Anda di halaman 1dari 10

TUGAS

KELOMPOK

KELOMPOK 1
A2

DISUSUN OLEH :
1. JUWITA MAKISAKE (140111040
2. VITA MATASAK (140111040
3. SARA NOVI PINORI (14011104049
4. BELLA BARAHAMA (140111040

DOSEN PENGAJAR
Ns., JULIA ROTTIE, S.Kep., M.Kep.

0
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................1


A. KONSEP MEDIS...............................................................................2
1. DEFINISI ..............................................................................2
2. ETIOLOGI.............................................................................3
3. PATOFISIOLOGI..................................................................3
 PATWAY...................................................................5
4. MANIFESTASI KLINIS.......................................................6
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG...........................................6
6. PENATALAKSANAAN MEDIS..........................................7
7. KOMPLIKASI.......................................................................8
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN.......................................................................
2. DIAGNOSA
3. INTERVENSI
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................9

1
A. KONSEP MEDIS
1. DEFINISI
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri yang menyerang ginjal,
yang sifatnya akut maupun kronis. Pielonefritis akut biasanya akan
berlangsung selama 1 sampai 2 minggu. Bila pengobatan pada pielonefritis
akut tidak sukses maka dapat menimbulkan gejala lanjut yang disebut
dengan pielonefritis kronis. Pielonefritis merupakan infeksi bakteri pada
piala ginjal, tunulus, dan jaringan interstinal dari salah satu atau kedua
gunjal.
Pielonefritis merupakan suatu infeksi dalam ginjal yang dapat
timbul secara hematogen atau retrograd aliran ureteric.
Pielonefritis adalah inflamasi atau infeksi akut pada pelvis renalis,
tubula dan jaringan interstisiel. Penyakit ini terjadi akibat infeksi oleh
bakteri enterit (paling umum adalah Escherichia Coli) yang telah
menyebar dari kandung kemih ke ureter dan ginjal akibat refluks
vesikouretral. Penyebab lain pielonefritis mencakup obstruksi urine atau
infeksi, trauma, infeksi yang berasal dari darah, penyakit ginjal lainnya,
kehamilan, atau gangguan metabolik.
Inflamasi pelvis ginjal disebut Pielonefritis, penyebab radang
pelvis ginjal yang paling sering adalah kuman yang berasal dari kandung
kemih yang menjalar naik ke pelvis ginjal. Pielonefritis ada yang akut dan
ada yang kronis.
Pielonefritis merupakan infeksi piala pada ginjal, tubulus, dan
jaringan

2. EPIDEMIOLOGI
Pielonefritis merupakan keadaan yang sangat sering ditemukan
pada praktek umum (biasanya disebabkan oleh bacteria E.colli) dan
merupakan 40% dari infeksi yang didapat dirumah sakit (nosokomial)
sering disebabkan oleh Enterobacter atau Klebsiella.

2
3. ETIOLOGI
Escherichia coli (bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di
usus besar) merupakan penyebab dari 90% infeksi ginjal diluar rumah
sakit dan penyebab dari 50% infeksi ginjal di rumah sakit.
Infeksi biasanya berasal dari daerah kelamin yang naik ke kandung
kemih. Pada saluran kemih yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya bisa
dicegah oleh aliran air kemih yang akan membersihkan organisme dan
oleh penutupan ureter di tempat masuknya ke kandung kemih.
Berbagai penyumbatan fisik pada aliran air kemih (misalnya batu
ginjal atau pembesaran prostat) atau arus balik air kemih dari kandung
kemih ke dalam ureter, akan meningkatkan kemungkinan terjadinya
infeksi ginjal. Infeksi juga bisa dibawa ke ginjal dari bagian tubuh lainnya
melalui aliran darah.
Keadaan lainnya yang meningkatkan resiko terjadinya infeksi
ginjal adalah:
1. kehamilan
2. kencing manis
3. keadaan-keadaan yang menyebabkan menurunnya sistem
kekebalan tubuh untuk melawan infeksi.

4. PATOFISIOLOGI
Masuk ke dalam pelvis ginjal dan terjadi inflamasi. Inflamasi ini
menyebabkan pembekakan daerah tersebut, dimulai dari papila dan
menyebar ke daerah korteks. Infeksi terjadi setelah terjadinya cytitis,
prostatitis (asccending) atau karena  infeksi  steptococcus yang berasal dari
darah (descending).
Pyelonefritis dibagi menjadi 2 macam yaitu :
1. Pyelonefritis akut.

3
2. Pyelonefritis kronik.
Pyelonefritis akut biasanya singkat dan sering terjadi infeksi
berulang karena tetapi tidak sempurna atau infeksi baru. 20 % dari infeksi
yang berulang terjadi setelah dua minggu setelah terapi selesai. Infeksi
bakteri dari saluran kemih bagian bawah ke arah ginjal, hal ini akan
mempengaruhi fungsi ginjal. Infeksi saluran urinarius atau dikaitkan
dengan selimut.abses dapat di jumpai pada kapsul ginjal dan pada taut
kortikomedularis. Pada akhirnya, atrofi dan kerusakan tubulus serta
glomerulus terjadi.
Kronik pielonefritis kronik juga berasal dari adanya bakteri, tetapi
dapat juga karena faktor lain seperti obstruksi saluran kemih dan refluk
urin. Pyelonefritis kronik dapat merusak jaringan ginjal secara permanen
akibat inflamasi yang berulang kali dan timbulnya  parut dan dapat
menyebabkan terjadinya renal faiure (gagal ginjal) yang kronik. Ginjal pun
membentuk jaringan parut progresif, berkontraksi dan tidak berfungsi.
Proses perkembangan kegagalan ginjal kronis dari infeksi ginjal yang
berulang – ulang berlangsung beberapa tahun atau setelah infeksi yang
gawat. Pembagian Pyelonefritis akut sering di temukan pada wanita hamil,
biasanya diawali dengan hidro ureter dan Pyelonefrosis akibat obstruksi
ureter karena uterus yang membesar.

