Anda di halaman 1dari 37

FARMAKOTERAPI II

SKIZOFRENIA

Onny Ziasti F, S.Farm, M.Farm, Klin., Apt


Pharmacy, Health Faculty
Sari Mulia University
Visi dan Misi Universitas Sari Mulia

Misi
Visi 1. Menyelenggarakan pendidikan
secara profesional dan
“Menjadi Universitas berkesinambungan melalui
pendekatan pendidikan lintas
Terkemuka Dalam profesi.
Mengembangkan Nilai 2. Meningkatkan kualitas dan
mengembangkan penelitian
Potensi Kekayaan Lokal budaya dan kekayaan hayati lokal.
Untuk Menghasilkan 3. Meningkatkan kualitas pelayanan
dan pengabdian kepada
Lulusan Yang Berkarakter masyarakat melalui pendekatan
kerjasama lintas profesi.
Unggul Dan Berdaya 4. Menjalin kemitraan yang intensif
untuk menunjang terwujudnya
Saing Di Tingkat Wilayah, penyelengaraan tridharma
Nasional, Dan perguruan tinggi dan luaran yang
unggul.
Internasional Tahun 2030”

Health Faculty, Sari Mulia University


Visi dan Misi Fakultas Kesehatan

Visi Misi
1. Menyelenggarakan Pendidikan Yang
“Menjadi fakultas kesehatan yang Berkualitas Dengan Mengedepankan
Interprofessional Education (IPE) Untuk
unggul dalam Ilmu Pengetahuan, Menghasilkan Sumber Daya Manusia Yang
Teknologi dan Seni (IPTEKS) Kompeten Dan Berdaya Saing Di Bidang
Kesehatan
dengan mengembangkan potensi 2. Meningkatkan Kualitas Penelitian dan
Publikasi Ilmiah Dengan Mengembangkan
kearifan lokal untuk menghasilkan Potensi Kearifan Lokal Melalui Pendekatan
lulusan yang berkarakter, inovatif Lintas Profesi (Interprofesional
Collaboration/IPC)
dan kreatif ditingkat wilayah, 3. Menyelenggarakan Kegiatan Pengabdian
nasional dan internasional tahun Kepada Masyarakat Dengan
Mengaplikasikan IPTEKS Melalui
2030” Pendekatan Kerjasama Lintas Profesi
4. Menjalin Kerjasama Dengan Masyarakat,
Institusi Pendidikan, Dan Pemerintah Di
Tingkat Wilayah, Nasional, Maupun
Internasional.

Health Faculty, Sari Mulia University


Visi dan Misi Prodi Farmasi

Visi Misi
“Menjadi program studi farmasi 1. Menyelenggarakan pendidikan farmasi
yang rasional dan inovatif dengan
yang unggul di tahun 2025 dan berbasis bukti ilmiah yang berkarakter
mampu menghasilkan lulusan mandiri serta berjiwa enterpreneur
2. Mengembangkan penelitian di bidang
yang kompeten di bidang farmasi demi kemajuan ilmu farmasi
kefarmasian dengan keunggulan yang berorientasi pada kebutuhan
masyarakat
pada pharmaceutical care dan 3. Melaksanakan program pengabdian
berjiwa enterpreneur” kepada masyarakat terutama dalam
pelayanan kefarmasian sebagai bentuk
tanggung jawab sosial demi
meningkatan kualitas kesehatan
masyarakat
4. Mengembangkan kerjasama dalam
negeri maupun luar negeri guna
mendukung kegiatan tridharma
perguruan tinggi

Health Faculty, Sari Mulia University


CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa mampu memahami gejala klinis, data
laboratorium penunjang, terapi farmakologi, interaksi
obat, efek samping obat pada skizofrenia.
2. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data
subyektif dan obyektif pasien
3. Mahasiswa mampu merekomendasikan pengobatan
berdasarkan guideline dan hasil penelitian pada
skizofrenia
4. Mahasiswa mampu melakukan penilaian dan
monitoring terhadap efektifitas dan efek samping
pengobatan pada skizofrenia

