Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG


Penyakit Decompensasi Cordis adalah suatu keadaan dimana jantung tidak mampu
memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh untuk
keperluan metabolisme jaringan, penyakit ini merupakan salah satu penyakit jantung yang
banyak terjadi di masyarakat dan waktu ini terus digalakkan pencegahannya. Penyakit ini
dapat menyerang pada usia muda maupun pada usia lansia.
Penyakit Decompensasi Cordis terjadi kerena adanya kebiasaan yang kurang baik
di masyarakat misalnya merokok, minum-minuman keras, kurang olah raga, mengkonsumsi
makanan yang banyak mengandung kolesterol.
Kita harus menyadari akan perlunya perawatan penyakit Decompensasi Cordis
karena kecenderungan untuk kambuh sangat besar. Di samping itu pada pasien
Decompensasi Cordis bila tidak mendapatkan perawatan yang cepat dan tepat maka akan
membahayakan jiwa pasien.
Sebagai perawat hendaknya terus meningkatkan ilmu agar di dalam merawat
pasien Decompensasi Cordis dapat memberikan pelayanan pada masyarakat khususnya
keluarga sesuai dengan profesi keperawatan sehingga terwujud peningkatan kesehatan
masyarakat seoptimal mungkin.

I.2 TUJUAN PENULISAN


Adapun tujuan yang ingin dicapai dari asuhan keperawatan ini adalah sebagai
berikut :
1. Tujuan Umum
Setelah memberikan asuhan keperawatan pada pasien Decompensasi Cordis maka
mahasiswa keperawatan diharapkan mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan
yang diberikan secara sistematis.

2. Tujuan Khusus
Setelah memberikan asuhan keperawatan pada pasien Decompensasi Cordis diharapkan
mampu untuk :
a. Menyusun konsep dasar keperawatan pada pasien Decompensasi Cordis.
b. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien Decompensasi Cordis melalui
proses keperawatan.
c. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan secara sistematis.

I.3 BATASAN MASALAH


Banyak masalah yang dapat muncul pada pasien dengan Decompensasi Cordis,
namun pada kesempatan ini Kami hanya membatasi permasalahan yang muncul pada kasus
tang Kami kaji. Adapun permasalahan yang timbul tersebut adalah sebagai berikut :
1. Gangguan pemenuhan istirahat tidur berhubungan dengan sesak.
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake makanan yang
tidak adekuat.
BAB II
LANDASAN TEORI

II.1 DEFINISI
Decompensasi Cordis adalah suatu keadaan dimana jantung tidak dapat
menunaikan tugasnya untuk mensuplay darah ke seluruh tubuh dalam memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan meskipun tekanan pengisian jantung sudah adekuat.

II.2 PATOFISIOLOGI
Decompensasi Cordis kiri terjadi karena gangguan pemompaan darah oleh
ventrikel kiri sehingga curah jantung kiri menurun dengan akibat tekanan pada akhir
diastolik dalam ventrikel kiri meningkat. Hal ini menjadi beban atrium kiri dalam kerjanya
mengisi ventrikel kiri saat diastolik, akibatnya terjadi kenaikan rata-rata dalam atrium kiri.
Tekanan atrium kiri yang meninggi menyebabkan hambatan pada aliran masuknya darah
dari vena-vena pulmonal. Bila terus bertambah akan merangsang ventrikel kanan untuk
berkompensasi dengan melakukan hipertrofi dan dilatasi sampai batas kemampuan, bila
beban tetap tinggi dimana suatu saat tak teratasi lagi terjadilah gagal jantung kanan
sehingga pada akhirnya terjadilah gagal jantung kiri dan kanan.
Decompensasi Cordis kanan terjadi karena hambatan pada daya pompa ventrikel
kanan sehingga isi sekuncupnya menurun tnpa didahului adanya gagal jantung kiri. Akibat
tekanan dan volume akhir diastolik ventrikel kanan akan meningkat dan menjadi beban bagi
atrium dalam mengisi ventrikel kanan saat diastolik yang berakibat naiknya tekanan atrium
kanan dan dapat menyebabkan hambatan pada aliran masuk darah dari vena kava superior
adan inferior ke jantung pada akhirnya menyebabkan bendungan pada vena – vena tersebut
( vena jugularrs dan vena porta ) bial berlanjut terus maka terjadi bendungan sitemik yang
lebih berat dengan timbulnya udem tumit dan tungkai bawah serta asites.
Decompensasi Cordis Congestif terjadi bila gangguan jantung kiri dan kanan
terjadi bersamaan dengan ditandai adanya bendunganb paru dan bendungan sistemik pada
saat yang sama.

