Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Bekerja dalam laboratorium tak lepas dari kemungkinan bahaya dari berbagai
jenis bahan kimia. Pemahaman mengenai berbagai aspek bahaya dalam laboratorium,
memungkinkan para pekerja dalam menciptakan keselamatan dan kesehatan kerja.
Laboratorium adalah suatu pasilitas yang memberikan hasil uji yang bergantung pada
batasan-batasan fisik dan ekonomi daya beli, peraturan-peraturan, kebutuhun industri
keluhan diri pribadi dan tuntutan dan pabrikindustri.
Bahan kimia berbahaya dengan mudah dapat kita temui di pabrik kimia bahkan
laboratorium. Kecelakaan yang terjadi karena bahan kimia berbahaya pun sering
terjadi. Diperlukan tindakan pengendalian yang tepat agar bahan kimia berbahaya
tersebut tidak membahayakan kita sebagai pekerja, peralatan dan terutama
lingkungan sekitar. Yaitu perlunya pengetahuan tentang sifat dan karakter bahan
kimia mengingat bahan kimia memiliki potensi untuk menimbulkan bahaya baik
terhadap kesehatan maupun bahaya kecelakaan. Hal ini dikarenakan bahan kimia
memiliki tipe reaktivitas kmia tertentu dan juga dapat memiliki sifat mudah terbakar.
maka di perlukan penanganan bahan kimia dalam laboratorium. Pelaksanaan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,
sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi
pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara
menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada
masyarakat luas. Begitu juga dengan laboratorium yang merupakan sarana untuk
melaksanakan kegiatan penelitian ilmiah. Salah satu contohnya adalah laboratorium
yang kimia merupakan kelengkapan sebuah program studi, dan digunakan untuk

1
meningkatkan keterampilan penggunaan dan pemakaian bahan kimia maupun
peralatan analisis (instrumentasi). Laboratorium kimia dengan segala kelengkapan
peralatan dan bahan kimia merupakan tempat berpotensi menimbulkan bahaya
kepada para penggunanya jika para pekerja di dalamnya tidak dibekali dengan
pengetahuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja. Keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan
hidup, dan ma-syarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan
tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan
mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja. Makalah ini akan
membahas tentang penanganan bahan kimia.

B.     Rumusan masalah


1.      Apa yang dimaksud dengan bahan berbahaya?
2.      Bagaimana klasifikasi atau pengolongan bahan kimia?
3.      Bagaimana penanganan bahan kimia di laboratorium?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan bahan berbahaya.
2.      Untuk mengetahui klasifikasi atau penggolongan bahan kimia.
3.      Untuk mengetahui penanganan bahan kimia di laboratorium.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Bahan Berbahaya

Bahan berbahaya adalah bahan-bahan yang pembuatan, pengolahan,


pengangkutan, penyimpanan dan penggunaanya menimbulkan atau membebaskan
debu, kabut, uap, gas, serat, atau radiasi sehingga dapat menyebabkan iritasi,
kebakaran, ledakan, korosi, keracunan dan bahaya lain dalam jumlah yang
memungkinkan gangguan kesehatan bagi orang yang berhubungan langsung dengan
bahan tersebut.

B.     Klasifikasi atau Penggolongan Bahan Kimia


Klasifikasi atau penggolongan bahan kimia berbahaya diperlukan untuk
memudahkan pengenalan serta cara penanganan dan transportasi.  Secara umum
bahan kimia berbahya diklasifikasikan menjadi beberapa golongan diantaranya
sebagai berikut :
1.      Bahan Kimia Beracun (Toxic)
Bahan kimia beracun adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan bahaya
terhadap kesehatan manusia atau menyebabkan kematian apabila terserap ke dalam
tubuh karena tertelan, lewat pernafasan atau kontak lewat kulit.
Pada umumnya zat toksik masuk lewat pernafasan atau kulit dan kemudian
beredar keseluruh tubuh atau menuju organ-organ tubuh tertentu.  Zat-zat tersebut
dapat langsung mengganggu organ-organ tubuh tertentu seperti hati, paru-paru, dan
lain-lain.  Tetapi dapat juga zat-zat tersebut berakumulasi dalam tulang, darah, hati,
atau cairan limpa dan  menghasilkan efek kesehatan pada jangka panjang. 
Pengeluaran zat-zat beracun dari dalam tubuh dapat melewati urine, saluran
pencernaan, sel efitel dan keringat.

3
2.      Bahan Kimia Korosif (Corrosive)
Bahan kimia korosif adalah bahan kimia yang karena reaksi kimia dapat
mengakibatkan kerusakan apabila kontak dengan jaringan tubuh atau bahan lain.
Zat korosif dapat bereaksi dengan jaringan seperti kulit, mata, dan saluran
pernafasan.  Kerusakan dapat berupa luka, peradangan, iritasi (gatal-gatal) dan
sinsitisasi (jaringan menjadi amat peka terhadap bahan kimia).

