Anda di halaman 1dari 1

Hipertensi merupakan salah satu Penyakit Tidak Menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan

yang sangat serius. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita tidak
mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Penyakit
hipertensi semakin tahun semakin meningkat.
Berdasarkan riskesdas (riset kesehatan dasar) 2013 prevalensi hipertensi di indonesia pada umur <18
tahun sebesar 25,8%. Prevalensi hipertensi di Kalimantan Selatan menempati prevalensi hipertensi
tertinggi kedua yaitu sebesar (30,8 %) setelah Bangka Belitung (30,9 %), sedangkan terendah di
Papua Barat (20,1%) (Depkes, 2013), Menurut data WHO tahun 2013 menunjukkan, di seluruh dunia
sekitar 982 juta orang atau 26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi dengan perbandingan 26,6%
pria dan 26,1% wanita. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari
982 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 649 sisanya berada di negara
sedang berkembang, termasuk Indonesia (Kemenkes, 2013). Hipertensi merupakan faktor utama
penyakit-penyakit kadiovaskular yang merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia.
(Tumenggung, 2013).
Faktor- faktor resiko yang dapat meningkatkan prevalensi hipertensi ada berbagai macam, seperti
kerusakan ginjal, jantung koroner, dan stroke (Mursiany dkk, 2013). Faktor resiko ini akan semakin
besar pada pasien dengan kepatuhan pengobatan yang rendah. Ketidakpatuhan memiliki potensi yang
besar terjadi pada seseorang yang sudah berusia lebih dari 40 tahun atau usia pertengahan. Karena
kurangnya pengetahuan, motivasi, dukungan petugas kesehatan dan dukungan keluarga, pemberian
obat dalam waktu yang panjang, persepsi terhadap obat, persepsi terhadap penyakit. Ketidakpatuhan
terhadap terapi hipertensi merupakan faktor yang menghambat pengontrolan tekanan darah sehingga
membutuhkan intervensi untuk meningkatkan kepatuhan terapi (Filho et al., 2013).
Lanjut usia (lansia) merupakan usia yang beresiko tinggi terhadap penyakit-penyakit degeneratif,
seperti penyakit jantung koroner (PJK), diabetes melitus, gout (reumatik), kanker dan salah satu
penyakit paling sering diderita oleh lansia adalah hipertensi (Darmojo, 2010). Rendahnya kesadaran
keluarga untuk memeriksakan tekanan darahnya secara rutin dan memiliki pola makan yang tidak
sehat serta kurangnya olah raga merupakan pemicu terjadinya peningkatan kasus hipertensi (Hamid,
2013). Dukungan sosial dapat diberikan kepada anggota keluarga dalam merawat dan meningkatkan
status kesehatannya adalah dengan memberikan rasa nyaman, perhatian, penghargaan, dan
pertolongan atau memberikan pelayanan dengan sikap menerima kondisinya (Tumenggung, 2013)
Ketidakpatuhan minum obat wajar terjadi pada lansia karena lansia tidak teratur minum obat,
menghentikan pengobatan sendiri karena bosan minum obat, tidak ada
keluhan hipertensi yang dirasakan, malas kontrol, merasa sudah sembuh, persepsi hipertensi yang
diderita tidak bisa disembuhkan dan alasan masalah ekonomi dan kurang biaya, penyebab
kepatuhan sangat kompleks termasuk kompleksitas regimen obat, perilaku, usia, rendahnya
dukungan sosial, dan problem kognitif (Morisky et al., 2008)

Anda mungkin juga menyukai