4
Patway

Penyebab ( Bakteri )

masuk Saluran kemih masuk saluran Darah

Adanya Obstruksi ginjal

Aliran Balik Ginjl oleh bakteri

Peradangan/infeksi ginjal

Hematuria demam
Nyeri
akut

Perubahan keNyamanan Kurang pengetahuan Hiperter


mi

Ansieta
Gg. PoLa
s
Tidur
penguapan berlebihan Mukosakering

Nafsu Makan
Resiko
Kekurangan
Volume Gg. Nutrisi
Cairan

Intoleransi Kelemahan

5
5. MANIFESTASI KLINIK
Gejala yang paling umum dapat berupa demam tiba-tiba, kemudian
dapat disertai menggigil, nyeri punggung bagian bawah, mual dan muntah
(Barbara Engram, 1988).
Pielonefritis akut: pasien pielonefritis akut mengalami demam dan
menggigil, nyeri tekan pada kostovertebrel (CVA), Leokositosis, dan
adanya bakteri dan sel darah putih dalam urinselain itu gejala saluran
urinarius bawah seperti disuria dan sering berkemihumumnya terjadi.
Infeksi saluran urinarius atas dikaitkan dengan selimut antibodi bakteri
dalam urin.
Ginjal pasien pielonefritis biasanya membesar disertai
infiltrasiinterstisial sel-sel inflamasi. Abses dapat di jumpai pada kapsul
ginjal dan pada taut kartiko medularis. Pada akhirnya, atrofi dan kerusakan
tubulus serta glomerulus terjadi. Ketika pielonefritis menjadi kronis, ginjal
membentuk jaringan parut, berkontraksi dan tidak berfungsi
Pielonefritis kronis:biasanya tanpa gejala infeksi, kecuali terjadi
eksaserbasi. Tada-tanda utama mencakup keletiah sakit kepala,
nafsumakan rendah, poliuria, haus yang berlebihan, dan kehilangan berat
badan. Infeksi yang menetap atau kambuh dapat menyebabkan jaringan
parut progresif di ginjal disertai gagal ginjal pada akhirnya.

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Urinalisis

6
a) Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting
adanya ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5
leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih.
b) Hematuria: hematuria- positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB
sediment air kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai
keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun
urolitiasis.
2. Bakteriologis
a) Mikroskopis : satu bakteri lapangan pandang minyak emersi.
102 -103 organisme koliform / mL urin plus piuria
b) Biakan bakteri
c) Tes kimiawi : tes reduksi griess nitrate berupa perubahan warna
pada uji carik
3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
4. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter
urin dari urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam
kateter dianggap sebagai criteria utama adanya infeksi.
5. Metode tes
a) Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan
nitrit (tes Griess untuk pengurangan nitrat).
b) Tes esterase lekosit positif: maka pasien mengalami piuria.
c) Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang
mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
6. Penyakit Menular Seksual (PMS): Uretritia akut akibat organisme
menular secara seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria
gonorrhoeae, herpes simplek).
7. Tes- tes tambahan :
a) Urogram intravena (IVU).
b) Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga dapat
dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari

7
abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau
abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate.
c) Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur
urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab
kambuhnya infeksi yang resisten.

7. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pielonefritis Akut: pasien pielonefritis akut beresiko terhadap
bakteremia dan memerlukan terapi antimikrobial yang intensif. Terapi
parentral di berikan selama 24-48 jam sampai pasien afebril. Pada waktu
tersebut, agens oral dapat diberikan. Pasien dengan kondisi yang sedikit
kritis akan efektif apabila ditangani hanya dengan agens oral. Untuk
mencegah berkembangbiaknya bakteri yang tersisa, maka pengobatan
pielonefritis akut biasanya lebih lama daripada sistitis.
Masalah yang mungkin timbul dalam penanganan adalah infeksi
kronik atau kambuhan yang muncul sampai beberapa bulan atau tahun
tanpa gejala. Setelah program antimikrobial awal, pasien dipertahankan
untuk terus dibawah penanganan antimikrobial sampai bukti adanya
infeksi tidak terjadi, seluruh faktor penyebab telah ditangani dan
dikendalikan, dan fungsi ginjal stabil. Kadarnya pada terapi jangka
panjang.
Pielonefritis kronik: agens antimikrobial pilihan di dasarkanpada
identifikasi patogen melalui kultur urin, nitrofurantion atau kombinasi
sulfametoxazole dan trimethoprim dan digunakan untuk menekan
pertumbuhan bakteri. Fungsi renal yang ketat, terutama jika medikasi
potensial toksik.

8. KOMPILKASI
Pielonefritis kronik: penyakit ginjal stadium akhir (mulai dari hilangnya
progresifitas nefron akibat inflamasi kronik dan jaringan parut)hipertensi,

8
danpembentukan batu ginjal (akibat infeksi kronik disertai organisme
pengurai-urea, yang mengakibatkan terbentuknya batu).

DAFTAR PUSTAKA

http://askep-ebook.blogspot.com
http://cnennisa.files.wordpress.com
http://harnawatiaj.wordpress.com
Engram, Barbara. (1992). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.
VolumeI. EGC. Jakarta.
Lawler, William, dkk. (1992). Buku Pintar Patologi Untuk Kedokteran Gigi.
EGC. Jakarta.
Nettina, Sandra M. (2001). Pedoman Praktik Keperawatan. EGC. Jakarta.
Price, Sylvia,dkk. (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Edisi 6. EGC. Jakarta
Tambayong, jan. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai