Anda di halaman 1dari 10

Nama : NAFIATUN ROMDONAH

Nim :P1337420119362 JUDUL


Prodi : D3 Keperawatan Semarang kampus kendal

Metodologi keperawatan
“ Perumusan Diagnosa Keperawatan “

A. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan  adalah suatu pernyataan yang menjelaskan  respons
manusia (status kesehatan atau  resiko perubahan pola) dari individu atau  kelompok
dimana perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasaikan dan memberikan
interfensi secara pasti untuk menjaga status  kesehatan  menurunkan membatasi
,mencegah ,dan  merubah.
B. Proses Penyusunan Diagnosa Keperawata
1) Klasifikasi & Analisis Data
Respon Manusia (Taksonomi NANDA II) :
 Pertukaran
 Komunikasi
 Berhubungan
 Nilai-nilai
 Pilihan
 Bergerak
 Penafsiran
 Pengetahuan
 Perasaan
Pola Fungsi Kesehatan (Gordon, 1982) :
 Persepsi kesehatan : pola penatalaksanaan kesehatan
 Nutrisi : pola metabolism
 Pola eliminasi
 Aktivitas : pola latihan
 Tidur : pola istirahat
 Kognitif : pola perseptual
 Persepsi diri : pola konsep diri
 Peran : pola hubungan
 Seksualitas : pola reproduktif
 Koping : pola toleransi stress
 Nilai : pola keyakinan
2) Interpretasi /identifiikasi kelebihan dan masalah klien
a) Menentukan kelebihan klien
b) Menentukan masalah klien
c) Menentukan masalah yang pernah dialami oleh klien
d) Penentuan keputusan
 Tidak ada masalah,
 Masalah kemungkinan (possible problem)
 Masalah aktual, resiko, atau sindrom
 Masalah kolaboratif
3) Memvalidasi diagnosa keperawatan
4) Menyusun diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritasnya
C. Kategori Diagnosa Keperawatan
a) Diagnosa Keperawatan Aktual (Actual Nursing Diagnoses).
b) Diagnosis Keperawatan Resiko (Risk and High-Risk Nursing Diagnoses)
c) Diagnosis Keperawatan Kemungkinan(Possible Nursing Diagnoses)
d) Diagnosis Keperawatan Sejahtera(Wellness Nursing Diagnoses)
e) Diagnosis Keperawatan Sindrom (Syndrome Nursing Diagnoses)
D. Komponen diagnosis keperawatan
Rumusan diagnosis keperawatan mengandung tiga komponen utama, yaitu :
1. Problem (P/masalah)
a. Perawat dapat berkomunikasi dengan istilah yang dimengerti secara umum
b. Memfasilitasi dan mengakses diagnosa keperawatan
c. Sebagai metode untuk mengidentifikasi perbedaan masalah keperawatan
dengan masalah medis
d. Meningkatkan kerjasama perawat dalam mendefinisikan diagnosis dari data
pengkajian dan intervensi keperawatan, sehingga dapat meningkatkan mutu
asuhan keperawatan
2. Etiologi (E/penyebab)
Unsur-unsur dalam identifikasi etiologi :
a. Patofisiologi penyakit : adalah semua proses penyakit, akut atau kronis yang
dapat menyebabkan / mendukung masalah.
b. Situasional : personal dan lingkungan (kurang pengetahuan, isolasi sosial, dll)
c. Medikasi (berhubungan dengan program pengobatan/perawatan) :
keterbatasan institusi atau rumah sakit, sehingga tidak mampu memberikan
perawatan.
d. Maturasional :
Adolesent : ketergantungan dalam kelompok
Young Adult : menikah, hamil, menjadi orang tua
Dewasa : tekanan karier, tanda-tanda pubertas.
3. Sign & symptom (S/tanda & gejala),
a) Spesifi dan akurat (pasti)
b) Dapat merupakan pernyataan dari penyebab
c) Memberikan arahan pada asuhan keperawatan
d) Dapat dilaksanakan oleh perawat
e) pencerminan keadaan kesehatan klien
E. Prioritas Diagnosa Keperawatan.
1) Berdasarkan tingkat Kegawatan
 Keadaan yang mengancam kehidupan.
 Keadaan yang tidak gawat dan tidak mengancam kehidupan.
 Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan.
2) Berdasarkan Kebutuhan maslow,yaitu Kebutuhan fisiologis,kebutuhan keamanan dan
keselamatan,kebutuhan mencintai dan dicintai,kebutuhan harga diri dan kebutuhan
aktualisasi diri.
F. Perbedaan Diagnosa Keperawatan Dengan Diagnosa Medis.
a) Berfokus pada respons atau reaksi klien terhadap penyakitnya.
b) Berorientasi pada kebutuhan individu, bio-psiko-sosio-spiritual.
c) Berubah sesuai dengan perubahan respons klien.
d) Mengarah kepada fungsi mandiri perawat dalam melaksanakan tindakan
keperawatan dan evaluasi.
Diagnosa Medis :
 Berfokus pada faktor-faktor yang bersifat pengobatan dan penyembuhan penyakit.
 Berorientasi kepada keadaan patologis
 Cenderung tetap, mulai dari sakit sampai sembuh.
 Mengarah kepada tindakan medik yang sebahagian besar dikolaborasikan kepada
perawat.
G. Faktor-faktor dan Penentuan Resiko/ Sifat Diagnosa Keperawatan
Dibawah ini merupakan contoh Faktor-faktor disertai dengan penentuan resiko/ sifat
diagnosa keperawatan:
a) Gangguan mobilitas fisik
b) Gangguan Perlindungan
c) Gangguan harga diri rendah situsional
H. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Menentukan Diagnosa Keperawatan
a) Berorientasi kepada klien, keluarga dan masyarakat
b) Bersifat aktual atau potensial
c) Dapat diatasi dengan intervensi keperawatan
d) Menyatakan masalah kesehatan individu, keluarga dan masyarakat, serta faktor-
faktor penyebab timbulnya masalah tersebut.
I. Alasan Penulisan Diagnosa Keperawatan
 Memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif
 Memberikan kesatuan bahasa dalam profesi keperawatan
 Meningkatkan komunikasi antar sejawat dan profesi kesehatan lainnya
 Membantu merumuskan hasil yang diharapkan / tujuan yang tepat dalam
menjamin mutu asuhan keperawatan, sehingga pemilihan intervensi lebih akurat
dan menjadi pedoman dalam melakukan evaluasi
 Menciptakan standar praktik keperawatan
 Memberikan dasar peningkatan kualitas pelayanan keperawatan.

KASUS 1

Seorang laki-laki berusia 35 tahun, dirawat di bangsal bedah dengan diagnose medis fraktur
tertutup pada cruris tibia dextra 1/3 distal post op ORIS hari ke 2. Hasil pengkajian perawat
didapatkan data nyeri skala 6, bengkak pada area punggung kaki, suara ronkhi pada kedua
lapang paru, balutan kotor, leukosit 13.000. Perawat primer (PP) menyusun diagnose
keperawatan berupa nyeri akut b.d agen cedera fisik. Kemudian PP menginstruksikan pada
perawat associate (PA) untuk melakukan tindakan keperawatan berupa pengalihan perhatian,
dan memberikan relaksasi nafas dalam. Tetapi nyeri dirasakan tidak berubah.

Penatalaksanaan Medis

•  Terpasang terapi infus di lengan kiri dengan cairan Ringer laktat 20tetes/ menit3)

 Pemberian obat:

-  Netformin 500 mg tab

- Parasetamol TAB 500 mg = penurun demam

- Glikuidon = menurunkan gula darah-

- ramadol drif 1 gr = menurunkan nyeri dari sedang hingga berat

• Tindakan pembedahan

- Reduksi tertutup dengan fiksasi eksternal atau fiksasi perkutan dengan K-Wire (kawat kirschner),
misalnya pada fraktur jari.

- Reduksi terbuka dengan fiksasi internal (ORIF:Open Reduction internal Fixation). Merupakan
tindakan pembedahan dengan melakukan insisi pada derah fraktur, kemudian melakukan
implant pins, pada tulang yang patah
• Penatalaksanaan keperawaatan

• a. Holdrelax

• Posisi pasien duduk long sitting atau tangan kiri terapismemfiksasi

• atas ankle lalu tangan kanan terapis berada dibawah tumit kaki pasien

• dengan lengan bawah berada di telapak kaki pasien sebagai tahanan.

• Setelah siap pasien melakukan gerakan kearahdorsi fleksi hingga batas

• nyeri, setelah itu pasien diminta untuk melawan tahanan ke arah plantar

• fleksi lalu terapis memberi aba-aba “pertahankan disini”. Setelah itu rileks

• dan terapis berusaha menambah gerakan kearahdorsi fleksi.

• b. Ressistedactiveexercise

• Posisi pasien duduk ditepibed atau duduk ongkang-ongkang,

• terapis duduk di stooldisebelah kaki yang sakit pasien, kemudian pasien

• diminta meluruskan lurus (ekstensi knee) dan menekuk lutut (fleksi knee).

• Pada saat pasien melakukan gerakan terapis, memberi tahanan, tangan

• terapismemfiksasi bagian atas lutut, tangan kiri terapis memegang ankle

• alau pergelangan kaki yang sakit pasien. Dilakukan 8 kali atau toleransi

• pasien.c. Latihan duduk

• 1) Latihan duduk long sitting

• Posisi awal pasien tidur terlentang satu tangan terapis diletakkan

• dipunggung pasien. Untuk menahan agar tidak jatuh, pasien diminta

• bangun dengan kedua siku sebagai tumpuan, kemudian kedua telapak

• tangan pasien menumpu setelah badan condong ke belakang/posisi long

• sitting, kedua tangan menumpu ke belakang badan.

• 2) Latihan duduk ongkang-ongkang

• Posisi awal pasien duduk halflying dengan long sitting, terapis

• berdiri disamping pasien, tungkai kanan yang sehat disuruh menekuk.


• Kedua tangan sebagai tumpuan dan terapis menyangga tungkai yang

• cidera. Pelan-pelan pasien disuruh menggeser pantatnya, terapis

• membawa tungkai kedua tungkai kesampingbed sampai kedua lutut di

• tepi bed kedua tangan pasien menumpu untuk menyangga tubuh

• kemudian kedua tungkai dalam keadaan menggantung.

• d. Latihan jalan

• Posisi awal berdiri dengan bertumpu pada kaki yang sehat dan

• sejajar kruk, kemudian dilanjutkan kruk maju kedepan, berat badan pasien

• bertumpu pada kruk kemudian kaki yang sehat (kiri) maju kedepan dan

• kaki yang sakit digantung atau tidak menapak. Metode jalan seperti ini

• disebut dengan Non WeightBearing (NWB) dengan pola jalan Two Point

• Gait, Swingto.Mahartha, Gede Rastu Adi. Maliawan, Sri dan Kawiyana, Ketut Siki. (2011).

• Manajemen Fraktur pada Trauma Muskuloskeletal.

• Penatalaksanaan farmakologi

• selain pemberian

• kalsium dan vitamin D, serta mineral dan

• protein, perlu mengenal obat-obatan untuk

• osteoporosis, yaitu obat untuk membangun

• tulang, membuat tulang menjadi makin

• padat, serta menghambat proses penge-

• roposan. Obat-obat ini adalah 3

• 1. Golongan bifosfonat

• 2. Raloxifene

• 3. Kalsitonin

• 4. Tibolone

• Junaidi I. Osteoporosis Pengenalan

• Pencegahan Serta Pengobatan Penyakit

• Osteoporosis dan Penyakit Tulang Lain


• Yang Mirip. Jakarta : PT Bhuana Ilmu

• Populer, 2009 ; Hal 2, 7-8, 9, 36-3

• Ds : pasien mengatakan nyeri tidak berubah

• Do :nyeri skala 6

Leukosit 13.000

Bengkak pada area punggung kaki

Balutan kotor

Dx : resiko infeksi b.d terputusnya jaringan tulang

Nic : deskripsikan proses penyakit dengan tepat

sediakan informasi tentang kondisi pasien

diskusikan perawatan yang akan dilakukan

gambaran tanda dan gejala penyakit

instruksi pasien untuk melaporkan kepada perawat untuk melaporkan tentang tanda dan gejal
yg dirasakan

