Anda di halaman 1dari 19

PAPER SISTEM GASTROINTESTINAL

“TENTANG PENYAKIT DIARE”


Dosen Pengampu : Made SuandikaS.Kep,Ns.,M.Kep,Sp.MB,CWCCA

Disusun Oleh :
Kelompok 4

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
HARAPAN BANGSA
PURWOKERTO
2013
DIARE
A. Pengertian
Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali, dengan/tanpa darah dan/atau lendir
dalam tinja (Suharyono, 1988: 51).
Diare adalah kehilangan cairan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena
frekuensi satu kali/lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer dan cair (Suriadi,
1987: 83).
Diare adalah buang air besar (defeksi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari
biasanya (normal 100-200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah
cair (setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat (Mansjoer,
2000: 470).

B. Klasifikasi
Diare dibagi menjadi 2:
1. Diare Akut
Adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada
bayi dan anak yang sebelumnya sehat.
2. Diare Kronis
Adalah diare yang berlangsung paling sedikit 2 minggu:
a. Diare osmotik
2) Diare yang berhenti jika pemberian makanan (obat-obatan dihentikan).
3) Pada diare osmotik, osmolatitas tinja diare merupakan beban osmotik utama
yang tidak terabsorbsi dan atau tidak diabsorbsi.
4) Tinja mempunyai kadar Na+ rendah (< 50 mEq/l dan beda osmotiknya
bertambah besar (> 160 mOsm/L).
5) Dapat disebabkan oleh malabsorbsi makanan, kekurangan kalori protein, bayi
berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.
6) Kelainan-kelainan yang menyebabkan diare osmotik kronis dapat diklasifikasi
dari mekanisme patofisiologinya, umur pada saat mulainya/pola tampilannya.
b. Diare sekretorik
1) Diare yang menetap walaupun penderita dipuasakan.
2) Diare sekretorik jarang dan merupakan kelainan pada bayi.
3) Frekuensi BAB > 5x/24 jam, encer, volumenya banyak.
4) Tinja mempunyai kadar Na+ tinggi (> 90 mEq/L) dan perbedaan osmotiknya
< 20 mOsm/L.
Klasifikasi diare kronik berdasarkan sifat tinja, berair, berlemak, ber darah pada bayi
dan anak me nurut Arasu dkk, 1979 antara lain:
1. Watery Stools/tinja besar
a. Gastroenteropati alergi
1) Alergi proten susu sapi
2) Alergi protein kedelai
b. Defisiensi disakarida
1) Defisiensi laktase sering sekunder
2) Defisiensi sukares ismaltase
c. Malabsorbsi gluksoa galaktosa
d. Defek imun primer
e. Infeksi usus oleh virus, bakteri dan parasit (Giardk)
f. CSBS (contraminated small bowel syndrome)
Obstruksi usus terhadap loops, mal rotasi, short bowe syndrome, dan
segalanya.
g. Presistent poslenteng diare dengan/tanpa intoleransi karbohidrat.
h. Diare sehubungan dengan penyakit endokrin
1) Hipoparatiroidisme
2) Insufisiensi adrenal
3) Diabetes mellitus
i. Diare sehubungan dengan tumor
1) Karsinom medula tiroid
2) Ganglionueuroma
j. Malabsorpsi as. Empedu-cholerrhoeic diarrhoea
2. Fatty stools/tinja berlemak
a. Insuifisiensi pankreas
1) Hipoplasi
2) Cystic fibrosis
b. Limfangiektasi usus
c. Kolestasis
1) Atresia bilians ekstra/intrahepatic
2) Hepatitis neonatal
3) Sirosis hepatitis
3. Bloody stools/tinja berdarah
a. V. campylobacter, salmonella, shygella
b. Disentri amuba
c. Inflamatory bowel disease
d. Diare berhubungan dengan lesi anaL

