereka pasti menjawab Allah.” (Qs; az-Zukhruf:
87). Jadi, sebatas pengakuan akan adanya Allah swt
belum cukup membuat seseorang jadi muslim apalagi
beriman. Karena pengakuan seperti merupakan “fitrah”
(bawaan) setiap individu.
1
. Kitab “asy-Syari’ah” (hal 138).
bentuk kecaman dan hinaan terhadap mereka sekaligus
penegasa atas kebebalan mereka.
Peringatan Penting
Sebelumnya melanjutkan bahasan ini lebih detail,
perlu disebutkan keterangan penting yang diutarakan as-
Suwaidi, seorang ulama Iraq terpandang di abad 13 H.
1
. Kitab “al-‘Iqdu ats-Tsamin” (hal 19).
2
. Diriwayatkan oleh imam Muslim, (no. 1844) bahwasanya
Rasulullah saw bersabda: “Sungguh kondisi ideal ummat hanya
dirasakan di masa-masa awalnya. Sementara ummat di masa-masa
akhir akan ditimpa bala’ (petaka) dan segala yang tak
mengenakkan.”
para ulama salaf tidak banyak membahas persoalan syirik.
Faktor utamanya, karena memang syirik tidak ditemukan
di kehidupan mereka.
1
. Kitab “al-Umm” (1/278).
tersebut belum ditemukan di masanya. Andaikan sudah
ditemukan, niscaya kekawatirannya tidak diperuntukkan
untuk orang-orang di masa mendatang. Namun, beliau
akan tegas menetapkan hukumnya serta hukum orang-
orang yang terjebak di dalamnya.
1
. Kitab “at-Tauhid” 1/400-402).
A. Makna Syirik 1
1
. Silahkan perhatikan semua nukilan yang dimaksud dalam kitab
“Juhudu asy-Syafi’iyah” pada Bahasan Pertama; Penjelasan tentang
hakikat Syirik, (hal 415-423). Pada bahasan tersebut saya sebutkan 26
nukilan dari imam asy-Syafi’i juga dari para murid-muridnya.
dari kesyirikannya. Dan tidak lagi menduakan Allah swt
dalam ibadahnya.
1
. Silahkan perhatikan semua nukilan yang dimaksud dalam kitab
“Juhudu asy-Syafi’iyah” pada Bahasan Kedua; Sebab-sebab Syirik,
(hal 425-434). Pada bahasan tersebut saya sebutkan 28 nukilan dari
imam asy-Syafi’i juga dari para murid-muridnya. Sebagiannya
disebutkan di bab ini.
ajaran baru yang tidak disyariatkan Allah swt. Mereka
inilah yang menyembah patung dan berhala terbuat dari,
kayu dan lainnya, yang mereka ciptakan sendiri.
1
. Silahkan perhatikan semua nukilan yang dimaksud dalam kitab
“Juhudu asy-Syafi’iyah” pada:
(Bahasan Pertama; Syirik Dalam Do’a, (hal 443-453). Pada bahasan
tersebut saya sebutkan 26 nukilan.
(Bahasan Kedua; Syirik Dalam Sujud, (hal 461-472). Pada bahasan
tersebut saya sebutkan 29 nukilan.
(Bahasan Ketiga; Syirik Dalam Sembelihan, (hal 473-483). Pada
bahasan tersebut saya sebutkan 29 nukilan.
(Bahasan Keempat; Syirik Dalam Thawaf, (hal 484-493). Pada
bahasan tersebut saya sebutkan 24 nukilan.
mereka menganjurkan kaum muslimin untuk berhati-hati
agar tidak terjatuh di dalamnya. Tak lupa mereka juga
jelaskan hukum jika seseorang terjatuh ke dalamnya. Di
antaranya adalah;
1
. (hal 56).
2
. HR. al-Bukhari, no. 3445
tidak ingin kalian memosisikanku melebihi ketetapan
Allah swt.”
1
. HR. Ahmad (3/241, 249) dan selainnya.
dalam diri mereka kepada Rasulullah untuk menjelaskan
agama Allah swt kepada mereka.”
1
. Lihat “Tafsir Ibnu Katsir” (2/364).
