Anda di halaman 1dari 3

Transformasi Pendidikan di Masa Pandemi Covid-19

Oleh Rojaki, M.Pd.


Pengajar Program Studi Pendidikan Matematika
UIN Raden Fatah Palembang

Langit tak secerah seperti biasanya di tahun 2020 ini. Ketidakcerahannya mencipta
buram suasana berkehidupan. Begitulah ungkapan representasi kegundahan setiap insan di
masa pandemi Covid-19. Sebagaimana kita ketahui virus yang merebak dan menguras
perhatian dan pikiran kita sampai saat ini, pertama kali merebak di Wuhan, China, Desember
2019. Kasus tersebut sebagai pangkal sebab destruksi kehidupan sosial setiap negara.
Efeknya laksana semburan gunung api, dahsyat, merambah kemana-mana, bahkan
multidimensi. Dimulai dari sektor ekonomi, politik, sosial, budaya, dan juga dunia
pendidikan.
Tak bisa dipungkiri bahwa pandemi Covid-19 berdampak hampir semua sekolah di
seluruh belahan dunia. Ketidakpastian dari akhir pandemi ini berimplikasi panjang terhadap
sistem pendidikan, termasuk di Indonesia. Nyatanya bahwa proses pembelajaran yang
sebelumnya secara klasikal dilakukan secara tatap muka di sekolah mengalami perubahan
secara dramatis menjadi distinctive rise of e-learning, dimana proses pembelajarannya
dipaksa dengan metode pembelajaran jarak jauh melalui sebuah ruang digital.

PJJ yang Menjadi Primadona


Model Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dengan platform digital ini kemudian
menimbulkan berbagai masalah, dimana wilayah-wilayah yang tidak terjangkau jaringan
internet dan ketidaksiapan tenaga pengajar untuk mengelola PJJ menjadi penghambat dalam
melakukan proses pembelajaran. Hal ini tentunya akan berdampak terhadap keberlanjutan
proses pembelajaran yang memungkinkan bagi tumbuh kembang anak untuk mengikuti
proses pembelajaran dengan baik.
Masa pandemi ini mengharuskan seluruh elemen masyarakat harus berdaptasi dengan
dengan metode pembelajaran baru “hybrid model of education”. Sebuah metode yang
mengintegrasikan pemanfaatan teknologi informasi dalam komponen sekolah atau layanan
pendidikan. Pengakselerasian teknologi informasi dan platform digital dalam metode PJJ
tentunya tetap akan mengalami hambatan terutama pada wilayah-wilayah dengan jaringan
internet yang lemah terlebih pada keluarga yang berpendapatan rendah dan ini tak sedikit
yang terdampak.
Penting kiranya untuk melakukan reorientasi pemikiran dalam menyelenggarakan
pendidikan terutama dalam menghadapi situasi normal baru yang tentunya akan banyak
penyesuaian baru yang mengacu pada standar kesehatan dunia (WHO) setelah pandemi
berlalu. Implikasi pandemi dan Belajar Dari Rumah (BDR) adalah meningkatnya learning
loss yang perlu segera mungkin dipikirkan solusi alternatifnya.
Kurikulum Darurat Covid
Pada kondisi pandemi Covid-19 saat ini, banyak kendala yang dihadapi guru, orang
tua, dan anak selama pembelajaran jarak jauh. Di antaranya adalah guru kesulitan mengelola
PJJ, tidak semua orangtua yang mampu mendampingi anak untuk belajar, serta siswa yang
mengalami kesulitan untuk konsentrasi. Pemerintah dan beberapa lembaga atau organisasi
pun telah berupaya mengeluarkan beberapa inisiatif program seperti program guru berbagi,
seri bimbingan teknis daring, seri webinar dan pemerintah juga berupaya penyediaan kuota
gratis, relaksasi penggunaan dana BOS selama pandemi ini.
Implementasi kurikulum nasional dalam kondisi khusus seperti ini dirasa tidak sesuai
dengan kondisi di lapangan. Kurikulum nasional saat ini dirancang untuk situasi normal. Oleh
karena itu, pemerintah menerbitkan peraturan berupa keputusan menteri untuk penyesuaian
kurikulum dalam kondisi khusus. Terkhusus untuk situasi Covid-19, untuk mengatasi
konsekuensi negatif dan isu dari PJJ.
Pemerintah pun telah mengimplementasikan dua kebijakan baru. Pertama, perluasan
pembelajaran tatap muka untuk zona kuning dimana pembelajaran tatap muka diperbolehkan
untuk semua satuan pendidikan yang berada pada zona hijau dan zona kuning. Kedua,
penerapan kurikulum darurat (dalam kondisi khusus) dimana sekolah diberi fleksibilitas
untuk memilih kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran siswa. Namun,
melihat kondisi di lapangan dengan tren yang terpapar semakin meningkat, hingga pada
akhirnya kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh tetap diterapkan sampai batas waktu yang belum
diketahui.
Modul pembelajaran dan asesmen disesuaikan untuk mendukung pelaksanaan
kurikulum darurat ini. Fleksibilitas implementasi kurikulum pada kondisi khusus ini
dilanjutkan sampai akhir tahun ajaran dan terus beradaptasi dengan perkembangan pandemi
Covid-19 di Indonesia. Perlu ditekankan bahwa yang memiliki kapasitas untuk melaksanakan
kurikulum kondisi khusus ini adalah satuan pendidikan/sekolah dan bukan guru kelas yang
memilih untuk menerapkan.
Di sinilah diperlukannya peran koordinasi antara kepala sekolah dan guru sebagai
garda terdepan dalam membelajarkan siswa. Sinergisitas ini dituntut untuk selaras dalam
mempertimbangkan pemakaian kurikulum yang sesuai dengan situasi satuan pendidikannya.
Sejatinya di Indonesia hanya terdapat satu kurikulum induk yang berlaku yaitu kurikulum
nasional. Namun, dalam kondisi seperti ini kurikulum harusnya mengalami proses
penyerdahanaan sesuai kebutuhan. Satu hal perlu yang menjadi perhatian di tengah kondisi
khusus ini adalah satuan pendidikan dalam kondisi khusus tidak seharusnya diwajibkan
menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas atau kelulusan nantinya.

