Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau
mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau
madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume
urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit
hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan
relative insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009).
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai
kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada
membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer dkk,
2007)
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2005, diabetus
merupakan suatu kelompok panyakit metabolik dengan karakterristik hiperglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan defisiensi dari insulin dan kehilangan
toleransi terhadap glukosa (Rab, 2008)
DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kelainan
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau
akibat kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner & Suddart, 2002).

B. Etiologi
1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)
a. Faktor genetic:
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi
mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya
diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang
memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA
merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi
dan proses imun lainnya.
b. Faktor imunologi:
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai
contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat
memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas.
2. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola
familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin
maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel
sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada
reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler
yang meningkatkan transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien
dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal
ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif
insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara
komplek reseptor insulin dengan system transport glukosa. Kadar glukosa normal
dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan sekresi
insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai
untuk mempertahankan euglikemia (Price, 1995 cit Indriastuti 2008). Diabetes
Melitus tipe II disebut juga Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (DMTTI)
atau Non-Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) yang merupakan suatu
kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama
dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-
kanak.
Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II,
diantaranya adalah:
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik

C. Tanda dan gejala


1. Diabetes Tipe I
a. hiperglikemia berpuasa
b. glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia
c. keletihan dan kelemahan
d. ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi, nafas bau
buah, ada perubahan tingkat kesadaran, koma, kematian)
2. Diabetes Tipe II
a. lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif
b. gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah tersinggung, poliuria,
polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi vaginal, penglihatan
kabur
c. komplikasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular perifer)

D. Pemeriksaan penunjang
1. Glukosa darah: gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa > 200 mg/dl, 2
jam setelah pemberian glukosa.
2. Aseton plasma (keton) positif secara mencolok.
3. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat
4. Osmolalitas serum: meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/I
5. Elektrolit: Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau
peningkatan semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun.
6. Gas darah arteri: menunjukkan Ph rendah dan penurunan HCO3
7. Trombosit darah: Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan hemokonsentrasi
merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
8. Ureum/kreatinin: mungkin meningkat atau normal
9. Insulin darah: mungkin menurun/ tidak ada (Tipe I) atau normal sampai tinggi
(Tipe II)
10. Urine: gula dan aseton positif
11. Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya ISK, infeksi pernafasan dan infeksi
luka
E. Pathway
ASKEP TEORITIS NIDDM PADA TN. E

1. Pengkajian
Menurut NANDA (2013), fase pengkajian merupakan sebuah komponen
utama untuk mengumpulkan informasi, data, menvalidasi data, mengorganisasikan
data, dan mendokumentasikan data. Pengumpulan data antara lain meliputi:
a. Biodata
1. Identitas Pasien (nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
agama, suku, alamat, status, tanggal masuk, tanggal pengkajian, diagnose
medis)
2. Identitas penanggung jawab (nama, umur, pekerjaan, alamat, hubungan dengan
pasien)
b. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama, biasanya keluhan utama yang dirasakan pasien saat dilakukan
pengkajian. Pada pasien post debridement ulkus kaki diabetik yaitu nyeri 5 – 6
(skala 0 - 10)
2. Riwayat kesehatan sekarang
Data diambil saat pengkajian berisi tentang perjalanan penyakit pasien dari
sebelum dibawa ke IGD sampai dengan mendapatkan perawatan di bangsal.
3. Riwayat kesehatan dahulu. Adakah riwayat penyakit terdahulu yang pernah
diderita oleh pasien tersebut, seperti pernah menjalani operasi berapa kali, dan
dirawat di RS berapa kali.
4. Riwayat kesehatan keluarga Riwayat penyakit keluarga, adakah anggota
keluarga dari pasien yang menderita penyakit Diabetes Mellitus karena DM ini
termasuk penyakit yang menurun.
c. Pola Fungsional Gordon
1. Pola persepsi kesehatan: adakah riwayat infeksi sebelumnya, persepsi pasien
dan keluarga mengenai pentingnya kesehatan bagi anggota keluarganya.
2. Pola nutrisi dan cairan: pola makan dan minum sehari – hari, jumlah makanan
dan minuman yang dikonsumsi, jeni makanan dan minuman, waktu berapa kali
sehari, nafsu makan menurun / tidak, jenis makanan yang disukai, penurunan
berat badan.
3. Pola eliminasi: mengkaji pola BAB dan BAK sebelum dan selama sakit,
mencatat konsistensi, warna, bau, dan berapa kali sehari, konstipasi, beser.
4. Pola aktivitas dan latihan: reaksi setelah beraktivitas (muncul keringat dingin,
kelelahat/ keletihan), perubahan pola nafas setelah aktifitas, kemampuan pasien
dalam aktivitas secara mandiri.
5. Pola tidur dan istirahat: berapa jam sehari, terbiasa tidur siang, gangguan
selama tidur (sering terbangun), nyenyak, nyaman.
6. Pola persepsi kognitif: konsentrasi, daya ingat, dan kemampuan mengetahui
tentang penyakitnya.
7. Pola persepsi dan konsep diri: adakah perasaan terisolasi diri atau perasaan
tidak percaya diri karena sakitnya.
8. Pola reproduksi dan seksual.
9. Pola mekanisme dan koping: emosi, ketakutan terhadap penyakitnya,
kecemasan yang muncul tanpa alasan yang jelas.
10. Pola hubungan: hubungan antar keluarga harmonis, interaksi, komunikasi, car
berkomunikasi
11. Pola keyakinan dan spiritual: agama pasien, gangguan beribadah selama sakit,
ketaatan dalam berdo’a dan beribadah.
d. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum Penderita post debridement ulkus dm biasanya timbul nyeri
akibat pembedahanskala nyeri (0 - 10), luka kemungkinan rembes pada balutan.
Tanda-tanda vital pasien (peningkatan suhu, takikardi), kelemahan akibat sisa
reaksi obat anestesi.
2. Sistem pernapasan Ada gangguan dalam pola napas pasien, biasanya pada
pasien post pembedahan pola pernafasannya sedikit terganggu akibat pengaruh
obat anesthesia yang diberikan di ruang bedah dan pasien diposisikan semi
fowler untuk mengurangi atau menghilangkan sesak napas.
3. Sistem kardiovaskuler Denyut jantung, pemeriksaan meliputi inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi pada permukaan jantung, tekanan darah dan nadi
meningkat.
4. Sistem pencernaan Pada penderita post pembedahan biasanya ada rasa mual
akibat sisa bius, setelahnya normal dan dilakukan pengkajian tentang nafsu
makan, bising usus, berat badan.
5. Sistem musculoskeletal Pada penderita ulkus diabetic biasanya ada masalah
pada sistem ini karena pada bagian kaki biasannya jika sudah mencapai stadium
3 – 4 dapat menyerang sampai otot. Dan adanya penurunan aktivitas pada
bagian kaki yang terkena ulkus karena nyeri post pembedahan.
6. Sistem intregumen Turgor kulit biasanya normal atau menurun akibat input dan
output yang tidak seimbang. Pada luka post debridement kulit dikelupas untuk
membuka jaringan mati yang tersembunyi di bawah kulit tersebut.

2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Nanda, (2013), diagnosa keperawatan yang muncul antara lain:
a. Nyeri akut berhubungan dengan insisi pembedahan
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka post operasi debridement
c. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka post debridement.
d. Gangguan Mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri akut.
e. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan penurunan berat badan.

3. Intervensi Keperawatan
a. Diagnosa I:
Nyeri akut berhubungan dengan insisi pembedahan
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam maslaah nyeri berkurang
atau hilang
Kriteria Hasil:
1. skala nyeri berkurang (0-10) menjadi 4
2. pasien terlihat rileks atau nyaman
3. pasien mampu mengontrol nyeri

Intervensi:
1. Pertahankan tirah baring dan posisi yang nyaman
Rasional: dengan adanya tirah baring akan mengurangi nyeri
2. Kaji nyeri menggunakan metode (PQRST) meliputi skala, frekuensi nyeri, dll
Rasional: pengkajian dari frekuensi, skala, waktu, dapat dipertimbangkan
untuk tindakan selanjutnya.
3. Ajarkan teknik relaksasi napas dalam
Rasional: teknik relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri dan membuat relaks
4. Monitor Tanda – tanda vital
Rasional: mengetahui perkembangan kesehatan pasien
5. Kolaborasi untuk pemberian analgetik Rasional: pemberian analgetik untuk
mengurangi nyeri yang dirasakan pasien
b. Diagnosa II:
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka akibat post operasi
debridement
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan masalah
gangguan integritas kulit dapat teratasi
Kriteria Hasil:
1. Integritas kulit yang baik dapat dipertahankan
2. Luka sembuh sesuai kriteria
3. Tidak ada luka atau lesi d. Perfusi jaringan baik e. Menunjukkan proses
penyembuhan luka

