PEMBINAAN
KEDISIPLINAN
PESERTA DIDIK
Disusun oleh:
Laode Muhammad Apdy Poto
Wahyu Kuncoro
Penulis:
Laode Muhammad Apdy Poto
Wahyu Kuncoro
Penyunting:
Huda Saifullah Kamalie
Tim Dit. SMK
Desain Sampul:
Sonny Rasdianto
Layout:
Winih Wicaksono
ISBN: 978-602-5517-65-5
PEMBINAAN
KEDISIPLINAN
PESERTA DIDIK
Disusun oleh:
Laode Muhammad Apdy Poto
Wahyu Kuncoro
Direktur SMK
DAFTAR ISI
BAB V. PENUTUP 68
DAFTAR PUSTAKA 69
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 pada pasal 3 menyebutkan
bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Krisis nilai-nilai karakter bangsa dan makna perjuangan hidup yang
dialami suatu bangsa akan berdampak luas terhadap timbulnya berbagai
krisis-krisis lainnya yang apabila tidak segera dapat diatasi dengan penuh
kesadaran bersama maka pada gilirannya akan membawa akibat buruk
terhadap perkembangan pola pikir sumberdaya manusia Indonesia. Lebih
berbahaya lagi apabila perubahan pola pikir tersebut mengancam
kepentingan bangsa dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
BAB II
PEMBENTUKAN KARAKTER
MELALUI LATIHAN DASAR KEDISIPLINAN
A. Pengertian Disiplin
Disiplin adalah kontrol diri dalam mematuhi aturan baik yang dibuat oleh
diri sendiri maupun diluar diri baik keluarga, lembaga pendidikan, masyarakat,
bernegara maupun beragama. Disiplin juga merujuk pada kebebasan individu
untuk tidak bergantung pada orang lain dalam memilih, membuat keputusan,
tujuan, melakukan perubahan perilaku, pikiran maupun emosi sesuai dengan
prinsip yang diyakini dari aturan moral yang dianut.
Istilah kedisiplinan memiliki makna yang beragam diantaranya yaitu
penertiban dan pengawasan diri, penyesuaian diri terhadap aturan, kepatuhan
terhadap perintah pimpinan, penyesuaian diri terhadap norma-norma
kemasyarakatan dan lain-lain. Disiplin adalah kepatuhan seseorang dalam
mengikuti peraturan atau tata tertib didorong oleh adanya kesadaran yang ada
pada kata hatinya. Disiplin dapat diartikan sebagai suatu hal yang mendorong
untuk harus melakukan perbuatan yang sesuai dengan aturanaturan yang telah
ada.
2.1. Kerjasama Guru dan Peserta Didik dalam Mengembangkan Disiplin di Sekolah
Disiplin merupakan suatu kegiatan yang dilakukan agar tidak terjadi suatu
pelanggaran terhadap suatu peraturan yang berlaku demi terciptanya suatu
tujuan. Disiplin adalah proses atau hasil pengarahan untuk mencapai tindakan
yang lebih efektif. Dalam menciptakan disiplin yang efektif diperlukan
kegiatan-kegiatan diantaranya sebagai berikut:
Jika dalam suatu sekolah berkembang budaya bersih tentu akan sangat
tidak nyaman manakala kita membuat sampah sembarang dan semua warga
sekolah melihat kita menyatakan keheranan dan menunjukkan bahwa perilaku
yang dilakukan adalah salah. Sekolah adalah institut yang memiliki
kewenangan untuk membuat peserta didik belajar mengembangkan perilaku
yang sehat, salah satunya adalah disiplin. Proses pendidikan dan pembelajaran
yang dapat dilakukan di sekolah untuk mengembangkan disiplin peserta didik
sebagai berikut:
1) Mengembangkan pikiran dan pemahaman serta perasaan positif peserta
didik tentang manfaat disiplin bagi perkembangan diri mengembangkan
keterampilan contohnya dengan memberikan nasehat-nasehat tentang
pentingnya berperilaku disiplin baik dirumah maupun di sekolah,
menyisipkan nilai karakter kedisiplinan pada pembelajaran.
2) Mengembangkan pemahaman dan perasaan positif peserta didik tentang
aturan dan manfaat mematuhi aturan dalam kehidupan contohnya
penerapan peraturan sekolah yang ketat bagi seluruh warga sekolah.