II.3 ETIOLOGI
Dekompensasi Cordis ada 3 macam maka etiologinya terbagi atas :
1. Decompensasi Cordis Kiri
a. Kelainan pada kardinal
1. Hipertensi arterial
2. Artero sklerosis dari arteri koronaria
3. Aorta insufisiensi
4. Mitral stenosis
b. Kelainan eksternal kardinal
1. Penyakit beri – beri
2. Anemia yang berat
3. Penyakit pa ncarditis
4. Basedow
2. Decompensasi Cordis Kanan
a. Penyakit paru yang kronik
1. Empisema paru
2. TBC Paru
3. Kiste paru
4. Asma bronchiale
b. Perikarditis kontrictive sbg akigat dari radang selaput jantung
sebelah luar
c. Penyakit jantung bawaan
1.ASD ( Atrial Septal Devec )
2. VSD ( V entrikel Septal Devec )
3. Decompensasi Cordis Congestif
Disebabkan oleh Decompensasi Cordis kanan dan kiri yang terjadi secara
bersama-sama yang ditandai : a) bendungan paru ; dan b) bendungan
sistemik pada waktu bersamaan. Sedangkan faktor pencetus dari
Decompensasi Cordis adalah terjadinya infark jantung yang berulang,
hipertensi yang tidak terkontrol, kehamilan atau persalinan, stress fisik dan
emosional, takikardi, infeksi, anemia, kelainan tiroid, penyakit paget’s,
defisiensi nutrisi ( beri-beri ), penyakit pulmonal, hipervolemi. Dalam
menangani adanya penyakit ini sangat penting untuk mencari kemungkinan
adanya suatu faktor pencetus yang menumpang.

II.4 GEJALA
1. Decompensasi Cordis Kiri
a. Badan lemah, cepat merasa lelah, palpitasi, sesak, batuk, anoreksia, keluar
keringat dingin.
b. Tanda-tanda objektif :
- Dyspneu d’effort : sesak saat aktivitas.
- Ortopneu : sesak saat istirahat.
- Pulsus alternans : denyut nadi tak teratur.
- Ronchi basah kasar di basal paru.
2. Decompensasi Cordis Kanan
a. Udema tumit dan tungkai bawah
b. Asites
c. Bendungan pada vena jugularis
d. Hepatomegali
e. Tanda lain :
- Disritmia
- Penurunan bunyi nafas
- Hipersonor pada perkusi
- Peningkatan diameter dada anterior posterior
- Imobilitas diafragma rendah.
3. Decompensasi Cordis Congestif
Gejalanya merupakan gabungan Dekompensasi Cordis kiri dan kanan

II.5 PENENTUAN DIAGNOSA


1. Anamnesa
Cara untuk mendapatkan data-data klinis penyakit Decompensasi Cordis baik secara
auto atau hetero anamnese.
a. Riwayat penyakit dahulu
b. Riwayat penyakit sekarang
c. Riwayat penyakit keluarga.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Pada stadium ringan sesak muncul saat aktivitas berat dan hilang dengan
istirahat. Stadium dua masih mampu melakukan pekerjaan ringan ( sehari-hari )
bila lebih akan timbul sesak. Stadium tiga kerja ringan timbul sesak. Stadium
empat istirahat timbul sesak, bahkan dapat terjadi sianosis pada bibir dan kuku,
udema kedua tungkai, ikterus.
b. Palpasi
Dilakukan palpasi nadi, pada keadaan yang lebih berat dari penyakit ini tekanan
denyut nadi dapat menghilang. Menandakan adanya pengurangan stroke volume.
Kadang tekanan diastolik arteri meningkat akibat vasokontriksi.
c. Auskultasi
Ronchi basah di daerah basal paru. Adanya pulsus alternans dimana nadi
berdenyut secara berganti-ganti : denyut besar – kecil – besar dst secara
berirama, terdengar tiga bunyi jantung : sebuah saat sistole dan dua buah saat
diastole. Pada kondisi yang berat irama gallop akan terdengar di seluruh
prekordium. Pada kondisi sedang gallop akan paling baik terdengar : a). Daerah
apex dan sekitarnya ; b). Ruang interkoste 4 – 5.
3. Pemeriksaan Laboratorium
a. Decompensasi Cordis Kiri
Analisa gas darah arteri menunjukkan adanya hiposemia.
b. Decompensasi Cordis Kanan
Kelainan fungsi hati ( peningkatan transaminase, peningkatan bilirubin,
pemanjangan waktu protrombin ). Sering ditemukan hiponatremia dengan
kandungan natrium urin yang rendah, suatu peningkatan nitrogen urea darah dan
mencerminkan penurunan perfusi ginjal.
4. Pemeriksaan Rontgen
Pada Decompensasi Cordis Kiri Foto rontgen menunjukkan kelainan yaitu : Billi
membesar ( lekukan pada permukaan mediastinum paru dimana bronkus dan pembuluh
darah serta saraf membesar di paru terlihat bayangan lebih banyak dari biasanya, terlihat
jantung yang membesar ). Foto thorax memperlihstksn pembuluh lobus atas yang
mencolok ( reversi dari aliran ) garis keriey, pola “ kupu-kupu “ klasik dari edema
alveolar atau efusi pleura.
5. ECG
Pada pemeriksaan ECG Decompensasi Cordis kanan dan kiri tak mempunyai kelainan
yang khas tapi didapatkan hipertrofi atrium fibrilasi, atrium dalam kombinasi dengan
gelombang fibrilasi yang besar pada lead precordial anterior (UI ) menunjukkan adanya
penyakit katup mitral dengan pembesaran atrium kiri.

II.6 PENATALAKSANAAN
1. Istirahat
Istirahat disini meliputi istirahat jasmani dan rohani yang fungsinya untuk meringankan
kerja jantung sehingga denyut jantung akan menurun.
2. Diet
a. Makanan yang mudah dicerna
b. Makanan rendah garam
c. Pada stadium empat cairan dibatasi
d. Kopi dan teh dibatasi
3. Pemberian Obat – obatan
Misalnya :
a. Digitalis : untuk memprkuat kontraksi jantung
b. Diuretik : mengadakan supresi
c. Aminophylin : diberikan bila disrtai hipotensi
d. Morphin : untuk mengurangi sesak nafas pada asma kardial dan udem paru.

II.7 KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin muncul :
1. Ronchi pulmuner basal
2. Udema kardial
3. Hidrothorak
4. Asites
5. Hepatomegali kongestif
6. Kakheksia jantung.
BAB III
STUDI KASUS

III.1 PENGKAJIAN

Tanggal : 6 Oktober 2004

A. Data Pribadi Klien


1. Nama : Tn. Nuruddin
2. Umur : 50 thn
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Pendidikan : SMU
5. Agama : Islam
6. Alamat : Jln. Kusuma Bangsa No. 02 Kanigoro, Blitar.
7. Pekerjaan : Wiraswasta

B. Diagnosa dan Informasi Medik


1. Diagnosa Medik : Decompensasi Cordis Congestif
2. Riwayat penyakit yang pernah diderita : Hipertensi

C. Data Keperawatan
1. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan sekitar 6 bulan yang lalu merasakan sesak, biasanya sesak muncul
bila klien terlalu lelah dan berkurang setelah klien minum obat dari puskesmas, dan
terakhir sesak muncul tiba-tiba yang sangat berat kemudian oleh pihak keluarga klien
langsung dibawa ke RS.
2. Riwayat penyakit keluarga
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit ini atau menderita penyakit
keturunan yang lain.
3. Anamnese diperoleh dari :
Klien dan keluarganya.

D. Keluhan Yang Dirasakan Klien


1. Gangguan istirahat tidur
Istirahat klien terganggu karena sesak yang muncul di saat klien istirahat.
2. Sakit pinggang
Klien merasakan nyeri pinggang waktu berbaring atau tidur terlentang.
3. Nafsu makan
Selama sakit nafsu makan klien mengalami penurunan karena mulut terasa pahit.
4. Macam dietnya
Diet klien adalah lunak, rendah garam, cukup kalori, dan mengurangi bumbu-bumbu
yang merangsang.

E. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : lemah
a. Berat badan : - Sebelum sakit 68 kg.
- Selama sakit 58 kg.
b. Tinggi badan : 165 cm.
2. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah : 130/90 mmHg
b. Nadi : 100 x / menit
c. Suhu : 36,3 C
d. Pernapasan : 24 x / menit
3. Kesadaran : Compos Mentis ( GCS : 456 )
4. Kepala
a. Rambut
Rambut dan kulit kepala bersih, tidak rontok.
b. Tempurung kepala
Bulat
c. Mata
Konjungtifa tidak pucat, sklera tidak ikterus.
d. Hidung
Tak ada kelainan bentuk, tidak ada polip, tidak keluar ingus, fungsi normal.
e. Telinga
Fungsi normal, tidak ada kelainan bentuk, tidak ada penumpukan serumen
( bersih ).
f. Gigi dan mulut
Gigi ada yang tanggal, caries ( + ), mulut bersih, bibir tidak sianosis.
5. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan tidak ada benjolan atau pembesaran pembuluh
darah vena jugularis.
6. Dada
a. Bentuk dada simetris.
b. Dada tidak ada kelainan.
c. Auskultasi pada dada, whizing ( - ).
d. Irama jantung teratur dan cepat.
e. Gerakan dada waktu bernafas agak cepat.
7. Perut
a. Bentuk perut simetris.
b. Palpasi pada perut, kembung ( - ), tegang ( + ).
c. Auskultasi pada perut, bising usus ( + ).
8. Punggung
a. Tidak ada luka, lecet ataupun memar.
b. Punggung tidak ada kelainan.
9. Anggota gerak
Atas : a. Ujungkuku tidak sianosis
b. Anggota gerak tak terasa dingin.
c. Dapat digerakkan sesuai dengan ROM.
Bawah : a. Ujung kuku tidak sianosis.
b. Anggota gerak tak terasa dingin.
c. Dapat digerakkan sesuai dengan ROM.
10. Kulit
a. Turgor kulit : baik.
b. Turgor otot : baik.
F. Pola Kebiasaan Sehari-hari Di Rumah
1. Pola istirahat tidur
Klien dapat memenuhi kebutuhan tidurnya pada :
Siang hari : 2 jam ( 12.00 – 14.00 WIB )
Malam hari : 4 jam ( 24.00 – 04.00 WIB )
2. Pola latihan / olah raga / aktivitas
Di rumah klien bebas melakukan aktivitas gerak badan, misalnya jalan-jalan pagi sambil
menghirup udara segar.
3. Pola nutrisi
Klien mengalami penurunan nafsu makan karena mulutnya terasa pahit dan klien tidak
suka dengan diet yang dianjurkan.
4. Personal Hygiene
Klien mandi 2x sehari pagi dan sore, dan menggosok gigi 2 x sehari sewaktu mandi.
Ganti pakaian 2 x sehari setelah mandi.
G. Data Psikososial
1. Pola komunikasi
a. Penilaian non verbal
Klien ramah, muka tampak lesu.
b. Penilaian verbal
Klien mengatakan dengan baik dan lancar setiap kali pertanyaan diajukan dan
jawaban sesuai dengan pertanyaan.
2. Penanggulangan terhadap masalah
Setiap kali ada masalah tentang sakitnya, klien mengkomunikasikan kepada
keluarganya.
3. Orang yang dapat membantu rasa nyaman
Orang yang membantu rasa nyaman klien adalah anak dan istrinya.
4. Kebudayaan / kebiasaan
Klien patuh terhadap aturan-aturan yang ditetapkan oleh dokter dan klien tidak
mempunyai kebiasaan merokok.
5. Rekreasi
Kebutuhan rekreasi terpenuhi dengan jalan-jalan pagi ke sawah.
6. Permasalahan hubungan dengan lingkungan sosial
Di rumah klien tidak ada masalah dengan lingkungan sosial. Dengan tetangga pasien
ramah dan rukun.
H. Data Spiritual
1. Ketaatan beribadah
Selama sakit klien tetap taan beribadah.
2. Keyakinan terhadap sembuh
Klien yakin akan sembuh penyakitnya dengan berobat ke RS dan menyerahkan
semuanya kepada Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai