Anda di halaman 1dari 26

TUGAS FARMASI KLINIK

STUDI KASUS
( ASMA )

OLEH:
KELOMPOK V

1. YOSEPHINA SONYA INGUL 1520293085


2. YULIANTI 1520293086
3. YULISTIANI DUMBI 1520293087
4. YUNI DWI ASTUTIK 1520293088
5. YUSRI A. NOE 1520293089
6. ZULFIAH IDRIS 1520293090

PROFESI APOTEKER ANGKATAN XXIX

UNIVERSITAS SETIA BUDI

SURAKARTA

2015
BAB I

PENDAHULUA

1. DEFENISI ASMA BRONKIAL


Asma merupakan gangguan inflamsi kronik jalan nafas yang melibatkan
berbagai sel inflamasi. Dasar penyakit ini adalah hiperaktivitas bronkus dalam
berbagai tingkat, obstuksi jalan nafas, dan gejala pernafasan (mengi dan sesak).
Obstruksi jalan nafas umumnya bersifat reversible, namun dapat menjadi kurang
reversible bahkan relatif nonreversible tergantung berat dan lamanya penyakit.
2. MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajat
hiperaktivitas bronkus. Obstruksi jalan nafas dapat reversible secara spontan
maupun dengan pengobatan. Gejala-gejala asma antara lain :
1. Bising Mengi (wheezing) yang terdengar dengan atau tanpa stetoskop
2. Batuk produktif, sering malam hari
3. Nafas atau dada seperti tertekan
Gejalanya bersifat paroksismal, yaitu membaik pada siang hari dan memburuk
pada malam hari.
3. DIAGNOSIS
Diagnosis asma berdasarkan
:
1. Anamnesis : riwayat perjalanan penyakit, faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap asma, riwayat keluarga dan riwayat adanya alergi, serta gejala klinis.
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan laboratorium : darah (terrutama eosinofil, IgE total, IgE
spesifik), sputum (eosinofil, spiral Curshman, Kristal Charcot-Leyden)
4. Tes fungsi paru dengan spirometri atau peak flow meter untuk menentukan adanya
obstruksi jalan nafas.
4. KOMPLIKASI
Pneumotoraks, pneumomediastinum dan emfisema atelektasis, aspergilosi
subkutis, s
bronkopulmonar alergik, gagal nafas, bronchitis, dan fraktur
iga
5. PENATALAKSANAAN
Tujuan terapi asma adalah :
1. Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma
2. Mencegah kekambuhan
3. Mengupayakan fungsi para senormal mungkin serta mempertahankannya
4. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal serta mempertahankannya
5. Menhindari efek samping obat asma
6. Mencegah obstruksi jalan nafas yang ireversibel

Yang termasuk obat antiasma adalah :

1. Bronkodilator
a. Agonis
P2
Obat ini mempunyai efek bronkodilatasi, terbutalin, salbutamol dan
feneterol
memiliki lama kerja 4-6 jam, sedangkan agonis P2 Long-acting bekerja lebih
dari
12 jam, seperti salmeterol, formoterol, bambuterol dan lain-lain. Bentuk
aerosol dan inhalasi memberikan efek bronkodilatasi yang sama dengan dosis
yang jauh lebih kecil yaitu sepersepuluh dosis oral dan pemberiannya local.
b. Metal Xantin
Teofilin termasuk golongan ini. Efek bronkodilatornya berkaitan dengan
konsentrasinya di dalam serum. Efek samping obat ini dapat ditekan dengan
pemantauan kadar teofilin serum dalam pengobatan jangka panjang.
c. Antikolinergik
Golongan ini menurunkan tonus vagus intrinsik dari saluran
nafas
2. Antiinflamasi
Antiinflamasi menghambat inflamasi jalan nafas dan mempunyai efek supresi
dan profilaksis.
a. Kortokisteroid
b. Natrium kromolin yang merupakan antiinflamasi nonsteroid
6. TERAPI SERANGAN ASMA AKUT
Terapi awal, yaitu :
1. Oksigen 4-6 liter/menit
2. Agonis P2 (salbutamol 5 mg atau feneterol 2,5 mg atau terbutalin 10 mg)
inhalasi nebulasi dan pemberiannya dapat diulang setiap 20 menit sampai 1 jam.
Pemberian agonis P2 dapat secara subkutan atau iv dengan dosis salbutamol
0,25 mg atau terbutalin 0,25 mg dalam larutan dekstrosa 5 % dan diberikan
perlahan.
3. Aminofilin bolus iv 5-6 mg/kg BB, jika sudah menggunakan obat ini dalam 12
jam
sebelumnya maka cukup diberikan setengah dosis.
4. Kortikosteroid uiuiokortison 100-200 mg iv jika tidak ada respon segera atau
pasien sedang menggunakan steroid oral dalam serangan sangat berat.