Al-Baidhawi menafsirkan firman Allah swt:
“Dialah tempat meminta setiap yang ada di langit dan di
bumi.” Mengatakan, setiap makhluk sangat
membutuhkan Allah swt, untuk memenuhi kebutuhan diri
dan semua urusan serta kepentingan mereka.
1
. Kitab “Anwaru at-Tanzil” (5/110).
kemudian hari, atau bergantung pada makhluk yang
hampir punah.
1
. Semua yang dinukil dari imam asy-Syafi’i dan ulama lainnya terkait
tempat bertawaf dan korelasinya dengan ibadah hingga nukila dari
an-Nawawi dan Ibnu Jama’ah dapat ditela’ah di kitab “Juhudu asy-
Syafi’iyah”, tepatnya pada Persoalan Kelima: Thawaf (hal 377-388).
Di dalamnya terdapat 48 nukilan dari imam asy-Syafi’i dan ulama
lainnya. Di antaranya disebutkan di bahasan ini.
Sementara penduduk Madinah tidak bisa
melakukan thawaf. Karena itu, mereka ganti dengan 4
tarwihat tambahan. Harapannya 4 tarwihat tersebut
sepadan dengan 4 thawaf yang dikerjakan penduduk
Makkah.1
1
. Nukilan ini dan ukilan-nukilan selanjutnya terkait syirik dalam
thawaf disebutkan dalam persoalan tersendiri di Bahasan Ketiga buku
“Juhudu asy-Syafi’iyah”.
untuk disebutkan secara tersendiri akibat ajaran syariat
yang terasa sudah asing dan menyebarnya ketidaktahuan
terhadapnya.
D. Tabarruk Terlarang. 1
1
. Silahkan perhatikan semua nukilan yang dimaksud dalam kitab
“Juhudu asy-Syafi’iyah” pada Bahasan Keenam; Tabarruk Terlarang,
(hal 581-595). Pada bahasan tersebut saya sebutkan 37 nukilan dari
imam asy-Syafi’i juga dari para murid-muridnya. Sebagiannya
disebutkan di bab ini.
Tidak dipungkiri kalau setiap manusia selalu
semangat mencari berkah. Syariat Islam melarang dua
cara mencari berkah, yakni;
Tentang Ibadah
1
. Silahkan perhatikan semua nukilan yang dimaksud dalam kitab
“Juhudu asy-Syafi’iyah” pada Bahasan Kedua; Definisi Ibadah, (hal
192-202). Pada bahasan tersebut saya sebutkan 29 nukilan dari imam
asy-Syafi’i juga dari para murid-muridnya. Sebagiannya disebutkan
di bab ini.
besar. Yakni; ketaatan dalam bentuk melakukan perintah
dan ketaatan dalam bentuk meninggalkan larangan.
1
. Telah saya jelaskan dalam kitab “Juhudu asy-Syafi’iyah” tentang
detail bentuk-bentuk ibadah zhahirah (fisik) dan jenis-jenis ibadah
bathinah (hati) menurut imam asy-Syafi’i dan ulama lainnya.
Ditambah dengan penjelasan mereka tentang syarat-syarat sah
ibadah. Bagi yang membutuhkan, silahkan merujuk ke pandangan
mereka pada (hal 209-404). Dimana di antara ibadah bathinah yang
disebutkan adalah, al-mahabbah (cinta), al-khauf (takut dan kawatir),
ar-raja’ (perngahrapan), at-tawakkul (tawakkal), ash-shabru (sabar)
dan at-taubah (taubat).
Kemudian ibadah zhahirah yang disebutkan, di antaranya; adz-dzikru
(mengingat Allah swt), ad-du’a (do’a), adz-dzabhu (sembelihan) an-
nadzaru (nadzar) dan ath-thawafu (tawaf).
Disebutkan pula perkataan mereka terkait syarat-syarat sah ibadah
yang jumlahnya mencapai 100 nukilan.
2
. (Hal 217).
Beliau sebutkan, bahwa ibadah sekaligus cara
menunaikannya hanya bisa diketahui dari dua sumber,
yakni al-qur’an al-adzhim (al-qur’an yang agung) dan
sunnatu an-nabiyyi al-karim (sunnah Nabi yang mulia).
