C. Kontrasepsi
1. Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berati “mencegah” atau “melawan” dan konsepsi
yang berati pertemuan antara sel telur yang matang dan sperma yang mengakibatkan
kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan
sebagai akibat pertemuan antara sel telur yag matang dengan sperma. Untuk itu, maka yang
membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan intim/seks dan
keduanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan (Suratun, 2008).
2. Efektivitas (daya guna) Kontrasepsi
Efektivitas atau daya guna suatu cara kontrasepsi dapat dinilai pada 2 tingkat, yaitu
sebagai berikut :
a) Daya guna teoritis (theoretical effectiveness), yaitu kemampuan suatu cara kontrasepsi
untuk mengurangi terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, apabila cara tersebut
digunakan terus-menerus dan sesuai dengan petunjuk yang diberikan.
b) Daya guna pemakaian (use effectivennes), yaitu kemampuan kontrasepsi dalam keadaan
sehari-hari dimana pemakaiannya dipengaruhi oleh faktor faktor seperti pemakai tidak
hati-hati, kurang taat pada peraturan, dan sebagainya (Wiknjosastro, 2005).
4. Metode Kontrasepsi
Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi hormonal adalah kontrasepsi yang di dalamnya mengandung
hormon estrogen dan progesteron. Metode kontrasepsi hormonal dibagi menjadi dua
yaitu kombinasi (mengandung hormon progesteron dan estrogen sintetik) dan yang
hanya berisi progesteron saja. Sedangkan kontrasepsi hormonal yang berisi progesteron
terdapat pada pil, suntik, dan implant.
Mekanisme kerja kontrasepsi hormonal dibedakan berdasarkan jenis hormon
yang terkandung didalamnya (Furry 2016). Berikut jenis kontrasepsi hormonal:
a. Kontrasepsi Oral/Pil
Kontrasepsi pil adalah suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk pil atau
tablet didalam strip yang berisi gabungan hormon estrogen dan progesterone atau yang
hanya terdiri dari hormon progesterone saja. Kebijaksanaan penggunaan pil diarahkan
terhadap pemakaian pil dosis rendah, tetapi meksipun demikian pil dosis tinggi masih
disediakan terutama untuk membina peserta KB lama yang menggunakan dosis tinggi
(Suratun, 2008).
Kontrasepsi oral/pil dikenal dengan 4 tipe kontrasepsi oral, yakni tipe kombinasi, tipe
sekuensial, pil mini, dan pil pasca senggama (morning after pill). Tetapi yang banyak
digunakan adalah tipe kombinasi dan mini pil karena dikenal dengan efektivitasnya
yang tinggi (Ganiswarna, 1995).
b. Kontrasepsi Suntik
Menurut Hartanto (2003: 142) dua kontrasepsi suntikan berdaya kerja lama yang
sekarang banyak dipakai adalah :
1) Suntik Kombinasi (1 bulan)
Kontrasepsi suntik bulanan merupakan metode suntikan yang pemberiannya tiap bulan
dengan jalan penyuntikan secara intramuscular sebagai usaha pencegahan kehamilan
berupa hormon progesterone dan estrogen pada wanita usia subur. Penggunaan
kontrasepsi suntik mempengaruhi hipotalamus dan hipofisis yaitu menurunkan kadar
FSH dan LH sehingga perkembangan dan kematangan folikel de Graaf tidak terjadi
(Mulyani dan Rinawati, 2013).\
Jenis suntikan 1 bulan antara lain:
- Suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo Medroksiprogesterone Asetat dan 5 mg
Estradiol
- Sipionat yang diberikan injeksi intramuscular (IM) sebulan sekali (Cyclofem)
dan 50 mg Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan
injeksi IM sebulan sekali (Mulyani dan Rinawati, 2013).
2) Suntik Progestin (Tribulan)
Suntik tribulan merupakan metode kontrasepsi yang diberikan secara intramuscular
setiap tiga bulan. Keluarga berencana suntik merupakan metode kontrasepsi efektif
yaitu metode yang dalam penggunaannya mempunyai efektifitas atau tingkat
kelangsungan pemakaian relatif lebih tinggi serta angka kegagalan relatif lebih rendah
bila dibandingkan dengan alat kontrasepsi sederhana (BKKBN, 2002).
Jenis kontrasepsi tribulan yaitu DMPA (Depo Medroxy Progesterone Asetat) atau Depo
Provera yang diberikan tiap tiga bulan dengan dosis 150 mg yang disuntik secara Intra
Muscular (Mulyani dan Rinawati, 2013).
c. Kontrasepsi Implant
Kontrasepsi Implant adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung Levonogestrel
yang dibungkus dalam kapsul silastic silicon (polydimethylsiloxane) dan dipasang
dibawah kulit. Sangat efektif (kegagalan 0,2 – 1 kehamilan per 100 perempuan)
(Mulyani dan Rinawati, 2013).
Terdapat 3 jenis Implant, yaitu:
a) Norplant
Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm dengan diameter
2,4 mm yang diisi dengan 36 mg Levonogestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
b) Implanon dan Sinoplant
Terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm dan diameter 2 mm,
yang diisi dengan 68 mg 3-Keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
c) Jadena dan Indoplant
Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg Levonogestrel dengan lama kerjanya 3
tahun (Mulyani dan Rinawati, 2013).
6. Implementasi keperawatan
Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan dan rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada tahap ini, perawat
sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu melibatkan secara integrasi semua profesi
kesehatan yang menjadi tim perawatan kesehatan dirumah (Setiadi, 2010).
7. Evaluasi keperawatan
Tahap terakhir dari proses keperawatan adalah evaluasi. Tahap penilaian atau
evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan keluarga
dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara bersinambungan dengan
melibatkan klien dengan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk
melihat kemampuan keluarga dalam mencapai tujuan (Setiadi, 2010).