Respon terhadap terapi awal baik, jika didapatkan keadaan berikut :

1. Respons menetap selama 60 menit setelah pengobatan


2. Pemeriksaan fisik normal
3. Arus puncak ekspirasi (APE) > 70 %
Jika respons tidak ada atau tidak baik terhadap terapi awal maka pasien
sebaiknya dirawat di rumah sakit

Terapi asma kronik adalah sebagai berikut :

1. Asma ringan : agonis p2 inhalasi bila perlu atau agonis P2 oral sebelum exercise
atau terpapar allergen
2. Asma sedang : antiinflamasi setiap hari dan agonis P2 inhalasi bila perlu
3. Asma berat : steroid inhalasi setiap hari, teofilin slow release atau agonis P 2
long acting, steroid oral selang sehari atau dosis tunggal harian dan agonis p2
inhalasi sesuai kebutuhan.
BAB II URAIAN

KASUS

FORM DATA BASE PASIEN UNTUK

ANALISIS PENGGUNAAN OBAT

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Anak B No Rek Medik :
- Tempt/tgl lahir :- Dokter yg merawat
: - Alamat : Jl. Jambon No.56, Sarirejo, Sleman, Jogjakarta
Ras :-
Pekerjaan :-
Sosial :-

II. Riwayat masuk RS


Demam dan batuk pilek selama dua hari dengan suhu sampai
410 C

III. Riwayat penyakit terdahulu


Positif bronchitis dan
asma

IV. Riwayat Sosial

Kegiatan
Pola makan/diet
- Vegetarian Tidak
Merokok Tidak
Meminum Alkohol Tidak
Meminum Obat herbal Tidak

V. Riwayat Alergi
Tidak ada
VI. Keluhan / Tanda Umum
Tanggal Subyektif Obyektif
1 Juni 2011 Demam, Batuk, Sesak Nafas, Mengi, Suhu Tubuh 41 0 C di atas normal
Ronchi, Pilek dan Kejang Pemeriksaan Darah Lengkap :
Normal, kecuali : AL = 18.000
mg/dL

2 Juni 2011 Demam, Batuk, Sesak Nafas, Mengi, 1. Pemeriksaan Kultur Kuman :
Ronchi dan Pilek Pasien mengalami kepekaan Sensitif
terhadap Amikasin,
Ampicillin, Cefotaxim, dan
Erythromycin. Serta Resisten
terhadap Ceftazidim,
Penisillin, dan Streptomisin.
2. Suhu Tubuh Mengalami
Penurunan :
Pagi : 39
Siang : 38
Sore : 38
Malam : 36

3 Juni 2011 Demam, Batuk, Sesak Nafas dan Suhu Tubuh Menurun : Pagi :
Pilek. 38
Siang : 36
Sore : 36
Malam : 36

4 Juni 2011 Demam, Batuk, Sesak Nafas dan 1. Pemeriksaan AL = 8.000 mg/dL RO
Pilek. Thorax : Bronchitis Chronis
2. Suhu Tubuh Menurun :
Pagi : 40
Siang : 39
Sore : 38
Malam : 39
5 Juni 2011 Demam, Batuk dan Suhu Tubuh Menurun
Pilek : Pagi : 38
Siang : 38
Sore : 37
Malam : 37

