Anda di halaman 1dari 62

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pengalaman Lapangan Industri (PLI)

Pengalaman Lapangan Industri (PLI) merupakan salah satu syarat yang

harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa program studi D3 dan S1 teknik

pertambangan jurusan teknik pertambangan FT UNP untuk menyelesaikan

program studinya. PLI merupakan mata kuliah wajib pada semester akhir

dengan bobot 4 sks, dimana pelaksanaannya meliputi tiga kegiatan pokok

yaitu, kegiatan pengalaman lapangan dan penyusunan laporan ilmiah serta

ujian atau sidang.

Tujuan umum kegiatan PLI untuk mendapatkan atau menggali

pengetahuan dan pengalaman praktis di lapangan atau industri, memupuk sikap

dan etos kerja sebagai calon tenaga kerja profesional yang siap kerja, serta

mampu membahas suatu topik yang ditemui di lapangan melalui metoda

analisis ilmiah ke dalam bentuk suatu laporan Pengalaman Lapangan Industri

(PLI). Kegiatan PLI dilaksanakan di perusahaan pertambangan, labor-labor

dinas pertambangan dan konsultan yang bergerak dibidang pertambangan.

1. Fungsi Kegiatan PLI

Fungsi dari dilaksanakannya PLI ini, yaitu:

a. Mengetahui kegiatan nyata di lapangan setelah mempelajari materi

perkulihan secara formal.

b. Mengetahui kegiatan-kegiatan yang dilakukan di lapangan (rentetan

kegiatan perusahaan setiap harinya).

1
2

2. Tujuan Kegiatan PLI

a. Tujuan Umum

Untuk mendapatkan atau menggali pengetahuan dan pengalaman

praktis di lapangan atau industri, memupuk sikap dan etos kerja

mahasiswa sebagai calon tenaga kerja professional yang siap kerja, serta

mampu membahas suatu topik yang ditemui di lapangan melalui metode

analisis ilmiah ke dalam bentuk suatu laporan PLI.

b. Tujuan Khusus

1) Mendapat pengetahuan dan pengalaman praktis di lapangan tentang

teknis perencanaan, pelaksanaan, pelaksanaan, dan pengelolaaan

pekerjan teknik pertambangan dalam rangka melengkapi pengetahuan

dan keterampilan yang telah didapatkan dalam perkuliahan.

2) Mampu mengintegrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan dan

keterampilan yang didapatkan dalam perkuliahan dengan pengetahuan

dan keterampilan praktis yang ada di lapangan industri pertambangan.

3) Mampu menulis suatu laporan kegiatan pengalaman lapangan industri

yang berisi pengetahuan dan pengalaman lapangan yang diperolehnya

serta menganalisisnya.

4) Mampu mempresentasikan laporan kegiatan yang telah dibuatnya

didepan dosen dan mahasiswa.

3. Peserta Kegiatan PLI

Berdasarkan surat balasan PT. ANTAM Tbk. UBPN SULTRA

tanggal 04 Juni 2018 dengan nomor surat 2366/UN35.2.1/AK/2018


3

mengenai izin praktek lapangan industri, perusahaan bersedia menerima

kami untuk mengikuti praktek lapangan industri di perusahaan yang

bersangkutan yang beranggotakan 2 orang, yaitu:

a. Alvi Zichri (15137012)

b. Fitratul Rahmi (16137021)

4. Tempat Pelaksanaan PLI

Lokasi tempat pelaksanaan praktek lapangan industri ini yaitu di

tambang utara, tambang selatan dan tambang tengah PT. ANTAM Tbk.

UBPN SULTRA, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara.

5. Langkah-langkah Pelaksanaan PLI

Sebelum melakukan pelaksanaan PLI ada beberapa langkah yang

harus dilakukan, yaitu:

a. Mempersiapkan dan melengkapi surat menyurat yang dirasa perlu.

b. Mengajukan surat permohonan untuk PLI ke Jurusan Teknik

Pertambangan dan Unit Hubungan Industri Fakultas Teknik Universitas

Negeri Padang.

c. Mengirim surat permohonan untuk mengikuti praktek lapangan industri

ke perusahaan yang diinginkan.

d. Menerima surat balasan dari perusahaan, bahwasanya mahasiswa

tersebut bersedia diterima untuk mengikuti Praktek Lapangan Industri.

e. Minggu pertama di perusahaan adalah masa pengurusan administrasi dan

orientasi lapangan dengan melihat-lihat bagaimana kondisi lapangan dan

perkenalan dengan staf.


4

f. Minggu ke-2 sampai ke-4 mengamati lapangan dan mengambil data yang

dirasa perlu.

g. Minggu ke-5 menyusun laporan dan persentasi hasil praktek lapangan

industri di perusahaan.

B. Deskripsi Perusahaan

1. Sejarah Berdirinya Perusahaan

Pada tahun 1909, bijih nikel di Pomalaa, Sulawesi Tenggara yang

merupakan salah satu kekayaan alam Indonesia dieksplorasi dan ditambang

oleh E. C. Abendanon. Kemudian pada tahun 1934, Oast Borneo

Maatsschappij (OBM) melakukan eksplorasi di Pomalaa dan menemukan

endapan-endapan biji nikel berkadar 3,00-3,50 % Ni. Tahun 1939 sampai

dengan 1942 OBM Melakukan proses penambangan biji nikel di Pomalaa

yang hasilnya dikirim ke Jepang.

Pada saat perang dunia ke II yaitu pada tahun 1942 sampai dengan

1945, Indonesia diduduki oleh Jepang, Sumitomo Metal Mining (SSM) lalu

mengusulkan pembuatan tambang nikel Pomalaa yang akhirnya dibangun

sebuah pabrik pengolahan yang menghasilkan nikel matte. Sampai

menyerahnya Jepang ke tangan sekutu, pabrik tersebut telah menghasilkan

351 ton matte. Tetapi, akibat serangan sekutu pabrik pengolahan nikel di

Pomalaa hancur berantakan. Dari nikel matte yang dihasilkan hanya 30 ton

yang berhasil dikapalkan dan sisanya ditinggal di Pomalaa.

Kemudian berdasarkan PP No. 22 Tahun 1968 PT. Pertambangan

Nikel Indonesia bersama BPU pertahun beserta PT/PN dan proyek


5

dijajarannya disatukan menjadi PN Aneka Tambang. Di Pomalaa selaku

unit produksi bernama Unit Pertambangan Nikel Pomalaa. Pada tanggal 30

Desember 1974 status PN berubah menjadi PT. Aneka Tambang (Persero).

Pada akhir tahun 2006, dilakukan perubahan logo perusahaan dan nama PT.

Aneka Tambang disingkat menjadi PT. ANTAM, Tbk.

Mengingat cadangan biji nikel laterit kadar rendah (≤1,82 % Ni)

cukup besar sedangkan biji nikel laterit berkadar tinggi (≥ 2,30 % Ni)

semakin menipis, maka untuk memperpanjang jangka waktu penambangan

nikel di Pomalaa dan agar biji nikel kadar rendah tersebut dapat bernilai

maka didirikan pabrik peleburan biji nikel menjadi produk program FeNi.

