BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keramik
Keramik berasal dari bahasa Yunani keramos yang berarti periuk atau belanga
yang terbuat dari tanah yang dibakar. Keramik adalah semua benda-benda yang
terbuat dari tanah liat/lempung yang mengalami suatu proses pengerasan dengan
pembakaran suhu tinggi. Pengertian keramik yang lebih luas dan umum adalah
“bahan yang dibakar tinggi” termasuk didalamnya semen, gips, metal dan lainnya.
Sebelum diproses menjadi keramik, segi penting sifat bubuk mineralnya adalah
ukuran partikel (yang mengganti sifat akhir) serta distribusi sifat partikel
(mempengaruhi rapatan). Adapun sifat keramik antara lain : tidak korosif, ringan,
keras dan stabil pada suhu tinggi.
Selain itu, bahan keramik terdiri dari fasa kompleks yang merupakan senyawa
unsure metal dan non metal yang terikat secara ionic maupun kovalen. Keramik
pada umumnya mempunyai struktur kristalin dan sedikit electron bebasnya.
Susunan kimia keramik sangat bermacam-macam yang terdiri dari senyawa yang
sederhana hingga campuran beberapa fasa kompleks. Hampir semua keramik
merupakan senyawa-senyawa antara unsur elektropositif dan elektronegatif.
Keramik memiliki sifat-sifat antara lain mudah pecah dan getas. Kekuatan dan
ikatan keramik menyebabkan tingginya titik lebur, tahan korosi, rendahnya
konduktivitas termal, dan tingginya kekuatan kompresif dari material tersebut.
Secara umum keramik mempunyai senyawa-senyawa kimia antara lain: SiO2,
Al2O3, CaO, Na2O, TiC, UO2, PbS, MgSiO3, dan lain-lain (Aprilina, 2005).
Pada prinsipnya keramik dapat dibagi dua bagian yaitu keramik tradisional
dan keramik modern Keramik tradisonal adalah keramik yang terbuat dari bahan
alam seperti kaolin, feldspar, clay dan kwarsa. Yang termasuk keramik ini adalah
barang pecah (dinner ware), keperluan rumah tangga (tile brick) dan untuk
industry (refractory). Keramik modern (fine keramik) adalah keramik yang dibuat
dengan oksida – oksida logam atau logam, seperti oksida. Pengguanannya sebagai
elemen pemanas semikonduktor, komponen turbin. Keramik memiliki sifat –sifat
keramik dapat dilihat dibawah ini :
e. Injection molding
Bahan yang bersifat plastis diinjeksikan dan dicampur dengan bubuk pada
cetakan. Metode ini banyak digunakan untuk memproduksi benda-benda yang
mempunyai bentuk yang kompleks.
Keramik umumnya diproses pada suhu tinggi sehingga bersifat keras, kuat dan
stabil pada temperatur tinggi, tetapi keramik juga bersifat getas dan mudah patah.
Dalam penelitian ini, keramik yang dibuat dari campuaran tanah lempung dengan
zat aditif arang aktif kulit kakao yang bertujuan untuk menghasilkan pori,
sehingga keramik berpori ini dapat digunakan sebagai filter.
Biasanya padatan keramik sebelum dibakar terdiri dari grain-grain yang
dipisahkan oleh porositas (25-60) % tergantung dari bahan baku dan metode
pembentukannya untuk memaksimalkan sifat-sifat seperti: kekerasan,
konduktivitas termal dan lain-lain. Perlu untuk mengeliminasi porositas melalui
proses pembakaran (sintering). Pembakaran keramik dari 700 – 1800oC memiliki
partikel-partikel menjadi massa yang koheren. Proses sintering melibatkan :
a. Perubahan ukuran dan bentuk grain;
b. Perubahan pori; dan
c. Perubahan ukuran pori.
Dimana mengakibatkan berkurangnya laus permukaan total, berkurangnya
volume total, dan mengakibatkan semakin tinggi kekuatan. Selama proses
sintering ini, partikel-partikel keramik akan salig berdekatan dan bentuk pori
menjadi lebih sferis dan ukurannya menjadi kecil.
