Anda di halaman 1dari 18

TUGAS KEPERAWATAN M EDIKAL BEDAH 1

TENTANG KONSEP KATETER DAN BLADDER TRAINING

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. Nina Selvina Artha, M.Kep

DISUSUN OLEH :

Fitria Ade Serlina

POLTEKES KEMENKES RIAU PROGRAM STUDI DIII


KEPERAWATAN DILUAR KAMPUS UTAMA

TAHUN AJARAN 2020/2021


A. Kateter
1. Pengertian pemasangan kateter
Kateter  merupakan suatu selang untuk memasukkan dan mengeluarkan
cairan. Kateterisasi urinarius adalah memasukkan kateter melalui utetra ke
dalam kandung kemih dengan tujuan untuk mengeluarkan urin. Kateter urin
dapat dipasang untuk jangka waktu pendek seperti di lingkungan rawat inap
atau kronis dan lingkungan rumah.
Kateterisasi perkemihan adalah tindakan memasukkan selang karet atau
plastik, melalui uretra atau kandung kemih dan dalam kateterisasi ada dua
jenis kateterisasi yaitu menetap dan intermiten, sedangkan alat untuk
kateterisasi dinamakan selang kateter, selang kateter adalah alat yang
berbentuk pipa yang terbuat dari karet, plastik, metal woven slik dan silikon
yang fungsi dari alat kateter tersebut ialah memasukkan atau mengeluarkan
cairan. Kandung kemih adalah sebuah kantong yang berfungsi untuk
menyimpan atau menampung airseni yang berubah-ubah jumlahnya yang
dialirkan oleh sepasang ureter dari sepasang ginjal. Pemasangan kateter
adalah pemaukkan selang yang terbuat dari plastik atau karet  melalui uretra
menuju kandung kemih (vesika urinaria)

2. Tujuan pemasangan kateter


Pemasangan kateter urine mempunyai berbagai tujuan, diantaranya ;

1. Menghilangkan distensi pada kandung kemih


2. Mengosongkan kandung kemih secara lengkap
3. Eksplorasi uretra apakah terdapat seanosis atau lesi

4. Mengetahui residual urine setelah miksi

5. Memasukan kontras kedalam buli – buli


6. Mendapatkan specimen urine steril

7. Therapeutic : memenuhi kebutuhan eliminasi urine

8. Kateterisasi menetap ( indwelling catherezation )

9. Kateterisasi sementara ( intermitter catherization )


3. I ndikasi dan kontraindikasi pemasangan kateter
a. Indikasi
Kateterisasi uretra digunakan sebagai terapi pada kondisi berikut:

 Retensi urin akut (misalnya pada benign prostatic hyperplasia, bekuan


darah, gangguan neurogenik)

 Obstruksi kronik yang menyebabkan hidronefrosis, serta tidak dapat


diperbaiki dengan obat atau tindakan bedah

 Inkontinensia urin yang tidak tertangani dengan terapi lainnya, yang


juga dapat menyebabkan iritasi pada kulit sekitar kemaluan

 Inisiasi irigasi kandung kemih berkelanjutan

 Dekompresi intermiten pada gangguan kandung kemih neurogenik

 Pemeliharaan kondisi higiene atau sebagai terapi paliatif (pasien


terminal) pada kondisi pasien yang memerlukan istirahat (bedrest)
dalam waktu lama

b. Kontraindikasi pemasangan kateter


Kateterisasi uretra dikontraindikasikan pada pasien dengan gejala
trauma pada traktus urinarius bagian bawah, misalnya terjadi robekan pada
uretra. Kondisi ini dapat ditemukan pada pasien laki-laki yang mengalami
trauma pelvis atau straddle-type injury.
Gejala yang dapat ditemukan pada pemeriksaan fisik adalah
ditemukannya prostat yang meninggi (high-riding) atau edema, hematom di
perineum, atau keluarnya darah dari lubang uretra.
Apabila kondisi ini ditemukan maka harus dilakukan pemeriksaan
uretrogram untuk menghindari terjadinya robekan pada uretra sebelum
dilakukan pemasangan kateter.

c. Komplikasi
 Trauma
 Infeksi
 Sepsis
 Bola pecah atau tidak dapat kempis
 Alergi atau sensitive terhadap latex
4. Tipe, jenis, dan ukuran kateter
a. Tipe
 Nelaton kateter/straight catheter/kateter sementara
 Folley kateter/kateter tetap
b. Ukuran
 Wanita dewasa : kateter no 14/16
 Laki-laki dewasa : kateter no 18/20
 Anak-anak : kateter no 8/10
 Panjang kateter
Wanita : 3,7-7, pria :14-20
 Kateter yang masuk
Wanita : 5-7,5, pria :15-22,5
 Yang diberi jelly
Wanita : 3-4, pria : 5-7,5
c. Jenis katetr dan cara penggunaannya
1. Intermittent Catheter
Kateter ini digunakan bila Anda
memerlukan kateter untuk sementara.
Kateter ini biasa dipakai untuk pasien
pascaoperasi atau pasien yang enggan
membawa kantong penampung urine.
Prosedur penggunaannya bisa dipasang melalui uretra
hingga mencapai kandung kemih. Kemudian, air seni akan
keluar melalui kateter dari kandung kemih dan ditampung di
kantong penampung urine atau kantong drainase.

2. Indwelling Catheter
Jenis kateter ini hampir sama
dengan intermittent catheter yang
ditujukan untuk pemakaian sementara
waktu. Hanya saja, kateter jenis ini
dilengkapi dengan balon kecil yang
berfungsi mencegah kateter bergeser
dan keluar dari tubuh. Balon tersebut
akan dikempiskan dan dikeluarkan
ketika kateter sudah selesai digunakan.
Kateter jenis ini dipasang dengan dua cara. Pertama,
dipasang melalui uretra. Air seni akan keluar melalui
kateter dari kandung kemih dan ditampung di kantong
penampung urine. Cara kedua, kateter dimasukkan
melalui lubang kecil yang dibuat di perut. Cara kedua ini
hanya dapat dilakukan di rumah sakit dengan prosedur
sterilisasi yang tepat.
3. Condom Catheter
Kateter jenis ini harus diganti tiap
hari. Bentuknya menyerupai kondom
yang dipasang pada bagian luar penis.
Fungsinya sama dengan kateter pada
umumnya yaitu mengalirkan air seni ke
kantong drainase. Kateter jenis ini biasa
digunakan pada pria yang tidak
memiliki gangguan di saluran kemih,
namun memiliki gangguan mental atau
psikis, seperti demensia (pikun).
Kateter umumnya aman untuk digunakan. Meski begitu, ada hal
yang penting untuk diperhatikan dalam penggunaan kateter, yaitu
kebersihannya. Kebersihan kateter harus selalu dijaga untuk mencegah
terjadinya infeksi, terutama jenis indwelling urinary catheter yang sering
dikaitkan dengan penyakit infeksi saluran kemih.

5. Alat dan bahan pemasangan kateter

1. Handshoen steril

2. Handschoen on steril

3. Kateter steril sesuai ukuran dan jenis

4. Urobag

5. Doek lubang steril

6. Jelly
7. Lidokain 1% dicampur jelly ( perbandingan 1 :1 ) masukkan dalam spuit
( tanpa jarum )

8. Larutan antiseptic + kassa steril

9. Perlak dan pengalas

10. Pinset anatomis

11. Bengkok

12. Spuit10 cc berisi aquades

13. Urinal bag

14. Plester / hypavik

15. Gunting

16. Sampiran

SOP Pemasangan Kateter Urine secara Umum


1. Tahap Pra Interaksi
 Melakukan pengecekan program terapi
 Mencuci tangan
 Menyiapkan alat
2. Tahap Orientasi
 Memberikan salam dan menyapa nama pasien
 Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
 Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien
3. Tahap Kerja
 Menjaga privacy Pasien dengan memasang sampiran dan selimut extra
 Mengatur posisi pasien dalam posisi terlentang dan melepaskan
pakaian bawah

 Memasang perlak dan pengalas

 Memasang pispot di bawah bokong pasien

 Menyiapkan plester fiksasi kateter dan label waktu pemasangan


kateter, membuka kemasan luar kateter dengan tetap mempertahankan
kesterilannya, menyiapkan pelumas pada kasa steril dan dijaga
kesterilannya.

