HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yang dapat
menyebabkkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun. Virus HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat berkembang biak Virus HIV baru kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sel darah putih sangat diperlukaan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika diserang penyakit maka tubuh kita tidak memiliki pelindung. Dampaknya adalah kita dapat meninggal dunia terkena pilek biasa. AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yang merupakan dampak atau efek dari perkembangbiakan virus HIV dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV membutuhkan waktu untuk menyebabkan sindrom AID yang mematikan dan sangat berbahaya. Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau menghilangnya sistem kekebalan tubuh yang tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh Virus HIV. Ketika kita terkena Virus HIV kita tidak langsung terkena AIDS. Untuk menjadi AIDS di butuhkan waktu yang lama, yaitu beberapa tahun untuk dapat menjadi AIDS. Penularannya melalui hubungan seks, dengan cara melakukan hubungan sex bebas berganti-ganti pasangan, berganti-ganti mitra seks gunah. Jangan berganti-ganti mitra seks guna meminimalkan kemungkinan terinfeksi HIV lewat pasangan. Jika anda tidak mengetahui pasti bahwa pasangan Anda terinfeksi HIV atau tidak, sebaiknya memakai kondom yang baik dengan benar ketika berhubungan seks. Program pengurangan dampak buruk narkoba di antaranya melalui program jarum suntik steril (PJSS), sudah menjadi prioritas dalam strategi nasional penanggulangan AIDS 2003-2007. Hal itu disampaikan oleh Haikin Rahmat, ketua Kelompok Kerja Harm Reduction Komisi Penanggulangan AIDS Nasional di sela-sela rapat pembahasan petunjuk pelaksanaan program jarum suntik steril pada pengguna narkotika suntik (penasun) yang dilaksanakan di kantor Menko Kesra beberapa waktu lalu. Dalam artikelnya yang berjudul “Penderita HIV/AIDS di Bengkulu” penderita penyakit “Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immunodeficiency Syndrome” (HIV/AIDS) di Provinsi Bengkulu terus meningkat, dan hingga Februari 2007 jumlah penderita penyakit mematikan yang teridentifikasi sebanyak 96 orang. Jumlah itu jauh mengalami peningkatan dibandingkan hasil pendataan Agustus 2006 yang hanya 79 orang. “Itu yang teridentifikasi, jumlah penderita yang sesungguhnya kemungkinan lebih banyak bahkan bisa dua sampai tiga kali lipat,” kata Plt Sekretaris Provinsi Bengkulu Fauzan Rahim di Bengkulu, Minggu (11/2). Penderita HIV/AIDS sulit teridentifikasi karena relatif tertutup, dan mereka barn kelihatan mengindap penyakit itu kalau sudah akut atau stadium tinggi. Untuk itu, ia berharap masyarakat mewaspadai penyebaran penyakit kelamin itu dengan menghindari gonta-ganti pasangan dan menggunakan Narkotika. Sebagian besar penderita HIV/AIDS di Bengkulu tertular karena Narkoba. "Mereka menggunakan Narkoba dengan cara disuntikan secara bergiliran, sehingga terjadi penularan," kata Fauzan yang juga Ketua Harian Badan Narkotika Provinsi Bengkulu itu. Terkait banyaknya pengindap penyakit itu, Fauzan memerintahkan Dinas Kesehatan agar meningkatkan sosialisasi bahas HIV/AIDS pada masyarakat serta cara penularanya. Pada pihak RSUD M Yunus, Fauzan meminta agar melakukan persiapan dan menyediakan ruangan khusus untuk merawat para penderita penyakit tersebut. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu Yusdi Zahrias mengaku selama ini sosalisasi masalah HIV/AIDS terus dilakukan baik secara pribadi (Dinas Kesehatan) maupun kerja sama dengan pihak lain yang perduli terhadap penyakit itu. "Sosialisasi kita lakukan pada semua kalangan mulai dari anak sekolah hingga masyarakat umum," katanya. Selain itu, Dinas Kesehatan juga secara rutin melakukan pengambilan sampel darah pada kalangan rawan penyebaran penyakit itu seperti lokalisasi dan penjara. Terkait banyaknya penderita HIV/AIDS yang meninggal, menurut dia karena keengganan mereka untuk memeriksakan diri ke rumah sakit disebabkan malu dan ketidaktahuan. "Memang penderita HIV/AIDS tidak bisa disembuhkan, tapi dengan berobat secara teratur saat masih stadium rendah dapat memperlambat penyebaran virus di badannya," katanya. Yusdi juga mengakui, jumlah penemuan penderita HIV/AIDS di daerah itu terus bertambah. Pada 2002 hanya ditemukan tujuh orang pengindap HIV/AIDS, kemudian 2003 ditemukan cuma lima orang, 2004 penemuan kasus meningkat drastis yakni 13 orang, 2005 ditemukan 17 orang dan selama 2006 telah ditemukan 47 orang, dan pada awal 2007 ditemukan dua orang, sehingga jumlahnya 96 orang. Direktur RSUD M Yunus Bengkulu dr. Syarifuddin menjelaskan, RSUD tidak menyediakan ruangan khusus untuk merawat penderita HIV/AIDS. Pasien penyakit berbahaya itu di rawat di ruangan Kemuning satu lokal dengan penderita rabies dan penyakit menular lainnya. "Kita tidak menyediakan ruangan khusus, karena takut dianggap melanggar Hak Asasi Manusia (HAM) karena telah memisah-pisahkan pasien, tapi kami telah membangun dua ruangan untuk merawat pasien penyakit menular," katanya. Mengenai tenaga medis dan vaksin, menurut dia telah tersedia. Beberapa tenaga medis telah dilatih untuk menangani pasien AIDS. Sedangkan vaksin/obat, juga tersedia namun hanya untuk menambah kekebalan tubuh penderita atau bukan untuk penyembuhan. Hingga kini belum ada obat yang bisa menyembuhkan pasien AIDS.