Berdasarkan narasi peranan sekolah dalam hal ini guru dan tenaga
kependidikan serta peranan orang tua yang penting dalam pembentukan
disiplin peserta didik maka salahsatu strategi implementasi komitmen
tersebut yakni dengan membuat “Kontrak (komitmen) kerja dari guru, orang
tua dan peserta didik (contoh penerapan di SMK Mitra Industri MM2100)”
sehingga proses pembinaan disiplin akan terjadi baik di sekolah maupun di
keluarga. Pembiasaan disiplin mengakibatkan munculnya kemauan diri sendiri
peserta didik akan pentingnya disiplin tersebut. Dengan adanya disiplin yang
tertanam dari diri peserta didik akan menjadikan mereka lebih aktif dan kreatif
dalam belajar. Dengan adanya disiplin belajar yang baik bagi peserta didik
akan meningkatkan serta memperbesar kemungkinan peserta didik untuk
berkreasi dan berprestasi. Sehingga apabila peserta didik memiliki displin
dalam waktu belajar makapeserta didik tersebut akan termotivasi untuk selalu
belajar dan belajar. Dengan adanya kesidiplinan yang telah diterapkan dan
ditanamkan akanmendukung keberhasilan dan kesuksesan bagi diri peserta
didik sendiri.
1) Berhenti Khawatir Tentang Apa Yang Orang Lain Pikirkan kepada Anda
Ketika anda khawatir apa yang orang lain pikirkan tentang anda, mereka
juga khawatir apa yang orang lain hal dari mereka. Kebanyakan orang
sibuk memikirkan diri sendiri untuk berpikir tentang anda.
Berkonsentrasi pada pembangunan kepercayaan diri anda dan jangan
khawatir tentang hal apa yang orang lain pikirkan tentang anda.
2) Anda Harus Pelajari Bagaimana Menjadi Yakin
Kepercayaan diri adalah sifat yang bisa dipelajari, artinya bukan sesuatu
yang mewarisi. Belajar seumur hidup adalah keterampilan, dan
meningkatkan rasa percaya diri adalah sesuatu yang selalu bisa
dipelajari. Ini hampir seperti otot, anda harus melakukan sesuatu yang
kecil setiap hari untuk meningkatkan rasa percaya diri
3) Pandang Diri Sendiri Secara Positif
Cara pandang yang keliru kepada diri sendiri secara alam bawah sadar
membangun rasa minder, rasa takut bahkan rasa bersalah berlarut-larut.
Perasaan yang salah ini menjadikan seseorang selalu rendah diri dan
selalu merasa berada di belakang orang lain atau tertinggal dari
kebanyakan orang. Yang lebih buruk lagi, seseorang merasa ini adalah
“kutukan” yang tidak terhindarkan dari garis kehidupan. Sedemikian
cara agar percaya diri meningkat adalah memandang diri sendiri secara
positif. Yakinlah bahwa setiap orang memiliki berbagai macam
kelebihan dan kekurangan. Apa yang tidak dimiliki orang lain bisa jadi
anda memilikinya, demikian pula sebaliknya. Ubah cara pandang
terhadap diri sendiri terlebih dahulu untuk mengembangkan dan
meningkatkan percaya diri.
4) Tingkatkan Pengetahuan dan Keterampilan
Kita tidak akan pernah mengalami peningkatan percaya diri ketika
Keterampilan dan pengetahuan masih seperti dahulu. Tidak ada
wawasan dan Ilmu baru yang anda miliki, sementara orang lain semakin
hebat dan handal dalam bidang baru. Perluas ilmu pengetahuan dan
wawasan anda, karena informasi dan pengetahuan adalah kekuatan
anda menghadapi lingkungan dan orang-orang sekitar.Banyak
membaca, menulis, berdiskusi dan bertukar pikiran dengan orang lain,
sehingga pengalaman anda lebih cepat terakumulasi dari komunikasi
tersebut.Tekuni bidang keterampilan yang anda paling sukai dan
tambah terus keterampilan baru yang selaras dengan pengetahuan
anda.
