Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ajaran tauhid dianggap sebagai ajaran penentu dalam Islam atau doktrin pusat. Parat
teolog generasi awal menggunakan istilah “tauhid” untuk menafsirkan masalah-masalah
yang berhubungan dengan zat ilahiyah dan sifat-sifat ilahiyah, serta dalam pembelaan
mereka terhadap keesaan Allah dari kaum dualis dan Trinitarian.
Pada perkembangannya, di abad tiga belas Imam Hanbali menambahkan penafsiran
tauhid dari teologi ke sisi moral. Abad 19 (Sembilan belas), Muhammad Abduh
menerbitkan Risalah Tauhid yang kemudian diterjemahkan pada tahun 1966 di London
menjadi TheologyofUnity. Buku ini berisi diskusi tentang implikasi tauhid, juga sebagai
upaya untuk memperkenalkan kembali masalah-masalah klasik kedalam teologi.
Sebagian ulama mentraktifkan ilmu tauhid sebagai berikut : ilmu tauhid yang
menerangkan hukum-hukum syarak dalam bidang i’tiqad yang diperoleh dari dalil-dalil
yang qat’i (pasti) yang berdasarkan ketetapan akal, Al-Qur’an dan Hadist dengan yakin.
Persoalan apa itu Tauhid? seringkali dijawab dengan ayat-ayat yang bermaksud bahwa
puncak kenyataan tauhid adalah ucapan kalimah Syahadah, dan sering juga berlaku
apabila jawaban itu diungkap tanpa sedikitpun mengetahui makna ucapan itu.
Kalimah “laailaahaillallah” bermaksud tidak ada Tuhan selain Allah. Kalimah ini
menunjukkan bahwa manusia tidak ada tempat bersandar, berlindung dan berharap
kecuali Allah. Tidak ada yang menghidupkan dan mematikan, tiada yang memberi dan
menolak melainkan Allah. Zahirnya syariat menyuruh kita berusaha beramal, dengan
hakikatnya syariat melarang kita menyandarkan diri pada usaha itu supaya tetap
bersandar pada karunia Allah. Konsep ini melahirkan konsep tawakkal,dimana selepas
kita berusaha, tetap kita perlu kepada Allah. Tauhid bukanlah sekadar ucapan
“laailaahaillallah”, walaupun ucapan tersebut merupakan sebagian daripadanya. Tetapi
tauhid itu adalah nama untuk pengertian yang agung dan ucapan yang mempunyai arti
yang besar. Lebih besar dari semua pengertian. Tauhid ialah pembebasan terhadap
penyembahan kepada semua yang bukan kepada Allah dan penerimaan dengan hati serta
kepada Allah semata.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa konsep dan pengertian dari tauhid?
2. Apa tujuan mempelajari tauhid?
3. Apa saja pembagian dari tauhid?

1.3 Tujuan
1. Mampu mengetahui konsep dan pengertian dari tauhid
2. Mampu mengetahui tujuan dari mempelajari tauhid
3. Mampu mengetahui apa saja pembagian dari tauhid

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep dan PengertianTauhid

Terkait dengan konsep ajaran tauhid, dapat kita lihat ayat-ayat Allah yang sedikit
banyak menyinggung ajaran tauhid ini. Diantaranya adalah:

“Katakanlah, Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu.
Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu pun yang setara
dengan Dia”. (TQS. Al Ikhlas: 1-4 )

"Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan selain Dia; (demikianpula) para malaikat
dan orang-orang berilmu yang menegakkan keadilan, tidak ada Tuhan selain Dia, Yang
Maha Perkasa, Maha Bijaksana." (TQS. Ali Imran: 18)

“Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu
telah rusak binasa. Maka maha suci Allah yang mempunyai arasy dari apa yang mereka
sifatkan.” (TQS. Al Anbiya’: 22 )

Dari sini dapat kita lihat bahwa beriman kepada Allah SWT terwujud dalam empat
perkara yaitu beriman kepada Wujud Allah, beriman kepada Rububiyah Allah, beriman
kepada Uluhiyah Allah, beriman kepada Asma’ dan sifat Allah.

