3K2 - Kelompok 2 - Progres Report Pencelupan Poliamida Dengan ZW Asam Milling Metode Exhaust
3K2 - Kelompok 2 - Progres Report Pencelupan Poliamida Dengan ZW Asam Milling Metode Exhaust
Group:
3K2
1.2. Tujuan
Mendapatkan nilai optimum hasil pencelupan kain poliamida menggunakan zat warna
asam milling dengan berdasarkan evaluasi ketuaan warna dan kerataan warna
dengan menggunakan metode exhaust.
Poliamida (nilon) lain yang dikenal sebagai nilon 6 dibuat dari kaprolaktan
CH2-CH2-CH2-CH2-CH2
OC NH
Sejenis dengan nilon 6 dikenal dengan nilon 7 dan nilon 11. selain poliamida alifatik,
akhir-akhir ini diproduksi pula poliamida aromatic yang terutama mempunyai sifat
lebih tahan panas dibanding poliamida biasa.
1. Pembuatan nilon 66
a. Garam nilon
Asam adipat dan heksametilena diamina sebagai bahan dasar nilon dapat
dibuat dengan berbagai cara. Cara yang pertama-tama dipergunakan ialah
mulai dari fenol. Fenol dibuat dengan sulfonasi benzena yang dibuat dari
destilasi batu bara atau minyak tanah.
fenol sikloheksanol
OH
+ 2 O2 HOOC(CH2)4COOH + H2O
asam adipat
Heksametilena diamana dapat dibuat dari asam adipat dengan cara sebagai
berikut :
Asam adipat direaksikan dengan ammonia membentuk amida :
HCOOC(CH2)4COOH + 2 NH3 → H2NOC(CH2)4COHN2 + 2 H2O
Adipamida
Oleh suatu katalisator amida didehidarasi menjadi nitril :
H2NOC(CH2)4CONH2 → NC(CH2)CN + 2 H2O
Adiponitril
Adiponitril direduksi dengan hydrogen dan katalisator kobalt atau nikel dalam
otokraf membentuk heksametilena diamina :
HC(CH2)4CN + 4 H2 → H2NCH2(CH2)4CH2NH
Heksametilena diamina
Asam adipat dan heksametilena diamina dilarutkan dalam methanol secara
terpisah dan setelah dicampur akan terbentuk endapan heksametilena
diamonium adipat yang disebut “garam nilon”
[H2N(CH2)6NH2HOOC(CH2)4COOH].
2. Sifat Nilon 66
Serat nilon dibuat dengan tujuan yang berbeda. Nilon untuk keperluan industri
mempunyai kekuatan yang sangat tinggi dengan mulur yang kecil, sedang yang
ditujukan pakaian mempunyai kekuatan yang lebih rendah sedang mulur yang
lebih tinggi.
Oleh karena itu titik lelehnya tidak begitu tinggi apabila suhu seterika terlalu
tinggi, seratnya akan menempel. Apabila suhu seterika lebih dari 180 0C serat
nilon mulai lengket dan apabila lebih dari 230 0C serat nilon akan rusak.
Nilon dalam pemanasan di udara pada suhu 150 0C selama 5 jam akan
merubah kekuning-kuningan, tapi masih agak lebih baik dibandingkan dengan
wol dan sutera. Apabila dibakar nilon akan meleleh dan tidak membantu
pembakaran.
f. Sifat Kimia
Nilon tahan tehadap pelarut-pelarut dalam pencucian kering. Nilon tahan
terhadap asam-asam encer, tapi dengan asam klorida peat mendidih selama
bebarapa jam, aka terurai menjadi asam adipat dan heksametilena diamonium
hidroksida.
Nilon sangat tahan tehadap basa. Pengerjaan dengan laritan NaOH 10 % pada
suhu 85 0C selama 10 jam hanya mengurangi kekuatan nilon sebanyak 5 %.
Pelarut-pelarut yang biasa untuk melarutkan nilon adalah asam formiat,kresol
dan fenol.
g. Sifat biologi
Nilon tahan terhadap serangan jamur, bakteri dan serangga.
h Moisture Regain
Pada kondisi standard (HH 65 % dan suhu 21 0C) moisture regain nilon 4,2 %.
i. Morfologi
Bentuk memanjangnya seperti silinder yang rata dan penampang lintangnya
hampir bulat seperti terlihat dalam gambar dibawah.
Zat warna asam mempunyai afinitas terhadap serat protein dan poliamida misalnya
wol dan nylon. Beberapa zat warna asam akan mencelup juga serat-serat selulosa
karena bentuk dan dasar molekulnya hampir serupa.
SO3Na N(C2H5)2
2. Golongan 2
Yakni zat warna asam derivat Xanten misalnya Lissamine Rhodamine B (C.I. Acid
Red 52).
(C2H5)2 N O +N (C2H5)2
SO3Na
SO3Na
3. Golongan 3
Yakni zat warna asam yang merupakan senyawa-senyawa nitroaromatik, misalnya
Naphtol Yellow 1 (C.I. Acid Yellow 1).
ONa
NO2
NaO3S
NO2
4. Golongan 4
Yakni zat warna asam yang merupakan senyawa-senyawa Azo misalnya Azo-
Garanine 2G (C.I. Acid Red 1).