3.      Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable)


Bahan kimia mudah terbakar adalah bahan kimia yang mudah bereaksi dengan
oksigen dan dapat menimbulkan kebakaran.  Reaksi kebakaran yang amat cepat dapat
juga menimbulkan ledakan.

4.      Bahan Kimia Peledak (Explosive)


Bahan kimia peledak adalah suatu zat padat atau cair atau campuran keduanya
yang karena suatu reaksi kimia dapat menghasilkan gas dalam jumlah dan tekanan
yang besar serta suhu yang tinggi, sehingga menimbulkan kerusakan disekelilingnya.
Zat eksplosif amat peka terhadap panas dan pengaruh mekanis (gesekan atau
tumbukan), ada yang dibuat sengaja untuk tujuan peledakan atau bahan peledak
seperti trinitrotoluene (TNT), nitrogliserin dan ammonium nitrat (NH4NO3).

5.      Bahan Kimia Oksidator (Oxidation)


Bahan kimia oksidator adalah suatu bahan kimia yang mungkin tidak mudah
terbakar, tetapi dapat menghasilkan oksigen yang dapat menyebabkan kebakaran
bahan-bahan lainnya.

6.      Bahan Kimia Reaktif Terhadap Air (Water Sensitive Substances)


Bahan kimia reaktif terhadap air adalah bahan kimia yang amat mudah bereaksi
dengan air dengan mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar.

7.      Bahan Kimia Reaktif Terhadap Asam (Acid Sensitive Substances)

4
Bahan kimia reaktif terhadap asam adalah bahan kimia yang amat mudah bereaksi
dengan asam menghasilkan panas dan gas yang mudah terbakar atau gas-gas yang
beracun dan korosif.

8.      Gas Bertekanan (Compressed Gases)


Gas bertekanan adalah gas yang disimpan dibawah tekanan, baik gas yang ditekan
maupun gas cair atau gas yang dilarutkan dalam pelarut dibawah tekanan.

9.      Bahan Kimia Radioaktif (Radioactive Substances)


Bahan kimia radioaktif adalah bahan kimia yang mempunyai kemampuan
memancarkan sinar radioaktif dengan aktivitas jenis lebih besar dari 0,002
microcurie/gram.
Suatu bahan kimia dapat termasuk diantara satu atau lebih golongan di atas
karena memang mempunyai sifat kimia yang lebih dari satu sifat.

C. Penyimpanan  Bahan Kimia Berbahaya


Mengelompokkan bahan kimia berbahaya di dalam penyimpanannya mutlak
diperlukan, sehingga tempat/ruangan yang ada dapat di manfaatkan sebaik-baiknya
dan aman.  Mengabaikan sifat-sifat fisik dan kimia dari bahan yang disimpan akan
mengandung bahaya seperti kebakaran, peledakan, mengeluarkan gas/uap/debu
beracun, dan berbagai kombinasi dari pengaruh tersebut.
Penyimpanan bahan kimia berbahaya sebagai berikut :
1.      Bahan Kimia Beracun (Toxic)
Bahan ini dalam kondisi normal atau dalam kondisi kecelakaan ataupun dalam
kondisi kedua-duanya dapat berbahaya terhadap kehidupan sekelilingnya.  Bahan
beracun harus disimpan dalam ruangan yang sejuk, tempat yang ada peredaran hawa,
jauh dari bahaya kebakaran dan bahan yang inkompatibel (tidak dapat dicampur)
harus dipisahkan satu sama lainnya.

5
Jika panas mengakibatkan proses penguraian pada bahan tersebut maka tempat
penyimpanan harus sejuk dengan sirkulasi yang baik, tidak terkena sinar matahari
langsung dan jauh dari sumber panas.

2.      Bahan Kimia Korosif (Corrosive)


Beberapa jenis dari bahan ini mudah menguap sedangkan lainnya dapat bereaksi
dahsyat dengan uap air.  Uap dari asam dapat menyerang/merusak bahan struktur dan
peralatan selain itu beracun untuk tenaga manusia.  Bahan ini harus disimpan dalam
ruangan yang sejuk dan ada peredaran hawa yang cukup untuk mencegah terjadinya
pengumpulan uap.  Wadah/kemasan dari bahan ini harus ditangani dengan hati-hati,
dalam keadaan tertutup dan dipasang label.  Semua logam disekeliling tempat
penyimpanan harus dicat dan diperiksa akan adanya kerusakan yang disebabkan oleh
korosi.
Penyimpanannya harus terpisah dari bangunan lain dengan dinding dan lantai
yang tahan terhadap bahan korosif, memiliki perlengkapan saluran pembuangan
untuk tumpahan, dan memiliki ventilasi yang baik.  Pada tempat penyimpanan harus
tersedia pancaran air untuk pertolongan pertama bagi pekerja yang terkena bahan
tersebut.

3.      Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable)


Praktis semua pembakaran terjadi antara oksigen dan bahan bakar dalam bentuk
uapnya atau beberapa lainnya dalam keadaan bubuk halus.  Api dari bahan padat
berkembang secara pelan, sedangkan api dari cairan menyebar secara cepat dan
sering terlihat seperti meledak.  Dalam penyimpanannya harus diperhatikan sebagai
berikut :
a)      Disimpan pada tempat yang cukup dingin untuk mencegah penyalaan tidak sengaja
pada waktu ada uap dari bahan bakar dan udara
b)      Tempat penyimpanan mempunyai peredaran hawa yang cukup, sehingga bocoran
uap akan diencerkan konsentrasinya oleh udara untuk mencegah percikan api
c)      Lokasi penyimpanan agak dijauhkan dari daerah yang ada bahaya kebakarannya

6
d)     Tempat penyimpanan harus terpisah dari bahan oksidator kuat, bahan yang mudah
menjadi panas dengan sendirinya atau bahan yang bereaksi dengan udara atau uap air
yang lambat laun menjadi panas
e)      Di tempat penyimpanan tersedia alat-alat pemadam api dan mudah dicapai
f)       Singkirkan semua sumber api dari tempat penyimpanan
g)      Di daerah penyimpanan dipasang tanda dilarang merokok
h)      Pada daerah penyimpanan dipasang sambungan tanah/arde serta dilengkapi alat
deteksi asap atau api otomatis dan diperiksa secara periodic

4.      Bahan Kimia Peledak (Explosive)


Terhadap bahan tersebut ketentuan penyimpananya sangat ketat, letak tempat
penyimpanan harus berjarak minimum 60[meter] dari sumber tenaga, terowongan,
lubang tambang, bendungan, jalan raya dan bangunan, agar pengaruh ledakan sekecil
mungkin.  Ruang penyimpanan harus merupakan bangunan yang kokoh dan tahan
api, lantainya terbuat dari bahan yang tidak menimbulkan loncatan api, memiliki
sirkulasi udara yang baik dan bebas dari kelembaban, dan tetap terkunci sekalipun
tidak digunakan.  Untuk penerangan harus dipakai penerangan alam atau lampu listrik
yang dapat dibawa atau penerangan yang bersumber dari luar tempat penyimpanan. 
Penyimpanan tidak boleh dilakukan di dekat bangunan yang didalamnya terdapat oli,
gemuk, bensin, bahan sisa yang dapat terbakar, api terbuka atau nyala api.  Daerah
tempat penyimpanan harus bebas dari rumput kering, sampah, atau material yang
mudah terbakar, ada baiknya memanfaatkan perlindungan alam seperti bukit, tanah
cekung belukar atau hutan lebat.

5.      Bahan Kimia Oksidator (Oxidation)


Bahan ini adalah sumber oksigen dan dapat memberikan oksigen pada suatu
reaksi meskipun dalam keadaan tidak ada udara.  Beberapa bahan oksidator
memerlukan panas sebelum menghasilkan oksigen, sedangkan jenis lainnya dapat
menghasilkan oksigen dalam jumlah yang banyak pada suhu kamar.  Tempat
penyimpanan bahan ini harus diusahakan agar suhunya tetap dingin, ada peredaran

7
hawa, dan gedungnya harus tahan api.  Bahan ini harus dijauhkan dari bahan bakar,
bahan yang mudah terbakar dan bahan yang memiliki titik api rendah.
Alat-alat pemadam kebakaran biasanya kurang efektif dalam memadamkan
kebakaran pada bahan ini, baik penutupan ataupun pengasapan, hal ini dikarenakan
bahan oksidator menyediakan oksigen sendiri.

6.      Bahan Kimia Reaktif Terhadap Air (Water Sensitive Substances)


Bahan ini bereaksi dengan air, uap panas atau larutan air yang lambat laun
mengeluarkan panas atau gas-gas yang mudah menyala.  Karena banyak dari bahan
ini yang mudah terbakar maka tempat penyimpanan bahan ini harus tahan air,
berlokasi ditanah yang tinggi, terpisah dari penyimpanan bahan lainnya, dan
janganlah menggunakan sprinkler otomatis di dalam ruang simpan.

7.      Bahan Kimia Reaktif Terhadap Asam (Acid Sensitive Substances)


Bahan ini bereaksi dengan asam dan uap asam menghasilkan panas, hydrogen dan
gas-gas yang mudah menyala.  Ruangan penyimpanan untuk bahan ini harus
diusahakan agar sejuk, berventilasi, sumber penyalaan api harus disngkirkan dan
diperiksa secara berkala.  Bahan asam dan uap dapat menyerang bahan struktur
campuran dan menghasilkan hydrogen, maka bahan asam dapat juga disimpan dalam
gudang yang terbuat dari kayu yang berventilasi.  Jika konstruksi gudang trbuat dari
logam maka harus di cat atau dibuat kebal dan pasif terhadap bahan asam.

8.      Gas Bertekanan (Compressed Gases)


Silinder dengan gas-gas bertekanan harus disimpan dalam keadaan berdiri dan
diikat dengan rantai atau diikat secara kuat pada suatu penyangga tambahan.  Ruang
penyimpanan harus dijaga agar sejuk , bebas dari sinar matahari langsung, jauh dari
saluran pipa panas di dalam ruangan yang ada peredaran hawanya.  Gedung
penyimpanan harus tahan api dan harus ada tindakan preventif agar silinder tetap
sejuk bila terjadi kebakaran, misalnya dengan memasang sprinkler.

8
9.      Bahan Kimia Radioaktif (Radioactive Substances)
Radiasi dari bahan radioaktif dapat menimbulkan efek somatik dan efek genetik,
efek somatik dapat akut atau kronis.  Efek somatik akut bila terkena radiasi 200[Rad]
sampai 5000[Rad] yang dapat menyebabkan sindroma system saraf sentral, sindroma
gas trointestinal dan sindroma kelainan darah, sedangkan efek somatik kronis terjadi
pada dosis yang rendah.  Efek genetik mempengaruhi alat reproduksi yang akibatnya
diturunkan pada keturunan.  Bahan ini meliputi isotop radioaktif dan semua
persenyawaan yang mengandung radioaktif.  Pemakai zat radioaktif dan sumber
radiasi harus memiliki instalasi fasilitas atom, tenaga yang terlatih untuk bekerja
dengan zat radioaktif, peralatan teknis yang diperlukan dan mendapat izin dari
BATAN.  Penyimpanannya harus ditempat yang memiliki peralatan cukup untuk
memproteksi radiasi, tidak dicampur dengan bahan lain yang dapat membahayakan,
packing/kemasan dari bahan radioaktif harus mengikuti ketentuan khusus yang telah
ditetapkan dan keutuhan kemasan harus dipelihara.

D. Faktor Terjadinya Kecelakaan Kerja di Industri Kimia

1.   Disebabkan oleh kesalahan tenaga kerja (karyawan) sendiri.  


2.   Disebabkan teman sekerja sehingga ia (pekerja) mengalami kecelakaan.
3.   Tanggungan pekerja, karena menganggap perusahaan merasa sudah membayar maka
resiko kecelakaan menjadi tanggungan pekerja.
4.   Karena pekerja mengalami kelalaian, sehingga terjadi kecelakaan

E. Penggunaan Bahan Kimia Bahan kimia banyak digunakan dalam lingkungan


kerja yang dapat dibagi dalam tiga kelompok besar yaitu :
1.   Industri Kimia
Industri Kimia yaitu industri yang mengolah dan menghasilkan  bahan-bahan
kimia, diantaranya industri pupuk, asam sulfat, soda, bahan  peledak, pestisida, cat ,

9
deterjen, dan lain-lain. Industri kimia dapat diberi  batasan sebagai industri yang
ditandai dengan penggunaan proses-proses yang bertalian dengan perubahan kimiawi
atau fisik dalam sifat-sifat  bahan tersebut dan khususnya pada bagian kimiawi dan
komposisi suatu zat.

2.  Industri Pengguna Bahan Kimia


Industri Pengguna Bahan Kimia yaitu industri yang menggunakan  bahan kimia
sebagai bahan pembantu proses, diantaranya industri tekstil, kulit, kertas, pelapisan
listrik, pengolahan logam, obat-obatan dan lain-lain.

3.   Laboratorium
Laboratorium yaitu tempat kegiatan untuk uji mutu, penelitian dan
pengembangan serta pendidikan. Kegiatan laboratorium banyak dipunyai oleh
industri, lembaga penelitian dan pengembangan, perusahaan jasa, rumah sakit dan
perguruan tinggi. Dalam lingkungan kerja tersebut, banyak bahan kimia yang terpakai
tiap harinya sehingga para pekerja terpapar bahaya dari bahan- bahan kimia itu.
Bahaya itu terkadang meningkat dalam kondisi tertentu mengingat sifat bahan-bahan
kimia itu, seperti mudah terbakar, beracun, dan sebagainya. Dengan demikian, jelas
bahwa bekerja dengan bahan- bahan kimia mengandung risiko bahaya, baik dalam
proses, penyimpanan, transportasi, distribusi, dan penggunaannya. Akan tetapi,
betapapun besarnya bahaya bahan-bahan kimia tersebut, penanganan yang benar akan
dapat mengurangi atau menghilangkan risiko bahaya yang diakibatkannya.

F. Dampak Kecelakaan Kerja


1.   Meninggal dunia
Dalam hal ini termasuk kecelakaan yang paling fatal yang menyebabkan
penderita meninggal dunia walaupun telah mendapatkan  pertolongan dan perawatan
sebelumnya.

10
2.   Cacat permanen total 
Merupakan cacat yang mengakibatkan penderita secara permanen tidak mampu
lagi sepenuhnya melakukan pekerjaan produktif karena kehilangan atau tidak
berfungsinya lagi bagian-bagian tubuh seperti: kedua mata, satu mata dan satu tangan
atau satu lengan atau satu kaki. Dua  bagian tubuh yang tidak terletak pada satu ruas
tubuh

3.   Cacat permanen sebagian


Cacat yang mengakibatkan satu bagian tubuh hilang atau terpaksa dipotong atau
sama sekali tidak berfungsi.

4.   Tidak mampu bekerja sementara


Kondisi sementara ini dimaksudkan baik ketika dalam masa  pengobatan maupun
karena harus beristirahat menunggu kesembuhan, sehingga ada hari-hari kerja hilang
dalam arti yang bersangkutan tidak melakukan kerja produktif.

G. Empat Prinsip Dasar Pengendalian Operasional


Tujuan Pengendalian: Upaya menghilangkan atau menurunkan tingkat bahaya
sampai pada tingkat terendah/sekecil mungkindari bahan kimia yg dapat kontak
dengan pekerja atau lingkungan yang dapat menimbulkan kebakaran atau peledakan.
1. Menghilangkan bahaya: mengilangkan bhy/proses / menggantinya dg bahan
yang lebih aman
Dilarang menggunakan bahan yg toksik atau bahan yang mengandung
risiko kebakaran/peledakan, pemilihan bahan mulai dari tahap disain &
perencanaan, untuk proses yang telah berjalan dilakukan dengan penggantian.
 Beberapa contoh Penggantian Bahan:
 Menggunakan cat cair sebagai pengganti pelarut organik
 Menggunakan larutan detergen sebagai pengganti bahan pelarut
 Menggunakan bahan kimia yang mempunyai titik nyala tinggi
 Beberapa contoh penggantian proses:

11
 Mengganti cat semprot dengan elekrostatic atau cat celup
 Pengisian manual dengan pengisian mechanical
 Abrasive blasting kering dengan basah
2. Menetukan jarak/tirai pelindung antara pekerja dengan bahan kimia
Meliputi pemagaran /penutupan peralatan dalam proses dengan maksud
mencegah penyebaran kontaminan di udara lingkungan kerja /mengisolasi
sumber bahaya, pekerja mendapatkan kontak yang rendah dengan bahan
kimia.
 Bebarapa contoh metode ini:
 Pemagaran seluruh mesin
 Menutup titik daerah penyebar debu (conveyor)
 Memasang tirai operasi
 Contoh isolasi
 Abrasive blasting dibangun di daerah yang jauh
 Memisahkan proses spray painting dari proses lainnya

3. Ventilasi
Dianggap pengendalian terbaik selain substitusi & penutupan proses.
Dengan ventilasi dapat menangkap kontaminan yang terlepas di udara.
kontaminan yg tertangkap dialirkan melalui alat ke tempat pengumpulan.
Ventilasi ada dua setempat dan umum

4. Melindungi Pekerja : Penggunaan APD


Merupakan pengendalian sebagai Alternatif terakhir
 Contoh APD Kimia
 Respirator: Menutup hidung & mulut pemakaianya dibatasi pada situasi:
- Dilakukan tind pengendalian sementara sblm pengendalian teknis terpasang
- Pengendalian teknis dpt dilaksanakan
- Sbg pelengkap pemngendalian teknis waktu perawatan
- Selama keadaan darurat

12
 Respirator dipilih dengan kriteria:
- Untuk jenis kontaminan tertentu
- Diketahui konsentrasi maksimum kontaminan dtk
- Dapat diterima pekerja
- Sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan
- Pas dengan wajah pemakai
 APD yang lain:
- Kacamata
- Perisai wajah dan kaos tangan
- Celemek
- Sepatu bolt

5. Higiene Perorangan
Ditujukan utk menjaga kebersihan badan mencegah material menempel
untuk waktu yang lama dan diserap oleh kulit.