1
. Lihat (hal 6/203).
Kadang pula, beliau menerima itu dan
menganggapnya sebagai ketaatan kepada Allah swt.
Keputusan seperti ini hanya boleh dilakukan oleh
Rasulullah saw. Karena Allah swt telah memilihnya
mengemban wahyunya.
1
. Lanjutan perkataan beliau menyebutkan: “jika dikatakan, bukankah
sebagian orang memakan al-hauts (hati) tanpa diketahui Rasulullah
saw. Jadi mereka tidak punya dalil? Jawabnya: bahwa itu diposisikan
sebagai kodisi darurat. Mereka didesak oleh keadaan. Sekalipun
mereka juga tidak yakin status kehalalannya. Tidakkah engkau tahu
Yang beliau inginkan dari penjelasan ini adalah,
membedakan dua kondisi yang berbeda. Yang pertama,
terjadi di masa rasulullah saw. Beliau masih ada di
tengah-tengah sahabatnya. Sedang kasus yang kedua,
terjadi setelah Rasulullah saw wafat.
1
. Kitab “al-Umm” (3/95).
Kecaman imam asy-Syafi’i terhadap mereka yang
lebih memilih perbuatan bid’ah ketimbang sunnah
Rasulullah saw jumlahnya sangat banyak. Utamanya yang
terkait dengan debatnya melawan ahli kalam yang
linglung dalam persoalan sifat-sifat ilahiyah. Apalagi
mereka yang bingung memahami sifat kalam bagi Allah
swt.
1
. Lihat kitab “Maqalaatu al-Islamiyyin” (1/339-340)
dibuat oleh kaum zindiq. Dengannya mereka melalaikan
manusia dari al-qur’an.”
1
. Disebutkan oleh pengarang kitab “Lisanu al-Arab” (5/5).
karangan al-Baihaqi, kitab “al-Hilyah” karangan Abu
Nu’aim, kitab “Adab” karangan Ibnu Abi Hatim dan kitab
“al-‘Uzlah” karangan al-Khaththabi. Beliau mengatakan;
“Madzhab at-tashawwuf dibangun di atas sifat malas.”
Perkataannya yang lain. 1
1
. Lihat di kitab “al-Hilyah” karangan Abi Nu’aim (9/137), kitab
“Adabu asy-Syafi’i” (hal 271-272), dan kitab “al-Manaqib” karanagn
al-Baihaqi (2/63-64). Lihat tambahannya dalam kitab “Talbisu Iblis”
karangan Ibnu al-Jauzi (hal 320 dan 341).
tahu kalau bau itu bersumber dari kotoran di kumis orang
itu.
1
. Lihat kitab “al-Manaqib” karangan al-Baihaqi (hal 2/208-209) dan
dan kitab “al-‘Uzlah” karangan al-Khaththabi (hal 223).
2
. Lihat sebagiannya di buku karanganku “Karamatu al-Auliya”
(Bahasan Orang Ghuluw Terhadap Karamah, Bagian Ketiga; Debat
Sebagian Qudhat Terkait Klaim al-Kasyaf: 4- at-Tazhid fi al-Ilmi asy-
Syar’i)
benci ilmu maka tidak ada kebaikan pada orang itu. Dan
jangan jadikan dia sebagai teman dan sahabat.”1
1
. Diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam kitab “al-Manaqib” (2/144).
2
. Disebutkan oleh al-Khaththabi dalam kitab “al-‘Uzlah” (hal 224).
tidak mampu memejamkan kedua mataku, sehingga
hanya satu yang terpejam sedang yang lain tetap melihat.
1
. Lihat kitab “al-Manaqib” karangan al-Baihaqi (2/138-140).
2
. Lihat kitab “Adabu asy-Syafi’i” (hal 97) dan kitab “al-Hilyah”
(9/119).
3
. Lihat kitab “al-Manaqib” karangan al-Baihaqi (2/138).
4
. (Hal 19).
Ya Allah, kumpulkan kami bersama imam asy-
Syafi’i di surgamu yang penuh nikmat. Berikan balasan
terbaik melebih balasa terbaik yang engkau berikan
kepada para ahli ilmu, penolong sunnah Rasulullah saw.