CH NH.CO.CH3
N=N
SO3Na SO3Na
5. Golongan 5
Yakni zat warna asam yang mempunyai inti pirazplon, misalnya Tartrazine
HO. C N=N SO3Na
NaO3S N=N C N
C
COOH
6. Golongan 6
Yakni zat warna asam derivat antrakwinon, misalnya Solvay Blue B (C.I. Acid Blue
45).
O NH2
NaO3S
SO3Na
NH2 O OH
Menurut cara pemakaiannya zat warna asam dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Golongan 1 (Levelling)
Yakni zat warna asam yang memerlukan asam kuat dalam pencelupannya
misalnya dengan asam formiat atau asam sulfat agar pH larutan celup dapat
mencapai 3,5 - 4,5 sehingga penyerapan zat warna lebih besar. Zat warna
golongan ini sering disebut zat warna asam terdispersi molekuler atau zat warna
asam celupan rata, yang pada umumnya mempunyai ketahanan sinar yang baik
tetapi ketahanan cucinya kurang.
2. Golongan 2 (Super milling)
Yakni zat warna asam yang memerlukan asam lemah dalam pencelupannya,
misalnya asam asetat, untuk memperoleh pH antara 5,2 – 6,2. Penambahan
elektrolit kedalam larutan celup akan memperbesar penyerapan hingga sukar
memperoleh celupan rata. Zat warna ini mempunyai sifat lebih mudah membentuk
larutan koloidal.
3. Golongan 3 (Milling)
Yakni zat warna asam yang tidak memerlukan penambahan asam dalam
pencelupannya. Pada temperatur rendah zat warna ini terdispersi koloidal,
meskipun pada temperatur mendidih akan terdispersi molekuler.
Zat warna ini sering disebut zat warna asam milling, zat warna asam celupan netral
atau zat warna asam berketahanan baik.
III. PRAKTIKUM
3.1. Alat dan Bahan
3.1.1. Alat
1. Gunting
2. Gelas ukur
3. Beaker glass
4. Pipet volume
5. Pengaduk
6. Timbangan digital
7. Mesin HT-Dyeing
8. Mesin stenter
3.1.2. Bahan
1. Kain poliamida (nylon)
2. Zat warna asam milling
3. CH3COOH 35%
4. NaCl
5. Sabun
Drying
Evaluasi
80°C
Suhu proses (°C)
NaCl
40°C
0 10 40 85 95 95 105 Menit
- NaCl = iii
ii th
- Vlot = 10 x 20 = 200 mL
- Kebutuhan air = 200 – (10 + 0,4 + 1) = 188,96 mL
Kain 2
- Berat kain = 10 gram
ii
- Zat warna milling = ii
i i
- NaCl = iii
ii th
- Vlot = 10 x 20 = 200 mL
- Kebutuhan air = 200 – (20 + 0,4 + 1) = 178,96 mL
Kain 3
- Berat kain = 10 gram
ii
- Zat warna milling = ii
i i
- NaCl = iii
ii th
- Vlot = 10 x 20 = 200 mL
- Kebutuhan air = 200 – (30 + 0,4 + 1) = 168,96 mL
Kain 4
- Berat kain = 10 gram
ii
- Zat warna milling = ii
i i
- NaCl = iii
ii th
- Vlot = 10 x 20 = 200 mL
- Kebutuhan air = 200 – (40 + 0,4 + 1) = 158,96 mL
4.1.2. Pencucian
Kain 1
- Berat kain = 10 gram
- Sabun = iii
ii iൌ th
- Vlot = 10 x 20 = 200 mL
Kain 2
- Berat kain = 10 gram
- Sabun = iii
ii iൌ th
- Vlot = 10 x 20 = 200 mL
Kain 3
- Berat kain = 10 gram
- Sabun = iii
ii iൌ th
- Vlot = 10 x 20 = 200 mL
Kain 4
- Berat kain = 10 gram
- Sabun = iii
ii iൌ th
- Vlot = 10 x 20 = 200 mL
4.2. Hasil Evaluasi Proses Pencelupan
Tabel 4.1 Hasil Evaluasi Ketuaan Warna
Pengamat Jumlah
1 2 3 4 5
Sampel skor
1 2 2 2 2 2 10
2 3 3 3 3 3 15
3 4 4 4 4 4 20
4 5 5 5 5 5 25
Keterangan:
Indeks ketuaan warna 1 - 5
1 : sangat muda
5 : sangat tua
2 2 2 2 2 2 10
3 4 4 4 4 4 20
4 5 5 5 5 5 25
Keterangan:
Indeks kerataan warna 1 - 5
1 : tidak rata
5 : sangat rata
4.3. Hipotesis
Zat warna asam yang memiliki ukuran molekul yang lebih besar dengan berat
molekul yang lebih besar dibandingkan zat warna asam, dan ketahanan luntur cuci
yang sangat bagus. Ketahanan luntur terhadap sinar yang bervariasi. Kekurangan zat
warna asam milling adalah sulit mendapatkan hasil pencelupan yang rata sulit untuk
dicelup rata tidak seperti pencelupan zat warna asam leveling sehingga perlu
dikendalikan untuk mendapatkan hasil celupan yang yang rata. Dari variasi Zat Warna
Asam Milling% OWF yang memiliki fungsi mewarnai serat pada proses pencelupan
pada variasi 4 % OWF lah yang menemui hasil optimum.
Sumber :
Adapun kain hasil proses pencelupan kain poliamida dengan zat warna asam jenis milling
adalah sebagai berikut: