Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

RUPTUR UTERI

DISUSUN OLEH :
NAMA : FERI HARTANTI
NIM : 230506

AKADEMI KEPERAWATAN KRIDA HUSADA KUDUS


Jl. Lambao No. 1 Singocandi Kab. Kota Kudus
2005 / 2006
TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
Penyakit Paru Obstruksi Menahun (PPOM) adalah merupakan satu
kelompok penyakit paru yang mengakibatkan obstruksi yang menahun dan
persisten dari jalan nafas di dalam paru. (Junaidi, 1992 : 218)
Penyakit Paru Obstruksi Menahun (PPOM) adalah merupakan suatu
Istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang
berlangsung lama dan ditandai peningkatan resistensi terhadap aliran udara
sebagai gambaran patofisiologi utamanya. (Wilson, 1995 : 699).

B. ETIOLOGI
Penyebab utama obstruksi yaitu :
1. Informasi jalan nafas
2. Perlengkapan mukosa
3. Penyempitan lumen jalan nafas
4. Kerusakan jalan nafas (Doenges, 2000 : 152)

C. PATOLOGI
Tiga mekanisme terjadinya obstruksi :
5. Intraluminer
Akibat infeksi dan iritasi yang menahun lumen bronkus
sebagaian tertutup oleh sekret yang berlebihan.
6. Intramular
Terjadinya penebalan dinding bronkus
7. Ekstramural
Kelainan diluar saluran nafas
Destruksi dari jaringan paru mengakibatkan hilangnya traksi
radial dinding bronkus ditambah dengan hiperinflasi jaringan paru
menyebabkan penyempitan saluran nafas. (Junaidi, 1992 : 219).

D. KLASIFIKASI
8. Bronkitis Kronik
Inflamasi luar jalan nafas dengan penyempitan atau hambatan
jalan nafas dan peningkatan produksi sputum mukoid, menyebabkan
ketidakcocokan ventilasi perfusi dan menyebabkan sianosis.
9. Asma
Merupakan suatu penyakit yang dicirikan oleh hipersensitivitas
cabang-cabang trakeobronkial terhadap berbagai jenis rangsangan.
10. Imfisema Paru-Paru
Merupakan suatu perubahan anatomis parenkim paru-paru yang
ditandai dengan pembesaran alveolus dan duktus alveolaris, serta
destruksi dinding alveolar. (Wilson, 1995 : 689).

E. KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi
11. Kegagalan respirasi
Disertai sesak nafas
12. Kardiovaskuler : Korpulmonale aritmia jantung
13. Hematologik : Polisitemia
14. Ulkus peptikum. (Junaidi, 1992 : 220)

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan faal paru :
15. Spirometri
16. Kapasitas difusi
17. Analisa gas darah arterial
18. Scanning paru. (Junaidi, 1992 : 220)

G. PENATALAKSANAAN
19. Pengobatan farmakologi
- Obat-obat golongan adrenalin : adrenalin, salbutamol.
- Golongan Xamin : Aminofilin, teofilin
- Kortukosteroid
20. Terapi inhalasi
- Pemberian oksigen
- Humidifikasi dan nebulasi
21. Fisioterapi dan rehabilitasi. (Junaidi, 1992 : 220)
H. FOKUS PENGKAJIAN
22. Aktivitas/istirahat tidur
Gejala : Keletihan, kelelahan, malaise
Tanda : Keletihan, gelisah, insomnia, kelemahan umum
23. Sirkulasi
Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah
Tanda : Peningkatan TD
Peningkatan frekuensi jantung
Distensi vena leher
24. Integritas Ego
Gejala : Peningkatan faktor resiko
Perubahan pola hidup
Tanda : Ansietas, ketakutan, peka rangsang
25. Makanan/Cairan
Gejala : Mual dan muntah
Anoreksia
Penurunan berat badan menetap (emfisema)
Peningkatan berat badan menunjukkan edema (bronkitis)
Tanda : Turgor kulit buruk
Edema dependen
Berkeringat, penurunan berat badan
26. Higiene
Gejala : Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan
melakukan aktivitas sehari-hari
Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.
27. Pernafasan
Gejala : Nafas pendek
Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari
Tanda : - Pernafasan, biasanya cepat
- Tabuh pada jari-jari
- Kesulitan bicara kalimat/lebih dari 4 atau 5 kata sekaligus
- Bunyi nafas mungkin redup dengan ekspirasi mengi
(emfisema)
28. Keamanan
Gejala : Riwayat reaksi alergi atau faktor lingkungan
Adanya/berulangnya infeksi
Kemerahan/berkeringat
29. Sexsualitas
Gejala : Penurunan libido
30. Interaksi Sosial
Gejala : Hubungan ketergantungan, kurang sistem pendukung, penyakit
lama.
Tanda : - Ketidakmampuan untuk membuat/mempertahankan suatu
karena distres pernafasan
- Keterbatasan mobilitas fisik
31. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : Penggunaan/penyalahgunaan obat pernafasan
Kesulitan menghentikan merokok
Penggunaan alkohol secara teratur
Kegagalan untuk membaik. (Doenges, 2000 : 102)
I. FOKUS INTERVENSI
32. Bersihkan jalan nafas tak efektif b.d Peningkatan produksi sekret
Intervensi : - Auskultasi bunyi jantung nafas
- Kaji/pantau frekuensi pernafasan
- Catat adanya/derajat dispnea
- Kaji pasien untuk posisi yang nyaman
- Observasi karakteristik batuk
- Meningkatkan masukan cairan s.d 3000 ml/hr sesuai
toleransi jantung.
- Bantu klien melakukan latihan nafas abdomen atau
bernafas melalui mulut.
- Kolaborasi medis

33. Gangguan pertukaran gas b.d gangguan suplai oksigen


Intervensi : - Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan
- Tinggikan kepala tempat tidur
- Dorong mengeluarkan sputum
- Auskultasi bunyi nafas
- Awasi tingkat kesadaran/status mental

34. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d dispnea


Intervensi : - Kaji kebiasaan diet dan jenis makanan yang dikonsumsi
selama ini.
- Auskultasi bising usus
- Berikan perawatan mulut yang sering
- Bersihkan sekret dan sediakan tempat membuang sekret
atau tissue
- Berikan porsi makanan yang kecil dan sering
- Jangan berikan makanan dan minuman yang
menimbulkan gas
- Jangan berikan makanan yang terlalu panas atau dingin
- Ukur berat badan sesuai kebutuhan. (Doenges, 2000 :
156)

Anda mungkin juga menyukai