Anda di halaman 1dari 23

PERUT BUNCIT

STEP 7

1. Anatomi, fisiologi pencernaan bawah?


Anatomi :
Saluran cerna terbagi menjadi saluran cerna atas dan bawah yang dipisahkan oleh
ligamentum treitz yang merupakan bagian duodenum pars ascending yang berbatasan
dengan jejunum (Richard Snell, 2006). Oleh sebab itu, pada bagian ini akan dibahas usus
halus, usus besar, rektum, dan anus sebagai bagian saluran pencernaan bawah.
Intestinum Tenue dan Intestinum Crassum merupakan bagian saluran pencernaan makanan
(traktus digestivus). Setelah melewati pilorus disebutIntestinum Tenue atau usus halus2.
Usus halus adalah tabung yang kira-kira sekitar dua setengah meter panjangnya dalam
keadaan hidup. Angka yang biasa diberikan, enam meter adalah penemuan setelah mati bila
otot telah kehilangan tonusnya. Usus halus memanjang dari lambung sampai katup ilio-kolika,
tempat bersambungnya dengan usus besar.
a. Intestinum tenue
Usus halus terletak di daerah umbilikus dan dikelilingi oleh usus besar dan dibagi dalam
beberapa bagian yaitu duodenum, jejunum, dan ileum. Karena tidak mempunyai
mesenterium maka duodenum disebut juga Intestinum Tenue non
Mesenteriale dan jejunum serta ileum yang mempunyai mesenterium disebut Intestinum
Tenue Mesenteriale.

Jejunum  adalah usus halus lanjutan duodenum yang panjangnya kira-kira ½ meter,


penampangnya berkisar 25-35 mm.  Jejunum berkelok-kelok dan berada di bawah colon
transversum dan ditutupi oleh omentum mayus. Permulaannya pada flexura duodeno jejunalis (level
L2) dan berakhir pada sacro iliaca junction kanan. Penampang permulaan 33.5 cm dan makin ke
kaudal makin kecil 2.5 cm. Jejunummempunyai mesenterium  lengkap; permukaan
mukosa jejunum  memperlihatkanPlicae Mucosa Circulare yang pada apangkalnya agak tinggi (kira-
kira 5 cm) dan jarang, makin ke kaudal lebih rendah (kira-kira 2 cm) dan lebih rapat. Disini
terdapatlimfonodi solitaris (sebesar kepala jarum pentul).
Ileum adalah usus halus lanjutan jejunum yang menempati rongga perut
kawasan hypogastrica, panjang ileum ini berkisar 2-2.5 meter dengan lumen permulaan 25 mm
dan lumen kaudal 20 mm. Ileum ini warnanya agak kemerahan sebab mempunyai banyak kapiler.
Absorpsi makanan terutama terjadi pada usus ini.Ileum mempunyai mesenterium lengkap.
Permukaan mukosa memperlihatkan plicae mucoase semisircularis agak rendah (kira-kira 2 mm) dan
rapat, pada bagian kaudal plika lebih lengkap. Disini terdapat limfonodi aggregati (peyer plexus).
Dinding usus halus terdiri atas 4 lapisan dasar. Yang paling luar (lapisan serosa) dibentuk
oleh peritonium. Peritonium mempunyai lapisan viiseral dan parietal, dan ruang yang terletak di
antara lapisan-lapisan ini disebut sebagai rongga peritonium. Peritonium melipat dan meliputi hampir
seluruh viscera abdomen. Nama-nama khusus telah diberikan pada lipatan-
lipatan peritonium. Mesenterium merupakan lipatan peritonium lebar yang menyerupai kipas yang
menggantung jejunum dan ileumdari dinding  posterior abdomen, dan memungkinkan usus bergerak
dengan leluasa.Mesenterium menyokong pembuluh darah dan limfe yang menyuplai ke
usus.Omentum mayus merupakan lapisan ganda peritonium yang menggantung darikurvatum
mayor lambung dan berjalan turun di depan visera abdomen menyerupai
celemek. Omentum  biasanya mengandung banyak lemak dan kelenjar limfe yang membantu
melindungi terhadap infeksi. Omentum minus merupakan lipatan peritoneum yang terbentang
dari kurvatura minor lambung dan bagian atas duodenum, menuju ke hati, membentuk ligamentum
suspensorium hepatogastrika dan ligamentum hepatoduodenale. Salah satu fungsi penting
peritonium adalah mencegah gesekan antara organ-organ yang berdekatan sebagai pelumas.
Otot yang melapisi usus halus mempunyai dua lapisan : lapisan luar terdiri atas serabut-
serabut longitudinal yang lebih tipis; dan lapisan dalam terdiri dari serabut-serabut sirkular. Lapisan
submukosa terdapat antara otot sirkuler dan lapisan yang terdalam yang merupakan perbatasannya.
Dinding submukosa ini terdiri atas jaringan aerolar dan berisi banyak pembuluh darah, saluran limfe,
kelenjar dan pleksus saraf yang disebut pleksus Meissner. Di dalam duodenum terdapat ebberapa
kelenjar khas yang dikenal sebagai kelenjar Brunner. Kelenjar ini dalah jenis kelenjar tandan yang
mengeluarkan sekret cairan kental alkali yang bekerja untuk melindungi lapisan duodenum dari
pengaruh isi lambung yang asam.

Dinding mukosa dalam yang menyelaputi sebelah dalamnya disusun berupa kerutan tetap
seperti jala, yang disebut valvulae koniventes, yang memberi kesan anyaman halus. Lipatan ini
menambah luas permukaan sekresi dan absorpsi.  Dengan ini juga dihalangi agar isinya tidak terlalu
cepat berjalan melalui usus, dengan demikian memberi kesempatan lebih lama pada getah
pencernaan untuk bekerja atas makanan. Lapisan mukosa berisi banyak lipatan Lieberkuhn berupa
kelenjar sederhana yang diselimuti epitelium silinder yang bermuara di atas permukaan di tengah-
tengah vili.
Arteri mesenterika superior dicabangkan dari aorta tepat di bawah arteri seliaka. Arteria ini
mendarahi seluruh usus halus kecuali duodenum yang diperdarahi oleh arteri gastroduodenalis dan
cabangnya, arteria pankreatikoduodenalis superior.Darah dikembalikan lewat vena mesenterika
superior yang menyatu dengan vena lienalis membentuk vena porta.
Usus halus dipersyarafi oleh cabang-cabang sistem saraf otonom. Rangsangan parasimpatis
merangsang aktifitas sekresi dan motilitas, dan rangsangan simpatis menghantarkan nyeri,
sedangkan serabut-serabut parasimpatis merngatur refleks usus. Suplai saraf intrinsik, yang
menimbulkan fungsi motorik berjalan melalui pleksus Aurbach yang terletak di dalam lapisan
muskularis, danpleksus Meissner di lapisan submukosa.

b. Usus besar atau kolon berbentuk tabung muskular berongga dengan panjang sekitar 1.5
m (5 kaki) yang terbentang dari sekum hingga kanalis ani. Diameter ususbesar sekitar
6.5 cm (2.5 inchi), tetapi makin dekat anus diameternya makin kecil.

Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon, dan rektum. Pada sekum terdapatkatup


ileosekal dan apendiks  yang melekat pada ujung sekum. Sekum menempati sekitar dua atau tiga inci
pertama dari usus besar. Katup ileosekal mengendalikan aliran kimus dari ileum ke dalam sekum dan
mencegah aliran balik bahan fekal dari usus besar ke dalam usus halus.  Kolon dibagi lagi
menjadi kolon asenden, transversum, desenden, dan sigmoid. Tempat kolon membentuk kelokan
tajam pada abdomen kanan dan kiri atas berturut-turut disebut sebagai fleksura hepatika danfleksura
lienalis. Kolon sigmoid mulai setinggi krista iliaka dan mebentuk lekukan berbentuk–S. Lekukan
bagian bawah membelok ke kiri sewaktu kolon sigmoidbersatu dengan rektum. Bagian utama dari
usus besar yang terakhir disebut sebagirektum dan membentang dari kolon
sigmoid hingga anus (muara bagian keluar tubuh). Satu inci terakhir dari rektum disebut kanalis
ani dan dilindungi oleh ototsfingter ani eksternus dan internus. Panjang rektum dan kanalis ani adalah
sekitar 15 cm (5.9 inci).
Hampir seluruh usus besar memiliki empat lapisan morfologik seperti yang ditemukan pada
bagian usus lain. Lapisan otot longitusinal usus besar tidak sempurna, tetapi terkumpul dalam tiga
pita yang disebut taenia koli. Taenia bersatu pada sigmoid distal, sehingga rektum mempunyai satu
lapisan otot longitusinal yang lengkap. Panjang taenia lebih pendek dari pada usus, sehingga usus
tertarik dan berkerut membentuk kantong-kantong kecil yang disebut haustra. Apendises
epiploika adalah kantong-kantong kecil peritonium yang berisi lemak dan melekat di
sepanjang taenia. Lapisan mukosa usus besar jauh lebih tebal daripada lapisan mukosa usus halus
dan tidak mengandung vili atau rugae. Kripte Lieberkuhn (kelenjar intestinal) terletak lebih dalam
dan mempunyai lebih banyak sel goblet dibandingkan usus halus.
Usus besar secara klinis dibagi menjadi bagian kiri dan kanan berdasarkan suplai darah yang
diterima. Arteri mesenterika superior mendarahi bagian kanan (sekum, kolon asendens, dan
duapertiga proksimal kolon transversum) dan arteria mesenterica inferior mendarahi belahan kiri
(sepertiga distal kolon transversum, kolon desendens, kolon sigmoid, dan bagian proksimal rektum).
Suplai darah tambahan ke rektum berasal dari arteri hemoroidalis media dan  inferior yang
dicabangkan dari arteri iliaka interna dan aorta abdominalis.
Aliran balik vena dari kolon dan rektum superior adalah melalui vena mesenterika superior,
vena mesenterika inverior, dan vena hemoroidalis superior(bagian sistem portal yang mengalirkan
darah ke hati). Vena hemoroidalis media daninferior mengalirkan darah ke vena iliaka sehingga
merupakan bagian dari sirkulasi sistemik.
Persyarafan usus besar dilakukan oleh sistem saraf otonom dengan pengecualian sfingter
eksterna yang berada dalam pengendalian volunter. Serabut parasimpatis berjalan melalui saraf
vagus ke bagian tengah kolon transversum, dansaraf pelvikus yang berasal dari daerah sakral
menyuplai bagian distal. Serabut simpatis meninggalkan medula spinalis melalui saraf splangnikus.
Serabut saraf ini bersinaps dalam ganglia seliaka dan aortikorenalis, kemudian serabut
pascaganglionik menuju kolon. Rangsangan simpatis menghambat sekresi dan kontraksi, serta
merangsang sfingter rektum. Rangsang parasimpatis mempunyai efek berlawanan

FISIOLOGI

Usus halus mempunyai dua fungsi utama yaitu pencernaan dan absorpsi bahan-bahan nutrisi
dan air. Semua aktivitas lainnya mengatur dan mempermudah berlangusngnya proses ini. Proses
pencernaan dimulai dari mulut dan lambung oleh kerja ptialin, HCL, pepsin, mukus, renin, dan lipase
lambung terhadap makaann yang masuk. Proses ini berlanjut di duodenum terutama oleh kerja
enzim-enzim pankreas yang menghidrolisis karbohidrat, lemak, dan protein menjadi zat-zat yang lebih
sederhana. Mukus juga memberikan perlindungan terhadap asam. Sekresi empedu dari hati
membantu proses pencernaan dengan mengemulsikan lemak sehingga memberikan permukaan
yang lebih luas bagi kerja lipase pankreas.
Kerja empedu terjadi akibat sifat deterjen asam-asam empedu yang dapat melarutkan zat-zat
lemak dengan membentuk misel. Misel merupakan agregat asam empedu dan molekul-molekul
lemak. Lemak membentuk inti hidrofobik, sedangkan asam empedu karena merupakan molekul polar,
membentuk permukaan misel dengan ujung hidrofobik menghadap ke luar menuju medium cair.
Bagian sentral misel juga melarutkan vitamin-vitamin larut lemak, dan kolesterol. Jadi, asam-asam
lemak bebas, gliserida, dan vitamin larut lemak dipertahankan dalam larutan sampai dapat diabsorpsi
oleh permukaan sel epitel.
Proses pencernaan disempurnakan oleh sejumlah enzim yang terdapat dalam getah usus
(sukus enterikus). Banyak enzim-enzim ini terdapat dalam brush border vili dan mencerna zat-zat
makanan sambil diabsorpsi.
Dua hormon berperan penting dalam pengaturan pencernaan usus. Lemak yang bersentuhan
dengan mukosa duodenum menyebabkan kontraksi kandung empedu yang dioerantarai oleh
kerja kolesitokinin. Hasil-hasil pencernaan protein tak lengkap yang bersentuhan dengan mukosa
duodenum merangsang sekresi getah pankreas yang kaya-enzim; hal ini diperantarai
oleh pankreozimin.
Asam lambung yang bersentuhan dengan mukosa usus menyebabkan dikeluarkannya
hormon lain, yaitu sekretin, dan jumlah yang dikeluarkan sebanding dengan jumlah asam yang
mengalir melalui duodenum. Sekretin merangsang sekresi getah yang mengandung bikarbonat dari
pankreas, merangsang sekresi empedu dari hati, dan memperbesar kerja CCK.
Pergerakan segmental usus mencampur zat-zat yang dimakan dengan sekret pankreas,
hepatobiliar, dan sekresi usus, dan pergerakan peristaltik mendorong isi dari salah satu ujung ke
ujung lain dengan kecepatan absorpsi optimal dan asupan kontinu isi lambung.
Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses akhir isi
usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah absorpsi air dan elektrolit, yang sudah hampir
selesai dalam kolon dekstra. Kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoir yang menampung masa
feses yang sudah terdehidrasi hingga berlangsungnya defekasi.
Pada umumnya usus besar bergerak secara lambat. Gerakan usus besar yang khas adalah
gerakan pengadukan haustral. Kantung atau haustra meregang dan dari waktu ke waktu otot sirkular
akan berkontraksi untuk mengosongkannya. Gerakan ini tidak progresif tetapi menyebabkan isi usus
bergerak bolak-balik dan mermas-remas sehingga memberi waktu untuk terjadinya absorpsi.
Terdapat dua jenis peristaltik propulsif : (1) kontraksi lambat dan tidak teratur, berasal dari segmen
proksimal dan bergerak ke depan, menymbat beberapa haustra; dan (2) peristaltik massa,
merupakan kontraksi yang melibatkan segmen kolon. Gerakan peristaltik ini menggerakkan massa
feses ke depan, akhirnya merangsang defekasi. Kejadian ini timbul dua sampai tiga kali sehari dan
dirangsang oleh refleks gatrokolik setelah makan, terutama setelah makanan yang pertama kali
dimakan pada hari itu.
Propulsi feses ke dalam rektum menyebabkan terjadinya distensi dinding rektum dan
merangsang refleks defekasi. Defekasi dikendalikan oleh sfingter ani eksterna dan interna. Sfingter
interna dikendalikan oleh sistem saraf otonom, sedangkan sfingter eksterna dikendalikan oleh sistem
saraf voluntar. Refleks defekasi terintegrasi pada medula spinalis segmen sakral kedua dan keempat.
Serabut parasimpatis mencapai rektum melalui saraf splangnikus panggul dan menyebabkan
terjadinya kontraksi rektum dan relaksasi sfingter interna. Pada waktu rektum yang tergang
berkontraksi, otot levator ani berelaksasi, sehingga menyebabkan sudut dan anulus anorektal hilang.
Otot sfingter interna dan eksterna berelaksasi pada waktu anus tertarik ke atas melebihi tinggi masa
feses. Defekasi dipercepat dengan tekanan intraabdomen yang meningkat akibat kontraksi voluntar
otot dada dengan glotis yang tertutup, dan kontraksi otot abdomen secara terus menerus (manuver
atauperegangan valsalva). Defekasi dapat dihambat oleh kontraksi voluntar sfingter
eksterna dan levator ani. Dinding rektumsecara bertahap menjadi relaks dan keinginan defekasi
menghilang.