 Aturan dasar Higiene dalam pemakaian bahan kimia


 Hindari paparan BK dengan mengikuti cara aman dan memakai alat pelindung
 Cucilah badan yang terpapar selesai bekerja, sebelum makan, minum atau
merokok
 Periksa badan secara teratur
 Berilah kain pelindung pada bagian badan yang luka
 Cegah kontaminasi sendiri
 Ambil & cuci terpisah pakian pelindung
 Jaga kuku bersih dan pendek
 Hindari bekerja dengan produk yang menyebabkan alergi

13
H. Pengendalian Secara Organisasi
Pengendalian Organisasi merupakan tindakan dan prosedur yg
dilaksanakan manejemen sebagai bagian dari programutk mengendalikan
paparan, yg meliputi:
1. Identifikasi
- Untuk mengetahui BK yang dipakai & diproduksi, bagaimana BK dapat
kontak dengan tubuh dan bagaimana dapat menyebabkan kebakaran dan
peledakan
- Setiap bahan kimia ditempat kerja harus dikenal dengan label yang benar
dan LDKB
- Bahan kimia yang tidak mempunyai label dan ldkb tidak boleh dipakai
sampai mendapatkan informasi K3 dari pemasok dengan bahasa yang
mudah dimengerti.

2. Pemasangan label

Tujuan pemasangan label utk mengingatkan pekerja akan bhy potensial


bk, tindakan yg perlu dan apa yg harus dikerjakan dalam keadaan darurat.
Info label meliputi:

- Nama dagang
- Identitas dari BK
- Nama, alamat, no. telp pemasok
- Simbol bahaya
- Risiko tertentu shubungan dg bahaya
- Tindakan pengamanan
- Identifikasi dari kelompok produksi
- Pernyataan bahwa LDKB tersedia dari pengusaha
- Klasifikasi sesuai aturan dari pejabat yg berwenang

14
3. Lembar Data Keselamatan Bahaya
Terdiri dari :

- Nama produk & identifikasi perusahaan termasuk nama dagang dan


umum

- Informasi mengenai komposisi dr bhn pembuatnya

- Nama & alamat pemasok dan pembuatnya

- Identifikasi bahaya

- Tindakan P3K

- Tindakan Pemadam kebakaran

- Tindakan terhadap penyebaran

- Penanganan & penyimpanan

- Pengendalian paparan

- Sifat fisik dan Kimia

- Stabilitas dan daya reaksi

- Informasi keracunan

- Informasi ekologi

- Pertimbangan pembuangan

- Informasi pengangkutan, dll

4. Penyimpanan yang aman


Bahan yang tidak kompatibel tidak boleh disimpan bersama-sama,
penyimpanan dekat proses yang tidak kompatibel harus dihindarkan,
kontainer tidak boleh bocor, berkarat atau rusak, harus ada ventilasi yg cukup.
 Untuk bahan kimia mudah terbakar & meledak dengan syarat:

15
- BK disimpan dari tempat yg dingin & ventilasi
- Dipisahkan dari pabrik
- Dipasang sistem pencegahan kebakaran otomatik
- Pabrik menghubungkan pintu api yg menutup scr otomatis
- Ada akse mudah menuju mobil kebakaran
- Sirkuit listrik hrs anti peledakan
- Kabel listrik, kotak listrik dan peralatan lainnya hrs dijaga dari kerusakan
- Menghindarkan kemungkinan terbakar oleh listrik statik
- Tidak boleh ada sumber radiasi panas
- Hanya bK tertentu utk operasi yg boleh disimpan

5. Prosedur pengangkutan yang aman


- Dijaga kerangan dan sambungan tidak bocor
- Koveyor ditutup agar debu tidak berterbangan
- Hindarkan terbentuknya panas
- Kontainer yg mudah terbakar ditutup yg berpegas dan dipasang alat
pencegah api pada lubang pipanya

6. Penanganan dan pemakaian yang aman


- Baca dan mengerti LDKB
- Pemakai harus mendapat pelatihan
- Pastikan alat pengendalian berfungsi dengan baik
- Kontrol bahaya bk yg lan menimbulkan resiko
- Periksa APD dan alat K3
- Pastikan alat dalam keadaan darurat tersedia
- Kerapihan dan Kebersihan
- Pembuangan rutin
- Monitor paparan
- Pengamatan medis
- Pengumpulan catatan

16
- Pendidikan dan latihan

I. Jenis-jenis Bahaya dalam Laboratorium


1.   Kebakaran, sebagai akibat penggunaan bahan-bahan kimia yang mudah terbakar
seperti pelarut organik, aseton, benzene, etil alcohol, etil eter, dll.
2.   Ledakan, sebagai akibat reaksi eksplosif dari bahan-bahan reaktif seperti oksidator.
3.   Keracunan bahan kimia yang berbahaya, seperti arsen, timbal, dll.
4.   Iritasi yaitu peradangan pada kulit atau saluran pernapasan dan juga pada mata
sebagai kontak langsung dengan bahan-bahan korosif.
5.   Luka pada kulit atau mata akibat pecahan kaca, logam, kayu dll.
6.    Sengatan listrik.

J. Pencegahan Kecelakaan Kerja dalam Laboratorium

1.    Penyediaan berbagai alat atau bahan yang ditempatkan di tempat yang mudah
dicapai. Alat dan bahan itu misalnya :
a.   Ember berisi pasir, untuk menanggulangi kebakaran kecil agar tidak terjadi
kebakaran yang besar.
b.  Alat pemadam kebakaran, jug selimut yang terbuat dari bahan tahan api.
c.  Kotak PPPK untuk memberikan pertolongan pertama.
2.   Tidak mengunci pintu pada waktu laboratorium sedang dipakai dan mengunci
pintunya pada waktu laboratorium tidak digunakan.
3.   Pada waktu di laboratorium tidak ada guru atau laboran, siswa tidak diperkenankan
masuk.
4.   Penyimpanan bahan-bahan yang mudah terbakar di tempat yang khusus, tidak
berdekatan dengan nyala api atau tempat yang ada percikan api listrik, misalkan pada
alat yang memakai relay atau motor listrik.
5.   Penyimpanan bahan-bahan yang tergolong racun atau berbahaya (misalnya air raksa
dan bahan kimia lain) di tempat terkunci dan aman.
6.   Pengadaan latihan-latihan cara mengatasi kebakaran secara periodik.

17
7.   Penggunaan tegangan listrik yangrendah saja dalam melakukan percobaan listrik
misalnya 12 volt atau 15 volt.
8.   Pengadaan saklar pusat untuk lsitrik, sehingga jika diperlukan semua aliran listrik di
dalam laboratorium dapat diputuskan.
9.    Penggantian kawat sekering pengaman harus dilakukan dengan sekering yang setara.
10.  Pengadaan jaringan listrik tambahan tidak diperkenankan kecuali yang dilakukan
oleh instalator listrik dengan izin dari PLN.

K. Sumber – sumber Bahaya dalam Laboratorium


1.      Bahan-bahan kimia yang berbahaya yang perlu kita kenal jenis, sifat, cara
penanganan, dan cara penyimpanannya.Contohnya: bahan kimia beracun, mudah
terbakar, eksplosif, dan sebagainya.
2.      Teknik percobaan yang meliputi pencampuran bahan distilasi, ekstraksi, reaksi
kimia, dansebagainya.
3.      Sarana laboratorium yakni gas, listrik, air, dan sebagainya.

L. Penanganan Kecelakaan Kerja di Laboratorium


- Luka bakar akibat zat kimia
Ø Terkena larutan asam
1.   kulit segera dihapuskan dengan kapas atau lap halus 
2.   dicuci dengan air mengalir sebanyak-banyaknya 

3.   Selanjutnya cuci dengan 1% Na2CO3

4.   kemudian cuci lagi dengan air 

5.   Keringkan dan olesi dengan salep levertran.


Ø Terkena logam natrium atau kalium
1.   Logam yang nempel segera diambil 
2.   Kulit dicuci dengan air mengalir kira-kira selama 15-20 menit 

3.   Netralkan dengan larutan 1% asam asetat 

18
4.   Dikeringkan dan olesi dengan salep levertran atau luka ditutup dengan kapas steril
atau kapas yang telah dibasahi asam pikrat.

Ø Terkena bromin
1.   Segera dicuci dengan larutan amonia encer 
2.    Luka tersebut ditutup dengan pasta Na2CO3.  

Ø Terkena phospor  
1.   Kulit yang terkena segera dicuci dengan air sebanyak-banyaknya 
2.   Kemudian cuci dengan larutan 3% CuSO4.

- Luka bakar akibat benda panas


1.   Diolesi dengan salep minyak ikan atau levertran 
2.   Mencelupkan ke dalam air es secepat mungkin atau dikompres sampai rasa nyeri
agak berkurang.

- Luka pada mata


Ø Terkena percikan larutan asam
1.   Jika terkena percikan asam encer,
2.   Mata dapat dicuci dengan air bersih kira-kira 15 menit terus-menerus
3.   Dicuci dengan larutan 1% Na2C3
Ø Terkena percikan larutan basa
1.   Dicuci dengan air bersih kira-kira 15 menit terus-menerus
2.   Dicuci dengan larutan 1% asam borat dengan gelas pencuci mata
- Keracunan
Ø Keracunan zat melalui pernafasan
Akibat zat kimia karena menghirup Cl2, HCl, SO2, NO2, formaldehid, ammonia.
1.   Menghindarkan korban dari lingkungan zat tersebut, kemudian pindahkan korban ke
tempat  yang berudara segar.
2.   Jika korban tidak bernafas, segera berikan pernafasan buatan dengan cara menekan
bagian dada atau pemberian pernafasan buatan dari mulut ke mulut korban

19
M. Jenis/sifat Syarat Penyimpanan Bahan Kimia
- Bahan beracun
 Ruangan dingin dan berventilasi
 Jauh dari sumber panas
 Terpisah dari bahan kimia lain yang reaktif
 Tersedia alat pelindung diri seperti masker, pakaian pelindung, sarung tangan dan
lain-lain.
- Bahan korosif
 Ruang dingin dan berventilasi
 Wadah tertutup dan berlabel
 Terpisah dari zat beracun
 Tersedia alat pelindung diri seperti sarung tangan, masker, kaca mata dan lain-
lain.
- Bahan mudah terbakar
 Ruang dingin dan berventilasi
 Jauh dari sumber panas/api
 Tersedia alat pemadam kebakaran Bahan mudah meledak
 Ruang dingin dan berventilasi
 Jauh dari sumber panas/ api
- Bahan oksidator
 Ruang dingin dan berventilasi
 Jauh dari sumber api/ panas dan dilarang merokok
 Jauh dari bahan reduktor dan mudah terbakar Bahan reaktif thd air
 Suhu ruangan dingin, kering dan berventilasi
 Bangunan kedap air
 Pemadam kebakaran yang tersedia tdk menggunakan air seperti CO2, Halon, Dry
Powder
- Bahan reaktif terhadap asam

20
 Ruang dingin dan berventilasi
 Jauh dari sumber api dan panas
 Ruang penyimpanan perlu dirancang agar tidak memungkinkan terbentuknya
kantong-kantong hidrogen, karena reaksi dengan asam akan terbentuk gas hidrogen
yang mudah terbakar.
- Gas bertekanan
 Disimpan dalam keadaan tegak/ berdiri dan terikat
 Ruang dingin dan tidak terkena langsung sinar matahari
 Jauh dari api dan panas
 Jauh dari bahan korosif yang dapat merusak kran dan katup.

21
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Bahan berbahaya adalah bahan-bahan yang pembuatan, pengolahan,
pengangkutan, penyimpanan dan penggunaanya menimbulkan atau membebaskan
debu, kabut, uap, gas, serat, atau radiasi sehingga dapat menyebabkan iritasi,
kebakaran, ledakan, korosi, keracunan dan bahaya lain dalam jumlah yang
memungkinkan gangguan kesehatan bagi orang yang berhubungan langsung dengan
bahan tersebut.
Klasifikasi atau penggolongan bahan kimia berbahaya diperlukan untuk
memudahkan pengenalan serta cara penanganan dan transportasi.  Secara umum
bahan kimia berbahya diklasifikasikan menjadi beberapa golongan diantaranya
sebagai berikut : bahan kimia beracun, bahan kimia peledak, bahan kimia mudah
terbakar, dan lain-lain.
Beberapa cara dapat dilakukan dalam upaya penanganan bahan kimia di
laboratorium, berikut cara yan dapat dilakukan yaitu lembar data berbahaya,
pemasangan label dan tanda pada bahan berbahaya, dan penyimpanan bahan kimia
berbahaya.

B.     Saran
Diharapkan kepada mahasiswa dan mahasiswi agar mengetahui bagaimana
penanganan bahan kimia dan pengawasan terhadap alat maupun terhadap pekerja
harus dilakukan secara teratur dan berkesinambungan.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. ZULKARNAIN ADJRAAM, “Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap


Bahanbahan Berbahaya dan Beracun”, Lokakarya Keselamatan dan Kesehatan Kerja
BATAN, Tahun 1991.

2. ANONIM, “Panduan Bahan Berbahaya “ edisi 1, Departemen Kesehatan Republik


Indonesia, Tahun 1985.

3. ANONIM, “National Workshop on Safety and Control of Toxic Chemicals and


Pollutansts”, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1989

4. NUR TRI HARJANTO dkk, “Identifikasi potensi bahaya non radiasi di Instalasi
Radiometalurgi”, Prosiding hasil-hasil penelitian EBN tahun 2008, ISSN 0854-5561,
PTBN-BATAN, Tahun 2008.

5. BAMBANG SUPARDJO, “Keselamatan Pemakaian Bahan Peledak” Lokakarya


Keselamatan dan Kesehatan Kerja BATAN, Tahun 1991.

23

Anda mungkin juga menyukai