Anda di halaman 1dari 5

NAMA : DITA LESTARI

NIM :183145201137

Pengertian data klinik laboratorium= Interpretasi Data Klinik. Pemeriksaan


laboratorium rutin dilakukan untuk mendapatkan informasi yang berguna dalam
pengambilan keputusan klinik mulai dari pemilihan obat, penggunaan obat hingga
pemantauan efektivitas dan keamanan, apoteker memerlukan hasil pemeriksaan
laboratorium. Hasil pemeriksaan tersebut dibutuhkan sebagai pertimbangan dalam
penggunaan obat, penentuan dosis, hingga pemantauan keamanan obat.
Tujuan data klinik laboratorium dalam praktik klinik kefarmasian = Tujuan Sebagai
acuan bagi apoteker untuk melakukan interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium
pasien dalam pencapaian hasil terapi yang telah ditetapkan dan meminimalkan
kesalahan obat.
Interpretasi/profil data laboratorium dari :
-Pemeriksaan Hematologi = Hematologi rutin adalah pemeriksaan rutin dan lengkap
yang mencakup sel-sel darah dan bagian-bagian lain dari darah, yang meliputi
pemeriksaan haemoglobin, jumlah eritrosit, hematokrit, MCV, MCH, MCHC, RDW,
leukosit, hitung jenis dan trombosit (Niki Diagnostic Center, 2011). Pada pemeriksaan
hematologi rutin (darah lengkap) selalu menggunakan sampel darah segar. Darah
segar ( fresh whole blood ) merupakan kontrol yang ideal untuk pemeriksaan darah
lengkap karena secara fisik dan biologi identik dengan material yang akan diperiksa
(Van Dun, 2007). Pemeriksaan darah hematologi lengkap (biasanya dirujuk sebagai
hitung darah lengkap), mencakup indeks sel darah merah, hitung leukosit dan jenis
hitung trombosit, pemeriksaan apus darah, dan Laju Endap Darah (LED) (Niki
Diagnostic center, 2013).
-Pemeriksaan Elektrolit = Pemeriksaan elektrolit pada serum dengan menggunakan
alat elektrolit analizer dengan metode elektroda ion selektif. Serum dari darah yang
diambil sebanyak 5 ml digunakan sebagai sampel setelah disentrifuse selama 3 menit
dengan kecepatan 4000 rpm. Dimana nilai normal dari kadar elektrolitnya yaitu: Natrium
(Na+ ): 135 – 145 mEq/L, Kalium (K+ ): 3,5 – 5,3 mEq/L dan Klorida (Cl‾): 100 – 106
mEq/L. Dari hasil pemeriksaan tersebut 90 data pasien menunjukkan hasil 88 pasien
yang memiliki kadar elektrolit yang tinggi yaitu diatas nilai normal dan hanya 2 pasien
yang normal. Sehingga banyak menimbulkan gangguan-gangguan pada pasien.
Pemeriksaan elektrolit yang sering diminta oleh para klinisi untuk menilai keseimbangan
kadar elektrolit dalam tubuh adalah pemeriksaan Na+ , K+ , Cl- . Kalium merupakan
analit kimia yang penting karena kelainannya dapat segera mengancam nyawa,
sehingga kesalahan pengukuran dapat menimbulkan konsekuensi serius apabila terapi
didasarkan pada hasil yang tidak akurat (Sacher and Pherson, 2004; Wingo, 1997).
-Analisa Gas Darah= Analisa gas darah (AGD) adalah prosedur pemeriksaan medis
yang bertujuan untuk mengukur jumlah oksigen dan karbon dioksida dalam darah. AGD
juga dapat digunakan untuk menentukan tingkat keasaman atau pH darah. Dengan
demikian pemeriksaan analisa gas darah dapat menentukan seberapa baik paru-paru
dalam bekerja memindahkan oksigen ke dalam darah dan mengeluarkan karbon
dioksida dari darah. Ketidakseimbangan antara oksigen, karbon dioksida, dan tingkat
pH darah dapat mengindikasikan adanya suatu penyakit atau kondisi medis tertentu.
Sebagai contoh pada gagal ginjal, gagal jantung, diabetes yang tidak terkontrol,
pendarahan, keracunan zat kimia, overdosis obat, dan syok. Pemeriksaan AGD akan
memberikan hasil pengukuran yang tepat dari kadar oksigen dan karbon dioksida
dalam tubuh. Hal ini dapat membantu dokter menentukan seberapa baik paru-paru dan
ginjal bekerja. Biasanya dokter memerlukan tes analisa gas darah apabila menemukan
gejala-gejala yang menunjukkan bahwa seorang pasien mengalamai
ketidakseimbangan oksigen, karbon dioksida, atau pH darah. Gejala yang dimaksud
meliputi:  Sesak napas  Sulit bernafas  Kebingungan  Mual.
A. Interpretasi Hasil Pemeriksaan pH Serum pH menggambarkan keseimbangan
asam basa dalam tubuh. Sumber ion hidrogen dalam tubuh meliputi asam volatil dan
campuran asam seperti asam laktat dan asam keto.  Nilai normal pH serum:  Nilai
normal : 7.35 - 7.45  Nilai kritis : < 7.25 - 7.55
B. Interpretasi Hasil Tekanan Parsial Karbon Dioksida, (PaCO2). PaCO2
menggambarkan tekanan yang dihasilkan oleh CO2 kyang terlarut dalam plasma.
Dapat digunakan untuk menetukan efektifitas ventilasi dan keadaan asam basa dalam
darah.  Nilai Normal : 35 - 45 mmHg  SI : 4.7 - 6.0 kPa
C. Interpretasi Hasil Tekanan Parsial Oksigen, (PaO2). PaO2 adalah ukuran tekanan
parsial yang dihasilkan oleh sejumlah oksigen yang terlarut dalam plasma. Nilai ini
menunjukkan kemampuan paru-paru dalam menyediakan oksigen bagi darah.  Nilai
Normal (suhu kamar, tergantung umur): 75 - 100 mmHg  SI : 10 - 13.3 kPa
D. Interpretasi Hasil Saturasi Oksigen, (SaO2). Jumlah oksigen yang diangkut oleh
hemoglobin, ditulis sebagai persentasi total oksigen yang terikat pada hemoglobin. 
Nilai Normal : 95 - 99 % O2
-Urinalisis = Urinalisis adalah pemeriksaan yang dilakukan melalui analisis sampel urine
di laboratorium. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi atau mendiagnosis
penyakit serta memantau kondisi kesehatan dan fungsi ginjal. Urinalisis juga dilakukan
sebagai bagian dari pemeriksaan kehamilan.
Sampel urine diambil, urine akan dianalisa di laboratorium dengan tiga cara, yaitu:
Tes visual urine
Pada tes ini, jumlah dan warna urine akan diperiksa. Urine yang berwarna merah atau
cokelat tua mungkin mengandung darah, sedangkan urine yang berwarna keruh bisa
jadi pertanda adanya infeksi pada saluran kemih. Sementara itu, urine berbusa patut
dicurigai sebagai kemungkinan penyakit ginjal.
Pemeriksaan dengan mikroskop
Pemeriksaan dengan mikroskop dilakukan untuk mengetahui keberadaan atau
kandungan zat tertentu di dalam urine. Umumnya, urine yang normal tidak mengandung
sel darah merah dan sel darah putih, bakteri, atau kristal yang bisa menjadi pertanda
batu ginjal.
Tes dipstick
Pada tes ini, strip plastik tipis akan dicelupkan ke dalam urine. Tes ini biasanya untuk
mengetahui tingkat keasaman atau pH urine, kadar protein, glukosa, bilirubin, sel darah
merah, dan sel darah putih di dalam urine.

-Pemeriksaan Faal Ginjal= Filtrasi Glomerulus. Laju filtrasi glomerulus digunakan


sebagai ukuran untuk mengetahui besarnya kerusakan ginjal karena filtrasi glomerulus
merupakan tahap awal dari fungsi nefron. Besarnya laju filtrasi glomerulus sama
dengan klirens suatu bahan yang difiltrasi secara bebas oleh glomerulus, tidak
direabsorbsi dan tidak disekresi oleh tubulus ginjal. Klirens yaitu volume darah atau
plasma yang dibersihkan dari bahan tertentu oleh ginjal dalam satu satuan waktu.
Bahan penanda filtrasi adalah bahan endogen dan bahan eksogen. Bahan endogen
berat molekul kecil seperti Kreatinin, Cystatin-c, ß-2 mikroglobulin, α-1 mikrogobulin dan
retinol binding protein. Bahan penanda filtrasi eksogen yakni inulin, PAH/ Para amino
hipurat, iohexol, DTPA, 99m Tc-diethylene triamine penta acetic acid, 51- Cr-EDTA dan
125 I-iothalamate.
-Pemeriksaan Gastrointestinal = Endoskopi gastrointestinal (EGI) merupakan salah
satu teknik dalam ilmu gastroenterologi-hepatologi untuk melihat secara langsung
keadaan di dalam saluran cerna dengan menggunakan alat yang bernama endoskop.
Endoskop adalah alat untuk melakukan pemeriksaan penunjang untuk diagnosis
bahkan alat endoskop juga dipakai untuk tindakan terapeutik di saluran pencernaan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode
Januari – Agustus 2016, didapatkan pasien yang melakukan pemeriksaan endoskopi
gastrointestinal di poli endoskopi RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado yang
memenuhi kriteria inklusi sebanyak 59 pasien. Dari 59 pasien tersebut didapatkan
pasien berjenis kelamin lakilaki sebanyak 30 pasien (51%) dan yang berjenis kelamin
perempuan sebanyak 29 pasien (49%) . Hasil penelitian pasien yang melakukan
pemeriksaan endoskopi berdasarkan diagnosis mendapatkan bahwa gastritris kronis
disertai infeksi Helicobacter pylori merupakan diagnosis yang lebih banyak ditemukan
melalui pemeriksaan endoskopi dan hasil biopsi dibandingkan dengan diagnosis
lainnya. Hal serupa ditemukan pada prevalensi gastritis kronik di Indonesia yaitu lebih
dari 80% disebabkan oleh infeksi bakteri Helicobacter pylori. 13 Hal ini terjadi antara
lain karena asupan alkohol berlebihan, merokok, penggunaan obat-obatan NSAID,
makanan yang dapat merangsang asam lambung, dan stress. Dari hasil penelitian dan
bahasan dapat disimpulkan bahwa mayoritas pasien ialah laki-laki, kelompok usia 50-
59 tahun, dengan indikasi dispepsia/nyeri epigastrium, tindakan endoskopi EGD, dan
diagnosis setelah biopsi gastritis kronik disertai infeksi Helicobacter pylori.

-Pemeriksaan Fungsi Hati= Tes fungsi yang umum dilakukan memeriksa kadar enzim
SGPT dan SGOT. SGPT dan SGOT merupakan enzim-enzim pada hati yang akan
meningkat jumlahnya di dalam tubuh jika hati mengalami kerusakan baik kerusakan
fungsi hati secara akut maupun kronis. Nilai normal SGOT adalah 3-45 u/L, sedangkan
nilai normal SGPT adalah 0-35 u/L (terdapat sedikit variasi dari nilai normal dan sangat
tergantung dari laboratorium tempat pemeriksaan). SGOT dan SGPT merupakan enzim
yang dapat ditemukan pada sel-sel hati. Karena itu jika terjadi kerusakan (nekrosis) sel-
sel hati, seperti yang terjadi pada infeksi akut virus hepatitis, enzim-enzim tersebut
keluar dari sel hati dan masuk ke dalam darah. Semakin banyak sel-sel hati yang rusak,
semakin tinggi pula kadar SGOT/SGPT yang terukur di dalam darah. Terutama bila
kadar SGPT yang meningkat, hal tersebut lebih menunjukan adanya kerusakan pada
sel hati. 

Secara laboratoriium, pemeriksaan enzim hati pada hepatitis akut didapati adanya
peninggian SGOT dan SGPT sampai 20-50 kali normal dengan SGPT lebih tinggi
SGOT daripada SGPT (SGOT/SGPT < 0,7). Jika nilai di atas normal dan peningkatan
tidak lebih dari 3x batas normal, biasanya mengarah kepada perlemakan hati/fatty liver.

-Pemeriksaan Lemak = Profil lipid darah adalah suatu gambaran kadar lipid di dalam
darah. Beberapa gambaran yang diperiksa dalam pemeriksaan ini adalah kolestrol total,
trigliserida, High Density Lipoprotein (HDL), dan Low Density Lipoprotein
(LDL).Gambaran profil lipid merupakan suatu indikator yang baik untuk memprediksi
apakah seseorang memiliki resiko yang besar untuk terkena penyakit jantung koroner
(Selwyn, 2005). Pemeriksaan Profil Lipid dilakukan oleh sepuluh pasien di Balai
Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera.Pemeriksaan profil lipid meliputi
pemeriksaan kolesterol, pemeriksaan LDL kolesterol, pemeriksaan HDL kolesterol, dan
pemeriksaan trigliserida.Pemeriksaan dilakukan menggunakan alat spektrofotometri
dengan metode kolorimetri. Dari pemeriksaan yang telah dilakukan, terdapat lima
pasien yang mengalami peningkatan kadar lipid (hiperlipidemia), dan lima pasien
memiliki kadar profil lipid normal.
Berdasarkan data dan hasil penelitian yang dilakukan pada Balai Laboratorium
Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
a. Hasil penelitian yang telah dilakukan pada sepuluh pasien Balai Laboratorium
Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara yaitu terdapat lima pasien dengan kadar
profil lipid normal dan lima pasien mengalami peningkatan kadar kolesterol, trigliserida,
dan LDL serta penurunan terhadap kadar HDL kolesterol.
b. Resiko yang disebabkan oleh peningkatan kadar profil lipid sangatlah beragam
seperti aterosklerosis, penyakit jantung koroner (PJK), diabetes melitus, hipertensi,
sirosis hati, stroke, dan penyakit lainnya.
-Pemeriksaan Imunologi dan Serologi = Pemeriksaan laboratorium bidang imunologi
menggunakan metode agutinasi, imunokromatografi, dan Enzyme Linked
Immunosorbent Assay (ELISA) mulai dari konsep dasar, prinsip reaksi, preparasi dan
penyimpanan spesimen, prosedur pemeriksaan, interpretasi hasil, evaluasi, dan
dokumentasi hasil pemeriksaan. Melalui mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan mampu
memahami konsep dan prinsip reaksi aglutinasi, imunokromatografi, serta ELISA untuk
beberapa jenis diagnosis infeksi, mampu memahami kit insert pemeriksaan,
melaksanakan pemeriksaan laboratorium, menginterpretasikan hasil, melakukan
evaluasi, serta dokumentasi hasil pemeriksaan menggunakan ketiga metode tersebut.
Tes serologi adalah pemeriksaan untuk mengetahui antibodi dalam darah. Tes ini dapat
melibatkan sejumlah teknik laboratorium. Berbagai jenis tes serologi digunakan untuk
mendiagnosis sejumlah penyakit.

Tes serologi juga bisa digunakan untuk deteksi awal terhadap indikasi infeksi virus
corona (Covid-19). Deteksi kasus Covid-19 memang yang paling utama dengan tes
polymerase chain reaction (PCR) dan Tes Cepat Molekuler (TCM). Tes serologi yang
dilakukan terhadap sampael darah seseorang akan menunjukkan 2 macam hasil.
Kedua hasil tersebut memperlihatkan indikasi seseorang sedang terkena penyakit atau
tidak. Pertama, hasil tes serologi normal, menunjukkan tubuh tak menghasilkan antibodi
sebagai respons terhadap antigen. Jika pengujian tidak menunjukkan antibodi, berarti
tidak terjadi infeksi. Kedua, hasil tes tidak normal, berarti ada antibodi di sampel darah.
Seringkali hal ini menunjukkan bahwa sistem kekebalan merespons antigen dari
penyakit atau protein asing yang ada di tubuh. Kehadiran beberapa jenis antibodi juga
dapat berarti bahwa Anda kebal terhadap satu atau lebih antigen atau penyakit. Ini
berarti bahwa paparan antigen atau penyakit di masa depan tidak akan menyebabkan
tubuh sakit. Berikut sebagian penyakit yang bisa didiagnosa dengan tes serologi:
brucellosis, yang disebabkan oleh bakteri amebiasis, yang disebabkan oleh parasit
campak, yang disebabkan oleh virus rubella, yang disebabkan oleh virus HIV sipilis
infeksi jamur.

Anda mungkin juga menyukai