Strategi Pembelajaran Kelas Online


Dalam menyusun sebuah strategi pembelajaran online, guru dituntut untuk berinovasi
dengan pendekatan baru. Ada tiga pendekatan yang dapat dilakukan oleh guru sebagai
target atau capaian dalam proses pembelajaran di era digital ini. Tahapan pertama adalah
think. Pada tahap ini peserta didik diberikan bahan pelajaran untuk dipelajari secara mandiri
termasuk memberikan penugasan dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menyelesaikan secara mandiri; Tahapan kedua adalah pair. Pada tahap ini, peserta didik
dikelompokkan dalam sebuah portal sistem manajemen belajar atau learning management
system yang disediakan oleh guru untuk saling terkoneksi dan berbagi pengetahuan atau
materi yang dikuasai.
Sekal lagi, melalui portal ini siswa dapat berbagi pengetahuan dan bekerja secara
bersama dalam mendiskusikan bahan pelajaran maupun menyelesaikan tugas yang diberikan
oleh guru. Hal ini tentunya membuka kesempatan anak untuk berinteraksi dengan sesamanya
walaupun secara virtual. Tahapan ketiga adalah share, dalam tahapan ini peserta didik
mengumpulkan tugas-tugas yang diberikan ke dalam sistem yang memungkinkan seluruh
peserta didik dapat mengakses semua dokumen yang telah diberikan penilaian oleh guru.
Merujuk kepada penyederhanaan cara belajar dalam proses pembelajaran, terdapat
beberapa cara yang dapat di implementasikan alih-alih memfokuskan pada prinsip ketuntasan
kurikulum. Guru diharapkan dapat mengaplikasiakan essential standards yaitu hanya
menyampaikan inti/hal pokok dari capaian kurikulum.
Praktinya, selama proses pembelajaran jarak jauh peserta didik pada tahap awal
distimulasi untuk berpikir logis dan terstruktur kemudian dipindahkan menjadi konsep yang
lebih sederhana dengan pertimbangan waktu yang terbatas serta dapat memicu tingkat stress
pada peserta didik.
Terkait konteks penilaian, diperlukan pendekatan baru dalam melakukan penilaian
untuk penyesuaiannya terhadap kurikulum darurat PJJ ini. Beberapa langkah yang dapat
dilakukan oleh guru adalah: 1) Menetapkan tingkat keterampilan dan pengetahuan di setiap
unit pembelajaran, 2) menciptakan kegiatan atau kuis sederhana untuk mengetahui tingkat
penguasaan materi pelajaran setiap peserta didik, dan 3) menyesuaikan dukungan dan respon
terhadap kebutuhan peserta didik dengan cara yang menumbuhkan semangat belajar siswa.

Penerapan kurikulum darurat di masa pandemi diproyeksikan akan dilaksanakan


dalam waktu yang cukup lama mengingat belum adanya kepastian berakhirnya pandemi
Covid-19. Perlu adanya panduan yang diberikan kepada dinas pendidikan, kepala sekolah,
pengawas, guru dan bahkan orang tua untuk mencapai keseragaman pemahaman terkait
pentingnya pelaksanaan kurikulum darurat mulai dari tahap sosialisasi sampai kepada tahap
implementasi. Hal lain adalah terkait penyempurnaan kurikulum yang tidak hanya terfokus
pada situasi khusus, namun lebih memfokuskan kepada kebutuhan perkembangan anak dan
pertimbangan kesehatan mental anak dan orang tua.
Pandemi Covid-19 masih menggeliat. Segala upaya telah dilakukan untuk
menjinakkan virus yang mematikan ini. Sejurus dengannya, bukan berarti dunia pendidikan
juga redup terdampak. Kecerdasan semua elemen pendidikan sangat dibutuhkan dalam
menyusun strategi membelajarkan anak bangsa. Sehebat apa pun kurikulum yang digulirkan,
tentulah berpulang kepada pada semua faktor yang mendukung pembelajaran. Misalnya
kesiapan kebijakan, infrastruktur jaringan internet, aplikasi belajar online, dan yang tidak
kalah penting kesiapan mental guru, siswa dan orang tua menghadapi tren baru PJJ ini.
Namun, tak salah kita terus mengevaluasi, sudah efektifkah PJJ ini untuk membelajarkan
anak bangsa? Jawabannya terus menguak di ruang literasi sosial kita sampai detik ini.

Anda mungkin juga menyukai