6 Juni 2011 Suhu Tubuh Menurun


Batuk dan Pilek : Pagi : 37
Siang : 37
Sore : 36
Malam : 36
7 Juni 2011 Suhu Tubuh Normal
Batuk dan Pilek

VII. RIWAYAT PENYAKIT DAN PENGOBATAN

NAMA PENYAKIT TANGGAL/TAHUN NAMA OBAT


Febris Convulsi 1-2 Juni 2011 Paracetamol syrup, Luminal,
Stezolid, Dextrosa, Cefotaxim,
KAEN 3B,

Suspect Bronkhtis 1-7 Juni 2011 Meptin, Dexamhetasone

Suspect Asma Bronkhial 1-2 Juni 2011 Ventolin Nebulisasi, O2


OBAT YANG DIGUNAKAN SAAT INI
Rute
No Nama obat Indikasi Dosis Interaksi ESO Outcome terapi
pemberian
1. Stezolid rektal Pemakaian jangka 1. Menurut Literatur Rektal 1. Alkohol : 1. Efek samping pada
pendek : Meningkatkan susunan saraf pusat : rasa
pada ansietas atau insomnia, tube rektal anak 1-5 efek sedatif lelah, ataksia, rasa malas,
tambahan pada putus alkohol tahun; sehari 1 x 5 2. Anestetik : Meningkatkan vertigo, sakit kepala,
akut, status epileptikus, mg. efek sedative mimpi buruk dan efek
kejang demam, spasme otot. 2. Dosis yang 3. Analgetik : amnesia.
diberikan Analgetik opioid 2. Efek lain : gangguan pada
: 10 mg meningkatkan efek sedatif saluran pencernaan,
4. Antibakteri : Isoniazid konstipasi, nafsu makan
menghambat berubah, anoreksia,
metabolisme diazepam; penurunan atau kenaikan
rifampisin meningkatkan berat badan, mulut
metaolisme diazepam dan kering, salivasi, sekresi
mungkin benzodiazepin bronkial atau rasa
lainnya pahit pada mulut.
5. Antiepileptika : Kadar
plasma fenitoin dinaikkan
atau diturunkan oleh
diazepam dan mungkin
benzodiazepina lainnya.
6. Antihistamin :
Meningkatkan efek
sedatif.
Antihipertensi
:
Meningkatkan efek
hipotensif; meningkatkan
alpha-blockers.
7. Antipsikotik :
Meningkatkan efek
sedatif.
8. Disulfiram : Metabolisme
benzodiazepin dihambat,
dengan peningkatan efek
sedatif
9. Dopaminergik : Kadang
benzodiazepin
melawan efeklevodopa
Lofeksidin :
Meningkatkan efek
sedatif
10. Relaksan otot : Baklofen
meningkatkan
efek sedatif
11. Nabilon :
Meningkatkan efek
sedatif Obat-obat
12. Antiulkus :
Simetidin
menghambat
metabolisme
benzodiazepi
n
(menaikkan kadar
plasma);
meprazol
menghambatmetabolisme
2. O2 Gagal nafas, gagal 1. Menurut Literatur Parenteral ------- 1. Oksigen sendiri tidak
jantung, : membakar tetapi
kelumpuhan alat pernafasan, mengalirkan oksigen adanya
perubahan pola nafas, dengan aliran ringan O2 berlebihan dalam
udara
keadaan gawat (koma), atau rendah, biasanya
kamar bila ada sumber
trauma paru, hanya 2-3 L/menit. api akan meningkatkan
metabolisme yang meningkat 2. Dosis yang resiko kebakaran.
(luka bakar), post operasi, dan diberikan: 2. Hipoventilasi:
keracunan karbon monoksida. 2 liter / Penderita
menit COPD (PPOM)
pengendalian pusat nafas
