Perjuangan
dari para tokoh-tokoh nasional ada satu tujuan yakni mereka ingin melihat Bangsa
Indonesia kemerdekaan, Bersatu Adil dan makmur. Nasionalisme yang mengantarkan
Indonesia pada kemerdekaan tidaklah sama dengan nasionalisme yang muncul di
Eropa. Nasionalisme Indonesia merupakan perwujudan keinginan bangsa Indonesia
untuk menjadi negara yang merdeka, dibungkus perasaan senasib sepenanggungan
sebagai bangsa tertindas. Bung Karno menyebut nasionalisme Indonesia sebagai
nasionalisme Timur yang berbeda dengan nasionalisme Barat.
1. Budi Utomo
Organisasi ini berawal dari gerakan dr. Wahidin Soedirohoesodo yang berkeliling
Jawa untuk melakukan sosialisasi terkait pentingnya pendidikan. Selain melakukan
sosialisasi terkait pendidikan, terdapat pula dana pendidikan untuk mereka yang
kurang mampu. Di mana dana pendidikan tersebut disebut dengan Studie Fond. ada
tahun 1907, terjadi pertemuan antara dr. Wahidin Soedirohoesodo dengan Soetomo,
yaitu seorang mahasiswa STOVIA.
Organisasi Budi Utomo artinya usaha mulia. Pada mulanya Budi Utomo bukanlah
sebuah partai politik. Tujuan utamanya adalah kemajuan bagi Hindia Belanda. Hal ini
terlihat dari tujuan yang hendak dicapai yaitu perbaikan pelajaran di sekolah-sekolah,
mendirikan badan wakaf yang mengumpulkan tunjangan untuk kepentingan belanja
anak-anak bersekolah, membuka sekolah pertanian, memajukan teknik dan industri,
menghidupkan kembali seni dan kebudayaan bumi putera, dan menjunjung tinggi
cita-cita kemanusiaan dalam rangka mencapai kehidupan rakyat yang layak.
2. Pihak kiri, yang jumlahnya lebih kecil terdiri dari kaum muda berkeinginan ke arah
gerakan kebangsaan yang demokratis, lebih memerhatikan nasib rakyat yang
menderita.
Adanya dua aliran dalam tubuh Budi Utomo menyebabkan terjadinya perpecahan. Dr.
Cipto Mangunkusumo yang mewakili kaum muda keluar dari keanggotaan. Akibatnya
gerak Budi Utomo semakin lamban. Berikut ini ada beberapa faktor yang
menyebabkan semakin lambannya Budi Utomo.
Berikut ini ada beberapa faktor yang menyebabkan semakin lambannya Budi
Utomo:
1. Budi Utomo cenderung memajukan pendidikan untuk kalangan priyayi daripada
penduduk umumnya.
2. Lebih mementingkan pemerintah kolonial Belanda dari pada kepentingan rakyat
Indonesia.
3. Menonjolnya kaum priyayi yang lebih mengutamakan jabatan menyebabkan kaum
terpelajar tersisih.
Ketika meletus Perang Dunia I tahun 1914, Budi Utomo mulai terjun dalam bidang
politik. Berikut ini beberapa bentuk peran politik Budi Utomo.
Budi Utomo mampu menerbitkan majalah bulanan Goeroe Desa yang memiliki kiprah
masih terbatas di kalangan penduduk pribumi. Sejalan dengan kemerosotan aktivitas
dan dukungan pribumi pada Budi Utomo, maka pada tahun 1935 Budi Utomo
mengadakan fusi ke dalam Partai Indonesia Raya (Parindra). Sejak itu BU terus
mengalami kemerosotan dan mundur dari arena politik
Organisasi Sarekat Islam
Pada mulanya Sarekat Islam adalah sebuah perkumpulan para pedagang yang
bernama Sarekat Dagang Islam (SDI). Pada tahun 1911, SDI didirikan di kota Solo
oleh H. Samanhudi sebagai suatu koperasi pedagang batik Jawa. Garis yang diambil
oleh SDI adalah kooperasi, dengan tujuan memajukan perdagangan Indonesia di
bawah panji-panji Islam. Keanggotaan SDI masih terbatas pada ruang lingkup
pedagang, maka tidak memiliki anggota yang cukup banyak. Oleh karena itu agar
memiliki anggota yang banyak dan luas ruang lingkupnya, maka pada tanggal 18
September 1912, SDI diubah menjadi SI (Sarekat Islam). Organisasi ini awalnya
dibentuk untuk melindungi para pengusaha lokal agar dapat bersaing dengan
pengusaha non lokal yang memonopoli perdagangan batik.
SDI kemudian diubah nama menjadi Sarekat Islam (SI) pada tahun 1912 yang
diketuai oleh H.O.S. Tjokroaminoto. Setelah menjadi SI, keanggotaan SI menjadi
semakin besar karena semua orang diperbolehkan untuk ikut dalam organisasi ini jika
beragama Islam.
Organisasi Sarekat Islam (SI) didirikan oleh beberapa tokoh SDI seperti H.O.S
Cokroaminoto, Abdul Muis, dan H. Agus Salim. Sarekat Islam berkembang pesat
karena bermotivasi agama Islam. Latar belakang ekonomi berdirinya Sarekat Islam
adalah:
1. SI Putih, yang tetap berlandaskan nasionalisme dan Islam. Dipimpin oleh H.O.S.
Cokroaminoto, H. Agus Salim, dan Suryopranoto yang berpusat di Yogyakarta.
2. SI Merah, yang berhaluan sosialisme kiri (komunis). Dipimpin oleh Semaun, yang
berpusat di Semarang.
Dalam kongresnya di Madiun, SI Putih berganti nama menjadi Partai Sarekat Islam
(PSI). Kemudian pada tahun 1927 berubah lagi menjadi Partai Sarekat Islam
Indonesia (PSII). Sementara itu, SI Sosialis/Komunis berganti nama menjadi Sarekat
Rakyat (SR) yang merupakan pendukung kuat Partai Komunis Indonesia (PKI).
Di samping itu juga disadari betapa pun baiknya usaha yang dibangun oleh orang
Indo, tidak akan mendapat tanggapan rakyat tanpa adanya bantuan orang-orang bumi
putera. Perlu diketahui bahwa E.F.E Douwes Dekker dilahirkan dari keturunan
campuran, ayah Belanda, ibu seorang Indo. Indische Partij merupakan satu-satunya
organisasi pergerakan yang secara terang-terangan bergerak di bidang politik dan
ingin mencapai Indonesia merdeka.
Adalah suatu yang kurang pas di mana suatu negara penjajah melakukan upacara
peringatan pembebasan dari penjajah pada suatu bangsa yang dia sebagai
penjajahnya. Hal yang ironis ini mendatangkan cemoohan termasuk dari para
pemimpin Indische Partij. R.M. Suwardi Suryaningrat menulis artikel bernada
sarkastis yang berjudul ‘Als ik een Nederlander was’, Andaikan aku seorang Belanda.
Akibat dari tulisan itu R.M. Suwardi Suryaningrat ditangkap.
Menyusul sarkasme dari Dr. Cipto Mangunkusumo yang dimuat dalam De Express
tanggal 26 Juli 1913 yang diberi judul Kracht of Vrees?, berisi tentang kekhawatiran,
kekuatan, dan ketakutan. Dr. Tjipto pun ditangkap, yang membuat rekan dalam Tiga
Serangkai, E.F.E. Douwes Dekker turut mengkritik dalam tulisannya di De Express
tanggal 5 Agustus 1913 yang berjudul Onze Helden: Tjipto Mangoenkoesoemo en
Soewardi Soerjaningrat, Pahlawan kita: Tjipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi
Soerjaningrat. Kecaman-kecaman yang menentang pemerintah Belanda menyebabkan
ketiga tokoh dari Indische Partij ditangkap. Pada tahun 1913 mereka diasingkan ke
Belanda.