Sebagai bangsa yang majemuk dan plural, baik dari sisi agama, etnis, suku,
maupun kelompok, maka sangat penting bagi sekolah untuk
menyelenggarakan pendidikan bela negara kepada semua elemen dan
komponen bangsa. Pendidikan Bela Negara sangat penting bagi peserta didik
agar supaya dapat memahami, menyadari dan menjiwai tentang nasionalisme,
patriotisme dan wawasan kebangsaan. Dalam penjelasan Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa
keterampilan jasmani.
3) Sumpah Pemuda
4) Proklamasi Kemerdekaan
Hal-hal yang berhubungan dengan arti dan makna persatuan Indonesia
apabila dikaji lebih jauh, terdapat beberapa prinsip yang juga harus kita
hayati serta kita pahami dan amalkan yakni:
1) Prinsip Bhineka Tunggal Ika.
Prinsip ini mengharuskan kita mengakui bahwa bangsa Indonesia
merupakan bangsa yang terdiri dari berbagai suku, bahasa, agama dan
adat kebiasaan yang majemuk. Hal ini mewajibkan kita bersatu sebagai
bangsa Indonesia.
2) Prinsip Nasionalisme Indonesia.
Kita mencintai bangsa kita, tidak berarti bahwa kita mengagung-
agungkan bangsa kita sendiri. Nasionalisme Indonesia tidak berarti
bahwa kita merasa lebih unggul daripada bangsa lain. Kita tidak ingin
memaksakan kehendak kita kepada bangsa lain, sebab pandangan
semacam ini hanya mencelakakan kita. Selain tidak realistis, sikap
seperti itu juga bertentangan dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan
Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3) Prinsip Kebebasan yang Bertanggungjawab
Manusia Indonesia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Ia
memiliki kebebasan dan tanggung jawab terhadap dirinya, terhadap
sesamanya dan dalam hubungannya dengan Tuhan Yang maha Esa.
4) Prinsip Wawasan Nusantara
Dengan wawasan itu, kedudukan manusia Indonesia ditempatkan dalam
kerangka kesatuan politik, sosial, budaya, ekonomi, serta pertahanan
keamanan. Dengan wawasan itu manusia Indonesia merasa satu, senasib
sepenanggungan, sebangsa dan setanah air, serta mempunyai satu
tekad dalam mencapai cita-cita pembangunan nasional.
5) Prinsip Persatuan Pembangunan untuk Mewujudkan Cita-cita Reformasi.
Dengan semangat persatuan Indonesia kita harus dapat mengisi
kemerdekaan serta melanjutkan pembangunan menuju masyarakat yang
adil dan makmur.
Pengamalan Nilai-nilai Persatuan dan Kesatuan tentu dengan
mempertahankan Persatuan dan Kesatuan Wilayah Indonesia. Pepatah
mengatakan “bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”. Oleh karena itu yang
perlu kita tegakkan dan lakukan adalah:
a. Meningkatkan semangat kekeluargaan, gotong-royong dan
musyawarah;
b. Meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia dalam berbagai aspek
kehidupan
C. Lembar Kegiatan
Lembar Kegiatan 1. Simulasi Latihan Dasar Kedisiplinan
Langkah-langkah kegiatan:
1. Peserta menyimak pengantar
2. Peserta menyimak penjelasan narasumber tentang materi pembinaan
kedisiplinan Peserta Didik
3. Peserta mendapatkan dan diminta untuk membaca materi pembinaan
kedisiplinan Peserta Didik
4. Peserta membentuk kelompok kecil beranggotakan 5-6 orang
5. Setiap kelompok menyusun program pelaksanaanLDK di sekolah sesuai
format LK 1. yang telah ditentukan
6. Perwakilan peserta melakukan presentasi dan tanya jawab terhadap
materi yang disajikan
D. Refleksi
Petunjuk :
a. Simaklah pertanyaan refleksi berikut:
1. Bagaimana kesan anda setelah mengikuti materi ini?
2. Apakah anda telah menguasai materi ini? Jika ada materi yang belum
dikuasai tulis materi apa saja.
3. Manfaat apa yang anda peroleh setelah menyelesaikan materi ini?
4. Apa yang akan anda lakukan setelah menyelesaikan materi ini?
b. Tulislah jawaban anda pada lembar kertas yang disediakan fasilitor!
c. Kumpulkan hasil refleksi pada fasilitator anda !