Tauhid, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata tauhid merupakan kata benda
yang berarti keesaan Allah; kuat kepercayaan bahwa Allah hanya satu. Perkataan tauhid
berasal dari bahasa Arab, masdar dari kata Wahhada (‫ ) وحد‬Yuwahhidu (‫يوحد‬. ) Tauhidan (
‫)توحدا‬.1

Secara etimologis, tauhid berarti keesaan. Maksudnya, keyakinan bahwa Allah SWT
adalah Esa, Tunggal, satu. Pengertian inisejalan dengan pengertian tauhid yang digunakan
dalam bahasaIndonesia, yaitu “keesaan Allah”; mentauhidkan berarti“mengakui akan
keesaan Allah mengeesakan Allah”.2

1
M.Yusran Asmuni dari Tim penyusun kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia,Departemen P & K,
Jakarta,1989. dalam bukunya “Ilmu Tauhid” Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada,1993),1
2
Ibid.

3
Menurut Syekh Muhammad Abduh:Tauhid adalah suatu ilmuyang membahas tentang
wujud Allah, Sifat yang wajib tetap pada-Nya. Sifat yang boleh disifatkan kepada-Nya dan
tentang sifat-sifat yang sama sekali wajib dilenyapkan dari pada-Nya ; juga membahas
tentang Rasul-rasul Allah, meyakinkan kerasulan mereka, meyakinkan apa yang wajib ada
pada diri mereka, apa yang bolehdihubungkan (nisbah) kepada diri mereka dan apa yang
terlarang menghubungkannya kepada diri mereka.3
Menurut Zainuddin, Tauhid berasal dari kata “wahid”yang artinya“satu”. Dalam
istilah Agama Islam, tauhid ialah keyakinan tentang satu atau Esanya Allah, maka segala
pikiran dan teori berikut argumentasinya yang mengarah kepadakesimpulan bahwa Tuhan
itu satu disebut dengan Ilmu Tauhid.4
Ada beberapa istilah lain yang semakna atau hampir sama dengan tauhid yakni :
a. Iman. Menurut Asy’ariyah iman hanyalah membenarkan dalam hati. Senada dengan
ini Imam Abu Hanifah mengatakan bahwa iman hanyalahitiqad. Sedangkan amal adalah
bukti iman. Namun tidak dinamai iman.
b. Aqidah. Menurut bahasa ialah keyakinan yang tersimpul kokoh di dalam hati,
mengikat, dan mengandung perjanjian. Sedangkan menurut terminologis di antaranya
pendapat Hasan al-Banna mengatakan bahwa aqidah ialah beberapa hal yang harus
diyakini kebenarannya oleh hati, sehingga dapat mendatangkan ketenteraman, keyakinan
yang tidak bercampur dengan keragu-raguan.5
Kedudukan Tauhid dalam Islam sangatlah fundamental, Karenadari pemahaman
tentang tauhid adalah itulah keimanan seorang muslim mulai tumbuh. Konsep tauhid
dalam Islam merupakan salah satu pokok ajaran yang tidak dapat diganggu gugat dan
sangat berpengaruh terhadap keislaman seseorang. Apabila pemahaman tentang tauhid
seorang tidak kuat, maka akan goyah pula pilar-pilar keislamannya secara menyeluruh.
Tauhid adalahkonsep dalam aqidah Islam yang menyatakan keesaan Allah sebuah sumpah
akan kesetiaan dan kepercayaan yang mutlak tentang Allah Yang Maha Esa. Dengan
meyakini akan keesaanAllah, Maka seorang muslim tidak akan lagi meyakini
adanyaTuhan selain Allah sehingga seluruh hidupnya akan senantiasa dipersembahkan
hanya untuk mengabdi kepada Allah. Dengan tauhid yang kuat maka seorang muslim akan
mampu melaksanakan seluruh perintah Allah dengan keyakinan yang kuat pula.