Pabrik unit 1 mulai dibangun pada tanggal 12 Desember 1973

dengan pemancangan tiang pertama dan selesai dikerjakan selama 2 tahun.

Tanggal 14 Agustus 1976 dapur listrik unit 1 dengan daya 20 MVA (18

MW) mulai produksi secara komersial. Pada tanggal 23 Oktober 1976

pabrik FeNi diresmikan oleh wakil persiden RI Sri Sultan

Hamengkubuwono IX. Pabrik Unit II mulai dibangun pada tanggal 2

November 1992 dan sekitar bulan Februari 1995 sudah mulai produksi,

pabrik FeNi II diresmikan oleh presiden RI Soeharto pada tanggal 11 Maret

1996. Pabrik FeNi III dibangun pada bulan Desember 2003, dan mulai

produksi secara komersial pada tahun 2007.

Untuk menjalankan pabrik FeroNikel, digunakan mesin diesel

sebagai pembangkit tenaga listrik yang terdiri dari 3 unit yaitu PLTD I,

PLTD II dan PLTD III yang berinterkoneksi paralel sebelum di


6

distribusikan kemasing-masing peralatan. Masing PLTD I dan PLTD II

terdiri dari masing-masing 5 unit mesin diesel dimana tiap unitnya memiliki

kapasitas daya 5,8 MW. Sedangkan PLTD III terdiri dari 6 Unit, dengan

kapasitas daya 17 MW untuk masing-masing unit.

2. Visi dan Misi PT. ANTAM Tbk. UBPN SULTRA

a. Visi

“Menjadi koporasi global terkemuka melalui diversivikasi dan imigrasi

usaha berbasis sumber daya alam”

b. Misi

1) Menghasilkan produk-produk berkualitas dengan memaksimalkan

nilai tambah melalui praktek-praktek industri terbaik dan operasional

yang unggul.

2) Mengoptimalkan sumber daya dengan mengutamakan keberlanjutan,

keselamatan kerja dan kelestarian lingkungan.

3) Memaksimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dan

pemangku kepentingan.

4) Meningkatkan kompetensi dan kesejahteraan karyawan serta

kemandirian masyarakat disekitar wilayah operasi.

3. Struktur Organisasi

Salah satu tujuan perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan

yang optimal dengan menggunakan segala sumberdaya atau resources yang

tersedia dalam perusahaan, salah satu dari sumber daya tersebut

adalah sumberdaya manusia (man power) yang harus bekerja sama


7

dalam satu wadah organisasi dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan

yang telah direncanakan. Maka dalam hal ini perusahaan diperlukan

Struktur Organisasi. Karena perusahaan sebagai suatu jaringan antara

beberapa fungsi, maka untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang baik dari

setiap personil harus terdapat adanya pembagian tugas dan wewenang serta

tanggung jawab yang jelas.

Demikian pula halnya dengan perusahaan industri PT. Aneka

Tambang yang merupakan salah satu unit produksi nikel. Dalam

melaksanakan kegiatannya dipimpin oleh seorang Kuasa Direksi yang

bertanggung jawab langsung pada Dewan Direksi yang berkedudukan di

Jakarta, dan dibantu oleh tiga orang Asisten Kuasa Direksi, yakni

Asisten Kuasa Direksi Bidang Operasi, Asisten Kuasa Direksi Bidang

Keuangan, Asisten Kuasa Direksi Bidang SDM.

Hal ini sesuai dengan Keputusan Direksi PT. Antam Tbk.

Nomor: 153.K/DAT/2007, yang tertanggal 1 Agustus 2007. Sebagaimana

yang diperlihatkan dalam gambar 2.3 pada halaman berikut:


8

Sumber: PT. ANTAM Tbk. UBPN SULTRA


Gambar 1. Struktur Organisasi PT. ANTAM Tbk. Unit Bisnis
Penambangan Nikel Kecamatan Pomalaa, Sulawesi Tenggara

Berdasarkan struktur organisasi dapat dijelaskan uraian tugas

masing-masing di atas:

a. Senior Vice President

1) Mengkoordinasikan, mengendalikan dan mengevaluasi tugas

koorporasi dan unit bisnis, agar seluruh kegiatan berjalan sesuai

dengan visi, misi, sasaran usaha, strategi, kebijakan dan program

kerja yang ditetapkan.

2) Menyelaraskan seluruh inisiatif-inisiatif internal perusahaan, serta

memastikan terjadinya peningkatan kemampuan bersaing perusahaan.


9

3) Mengkoordinasikan, mengendalikan dan mengevaluasi internalisasi

prinsip-prinsip GCG dan standar etika secara konsisten dalam

perusahaan.

4) Memastikan informasi yang terkait dengan korporasi selalu tersedia

bila diperlukan oleh komisaris.

b. Deputi Senior Vice President of Operation

1) Mengkoordinasikan, mengendalikan dan mengevaluasi pelaksanaan

tugas operasional bidang produksi, pemasaran, keselamatan kerja,

lingkungan, pemeliharaan dan rekayasa, penutupan tambang, serta

kantor-kantor perwakilan di luar negeri.

2) Mengembangkan program efisiensi dan manajemen mutu serta

memastikan dilaksanakannya secara konsisten di lingkungan unit-unit

kerja.

c. Memastikan informasi yang terkait dengan unit kerjanya selalu tersedia

Hal ini sesuai dengan Keputusan Direksi PT. Antam Tbk.

Nomor:153.K/DAT/2007, tertanggal 1 Agustus 2007.

d. Deputi Senior Vice President of Financial

1) Mengkoordinasikan, mengendalikan dan mengevaluasi pelaksanaan

tugas operasional bidang kebendaharaan, pendanaan, akuntansi,

anggaran serta teknologi informasi.

2) Merencanakan, mencari dan memastikan penyediaan dana untuk

pengembangan perusahaan sesuai dengan rencana strategis

perusahaan.
10

3) Memastikan informasi yang terkait dengan unit kerjanya selalu

tersedia untuk komisaris.

e. Deputi Senior Vice President of Human Resources and`General Affairs

1) Mengkoordinasikan, mengendalikan dan mengevaluasi pelaksanaan

tugas operasional bidang organisasi, SDM, pendidikan dan

pelatihan, kesehatan, pelayanan umum serta pengembangan

kemasyarakatan.

2) Mengembangkan hubungan baik dengan kalangan pemerintah,

segenap pihak luar dan stakeholders lainnya serta memastikan

terselenggaranya kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan secara

efektif dan tepat guna.

3) Memastikan informasi yang terkait dengan unit kerjanya selalu

tersedia untuk komisaris.

f. Deputi Senior Vice President of Development

1) Mengkoordinasikan, memonitor dan mengevaluasi penyusunan dan

pelaksanaan rencana jangka panjang perusahaan (RJPP).

