Anda di halaman 1dari 6

PENGOBATAN MEDIS, TERAPI KOMPLEMENTER DAN PENGOBATAN

TRADISIONAL DARI PENYAKIT

1. DIARE

a. Pengobatan Medis

Menurut Pramudiarja (2011), upaya pengobatan penderita diare adalah dengan

terapi dehidrasi atau dengan pemberian oralit untuk mengganti cairan butuh yang

hilang akibat adanya dehidrasi dan pemberian suplemen zink selama 10 hari untuk

mengurangi resiko terkena diare kembali. Terapi medis lain untuk penanganan

diare yaitu pemberian antibiotik karena 10-20% penyakit diare disebabkan oleh

infeksi sehingga memerlukan terapi antibiotika ( Pramudiarja, 2011 ).

b. Terapi Komplementer

Memberikan intervensi akupresure disamping pengobatan standart medis,

akupresure memiliki mekanisme yang dapat mempercepat berhentinya diare.

Seperti telah diketahui bahwa rangsangan dari titik akupresure lebih didasarkan

pada pada kenyataan biofisika bahwa dasar aktif listrik dan keamanan koherensi

antar sel ke arah sasaran. Stimulasi pada titik akupresure menyebabkan mekanisme

fisiologi dari motilitas dan sekresi mukosa usus kembali normal. ( jurnal

keperawatan , 2015 ).

c. Terapi Tradisional

Pengobatan diare bisa dilakukan secara medis maupun non medis, jika

dilakukan secara medis biasanya diberikan minuman oralit. Purwanto (2013)

pengobatan diare bisa bisa menggunakan ramuan herbal dengan membuat jus

jambu biji sebagai tambahan nutrisi, atau ramuan herbal dari kunyit dan dari daun

jambu yang diolah dengan cara direbus dan diminum secara langsung.
2. Diabetes Mellitus

a. Pengobatan Medis

Terapi farmakologi sebagai terapi standar dari diabetes melitus, berdasarkan

American Association Of Clinical Endocrinologists And American College Of

Endocrinologys-Clinical Practice Guideilines for Developing a Diabetes Mellitus

Comprehensive Care Plane (2015) sebagai evidence based guidline untuk

Diabetus melitus. Terapi ini terdiri dari pembagian obat pemicu sekresi insulin

(insulin secretagogue) misalnya sulfonilurea dan glinid, penambah sensivitas

terhadap insulin misalnya medformin dan tiazolidindion, penghambat

glukoneogeesis misalnya metformin, dan penghambat absropsi glukosa misalnya

penghambat glukosidase alfa.

b. Terapi Komplementer

Menurut jurnal dari Robiul Fitri Masitoh dkk (2015) tentang pengaruh terapi

akupresur terhadap kadar gula darah pada pasien diabetes melitus tipe II dipoli

klinik penyakit dalam RS Tk II dr.Soedjono Magelang bahwa dapat disimpulkan

adanya pengaruh terapi akupresur terhadap kadar gula darah pada pasien diabetes

melitus tipe II.

c. Terapi Tradisional

Dari penelitian yang dilakukan oleh Hasanuddin dengan judul “ Jenis

Tumbuhan Sebagai Obat Penyakit Diabetes Melitus Pada Masyarakat Rundeng

Kota Subulussalam” didapatkan hasil bahwa dari 28 jenis tumbuhan obat untuk

diabetes melitus, jenis tumbuhan obat yang lebih banyak digunakan yaitu

mengkudu. Mengkudu merupakan salah satu jenis golongan tumbuhan obat yang

memiliki khasiat untuk menurunkan kadar golongan darah dalam tubuh.


3. Hipertensi

a. Pengobatan Medis

Pada jurnal dari Adam M. Ramadan dkk (2015) tentang Evaluasi penggunaan

obat antihipertensi pada pasien hipertensi rawat jalan di puskesmas sempaja

samarinda bahwa pengobatan antihipertensi menurut jurnal ini adalah captopril,

imidapril, amlodipine, HCT, bisoprolol, ISDN.

b. Terapi Komplementer

Penelitian yang dilakukan Rindang dkk (2015) dengan judul “ Pengaruh Pijat

Refleksi Kaki dan Hipnoterapi Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi”

didapatkan hasil bahwa pijat refleksi mampu menurunkan tekanan darah sistol

sebesar 23,5 mmHg dan daistol sebesar 8,42 mmHg.

c. Terapi Tradisonal

Dari hasil jurnal dari Suwandari Paramita dkk (2017) tentang pola penggunaan

obat bahan alam sebagai terapi komplementer pada pasien hipertensi di

puskesmas, hasil penelitian ini menemukan adanya 9 tumbuhan obat yang

digunakan sebagai terapi komplementer hipertensi. Tumbuhan obat antihipertensi

dari penelitian ini adalah sirsak, rosella, sledri, alfalfa, kulit manggis, daun salam,

jus mentimun, mengkudu dan jintan hitam.

4. Asma

a. Pengobatan medis

Prinsip pengobatan pada penderita asma disesuaikan dengan klasifikasi

beratnya asma. Pengobatan asma meliputi edukasi, obat asma (pengontrol dan

pelega), dan menjaga kebugaran (Kementrian Kesehatan 2012)


b. Pengobatan komplementer

Pada hasil jurnal Zara, 2012 mengemukakakn bahwa pengobatan pada

penderuita asma secara farmakologis dibagi menjadi 2 yaitu jangka panjang dan

pengobatan cepat. Bentuk pengobatan nonfarmakologis adalah pengobatan

komplementer yang meliputi brething tecnique (teknik pernafasan) acupunture,

exercise, yoga, buteyko dan papwort. Teknik ini tidak hanya ditujukan untuk

penderita asma namun dapat dilakukan pada penderita penyakit paru lainnya.

Pengontrolan asma menggunakan teknik pernafasan menjadi alternatif pilihan

bagi penderita asma, misalnya pada teknik buteyko diyakini mampu mengurangi

hiperventilation karena produksi nitric oxide dapat menyebabkan bronkodilator

jalan nafas.

c. Pengobatan tradisional

Pada jurnak Arinirt al, 2012 mengenai terapi komplementer pada penderita

asma selain dengan aktivitas yang baik seperti bersenam untuk meningkatkan

kualitas pernafasan dapat juga menggunakan inheler obat kimiawai maupun obat

herbal. Sebagai salah satu tanaman herbal yang dapat digunakan dalam bidang

kesehatan adalah tanaman jahe merah (Zingiber Officinale Roxb. varRubrum).

Pada masyarakat umum sering menggunakan jahe kuning atau jahe putih yang

digunakan sebagai bumbu masakan. Perbedaan jahe kuning atau putih dengan jahe

merah adalah kandungan minyak asri pada jahe merah lebih banyak dan rasa

paling pedas, sehingga cocok untuk bahan dasar farmasi dan jamu. Khasiat dari

jahe merah sendiri sangat banyak seperti sebagai pencahar, antiaritmatik,

penambah nafsu makan, amandel untuk radang tenggorokan dan meredakan asma.
5. Asam Urat

a. Pengobatan Medis

Pada journal of pharmacy, 2016 mengatakan bahwa pengobatan asam urat

dibagi menjadi tiga rute pemberian yaitu IV, oral, dan topical. Pemberian secara

oral antara lain obat anti inflamasi, antipirai, analgetik dan antiulkus, antidiabetic,

antibiotic, serta anti hipertensi. Pemberian obat oral tersebut diberikan sesuai

dengan indikasi. Sedangkan pemberian melalui IV antara lain obat anti ulkus, anti

inflamasi, vitamin dan antiemetic. Sedangkan pemberian secara topical yaitu obat

anti inflamasi. Dari hasil pemberian obat tersebut menunjukan bahwa pasien

dengan asam urat lebih banyak diberikan obat anti inflamasi. Obat anti inflamasi

OAINS merupakan terapi lini pertama menangani serangan akut asam urat. Obat

OAINS sendiri mempunyai mekanisme kerja untuk menghambat sintesis prostagi

andin yang merupakan mediator yang berperan pada inflamasi, nyeri, demam,

dan penghilang rasa nyeri perifer.

b. Pengobatan Komplementer

Pada jurnal keperawatan, 2016 salah satu therapy komplementer yang

digunakan untuk mengurangi nyeri pada asam urat adalah dengan menggunakan

teknik relaksasi dan distraksi. Selain itu ada jug acara lain yaitu dengan kompres

hangat dan dingin yang bertujuan untuk mrngstimulasi permukaan kulit yang

mengontrol nyeri. Kompres hangat dan dingin dapat menghilangkan nyeri dan

meningkatkan proses penyembuhan panas lembab menghilangkan kekakuan pada

oagi hari akibat arthritis, tetapi kompres dingin mengurangi nyeri akut dan sendi

yang mengalami peradangan akibat asam urat. Pada dasarnya kompres hangat

memberikan rasa hangat untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman, membebaskan

nyeri , mencegah spasme otot dan memberikan rasa hangat pada daerah tertentu.
Kompres hangat dapat mengurangi dan meredakan rangsangan pada ujung syaraf

berjalannya implus nyeri menuju ke otak meradang.

c. Pengobatan Tradisional

Pada penelitian menurut widisih, 2014 pengobatan tradisional pada asam urat

yaitu dapat diberikan dengan daun tempuyung. Daun tempuyung dapat

dimanfaatkan sebagai anti radang, memperkuat dinding kapiler, diuretika,

melarutkan batu ginjal dan mengobati kelebihan asam urat. Pada penelitian

sebelumnya menunjukan bahwa ekstrak etanol dan tempuyung dosis 300 mg/kg

BB mempunyai daya diuretika sedikit lebih kuat dibandingkan dengan

furosemide dosis 0,72 mg/kg BB. Sedangkan infusa akar tempuyung dosis 5g/kg

BB mempunyai efek penurunan kadar asam urat yang setara dengan allopurinol

dosis 18mg/kg BB

Anda mungkin juga menyukai