Intervensi :
1. Anjurkan pasien memakai pakaian yang longgar
Rasional: udara tidak lembab jadi tidak menyebabkan kuman tumbuh
2. Hindari dari kerutan tempat tidur
Rasional: meminimalkan perlukaan, atau nyeri tekan
3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
Rasional: mencegah kuman maupun bakteri berkembang di sekitar lingkungan
4. Mobilisasi pasien (ubah posisi), miring kanan, miring kiri setiap 2 jam
Rasional: menghindari adanya tekanan dalam waktu yang lama
5. Monitor perkembangan kulit pada luka post debridement setiap hari.
Rasional: perkembangan pada kulit / luka lebih baik.
6. Mengobservasi luka: perkembangan, tanda – tanda infeksi, kemerahan,
perdarahan, jaringan nekrotik, jaringan granulasi.
Rasional: proses penyembuhan luka terkontrol
7. Lakukan teknik perawatan luka dengan prinsip steril
Rasional: luka terkontrol dari infeksi.
8. Kolaborasi pemberian diit kepada penderita ulkus dm.
Rasional: glukosa darah pasien terkontrol

c. Diagnosa III:
Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka post debridement
Tujuan:
setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan resiko infeksi
dpat dicegah dan teratasi.
Kriteria Hasil:
1. Pasien bebas dari tanda gejala infeksi
2. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
3. Jumlah lekosit dlam batas normal
4. Menunjukkan perilaku hidup sehat

Intervensi:
1. Mertahankan teknik aseptif
Rasional: mencegah terjadinya infeksi
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
Rasional: mencegahterjadinya infeksi
3. Monitor tanda dan gejala infeksi
Rasional: merencanakan tindakan untuk menghambat tanda gejala infeksi
4. Meningkatkan intake nutrisi
Rasional: mecegah terjadinya kelemahan/ kelelahan pada pasien
5. Berikan perawatan luka pada area epiderma
Rasional: membersihkan luka, mencegah resiko infeksi
6. Observasi kulit, membrane mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase
Rasional: mengetahui perkembangan penyembuhan luka
7. Inspeksi kondisi luka/insisi bedah
Rasional: mengetahui kondisi luka
8. Kolaborasi pemberian antibiotik.
Rasional: merencanakan pencegahan bakteri patologi / anaerob menyerang pada
insisi pembedahan.

d. Diagnosa IV:
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri akut pada kaki.
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan gangguan
perfusi jaringan dapat diatasi.
Kriteria Hasil:
1. Nyeri berkurang atau hilang
2. Pergerakan / aktivitas pasien bertambah dan tidak terbatasi
3. Pasien mampu memenuhi kebutuhan secara mandiri

Intervensi:
1. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi setiap hari
Rasional: mengetahui kemampuan pasien dalam aktivitasnya sehari – hari
2. Monitoring tanda – tanda vital pasien sebelum dan sesudah latihan
Rasional: mencegah penurunan status kesehatan pasien
3. Bantu klien menggunakan tongkat saat berjalandan cegah terhadap cidera
Rasional: mencegah cidera
4. Damping dan bantu pasien dalam pemenuhan ADLs
Rasional: kebutuhan ADLs pasien terpenuhi
5. Mendekatkan alat / barang yang dibutuhkan pasien
Rasional: pasien tidak kesulitan dalam kebutuhan fasilitasnya
6. Kolaborasi dengan keluarga untuk pemenuhan ADLs paisen
Rasional: memaksimalkan nafsu makan, dan kebutuhan ADLs yang lainnya

e. Diagnosa V:
Ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah berhubungan dengan hiperglikemia
Tujuan:
Setelah dilakukan tindkan keperawatan selama 3 x 24 jam kadar glukosa dalam
dara darah stabil
Kriteria Hasil:
a. Kadar glukosa dalam darah normal (80 – 100 mg/dL)
b. Berat badan ideal atau tidak mengalami penurunan