2) Mengkoordinasikan, mengendalikan dan mengevaluasi pelaksanaan

tugas operasional di bidang pertumbuhan perusahaan.

3) Mengembangkan hubungan baik dengan mitra strategis serta mencari

dan menangkap peluang bisnis baru.

4) Memastikan informasi yang terkait dengan unit kerjanya selalu

tersedia untuk komisaris.


11

4. Kondisi Geologi

Berikut penjelasan peta geologi regional lembar Kolaka, Sulawesi

Tenggara yang meliputi fisiografi, stratigrafi, struktur geologi, dan tektonik

regional.

a. Fisiografi Lembar Kolaka

Van Bemmelen (1945) membagi lengan Tenggara Sulawesi

menjadi tiga bagian, yaitu ujung utara, bagian tengah, dan ujung

selatan. Lembar Kolaka menempati bagian tengah dan ujung Selatan dari

lengan Tenggara Sulawesi.  Ada lima satuan morfologi pada bagian

tengah dan ujung Selatan lengan Tenggara Sulawesi, yaitu morfologi

pegunungan, morfologi perbukitan tinggi, morfologi perbukitan rendah,

morfologi pedataran, dan morfologi karst.

1) Morfologi Pegunungan

Satuan morfologi pegunungan menempati bagian terluas di

kawasan ini, terdiri atas Pegunungan Mekongga, Pegunungan

Tangkelemboke, Pegunungan Mendoke, dan Pegunungan Rumbia

yang terpisah di ujung Selatan lengan Tenggara. Puncak tertinggi pada

rangkaian Pegunungan Mekongga adalah Gunung Mekongga yang

mempunyai ketinggian 2790 mdpl. Pegunungan Tangkelamboke

mempunyai puncak Gunung Tangkelamboke dengan ketinggian 1500

mdpl. Satuan morfologi ini mempunyai topografi yang kasar dengan

kemiringan lereng tinggi. Rangkaian pegunungan dalam satuan ini


12

mempunyai pola yang hampir sejajar berarah Barat laut Tenggara.

Arah ini sejajar dengan pola struktur sesar regional di kawasan ini.

Pola ini mengindikasikan bahwa pembentukan morfologi pegunungan

itu erat hubungannya dengan sesar regional. Satuan pegunungan

terutama dibentuk oleh batuan malihan dan setempat oleh batuan

ofiolit. Ada perbedaan yang khas di antara kedua penyusun batuan itu.

Pegunungan yang disusun oleh batuan ofiolit mempunyai punggung

gunung yang panjang dan lurus dengan lereng relatif lebih rata, serta

kemiringan yang tajam. Sementara itu, pegunungan yang dibentuk

oleh batuan malihan, punggung gunungnya terputus pendek-pendek

dengan lereng yang tidak rata walaupun bersudut tajam.

2) Morfologi Perbukitan Tinggi

Morfologi perbukitan tinggi menempati bagian Selatan lengan

Tenggara, terutama di Selatan Kendari. Satuan ini terdiri atas bukit-

bukit yang mencapai ketinggian 500 mdpl dengan morfologi kasar.

Batuan penyusun morfologi ini berupa batuan sediman klastika

mesozoikum dan tersier.

3) Morfologi Perbukitan Rendah

Melampar luas di Utara Kendari dan ujung Selatan lengan

Tenggara Sulawesi. Satuan ini terdiri atas bukit kecil dan rendah

dengan morfologi yang bergelombang. Batuan penyusun satuan ini

terutama batuan sedimen klastika mesozoikum dan tersier.


13

4) Morfologi Pedataran Rendah

Pada bagian tengah ujung Selatan lengan Tenggara Sulawesi.

Tepi Selatan dataran Wawotobi dan dataran Sampara berbatasan

langsung dengan morfologi pegunungan. Penyebaran morfologi ini

tampak sangat dipengaruhi oleh sesar geser mengiri, yaitu sesar

Kolaka dan sistem sesar Konaweha. Kedua sistem ini diduga masih

aktif yang ditunjukkan oleh adanya torehan pada endapan aluvial

dalam kedua dataran tersebut. Sehingga sangat mungkin kedua

dataran itu terus mengalami penurunan. Akibat dari penurunan ini

tentu berdampak buruk pada dataran tersebut, di antaranya

pemukiman dan pertanian di kedua dataran itu akan mengalami banjir

yang semakin parah setiap tahunnya. Dataran Langkowala yang

melampar luas di ujung Selatan lengan Tenggara, merupakan dataran

rendah. Batuan penyusunnya terdiri atas batupasir kuarsa dan

konglomerat kuarsa formasi Langkowala. Dalam dataran ini mengalir

sungai-sungai yang pada musim hujan berair melimpah sedang pada

musim kemarau kering. Hal ini mungkin disebabkan batupasir dan

konglomerat sebagai dasar sungai masih lepas, sehingga air dengan

mudah merembes masuk ke dalam tanah. Sungai tersebut di antaranya

Sungai Langkowala dan Sungai Tinanggea. Batas Selatan antara

dataran Langkowala dan Pegunungan Rumbia merupakan tebing terjal

yang dibentuk oleh sesar berarah hampir barat timur.


14

5) Morfologi Karst

Melampar di beberapa tempat secara terpisah. Satuan ini

dicirikan perbukitan kecil dengan sungai di bawah permukaan tanah.

Sebagian besar batuan penyusun satuan morfologi ini didominasi oleh

batugamping berumur Paleogen dan selebihnya batugamping

mesozoikum. Batugamping ini merupakan bagian formasi Eemoiko,

formasi Laonti, formasi Buara, dan bagian atas dari formasi Meluhu.

Sebagian dari batugamping penyusun satuan morfologi ini sudah

terubah menjadi marmer. Perubahan ini erat hubungannya dengan

pensesar naikkan ofiolit ke atas kepingan benua.

b. Stratigrafi

Formasi batuan penyusun peta geologi regional lembar

Kolaka diuraikan dari termuda sebagai berikut aluvium (Qa) terdiri atas

lumpur, lempung, pasir kerikil, dan kerakal. Satuan ini merupakan

endapan sungai, rawa, dan endapan pantai. Umur satuan ini adalah

Holosen.

Formasi Alangga (Qpa) terdiri atas konglomerat dan batupasir.

Umur dari formasi ini adalah Plistosen dan lingkungan pengendapannya

pada daerah darat payau. Formasi ini menindih tak selaras formasi yang

lebih tua yang masuk kedalam kelompok Molasa Sulawesi.


15

Formasi Buara (Ql) terdiri atas terumbu koral, konglomerat dan

batupasir. Umur dari formasi ini adalah Plistosen Holosen, dan

terendapkan pada lingkungan laut dangkal.