C. Etiologi
1. Faktor Infeksi
a. Infeksi enteral: infeksi saluran pencernaan makanan yang meriupakan penyebab
utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut:
a. Infeksi virus: enterovirus (virus ECHO, coxsaxide, poliomyelitis), adeno-virus,
rotavirus, astrovirus.
b. Infeksi parasit: cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongyloides); protozoa
(entamoeba histolytica, giardia lamblia, tri chomonas nominis); jamur (candida
albicans).
b. Infeksi parenteral ialah inf eksi di luar alat pencernaan makanan seperti: otitis
media akut (OMA), transilitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan
sebagainya. Keadaan ini terutama pada bayi dan anak berumur 2 tahun.
2. Faktor Malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat:
1) Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa)
2) Monosakarida (intoleransi glukosa, fraktosa, galaktosa).
Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan (makanan basi, beracun, alergi, terhadap makanan)
4. Faktor psikologis (rasa takut dan cemas), jarang tapi dapat terjadi pada anak yang
lebih besar.
5. Faktor imunodefisiensi
6. Faktor obat-obatan, antibiotik
7. Faktor penyakit usus, colitis ulcerative, croho disease, enterocilitis.

D. Manifestasi Klinis
1. Tanda :
a. Cengeng
b. Anus dan daerah sekitar lecet
c. BB menurun
d. Turgor berkurang
e. Mata dan ubun-ubun besar dan menjadi cekung (pada bayi)
f. Selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering
g. Nadi cupat dan kecil
h. Denyut jantung jadi cepat
i. TD menurun
j. Kesadaran menurun
k. Pucat, nafas cepat
l. Buang air besar 4x/hari untuk bayi dan > 3x untuk anak-anak atau dewasa.
m. Suhunya tinggi
2. Gejala :
a. Tidak nafsu makan
b. Lemas
c. Dehidrasi
d. Gelisah
e. Cengeng
f. Oliguria
g. Anuria
h. Rasa haus

E. Patofisiologi
Sebagai akibat diare baik akut/kronis akan terjadi:
1. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output lebih banyak daripada input)
merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
2. Gangguan keseimbangan asambase (asidosis-metabolik)
Asidosis metabolik terjadi karena:
a. Kehilangan natrium bikarbonat bersama tinja
b. Adanya ketosil kelaparan
Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda keton tertimbun di dalam
tubuh.
c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan.
d. Pemindahan ion Na dari cairan ekstra seluler
3. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% pada anak-anak yang menderita diare.Pada orang
dengan gizi cukup (baik, hipoglikemia jarang terjadi, le bih sering terjadi pada anak
sebelumnya pernah menderita lalep).
4. Gangguan gizi
Ketika orang menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat terjadinya
penurunan BB dalam waktu singkat.Hal ini disebabkan karena makanan yang sering
tidak dicerna dan diabsorbsi baik karena hiperperistaltik.Meningkatnya motilitas dan
cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan akibat dari gangguan absorbsi dan
ekskresi cairan-cairan dan elektrolit yang berlebihan. Mikroorganisme yang masuk
akan merusak sel mukosa intestinal sehingga menurunkan area permukaan intestinal,
perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit.
5. Gangguan sirkulasi darah
Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah dapat terjadi gangguan sirkulasi
darah berupa kegiatan (syok) hipovolemik. Akibat perfusi jaringan berkurang dan
terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat dan mengakibatkan perdarahan pada otak,
kesadaran menurun dan bila tidak segera ditolong penderita dapat meninggal.
F. Pathway

Infeksi Molabsorbsi Makanan Beracun Faktor Psikologis


(Virus, Bakteri, Parasit) Makanan di usus

Reaksi Inflamasi Rangsang Saraf Parasimpatik


Tek
Osmotik
Pergeseran cairan & Gg. Motilitas Usus
elektrolit ke rongga usus
Pe sekresi cairan
dan elektrolit

Hipermotilitas Hipomotilitas
Isi Rongga Usus
Bakteri tumbuh SS
Sekresi air & elektrolit

DIARE MK: < Pengetahuan

Dehidrasi Kerusakan mukosa usus Defekasi sering Output >>


Obsorbsi ber <
Dehidrasi Iritasi Kulit
Nyeri akut
Perubahan nutrisi
Tubuh kehilangan
cairan & elektrolit Resiko kerusakan integritas kulit