http://rizkablupblup.blogspot.com/2010/11/anatomi-dan-histologi-saluran-cerna.html
http://library.upnvj.ac.id/pdf/3keperawatanpdf/0910712046/bab2.pdf

Anatomi Usus
Usus halus merupakan tabung yang kompleks, berlipat-lipat yang membentang dari pilorus
sampai katup ileosekal. Pada orang hidup panjang usus halus sekitar 12 kaki (22 kaki pada
kadaver akibat relaksasi). Usus ini mengisi bagian tengah dan bawah abdomen. Ujung
proksimalnya bergaris tengah sekitar 3,8 cm, tetapi semakin kebawah lambat laun garis
tengahnya berkurang sampai menjadi sekitar 2,5 cm.
Usus halus dibagi menjadi duodenum, jejenum, dan ileum. Pembagian ini agak tidak tepat
dan didasarkan pada sedikit perubahan struktur, dan yang relatif lebih penting berdasarkan
perbedaan fungsi. Duodenum panjangnya sekitar 25 cm, mulai dari pilorus sampai kepada
jejenum. Pemisahan duodenum dan jejenum ditandai oleh ligamentum treitz, suatu pita
muskulofibrosa yang berorigo pada krus dekstra diafragma dekat hiatus esofagus dan
berinsersio pada perbatasan duodenum dan jejenum. Ligamentum ini berperan sebagai
ligamentum suspensorium (penggantung). Kira-kira duaperlima dari sisa usus halus adalah
jejenum, dan tiga perlima terminalnya adalah ileum. Jejenum terletak di regio abdominalis
media sebelah kiri, sedangkan ileum cenderung terletak di region abdominalis bawah kanan.
Jejunum mulai pada juncture denojejunalis dan ileum berakhir pada junctura ileocaecalis.
Lekukan-lekukan jejenum dan ileum melekat pada dinding posterior abdomen dengan
perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas yang dikenal sebagai messenterium
usus halus. Pangkal lipatan yang pendek melanjutkan diri sebagai peritoneum parietal pada
dinding posterior abdomen sepanjang garis berjalan ke bawah dan ke kenan dari kiri
vertebra lumbalis kedua ke daerah articulatio sacroiliaca kanan. Akar mesenterium
memungkinkan keluar dan masuknya cabang- cabang arteri vena mesenterica superior
antara kedua lapisan peritoneum yang membentuk messenterium.
Usus besar merupakan tabung muskular berongga dengan panjang sekitar 5 kaki (sekitar 1,5
m) yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani. Diameter usus besar sudah pasti lebih
besar daripada usus kecil. Rata-rata sekitar 2,5 inci (sekitar 6,5 cm), tetapi makin dekat anus
semakin kecil. Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon dan rektum. Pada sekum terdapat
katup ileocaecaal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum. Sekum menempati dekitar
dua atau tiga inci pertama dari usus besar. Katup ileocaecaal mengontrol aliran kimus dari
ileum ke sekum. Kolon dibagi lagi menjadi kolon asendens, transversum, desendens dan
sigmoid. Kolon ascendens berjalan ke atas dari sekum ke permukaan inferior lobus kanan
hati, menduduki regio iliaca dan lumbalis kanan. Setelah mencapai hati, kolon ascendens
membelok ke kiri membentuk fleksura koli dekstra (fleksura hepatik). Kolon transversum
menyilang abdomen pada regio umbilikalis dari fleksura koli dekstra sampai fleksura koli
sinistra.

Kolon transversum, waktu mencapai daerah limpa, membengkok ke bawah, membentuk


fleksura kolisinistra (fleksura lienalis) untuk kemudian menjadi kolon descendens.
Kolon sigmoid mulai pada pintu atas panggul. Kolon sigmoid merupakan lanjutan kolon
descendens. Ia tergantung kebawah dalam rongga pelvis dalam bentuk lengkungan. Kolon
sigmoid bersatu dengan rektum di depan sakrum. Rektum menduduki bagian posterior
rongga pelvis. Rektum ke atas dilanjutkan oleh kolon sigmoid dan berjalan turun di depan
sekum, meninggalkan pelvis dengan menembus dasar pelvis. Disisni rektum melanjutkan diri
sebagai anus dalan perineum.
Fisiologi Usus
Usus halus mempunyai dua fungsi utama : pencernaan dan absorpsi bahan- bahan nutrisi
dan air. Proses pencernaan dimulai dalam mulut dan lambung oleh kerja ptialin, asam
klorida, dan pepsin terhadap makanan masuk. Proses dilanjutkan di dalam duodenum
terutama oleh kerja enzim-enzim pankreas yang menghidrolisis karbohidrat, lemak, dan
protein menjadizat-zat yang lebih sederhana. Adanya bikarbonat dalam sekret pankreas
membantu menetralkan asam dan memberikan pH optimal untuk kerja enzim-enzim. Sekresi
empedu dari hati membantu proses pencernaan dengan mengemulsikan lemak sehimgga
memberikan permukaan lebih luas bagi kerja lipase pankreas. Proses pencernaan
disempurnakan oleh sejumnlah enzimdalam getah usus (sukus enterikus). Banyak di antara
enzim-enzim ini terdapat pada brush border vili dan mencernakan zat-zat makanan sambil
diabsorpsi. Isi usus digerakkan oleh peristalsis yang terdiri atas dua jenis gerakan, yaitu
segmental dan peristaltik yang diatur oleh sistem saraf autonom dan hormon. Pergerakan
segmental usus halus mencampur zat-zat yang dimakan dengan sekret pankreas,
hepatobiliar, dan sekresi usus,dan pergerakan peristaltik mendorong isi dari salah satu ujung
ke ujung lain dengan kecepatan yang sesuai untuk absorpsi optimal dan suplai kontinu isi
lambung.
Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses akhir isi
usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah mengabsorpsi air dan elektrolit, yang
sudah hampir lengkap pada kolon bagian kanan. Kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoir
yang menampung massa feses yang sudah dehidrasi sampai defekasi berlangsung.
Kolon mengabsorpsi air, natrium, khlorida, dan asam lemak rantai pendek serta
mengeluarkan kalium dan bikarbonat. Hal tersebut membantu menjaga keseimbangan air
dan elektrolit dan mencegah dehidrasi. Menerima 900-1500 ml/hari, semua, kecuali 100-200
ml diabsorpsi, paling banyak di proksimal. Kapasitas sekitar 5 l/hari. Gerakan retrograd dari
kolon memperlambat transit materi dari kolon kanan,meningkatkan absorpsi. Kontraksi
segmental merupakan pola yang paling umum, mengisolasisegmen pendek dari kolon,
kontraksi ini menurun oleh antikolinergik, meningkat olehmakanan, kolinergik. Gerakan
massa merupakan pola yang kurang umum, pendorong antegrad melibatkan segmen
panjang 0,5-1,0 cm/detik, 20-30 detik panjang, tekanan 100-200 mmHg,tiga sampai empat.
2. Mengapa didapatkan kencing sedikit?
Syok hipovolemik disebut juga syok preload yang ditamdai dengan menurunnya volume
intravaskuler oleh karena perdarahan. Syok hipovolemik juga bisa terjadi karena
kehilangan cairan tubuh yang lain. Menurunnya volume intravaskuler menyebabkan
penurunan volume intraventrikel kiri pada akhir distol yang akibatnya juga menyebabkan
menurunnya curah jantung (cardiac output). Keadaan ini juga menyebabkan terjadinya
mekanisme kompensasi dari pembuluh darah dimana terjadi vasokonstriksi oleh
katekolamin sehingga perfusi makin memburuk. Pada luka bakar yang luas, terjadi
kehilangan cairan melalui permukaan kulit yang hangus atau di dalam lepuh. Muntah
hebat atau diare juga dapat mengakibatkan kehilangan cairan intravaskuler. Pada
obstruksi, ileus dapat terkumpul beberapa liter cairan di dalam usus. Pada diabetes atau
penggunaan diuretic kuat dapat terjadi kehilangan cairan karena dieresis yang berlebihan.
Kehilangan cairan juga dapat ditemukan pada sepsis berat, pancreatitis akut, atau
peritonitis purulenta difus. Pada syok hipovolemik, jantung akan tetap sehat dan kuat,
kecuali jika miokard sudah mengalami hipoksia karena perfusi yang sangat berkurang.
Respon tubuh terhadap perdarahan tergantung pada volume, kecepatan dan lama
perdarahan. Bila volume intravaskuler berkurang, tubuh akan selalu berusaha
mempertahankan perfusi organ-organ vital (jantung dan otak) dengan mengorbankan
perfusi organ yang lain seperti ginjal, hati dan kulit akan terjadi perubahan-perubahan
hormonal melalui system rennin-angiotensin-aldosteron, system ADH, dan system saraf
simpatis. Cairan interstitial akan masuk ke dalam pembuluh darah untuk mengembalikan
volume intravascular, dengan akibat terjadi hemodilusi (dilusi plasma protein dan
hematokrit) dan dehidrasi interstitial. Dengan demikian tujuan utama dalam mengatasi
syok perdarahan adalah menormalkan kembali volume intravascular dan interstitial. Bila
deficit volume intravascular hanya dikoreksi dengan memberikan darah maka masih tetap
terjadi deficit interstistial, dengan akibatnya tanda-tanda vital yang masih belum stabil dan
produksi urin yang berkurang. Pengambilan volume plasma dan interstitial ini hanya
mungkin bila diberikan kombinasi cairan koloid (darah, plasma, dextran, dan sebagainya)
dan cairan garam seimbang.
http://rahmansyah85.wordpress.com/2012/12/22/syok-hipovolemik/