 Memakai sarung tangan

 Tangan tidak dominan pegang penis pakai kasa steril, desinfeksi


dengan tangan dominan dengan menggunakan kapas sublimat/betadin
sol pada metaus uretra.

 Mengganti sarung tangan steril, memasang duk steril

 Masukkan jelly anestesi atau pelumas pada uretra kira-kira 10 cc,


tahan ujung penis dan meatus uretra dengan ibu jari dan telunjuk untuk
mencegah refluk jelly, tunggu sebentar kira-kira 5 menit agar efek
anestesi bekerja.

 Pilih foley kateter sesuai ukuran, (besar : 18 dan 20, kecil : 8 dan 10
french catheter) atau sesuai persediaan

 Masukkan foley kateter ke uretra secara perlahan dengan sedikit


mengangkat penis hingga urin keluar (klien dianjurkan tarik napas
panjang)

 Menampung urin pada botol bila diperlukan untuk pemeriksaan


 Mendorong lagi foley kateter kira-kira 5 cm ke dalam

 bladder (1-2 inc)

 Kembungkan balon dengan cairan aquadest sesuai ukuran, kira-kira 20


cc

 Menarik kateter dengan perlahan sampai terasa ada tahanan dan


meletakkannya di atas abdomen bagian bawah.

 Menyambungkan kateter dengan urine bag

 Melepas duk, pengalas dan sarung tangan

 Memfiksasi kateter di atas abdomen bagian bawah

 Menempel label waktu pemasangan kateter

4. Tahap Terminasi

 Melakukan evaluasi tindakan yang baru dilakukan

 Merapikan pasien dan lingkungan

 Berpamitan dengan klien

 Membereskan alat-alat dan kembalikan alat ketempat semula

 Mencuci tangan

 Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan


A. SOP Pemasangan Kateter Urine Pada Pria

1. Memperkenalkan diri

2. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan

3. Siapkan alat disamping klien

4. Siapkan ruangan dan pasang sampiran

5. Cuci tangan

6. Atur posisi psien dengan terlentang abduksi

7. Pasang pengalas

8. Pasang selimut, daerah genetalia terbuka

9. Pasan handschoen on steril

10. Letakkan bengkok diantara kedua paha

11. Cukur rmabut pubis

12. Lepas sarung tangan dan ganti dengan sarung tangan steril

13. Pasang doek lubang steril

14. Pegang penis dengan tangan kiri lalu preputium ditarik ke pangkalnya dan
bersihkan dengan kassa dan antiseptic dengan tangan kanan

15. Beri jelly pada ujung kateter ( 12,5 – 17,5 cm). Pemasangan indwelling pada
pria : jellydan lidokain denga perbandingan 1 : 1 masukkan kedalan uretra
dengan spuit tanpa jarum
16. Ujung uretra ditekan dengan ujung jari kurang lebih 3-5 menit sambil di
masase

17. Masukkan kateter pelan – pelan, batang penis diarahkan tegak lurus deng
bidang horisontal sambil anjurkan untuk menarik napas. Perhatikan ekspresi
klien

18. Jika tertahan jangan dipaksa

19. Setelah kateter masuk isi balon dengan caran aquades bila untuk indwelling,
fiksasi ujung kateter di paha pasien. Pasang urobag disamping tempat tidur

20. Lihat respon klien dan rapikan alat

21. Cuci tangan

22. Dokumentasikan tindakan

SOP Pemasangan Kateter Urine Pada Wanita

1. Memperkenakan diri

2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

3. Siapkan alat di samping klien

4. Siapkan ruangan dan pasang sampiran

5. Cuci tangan

6. Atur posisi pasien dengan telentang abduksi

7. Berdiri disebelah kanan tempat tidur klien

8. Pasang pengalas
9. Pasang selimut, daerah genetalia terbuka

10. Pasang handschoen on steril

11. Letakkan bnengkok diantara kedua paha

12. Cukur rambut pubis

13. Lepas sarung tangan dang anti dengan sarung tangan steril

14. Pasang doek

15. Bersikan vulva dengan kasa, buka labia mayoer, dengan ibu jari dan telunjuk
tangan kiri, bersihkan bagian dalam

16. Beri jelly pada ujung kateter ( 2,5 – 5 cm) lalu masukkan pelan – pelan
ujung kateter pada meatus uretra sambil pasien dianjurkan menarik napas.
Perhaikan respon klien

17. Setelah kateter masuk isi balon dengan cairan aquades 10 cc

18. Fiksasi

19. Sambung dengan urobag

20. Rapikan alat

21. Buka handchoen dan cuci tangan

22. Dokumentasikan tindakan

Sikap Ketika Melakukan Pemasangan Kateter

 Menunjukkan sikap sopan dan ramah.

 Menjamin Privacy pasien.


 Bekerja dengan teliti.

 Memperhatikan body mechanism

Setelah selesai, penting untuk menanyakan keadaan serta kenyamanan pasien


setelah dilakukan tindakan pemasangan kateter. Lalu, lakukan observasi
pengeluaran urine seperti (jumlah urin, warna urin, dan bau urin).

Perawatan Kateter

Kateter tidak bisa selamanya dipasang secara permanen, hal ini karena
kateter juga bisa kadaluarsa, sehingga pemakaian dalam jangka waktu yang
panjang akan mengakibatkan gangguan eliminasi. Maka dari itu, Kateter harus
diganti setelah 3 sampai 4 hari setelah dilakukan pemasangan kateter.

B. BLADDER TRAINING
1. Definisi bladder training
Bladder training merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada
pasien yang terpasang kateter dengan tujuan melatih otot detrusorkandung
kemih supaya dapat kembali normal setelah kateternya dilepas.Setelah
kateter dilepas, terdapat beberapa kemungkinan yang akandialami oleh
pasien berhubungan dengan proses dan reflek berkemihnya.Efek samping
dari pemasangan kateter adalah terjadinya inkontinensiaurin dan retensi
urine.Terdapat 3 macam metode bladder training, yaitu delay
urination(menunda berkemih), scheduled bathroom trips (jadwal
berkemih), dankegel exercises (latihan pengencangan atau penguatan
otot-otot dasar panggul)
2. Tujuan bladder training
Tujuan dari bladder training adalah untuk melatih kandung
kemihdan mengembalikan pola normal perkemihan dengan menghambat atau
menstimulasi pengeluaran air kemih (Potter & Perry, 2005). Terapi
ini bertujuan memperpanjang interval berkemih yang normal dengan
berbagai teknik distraksi atau teknik relaksasi, sehingga frekuensi
berkemih dapat berkurang, hanya 6-7x/hari atau 3-4 jam sekali.Melalui latihan
ini penderita diharapkan dapat menahan sensasi berkemih.Selain itu, juga ada
tujuan yang lain yaitu:
a. Melatih klien melakukan BAK secara mandiri
b. Mempersiapkan pelepasan kateter yang sudah terpasang lama
c. Mengembalikan tonus otot dari kandung kemih yang sementara
waktutidak ada karena pemasangan kateter
d. Menghindari kelembaban dan iritasi pada kulit lansia
3. Indikasi bladder training
a. Klien yang dilakukan pemasangan kateter cukup lama
b. Klien yang akan dilakukan pelepasan dower kateter
c. Klien yang mengalami inkontinensia (kebocoran) retentio urinea
d. Klien post-operasi
e. Orang yang mengalami masalah dalam hal perkemihan
f. Klien dengan kesulitan memulai atau menghentikan aliran urine

4. Kontraindikasi bladder training


Tidak boleh dilakukan pada pasien gagal ginjal karena akan terdapatbatu
ginjal, yang diobservsi hanya kencingnya
5. Peran perawat bladder training
Perawat melakukan pengkajian keperawatan, seperti:
a. Ada tidaknya ISK atau penyakit penyebab. Bila terdapat ISK
atau penyakit lainnya, maka harus diobati dalam waktu yang sama.
b. Saat melepas kateter urin, perawat mengobservasi mengkaji dengan
teliti apakah ada tanda-tanda infeksi atau cidera pada meatus uretrapasien.
c. Perawat perlu melakukan pengkajian dan pemantauan pola berkemih
setelah selesai bladder training dan pelepasan kateter urine. Info
ini memungkinkan perawat merencanakan sebuah progam yang
sering memakan waktu 2 minggu atau lebih untuk dipelajari.
d. Perawat medikal bedah juga harus responsif terhadap keluhan
yangt imbul setelah kateter urine dilepas. Pasien diminta untuk
segera melaporkan pada perawat atau dokter jika ada keluhan yang
dirasakan pasien saat berkemih.
e. Kebutuhan klien akan bladder training. Pastikan bahwa pasien benar-
benar membutuhkan bladder training.
6. Prosedur bladder training
Persiapan pasien:
a. Sampaikan salam
b. Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan

Persiapan alat:
a. Catatan perawat
b. Klem
c. Jam
d. Air minum
e. Handscoon
f. Kassa
g. Kantong urine

Pesiapan lingkungan:
a. Jaga privasi klien dengan menutup pintu
b. Atur pencahayaan, penerangan dan ruangan yang kondusif

Pelaksanaan:
Ada 2 tingkat yaitu tingkat masih dalam kateter dan tingkat bebas kateter
a. Tingkat masih dalam kateter:
Prosedur 1 jam
1. Cuci tangan
2. Klien diberi minum 1 jam sebanyak 200 cc dari jam 7 pagi sampai 7
malam. Setiap kali habis diberi minum, kateter diklem
3. Kemudian setiap jam kandung kemih dikosongkan mulai jam 8 pagi
sampai jam 8 malam dengan cara klem kateter dibuka
4. Pada malam hari (setelah jam 8 malam) kateter dibuka dan klien boleh
minum tanpa ketentuan seperti pada siang hari
5. Prosedur tersebut diulang untuk hari berikutnya sampai progam
tersebut berjalan lancar dan berhasil

Prosedur 2 jam
1. Cuci tangan
2. Klien diberi minum 2 jam sebanyak 200 cc dari jam 7 pagi sampai 7
malam. Setiap kali habis diberi minum, kateter diklem
3. Kemudian setiap jam kandung kemih dikosongkan mulai jam 9 pagisampai
jam 9 malam dengan cara klem kateter dibuka Pada malam hari (setelah
jam 9 malam) kateter dibuka dan klien boleh minum tanpa ketentuan
seperti pada siang hari
4. Prosedur tersebut diulang untuk hari berikutnya sampai progam tersebut
berjalan lancar dan berhasil

b. Tingkat bebas kateter (prosedur ini dilakukan apa bila prosedur 1 sudah
berjalan lancar)
a) Cuci tangan
b) Klien diberi minum setiap setiap 1 jam sebanyak 200 cc dari jam 7pagi
sampai 7 malam, lalu kandung kemih dikosongkan
c) Kemudian kateter dilepas
d) Atur posisi yang nyaman untuk klien, bantu klien untuk konsentrasi
BAK, kemudian lakukan penekanan pada area kandung kemih dan
lakukan pengosongan kandung kemih setiap 2 jam dengan
menggunakan urinal
e) Berikan minum terakhir jam 7 malam, selanjutnya klien tidak boleh
diberi minum sampai jam 7 pagi untuk menghindari klien
dari basahnya urine pada malam hari
f) Beritahu klien bahwa pengosongan kandung kemih selanjutnya
dijadwalkan setiap 2 jam sekali, apabila ada rangsangan
BAK sebelum 2 jam klien diharuskan menahannya
g) Buatlah sebuah jadwal bagi pasien untuk mencoba mengosongkan
kandung kemih dengan menggunakan urinal
h) Alat-alat dibereskan
i) Akhiri interaksi dengan mengucap salam
j) Cuci tangan
k) Dokumentasikan hasil tindakan

Evaluasi:
a. Klien dapat menahan berkemih dalam 6-7x/hari atau 3-4 jam sekali
b. Bila tindakan dirasakan belum optimal atau terdapat gangguan:
a) Maka metode di atas dapat ditunjang dengan metode rangsangan dari
eksternal, misalnya dengan menepuk paha bagian dalam
b) Menggunakan metode untuk relaksasi guna membantu
pengosongan kandung kemih secara total, misalnya menarik napas
dalam
c) Menghindari minuman yang berkafein
d) Minum obat diuretic yang telah diprogamkan atau cairan
untuk meningkatkan diuretic
c. Sikap
a) Jaga privasi klien
b) Lakukan prosedur dengan teliti

Anda mungkin juga menyukai