sentral oleh hipoksia
(hypoxic drive) maka bila
hipoksia dihilangkan
tidak ada rangsangan pada
pusat nafas terjadi
hipoventilasi sampai apnoe.
3. Hipoksia bisa terjadi
kalau oksigen diberikan
dengan tekanan tinggi secara
mendadak.
4. Atelektase terjadi oleh
karena pengusiran nitrogen
dari alveoli akibat
pemberian oksigen
konsentrasi tinggi
hampir
100% dalamwaktu
yang
lama.(>24 jam) Gas
3. Dextrose IV Rehidrasi, penambah 1. Menurut Literatur Intravena Tidak boleh ditambahkan Demam, iritasi atau
kalori, : ke infeksi
basic solution. Bergantung dalam transfuse darah pada tempat
kebutuhan dan karena dapat injeksi, thrombosis atau
kondisi pasien, tidak koagulasi sel darah merah meluas dari tempat injeksi
lebih dari 0,5 dan hemolisis. dan
mg/kgBB/jam ekstravasasi
2. Dosis yang hiperglikemia pada bayi baru
diberikan: lahir.
4. Ventolin Pengobatan dan 1. 20 tetes / Literatur
Menurut menit : Inhalasi 1. Peningkatan efek / Efek samping yang
nebulisasi pencegahan 2-6 tahun 5-10 ml toksisitas : Peningkatan sering
asma serta pencegahan 2. Dosis yang durasi efek bronkodilasi terjadi antara lain :
timbulnya asma akibat olah diberikan: mungkin terjadi jika Kardiovaskular : Palpitasi,
tubuh tiap 5 menit. salbutamol digunakan Takiaritmia
bersama Ipratropium Endocrine metabolik
:
inhalasi.
2. Peningkatan efek pada Hipokalemi
a
kardiovaskular dengan
Neurologic : Tremor
penggunaan MAO
Psychiatric : Nervousness
Inhibitor, Antidepresan
Sedangkan efek samping
Trisiklik, serta obat-obat
yang cukup parah meliputi :
sympathomimetic
Dermatologic : Erythema
(misalnya:
Amfetamin, multiforme, Stevens-Johnson
Dopamin, syndrome
Dobutamin)
secara bersamaan.
3. Peningkatkan risiko
terjadinya malignant
arrhythmia jika
salbutamol digunakan
bersamaan dengan
inhaled anesthetic
(contohnya: enflurane,
4. Penurunan efek:
Penggunaan bersama
dengan Beta-Adrenergic
Blocker (contohnya:
Propranolol) dapat
menurunkan efek
Salbutamol.
Level/efek
Salbutamol
dapat turun bersama
dengan penggunaan:
Aminoglutethimide,
Carbamazepine,
Nafcillin, Nevirapine,
Phenobarbital, Phenytoin,
Rifamycins dan obat lain
yang dapat menginduksi
CYP3A4
Batasi penggunaan caffein
(dapat menyebabkan
5. Paracetamol Nyeri ringan sampai sedang 1. Dosis dari Literatur Oral stimulasi
Alkohol, CNS). Efek samping dalam
dan demam : antikonvulsan, dosis
1-5 tahun: 1 - 2 sdt isoniazid : Meningkatkan terapi jarang; kecuali ruam
atau 120-250 mg tiap resiko hepatotoksis, kulit, kelainan darah,
4-6 jam Antikoagulan oral : Dapat pankreatitis akut pernah
2. Dosis yang meningkatkan efek warfarin, dilaporkan setelah
diberikan: Fenotiazin : Kemungkinan penggunaan jangka panjang
125 mg puyer terjadi hipotermia parah