Intervensi:
1. Kaji faktor yang menjadi penyebab ketidakstabilan glukosa
Rasional: untuk mengetahui tanda gejala ketidakstabilan glukosa
2. Pantau keton urine
Rasional: terjadi atau tidak komplikasi ketoadosis diabetik
3. Gambarkan mengenai proses perjalanan penyakit
Rasional: memberikan sebuah gambaran tetang masalah yang dialami pasien
4. Pantau tanda gejala terjadinya hipoglikemi dan hiperglikemi
Rasional: upaya untuk mengontrol kadar glukosa dalam darah
5. Memberikan penyuluhan mengenai penyakit ulkus diabetik, diit, obat, resep
Rasional: merencanakan, melakukan program penyuluhan, pasin melaksanakan
program diet, dan menerima obat resep
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan oleh
perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien dalam proses
penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan yang dihadapi pasien yang
sebelumnya disusun dalam rencana keperawatan (Nursallam, 2011).

5. Evaluasi
Menurut Nursalam, 2011, evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu:
a. Evaluasi formatif.
Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi dilakukan sampai
dengan tujuan tercapai
b. Evaluasi somatif
Merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini menggunakan SOAP.
LAPORAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 07 Desember 2020
Ruang : Ahmad Dahlan

1. Identitas Klien
Nama : Tn. E
Umur : 50 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Seberang Ulu II Palembang
Agama : Islam
Status : Kawin
Suku/Bangsa : Melayu/Indonesia
Pekerjaan : Buruh
Diagnosa medis : NIDDM
Nomor RM : 63.81.39
Tanggal masuk : 07 Desember 2020

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. D
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Seberang Ulu II Palembang
Hub. Dengan klien : Istri

3. Keluhan Utama
Klien mengatakan badannya lemas, sesak napas, nafsu makan menurun dan batuk.

4. Riwayat Penyakit Sekarang


Klien memiliki penyakit NIDDM atau DM tipe II

5. Riwayat Penyakit Dahulu


Klien mengatakan ia pernah sakit batuk, pilek dan demam.
6. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga tidak mempunyai riwayat diabetes mellitus, hipertensi, jantung, dan lain-
lain.
Genogram

Keterangan :
: Laki-laki : Garis keturunan

: Perempuan : Tinggal serumah

: Meninggal : Klien

: Garis perkawinan

7. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda Vital
Tanggal 07 Desember 2020
Tekanan darah : 130/70 mmHg
Denyut nadi : 90 kali/menit
Pernafasan : 24 kali/menit
Suhu : 36,5°C
b. Kulit
Warna kulit sawo matang, dan tampak normal
c. Kepala dan Leher
Bentuk kepala : normal
Rambut : rambut beruban, pendek, lurus
Mata : simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva anemis, palpebra
tidak kehitaman, penglihatan baik.
Telinga : simetris, tidak ada keluaran yang abnormal.
Hidung : tidak ada sekret, tidak ada lesi, tidak ada massa.
Mulut : Tidak ada sariawan, mukosa bibir kering, tidak ada gusi
berdarah.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe.
d. Jantung
Inspeksi : normal
Palpasi : normal
Perkusi : normal
Auskultasi : normal
e. Paru-paru
Inspeksi : simetris, pengembangan dada kurang maksimal.
Palpasi : pengembangan paru kanan dan kiri simetris.
Perkusi : sonor.
Auskultasi : tidak ada suara whezzing dan ronkhi.
f. Abdomen
Inspeksi : normal
Auskultasi : normal
Palpasi : normal
Perkusi : normal
g. Ekstremitas
1) Look
a) Ekstremitas atas
Warna kulit sawo matang dan merata, kulit kering, tidak ada edema di
telapak tangan kanan dan kiri, tidak ada fraktur dan deformitas.
b) Ekstremitas bawah
Warna kulit sawo matang, bengkak dibagian punggung kaki kanan dan kiri,
tidak ada fraktur dan deformitas.
2) Feel
a) Ekstremitas atas
Tidak terdapat nyeri tekan pada ekstremitas atas kanan dan kiri, tidak ada
baal, tidak ada kesemutan.
b) Ekstremitas bawah
Terdapat nyeri tekan pada bagian punggung kaki kanan dan kiri, nyeri
terasa cekot-cekot dan terkadang tiba-tiba terasa nyeri seperti disetrum,
kadang terasa kesemutan, klien mengatakan skala nyeri 4, frekuensi
nyerinya sering dirasakan.
c) Move
a) Ekstremitas atas :
Tangan kanan dan kiri bisa digerakkan. Tangan kanan dan kiri klien
mampu menentang gravitasi dan tahanan, mampu melakukan fleksi-
ekstensi, pronasi-supinasi, dan rotasi.
b) Ekstremitas bawah :
Kaki kanan dan kiri bisa digerakkan. Kaki kanan dan kiri mampu
menentang gravitasi dan tahanan tetapi kurang maksimal, tidak mampu
melakukan fleksi-ekstensi, dorsofleksi-plantarfleksi.
h. Genetalia
Tidak terkaji.
i. Sistem persarafan
1. Status mental
Tingkat kesadaran compos mentis, GCS 15 (E 4V5M6), gaya bicara pelan dan
jelas.
2. Fungsi intelektual
Orientasi waktu, orang dan tempat baik.
3. Daya pikir
Daya pikir spontan, alamiah dan masuk akal, tidak ada kesulitan berpikir dan
tidak ada halusinasi .
4. Status emosional
Status emosional pasien alamiah dan datar, tidak pemarah, cemas dan tidak
apatis.
j. Sistem Gastrointestinal
Klien mengatakan nafsu makannya menurun.
k. Sistem Imunitas
Klien mengatakan tidak alergi makanan ataupun obat-obatan.

8. Pengkajian Fungsional
a. Persepsi terhadap kesehatan-manajemen kesehatan
Klien mengatakan ketika sakit selalu memeriksakan ke Puskesmas atau dokter.
Klien mengatakan sehat adalah suatu kondisi tubuh yang bisa melakukan apapun,
sedangkan sakit adalah kondisi tubuh yang lemah. Klien tidak minum minuman
keras, tidak merokok, tidak memakai narkoba.
b. Kebutuhan Oksigenasi
Klien tampak sesak dan terpasang nasal kanul.
c. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
Sebelum dirawat di Rumah Sakit klien mengatakan makan 3 kali dalam sehari
dengan porsi sedang, namun sekarang nafsu makan klien sudah berkurang
d. Kebutuhan Eliminasi
Sebelum masuk Rumah Sakit, klien mengatakan melakukan eliminasi urin
sebanyak ± 7-8 kali dalam sehari, eliminasi fekal sebanyak 2 kali selama ± 1 hari
(diare) selama 3 hari.
Saat masuk rumah sakit, frekuensi eliminasi urin sedikit berurang menjadi 5-6 kali
dalam sehari, eliminasi fekal 1 kali dalam sehari dengan konsistensi lembek.
e. Kebutuhan Aktivitas dan Latihan

Aktivitas Mandiri Dengan bantuan


Makan √
Mandi √
Kerapian/penampilan √
Berpakaian √
BAB √
BAK √
Penggunaan kamar √
mandi
Berpindah tempat √
Mobilitas √
Naik/turun tangga √

f. Kebutuhan Istirahat dan tidur


Sebelum sakit, keluarga klien mengatakan frekuensi tidur klien ± 8 jam/hari,
dengan kualitas tidur yang baik dan tidak mengalami gangguan tidur (insomnia,
parasomnia).
Saat masuk rumah sakit, frekuensi tidur klien bertambah, ± tidur klien sekitar 10
jam/hari.
g. Kebutuhan Personal Hygiene
Sebelum sakit, klien selalu mandi 2 kali dalam sehari, rajin menggosok gigi, dan
toileting secara mandiri. Klien mencuci rambut 1 kali dalam 2 hari. Saat sakit,
tidak klien bisa melakukan perawatan diri secara mandiri, seperti mandi, toileting,
namun dalam hal berpakaian klien membutuhkan bantuan orang lain.
h. Kebutuhan Persepsi Sensori
Penglihatan : baik.
Pendengaran : tidak menggunakan alat bantu dengar.
Penciuman : baik, mampu mencium aroma.
Pengecap : baik.
Perabaan : mengenali rangsang (benda tumpul, tajam, halus).
i. Kebutuhan Komunikasi dan Mental
Klien berbicara jelas. Klien menggunakan bahasa Palembang, klien adalah orang
yang ekstrovert.
j. Kebutuhan Kenyamanan
Klien bedrest, ekstremitas bawah terasa nyeri dan berat sehingga malas untuk
berjalan, nyeri yang dirasakan seperti disetrum, kadang terasa kesemutan, klien
mengatakan skala nyeri 4, frekuensi nyerinya sering dirasakan. Klien merasa
lemas.
k. Kebutuhan Seksualitas
Tidak terkaji.
l. Kebutuhan Mekanisme Koping
Klien mengatakan koping yang dilakukan klien saat menghadapi tekanan adalah
menonton tv dan berkebun.
m. Kebutuhan Konsep diri.
Harga diri : klien tidak malu dengan penyakit yang dialaminya.
Ideal diri : klien ingin cepat sembuh dan melakukan pekerjaan seperti
biasa.
Identitas diri : klien mengakui sebagai laki-laki.
Peran : klien sebagai kepala rumah tangga.
Gambaran diri : klien ikhlas dengan penyakit diabetes yang dialami.
n. Kebutuhan Rekreasi dan Spiritual
Sebelum masuk rumah sakit, klien mengatakan suka jalan-jalan menonton televisi
dan berkebun. Klien rajin sholat 5 waktu. Saat masuk rumah sakit, klien hanya
bisa berdoa.

9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
10.

Therapy
IVFD Nacl 0,9%
Lasal sirup 3x1
Lansoprazole 1x1
Azitromisin tab 1x
Inj. Sunsulin 1x8
Inj. Ceftriaxone 2x1
Cetirizine 1x1
Prove D3 1x1
Domperidone 3x1

B. ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah

1 DS : Ketidakseimbangan antara Intoleransi aktivitas


- Klien mengatakan suplai dan kebutuhan
badannya lemas dan oksigen ditandai dengan
tidak sanggup merasa lemah
melakukan aktivitas
sendiri
DO :
- Badan klien tampak
lemas
KU : sedang
TD : 130/70 mmHg
T : 36, 5°C
RR : 24 x/menit
N : 90x/menit

2 DS : Hambatan upaya napas Pola napas tidak efektif


- Klien mengatakan ia (kelemahan otot
sesak napas pernapasan)
DO :
- Aktivitas klien
dibantu oleh keluarga
- TD : 130/70 mmHg
T : 36, 5°C
RR : 24 x/menit
N : 90x/menit

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas (kelemahan otot
pernapasan)
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen

D. INTERVENSI

No Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi (SIKI)


. Keperawatan (SLKI)
(SDKI)

1 Pola napas tidak Setelah dilakukan tindakan MANEJEMEN JALAN


efektif keperawatan selama 1x24 NAPAS (I. 01011)
berhubungan jam diharapkan pola napas
1. Observasi
dengan hambatan membaik dengan kriteria
 Monitor pola napas
upaya napas hasil :
(frekuensi, kedalaman,
(kelemahan otot - Ventilasi semenit
usaha napas)
pernapasan) meningkat
 Monitor bunyi napas
- Kapasitas vital meningkat
tambahan (mis. Gurgling,
- Diameter thoraks anterior-
mengi, weezing, ronkhi
posterior meningkat
kering)
- Tekanan ekspirasi
 Monitor sputum (jumlah,
meningkat
warna, aroma)
- Tekanan inspirasi
2. Terapeutik
meningkat
Pertahankan kepatenan
- Dyspnea menurun
jalan napas dengan head-
- Penggunaan otot bantu
tilt dan chin-lift (jaw-thrust
napas menurun
jika curiga trauma
- Pemanjangan fase
cervical)
ekspirasi menurun
Posisikan semi-Fowler
- Ortopnea menurun atau Fowler
- Pernapasan pursed-tip Berikan minum hangat
menurun Lakukan fisioterapi dada,
- Pernapasan cuping hidung jika perlu
menurun Lakukan penghisapan
- Frekuensi napas membaik lendir kurang dari 15 detik
- Kedalaman napas Lakukan hiperoksigenasi
membaik sebelum
- Ekskursi dada membaik Penghisapan endotrakeal
Keluarkan sumbatan benda
padat dengan
forsepMcGill
Berikan oksigen, jika perlu
3. Edukasi
 Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi.
 Ajarkan teknik batuk
efektif
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu.

2 Intoleransi Setelah dilakukan tindakan MANAJEMEN ENERGI (I.


aktivitas keperawatan selama 1x24 05178)
berhubungan jam diharapkan toleransi
1. Observasi
dengan aktivitas meningkat dengan
 Identifkasi
ketidakseimbangan kriteria hasil :
gangguan fungsi tubuh
antara suplai dan - Frekuensi nadi meningkat
yang mengakibatkan
kebutuhan oksigen - Saturasi oksigen
kelelahan
meningkat
 Monitor
- Kemudahan dalam
kelelahan fisik dan
melakukan aktivitas
emosional
seharihari meningkat
- Kecepatan berjalan  Monitor pola
meningkat dan jam tidur
- Jarak berjalan meningkat  Monitor lokasi
- Kekuatan tubuh bagian dan ketidaknyamanan
atas meningkat selama melakukan
- Kekuatan tubuh bagian aktivitas
bawah meningkat 2. Terapeutik
- Toleransi dalam menaiki  Sediakan
tangga meningkat lingkungan nyaman dan
- Keluhan lelah menurun rendah stimulus (mis.
- Dipsnea saat aktivitas cahaya, suara, kunjungan)
menurun  Lakukan
- Dipsnea setelah aktivitas rentang gerak pasif
menurun dan/atau aktif
- Perasaan lemah menurun  Berikan
- Aritmia saat beraktivitas aktivitas distraksi yang
menurun menyenangkan
- Aritmia setelah  Fasilitas duduk
beraktivitas menurun di sisi tempat tidur, jika
- Sianosis menurun tidak dapat berpindah atau
- Warna kulit membaik berjalan
- Tekanan darah membaik 3. Edukasi
- Frekuensi napas membaik  Anjurkan tirah
- EKG Iskemia membaik baring
 Anjurkan
melakukan aktivitas secara
bertahap
 Anjurkan
menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
 Ajarkan strategi
koping untuk mengurangi
kelelahan
4. Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
E. IMPLEMENTASI

No Hari/tanggal Dx Implementasi

1 Senin, 07 1 MANEJEMEN JALAN NAPAS


Desember
(20.00) Observasi
2020
1. Memonitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha
napas)
2. Memonitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi,
weezing, ronkhi kering)
3. Memonitor sputum (jumlah, warna, aroma)

Terapeutik
1. mempertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt
dan chin-lift (jaw-thrust jika curiga trauma cervical)
2. Memposisikan semi-Fowler atau Fowler
3. Memberikan minum hangat
4. Melakukan fisioterapi dada, jika perlu
5. Melakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
6. Melakukan hiperoksigenasi sebelum
7. Melakukan penghisapan endotrakeal
8. Mengeluarkan sumbatan benda padat dengan forsepMcGill
9. Memberikan oksigen, jika perlu

Edukasi
1. Menganjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi.
2. Mengajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi
1. Berkolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
2 Rabu, 09 2 MANAJEMEN ENERGI
Desember
(21.00) Observasi
2020
1. Mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang
mengakibatkkan kelemahan
2. Memonitor kelemahan fisik dan emosional
3. Memonitor pola dan jam tidur
4. Memonitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas

Terapeutik
1. Menyediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
2. Melakukan rentang gerak pasif/aktif
3. Memberikan aktivitas distraksi yang menenangkan
4. Memfasilitasi duduk di sisi tempat tidur

Edukasi
1. Menganjurkan tirah baring
2. Menganjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
3. Menganjurkan menghubungi perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak berkurang
4. Mengajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan

F. EVALUASI

Hari/tanggal No. Dx Evaluasi

Rabu, 09 1 S : - Klien mengatakan napasnya tidak sesak lagi


Desember 2020 O : - Klien tidak menggunakan O2 nasal kanul lagi
- RR : 22x/menit
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
Kamis, 10 2 S : - Klien mengatakan badannya masih terasa lemah
Desember 2020 - Klien mengatakan belum bisa melakukan aktivitas
sehari-harinya dengan mandiri
O : - Klien tampak berbaring saja
- Aktivitas sehari-hari klien masih dibantu oleh
keluarga
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta:
EGC

Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi


6. Jakarta: EGC

Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC

Indriastuti, Na. 2008. Laporan Asuhan Keperawatan Pada Ny. J Dengan Efusi Pleura
dan Diabetes Mellitus Di Bougenvil 4 RSUP dr Sardjito Yogyakarta. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second


Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media


Aesculapius

Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second


Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Rab, T. 2008. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit PT Alumni

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta:


Prima Medika

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. E DENGAN DIAGNOSA MEDIS

NIDDM DI RUANGAN AHMAD DAHLAN RS. MUHAMMADIYAH

PALEMBANG

Pembimbing Lapangan:

Kalsumiati,S.Kep

Disusun oleh

Nama : Rylis Triany

NIM : PO7120118078

DIII KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2020/2021

Anda mungkin juga menyukai