BAB III
IMPLEMENTASI PERATURAN BARIS BERBARIS (PBB)
3. Gerakan Berjalan
Berikut ini akan dijelaskan 4 langkah berjalan:
1) Maju Jalan
Dalam sikap sempurna, Aba-aba: M A J U = J A L A N
Pelaksanaan: Pada aba-aba pelaksanaan kaki/kiri diajukan ke depan,
lutut lurus, telapak kaki diangkat rata sejajar dengan tanah setinggi +20
cm, kemudian dihentakkan ke tanah dengan jarak satu langkah, dan
Gambar 3.3. upacara bendera SMK Nurul Islam dan SMKN 1 Mundu
C. Tata Upacara
Upacara adalah serangkaian kegiatan yang diikuti oleh sejumlah pegawai
sebagai peserta upacara, disusun dalam barisan di suatu lapangan/ruangan
dengan bentuk segaris atau bentuk U, dipimpin oleh seorang Inspektur
Upacara dan setiap kegiatan, peserta upacara melakukan ketentuan-
ketentuan yang baku melalui perintah pimpinan upacara, dimana seluruh
kegiatan tersebut direncanakan oleh Perwira upacara dalam rangka
mencapai tujuan upacara.
Definisi mengenai tata upacara termaktub pada pasal 1 ayat (5) Undang-
undang Nomor 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan dan dan Peraturan
Pemerintah nomor 62 Tahun 1990 tentang Ketentuan Keprotokolan
Mengenai Tata Tempat, Tata Upacara Dan Tata Penghormatan, yang
menyatakan bahwa Tata Upacara adalah aturan untuk melaksanakan
upacara dalam Acara Kenegaraan atau Acara Resmi. Secara garis besar,
pedoman pelaksanaan upacara harus disusun terlebih dahulu dalam tahap
perencanaan.
Berdasarkan Pasal 24 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2010 tentang
Keprotokolan maka beberapa hal yang perlu diperhatikan agar keberhasilan
dalam penyelenggaraan upacara dalam Acara Kenegaraan atau Acara Resmi
dapat tercapai meliputi 3 hal:
a. Kelengkapan upacara;
b. Perlengkapan upacara;
c. Urutan acara dalam upacara.
Manfaat Tata Upacara Sipil (TUS) ini adalah bagian dari pembinaan
disiplin. Pembinaan ini dilakukan secara terus menerus selama mengikuti
kependidikan, dengan semua kegiatan dilakukan serba tertib yakni tertib di
ruang kelas, tertib di ruang tidur, tertib di ruang makan, tertib di lapangan,
tertib pengaturan dan penggunaan waktu (tepat waktu) dan kegiatan-
kegiatan lain yang tertib akan melahirkan suatu disiplin yang prima.
Upacara dilakukan secara tertib dan teratur menurut urut-urutan acara
yang telah dilakukan dengan gerakan-gerakan dan langkah-langkah kaki
yang seragam dan serentak sesuai gerakan/langkah yang ditentukan dalam
Peraturan Baris Berbaris (PBB).Maka kepada peserta sebelum mendapatkan
pelajaran TUS ini Saudara harus betul-betul memahami dan menguasai serta
mampu melakukan ketentuan yangberlaku pada PBB.Karena upacara yang
berdasarkan PBB itu membutuhkan mental yang kuat, disiplin yang tinggi
dan fisik yang bugar dan tegar, sehingga tercermin suatu kekhidmatan dari
upacara itu.
Berbagai macam upacara yang kita ketahui, secara garis besar dikenal
upacara umum yang biasanya dilaksanakan di lapangan dan upacara khusus
biasanya di dalam ruangan. Aturan untuk melaksanakan upacara dalam
acara kenegaraan atau acara resmi, mengacu pada Peraturan Pemerintah
Nomor 62 Tahun 1990 Tentang Ketentuan Keprotokolan Mengenai Tata
Tempat, Tata Upacara dan Tata Penghormatan. Dalam pelaksanaan aturan
tersebut merupakan Pedoman Umum Tata Upacara Sipil yang memuat
sebagai perencana dan pelaksanaan upacara untuk menjawab apa, siapa
yang harus berbuat apa, dimana dan bilamana tata caranya serta bentuk dan
jenisnya.