Noc : deteksi infeksi

Pengnedalian infeksi

KASUS 2

Tn. K adalah seorang pelayan toko yang berusia 43 tahun, TB 165 dan BB 60
kg.mempunyai kebiasaan makan 3x sehari dan mengemil kripik kentang paling tidak
1bungkus/hari @ 250gr dan kurang makan sayur dan buah. Dia sering mengalamisakit
kepala dan lemas. Dia sudah didiagnosis menderita hipertensi sejak dua tahunyang lalu.
Saat ini saja tekanan darahnya mencapai 180/100 mmHg. Coba jelaskanbagaimana
pengaturan diet bagi bapak tersebut
A. Anamnesis
1. Data Subjektif
Penyakit                     : Hipertensi
Keluhan                      : Sering mengalami sakit kepala dan lemas.
Riwayat/Polamakan  : makan 3x sehari dan mengemil kripik kentang paling
tidak     1bungkus/hari @ 250 gr serta kurang makan sayur dan buah.
Pekerjaan                   : Pelayan took
2. Data Objektif
a. Antropometri
BB = 60kg
Tb = 165cm
b. Biokimia
Tekanan darah = 180/100 mmHg.
c. Clinis dan fisik
Sering mengalami sakit kepala dan lemas.
d. Dietary
Makan 3x sehari dan mengemil kripik kentang paling tidak 1bungkus/hari @250 gr
serta kurang makan sayur dan buah.
B. Assesment Gizi
1. Antropometri
IMT = BB Kg / TB m²= 60 / 1,65² =22,03 kg/ m².
Berdasarkan perhitungan antropometri IMT dapat disimpulkan bahwa status gizi pasien
adalah normal/baik .
2. Biokimia
Tekanan Darah = Tinggi
3. Clinis dan fisik
Sering mengalami sakit kepala dan lemas.
4. Dietary
Makan 3x sehari.
Suka mengemil kripik kentang paling tidak 1 bungkus/hari @250gr.
Kurang makan sayur dan buah.
C. Diagnosa Gizi
 Kepercayaan yang salah tentang gizi (P) yang berkaitan dengan kebiasaan makan
tidak untuk memenuhi kebutuhan gizi, yaitu terlalu banyak mengemil (E) dan
ditandai dengan lemas dan sakit kepala(S).
 Perubahan nilai laboratorium (P) yang berkaitan dengan terlalu banyaknya konsumsi
sumber natrium (E) dan ditandai dengan tekanan darah tinggi yaitu 180/100
mmHg(S).
D. Intervensi/Planning
1. Macam/Bentuk/Cara Pemberian
Macam : Diet Garam Rendah I.
Bentuk :Bentuk Makanan yaitu Makanan Biasa Tanpa Garam.
Cara Pemberian : Makanan diet di berikan secara Oral.
2. Tujuan Diet
 Membantu untuk menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.
 Membantu Menghilangkan sakit kepala dan rasa lemas.
 Mempertahankan status gizi optimal.
3. Syarat Diet
a. Cukup energi, protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin.
b. Menghindari makanan yang mengandung tinggi natrium/sodium.
c. Makanan tanpa garam.
d. Perhitungan Kebutuhan Zat Gizi
e. Rencana Parameter yang dimonitori
 Antropometri
Mempertahankan BB pasien agar tetap dalam kondisi status gizi normal.
 Biokimia
Keadaan Tekanan darah
 Clinis dan Fisik
Sakit kepala dan lemas.
 Dietary
Asupan zat gizi protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral dan cairan sesuai
perhitungan dan syarat diet.

Referensi : (Carpenito, 2000; Gordon, 1976 & NANDA).

Anda mungkin juga menyukai