Sintering menyebabkan pergerakan atom yang meng-eliminasi energi
permukaan. Energi permukaan per unit volume berbanding terbalik dengan
diameter partikel. Jadi partikel yang kecil mempunyai energi yang lebih sehingga
proses sintering lebih cepat dibandingkan dengan partikel yang besar. Berikut ini
gambar atom keramik yang mengalami proses sintering :
dapat dilakukan baik dengan slip casting atau dry pressing. Dua keping keramik
dapat memilki komposisi yanng sama tetapi kerapatannya berbeda jika yang satu
berpori dan yang lainnya tidak berpori. Keramik berpori dapat diperoleh dengan
mencampurkan bahan organik (produk semen, produk beton, produk gips, produk
asal keramik) atau dengan mencampurkan zat aditif dengan serbuk bahan
keramik. Setelah pembentukan dan pembakaran dihasilkan hasil ukuran pori yang
bersesuaian (Karina, 2014).
dalam keadaan kering dan bersifat plastis pada kadar air sedang. Pada kadar air
lebih tinggi lempung bersifat lengket (kohesif) dan sangat lunak. Warna tanah
pada tanah lempung tidak dipengaruhi oleh unsur kimia yang terkandung di
dalamnya, karena tidak adanya perbedaan yang dominan dimana kesemuanya
hanya dipengaruhi oleh unsur Natrium saja yang paling mendominasi. Semakin
tinggi plastisitas, grafik yang dihasilkan pada masing-masing unsur kimia belum
tentu sama. Hal ini disebabkan karena unsur-unsur warna tanah dipengaruhi oleh
nilai Liquid Limit (LL) yang berbeda-beda. (Subriyer, 2013)
Hasil pelapukan unsur-unsur kimia dari tanah lempung tersebut merupakan
unsur-unsur mineral lempung terutama terdiri dari silikat aluminium dan/atau besi
magnesium. Beberapa diantaranya juga mengandung alkali dan/atau tanah alkalin
sebagai komponen dasarnya. Sebagian besar mineral lempung mempunyai
struktur berlapis. Beberapa diantaranya berbentuk silinder memanjang atau
struktur yang berserat. Berikut ini adalah unsur kimia yang terdapat di tanah
lempung (clay) yaitu : (Yeggi, 2013)
Tabel 2.1 Komposisi Unsur Kimia Pada Tanah Lempung
Unsur/Senyawa Persentase (% berat)
Silika (SiO2) 65,54
Aluminium Oksida (Al2O3) 18,78
Besi Oksida (Fe2O3) 1,57
Titanium Oksida (TiO2) 0,991
Kalium Oksida (K2O) 0,651
Magnesium Oksida (MgO) 0,609
Natrium Oksida (NaO2) 0,298
Kalsium Oksida (CaO) 0,0868
Mineral lempung berukuran sangat kecil (kurang dari 2 μm) dan merupakan
partikel yang aktif secara elektrokimiawi yang hanya dapat dilihat dengan
mikroskop elektron. Sumber utama dari mineral lempung adalah pelapukan
kimiawi dari batuan yang mengandung :
a. Felspar ortoklas
b. Felspar plagioklas
c. Mika (muskovit)
2. Illite
Illite adalah mineral bermika yang sering dikenal sebagai mika tanha dan
merupakan mika yang berukuran lempung. Istilah illite dipakai untuk tanah
berbutir halus, sedangkan tanah berbutir kasar disebut mika hidrus. Rumus kimia
illite adalah KyAl2(Fe2Mg2Mg3). Illite memiliki bentuk susunan dasarnya terdiri
dari sebuah lembaran aluminium oktahedra yang terikat di antara dua lembaran
silika tetrahedra. Dalam lembaran oktahedra, terdapat substitusi parsial aluminium
oleh magnesium dan besi, dan dalam lembaran tetrahedra terdapat pula substitusi
silikon oleh aluminium. Lembaran-lembaran terikat besama-sama oleh ikatan
lemah ion-ion kalium yang terdapat di antara lembaran-lembarannya. Ikatan-
ikatan dengan ion kalium (K+) lebih lemah daripada ikatan hidrogen yang
mengikat satuan kristal kaolinite, tapi sangat lebih kuat daripada ikatan ionik yang
membentuk kristal montmorillonite. Bentuk diagram skematik illite :
4. Vermiculite
Vermiculite merupakan suatu mineral alami yang memperluas dengan aplikasi
memanaskan. Rumus kimia vermiculite adalah Mg3Si4O10(OH)2xH2O.
5. Attapulgite
Koloid aktif adalah magnesium alumunium silikat alamiah yang telah dimurnikan
dan diaktifkan dengan cara pemanasan untuk meningkatkan kemampuan
adsorpsinya. Berupa serbuk sangat halus, mempunyai pH 7,0 - 9,5.