6. Luminal Kejang umum tonik- 1. Menurut Literatur : Oral 1. Alkohol : Mengantuk,
klonik; a. Kejang umum Meningkatkan kelelahan,
kejang parsial; kejang pada efek sedatif. depresi mental, ataksia
neonatus; kejang tonik - 2. Antiaritmia : alergi kulit,
demam; klonik, Metabolisme paradoxical
status epileptikus. Pengelolaan kejang parsial, disopiramid dan kinidin excitement restlessness,
insomnia jangka pendek. per oral, ANAK ditingkatkan (kadar bingung pada orang dewasa
Meredakan kecemasan dan sampai 8 mg/kg plasma diturunkan) dan hiperkinesia pada anak;
ketegangan. Meredakan gejala sehari. 3. Antibakteri : Metabolisme anemia megaloblastik (dapat
epilepsi b. Kejang demam, kloramfenikol, diterapi dengan asam folat)
per oral, ANAK doksisiklin, dan
sampai 8 mg/kg metronidazol dipercepat
sehari; Kejang (efek berkurang).
neonatal, injeksi 4. Antikoagulan :
intravena metabolisme
(larutkan nikumalon dan warfarin
1:10 dipercepat (mengurangi
dengan air untuk efek antikoagulan).
injeksi), 5. Antidepresan :
neonatus antagonisme efek
5-10 mg/kg antikonvulsan (ambang
tiap kejang menurun);
20-30 menit metabolisme
sampai mianserin dan trisiklik
konsentrasi dipercepat (menurunkan
plasma 40 kadar plasma).
mg/liter 6. Antiepileptika :
c. Status epileptikus, pemberian
injeksi intravena bersama dengan
(larutkan 1: 10 fenobarbital dapat
dengan air untuk meningkatkan toksisitas
injeksi), tanpa disertai peningkatan
ANAK efek antiepileptik;
2. Dosis yang diberikan: dapat
10 mg. menyulitkan
pemantauan terhadap
pengobatan; ;interaksi
termasuk peningkatan
efek, peningkatan sedasi,
dan penurunan kadar
plasma.
7. Antijamur :
fenobarbital
mempercepat metabolisme
griseofulvin (mengurangi
efek).
8. Antipsikotik :
antagonisme efek
antikonvulsan (ambang
kejang diturunkan).
9. Antagonis-Kalsium :
efek
diltiazem, felodipin,
isradipin, verapamil,dan
mungkin nikardipin dan
nifedipin dikurangi.
10. Likosida jantung :
hanya
metabolisme digitoksin
yang dipercepat
(mengurangi efek). ;
11. Kortikosteroida :
metabolism
e
siklosporin dipercepat
(mengurangi efek). ;
13. Antagonisme hormon
: metabolisme toremifen
mungkin dipercepat.
14. Estrogen dan
Progestogen :
metabolisme gestrinon,
tibolon, dan kontrasepsi
oral dipercepat
(menurunkan efek
kontraseptif).
15. Teofilin :
metabolisme teofilin
dipercepat (mengurangi
efek).
16. Tiroksin :
metabolisme tiroksin
dipercepat (dapat
meningkatkan kebutuhan
akan tiroksin pada
hipotiroidisme).
17. Vitamin : kebutuhan akan
7. Meptin syrup Asma bronchial, 1. Menurut Literatur Oral vitamin bersama
Penggunaan D dengan Palpitasi, muka
bronchitis : katekolamin misalnya kemerahan,
kronik, bronchitis Bayi 5 tahun atau epinelrin atau isoproterenol merasa demam, tremor,