Cemas
Pe vol cairan
ekstra sel

Pe cairan
intertitiil

Tugor kulit

Kurang volume cairan

Sumber : Suriadi & Yuliani R ( 2001 ). Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 1 ,Jakarta, CV, Sagung
Seto
G. Komplikasi
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik/hipertonik). Dehidrasi ( ringan,
sedang, berat, hipotonik, isotonik/hipertonik ). Terjadi karena kehilangan cairan dan
elektrolit yang banyak dalam waktu yang singkat.
2. Hipernatremia
Sering terjadi pada bayi baru lahir sampai usia 1 tahun ( khususnya bayi berumur <6
bulan ). Biasanya terjadi pada diare yang disertai mutah dengan intake cairan atau
makanan kurang / cairan yang diminum terlalu banyak mengandung Na, pada bayi
juga dapat terjadi jika setelah diare sembuh diberi oralit dalam jumlah berlebihan.
3. Hiponatremia
Terjadi pada penderita diare yang minum sedikit cairan / tidak mengandung Na.
Penderita gizi buruk mempunyai kecenderungan mengalami hiponatremia.
4. Demam
Demam sering terjdi pada infeksi Shigella disertai dan rota virus. Pada demam
umumnya akan timbul jika penyebab diare mengadakan infasi kedalam epitel usus.
Demam juga dapat juga terjadi karena dehidrasi. Demam yang terjadi akibat dehidrasi
umumnya tidak tinggidan akan turun setelah mengalami hidrasi yang cukup. Demam
yang tinggi mungkin diikuti kejang demam.
5. Asidosis Metabolic
Ditandai dengan bertambahnya asam/hilangnya basa cairan ekstra seluler. Sebagai
kompensasi terjadi asidosis respirasi , yang diatandai dengan pernafasan cepat dan
dalam.
6. Hipokalemia ( sereum K,3,0 mMol/L)
Penggantian K sealama dehidrasi yang tidak cukup, maka akan terjadi kekurangan K
yang ditandai dengan kelemahan pada tungkai, ileus, kerusakan ginjal, dan aritmia
jantung
7. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktase
8. Ileus paratukus
Komplikasi yang sering dan fatal terutama pada anak kecil sebagai akibat penggunaan
obat anti motilitas.
9. Intoleransi laktosa
Pada penderita intoleransi laktosa, pemberian susu formula pada penderita diare dapat
menimbulkan volume tinja bertambah, BB tidak bertambah, tanda dan gejala
dehidarasi memburuk dan tinja terdapat reduksi dalam jumlah cukup banyak.
10. Kejang, terjadi karena :
a. Hipoglikemia, kalau anak dipuasakan terlalu lama
b. Kejang demam
c. Hipernatremia dan hiponatremia
d. Penyakit pada SSP yang tidak ada hubunganya dengan diare seperti meningitis,
ensefalitis/epilepsi.
11. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik)
12. Cardiac dysrhythmias akibat hipokalsemi dan hipokalsemi.
13. Muntah
Dapat disebabkan oleh dehidrasi, iritasi usus karena infeksi ileus yang menyebabkan
gangguan fungsi usus yang ber hubungan dengan infeksi sistemik.Mutah dapat
disebabkan karena pemberian cairan oral terlalu cepat.

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Tinja
a. Makroskopis
Bentuk tinja dan jumlah tinja dalam sehari kurang lebih 250 mg.
b. Mikroskopis
Na dalam tinja ( normal : 56-105 mEq/l ) Chloride dalam tinja ( normal : 55-95
mEq/l ), kalium dalam tinja ( normal : 25-26 mEq/l ), HCO3, dalam tinja
( normal : 14-31 mEq/l ).
2. PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan label klining test bisa diduga
terjadi intoleransi gula.
a. PH normal kurang dari 6
b. Gula tinja, normalnya tidak terjadi gula dalam tinja.
3. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, lebih cepat dilakukan
dengan pemeriksaan analisa gas darah. Dalam pemeriksaan gas darah nilai jika terjadi
alkaliosis metabolic/asidosis respiratorikmaka nilai CO2 lebih tinggi dari nilai O2,
sedangkan jiaka terjadi asidosis metabolik alkalosis respiratori maka nilai CO2 lebih
rendah dari O2.
4. Pemeriksaan kadar urin dan kreatinin untuk mengetahui fool ginjal
a. Urin normal 20-40 mg/dl. Jika terjadi peningkatan menunjukan adanya dehidrasi
b. Kreatinin normal 0,5-1,5 mg/dl. Jika terjadi peningkatan menunjukan adanya
penurunan fungsi ginjal.
5. Pemeriksaan darah lengkap
Darah lengkap meliputi elektroda serum, kreatinin, menunjukan adanya
dehidrasi.Nilai normal hemoglobin adalah 13-16 g/dl, hematokrit 40-48 vol
%.Hemoglobin dan hematokrit biasanya mengalami penurunan diare akut.
6. Duodeual Intubation
Gunanya untuk mengetahui kuman secara kuantitatif terutama pada diare
kronik.Penyebab yang ditemukan tidak ada yang berupa mikroba tunggal baik itu
Shigela, Crypto Sporodium dan E. Colienteroagregatif.
Hasil pemeriksaan duodeual intubation berupa +++ ( positif 3 ) menunjukan adanya 3
kuman bakteri yang menjadi penyebab diare.

I. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Dasar pengobatan diare adalah:
a. Pemberian cairan
1) Belum ada dehidrasi
Per oral sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau 1 gelas tiap defekasi
2) Dehidrasi ringan
a) 1 jam pertama: 25-50 ml/kgBB per oral (intragastrik)
b) selanjutnya: 125 ml/kgBB per oral (intragastrik)
3) Dehidrasi sedang
a) 1 jam pertama: 50-100 ml/kgBB per oral/intragastrik (sonde)
b) selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari ad libitum.
4) Dehidrasi berat
Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun berat badan 3 – 10 kg.

a) 1 jam pertama
12 ml/kgBB/jam = 3 tetes /kgBB/menit (set infus berukuran 1 ml = 15
tetes) atau 13 tetes/kgBB/menit (1 set infus 1 ml = 20 tetes).
b) 7 jam berikut:
12 ml/kgBB/jam = 3 tetes/kgBB/menit (1 set infus = 15 tetes) atau 4
tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes).
c) 16 jam berikut:
125 ml/kgBB per oral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum,
teruskan DG aa intravena 2 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 15 tetes)
atau 3 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes).
Untuk anak lebih dari 2 – 5 tahun dengan berat badan 10-15 kg.
a) 1 jam pertama:
30 ml/kgBB/jam atau 8 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 10
tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
b) 7 jam berikutnya:
10 ml/kgBB/jam atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 4 tetes/
kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
c) 16 jam berikutnya:
125 ml/kgBB oralit per oral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum
dapat diteruskan dengan DG aa intravena 2 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15
tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
Untuk anak lebih dari 5 – 10 tahun dengan BB 15-25 kg
a) 1 jam pertama
20 ml/kgBB/jam atau 5 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 7
tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
b) 7 jam berikut:
10 ml/kgBB/jam atau 2 ½ tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3
tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
c) 16 jam:
105 ml/kg BB oralit peroral atau bila anak tidak mau minum dapat
diberikan DG aa intravena 1 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 1 ½
tetes/kgBB/menit (set 1 ml = 20 tetes)
Untuk bayi baru lahir (neonatus) dengan berat badan 2-3 g
a) Kebutuhan cairan:
125 ml + 100 ml = 250 ml/kgBB/24 jam.
b) Jenis cairan:
Cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1 ½%)
c) Kecepatan:
4 jam pertama: 25 ml/kgBB/jam atau 6 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes)
8 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
20 jam berikutnya: 150 ml/kgBB/20 jam atau 2 tetes/kgBB/menit (1 ml =
15 tetes) atau 2 ½ tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
Untuk bayi berat badan lahir rendah, dengan berat badan kurang dari 2 kg .
a) Kebutuhan cairan:
25 ml/kgBB/24 jam
b) Jenis cairan:
Cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1 ½%)
c) Kecepatan:
Saa dengan pada bayi baru lahir.
Cairan untuk pasien MEP sedang dan berat dengan diare dehidrasi
berat.Misalnya untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun dengan berat badan 3-
10 kg.
d) Jenis cairan: DG aa
e) Jumlah cairan: 250 ml/kgBB/24 jam (tabel 3.3).
f) Kecepatan:
4 jam pertama: 60 ml/kgBB/jam atau 15 ml/kgBB/jam atau = 4
tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 menit) atau 5 tetes/kgBB/menit (1 ml =
20 jam berikutnya: 150 ml/kgBB/20 jam atau 2 tetes/kgBB/menit (1 tetes).
20 jam berikutnya: 190 ml/kgBB/20 jam atau 10 ml/kgBB/jam atau 2 ½
tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20
tetes).
Pemberian cairan pasien MEP tipe marasmik.Kwaskhiorkor dengan diare
dehidrasi berat dan pasien MEP 3-10 kg, umur 1bulan – 2 tahun jumlah cairan 200
ml/kg BB/24 jam.
b. Pengobatan dietetik
Untuk anak (1 tahun dan > 1 tahun dengan BAB<7 kg, jenis makanannya:
1) Susu (ASI dan atau formula yang mengandung laktosa rendah dan asam
lemak tidak jenuh).
2) Makanan ½ padat (bubur), makanan padat (nasi tim).
3) Susu khusus sesuai dengan kelainannya misalnya tidak mengandung
laktosa/asam lemak berantai sedang atau jenuh.
Cara memberikan:
Har Ket
i
1.  Setelah rehidrasi segera diberikan makanan per oral
 Bila beri susu tetapi tetap diare, maka beroralit
selang-seling dengan ASI.
2-4  Beri susu formula rendah laktosa penuh.
5  Bila tidak ada kelainan dipulangkan.