Tanah lempung lunak mempunyai karakteristik yang khusus diantaranya daya
dukung yang rendah, kemampatan yang tinggi, indeks plastisitas yang tinggi,
kadar air yang relatif tinggi, dan mempunyai gaya geser yang kecil. Kondisi tanah
seperti itu akan menimbulkan masalah jika dibangun konstruksi di atasnya. Tanah
lempung adalah tanah yang mempunyai partikel mineral tertentu yang
menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila dicampur air dan dalam keadaan
kering akan menjadi keras, sedangkan bila dibakar akan menjadi padat dan kuat.
Tanah lempung (clay) mempunyai sifat – sifat fisis dan kimia yang penting, antara
lain : (Baiq Asma, 2014)
a. Plastisitas
Plastisitas atau keliatan tanah lempung ditentukan oleh kehalusan partikel –
partikel tanah lempung. Kandungan plastisitas tanah lempung bervariasi.
Tergantung kehalusan dan kandungan lapisan airnya. Plastisitas berfungsi sebagai
pengikat dalam proses pembentukan sehingga batu bata yang dibentuk tidak
mengalami keretakan atau berubah bentuk. Tanah lempung dengan plastisitas
yang tinggi juga akan sukar dibentuk sehingga perlu ditambahkan bahan bahan
yang lain.
b. Kemampuan Bentuk
Tanah lempung yang digunakan untuk membuat keramik, batu bata dan
genteng harus memiliki kemampuan bentuk agar dapat berdiri tanpa mengalami
perubahan bentuk baik pada waktu proses maupun setelah pembentukan. Tanah
lempung dikatakan memiliki daya kerja apabila mempunyai plastisitas dan
kemampuan bentuk yang baik sehingga mudah dibentuk dan tetap
mempertahankan bentuknya.
c. Daya Suspensi
Daya suspensi adalah sifat yang memungkinkan suatu bahan tetap dalam
cairan. Flokulan merupakan suatu zat yang akan menyebabkan butiran – butiran
tanah lempung berkumpul menjadi butiran yang lebih besar dan cepat mengendap,
contohnya: magnesium sulfat. Deflokulan merupakan suatu zat yang akan
mempertinggi daya suspensi sehingga butiran – butiran tanah lempung tetap
melayang, contohnya: waterglass/sodium silikat, dan sodium karbonat.
d. Penyusutan
Tanah lempung untuk mengalami dua kali penyusutan, yakni susut kering
(setelah mengalami proses pengeringan) dan susut bakar (setelah mengalami
proses pembakaran). Penyusutan terjadi karena menguapnya air selaput pada
permukaan dan air pembentuk atau air mekanis sehingga butiran – butiran tanah
lempung menjadi rapat. Pada dasarnya susut bakar dapat dianggap sebagai susut
keseluruhan dari tanah lempung sejak dibentuk, dikeringkan sampai sibakar.
Persentase penyusutan yang dipersyaratkan untuk jenis tanah lempung
earthenware sebaiknya antara 10% - 15%.
Tanah lempung yang terlalu plastis pada umumnya memiliki persentase
penyusutan lebih dari 15% sehingga mengalami resiko retak/pecah yang tinggi.
Untuk mengatasinya dapat ditambahkan pasir halus.
e. Suhu Bakar
Suhu bakar berkaitan langsung dengan suhu kematangan, yaitu kondisi benda
yang telah mencapai kematangan pada suhu tertentu secara tepat tanpa mengalami
perubahan bentuk, sehingga dapat dikatakan tanah lempung tersebut memiliki
kualitas kemampuan bakar. Dalam proses pembakaran tanah lempung akan
mengalami proses perubahan (ceramic change) pada suhu sekitar 600oC, dengan
hilangnya air pembentuk dari bahan benda.
f. Warna Bakar
Warna bakar tanah lempung dipengaruhi oleh zat/bahan yang terikat secara
kimiawi pada kandungan tanah. Warna pada tanah lempung disebabkan oleh zat
yang mengotorinya, warna abu – abu sampai hitam mengandung zat arang dan
sisa – sisa tumbuhan, warna merah disebabkan oleh oksida besi (Fe). Perubahan
warna batu bata merah dari keadaan mentah sampai setelah dibakar biasanya sulit
Dimana dari buah segar akan dihasilkan limbah kulit buah Kakao sebesar 75%.
Ini artinya jumlah limbah yang dihasilkan dari kulit kakao kurang lebih sebesar
5.292 ton tiap tahunnya. Sehingga diperlukan pengolahan limbah kulit kakao
menjadi suatu produk yang berguna, ekonomis dan ramah lingkungan untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat disekitar lahan tersebut.
Kulit buah kakao merupakan bagian terbesar dari buah kakao (75,52% dari buah
kakao segar). Setiap tahun produksi biji kakao meningkat lni mengakibatkan
sernakin meningkatnya kulit buah kakao yang terbuang. Kulit kakao memiliki
karakteristik warna yang sangat beragam, tetapi pada dasarnya hanya ada dua
macam warna. Buah yang ketika muda berwarna hijau agak putih jika sudah
masak akan berwarna kuning. Sementara itu, buah yang ketika muda berwarna
merah, setelah masak berwarna jingga (orange). Kulit buah memiliki 10 alur
dalam dan dangkal yang letaknya berselang-seling. Kulit buahnya tebal tetapi
lunak dan permukaanya kasar. Sebaliknya, pada tipe forasero, permukaan kulit
buah pada umumnya halus (rata), kulitnya tipis dan keras. Buah akan masak
setelah berumur enam bulan. Pada saat itu ukurannya beragam, dari panjang 10
hingga 30 cm, bergantung pada kultivar dan faktor-faktor lingkungan selama
perkembangan buah (Ferawati, 2014).
Kulit buah kakao merupakan limbah agroindustri yang dihasilkan tanaman
kakao (Theobroma cacao L.). Apabila tidak dimanfaatkan dapat menimbulkan
masalah lingkungan di sekitar perkebunan. Salah satu memanfaatkan kulit buah
kakao adalah dijadikan sebagai filler keramik berpori. Komposisi kimia yang
dikandung oleh kulit buah kakao ditampilkan dalam Tabel 2.4
Karakteristik secara umum dari kulit buah kakao dapat dilihat pada Tabel 2.5 :
(Hening, 2014)
Tabel 2.5 Karakteristik Secara Umum Kulit Buah Kakao
Parameter Persentase (%)
Kadar air 85
Kadar abu 10,8
Kadar Lemak 0,32
Protein 5,9
Serat Kasar 50,9
Selulosa 36,23
Pektin 5,80
Lignin 20 - 27,95
Hemiselulosa 1,14
Ph 5,8
Keterangan ρ : densitas (kg/m3), Mk: massa sampel (kg) dan V: volume sampel
(m3).
b. Porositas
Porositas merupakan jumlah pori-pori yang terdapat pada material, dimana pori-
pori tersebut terbentuk karena adanya pengosongan atom-atom atau cacat kristal.
Porositas sangat dipengaruhi oleh bentuk dan distribusinya. Porositas dalam %
yang menghubungkan antar volume pori terbuka terhadap volume benda
keseluruhan. Berdasarkan ASTM C 20-92 persamaan untuk menghitung porositas
suatu material yaitu : (Debora, 2008)
Keterangan DSA : Daya serap air (%), m k: massa sampel uji sebelum
perendaman (kg), mb : massa sampel uji sesudah perendaman (kg).
b. Kekerasan
Kekerasan adalah ketahanan material terhadap deformasi plastik yang
diakibatkan tekanan atau goresan. Cara pengukuran kekerasan yang dilakukan
adalah pengujian Hardness Vickers.
Elektron diemisikan dari katoda (elektron gun) melalui efek foto listrik dan
dipercepat menuju anoda. Filamen yang digunakan biasanya adalah tungsten atau
lanthanum hexaboride (LaB6). Scanning coil, akan mendefleksikan berkas
electron menjadi sekumpulan array (berkas yang lebih kecil), disebut scanning
beam dan lensa obyektif (magnetik) akan memfokuskannya pada permukaan
sampel. SEM dipakai untuk mengetahui struktur mikro suatu material meliputi
tekstur, morfologi, komposisi dan informasi kristalografi permukaan partikel.
Morfologi yang diamati oleh SEM berupa bentuk, ukuran dan susunan partikel.
Syarat agar SEM dapat menghasilkan citra yang tajam adalah permukaan benda
harus bersifat sebagai pemantul elektron atau dapat melepaskan elektron ketika
ditembak dengan berkas elektron. Material yang memiliki sifat demikian adalah
logam. Jika permukaan logam diamati di bawah SEM maka profil permukaan
akan tampak dengan jelas. Untuk benda keramik berpori maka permukaan
material tersebut harus dilapisi dengan logam sehingga menghasilkan citra yang
tajam.