akut, enfisema paru. kurang 1-1,25 mg / dapat menginduksi sakit kepala, bingung, mual
kgBB/pemberian. aritmia dan henti jantung. muntah
2. Dosis yang
diberikan:
8. Imbost F syrup Memelihara daya tahan tubuh Menurut Literatur : 1- 6 Oral -------- ---------
tahun : 3 kali 1/2 - 1
sendok teh
9. Cefotaxim Infeksi saluran napas, 1. Menurut Literatur Intravena 1. Probenecid dapat • 1% - 10% :
injeksi kulit : menurunkan eliminasi Kulit : rash, pruritus
dan struktur kulit, tulang dan Anak 1 bln-12 tahun; sefalosporin sehingga Saluran cerna : Saluran cerna
sendi, saluran urin, ginekologi 50-100mg/kgBB/hari meningkatkan : kolitis, diare, mual
seperti, septisemiam dugaan dalam 4-6 dosis konsentrasi sefalosporin dan muntah
meningitis, aktif terbagi. dalam darah. Lokal : sakit pada tempat
terhadap basil Gram negative 2. Dosis yang 2. Kombinasi Furosemid, suntikan
(kecuali Pseudomonas), Gram diberikan: Amonoglikosida dengan
positif cocci (kecuali 500 mg iv. Cefotaxim dapat • <1% :
enterococcus). Aktif terhadap meningkatkan efek Anafilaksis dan aritmia
beberapa penicillin yang nefrotoksik (setelah pemberian injeksi
resisten pneumococcus I.V kateter pusat),
peningkatan BUN,
kanidiasis,kreatinin
meningkat, eusinophilila,
erythema multiforme,
demam, sakit kepala,
interstitial nephritis,
neutropenia,
phlebitis,
pseudomembranous
colitis, sindrom Stevens-
Johnson, trombositopenia,
transaminases meningkat,
toxic epidermal
necrolysis, urtikaria,
vaginitis.
lainnya :
Agranulositosis, anemia
hemolitik, pendarahan,
pancytopenia, disfungsi
ginjal, pusing,
superinfeksi, toxic
10. Dexamethason Imunosupresan/Antialergi, 1. Menurut Literatur : Intravena Aminoglutethimide : nephropathy
Kardiovaskuler :
injeksi anti inflamasi, Sehari : awal 0,75-9 Dapat Aritmia,
gangguan kolagen, alergi dan mg. menurunkan kadar/efek bradikardia, henti jantung,
inflamasi. 2. Dosis yang deksametason, melalui kardiomiopati, CHF, kolaps
diberikan: induksi enzim mikrosomal. sirkulasi, edema, hipertens,
1 mg iv. Antasida : Meningkatkan ruptur miokardial (post-MI),
absorpsi kortikosteroid, syncope, tromboembolisme,
selang waktu pemberian 2 vasculitis.
jam. Susunan saraf pusat :
Antikolinesterase : Depresi,
Pemberian bersama akan instabilitas emosional,
menimbulkan rasa lemah euforia, sakit kepala,
pada penderita myasthenia peningkatan tekanan
gravis. intracranial, insomnia,
Anti jamur Azole : Dapat malaise, neuritis,
meningkatkan kadar pseudotumor cerebri,
kortikosteroid. perubahan psikis, kejang,
Barbiturat : vertigo.
Akan Dermatologis :
menurunkan kadar/efek Akne,
deksametason. dermatitis alergi, alopecia,
Penghambat saluran kalsium angioedema, kulit kering,
