Hutan”
D
I
S
U
S
U
N
Oleh:
KELOMPOK I
1. Dwi Putri T. 17.11.051
2. Eme Triska 17.11.057
3. Evitri Octavia P 17.11.062
4. Fitria Agustina 17.11.220
5. Panji Al-nahar 17.11.145
6. Rismala 17.11.160
7. Sarah Samauly 17.11.167
8. Sulistiani 17.11.182
9. Tania Putri 17.11.254
PENDAHULUAN
Indonesia sebagai salah satu Negara yang memiliki sumber daya hutan
terbesar kedua sedunia ini merupakan paru-paru dunia. Lebih kurang 4000
jenis tumbuhan yang tumbuh pada berbagai formasi hutan dan tipe hutan telah
diketahui (terutama di Hutan Hujan Tropis) dan sekitar 400 jenis pohon telah
diketahui nilai komersial kayunya.
Kebakaran hutan dalam bahasa Inggris berarti "api liar" yang berasal
dari sebuah sinonim dari Api Yunani, sebuah bahan seperti-napalm yang
digunakan di Eropa Pertengahan sebagai senjata maritim.
1
mati yang tetap berdiri, log, tunggak pohon, gulma, semak belukar, dedaunan
dan pohon-pohon.”2
Jenis lain kebakaran hutan adalah Crown Fire di mana mahkota pohon
dan semak terbakar, seringkali ditopang oleh api permukaan. Api mahkota
terutama sangat berbahaya di hutan jenis konifera karena bahan resinous
diberikan dari pembakaran kayu membakar marah. Pada lereng bukit, jika api
mulai menurun, menyebar dengan cepat seperti udara dipanaskan berdekatan
dengan lereng cenderung mengalir ke atas lereng penyebaran api bersama
dengan itu. Jika api mulai menanjak, ada kemungkinan kurang dari itu
menyebar ke bawah.
2
C. Ground Fire (Kebakaran Bawah)
a. Sambaran petir
petir memiliki energi yang berubah menjadi percikan api yang apabila
terkena pada dedaunan dan kayu kering dapat menimbulkan titik api yang
lebih besar.
Batubara merupakan salah satu bahan bakar, apabila iklim suhu terlalu
tinggi dapat membakar batu bara dengan sendirinya.
Hama itu sendiri tidak harus berbentuk kecil. Gajah dan beberapa binatang
bertubuh besar lainnya ‘harus’ memporak porandakan kawasan yang dilaluinya
dalam upaya menyelamatkan diri dan dalam upaya menemukan habitat barunya
karena habitat lamanya telah musnah terbakar.
E. Terganggunya kesehatan masyarakat (karena asapnya),
Sosialisasi merupakan media yang baik bagi masyarakat, karena dengan adanya
sosialisasi bagaimana cara mengelola hutan yang baik, cara menindaklanjuti jika
terjadi kebakaran hutan, mulai dari pengenalan, proses pengelolahan, dan pencapaian
hasil
B. Memperkecil jumlah titik api
Suatu kebakaran dapat terjadi karena adanya titik api yang di area hutan.
Dengan adaya gas oksigen dan alat yang mudah terbakarmembantuberkembangnya
api. Api yang bermula hanya titik atau berupa sumber dengan adanya faktor
pendukung maka terjadilah kobaran api yang besar.
C. Mengembangkan sistem peringatan dini (early warning system)
Upaya yang telah dilakukan untuk mencegah kebakaran hutan dilakukan antara lain
(Soemarsono, 1997):
1. Memantapkan dengan membentuk Sub Direktorat Kebakaran Hutan dan
Lembaga non struktural berupa Pusdalkarhutnas, Pusdalkarhutda dan Satlak serta
Brigade-brigade pemadam kebakaran hutan di masing-masing HPH dan HTI;
2. Melengkapi perangkat lunak berupa pedoman dan petunjuk teknis pencegahan
dan penanggulangan kebakaran hutan;
3. Melengkapi perangkat keras berupa peralatan pencegah dan pemadam
kebakaran hutan;
4. Melakukan pelatihan pengendalian kebakaran hutan bagi aparat pemerintah,
tenaga BUMN dan perusahaan kehutanan serta masyarakat sekitar hutan;
5. Kampanye dan penyuluhan melalui berbagai Apel Siaga pengendalian
kebakaran hutan;
6. Pemberian pembekalan kepada pengusaha (HPH, HTI, perkebunan dan
Transmigrasi), Kanwil Dephut, dan jajaran Pemda oleh Menteri Kehutanan dan
Menteri Negara Lingkungan Hidup;
7. Dalam setiap persetujuan pelepasan kawasan hutan bagi pembangunan non
kehutanan, selalu disyaratkan pembukaan hutan tanpa bakar.
4.1 Kesimpulan
Hutan merupakan sumber daya alam yang tidak ternilai harganya karena
didalamnya terkandung keanekaragaman hayati sebagai sumber plasma nutfah,
sumber hasil hutan kayu dan non-kayu, pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi
serta kesuburan tanah, dan sebagainya.
Kebakaran hutan menimbulkan kerugian yang sangat besar dan dampaknya
sangat luas, bahkan melintasi batas negara. Di sisi lain upaya pencegahan dan
pengendalian yang dilakukan selama ini masih belum memberikan hasil yang
optimal. Oleh karena itu perlu perbaikan secara menyeluruh, terutama yang terkait
dengan kesejahteraan masyarakat pinggiran atau dalam kawasan hutan.
Berbagai upaya perbaikan yang perlu dilakukan antara lain dibidang
penyuluhan kepada masyarakat khususnya yang berkaitan dengan faktor-faktor
penyebab kebakaran hutan, peningkatan kemampuan aparatur pemerintah terutama
dari Departemen Kehutanan, peningkatan fasilitas untuk mencegah dan menanggulagi
kebakaran hutan, pembenahan bidang hukum dan penerapan sangsi secara tegas.
4.2 Saran
Dalam mengantisipasi dan mengurangi kejadian kebakaran hutan, maka perlu
tindak nyata pada semua pihak terkait/stakeholder secara jelas, pasti dan cepat
sehingga degradasi lingkungan dan hutan dapat diatasi. Hal ini dapat melalui jalan
pendekatan dengan berbagai metode pada semua pelaku peran baik dari lembaga
pemerintah sebagai pihak yang merupakan produk izin, pengusaha yang bergerak
dalam kegiatan ini, masyarakat sebagai peran lainnya, tenaga ahli yang memahami
teori dengan benar dan pihak-pihak pengamat yang membantu meluruskan adanya
kekeliruan dalam hal ini lembaga swadaya masyarakat baik lokal maupun
internasional, perguruan tinggi dan sebagainya.