c. Obat-obatan
1) Obat anti – sekresi
2) Obat spasmolitik
3) Antibiotik, diberikan jika jelas penyebabnya misal oleh bakteri.
Cairan per oral
1) Pasien dehidrasi ringan dan sedang diberi cairan per oral yaitu NaCl dan
NaHCO3, KCl dan glukosa.
2) Pasien diare akut dan koleri umur 6 bulan diberi Natrium 90 mEq/L
3) Pasien umur 6 bulan de ngan dehidrasi ringan/sedang diberi Natrium 50-60
mEq/L.
4) Pemberian formula tidak lengkap (mengandung garam dan gula), lengkap
(oralit).
Cairan parenteral
Pemberian RL sesuai dengan berat/ringannya penyakit dan juga sesuai umur dan
BBnya.

2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Resiko terjadi gangguan sirkulasi darah
1) Bila dehidrasi masih ringan
a) Beri minum sebanyak-banyaknya ± 1 gelas/pasien defekasi
b) Cairan mengand ung elektrolit seperti oralit
c) Jika anak muntah dapat diberikan melalui sonde
d) Jika lewat oral tidak bisa makan dipasang infus RL sesuai persetujuan
dokter.
2) Pada dehidrasi berat
Selama 4 jam pertama tetesan lebih cepat, jumlah cairan yang masuk tubuh
dapat dihitung dengan cara:
a) Jumlah tetesan permenit dikalikan 60, dibagi 15/20 (sesuai set infus
yang dipakai)
b) Perhatikan tanda vital: denyut, nadi, pernapasan, suhu dan tekanan
darah.
c) Perhatikan frekuensi buang iar besar anak apakah masih sering,
encer/sudah berubah konsistensinya.
d) Beri minuman teh/oralit 1-2 sendok setiap jam untuk mencegah bibir
dan selaput lendir kering.
e) Jika dehidrasi telah terjadi, infus dihentikan, pasien diberi makan lunak.
b Kebutuhan nutrisi
1) Beri makanan mengandung cukup kalori, protein, mineral vitamin tetapi tidak
menimbulkan diare kembali.
2) Beri ASI terus bagi bayi yang masih minum ASI.
3) Bila bayi tidak minum ASI diberi susu yang cocok.
4) Bagi anak di atas 1 tahun dan sudah makan biasa dianjurkan makan bubur
tanpa sayuran dan minum teh bagi hari masih diare, hari keesokannya jika
membaik boleh diberi wortel daging tidak berlemak.
c. Risiko terjadi komplikasi
Biasanya terjadi dehidrasi asidosis, dan komplikasi terjadi sebagai akibat tindakan
pengobatan sebagai berikut:
1) Infeksi terjadi hematom, flebitis
2) Kelebihan cairan terjadi sembab, mengkilap pada kelopak mata bayi, bengkak
seluruh wajah, jika berlanjut edema paru, sesak nafas bila edema sampai otak,
kejang, sehinga terutama untuk bayi tetesannya harus tepat.
3) Kulit iritasi dan lecet pada anus dan sekitarnya, dapat dibersihkan dengan
kapas yang dibasahi minyak sayur, jangan sesekali beri bedak.
4) Kejang-kejang karena hipoglikemia atau kelebihan cairan.
5) Malnutrisi energi protein.
d. Gangguan rasa aman dan nyaman
1) Karena sering buang air sehingga melelahkan dapat dirawat di atas eltor bed.
2) Bagi pasien dilakukan biopsi usus perlu diberi penjelasan dan motivasi, karena
posisinya miring 2 – 3 jam.
e. Kurang pengetahuan orang tua mengenai penyakit
1) Beri penyuluhan, seperti penularan penyakit melalui 4 F (finger, feces, food,
dan fly) yaitu:
a) Mencuci tangah
b) Membiasakan defekasi di jamban
c) Kebersihan lingkungan menghindari lalat
d) Makanan selalu tertutup dan air minum yang di masak.
2) Jangan lupa memberikan oralit, dan ini hanya untuk pencegahan.