(nondihidropiridin) : erythema, kulit pecah-pecah,
Kemungkinan meningkatkan hirsutism,
Siklosporin : pruritus (pemberian
Kortikosteroid IV),
dapat meningkatkan kadar petechiae, rash, atrofi kulit,
siklosporin dan sebaliknya, striae, urticaria, luka lama
siklosporin dapat sembuh
meningkatkan kadar
kortikosteroid.
Estrogen : Kemungkinan
meningkatkan kadar
kortikosteroid.
Fluorokuinolon :
Penggunaan bersamaan akan
meningkatkan risiko ruptur
tendon, terutama pada usia
lanjut.
Isoniazid :
Konsentrasi
isoniazid akan turun.
Antibiotika makrolida :
Kemungkinan meningkatkan
kadar/efek deksametason.
Penghambat neuromuskuler :
Pemberian bersama akan
meningkatkan risiko miopati.
Antiinflamasi non steroid :
Hati-hati karena
meningkatkan efek samping
pada saluran pencernaan.
Rifampisin : Menurunkan
kadar/efek deksametason.
Deksametason menurunkan
efek vaksin. Pada
pasien dengan terapi
kortikosteroid
> 14 hari, tunggu setidaknya
1 bulan sebelum
diberikan imunisasi.
Vaksin hidup
: Deksametason
meningkatkan risiko
infeksi. Penggunaan vaksin
hidup kontraindikasi pada
pasien dengan daya tahan
tubuh rendah Deksametason
akan berinterferensi
11 KAEN 3 B Sebagai cairan dasar 1. Menurut Literatur Parenteral dengan
-------- kalsium. Batasi -----------
pemeliharaan/rumatan :
untuk pasien usia > 3 tahun Dewasa dan anak > 3
atau > tahun atau BB > 15
15 kgBB kg 50 – 1000 ml pada
1 x pemberian secara
IV drip.
2. Dosis yang diberikan:
12 Cefixime syrup ISK tanpa komplikasi, 1. 15
Menurut Literatur Oral Menigkatkan efek/toksisitas : 10% : Saluran cerna :
otitis :  Amonoglikosida dan Diare
media, faringitis, tonsilitas, Anak sehari 2 x 1,5-3 furosemida kemungkinan (16%)
bronchitis akut mg/kgBB terjadi nefrotoksisitas 2-10% : Abdominal pain,
dan kronik. 2. Dosis yang diberikan: karena aditif mual, dispepsia, perut
¼ Cth 2 x sehari  Probenesid dapat kembung(flatulense),
2% : Gagal ginjal akut,
meningkatka anafilaktik,
n angioderma,
konsentrasi peningkatan BUN,
sefiksim kandidiasis,
 Sefiksim peningkatan kreatinin,
meningkatkan kadar pusing, demam, sakit
karbamazepin kepala, hepatitis,
 Sefiksim dapat hiperbilirubinemia,
meningkatkan waktu erythema multiforme, facial
pembekuan darah jika edema, demam, jaundice,
diberikan bersama leucopenia, pruritus,
warfarin colitis pseudomembran,
 Dapat diberikan rash, seizure, menyerupai
bersamaan atau tanpa serum sickness, sindrome
makanan, pemberian Stevens-
bersamaan makanan akan Johnson,trombositopenia,urtik
mengurangi rasa tertekan aria, vaginitis,
pada perut. muntah. Dilaporkan reaksi
dengan sefalosporin lain
termasuk agranulositosis,
kolitis, nefritis
intertisial,pendarahan, anemia
aplastik dan hemolitik,
PROBLEM MEDIK

