DOSEN PEMBIMBING :
DISUSUN OLEH :
c. Komplikasi
Trauma
Infeksi
Sepsis
Bola pecah atau tidak dapat kempis
Alergi atau sensitive terhadap latex
4. Tipe, jenis, dan ukuran kateter
a. Tipe
Nelaton kateter/straight catheter/kateter sementara
Folley kateter/kateter tetap
b. Ukuran
Wanita dewasa : kateter no 14/16
Laki-laki dewasa : kateter no 18/20
Anak-anak : kateter no 8/10
Panjang kateter
Wanita : 3,7-7, pria :14-20
Kateter yang masuk
Wanita : 5-7,5, pria :15-22,5
Yang diberi jelly
Wanita : 3-4, pria : 5-7,5
c. Jenis katetr dan cara penggunaannya
1. Intermittent Catheter
Kateter ini digunakan bila Anda
memerlukan kateter untuk sementara.
Kateter ini biasa dipakai untuk pasien
pascaoperasi atau pasien yang enggan
membawa kantong penampung urine.
Prosedur penggunaannya bisa dipasang melalui uretra
hingga mencapai kandung kemih. Kemudian, air seni akan
keluar melalui kateter dari kandung kemih dan ditampung di
kantong penampung urine atau kantong drainase.
2. Indwelling Catheter
Jenis kateter ini hampir sama
dengan intermittent catheter yang
ditujukan untuk pemakaian sementara
waktu. Hanya saja, kateter jenis ini
dilengkapi dengan balon kecil yang
berfungsi mencegah kateter bergeser
dan keluar dari tubuh. Balon tersebut
akan dikempiskan dan dikeluarkan
ketika kateter sudah selesai digunakan.
Kateter jenis ini dipasang dengan dua cara. Pertama,
dipasang melalui uretra. Air seni akan keluar melalui
kateter dari kandung kemih dan ditampung di kantong
penampung urine. Cara kedua, kateter dimasukkan
melalui lubang kecil yang dibuat di perut. Cara kedua ini
hanya dapat dilakukan di rumah sakit dengan prosedur
sterilisasi yang tepat.
3. Condom Catheter
Kateter jenis ini harus diganti tiap
hari. Bentuknya menyerupai kondom
yang dipasang pada bagian luar penis.
Fungsinya sama dengan kateter pada
umumnya yaitu mengalirkan air seni ke
kantong drainase. Kateter jenis ini biasa
digunakan pada pria yang tidak
memiliki gangguan di saluran kemih,
namun memiliki gangguan mental atau
psikis, seperti demensia (pikun).
Kateter umumnya aman untuk digunakan. Meski begitu, ada hal
yang penting untuk diperhatikan dalam penggunaan kateter, yaitu
kebersihannya. Kebersihan kateter harus selalu dijaga untuk mencegah
terjadinya infeksi, terutama jenis indwelling urinary catheter yang sering
dikaitkan dengan penyakit infeksi saluran kemih.
1. Handshoen steril
2. Handschoen on steril
4. Urobag
6. Jelly
7. Lidokain 1% dicampur jelly ( perbandingan 1 :1 ) masukkan dalam spuit
( tanpa jarum )
11. Bengkok
15. Gunting
16. Sampiran
Pilih foley kateter sesuai ukuran, (besar : 18 dan 20, kecil : 8 dan 10
french catheter) atau sesuai persediaan
4. Tahap Terminasi
Mencuci tangan
1. Memperkenalkan diri
5. Cuci tangan
7. Pasang pengalas
12. Lepas sarung tangan dan ganti dengan sarung tangan steril
14. Pegang penis dengan tangan kiri lalu preputium ditarik ke pangkalnya dan
bersihkan dengan kassa dan antiseptic dengan tangan kanan
15. Beri jelly pada ujung kateter ( 12,5 – 17,5 cm). Pemasangan indwelling pada
pria : jellydan lidokain denga perbandingan 1 : 1 masukkan kedalan uretra
dengan spuit tanpa jarum
16. Ujung uretra ditekan dengan ujung jari kurang lebih 3-5 menit sambil di
masase
17. Masukkan kateter pelan – pelan, batang penis diarahkan tegak lurus deng
bidang horisontal sambil anjurkan untuk menarik napas. Perhatikan ekspresi
klien
19. Setelah kateter masuk isi balon dengan caran aquades bila untuk indwelling,
fiksasi ujung kateter di paha pasien. Pasang urobag disamping tempat tidur
1. Memperkenakan diri
5. Cuci tangan
8. Pasang pengalas
9. Pasang selimut, daerah genetalia terbuka
13. Lepas sarung tangan dang anti dengan sarung tangan steril
15. Bersikan vulva dengan kasa, buka labia mayoer, dengan ibu jari dan telunjuk
tangan kiri, bersihkan bagian dalam
16. Beri jelly pada ujung kateter ( 2,5 – 5 cm) lalu masukkan pelan – pelan
ujung kateter pada meatus uretra sambil pasien dianjurkan menarik napas.
Perhaikan respon klien
18. Fiksasi
Memperhatikan body mechanism
Perawatan Kateter
Kateter tidak bisa selamanya dipasang secara permanen, hal ini karena
kateter juga bisa kadaluarsa, sehingga pemakaian dalam jangka waktu yang
panjang akan mengakibatkan gangguan eliminasi. Maka dari itu, Kateter harus
diganti setelah 3 sampai 4 hari setelah dilakukan pemasangan kateter.
B. BLADDER TRAINING
1. Definisi bladder training
Bladder training merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada
pasien yang terpasang kateter dengan tujuan melatih otot detrusorkandung
kemih supaya dapat kembali normal setelah kateternya dilepas.Setelah
kateter dilepas, terdapat beberapa kemungkinan yang akandialami oleh
pasien berhubungan dengan proses dan reflek berkemihnya.Efek samping
dari pemasangan kateter adalah terjadinya inkontinensiaurin dan retensi
urine.Terdapat 3 macam metode bladder training, yaitu delay
urination(menunda berkemih), scheduled bathroom trips (jadwal
berkemih), dankegel exercises (latihan pengencangan atau penguatan
otot-otot dasar panggul)
2. Tujuan bladder training
Tujuan dari bladder training adalah untuk melatih kandung
kemihdan mengembalikan pola normal perkemihan dengan menghambat atau
menstimulasi pengeluaran air kemih (Potter & Perry, 2005). Terapi
ini bertujuan memperpanjang interval berkemih yang normal dengan
berbagai teknik distraksi atau teknik relaksasi, sehingga frekuensi
berkemih dapat berkurang, hanya 6-7x/hari atau 3-4 jam sekali.Melalui latihan
ini penderita diharapkan dapat menahan sensasi berkemih.Selain itu, juga ada
tujuan yang lain yaitu:
a. Melatih klien melakukan BAK secara mandiri
b. Mempersiapkan pelepasan kateter yang sudah terpasang lama
c. Mengembalikan tonus otot dari kandung kemih yang sementara
waktutidak ada karena pemasangan kateter
d. Menghindari kelembaban dan iritasi pada kulit lansia
3. Indikasi bladder training
a. Klien yang dilakukan pemasangan kateter cukup lama
b. Klien yang akan dilakukan pelepasan dower kateter
c. Klien yang mengalami inkontinensia (kebocoran) retentio urinea
d. Klien post-operasi
e. Orang yang mengalami masalah dalam hal perkemihan
f. Klien dengan kesulitan memulai atau menghentikan aliran urine
Persiapan alat:
a. Catatan perawat
b. Klem
c. Jam
d. Air minum
e. Handscoon
f. Kassa
g. Kantong urine
Pesiapan lingkungan:
a. Jaga privasi klien dengan menutup pintu
b. Atur pencahayaan, penerangan dan ruangan yang kondusif
Pelaksanaan:
Ada 2 tingkat yaitu tingkat masih dalam kateter dan tingkat bebas kateter
a. Tingkat masih dalam kateter:
Prosedur 1 jam
1. Cuci tangan
2. Klien diberi minum 1 jam sebanyak 200 cc dari jam 7 pagi sampai 7
malam. Setiap kali habis diberi minum, kateter diklem
3. Kemudian setiap jam kandung kemih dikosongkan mulai jam 8 pagi
sampai jam 8 malam dengan cara klem kateter dibuka
4. Pada malam hari (setelah jam 8 malam) kateter dibuka dan klien boleh
minum tanpa ketentuan seperti pada siang hari
5. Prosedur tersebut diulang untuk hari berikutnya sampai progam
tersebut berjalan lancar dan berhasil
Prosedur 2 jam
1. Cuci tangan
2. Klien diberi minum 2 jam sebanyak 200 cc dari jam 7 pagi sampai 7
malam. Setiap kali habis diberi minum, kateter diklem
3. Kemudian setiap jam kandung kemih dikosongkan mulai jam 9 pagisampai
jam 9 malam dengan cara klem kateter dibuka Pada malam hari (setelah
jam 9 malam) kateter dibuka dan klien boleh minum tanpa ketentuan
seperti pada siang hari
4. Prosedur tersebut diulang untuk hari berikutnya sampai progam tersebut
berjalan lancar dan berhasil
b. Tingkat bebas kateter (prosedur ini dilakukan apa bila prosedur 1 sudah
berjalan lancar)
a) Cuci tangan
b) Klien diberi minum setiap setiap 1 jam sebanyak 200 cc dari jam 7pagi
sampai 7 malam, lalu kandung kemih dikosongkan
c) Kemudian kateter dilepas
d) Atur posisi yang nyaman untuk klien, bantu klien untuk konsentrasi
BAK, kemudian lakukan penekanan pada area kandung kemih dan
lakukan pengosongan kandung kemih setiap 2 jam dengan
menggunakan urinal
e) Berikan minum terakhir jam 7 malam, selanjutnya klien tidak boleh
diberi minum sampai jam 7 pagi untuk menghindari klien
dari basahnya urine pada malam hari
f) Beritahu klien bahwa pengosongan kandung kemih selanjutnya
dijadwalkan setiap 2 jam sekali, apabila ada rangsangan
BAK sebelum 2 jam klien diharuskan menahannya
g) Buatlah sebuah jadwal bagi pasien untuk mencoba mengosongkan
kandung kemih dengan menggunakan urinal
h) Alat-alat dibereskan
i) Akhiri interaksi dengan mengucap salam
j) Cuci tangan
k) Dokumentasikan hasil tindakan
Evaluasi:
a. Klien dapat menahan berkemih dalam 6-7x/hari atau 3-4 jam sekali
b. Bila tindakan dirasakan belum optimal atau terdapat gangguan:
a) Maka metode di atas dapat ditunjang dengan metode rangsangan dari
eksternal, misalnya dengan menepuk paha bagian dalam
b) Menggunakan metode untuk relaksasi guna membantu
pengosongan kandung kemih secara total, misalnya menarik napas
dalam
c) Menghindari minuman yang berkafein
d) Minum obat diuretic yang telah diprogamkan atau cairan
untuk meningkatkan diuretic
c. Sikap
a) Jaga privasi klien
b) Lakukan prosedur dengan teliti