3. Mengapa pasien tidak bisa buang air besar dan tak bisa flatus sejak 2 hari yg lalu?
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DEFEKASI

1. Umur 7. Obat-obatan (medikasi)


2. Diet 8. Prosedur diagnostik
3. Cairan (fluid) 9. Anastesi dan pembedahan
4. Tonus otot 10. Nyeri
5. Faktor psikologi 11. Iritan
6. Gaya hidup 12. Gangguan syaraf sensorik dan motorik

1. UMUR
Umur tidak hanya mempengaruhi karakteristik feses, tapi juga pengontrolannya. Anak-anak
tidak mampu mengontrol eliminasinya sampai sistem neuromuskular berkembang, biasanya
antara umur 2 – 3 tahun. Orang dewasa juga mengalami perubahan pengalaman yang dapat
mempengaruhi proses pengosongan lambung. Di antaranya adalah atony (berkurangnya
tonus otot yang normal) dari otot-otot polos colon yang dapat berakibat pada melambatnya
peristaltik dan mengerasnya (mengering) feses, dan menurunnya tonus dari otot-otot perut
yagn juga menurunkan tekanan selama proses pengosongan lambung. Beberapa orang
dewasa juga mengalami penurunan kontrol terhadap muskulus spinkter ani yang dapat
berdampak pada proses defekasi.
2. DIET
Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi eliminasi feses. Cukupnya selulosa, serat
pada makanan, penting untuk memperbesar volume feses. Makanan tertentu pada
beberapa orang sulit atau tidak bisa dicerna. Ketidakmampuan ini berdampak pada
gangguan pencernaan, di beberapa bagian jalur dari pengairan feses. Makan yang teratur
mempengaruhi defekasi. Makan yang tidak teratur dapat mengganggu keteraturan pola
defekasi. Individu yang makan pada waktu yang sama setiap hari mempunyai suatu
keteraturan waktu, respon fisiologi pada pemasukan makanan dan keteraturan pola
aktivitas peristaltik di colon.
3. CAIRAN
Pemasukan cairan juga mempengaruhi eliminasi feses. Ketika pemasukan cairan yang
adekuat ataupun pengeluaran (cth: urine, muntah) yang berlebihan untuk beberapa alasan,
tubuh melanjutkan untuk mereabsorbsi air dari chyme ketika ia lewat di sepanjang colon.
Dampaknya chyme menjadi lebih kering dari normal, menghasilkan feses yang keras.
Ditambah lagi berkurangnya pemasukan cairan memperlambat perjalanan chyme di
sepanjang intestinal, sehingga meningkatkan reabsorbsi cairan dari chyme.
4. TONUS OTOT
Tonus perut, otot pelvik dan diafragma yang baik penting untuk defekasi.
Aktivitasnya juga merangsang peristaltik yang memfasilitasi pergerakan chyme
sepanjang colon. Otot-otot yang lemah sering tidak efektif pada peningkatan
tekanan intraabdominal selama proses defekasi atau pada pengontrolan defekasi.
Otot-otot yang lemah merupakan akibat dari berkurangnya latihan (exercise),
imobilitas atau gangguan fungsi syaraf.
5. FAKTOR PSIKOLOGI
Dapat dilihat bahwa stres dapat mempengaruhi defekasi. Penyakit-penyakit
tertentu termasuk diare kronik, seperti ulcus pada collitis, bisa jadi mempunyai
komponen psikologi. Diketahui juga bahwa beberapa orang yagn cemas atau marah
dapat meningkatkan aktivitas peristaltik dan frekuensi diare. Ditambah lagi orang
yagn depresi bisa memperlambat motilitas intestinal, yang berdampak pada
konstipasi.

6. GAYA HIDUP
Gaya hidup mempengaruhi eliminasi feses pada beberapa cara. Pelathan
buang air besar pada waktu dini dapat memupuk kebiasaan defekasi pada waktu
yang teratur, seperti setiap hari setelah sarapan, atau bisa juga digunakan pada pola
defekasi yang ireguler. Ketersediaan dari fasilitas toilet, kegelisahan tentang bau,
dan kebutuhan akan privacy juga mempengaruhi pola eliminasi feses. Klien yang
berbagi satu ruangan dengan orang lain pada suatu rumah sakit mungkin tidak ingin
menggunakan bedpan karena privacy dan kegelisahan akan baunya.
7. OBAT-OBATAN
Beberapa obat memiliki efek samping yang dapat berpengeruh terhadap
eliminasi yang normal. Beberapa menyebabkan diare; yang lain seperti dosis yang
besar dari tranquilizer tertentu dan diikuti dengan prosedur pemberian morphin dan
codein, menyebabkan konstipasi.
Beberapa obat secara langsung mempengaruhi eliminasi. Laxative adalah
obat yang merangsang aktivitas usus dan memudahkan eliminasi feses. Obat-obatan
ini melunakkan feses, mempermudah defekasi. Obat-obatan tertentu seperti
dicyclomine hydrochloride (Bentyl), menekan aktivitas peristaltik dan kadang-kadang
digunakan untuk mengobati diare.
8. PROSEDUR DIAGNOSTIK
Prosedur diagnostik tertentu, seperti sigmoidoscopy, membutuhkan agar
tidak ada makanan dan cairan setelah tengah malam sebagai persiapan pemeriksaan, dan
sering melibatkan enema sebelum pemeriksaan. Pada tindakan ini
klien biasanya tidak akan defekasi secara normal sampai ia diizinkan makan.
Barium (digunakan pada pemeriksaan radiologi) menghasilkan masalah yagn
lebih jauh. Barium mengeraskan feses jika tetap berada di colon, akan
mengakibatkan konstipasi dan kadang-kadang suatu impaksi.
9. ANASTESI DAN PEMBEDAHAN
Anastesi umum menyebabkan pergerakan colon yang normal menurun
dengan penghambatan stimulus parasimpatik pada otot colon. Klien yang mendapat
anastesi lokal akan mengalami hal seperti itu juga.
Pembedahan yang langsung melibatkan intestinal dapat menyebabkan
penghentian dari pergerakan intestinal sementara. Hal ini disebut paralytic ileus,
suatu kondisi yang biasanya berakhir 24 – 48 jam. Mendengar suara usus yang
mencerminkan otilitas intestinal adalah suatu hal yang penting pada manajemen
keperawatan pasca bedah.
10. NYERI
Klien yang mengalami ketidaknyamanan defekasi seperti pasca bedah
hemorhoid biasanya sering menekan keinginan untuk defekasi guna menghindari
nyeri. Klien seperti ini akan mengalami konstipasi sebagai akibatnya.
11. IRITAN
Zat seperti makanan pedas, toxin baklteri dan racun dapat mengiritasi
saluran intestinal dan menyebabkan diare dan sering menyebabkan flatus

12. GANGGUAN SYARAF SENSORIK DAN MOTORIK


Cedera pada sumsum tulang belakan dan kepala dapat menurunkan stimulus
sensori untuk defekasi. Gangguan mobilitas bisamembatasi kemampuan klien untuk
merespon terhadap keinginan defekasi ketika dia tidak dapat menemukan toilet atau
mendapat bantuan. Akibatnya, klien bisa mengalami konstipasi. Atau seorang klien
bisa mengalami fecal inkontinentia karena sangat berkurangnya fungsi dari spinkter
ani

Air dapat diabsorpsi oleh kolon dalam 24jam, rata-rata 55mEq dari natrium
dan 23mEq dari klorida diabsorpsi setiap hari. sejumlah air yagn diamsorpsi dari
chyme tergantung dari kecepatan pergerakan kolon. Chyme biasanya lembut,
berbentuk massa. Jika kecepatan kontraksi peristaltik cepat (abnormal) berarti ada
kekurangan waktu untuk mengabsorpsi air dan feses menjadi encer. Jika kontraksi
peristaltik lambat, banyak air yang diabsorpsi dan terbentuk feses yang keras
sehingga menyebabkan konstipasi.
Kolon memproteksi dirinya sendiri dengan mengeluarkan sejumlah mucous. Mucous
biasanya bersih sampai buram dengan konsistensi berserabut. Mucous melumasi
kolon, mencegah trauma pada dinding dalam. Pelumas adalah sesuatu yagn penting
di dekat distal dari kolon dimana bagiannya menjadi kering dan keras.
Fungsi sekresi dari kolon membantu dalam keseimbanan elektrolit. Bicarbonat
disekresi untuk pertukaran clorida. Sekitar 4-9 mEq natrium dikeluarkan setiap hari
oleh usus besar. Berubahnya fungsi kolon dapat menyebabkan ketidakseimbangan
elektrolit.
Akhirnya kolon memindahkan sisa produk dan gas (flatus). Flatus dihasilkan
dari tertelannya udara, difusi gas dari pembuluh darah ke usus dan kerja bakteri
pada karbohidrat yang tidak bisa diserap. Fermenrasi dari karbohidrat (seperti kol
dan bawang) menghasilkan gas pada usus yang dapat merangsang peristaltik. Orang
dewasa biasanya membentuk 400-700 ml flatus setiap hari.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3597/1/keperawatan-cholina.pdf

4. Mengapa pasien muntah muntah berupa makanan dan muntah berwarna kehijauan?
Patofisiologi

Obstruksi usus halus / Small Bowel Obstruction (SBO)


Pada obstruksi mekanik, usus bagian proksimal mengalami distensi akibat adanya gas/udara dan
air yang berasal dari lambung, usus halus, pankreas, dan sekresi biliary. Cairan yang terperangkap
di dalam usus halus ditarik oleh sirkulasi darah dan sebagian ke interstisial, dan banyak yang
dimuntahkan keluar sehingga akan memperburuk keadaan pasien akibat kehilangan cairan dan
kekurangan elektrolit. Jika terjadi hipovolemia mungkin akan berakibat fatal.
Obstruksi yang berlangsung lama mungkin akan mempengaruhi pembuluh darah vena, dan
segmen usus yang terpengaruh akan menjadi edema, anoksia dan iskemia pada jaringan yang
terlokalisir, nekrosis, perforasi yang akan mengarah ke peritonitis, dan kematian. Septikemia
mungkin dapat terjadi pada pasien sebagai akibat dari perkembangbiakan kuman anaerob dan
aerob di dalam lumen. Usus yang terletak di bawah obstruksi mungkin akan mengalami kolaps
dan kosong.
Secara umum, pada obstruksi tingkat tinggi (obstruksi letak tinggi/obstruksi usus halus), semakin
sedikit distensi dan semakin cepat munculnya muntah. Dan sebaliknya, pada pasien dengan
obstruksi letak rendah (obstruksi usus besar), distensi setinggi pusat abdomen mungkin dapat
dijumpai, dan muntah pada umumnya muncul terakhir sebab diperlukan banyak waktu untuk
mengisi semua lumen usus. Kolik abdomen mungkin merupakan tanda khas dari obstruksi distal.
Hipotensi dan takikardi merupakan tanda dari kekurangan cairan. Dan lemah serta leukositosis
merupakan tanda adanya strangulasi. Pada permulaan, bunyi usus pada umumnya keras, dan
frekuensinya meningkat, sebagai usaha untuk mengalahkan obstruksi yang terjadi. Jika abdomen
menjadi diam, mungkin menandakan suatu perforasi atau peritonitis dan ini merupakan tanda
akhir suatu obstruksi.
http://yuhardika.blogspot.com/2013/05/ileus_8.html

5. Mengapa didapatkan benjolan pada lipat paha sampai kantong pelir?


Bedanya hernia inguinalis medial dan lateral ?? beserta gambar
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-muhamadmal-6751-2-babii.pdf

6. Mengapa benjolan keluar saat pasien batuk, berdiri atau mengejan dan bisa masuk sendiri
saat pasien berbaring atau masuk dengan bantuan jari?

7. Mengapa pada pemeriksaan fisisk didapatkan abdomen distensi, gerakan dan gambaran
usus positif, bising usus positif meningkat dan pada perkusi didapatkan metallic sound dan
hipertimpani serta pada palpasi didapatkan nyeri tekan abdomen?

8. Jika didapatkan berak seperti kotoran kambing, mengapa?

9. Apa hubungan batuk lama dengan keluhan pasien?

10. DD :
1. Obstruksi ileus
- Definisi :
Ileus adalah gangguan/hambatan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya
obstruksi usus akut yang segera membutuhkan pertolongan atau tindakan. Ileus ada 2
macam yaitu ileus obstruktif dan ileus paralitik. Ileus obstruktif atau disebut juga ileus
mekanik adalah keadaan dimana isi lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal
atau anus karena adanya sumbatan/hambatan mekanik yang disebabkan kelainan
dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang menekan atau kelainan vaskularisasi
pada suatu segmen usus yang menyebabkan nekrose segmen usus tersebut.
Sedangkan ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan di mana usus gagal/ tidak
mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya akibat kegagalan
neurogenik atau hilangnya peristaltik usus tanpa adanya obstruksi mekanik.1,2,3
KLASIFIKASI
Berdasarkan lokasi obstruksinya, ileus obstrukif atau ileus mekanik dibedakan
menjadi,antara lain :
1. Ileus obstruktif letak tinggi : obstruksi mengenai usus halus (dari gaster sampai
ileumterminal).
2. Ileus obstruktif letak rendah : obstruksi mengenai usus besar (dari ileum terminal
sampairectum).
Selain itu, ileus obstruktif dapat dibedakan menjadi 3 berdasarkan stadiumnya, antara
lain :
1. Obstruksi sebagian (partial obstruction) : obstruksi terjadi sebagian sehingga
makanan masih bisa sedikit lewat, dapat flatus dan defekasi sedikit.
2. Obstruksi sederhana (simple obstruction) : obstruksi/sumbatan yang tidak
disertaiterjepitnya pembuluh darah (tidak disertai gangguan aliran darah).
3. Obstruksi strangulasi (strangulated obstruction) : obstruksi disertai dengan
terjepitnya pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir dengan
nekrosis atau gangren.
- Etiologi :
Penyebab terjadinya ileus obstruksi pada usus halus antara lain :
1. Hernia inkarserata :
Usus masuk dan terjepit di dalam pintu hernia. Pada anak dapat dikelola secara
konservatif dengan posisi tidur Trendelenburg. Namun, jika percobaan reduksi gaya
berat ini tidak berhasil dalam waktu 8 jam, harus diadakan herniotomi segera.
2. Non hernia inkarserata, antara lain :
a. Adhesi atau perlekatan usus
Di mana pita fibrosis dari jaringan ikat menjepit usus. Dapat berupa
perlengketanmungkin dalam bentuk tunggal maupun multiple, bisa setempat atau luas.
Umunya berasal dari rangsangan peritoneum akibat peritonitis setempat atau umum.
Ileus karena adhesi biasanya tidak disertai strangulasi.
b. Invaginasi
Disebut juga intususepsi, sering ditemukan pada anak dan agak jarang pada orang muda
dan dewasa. Invaginasi pada anak sering bersifat idiopatik karena tidak diketahui
penyebabnya. Invaginasi umumnya berupa intususepsi ileosekal yang masuk naik
kekolon ascendens dan mungkin terus sampai keluar dari rektum. Hal ini dapat
mengakibatkan nekrosis iskemik pada bagian usus yang masuk dengan komplikasi
perforasi dan peritonitis. Diagnosis invaginasi dapat diduga atas pemeriksaan fisik,
dandipastikan dengan pemeriksaan Rontgen dengan pemberian enema barium.
c. Askariasis
Cacing askaris hidup di usus halus bagian yeyunum, biasanya jumlahnya puluhan hingga
ratusan ekor. Obstruksi bisa terjadi di mana-mana di usus halus, tetapi biasanya di ileum
terminal yang merupakan tempat lumen paling sempit. Obstruksi umumnya disebabkan
oleh suatu gumpalan padat terdiri atas sisa makanan dan puluhan ekor cacing yang mati
atau hampir mati akibat pemberian obat cacing. Segmen usus yang penuh dengan cacing
berisiko tinggi untuk mengalami volvulus, strangulasi, dan perforasi.
d. Volvulus
Merupakan suatu keadaan di mana terjadi pemuntiran usus yang abnormal dari segmen
usus sepanjang aksis longitudinal usus sendiri, maupunpemuntiran terhadap aksis radii
mesenterii sehingga pasase makanan terganggu. Pada usus halus agak jarang ditemukan
kasusnya. Kebanyakan volvulus didapat di bagian ileum dan mudah mengalami
strangulasi. Gambaran klinisnya berupa gambaran ileus obstruksi tinggi dengan atau
tanpa gejala dan tanda strangulasi.
e . Tumor
Tumor usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi usus, kecuali jika ia menimbulkan
invaginasi. Proses keganasan, terutama karsinoma ovarium dankarsinoma kolon, dapat
menyebabkan obstruksi usus. Hal ini terutama disebabkan olehkumpulan metastasis di
peritoneum atau di mesenterium yang menekan usus.
f. Batu empedu yang masuk ke ileus.
Inflamasi yang berat dari kantong empedu menyebabkan fistul dari saluran empedu
keduodenum atau usus halus yang menyebabkan batu empedu masuk ke traktus
gastrointestinal. Batu empedu yang besar dapat terjepit di usus halus, umumnya pada
bagian ileum terminal atau katup ileocaecal yang menyebabkan obstruksi. Penyebab
obstruksi kolon yang paling sering ialah karsinoma, terutama pada daerahrektosigmoid
dan kolon kiri distal.
- Faktor resiko :
- Manifestasi klinis :
1.Obstruksi sederhana
Obstruksi usus halus merupakan obstruksi saluran cerna tinggi, artinya disertai dengan
pengeluaran banyak cairan dan elektrolit baik di dalam lumen usus bagian oral dari
obstruksi,maupun oleh muntah. Gejala penyumbatan usus meliputi nyeri kram pada
perut, disertai kembung. Pada obstruksi usus halus proksimal akan timbul gejala muntah
yang banyak, yang jarang menjadi muntah fekal walaupun obstruksi berlangsung lama.
Nyeri bisa berat dan menetap. Nyeri abdomen sering dirasakan sebagai perasaan tidak
enak di perut bagian atas. Semakin distal sumbatan, maka muntah yang dihasilkan
semakin fekulen. Tanda vital normal pada tahap awal, namun akan berlanjut dengan
dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal sampai
demam. Distensi abdomendapat dapat minimal atau tidak ada pada obstruksi proksimal
dan semakin jelas pada sumbatan di daerah distal. Bising usus yang meningkat dan
“metallic sound” dapat didengar sesuai dengan timbulnya nyeri pada obstruksi di daerah
distal.
2.Obstruksi disertai proses strangulasi
Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan disertai dengan nyeri
hebat.Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya skar bekas operasi atau hernia. Bila
dijumpai tanda- tanda strangulasi berupa nyeri iskemik dimana nyeri yang sangat hebat,
menetap dan tidak menyurut, maka dilakukan tindakan operasi segera untuk mencegah
terjadinya nekrosis usus.
3. Obstruksi mekanis di kolon timbul perlahan-lahan dengan nyeri akibat sumbatan
biasanya terasa di epigastrium. Nyeri yang hebat dan terus menerus
menunjukkanadanya iskemia atau peritonitis. Borborygmus dapat keras dan timbul
sesuai dengan nyeri. Konstipasi atau obstipasi adalah gambaran umum obstruksi
komplit. Muntah lebih sering terjadi pada penyumbatan usus besar. Muntah timbul
kemudian dan tidak terjadi bila katup ileosekal mampu mencegah refluks. Bila akibat
refluks isi kolon terdorong ke dalam usus halus, akan tampak gangguan pada usus halus.
Muntah feka lakan terjadi kemudian. Pada keadaan valvula Bauchini yang paten, terjadi
distensi hebat dan sering mengakibatkan perforasi sekum karena tekanannya paling
tinggi dan dindingnya yang lebih tipis. Pada pemeriksaan fisis akan menunjukkan distensi
abdomen dan timpani, gerakan usus akan tampak pada pasien yang kurus, dan akan
terdengar metallic sound pada auskultasi. Nyeri yang terlokasi, dan terabanya massa
menunjukkan adanya strangulasi.
- Patogenesis :
Usus di bagian distal kolaps, sementara bagian proksimal berdilatasi. Usus yang
berdilatasi menyebabkan penumpukan cairan dan gas, distensi yang menyeluruh
menyebabkan pembuluh darah tertekan sehingga suplai darah berkurang (iskemik),
dapat terjadi perforasi. Dilatasi dan dilatasi usus oleh karena obstruksi menyebabkan
perubahan ekologi, kuman tumbuh berlebihan sehingga potensial untuk terjadi
translokasi kuman.Gangguan vaskularisasi menyebabkan mortalitas yang tinggi, air dan
elektrolit dapat lolosdari tubuh karena muntah. Dapat terjadi syok hipovolemik,
absorbsi dari toksin pada usus yang mengalami strangulasi. Dinding usus halus kuat dan
tebal, karena itu tidak timbul distensi berlebihan atau ruptur. Dinding usus besar tipis,
sehingga mudah distensi. Dinding sekum merupakan bagian kolon yang paling tipis,
karena itu dapat terjadi ruptur bila terlalu tegang. Gejala dan tanda obstruksi usus halus
atau usus besar tergantung kompetensi valvula Bauhini. Bila terjadi insufisiensi katup,
timbul refluks dari kolon ke ileum terminal sehingga ileum turut membesar.
- Alur diagnosis
Pada anamnesis obstruksi tinggi sering dapat ditemukan penyebab misalnya berupa
adhesi dalam perut karena pernah dioperasi atau terdapat hernia. Gejala umum berupa
syok,oliguri dan gangguan elektrolit. Selanjutnya ditemukan meteorismus dan kelebihan
cairan diusus, hiperperistaltis berkala berupa kolik yang disertai mual dan muntah. Kolik
tersebut terlihat pada inspeksi perut sebagai gerakan usus atau kejang usus dan pada
auskultasi sewaktu serangan kolik, hiperperistaltis kedengaran jelas sebagai bunyi nada
tinggi. Penderita tampak gelisah dan menggeliat sewaktu kolik dan setelah satu dua kali
defekasi tidak ada lagi flatus atau defekasi. Pemeriksaan dengan meraba dinding perut
bertujuan untuk mencari adanya nyeri tumpul dan pembengkakan atau massa yang
abnormal. Gejala permulaan pada obstruksi kolon adalah perubahan kebiasaan buang
air besar terutama berupa obstipasi dan kembung yang kadang disertai kolik pada perut
bagian bawah. Pada inspeksi diperhatikan pembesaran perut yang tidak pada tempatnya
misalnya pembesaran setempat karena peristaltis yang hebat sehingga terlihat
gelombang usus ataupun kontur usus pada dinding perut. Biasanya distensi terjadi pada
sekum dan kolon bagian proksimal karena bagian ini mudah membesar. Dengan
stetoskop, diperiksa suara normal dari usus yang berfungsi (bising usus). Pada penyakit
ini, bising usus mungkin terdengar sangat keras dan bernada tinggi, atau tidak terdengar
sama sekali.
Nilai laboratorium pada awalnya normal, kemudian akan terjadi hemokonsentrasi,
leukositosis, dan gangguan elektrolit. Pada pemeriksaan radiologis, dengan posisi
tegak,terlentang dan lateral dekubitus menunjukkan gambaran anak tangga dari usus
kecil yang mengalami dilatasi dengan air fluid level. Pemberian kontras akan
menunjukkan adanya obstruksi mekanis dan letaknya. Pada ileus obstruktif letak rendah
jangan lupa untuk melakukan pemeriksaan rektosigmoidoskopi dan kolon (dengan colok
dubur dan barium inloop) untuk mencari penyebabnya. Periksa pula kemungkinan
terjadi hernia. Pada saat sekarang ini radiologi memainkan peranan penting dalam
mendiagnosis secara awal ileus obstruktifus secara dini.
- Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan laboratorium tidak mempunyai ciri-ciri khusus. Pada urinalisa, berat jenis
bisa meningkat dan ketonuria yang menunjukkan adanya dehidrasi dan asidosis
metabolik. Leukosit normal atau sedikit meningkat, jika sudah tinggi kemungkinan sudah
terjadi peritonitis. Kimia darah sering adanya gangguan elektrolit.
Foto polos abdomen sangat bernilai dalam menegakkan diagnosa ileus
obstruksi.Sedapat mungkin dibuat pada posisi tegak dengan sinar mendatar. Posisi datar
perlu untuk melihat distribusi gas, sedangkan sikap tegak untuk melihat batas udara dan
air serta letak obstruksi. Secara normal lambung dan kolon terisi sejumlah kecil gas
tetapi pada usus halus biasanya tidak tampak.
Gambaran radiologi dari ileus berupa distensi usus dengan multiple air fluid
level,distensi usus bagian proksimal, absen dari udara kolon pada obstruksi usus halus.
Obstruksi kolon biasanya terlihat sebagai distensi usus yang terbatas dengan gambaran
haustra, kadang-kadang gambaran massa dapat terlihat. Pada gambaran radiologi, kolon
yang mengalami distensi menunjukkan gambaran seperti ‘pigura’ dari dinding abdomen.
Kemampuan diagnostik kolonoskopi lebih baik dibandingkan pemeriksaan
bariumkontras ganda. Kolonoskopi lebih sensitif dan spesifik untuk mendiagnosis
neoplasma dan bahkan bisa langsung dilakukan biopsi.
GAMBARAN RADIOLOGI
Untuk menegakkan diagnosa secara radiologis pada ileus obstruktif dilakukan foto
abdomen 3 posisi. Yang dapat ditemukan pada pemeriksaan foto abdomen ini
antara lain :
1. Ileus obstruksi letak tinggi :
-Dilatasi di proximal sumbatan (sumbatan paling distal di ileocecal
junction) dankolaps usus di bagian distal sumbatan.
-Coil spring appearance
-Herring bone appearance
-Air fluid level yang pendek-pendek dan banyak (step ladder sign)
2.Ileus obstruksi letak rendah :
-Gambaran sama seperti ileus obstruksi letak tinggi
-Gambaran penebalan usus besar yang juga distensi tampak pada tepi
abdomen
- Air fluid level yang panjang-panjang di kolon. Sedangkan pada ileus paralitik
Gambaran radiologi ditemukan dilatasi usus yang menyeluruhdari gaster sampai rectum.