1. Febris Convulsi (Demam Kejang)


2. Bronchitis Kronik
3. Asma

PROBLEM DRP

NO Jenis Problem (DRP) Analiasa / Telaah Literatur Pengamatan / Kondisi Klinik Pasien Tindakan / Rekomendasi
1. Interaksi obat Stezolid dengan Dari literatur disebutkan Pemberian stezolid dan Memantau pemberian keduanya
Dexamhetasone bahwa dexamethasone secara
Dexamethasone akan pada pagi hari 4 Juni. ketat dengan memberi tenggang waktu.
menurunkan
tingkat atau efek diazepam dengan
mempengaruhi / usus metabolisme
enzim CYP3A4 hati. interaksi
2. Penyakit yang Batuk dan Pilek yang
1. signifikan
Virus mungkin.
influenza sangat Melihat catatan perkembangan Disarankan pemberian obat Hufagrip
tidak menular. penyakit BP
diterapi Virus ditularkan melalui pasien ini mengalami batuk pilek (DMP-HBr 7,5 mg, Pseudoefedrin-HCl
orang lain melalui inhalasi pada 15 mg, CTM 0,5 mg/5 ml) Indikasi :
droplet yang berada di udara 1-7 Juni. Meringankan batuk tidak berdahak dan
yang berasal dari batuk atau pilek. Aturan Pakai : 2-6 tahun = 3 x
bersin penderita; atau kontak Sehari
langsung. ½ Cth.
2. Penyakit influenza yang parah
dengan/tanpa komplikasi
ditandai dengan gejala infeksi
bakteri sekunder berdasarkan
gejala klinis (misalnya:
suhu tinggi dan gejala lain
yang menetap lebh dari 3 hari)
(ISO Farmakoterapi 2)
3. Pemilihan obat yang 1. Paracetamol Farmakologi dan Terapi Pada catatan perkembangan penyakit Pemberian Paracetamol dan Luminal
tidak tepat 2. Luminal menjelaskan bahwa suhu badan pasien menurun pada 6 tidak
3. Cefixime syr pengobatan kejang demam secara Juni dan pasien hanya mengalami perlu lagi pada 6 – 7 Juni dan pulang.
rutin tidak kejang
dianjurkan kecuali pada 1 Juni.
disertai gangguan sebagai berikut :
1. Gejala neurologik
yang abnormal misalnya
selebral palsi, mental
retardasi, mikrosefali
2. Bila kejang demam
terakhir
berlangsung lebih dari 15
menit atau disertai gejala
neurologik
3. Bila ada kejang pada orang
tuanya atau keluarga
4. Anak dengan gejala
yang
rekuren
4. Pemberian obat tanpa 1. Dexamethasone 1. Penggunaan Kortikosteroid Pada Pasien ini, Sebaiknya pemberian Dexamethasone
indikasi 2. Ventolin jangka panjang penggunaan dan
sering dexamethasone yang bertujuan Ventolin dihentikan.
menimbulkan berbagai efek untuk
samping seperti gangguan menurunkan demam tidak diperlukan
pertumbuhan anak karena pada 3-7 tidak
(Famakoterapi dan Terapi) mengalaminya. Selain itu, ventolin yang
2. Dalam blog Zullies berindikasikan untuk asma juga tidak
Ikawati diperlukan lagi karena pasien tidak
menjelaskan bahwa apabila mengalami sesak nafas pada 5-7 Juni.
obat beta-agonist digunakan
dalam jangka panjang dan secara
berlebihan dapat menurunkan
efektivitasnya. Hal ini
disebabkan karena
obat, sehingga reseptor
menjadi
kurang peka. Karenanya
perlu dosis yang lebih besar
untuk
5. Sub- dosis - - memperoleh efek yang sama. - -
6. Overdosis - - - -
7. Gagal menerima obat Antibiotik Didalam literatur dijelaskan Pasien tidak mendapatkan Sebaiknya pasien diberikan terapi
bahwa antibiotik antibiotik
gejala demam merupakan pada awal masuk Rumah Sakit di awal masuk Rumah Sakit.
salah satu gejala sistemik
8. Reaksi obat yang tidak - penyakit
- infeksi - -
diinginkan
BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN
Asma bronchial adalah suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten
yang bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan
respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan
penyempitan jalan nafas. Adapun untuk terapi asma bronchial adalah sebagai berikut :
a. Asma ringan : agonis p2 inhalasi bila perlu atau agonis P2 oral sebelum exercise
atau terpapar allergen
b. Asma sedang : antiinflamasi setiap hari dan agonis P2 inhalasi bila perlu
c. Asma berat : steroid inhalasi setiap hari, teofilin slow release atau agonis P2 long
acting, steroid oral selang sehari atau dosis tunggal harian dan agonis p2
inhalasi sesuai kebutuhan.

2. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Arief et al, 2008, Kapita Selekta Kedokteran Fakultas Kedokteran UI Jilid 2 Edisi 3,
Media
Aesculapius : Jakarta.

Elin Y.S et al, 2013, ISO Farmakoterapi Buku I, PT.ISFI Penerbitan : Jakarta

Ikawati Zullies, “Memilih Obat Asma : Oral atau Inhalasi?”, 22 Desember


2013,
https://zulliesikawati.wordpress.com/tag/asma/

Setiabudy Rianto et al, 2009, Farmakologi dan Terapi Edisi 5, Balai Penerbit FKUI : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai