Anda di halaman 1dari 7

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum

MTsN 3 Lhoknga beralamat di Jln Banda Aceh-Meulaboh Km 14,

Desa Lamkruet, Kecamatan Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar. MTsN

merupakan salah satu sekolah yang berada di pesisir pantai Lhoknga.

Mayoritas siswi di sekolah tersebut merupakan penduduk dari kecamatan

Lhoknga. Jumlah siswa/i MTsN 3 Lhoknga yaitu __ orang, dengan

jumlah laki-laki sebanyak __ orang dan perempuan sebanyak ___ orang.

2. Karakteristik

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Remaja Berdasarkan Umur di SMA


Negeri 11 Banda Aceh
Audio Visual Leaflet
No Umur
f % f %
1 15 Tahun 3 7,5 0 0,0
2 16 Tahun 31 77,5 21 52,5
3 17 Tahun 4 10,0 19 47,5
4 18 Tahun 2 5,0 0 0,0
Total 40 100 40 100

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa mayoritas umur remaja

pada kelompok audio visual yaitu 16 tahun sebanyak 77,7%, begitu juga

pada kelompok leaflet sebanyak 52,5%.

3. Analisis Univariat
Tabel 4.2 Rata-Rata Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Siswi
MTsN 3 Lhoknga Kabupaten Aceh Besar Sebelum Dan
Sesudah Perlakuan Pada Setiap Kelompok
No Kelompok Mean SD Min Max
1 Peer Group Sebelum 26,83 3,91 15,00 35,00
Education Sesudah 35,10 3,28 22,00 40,00
Selisih 8,26 3,37 1,00 18,00
2 Penyuluhan Sebelum 27,69 3,71 19,00 36,00
Sesudah 34,21 3,03 27,00 39,00
Selisih 6,51 4,49 0,00 18,00

Rata-rata pengetahuan sebelum diberikan perlakuan pada kelompok

peer group education yaitu 26,83 dengan standar deviasi 3,91, sedangkan

rata-rata pengetahuan sesudah diberikan perlakuan adalah 35,10 dengan

standar deviasi 3,28. Terjadi peningkatan pengetahuan pada kelompok ini

dengan rata-rata peningkatan yaitu 8,26 dengan standar deviasi 3,37.

Pada kelompok penyuluhan, rata-rata pengetahuan sebelum

diberikan perlakuan yaitu 27,69 dengan standar deviasi 3,71, sedangkan

rata-rata pengetahuan sesudah diberikan perlakuan adalah 34,21 dengan

standar deviasi 3,03. Terjadi peningkatan pengetahuan pada kelompok ini

dengan rata-rata peningkatan yaitu 6,51 dengan standar deviasi 4,49.

4. Analisis Bivariat

a. Perbedaan Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan


Pada Setiap Kelompok

Hasil uji normalitas menggunakan Shapiro Wilk pada

pengetahuan remaja sebelum dan sesudah diberikan audio visual dan

leaflet tidak berdistribusi normal (p>0,05) sehingga uji yang

digunakan yaitu uji wilcoxon Signed Ranks Test.


Tabel 1. Hasil Uji Statistik (Wilcoxon Signed Ranks Test)
Rata-Rata Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Siswi
MTsN 3 Lhoknga Kabupaten Aceh Besar Sebelum
Dan Sesudah Perlakuan Pada Setiap Kelompok
Kelompok Mean ± SD Δmean ± SD p-value
Peer Group Sebelum 26,83 ± 3,91
8,26 ± 3,37 0,000
Education Sesudah 35,1 ± 3,28
Sebelum 27,69 ± 3,71
Penyuluhan 6,51 ± 4,49 0,000
Sesudah 34,21 ± 3,03

Berdasarakan hasil uji wilcoxon menunjukkan ada perbedaan

yang bermakna pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan

perlakuan pada kelompok peer group education dengan p value =

0,000 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa metode peer group

education efektif untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan

reproduksi siswi MTsN 3 Lhoknga Kabupaten Aceh Besar sebelum

dan sesudah perlakuan.

Hasil uji wilcoxon juga menunjukkan ada perbedaan yang

bermakna pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan

pada kelompok penyuluhan dengan p value = 0,000 (p<0,05). Hal ini

menunjukkan bahwa penyuluhan kesehatan reproduksi efektif untuk

meningkatkan pengetahuan siswi MTsN 3 Lhoknga Kabupaten Aceh

Besar.

b. Perbedaan Rata-Rata Pengetahuan Sebelum, Sesudah, dan


Selisih Pada Kelompok Lembar Balik Dan Kelompok Leaflet

Tabel 4.6 Hasil Uji Statistik (Wilcoxon Signed Ranks Test)


Rata-Rata Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Siswi
MTsN 3 Lhoknga Kabupaten Aceh Besar Sebelum
Dan Sesudah Perlakuan Pada Kelompok Peer Group
Education dan Kelompok Penyuluhan
Pengetahuan Perlakuan p-value
Kelompok Kelompok
Peer Group Education Penyuluhan
(mean ± SD) (mean ± SD)
Sebelum 26,83 ± 3,91 27,69 ± 3,71 0,435
Sesudah 35,1 ± 3,28 34,21 ± 3,03 0,048
Selisih 8,26 ± 3,37 6,51 ± 4,49 0,007

Hasil uji mann wihtney menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang bermakna rata-rata pengetahuan kesehatan

reproduksi pada siswi MTsN 3 Lhoknga sebelum perlakuan pada

kelompok peer group education dan kelompok penyuluhan dengan p

= 0,435 (p>0,05). Setelah diberikan perlakuan pada kelompok peer

group education dan kelompok penyuluhan, berdasarkan uji mann

withney menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna rata-rata

pengetahuan siswi MTsN 3 Lhoknga dengan p = 0,048 (p<0,05).

Hasil uji mann withney menunjukkan bahwa ada perbedaan

bermakna pada peningkatan pengetahuan kesehatan reproduksi siswi

MTsN 3 Lhoknga sebelum dan sesudah diberikan perlakuan dengan

p = 0,007 (p<0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan

metode peer group education lebih efektif meningkatkan

pengetahuan kesehatan reproduksi siswi MTsN 3 Lhoknga.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari setiap perlakuan

yang diberikan terjadi kenaikan rata-rata nilai pengetahuan, dimana rata-rata

pengetahuan pada kelompok peer group education yaitu 8,25, lebih tinggi

dibandingkan pada kelompok penyuluhan yaitu 6,51. Hasil uji statistik


menunjukkan nilai yang signifikan pada setiap kelompok sebelum dan

sesudah perlakuan (p=0,000).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di SMAN 1

Rasau Jaya yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna

antara nilai pengetahuan sebelum dengan sesudah diberikan promosi

kesehatan dengan metode Peer education mengenai DBD (p=0,000). Begitu

juga pada kelompok kontrol, dimana hasil uji statistik menunjukkan ada

perbedaan rata-rata pengetahuan sebelum dengan sesudah diberikan ceramah

mengenai DBD (p=0,000).

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

pengetahuan sebelum diberikan perlakuan pada kelompok peer group

education dan kelompok penyuluhan (p=0,435). Hal ini menunjukkan bahwa

rata-rata pengetahuan siswi MTsN 3 Lhoknga mengenai kesehatan reproduksi

pada kelompok peer group education dan kelompok penyuluhan sebelum

perlakuan relatif sama.

Sesudah perlakuan, terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata

pengetahuan siswi tentang kesehatan reproduksi pada kelompok peer group

education dan kelompok penyuluhan (p=0,048). Hasil penelitian juga

menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata peningkatan

pengetahuan siswi tentang kesehatan reproduksi sebelum dan sesudah

perlakuan pada kelompok peer group education dan kelompok dengan (p=

0,007). Hal ini menunjukkan bahwa metode peer group education lebih
efektif meningkatkan pengetahuan siswi tentang kesehatan reproduksi

dibandingkan dengan metode penyuluhan.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di YP SMA

Singosari Deli Tua, yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

pengetahuan remaja tentang tuberkulosis paru pada penyuluhan kesehatan

model peer group antara kelompok intervensi dengan kelompok non-

intervensi (p=0,000). Akan tetapi, pnelitian ini tidak sejalan dengan penelitian

yang dilakukan di MTs KHR Ilyas Desa Tambakrejo yang menunjukkan

bahwa tidak ada perbedaan yang signifikasi antara penyuluhan peer group

dengan penyuluhan oleh petugas kesehatan terhadap tingkat pengetahuan

tentang menarche (p=0,125).

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui pancaindra penglihatan dan

pendengaran. Sumber informasi merupakan salah satu faktor yang dapat

menpengaruhi pengetahuan seseorang.33

Peer group education atau pendidikan sebaya merupakan penyampaian

edukasi dan informasi yang disampaikan oleh seorang teman atau kelompok

masyarakat yang dikategorikan berdasarkan umur, kelas atau status.37

Pendidikan kesehatan menggunakan metode peer group education lebih

efektif meningkatkan pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi karena

informasinya disampaikan oleh teman sendiri dengan menggunakan bahasa

yang sama, dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja, serta seseorang akan
lebih terbuka dan berani untuk menanyakan informasi pada teman sejawatnya

(Guldal, et al 2012).

Menurut asumsi peneliti, kelompok peer group education lebih efektif

meningkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dikarenakan siswa lebih

terbuka dan berani bertanya kepada teman sebaya tentang hal-hal yang

kurang dipahami. Selain itu, penyampaian informasi dapat dilakukan

berulang-ulang dan dalam kelompok kecil sehingga siswi lebih leluasa untuk

saling berbagi pengalaman.

Berbeda halnya pada kelompok penyuluhan yang dilakukan dalam

kelompok besar. Siswi kurang leluasa untuk mengajukan pertanyaan dan

merasa malu untuk bertanya karena pemberi penyuluhan dilakukan petugas

kesehatan. Hasil pengamatan peneliti menunjukkan bahwa sebagian siswi

juga kurang memperhatikan informasi yang disampaikan.

Anda mungkin juga menyukai