- Penatalaksanaan :
Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami
obstruksiuntuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan.
Menghilangkan penyebab obstruksi adalah tujuan kedua. Kadang-kadang suatu
penyumbatan sembuh dengansendirinya tanpa pengobatan, terutama jika
disebabkan oleh perlengketan. Penderita penyumbatan usus harus di rawat di
rumah sakit.
1.Persiapan
Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah aspirasi dan
mengurangi distensi abdomen (dekompresi). Pasien dipuasakan, kemudian
dilakukan juga resusitasi cairan dan elektrolit untuk perbaikan keadaan umum.
Setelah keadaanoptimum tercapai barulah dilakukan laparatomi. Pada obstruksi
parsial atau karsinomatosis abdomen dengan pemantauan dan konservatif.6,7,8
2. Operasi
Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organ
vital berfungsi secara memuaskan. Tetapi yang paling sering dilakukan adalah
pembedahan sesegera mungkin. Tindakan bedah dilakukan bila :-Strangulasi-
Obstruksi lengkap-Hernia inkarserata-Tidak ada perbaikan dengan pengobatan
konservatif (dengan pemasangan NGT, infus,oksigen dan kateter).
3.Pasca Bedah
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan
elektrolit.Kita harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus memberikan
kalori yang cukup.Perlu diingat bahwa pasca bedah usus pasien masih dalam
keadaan paralitik.
- Komplikasi :
Pada obstruksi kolon dapat terjadi dilatasi progresif pada sekum yang berakhir
dengan perforasi sekum sehingga terjadi pencemaran rongga perut dengan akibat
peritonitis umum.7,8

ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/.../390...