Sedangkan Pedoman umum pelaksanaan upacara meliputi
kelengkapan dan perlengkapan upacara, langkah-langkah persiapan,
petunjuk pelaksanaan dan susunan acaranya.Pada dasarnya upacara
bendera dilaksanakan di lapangan dan jumlah pesertanya lebih banyak,
sedangkan upacara bukan upacara bendera di ruangan jumlah pesertanya
lebih relatif sedikit/menyesuaikan ukuran ruangan.
a. Manfaat tata upacara
Tata upacara Sipil berguna bagi peserta didik untuk memahami dan turut
membantu dalam merencanakan pengaturan masing masing peran
penanggung jawab/perwira upacara, Inspektur upacara, maupun
sebagai komandan upacara, upacara bukan upacara bendera dan
kegiatan pelaporan kesiapan mulai belajar atau selesai mengikuti
pelajaran setiap hari kepada guru di kelas.
b. Pengertian dan pembagian tata upacara
Sesuai Pasal 1 ayat 5 UU No. 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan dan
Pasal 1 ayat 7 Peraturan Pemerintah No. 62 Th 1990 tentang Ketentuan
D. Lembar Kegiatan
Lembar Kegiatan 3. Simulasi Implementasi Tata Upacara Bendera
Langkah-langkah kegiatan:
1. Peserta menyimak pengantar
2. Peserta menyimak penjelasan pelatih tentang materi peraturan baris
berbaris (PBB)
3. Peserta membentuk tiga peleton sesuai intruksi pelatih
4. Setiap peleton melakukan simulasi PBB sesuai intruksi pelatih
5. Semua peserta melaksanaakan apel dan upacara secara rutin selama
pelatihan
6. Peserta menyimak penguatan dari pelatih
E. Refleksi
Petunjuk :
a. Simaklah pertanyaan refleksi berikut:
1. Bagaimana kesan anda setelah mengikuti materi ini?
2. Apakah anda telah menguasai materi ini? Jika ada materi yang belum
dikuasai tulis materi apa saja.
3. Manfaat apa yang anda peroleh setelah menyelesaikan materi ini?
4. Apa yang akan anda lakukan setelah menyelesaikan materi ini?
b. Tulislah jawaban anda pada lembar kertas yang disediakan fasilitor!
c. Kumpulkan hasil refleksi pada fasilitator anda !
BAB IV
PEMBENTUKAN PERILAKU MORAL
A. Konsep Moral.
Moral yang dalam bahasa latinnya disebut 'mores' yang berarti adat
kebiasaan, di dalam Dictionary of Education, (Carter V. Good ed., 1973: 372),
dijelaskan bahwa moral ialah “a term used to delimit those characters, traits,
itentions, judgments or acts which can appropriately be designated as right,
wrong, good, bad”. Menurut definisi ini moral merupakan suatu istilah yang
digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai kehendak,
pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah,
baik, buruk.
Ada beragam pengetahuan moral yang dapat kita manfaatkan ketika
kitaberhadapan dengan tantangan-tantangan moral dalam hidup. Enam
pengetahuan moral berikut diharapkan dapat menjadi tujuan pendidikan
karakter.
1. Kesadaran Moral (Moral Awareness)
Kegagalan moral yang sering terjadi pada diri manusia dalam semua
tingkatan usia adalah kebutaan moral; kondisi di mana orang tak mampu
melihat bahwa situasi yang sedang ia hadapi melibatkan masalah moral
dan membutuhkan pertimbangan lebih jauh. Anak-anak dan remaja
khususnya sangat rentan terhadap kegagalan seperti ini bertindak tanpa
mempertanyakan "apakah ini benar?" Bahkan seandainya pertanyaan
seperti "mana yang benar?" terlintas dalam benak seseorang, ia masih
tetap bisa gagal melihat masalah moral spesifik dalam sebuah situasi
moral. Anak-anak harus mengetahui bahwa tanggung jawab moral
pertama mereka adalah menggunakan akal mereka untuk melihat kapan
sebuah situasi membutuhkan penilaian moral kemudian memikirkan
dengan cermat pertimbangan apakah yang benar untuk tindakan
tersebut. Untuk membentuk warga negara yang bertanggung jawab
harus ada upaya membuat mereka terinformasi. Pendidikan nilai dapat
melakukan tugas ini dengan mengajarkan siswa cara memastikan fakta
terlebih dahulu sebelum membuat sebuah timbangan moral.
2. Mengetahui Nilai-Nilai Moral (Moral Values)
Nilai moral seperti menghormati kehidupan dan kemerdekaan,
bertanggung jawab terhadap orang Iain, kejujuran, keadilan, toleransi,
sopan santun, disiplin diri, integritas, belas kasih, kedermawanan, dan
keberanian adalah faktor penentu dalam membentuk pribadi yang baik.
Jika disatukan, seluruh faktor ini akan menjadi warisan moral yang
diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Melek etis
menuntut adanya pengetahuan terhadap semua nilai ini. Mengetahui
bisa berada dalam keadaan di mana mereka mengetahui apa yang harus
dilakukan, merasa harus melakukannya, tetapi masih belum bisa
menerjemahkan perasaan dan pikiran tersebut dalam tindakan. Untuk
memahami sepenuhnya apa yang menggerakkan seseorang sehingga
mampu melakukan tindakan bermoral atau justru menghalanginya, kita
perlu melihat lebih jauh dalam tiga aspek karakter lainnya yakni:
kompetensi moral, kemauan, dan kebiasaan.
1. Kompetensi moral.
Kompetensi moral adalah kemampuan mengubah pertimbangan dan
perasaan moral ke dalam tindakan moral yang efektif. Untuk
menyelesaikan sebuah konflik secara adil, misalnya, kita membutuhkan
keterampilan praktis seperti mendengarkan, mengomunikasikan
pandangan kita tanpa mencemarkan nama baik orang lain, dan
melaksanakan solusi yang dapat diterima semua pihak. Kompetensi juga
berperan dalam situasi-situasi moral lainnya. Untuk membantu
seseorang yang tengah menghadapi kesulitan, kita harus dapat
memikirkan dan melaksanakan rencana yang sudah dibuat. Pelaksanaan
rencana akan lebih mudah jika sebelumnya kita telah memiliki
pengalaman menolong orang yang tengah menghadapi kesulitan.
2. Kemauan
Dalam situasi-situasi moral tertentu, membuat pilihan moral biasanya
merupakan hal yang sulit. Menjadi baik sering kali menuntut orang
memiliki kehendak untuk melakukan tindakan nyata, mobilisasi energi
moral untuk melakukan apa yang menurut kita harus dilakukan.
Kehendak dibutuhkan untuk menjaga emosi agar tetap terkendali
olehakal.Kehendak juga dibutuhkan untuk dapat melihat dan
memikirkan suatu keadaan melalui seluruh dimensi moral.Kehendak
dibutuhkan untuk mendahulukan kewajiban, bukan kesenangan.
Kehendak dibutuhkan untuk menahan godaan, bertahan dari tekanan
teman sebaya, dan melawan gelombang. Pada dasarnya kehendak
merupakan inti keberanian moral.
3. Kebiasaan.
Dalam banyak situasi, kebiasaan merupakan faktor pembentuk perilaku
moral.Orang-orang yang memiliki karakter yang baik bertindak dengan
sungguhsungguh, loyal, berani, berbudi, dan adil tanpa banyak tergoda
oleh hal-hal sebaliknya. Mereka bahkan sering kali menentukan "pilihan
yang benar" secara tak sadar. Mereka melakukan hal yang benar karena
kebiasaan. Untuk alasan inilah sebagai bagian dari pendidikan moral,
anak-anak membutuhkan banyak kesempatan untuk membangun
kebiasaan-kebiasaan baik, dan banyak berlatih untuk menjadi orang
baik. Itu berarti mereka harus memiliki banyak pengalaman menolong
orang lain, berbuat jujur, bersikap santun dan adil. Dengan demikian,
kebiasaan baik ini akan selalu siap melayani mereka dalam keadaan sulit
sekalipun. Dalam diri seseorang yang berkarakter baik, pengetahuan,
perasaan, dan tindakan moral biasanya bekerja secara bersama-sama
untuk saling mendukung. Tentu saja, tidak selalu demikian; orang yang
sangat baik sekalipun sering kali gagal menunjukkan moral terbaik
mereka. Tetapi ketika kita membangun karakter yang merupakan sebuah
proses seumur hidup, kehidupan bermoral yang kita jalani secara
bertahap akan dapat memadukan pertimbangan, perasaan, dan pola-
pola tingkah laku yang benar.
Salah satu cara untuk menumbuhkan aspek moral feeling adalah dengan
cara membangkitkan kesadaran anak akan pentingnya memberikan
komitmen terhadap nilai-nilai moral. Sebagai contoh untuk untuk
menanamkan kecintaan anak untuk jujur dengan tidak mencontek, orang
tua harus dapat menumbuhkan rasa bersalah, malu dan tidak empati atas
tindakan mencontek tersebut. Kecintaan ini (moral feeling) akan menjadi
kontrol internal yang paling efektif, selain kontrol eksternal berupa
pengawasan orang tua terhadap tindak tanduk anak dalam keseharian.
Terdapat enam hal aspek emosi merupakan yang harus dirasakan oleh
seseorang untuk menjadi manusia bermoral atau berkarakter, yakni
conscience (nurani), self esteem (percaya diri), empathy (merasakan
penderitaan orang lain), loving the good (mencintai kebenaran), self
control (mampu mengontrol diri) dan humility (kerendahan hati).
Namun, pendidikan nilai / moral atau karakter hanya sampai pada moral
feeling saja tidaklah cukup, sebab sebatas ingin atau mau, tanpa disertai
perbuatan nyata hanya menghasilkan manusia munafik.
Di kalangan remaja dan pelajar, merosotnya nilai-nilai moral dan
karakter remajaini dapat dilihat dari beberapa kejadian dan perilaku
tindakan kriminal yang semakin merebak dalam berbagai jenis, bentuk,
dan polanya yang sering dijumpai dalam media massa dan elektronik.
Fenomena seperti itu dapat dilihat dengan adanya perkelahian antar-
pelajar, penggunaan obat terlarang (narkotika, ekstasi, dan sejenisnya),
kebut-kebutan di jalan raya, pemerkosaan, pencurian, pecandu
minuman beralkohol, penodongan, pelecehan seksual, dan perilaku
lainnya yang melanggar nilai etika dan norma susila di kalangan
remaja/pelajar. Adapun tempat kejadiannya bisa terjadi di kota-kota
besar, kota kabupaten, dan bahkan di pelosok-pelosok daerah termasuk
di lingkungan lembaga sekolah. Jika hal ini berlangsung terus dan dan
tidak dikendalikan secara tepat maka akan berdampak negatif terhadap
merosotnya lembaga pendidikan sebagai tempat untuk membina dan
mendidik generasi muda sebagai penerus bangsa yang berakhlak mulia.
Beberapa kegiatan prefentif untuk menghalau dan mencegah
STOP CORRUPTION
Pergaulan Sehat
menanamkan pertanyaan “Apa yang akan terjadi pada diri saya nanti
jika saya lalai dalam menyusun langkah untuk menjadi individu yang
lebih baik?” kemudian hal itu diiringi dengan tindakan-tindakan
positif untuk kemajuan diri para remaja. Dengan itu maka remaja-
remaja akan berpikir panjang untuk melakukan hal-hal menyimpang
dari aturan/norma.
internet Sehat
Dunia internet sekarang ini menjadi sebuah bagian yang viral dan
vital dalam berkomunikasi digital. Bagi sebagian orang internet adalah
sebuah media yang dapat mengembangkan kemampuan baik
intelektual, life skill atau wawasan. Namun begitu banyaknnya nilai-nilai
intelektual dalam bentuk ide-ide dalam dunia maya, kadang kala
kemampuan tersebut disalahgunakan. Hal ini bisa dikarenakan juga dari
C. Lembar Kegiatan
Lembar Kegiatan 5. Penyusunan program penyuluhan pembentukan
perilaku moral
Langkah-langkah kegiatan:
1. Peserta menyimak pengantar
2. Peserta menyimak penjelasan narasumber tentang materi
pembentukan perilaku moral
3. Peserta mendapatkan dan diminta untuk membaca materi
pembentukan perilaku moral
4. Peserta membentuk kelompok kecil beranggotakan 5-6 orang
5. S e t i a p k e l o m p o k m e n y u s u n p r o g r a m p e n y u l u h a n y a n g
melibatkan institusi terkaitke dalam format LK 5 dengan materi :
- Penyuluhan anti NAPZA
- Penyuluhan anti korupsi
- Penyuluhan pergaulan sehat
- Penyuluhan internet sehat di sekolah
BAB V
PENUTUP