3
Yusron Asmuni, Op.cit., 2.
4
Zainuddin, Ilmu Tauhid Lengkap (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), 1.
5
Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam (Yogyakarta : LPPI, 2004), 4.

4
2.2 Tujuan Tauhid

Ada banyak manfaat yang bisa didapatkan dari mempelajari ilmu tauhid. Berikut ini
adalah beberapa manfaat dari mempelajari ilmu tauhid:

1. Menjalankan tujuan hidup yang sebenarnya


Allah menciptakan manusia tidak lain dan tidak bukan hanyalah untuk beribadah
kepada-Nya.
Allah berfirman,

‫اخلَ ْق ُت ْال ِج َّن َوااْل ِ ْن َس ِااَّل لِ َيعْ ُبد ُْو ِن‬


َ ‫َو َم‬

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah
kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56).6

2. Mendapat surga
Dari ‘Ubadah bin Ash-Shamit radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Barangsiapa bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain
Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, juga bersaksi bahwa Muhammad adalah
hamba dan Rasul-Nya; begitu juga bersaksi bahwa ‘Isa adalah hamba Allah dan
Rasul-Nya, serta kalimat-Nya (yaitu Allah menciptakan Isa dengan kalimat ‘kun’,
-pen) yang disampaikan pada Maryam dan ruh dari-Nya; juga bersaksi bahwa surga
dan neraka benar adanya; maka Allah akan memasukkan-Nya dalam surga apa pun
amalnya.” (HR. Bukhari, no. 3435 dan Muslim, no. 28)7

3. Diberikan kecukupan dunia dan akhirat


Allah Ta’ala berfirman,
‫َو َم ْن َّي َت َو َّك ْل َعلَىال ٰلّ ِه َفه َُو َحسْ ب ُٗه‬

“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya.” (QS. Ath-Thalaq: 3)
Rasul bersabda,

6
https://www.google.com/amp/s/dalamislam.com/landasan-agama/tauhid/manfaat-mempelajari-ilmu-
tauhid/amp
7
Ibid.

5
“Barangsiapa yang mencari ridha Allah saat manusia tidak suka, maka Allah akan
cukupkan dia dari beban manusia. Barangsiapa yang mencari ridha manusia namun
Allah itu murka, maka Allah akan biarkan dia bergantung kepada manusia.” (HR.
Tirmidzi, no. 2414. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan).8

4. Syarat diterimanya amalan


Allah Ta’ala berfirman,

 ‫ـاواَل ُي ْش ِر ْك ِب ِع َبادَ ة َِرب ِّٖۤها َ َح ًدا‬ َ ‫َف َم ْن َكا َن َيرْ ج ُْوالِ َقٓا َء َرب ِّٖه َف ْل َيـعْ َم ْل َع َماًل‬
َّ ً‫صالِح‬

“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, maka hendaklah ia


mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam
beribadah kepada Rabbnya.” (QS. Al-Kahfi: 110).9

5. Jauh dari dosa besar


Salah satu dosa besar dan tidak terampuni dalam Islam adalah dosa syirik. Dengan
mempelajari ilmu tauhid, maka kita akan terhindar dari dosa besar tersebut.
Allah Ta’ala berfirman,
ٓ ٰ ُ ‫ظ ْل ٍما‬
‫ول ِئ َكلَ ُهمُااْل َمْ ُن َوهُمْ ُّم ْه َتد ُْو َن‬ ُ ‫اَلَّ ِذ ْي َن ٰا َم ُن ْو َاولَ ْم َي ْل ِبس ۤ ُْوا ِا ْي َما َنهُمْ ِب‬

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan


kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah
orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-An’am: 82).10

6. Mendapat syafaat Rasulullah saw.


Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhuberkata, ada yang bertanya Rasulullah saw,
“Katakanlah wahai Rasulullah, siapa yang berbahagia karena mendapat syafa’atmu
pada hari kiamat kelak?”
Rasulullah saw menjawab,
“Wahai Abu Hurairah, aku merasa tidak ada yang bertanya kepadaku tentang hal ini
selain engkau. Yang aku lihat, ini karena semangatmu mempelajari hadits. Yang

8
Ibid.
9
Ibid.
10
Ibid.

6
berbahagia dengan syafa’atku pada hari kiamat nanti adalah yang mengucapkan
laailahaillallah dengan ikhlas dalam hatinya.” (HR. Bukhari, no. 99).11

2.3 Pembagian Tauhid


Tauhid dibagi menjadi tiga macam, yaitu tauhid rububiyah,tauhid uluhiyahserta tauhid
asma wa sifat. Setiap dari ketiga tauhid itu memiliki makna yang harus dijelaskan agar
perbedaan antara ketiganya menjadi terang.
1. Tauhid Rububiyah
Yaitu mengesakan Allah dalam segala perbuatan-Nya denganmeyakini bahwa
Dia sendiri yang menciptakan segenap makhluk. Terdapat dalam surat Ath-Thur ayat
35-36,“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang
menciptakan (diri mereka sendiri) ? Sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang
mereka katakan)”.Perhatikanlah alam semesta ini, baik yang diatas maupun yang di
bawah dengan segala bagian-bagiannya, Anda pasti mendapati semua itu
menunjukkan kepada Pembuat, Pencipta dan Pemiliknya. Maka mengingkari ilmu itu
sendiri dan mencampakkannya, keduanya tidak berbeda.12
Mengesakan Allah dalam Rububiyah-Nya.
Maksudnya adalah kita meyakini keesaan Allah dalam perbuatan-perbuatan yang
hanya dapat dilakukanoleh Allah, sepertimencipta dan mengatur seluruh alam semesta
beserta isinya, memberi rizki, memberikan manfaat, menolak mudharat dan lainnya
yang merupakan kekhususan bagi Allah. Hal yang seperti ini diakui oleh seluruh
manusia, tidak ada seorang pun yang mengingkarinya. Orang-orang yang
mengingkari hal ini; seperti kaum atheis, pada kenyataannya mereka
menampakkankeingkarannya hanya karena kesombongan mereka. Padahal, jauhdi
dalam lubuk hati mereka, mengakui bahwa tidaklah alam semesta ini terjadi kecuali
ada yang membuat dan mengaturnya. Mereka hanyalah membohongi kata hati mereka
sendiri.

2. Tauhid Uluhiyah
Yaitu membahas tentang keEsaan Allah dalam dzat-Nya tidakterdiri dari
beberapa unsur atau oknum, tidak sebagaimana dalam teologi Yahudi dan Masehi.

11
Ibid.
12
Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdullah al-Fauzan, Kitab Tauhid 1, (Jakarta : Darul HAQ, 2013), hal.
19

7
Dia (Allah) sebagai dzat yang wajib disembah dan dipuja dengan ikhlas, semua
pengabdian hamba-Nya semata-mata untuk-Nya seperti berdoa, nahr (kurban), raja
(harap), khauf (takut), tawakal (berserah diri), inabah(pendekatan diri) dan lain-lain.
Terdapat dalam surat An-Nahlayat 36, “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus
rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), sembahlah Allah (saja), dan jauhilah
thaghutitu”. Tauhid ini adalah inti dari dakwah para rasul, karena ia adalah asas dan
pondasi tempat dibangunnya seluruh amal. Tanpamerealisasikannya, semua amal
ibadah tidak akan diterima.Karena ia tidak terwujud, maka bercokollah lawannya,
yaitu syirik.13
Mengesakan Allah dalam uluhiyah-Nya.
Maksudnya adalah kita mengesakan Allah dalam segala macam ibadah yang kita
lakukan. Seperti Shalat, doa, nadzar, menyembelih, tawakkal, taubat, harap, cinta,
takut dan berbagai macam ibadah lainnya. Dimana kita harus memaksudkan tujuan
dari kesemua ibadah itu hanya kepada Allah semata. Tauhid inilah yang merupakan
inti dakwah para rasul dan merupakan tauhid yang diingkari oleh kaum musyrikin
Quraisy. Hal inisebagaimana yang difirmankan Allah mengenai perkataanmereka itu
“Mengapa ia menjadikan sesembahan-sesembahan itu sesembahan yang satu saja?
Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.” Dalam ayat ini
kaum musyrikin Quraisy mengingkari jika tujuan dari berbagai macam ibadahnya
hanya ditujukan untuk Allah semata. Oleh karena pengingkaran inilah maka mereka
dikafirkan oleh Allah dan Rasul-Nya walaupun mereka mengakui bahwa Allah adalah
satu-satunya pencipta alam semesta.

3. Tauhid Asma Wa Sifat


Yaitu beriman kepada nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya, sebagaimana yang
telah diterangkan dalam al-Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya menurut apa yang pantas
bagi Allah, tanpa ta’wildan ta’thil, tanpa takyif dan tamtsil.
Allah menafikan jika ada sesuatu yang menyerupai-Nya, dan Diamenetapkan
bahwa Dia adalah Pendengar dan Maha Melihat.Maka Dia diberi nama dan disifati
dengan nama dan sifat yang disampaikan oleh Rasul-Nya. Al-Qur’an dan as-Sunnah
dalam hal ini tidak boleh dilanggar, karena tidak seorang pun lebih mengetahui Allah
daripada Rasul-Nya dengan nama-nama dan sifat-sifat makhluk-Nya, atau

13
Ibid.

8
menakwilkan dari yang benar, maka dia telah berbicara tentang Allah tanpa ilmu dan
berdusta terhadap Allah dan Rasul-Nya.14
Mengesakan Allah dalam Nama dan Sifat-Nya.
Maksudnya adalah kita beriman kepada nama-nama dan sifat-sifat Allah yang
diterangkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah. Dan kita juga meyakini bahwa
Allah lah yang pantas untuk memiliki nama-nama terindah yang disebutkan di Al-
Qur’an dan Hadits tersebut (yang dikenal dengan Asmaul Husna). Seseorang baru
dapat dikatakan Seorang Muslim yang tulen yang telah mengesakan Allah dan tidak
berbuat syirikdalam ketiga hal tersebut diatas. Barangsiapa yangmenyekutukan Allah
(berbuat syirik) dalam salah satu saja dari ketiga hal tersebut, maka dia bukan muslim
tulen tetapidia adalah seorang musyrik.

14
Ibid.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata tauhid merupakan kata benda yang
berarti keesaan Allah; kuat kepercayaan bahwa Allah hanya satu.Sedangkan secara
etimologis, tauhid berarti keesaan. Maksudnya, keyakinan bahwa Allah SWT adalah Esa,
Tunggal, satu. Pengertian ini sejalan dengan pengertian tauhid yang digunakan dalam
bahasa Indonesia, yaitu “keesaan Allah”; mentauhidkan berarti “mengakui akan keesaan
Allah mengeesakan Allah”.
Dengan mempelajari tauhid kita dapat menjalankan tujuan hidup yang sebenarnya
yaitu beribadah kepada Allah SWT, mendapatkan surga, diberikan kecukupan dunia dan
akhirat, diterimanya amalan, jauh dari dosa besar, dan mendapatkan syafaat Rasulullah
saw. Tauhid dibagi menjadi tiga macam, yaitu tauhid Rububiyah, Uluhiyah, dan Asma
Wa Sifat.

10
DAFTAR PUSTAKA

Asmuni, M. Yusran. 1993. Ilmu Tauhid. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Zainuddin. 1992. Ilmu Tauhid Lengkap. Jakarta: Rineka Cipta.

Ilyas, Yunahar. 20004. Kuliah Aqidah Islam. Yogyakarta: LPPI.

Shalih, Syaikh bin Fauzan bin Abdullah al-Fauzan. 2013. Kitab Tauhid 1. Jakarta: Darul HAQ.

https://www.google.com/amp/s/dalamislam.com/landasan-agama/tauhid/manfaat-mempelajari-ilmu-
tauhid/amp

11

Anda mungkin juga menyukai