2. Hernia inguinalis direct


- Definisi : Hernia inguinalis direk disebut juga hernia inguinalis medialis yaitu hernia
yang melalui dinding inguinal posteromedial dari vasa epigastrika inferior di daerah yang
dibatasi segitiga Hesselbach (Arif Mansjoer,2000).
- Etiologi : Menurut Black,J dkk (2002).Medical Surgical Nursing,  edisi 4. Pensylvania: W.B
Saunders, penyebab hernia inguinalis adalah :
Kelemahan otot dinding abdomen.
1.       Kelemahan jaringan
2.       Adanya daerah yang luas diligamen inguinal
3.       Trauma
Peningkatan tekanan intra abdominal.
1.       Obesitas
2.       Mengangkat benda berat
3.       Mengejan à Konstipasi
4.       Kehamilan
5.       Batuk kronik
6.       Hipertropi prostate

- Faktor resiko :
- Manifestasi klinis :
Pada umumnya keluhan orang dewasa berupa :
Benjolan di inguinalis yang timbul pada waktu mengedan, batuk, atau mengangkat beban
berat dan menghilang pada waktu istirahat berbaring.
Pada inspeksi perhatikan keadaan asimetris pada kedua inguinalis, skrotum, atau labia dalam
posisi berdiri dan berbaring. Pasien diminta mengedan atau batuk sehingga adanya benjolan
atau keadaan asimetris dapat dilihat.
Palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya, dan dicoba
mendorong apakah benjolan dapat direposisi. Setelah benjolan dapat direposisi dengan jari
telunjuk, kadang cincin hernia dapat diraba berupa anulus inguinalis yang melebar (Jong,
2004).
Keadaan cincin hernia juga perlu diperiksa. Melalui skrotum jari telunjuk dimasukkan ke atas
lateral dari tuberkulum pubikum. Ikuti fasikulus spermatikus sampai ke annulus inguinalis
internus. Pada keadaan normal jari tangan tidak dapat masuk. Pasien diminta mengejan dan
merasakan apakah ada massa yang menyentuh jari tangan. Bila massa tersebut menyentuh
ujung jari maka itu dinamakan hernia inguinalis lateralis, sedangkan bila menyentuh sisi jari
maka diagnosisnya adalah hernia inguinalis medialis (Mansjoer, 2002).

- Patogenesis
- Alur diagnosis
- Pemeriksaan penunjang
- Penatalaksanaan :
1.       Konservatif
a.       Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan secara
perlahan menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat penyokong.
b.      Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan kompres hangat
dan setelah 5 menit di evaluasi kembali.
c.       Celana penyangga
d.      Istirahat baring
e.      Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya Asetaminofen,
antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak tinja untuk mencegah sembelit.
f.        Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan
dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat sembelit dan mengedan
selama BAB, hindari kopi kopi, teh, coklat, cola, minuman beralkohol yang dapat
memperburuk gejala-gejala.
Pembedahan (operatif):
herniotomi
- isi kantung dikembalikan à pintu/cincin ditutup
- dilakukan pada anak-anak dikarenakan penyebabnya adalah proses kongenital dimana
prosesus vaginalis tidak menutup pada proses desensus testikulorum
herniorafi
- isi kantung dikembalikan à pintu/cincin ditutup kemudian dinding belakang dari hernia
disulam/dijahit untuk diperkuat
- dilakukan pada orang dewasa dikarenakan penyebab hernianya adalah karena
kelemahan otot/fascia dinding belakang abdomen

- komplikasi

1.  Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi hernia
tidak dapat dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis ireponibilis). Pada
keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus.

2.  Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang masuk.
Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan gangguan penyaluran
isi usus. Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis incarcerata.

3.  Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan


pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis
strangulata.
4.  Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan pembuluh
darah dan kemudian timbul nekrosis.

5. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah
dan obstipasi.

6. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,

7. Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah,

8. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.

9. Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik, abses.

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-muhamadmal-6751-2-
babii.pdf

Anda mungkin juga menyukai

  • DIAGNOSIS
    DIAGNOSIS
    Dokumen7 halaman
    DIAGNOSIS
    Melinda Rohmatika Arum Dhati
    Belum ada peringkat
  • Tesis Fix
    Tesis Fix
    Dokumen14 halaman
    Tesis Fix
    Melinda Rohmatika Arum Dhati
    Belum ada peringkat
  • 2 PB
    2 PB
    Dokumen13 halaman
    2 PB
    Wulan Purnamasari
    Belum ada peringkat
  • Cara Mengobati Hipospadia Secara Medis
    Cara Mengobati Hipospadia Secara Medis
    Dokumen3 halaman
    Cara Mengobati Hipospadia Secara Medis
    Melinda Rohmatika Arum Dhati
    Belum ada peringkat
  • LBM 3 SGD 15 Dedi
    LBM 3 SGD 15 Dedi
    Dokumen29 halaman
    LBM 3 SGD 15 Dedi
    Melinda Rohmatika Arum Dhati
    Belum ada peringkat
  • TB Paru dan Diagnosis Banding
    TB Paru dan Diagnosis Banding
    Dokumen8 halaman
    TB Paru dan Diagnosis Banding
    Melinda Rohmatika Arum Dhati
    Belum ada peringkat
  • SGD 11 LBM 3 Modul Git
    SGD 11 LBM 3 Modul Git
    Dokumen10 halaman
    SGD 11 LBM 3 Modul Git
    Melinda Rohmatika Arum Dhati
    Belum ada peringkat
  • SGD 11 LBM 3 Modul Git
    SGD 11 LBM 3 Modul Git
    Dokumen10 halaman
    SGD 11 LBM 3 Modul Git
    Melinda Rohmatika Arum Dhati
    Belum ada peringkat
  • Respi LBM 1
    Respi LBM 1
    Dokumen13 halaman
    Respi LBM 1
    Viky Yuda
    Belum ada peringkat
  • LI LBM 1 Linda
    LI LBM 1 Linda
    Dokumen12 halaman
    LI LBM 1 Linda
    Melinda Rohmatika Arum Dhati
    Belum ada peringkat
  • Au LBM 1 Respi
    Au LBM 1 Respi
    Dokumen13 halaman
    Au LBM 1 Respi
    Melinda Rohmatika Arum Dhati
    Belum ada peringkat
  • LBM 1
    LBM 1
    Dokumen20 halaman
    LBM 1
    Milla Maulidia
    Belum ada peringkat
  • LBM 1 Linda
    LBM 1 Linda
    Dokumen14 halaman
    LBM 1 Linda
    Melinda Rohmatika Arum Dhati
    Belum ada peringkat
  • LBM 1
    LBM 1
    Dokumen15 halaman
    LBM 1
    Melinda Rohmatika Arum Dhati
    Belum ada peringkat
  • LI LBM 3 Hema
    LI LBM 3 Hema
    Dokumen22 halaman
    LI LBM 3 Hema
    Melinda Rohmatika Arum Dhati
    Belum ada peringkat
  • LI LBM 3 Hema
    LI LBM 3 Hema
    Dokumen7 halaman
    LI LBM 3 Hema
    Melinda Rohmatika Arum Dhati
    Belum ada peringkat
  • LI LBM 3 Hema
    LI LBM 3 Hema
    Dokumen7 halaman
    LI LBM 3 Hema
    Melinda Rohmatika Arum Dhati
    Belum ada peringkat