J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Wawancara
Anamnesa yang perlu diketahui pada pasien diare sebagai berikut :
1) Umur
pada pasien geriatric biasanya akibat tumor , divertikulitis, laksan berlebih.
Pada pasien muda dan anak- anak biasanya infeksi, intoleransi lactase,
sindrom kolon iritatif.
2) Frekuensi Diare
biasanya frekuensi diare oleh infeksi bakteri biasanya dari hari ke hari makin
sering, berbeda dengan diare akibat minum laksan atau akibat salah makan
3) Lamanya Diare
diare akut biasanya berlangsung cepat, diare kronik berlansung lama
4) Nyeri Abdomen
nyeri abdomen disertai diare terjadi pada infeksi bakterial pada usus,
sedangkan nyeri sesudah diare yang tidak pernah puas pada infeksi maupun
sindrom mauoun usus iritabel
b. Data Subyektif
1) Keluhan utama : BAB cair , lemas, gwelisah, mual muntah, anoreksia, badan
panas.
2) Frekuensi BAB cair dalam sehari lebih dari 3x
3) Adanya riwayat reaksi alergi terhadap suatu zat, makanan/inuman, atau
lingkungan.
4) Pengobatan diare telah dilakukan dan efektifitasnya
5) Kebiasaan dan pola makan anak seperti makan makanan terbuka, suka makan
makanan pedas.
c. Data Obyektif
1) Mata cekung
2) Ubun – ubun besar dan cekung
3) Turgor kulit kurang dan kering
4) Lidah, bibir dan mukosa kering
5) Konsistensi feses cair
6) Peningkatann suhu tubuh
7) Penurunan BB
8) Pasien tampak lemah dan lemas
d. Pemeriksaan fisik
kesadaran : compasmentis, pasda dehidrasi berat dapat terjadiapatis, somnolen,
kadaang sopokomateus.
Keadaan umum : sedamg atau lemah
Vital sign :
1) pada dehidrasi berat dapat terjadi renjatan hupovolemik dengan :
a) TD menurun ( missal 90/40 mmHg )
b) Nadi sepat sekali (tachikardi )
c) Suhu terjadi peningkatan karena dehidrasi dan dapat juga karena adanya
infeksi dalam usus
d) Respirasi cepat jika terjadi dehidrasi akut dam berat karena adanya
kompensasi asam basa.
e. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala dan Muka
Kepala : inspeksi ada tidaknya ubun – ubun yang besar dan agak
cekung
Rambut : terjadi rontok atau merah karena malnutris
Mata : mata pada umumnya agak cekung
Mulut : mukosa kering, bibir pecah – pecah , lidah kering, bibir
sianosis.
Pipi : pada tulang pipi biasanya menonjol
Wajah : tampak lebih pucat
2) Leher
Umumnya tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid
3) Jantung
Menimbulkan aritmia jantung
4) Abdomen
Inspeksi : inspeksi umumnya simetris, supel tidak ada lesi
Perkusi : tympani ( kembung)
Palpasi : umumnya ada nyeri tekan bagian perut bawah yaitu bagian usus dan
dapat terjadi kejang perut .
Auskultasi : bising usus >30x / menit
5) Anus
Anus terjadi iritasi, kemerahan padsa daerah sekitarnya
6) Kulit
Kekenyalan kulit sedikit kurang dan elastisitas kembali setelah 1 – 2 detik

f. Pemeriksaan Penunjang
1) Data Laboratorium
a) Pemeriksaan Tinja
makroskopis : Bentuk cair, kurang lebih jumlahnya 250 gram dalam sehari
mikroskopis : Na normal dalam tinja 56 – 105 mEq/l, chloride normal
dalam tinja 55 – 95 mEq/l, kalium normalnya 25 – 26 mEq/l, HCO3
normalnya 14 – 31 meq/l.
b) PH dan kadar gula dapat diperiksqa dengan kertas lakmus dan tablet clini
test bila diduga terjadi intoleransi gula.
PH kurang dari 6
gula tinja + : 0.5 %
++ : 0.75 %
+++ :1%
++++ : 2 %
normalnya tidak ada gula dalam tinja
c) Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah lebih tepat
lagi dengan dilakukan pemeriksaan analisa gas darah
Pemeriksaan BE CO2 PH

Nilai normal 48 mEq/l 27 mEq/l 7,4

Alkalosis metabolic +
Alkalosis respiratorik -

Asidosis metabolic -

Asidosis respiratorik +

d) Pemeriksaan kadar urin dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal


urin : normalnya 20 – 40 mg / dl, jika terjadi peningkatan maka
menunjukan terjadi dehidrasi
kreatinin : normalnya 0.5 – 1.5 mg/dl
e) Pemeriksaan Darah
Darah lengkap meliputi elektrolit serum, kreatinin, BUN menunjukan
adanya dehidrasi, hemoglobin, hematokrit, dan BUN biasanya mengalami
penurunan pada diare akut
f) Duodenal Intubation
untuk mengetahui kuiman penyebab secar kuantitatif terutama pada diare
kronik.
2) Rekto kolonoskopi
kolonoskopi tidak diindikasikan pada diare akuttapiu pada waktu lebih dari 10
hari tidak berhenti / cenderung menjadi kronik maka rekto sigmoidoskopi
sangat perlu . Bila diare berdarah mutlak perlu dilakukan rektokolomoskopi.
3) Foto sinar X ( Rontgen )
foto sinar X tidak perlu dilakukan pada diare akut.Pada kasus diare akur
peranan Rontgen sudah digantikan oleh endoskopi. Lain halnya pada diare
kronik dimana pemeriksaan sinar X memegang peranan yang sama dengan
endoskopi.

K. Diagnosa Keperawatan
1. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit pada
tubuh.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan absorbsi.
3. Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik usus.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sering defekasi.
5. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi.
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi

DAFTAR PUSTAKA

Behrman, dkk. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta: EGC.

Dona. 1996. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4.Jakarta: EGC.

Hinchliff, Sue. 1999. Kamus Keperawatan Edisi 17. Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta: Media
Aesculapius.

Ngastiyah. 2002. Perawatan Anak Sakit.Edisi 2.Jakarta: EGC.

Ramali, Ahmad. 2003. Kamus Kedokteran Edisi 24. Jakarta: Djambatan.

Suharyono, dkk. 1998. Gastroenterologi Anak Praktis. Jakarta: Gaya Baru.

Suntosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. 2005-2006. Definisi dan
Klasifikasi.Yogyakarta: Prima Medika.

Suriadi, dkk.2001. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: PT. Fajar Interpratam

Anda mungkin juga menyukai