Health Faculty, Sari Mulia University


Referensi

 Chisholm-Burns M.A., Schwinghammer T.L., Wells B.G., Malone P.M., Kolesar J.M.
and Dipiro J.T., 2016, Pharmacotherapy Principles and Practice, Mc Graw-Hill
Companies, New York.
 DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V., 2015, Pharmacotherapy
Handbook, Ninth Edit., McGraw-Hill Education Companies, Inggris.
 Castle, D., Copolov, D. L., Wykes, T., & Mueser, K. T. (2012). Pharmacological and
psychosocial treatments in schizophrenia. CRC Press.
 LEHMAN, Anthony F., et al. Practice guideline for the treatment of partients with
schizophrenia. American Journal of psychiatry, 2004, 161.2 SUPPL.

Health Faculty, Sari Mulia University


OUTLINE

01 Pendahuluan

02 Manifestasi Klinik

03 Terapi Farmakologi

04 Efek Samping Obat

05 Tes Laboratorium

Health Faculty, Sari Mulia University


PENDAHULUAN

Eugen Bleuler (1857-1939)

Schizophrenia
Schizo Perpecahan/Split
Phernos Mind
Gejala Primer : 4A (asosiasi, afektif, autism, ambivalensi) +
gejala sekunder : halusinasi dan waham

Health Faculty, Sari Mulia University


PENDAHULUAN

Definisi
Skizofrenia merupakan sindrom heterogen kronis yang ditandai
dengan pola pikir yang tidak teratur, delusi, halusinasi, perubahan
prilaku yang tidak tepat serta adanya gangguan fungsi psikososial

Onset

penarikan sosial secara bertahap, berkurangnya minat, perubahan


penampilan dan kebersihan, perubahan dalam kognisi, dan
perilaku aneh atau ganjil.

“people with schizophrenia are split off from reality and can’t
distinguish what is real from what is not real”

Health Faculty, Sari Mulia University


EPIDEMIOLOGI

20%-50%
penderita
Prevalensi 1 – 1,5
Skizofrenia
% dari populasi di
mencoba bunuh
dunia
diri, 10% berhasil
melakukannya.

♂: onset lebih
♀: usia puncak awal (usia puncak
onset 25-35 th, onset 15- 25 th),
hasil akhir lebih
baik lebih terganggu
oleh gejala (-)

Health Faculty, Sari Mulia University


ETIOLOGI

Teori Neurotransmitter
Hipotesis Dopamin, Serotonin (5HT), Glutamat dan NMDA, GABA,
Norepineprine, Peptida/Neurotensin. Hipotesis Dopamin (D1-D5)
 gejala positif.

Dopamin

Hipotesis yang paling banyak digunakan: adanya gangguan


transmitter sentral, yaitu terjadinya peningkatan aktivitas
dopamin sentral

Teori Lain
Biologi
Biokimia
Genetika
Faktor keluarga
Health Faculty, Sari Mulia University
PATOFISIOLOGI

Health Faculty, Sari Mulia University


PATOFISIOLOGI

• Aktivitas abnormal di reseptor


Abnormalitas dopamine (khususnya D2) diduga
dalam berhubungan dengan banyak gejala
neurotransmission skizofrenia

• Jalur Nigrostriatal
Empat jalur • Jalur Mesolimbic
dopaminergik • Jalur Mesocortical
• Jalur Tuberoinfundibular

• Reseptor dopamine yang terlibat


Reseptor adalah reseptor dopamine-2 (D2)
dopamin dijumpai peningkatan densitas
reseptor D2 pada jaringan otak
pasien skizoprenia

Health Faculty, Sari Mulia University


Patofisiologi

1. Jalur nigrostriatal: dari substantia nigra ke basal ganglia  fungsi gerakan, EPS
2. Jalur mesolimbik : dari tegmental area menuju ke sistem limbik  memori,
sikap,kesadaran, proses stimulus
3. Jalur mesocortical : dari tegmental area menuju ke frontal cortex  kognisi,
fungsi sosial, komunikasi, respons terhadap stress
4. Jalur tuberoinfendibular: dari hipotalamus ke kelenjar pituitary pelepasan
prolaktin Health Faculty, Sari Mulia University
PATOFISIOLOGI

1. Dalam jalur ini


kadar dopamin
rendah shg dianggap 2. Berperan dalam
mempengaruhi gejala positif
skizofrenia dimana
sistem terjadi kelebihan
ekstrapiramidal, dopamin
menyebabkan gejala
motorik.

4. Penurunan atau
3. Gejala negatif dan blokade
defisit kognitif pada tuberoinfundibular
skizofrenia diduga dopamin menyebabkan
disebabkan oleh kadar peningkatan kadar
dopamin mesokortikal prolaktin dan hasilnya,
yang rendah galaktorea, ammenorea,
dan penurunan libido.
1. Jalur nigrostriatal
2. Jalur mesolimbik
3. Jalur mesocortical
4. Jalur tuberoinfendibular Health Faculty, Sari Mulia University
PATOFISIOLOGI

Hipotesa Serotonin
Lysergic acid
Hipotesa Glutamat
diethylamide (LSD)
phenylciclidine dan
meningkatkan efek ketamine, dua NMDA
serotonin di otak, yang tidak kompetitif /
yang berhubungan antagonis glutamat
dengan peningkatan
ukuran ventrikular

Hipotesa Glutamat
mengarah pada
Menginduksi gejala penjelasan mengapa
seperti skizofrenia, hal pasien dengan
ini yg menunjukkan skizofrenia
bahwa reseptor NMDA menunjukkan gejala
tidak aktif di regulasi negatif, afektif, dan
normal neuron kognitif.
dopamin mesokortikal

Health Faculty, Sari Mulia University


MANIFESTASI KLINIK

Gejala Gejala Disfungsi


Positif Negatif Kognitif

 Delusi  Alogia  Gangguan perhatian


 Ucapan yg tak  Avolisi  Kerja memori
teratur
 Halusinasi  Flat affect  Fungsi eksekutif
 Gangguan  Anhedonia
perilaku  Isolasi social
 Ilusi
Health Faculty, Sari Mulia University
Kriteria Diagnosis

Kriteria diagnosis DSM-V (American Psychiatric Association) menetapkan enam


kriteria diagnostik:

A. Gejala karakteristik: dua (atau lebih) berikut, masing-masing ditemukan


untuk bagian waktu yang bermakna selama periode 1 bulan (atau kurang
jika diobati dengan berhasil):
1. Waham
2. Halusinasi
3. Bicara terdisorganisasi (misalnya, sering menyimpang atau
inkoheren)
4. Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas
5. Gejala negatif

Health Faculty, Sari Mulia University


Kriteria Diagnosis

B. Disfungsi sosial atau pekerjaan


C. Durasi
– Paling sedikit 6 bulan  1 bulan kriteria A
D. Penyingkiran gangguan skizoafektif dan gangguan mood
– Tidak ada episode depresif berat, manik, atau campuran yang telah terjadi
bersama-sama dengan gejala fase aktif; atau
– Jika episode mood telah terjadi selama gejala fase aktif, durasi totalnya adalah
relatif singkat dibandingkan durasi periode aktif dan residual.
E. Penyingkiran zat/kondisi medis umum
F. Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasif

Health Faculty, Sari Mulia University


FARMAKOTERAPI

Fase Fase stabil/


Fase Akut
Stabilisasi rumatan

Gejala psikotik yg Resiko kekambuhan tinggi Fokus: mencegah kekambuhan


membutuhkan (t.u bila obat dihentikan & memperbaiki derajat fungsi
penatalaksanaan segera, /terpapar stressor),
Fokus: menghilangkan Fokus: konsolidasi
gejala psikotik, durasi 4-8 pencapaian terapetik, durasi
mgg. 6 bln setelah pulih gejala
akut

Health Faculty, Sari Mulia University


TERAPI

NON-
FARMAKOLOGI

FARMAKOLOGI

Health Faculty, Sari Mulia University


TUJUAN TERAPI

Meringankan gejala

Menghindari efek samping

Meningkatkan fungsi dan produktivitas psikososial

Mencapai kepatuhan dengan rejimen yang ditentukan

Melibatkan pasien dalam perencanaan perawatan

Health Faculty, Sari Mulia University


NON-FARMAKOLOGI

Psikoedukasi Rehabilitasi
1.Meningkatkan pemahaman pasien 1. Terapi vokasional. pelatihan keterampilan
dan keluarga mengenai penyakit, sosial, remediasi kognitif.
gejala, pengobatan dan peran 2. Meningkatkan keterampilan dalam
keluarga bersosialisasi, menjalin relasi interpersonal,
2.Perencanaan hidup yang lebih integritas ke masyarakat dan memperoleh
realistik dan mampu laksana keterampilan kerja

Intervensi keluarga
1. Melibatkan keluarga
2. Edukasi keluarga, memperbaiki komunikasi
dalam kelurga, keterampilan penyelesaian
masalah.

Health Faculty, Sari Mulia University


FARMAKOLOGI

• APG1 disebut Antipsikotik tipikal


Mek. Kerja : Menghambat hiperaktivitas dopamine dengan memblok reseptor D2
• APG2 disebut antipsikotik atipikal
Mek. Kerja : Afinitas >> pada reseptor serotonin daripada reseptor dopamine.
Menurunkan munculnya EPS dan efektif untuk gejala negatif

Antipsikotik diklasifikasikan dalam 3 kategori:


1. Antagonis D2 tinggi dan Antagonis 5-HT2 rendah (spt APG1)
2. Antagonis D2 Menengah hingga tinggi dan Antagonis 5-HT2 tinggi (spt APG2
nonklozapin)
3. Antagonis D2 rendah dan Antagonis 5-HT2 tinggi (spt APG2-Klozapin)

Health Faculty, Sari Mulia University


APG1

Pharmacy, Health Faculty


Health Faculty, Sari Mulia University
Sari Mulia University
APG2

Pharmacy, Health Faculty


Health Faculty, Sari Mulia University
Sari Mulia University
ESO APG1

Health Faculty, Sari Mulia University


ESO APG2

Health Faculty, Sari Mulia University


Efek Samping Obat

• EPSD  dijumpai pada obat antipsikotik tipikal


• Efek antikolinergik (mulut kering, pandangan kabur, konstipasi, retensi
urin, penurunan memori)  klorpromazin
• Tardive dyskinesia  gerakan yg tidak terkontrol, terutama pada mulut,
lidah
• Efek pada kardiovaskuler (hipotensi ortostatik)  pada obat tipikal dan
atipikal
• Efek pada fungsi seksual dan endokrin
• Kejang  potensi tertinggi pada pemakaian klorpromazin atau klozapin

Health Faculty, Sari Mulia University


Efek samping Utama

• Dystonic reaction (kekejangan otot yang nyeri)


– banyak dijumpai pada obat antipsikotik potensi tinggi
– diatasi dengan obat antikolinergik (benztropin, THF, atau difenhidramin)
• Pseudoparkinsonism
– adanya blockade dopaminergik di striatum  muncul gejala mirip Parkinson
– diatasi dengan antikolinergik (benztropin) atau amantadin
• Akathisia ( tidak bisa duduk tenang, dan gerakan-gerakan yang tidak bisa
berhenti)
– paling tidak responsive terhadap terapi  turunkan dosis, atau
– diatasi dengan propanolol atau benzodiazepine (lorazepam, klonazepam)

Health Faculty, Sari Mulia University


Tatalaksana untuk Mengatasi ESO

Health Faculty, Sari Mulia University


Tatalaksana untuk Mengatasi ESO

Health Faculty, Sari Mulia University


Pedoman pengobatan:
psikosis episode awal

Pharmacy,
Health Faculty, Sari Mulia Health Faculty
University
Sari Mulia University
PILIHAN OBAT UNTUK FASE AKUT

Health Faculty, Sari Mulia University


Pedoman pengobatan: kambuh
atau eksaserbasi skizofrenia

Health Faculty, Sari Mulia University


Monitoring

Pharmacy,
Health Faculty, Sari Mulia Health Faculty
University
Sari Mulia University
QUOTE

Health Faculty, Sari Mulia University

Anda mungkin juga menyukai