Formasi Boepinang (Tmpb) terdiri atas lempung pasiran, napal

pasiran dan batupasir. Batuan ini berlapis dengan kemiringan perlapisan

relatif kecil yaitu <15° yang dijumpai membentuk antiklin dengan sumbu

antiklin berarah Barat daya Timur laut. Umur formasi ini diperkirakan

Pliosen dan terendapkan pada lingkungan laut dangkal (neritik).

Formasi Eemoiko (Tmpe) terdiri atas kalkarenit, batugamping

koral, batupasir, dan napal. Formasi ini berumur Pliosen dengan

lingkungan pengendapan laut dangkal, hubungan menjemari dengan

formasi Boepinang.

Formasi Langkowala (Tml) terdiri atas konglomerat, batupasir,

serpih, dan setempat kalkarenit. Konglomerat mempunyai fragmen

beragam yang umumnya berasal dari kuarsa, kuarsit, dan selebihnya

berupa batu pasir malih, sekis, dan ultrabasa. Ukuran fragmen berkisar 2

cm hingga 15 cm, setempat terutama dibagian bawah sampai 25 cm.

Bentuk fragmen membulat baik dengan sortasi menengah. Formasi ini

banyak dibatasi oleh kontak struktur dengan batuan lainnya dan bagian

atas menjemari dengan bagian bawah batuan sedimen formasi Boepinang

(Tmpb). Hasil penanggalan umur menunjukkan bahwa batuan ini

terbentuk pada Miosen Tengah.


16

Kompleks Pompangeo (MTpm) terdiri atas sekis mika, sekis

glaukofan, sekis amphibolit, sekis klorit, rijang, pualam dan batugamping

meta. Sekis berwarna putih, kuning kecoklatan, kehijauan kelabu, kurang

padat sampai sangat padat serta memperlihatkan perdaunan. Setempat

menunjukkan struktur Chevron, lajur tekuk (kink banding), dan augen

serta di beberapa tempat perdaunan terlipat. Rijang berwarna kelabu

sampai coklat, agak padat sampai padat, setempat tampak struktur

perlapisan halus (perarian). Pualam berwarna kehijauan, kelabu sampai

kelabu gelap, coklat sampai merah coklat, dan hitam bergaris putih,

sangat padat dengan persekisan, tekstur umumnya nematoblas yang

memperlihatkan pengarahan. Persekisan dalam batuan ini didukung oleh

adanya pengarahan kalsit hablur yaag tergabung dengan mineral lempung

dan mineral kedap (opak). Batuan terutama tersusun oleh kalsit, dolomit

dan piroksen, mineral lempung dan mineral bijih dalam bentuk garis.

Wolastonit dan apatit terdapat dalam jumlah sangat kecil. Plagioklas

jenis albit mengalami penghabluran ulang dengan piroksen. Satuan ini

mempunyai kontak struktur geser dengan satuan yang lebih tua di bagian

Utara yaitu kompleks Mekongga (Pzm). Berdasarkan penarikan umur

oleh kompleks Pompangeo mempunyai umur kapur akhir Paleosen

bagian bawah.

Formasi Matano (Km) terdiri atas batugamping hablur, rijang dan

batusabak. Batugamping berwarna putih kotor sampai kelabu, berupa

endapan kalsilutit yang telah menghablur ulang dan berbutir halus (lutit),
17

perlapisán sangat baik dengan ketebalan lapisan antara 10-15 cm, di

beberapa tempat dolomitan, di tempat lain mengandung lensa rijang

setempat perdaunan. Rijang berwarna kelabu sampai kebiruan dan coklat

kemerahan, pejal, dan padat. Berupa lensa atau sisipan dalam

batugamping dan napal, ketebalan sampai 10 cm. Batusabak barwarna

coklat kemerahan, padat, dan setempat gampingan. Berupa sisipan dalam

serpih, dan napal, ketebalan sampai 10 cm. Berdasarkan kandungan fosil

batugamping, yaitu Globotruncana sp dan Heterohelix sp,

serta Radiolaria dalam rijang (Budiman, 1980). Formasi Matano diduga

berumur kapur atas dengan lingkungan pengendapan pada laut dalam.

Kompleks Ultramafik (Ku) terdiri atas harzburgit, dunit, wherlit,

serpentinit, gabbro, basal, dolerit, diorit, mafik meta, amphibolit,

magnesit, dan setempat rodingit. Satuan ini diperkirakan berumur kapur.

Formasi Meluhu (TRJm) terdiri atas batupasir kuarsa, serpih

merah, batulanau, batulumpur di bagian bawah, perselingan serpih hitam,

batupasir, dan batugamping di bagian atas. Formasi ini mengalami

tektonik kuat yang ditandai oleh kemiringan perlapisan batuan hingga 80

° dan adanya puncak antiklin yang memanjang Utara Barat daya

Tenggara. Umur dari formasi ini diperkirakan Trias.

Formasi Laonti (TRJt) terdiri atas batugamping malih, pualam

dan kuarsit. Kuarsit putih sampai coklat muda, pejal dan keras, berbutir

(granular), terdiri atas mineral granoblas, senoblas. Dengan butiran dan

halus sampai sedang. Batuan sebagian besar terdini dari kuarsa,


18

jumlahnya sekitar 97%. Oksida besi bercelah diantara kuarsa, jumlahnya

sekitar 3%. Umur dari formasi ini adalah Trias.

Kompleks Mekongga (Pzm) terdiri atas sekis, gneiss dan kuarsit.

Gneiss berwarna kelabu sampai kelabu kehijauan, bertekstur heteroblas,

xenomorf sama butiran, dan terdiri dari mineral granoblas berbutir halus

sampai sedang. Jenis batuan ini terdiri atas gneiss kuarsa biotit dan gneiss

muskovit. Bersifat kurang padat sampai padat.

Sumber: PT. ANTAM Tbk. UBPN SULTRA


Gambar 2. Korelasi Satuan Peta Geologi
Regional Lembar Kolaka, Sulawesi Tenggara

c. Struktur Geologi Regional dan Tektonik Lembar Kolaka

Pada lengan Tenggara Sulawesi, struktur utama yang terbentuk

setelah tumbukan adalah sesar geser mengiri, termasuk sesar

matarombeo, sistem sesar Lawanopo, sistem sesar Konaweha, sesar

Kolaka, dan banyak sesar lainnya serta liniasi. Sesar dan liniasi

menunjukkan sepasang arah utama Tenggara Barat laut, dan Timur laut
19

Barat daya. Arah tenggara barat laut merupakan arah umum dari sesar

geser mengiri dilengan Tenggara Sulawesi. 

Sistem sesar Lawanopo termasuk sesar-sesar berarah utama Barat

laut Tenggara yang memanjang sekitar 260 Km dari Utara Malili sampai

tanjung Toronipa. Ujung barat laut sesar ini menyambung dengan sesar

Matano, sementara ujung Tenggara bersambung dengan sesar Hamilton

yang memotong sesar naik Tolo. Sistem sesar ini diberi nama sesar

Lawanopo oleh Hamilton (1979) bedasarkan dataran Lawanopo yang

ditorehnya. Analisis stereografi orientasi bodin, yang diukur pada tiga

lokasi, menunjukan keberagaman azimuth rata-rata/plunge: 30o/44o,

356.3o/49o, dan 208.7o/21o. 

Adanya mata air panas di desa Toreo, sebelah Tenggara Tinobu

serta pergeseran pada bangunan dinding rumah dan jalan sepanjang sesar

ini menunjukan bahwa sistem sesar Lawanopo masih aktif sampai

sekarang. Lengan Sulawesi Tenggara juga merupakan kawasan

pertemuan lempeng, yaitu lempeng benua yang berasal dari Australia dan

lempeng samudra dari Pasifik. Kepingan benua di lengan Tenggara

Sulawesi dinamai Mintakat Benua Sulawesi Tenggara (South East

Sulawesi Continental Terrane) dan Mintakat Matarambeo. Kedua

lempeng dari jenis yang berbeda ini bertabrakan dan kemudian ditindih

oleh endapan Molasa Sulawesi.


20

Sumber: PT. ANTAM Tbk. UBPN SULTRA


Gambar 3. Peta Struktur Regional
Pulau Sulawesi
Sebagai akibat subduksi dan tumbukan lempeng pada Oligosen

akhir hingga Miosen awal, kompleks ofiolit tersesar naikkan ke atas

mintakat benua. Molasa Sulawesi yang terdiri atas batuan sedimen

klastik dan karbonat terendapkan selama akhir dan sesudah tumbukan,

sehingga molasa ini menindih tak selaras dengan Sulawesi Tenggara dan

kompleks ofiolit tersebut. Pada akhir kenozoikum lengan ini di pisahkan

oleh sesar Lawanopo dan beberapa pasangannya termasuk sesar Kolaka.

5. Cadangan

Untuk mengetahui hasil estimasi dalam bentuk berat (tonnase)

dibutuhkan volume yang di dapat dari nilai massa jenis dalam keadaan

basah (wet bulk density). PT. ANTAM Tbk. UBPN SULTRA memiliki

klasifikasi terhadap grade kadar dari ore yang ditambang. Dimana untuk
21

kadar Ni 0 – 1,3% merupakan grade bijih dengan type waste, kadar Ni 1,3 –

1,5% merupakan grade bijih dengan type limonit, kadar Ni 1,5 – 1,8%

merupakan grade dengan type LGSO (low grade saprolite ore), Kadar Ni

1,8 – 2,0% merupakan grade bijih dengan type HGSO (hight grade

saprolite ore). Sedangkan untuk bijih dengan kadar > 2,0% memiliki

ketentuan apabila kadar Fe > 14 maka bijih tergolong kedalam jenis LGSO

(low grade saprolite ore) dan apabila Fe < 14 maka bijih tergolong kedalam

jenis HGSO (hight grade saprolite ore).

Estimasi jumlah cadangan eksplorasi menggunakan data blok model

dari unit geomin PT. ANTAM Tbk. UBPN SULTRA dimana untuk dimensi

blok yang digunakan yaitu 12,5 m x 12,5 m x 1 m. Untuk batasan

perhitungan estimasi cadangan, maka cadangan yang dihitung hanya di

daerah yang melakukan kegiatan pemboran inpit.

Tabel 1. Hasil Estimasi Cadangan Eksplorasi Bukit Cherokee


Ni (%) Fe (%) Volume Tonase
0,0 -> 1,3 30,236 8.585 15.196
1,3 -> 1,5 29,14 13.219 23.135
1,5 -> 1,8 15,572 31.677 53.883
1,8 -> 2,0 14,921 28.743 48.863
2,0 -> 9,0 15,013 10.646 18.098
Total 92.870 159.174
Sumber: PT. ANTAM Tbk. UBPN SULTRA
Jumlah cadangan LGSO pada Bukit Cherokee 120.844 ton, karena

tingginya kadar Fe yang terdapat di Bukit Cherokee maka cadangan yang

ada di Bukit Cherokee termasuk ke dalam grade LGSO.

Tabel 2. Hasil Estimasi Cadangan Eksplorasi Bukit Everest


Ni (%) Fe (%) Volume Tonnes
22

0,0 -> 1,3 21,9 6.830 12.085


1,3 -> 1,5 17,057 2.151 3.704
1,5 -> 1,8 9,673 4.436 7.542
1,8 -> 2,0 11,174 4.186 7.116
2,0 -> 9,0 12,21 9.749 16.574
Total 27.352 47.020
Sumber: PT. ANTAM Tbk. UBPN SULTRA

Jumlah cadangan LGSO pada Bukit Everest 7.542 ton, dan jumlah

cadangan HGSO pada Bukit Everest 23.690 ton.

Tabel 3. Hasil Estimasi Cadangan Eksplorasi Bukit Strada


Ni (%) Fe (%) Volume Tonase
0,0 -> 1,3 33,55 21.248 38.122
1,3 -> 1,5 21,28 3.462 5.996
1,5 -> 1,8 13,51 12.416 21.107
1,8 -> 2,0 15,24 12.663 21.526
2,0 -> 9,0 15,03 4.540 7.719
Total 54.329 94.469
Sumber: PT. ANTAM Tbk. UBPN SULTRA

Jumlah cadangan LGSO pada Bukit Strada 50.352 ton, karena

tingginya kadar Fe yang terdapat di Bukit Strada maka cadangan yang ada

di Bukit Strada termasuk ke dalam grade LGSO.

Estimasi jumlah cadangan pemboran inpit menggunakan data base

yang di dapatkan dari satuan kerja eksploration, mine plane, and survey PT.

ANTAM Tbk. UBPN SULTRA dimana untuk dimensi blok yang digunakan

yaitu 12,5 m x 12,5 m x 1 m.

Tabel 4. Hasil Estimasi Cadangan Inpit Bukit Cherokee


Ni (%) Fe (%) Tonase Inpit
23

0,0 -> 1,3 0,74 48.952,89


1,3 -> 1,5 48,24 42.113,44
1,5 -> 1,8 34,66 12.226,88
1,8 -> 2,0 26,77 29.484,74
2,0 -> 9,0 25,08 59.234,15
Sumber: PT. ANTAM Tbk. UBPN SULTRA

Jumlah cadangan LGSO pada Bukit Cherokee dengan ukuran blok

12,5 x 12,5 x 1 adalah 100.945,77 ton. Karena tingginya kadar Fe yang

terdapat di Bukit Cherokee maka cadangan yang ada di Bukit Cherokee

termasuk ke dalam grade LGSO.

Tabel 5. Hasil Estimasi Cadangan Inpit Bukit Everest


Ni (%) Fe (%) Tonase Inpit
0,0 -> 1,3 8,17 153.164,5
1,3 -> 1,5 35,34 1.076,24
1,5 -> 1,8 15,82 5.047,83
1,8 -> 2,0 18,68 15.937,05
2,0 -> 9,0 17,42 123.255,20
Sumber: PT. ANTAM Tbk. UBPN SULTRA

Jumlah cadangan LGSO pada Bukit Everest dengan ukuran blok

12,5 x 12,5 x 1 adalah 5.047,83 ton, dan untuk cadangan HGSO 139.192,25

ton.

Tabel 6. Hasil Estimasi Cadangan Inpit Bukit Strada


Ni (%) Fe (%) Tonase
0,0 -> 1,3 10,76 147.176
1,3 -> 1,5 36,17 270
1,5 -> 1,8 28,10 532
1,8 -> 2,0 22,59 3.187
2,0 -> 9,0 23,62 13.814
Sumber: PT. ANTAM Tbk. UBPN SULTRA

Jumlah cadangan LGSO pada Bukit Strada dengan ukuran blok 12,5

x 12,5 x 1 adalah 17.534 ton. Karena tingginya kadar Fe yang terdapat di

Bukit Strada maka cadangan yang ada di Bukit Strada termasuk ke dalam
24

grade LGSO.

Tabel 7. Perbandingan Hasil Estimasi Cadangan


Nama Tonase
Kegiatan
Bukit 1,5 – 1,8 1,8 – 2,0 2,0 – 9,0
Eksplorasi 53.883 48.863 18.098
Cherokee
Inpit Drill 58.226,88 52.848,74 59.234,15
Eksplorasi 7.542 7.116 16.574
Everest
Inpit Drill 9.047,84 15.937,05 123.255,21
Eksplorasi 21.107 21.526 7.719
Strada
Inpit Drill
25.532,09 28.187,3 13.814,29
4
Sumber: PT. ANTAM Tbk. UBPN SULTRA

Hasil estimasi cadangan pemboran eksplorasi dengan pemboran

inpit memiliki perbedaan yang cukup signifikan, ini dikarenakan ada

beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan hasil estimasi yaitu jarak

lubang bor serta kedalaman dari pemboran itu sendiri.

6. Profil Endapan Nikel Laterit

Profil endapan nikel laterit yang terbentuk dari hasil pelapukan batuan

ultrabasa. Profil nikel laterit tersebut dideskripsikan dan diterangkan oleh

daya larut mineral dan kondisi aliran air tanah. Secara umum terdiri

dari 4 (empat) lapisan, yaitu lapisan tanah penutup atau top soil, lapisan

limonit, transisi, lapisan saprolit, dan bedrock (batuan dasar).


25

Sumber: PT. ANTAM Tbk. UBPN SULTRA


Gambar 4. Profil Endapan Nikel Laterit
a. Lapisan Tanah Penutup

Lapisan tanah penutup biasa disebut iron capping. Material lapisan

berukuran lempung, berwarna coklat kemerahan dan biasanya terdapat

juga sisa-sisa tumbuhan. Pengkayaan Fe terjadi pada zona ini karena

terdiri dari konkresi Fe-Oksida yaitu mineral hematite dan goethite dengan

kandungan nikel relatif rendah. Tebal lapisan bervariasi antara 0 – 2 m.

Tekstur batuan asal sudah tidak dapat dikenali lagi. Iron capping

merupakan bagian yang paling atas dari suatu penampang laterit.

Komposisinya adalah akar tumbuhan, humus, oksida besi dan sisa-sisa

organik lainnya. Warna khas adalah coklat tua kehitaman dan bersifat

gembur. Kadar nikelnya sangat rendah sehingga tidak diambil dalam


26

penambangan. Ketebalan lapisan tanah penutup rata- rata 0,3 s/d 6 m

berwarna merah tua, merupakan kumpulan massa goethit dan limonit. Iron

capping mempunyai kadar besi yang tinggi tapi kadar nikel yang rendah.

Terkadang terdapat mineral-mineral hematit, chromiferous.

b. Lapisan Limonit

Merupakan lapisan berwarna coklat muda, ukuran butir lempung

sampai pasir, tekstur batuan asal mulai dapat diamati walaupun masih

sangat sulit, dengan tebal lapisan berkisar antara 1–10 m. Lapisan ini tipis

pada daerah yang terjal dan sempat hilang karena erosi. Pada zona limonit

hamper seluruh unsur yang mudah larut hilang terlindi, kadar MgO hanya

tinggal kurang dari 2% berat dan kadar SiO2 berkisar 2 – 5% berat.

Sebaliknya kadar Fe2O3 menjadi sekitar 60 – 80% berat dan kadar Al2O3

maksimum 7% berat. Zona ini didominasi oleh mineral goethit, disamping itu

juga terdapat magnetit, hematit, kromit, serta kuarsa sekunder. Pada goethit

terikat nikel, chrom, cobalt, vanadium, dan aluminium. Merupakan hasil

pelapukan lanjut dari batuan beku ultrabasa. Komposisinya meliputi oksida

besi yang dominan, goethit dan magnetit. Ketebalan lapisan ini rata-rata 8-15

m. Dalam limonit dapat dijumpai adanya akar tumbuhan, meskipun dalam

persentase yang sangat kecil. Kemunculan bongkah-bongkah batuan beku

ultrabasa pada zona ini tidak dominan atau hampir tidak ada, umumnya

mineral-mineral di batuan beku basa-ultrabasa telah terubah menjadi

serpentin akibat hasil dari pelapukan yang belum tuntas. Limonit dibedakan

menjadi 2, yaitu red limonite yang biasa disebut hematit dan yellow limonite
27

yang disebut goethit. Biasanya pada goethit nikel berasosiasi dengan Fe dan

menggantikan Fe sehinggga zona limonit terjadi pengayaan unsur Ni.

c. Transisi ( Transition Zone/Nontronite/Smectite)

Lapisan ini merupakan zona peralihan antara limonit bagian bawah

dan saprolit bagian atas. Mengandung mineral smectit (nontronite). Tekstur

batuan induk (protolith) masih terlihat. Ukuran butir cenderung lempung

dan impermeable.

d. Lapisan Saprolit

Merupakan lapisan dari batuan dasar yang sudah lapuk, berupa

bongkah-bongkah lunak berwarna coklat kekuningan sampai kehijauan.

Struktur dan tekstur batuan asal masih terlihat. Perubahan geokimia zona

saprolit yang terletak di atas batuan asal ini tidak banyak, H2O dan nikel

bertambah, dengan kadar Ni keseluruhan lapisan antara 2%–4%, sedangkan

magnesium dan silikon hanya sedikit yang hilang terlindi. Zona ini terdiri dari

vein-vein garnierite, mangan, serpentin, kuarsa sekunder bertekstur boxwork,

Ni-Kalsedon dan di beberapa tempat sudah terbentuk limonit yang

mengandung Fe-hidroksida. Zona ini merupakan zona pengayaan unsur Ni.

Komposisinya berupa oksida besi, serpentin sekitar <0,4% kuarsa magnetit

dan tekstur batuan asal yang masih terlihat. Ketebalan lapisan ini berkisar

5-18 m. Kemunculan bongkah-bongkah sangat sering dan pada rekahan-

rekahan batuan asal dijumpai magnesit, serpentin, krisopras dan garnierit.

Bongkah batuan asal yang muncul pada umumnya memiliki kadar SiO2 dan

MgO yang tinggi serta Ni dan Fe yang rendah. Campuran dari sisa-sisa
28

batuan, butiran halus limonite, saprolitic rims, vein dari endapan garnierite,

nickeliferous quartz, mangan dan pada beberapa kasus terdapat silika

boxwork, bentukan dari suatu zona transisi dari limonit ke bedrock.

Terkadang terdapat mineral quartz yang mengisi rekahan, mineral-mineral

primer yang terlapukkan, chlorite. garnierit di lapangan biasanya

diidentifikasi sebagai kolloidal talc dengan lebih atau kurang nickeliferous

serpentin. Struktur dan tekstur batuan asal masih terlihat. Kadar Ni

0,975%, Fe 16%, MgO 25%, SiO2 35%. Lapisan ini merupakan lapisan

yang bernilai ekonomis untuk ditambang sebagai bijih.

e. Lapisan Batuan Dasar (Bedrock)

Merupakan bagian terbawah dari profil nikel laterit, berwarna

hitam kehijauan, terdiri dari bongkah – bongkah batuan dasar dengan

ukuran > 75 cm, dan secara umum sudah tidak mengandung mineral

ekonomis. Kadar mineral mendekati atau sama dengan batuan asal, yaitu

dengan kadar Fe ± 5% serta Ni dan Co antara 0.01 – 0.30%.

Bagian terbawah dari profil laterit. Tersusun atas bongkah yang

lebih besar dari 75 cm dan blok peridotit (batuan dasar) dan secara umum

sudah tidak mengandung mineral ekonomis (kadar logam sudah mendekati

atau sama dengan batuan dasar). Batuan dasar merupakan batuan asal dari

nikel laterit yang umumnya merupakan batuan beku ultrabasa yaitu harzburgit

dan dunit yang pada rekahannya telah terisi oleh oksida besi 5- 10%,

garnierit minor dan silika > 35%. Permeabilitas batuan dasar meningkat

sebanding dengan intensitas serpentinisasi. Zona ini terfrakturisasi kuat,


29

kadang membuka, terisi oleh mineral garnierit dan silika. Frakturisasi ini

diperkirakan menjadi penyebab adanya root zone yaitu zona high grade Ni,

akan tetapi posisinya tersembunyi.

Ketebalan dari masing-masing lapisan tidak merata, tergantung dari

morfologi dan relif, umumnya endapan laterit terakumulasi banyak pada

bagian bawah bukit dan relif yang landai. Sedang relif yang terjal endapan

semakin menipis.

Sumber :Prodjosumarto. P, 2000


Gambar 5. Litologi Lapisan Zona Nikel

7. Ganesa Endapan Nikel Laterit


Proses terbentuknya endapan nikel sekunder (laterit) dimulai dengan

proses pelapukan pada batuan peridotit. Batuan tersebut banyak

mengandung olivin, magnesium silikat, dan besi silikat yang pada

umumnya mengandung 0.3% nikel. Batuan peridotit sangat mudah

terpengaruh oleh proses pelapukan dimana airtanah yang kaya CO2 yang

berasal dari udara luar dan tumbuh-tumbuhan akan menghancurkan

olivin. Penguraian olivine, magnesium, besi, nikel, dan silikat ke dalam


30

larutan, cenderung membentuk suspensi koloid dari partikel-

partikelsilika.

Pada batuan ultrabasa misalnya peridotit sebagian besar terdiri dari

mineral olivin dan piroksen, yang mengandung kurang dari 45 % berat

silika dan mengandung magnesium yang tinggi dengan kadar besi yang

cukup besar. Adapun pada batuan beku peridotit merupakan kelompok

batuan yang paling banyak mengandung nikel jika dibandingkan dengan

gabro, diorit, dan granit.

Tabel 8. Unsur yang Terkandung Dalam Batuan Beku


Persentase Kadar
Batuan
Ni (%) Fe-O + Mg (%) Al + Si (%)
Peridotit 0.200 43.5 45.9
Gabro 0.016 16.6 66.1
Diorit 0.004 11.7 33.4
Granit 0.002 4.4 78.7
Sumber: Prodjosumarto. P, 2000

Larutan besi akan bersenyawa dengan oksida dan mengendap

sebagai ferri hidroksida. Endapan tersebut akan menghilangkan air

dengan membentuk mineral-mineral seperti goethite (FeO(OH)),

hematite (Fe2O3), dan kobalt, sehingga besi oksida mengendap dekat

dengan permukaan air tanah. Magnesium dan nikel silikat tertinggal di

dalam larutan selama air tanah bersifat asam, tetapi jika bereaksi dengan

batuan dan tanah maka zat-zat tersebut cenderung mengendap sebagai

hidrosilikat.

Adanya erosi air tanah asam dan erosi di permukaan akan

melarutkan mineral-mineral yang telah terendapkan. Zat - zat tersebut


31

terbawa ketempat yang lebih dalam, sehingga terjadi pengayaan pada

bijih nikel. Kandungan nikel pada saat terendapkan akan semakin

bertambah banyak, dan selama itu magnesium tersebar pada aliran air

tanah. Proses pengayaan bersifat kumulatif, dimana proses dimulai dari

batuan yang mengandung 0.25% nikel, sehingga akan menghasilkan 1.5

% bijih nikel.

Keadaan tersebut di atas merupakan kadar nikel yang sudah dapat

ditambang, di mana waktu yang diperlukan untuk proses pengayaan

tersebut mungkin dalam beberapa ribu tahun atau bahkan berjuta-juta

tahun. Nikel laterit yang mempunyai kadar paling tinggi terdapat pada

dasar zone pelapukan dan diendapkan pada rekahan di bagian atas dari

lapisan dasar batuan (bedrock). Nikel laterit terjadi akibat dari proses

pelapukan kimia pada kondisi iklim lembab dengan periode waktu yang

lama dimana kondisi tektoniknya stabil (Prodjosumarto. P, 2000)

Endapan nikel laterit terdapat pada lapisan bumi yang kaya akan

besi.Pembagian yang sempurna dari besi dan nikel ke dalam zone-zone

yang berbeda belum diketahui. Pengayaan besi dan nikel terjadi melalui

pemindahan magnesium dan silika. Besi di dalam banyak berbentuk

mineral ferri oksida yang pada umumnya membentuk gumpalan (disebut

limonit). Endapan nikel dapat ditunjukkan dengan adanya jenis limonit

tersebut atau sebagai nickel ferrous iron ore. Hal tersebut berlawanan

dengan nikel bertipe silikat (yang kadang-kadang disebut sebagai bijih

serpentin) dimana pemisahan nikel dan besi lebih baik.


32

Pelapukan akan melarutkan silikat dan unsur-unsur logam dari

batuan induk akan menghasilkan bijih nikel limonit. Nikel silikat banyak

terbentuk di daerah beriklim tropis seperti Indonesia dan New

Caledonia. Daerah tersebut dengan curah hujan cukup tinggi dan banyak

tumbuh-tumbuhan yang teruraikan sehingga menimbulkan asam organic

dan CO2 pada air tanah.

C. Deskripsi Kegiatan Industri

1. Keadaan Umum Daerah Pertambangan

a. Lokasi dan Kesampaian Daerah

Tempat pelaksanaa PLI ini dilaksanakan di PT. ANTAM Tbk.

UBPN SULTRA terletak di Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka,

Provinsi Sulawesi Tenggara. Secara Geografis terletak pada garis

04°00’00” Lintang Selatan - 04°30’00” Lintang Selatan dan 121°15’00”

Bujur Timur - 121°45’03” Bujur Timur. PT. ANTAM Tbk. UBPN

SULTRA berbatasan dengan:

1) Disebelah Utara berbatasan dengan sungai Huko-huko

2) Disebelah Timur berbatasan dengan Bukit Maniang

3) Disebelah Barat berbatasan dengan Teluk Mekongga

4) Disebelah Selatan berbatasan dengan sungai Oko-oko


33

Sumber: PT. ANTAM Tbk. UBPN SULTRA


Gambar 6. Peta Kuasa Pertambangan UBPN Operasi Pomalaa

Lokasi kerja praktek dapat dicapai dengan menggunakan jalur

darat dan jalur udara. Dimana penulis sendiri dari Padang menggunakan

jalur darat ke Pekanbaru menggunakan kendaraan roda empat selama 8

jam. Lalu dari Pekanbaru menggunakan transportasi udara ke Jakarta

selama 1 jam 30 menit. Dari Jakarta menggunakan transportasi udara lagi

dengan tujuan ke Makassar selama 2 jam. Dari Makassar menggunakan

transportasi udara lagi ke bandara Pomalaa selama 1 jam 30 menit. Dari

Pomalaa menggunakan kendaraan roda empat menuju komplek PT.

ANTAM Tbk. Unit Bisnis Penambangan Nikel Kecamatan Pomalaa,

Sulawesi Tenggara selama 30 menit.


34

Sumber: Google Earth


Gambar 7. Peta Kesampaian Daerah Pomalaa

b. Keadaan Lingkungan Daerah

Keadaan sekitar PT. ANTAM Tbk. UBPN SULTRA umumnya

adalah gunung perbukitan dan beberapa sungai untuk menunjang

kebutuhan warga seperti persawahan dan lainnya.

c. Penduduk

Penduduk sekitar PT. ANTAM Tbk. UBPN SULTRA adalah

masyarakat asli dan pendatang. Masyarakat asli yaitu masyarakat suku

Tolaki, Bugis, dan Toraja. Sedangkan pendatang umumnya berasal dari

Pulau Jawa, Sumatera dan lainnya. Penduduk sekitar sebagian besar

adalah karyawan PT. ANTAM Tbk. UBPN SULTRA serta mitra yang

menjalin kerjasama dengan PT. ANTAM Tbk. UBPN SULTRA.

d. Iklim

Wilayah PT. ANTAM Tbk. UBPN SULTRA yang terletak di

kabupaten Kolaka berada di sekitar garis katulistiwa dan dekat dengan

34
35

laut memiliki suhu maksimum 32°C dan suhu minimum 12°C dengan

suhu rata-rata 25-30°C.

Dengan iklim Tropis, Indonesia khususnya Sulawesi Tenggara

memiliki dua musim yaitu, musim panas dan musim hujan. Kedua iklim

tersebut sangat menguntungkan dalam pembentukan unsur nikel, karena

pembentukannya membutuhkan pelapukan yang baik.

2. Peralatan Penambangan

Adapun peralatan yang digunakan dalam kegiatan penambangan di

PT. ANTAM Tbk. UBPN SULTRA yaitu:

a. Bulldozer Komatsu D85ESS

Bulldozer adalah salah satu alat berat yang mempunyai roda rantai

(track shoe) untuk pekerjaan serbaguna yang memiliki kemampuan traksi

yang tinggi. Bisa digunakan untuk menggali, mendorong, menggusur,

meratakan, menarik beban, menimbun dan lain-lain. Mampu beroperasi

di daerah yang lunak hingga keras. Pada dasarnya bulldozer adalah alat

yang menggunakan traktor sebagai penggerak utamanya, artinya traktor

yang dilengkapi dengan perlengkapan berupa pisau atau yang lebih

sering disebut blade.

Gambar 8. Bulldozer Komatsu D85ESS


36

b. Excavator Komatsu PC-200

Backhoe adalah alat dari golongan shovel yang khusus dibuat

untuk menggali material di bawah permukaan tanah atau di bawah

tempat kedudukan alatnya. Galian di bawah permukaan ini misalnya

parit, lubang untuk pondasi bangunan, lubang galian pipa dan

sebagainya. Ciri khas dari backhoe yang membedakannya dengan power

shovel adalah arah bucket yang mengarah masuk ke arah mesin

penggerak yang disebut hydraulic excavator. Karakteristik penting dari

alat ini adalah pada umumnya menggunakan tenaga mesin diesel dan

sistem hidrolik penuh. Operasional penggalian yang paling efisien adalah

dengan menggunakan metode ujung dan pangkal, mulai dari atas

permukaan sampai ke bagian bawah.

Dalam konfigurasi backhoe, ukuran lengan lebih panjang

sehingga jangkauan lebih jauh, tetapi ukuran bucket lebih kecil. Ukuran

ini bukan berarti produksi lebih rendah, karena putarannya bisa lebih

kecil yang berarti cycle time alat akan lebih cepat. Backhoe dapat

menggali sambil mengatur kedalaman galian yang lebih baik. Karena

jangkauan konstruksinya, backhoe ini lebih menguntungkan untuk

penggalian dengan jarak dekat dan memuat hasil galian ke truk. Faktor-

faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan excavator adalah

dalam hal kapasitas bucket dan kondisi kerja.


37

Gambar 9. Excavator Komatsu PC-200

c. Dumptruck Hino FM260TI

Dump truck adalah sebuah kendaraan bermotor yang digunakan

sebagai alat angkut endapan atau bijih dari tempat tambang ke tempat

pengolahan. Alat ini digunakan untuk memindahkan material pada jarak

menengah sampai jarak jauh (500 meter atau lebih). Muatan diisi oleh

alat gali-muat, sedangkan untuk membongkar muatannya alat ini dapat

bekerja sendiri.

Gambar 10. Dumptruck Hino FM260TI

d. Motor Grader Komatsu GD505

Motor grader digunakan untuk mengupas, memotong, meratakan

suatu pekerjaan tanah dan untuk membuat kemiringan tanah atau badan
38

jalan serta untuk membuat parit-parit kecil. Pada proses penambangan,

alat ini berfungsi memelihara jalan tambang dan jalan produksi yang

tidak dilakukan pengerasan seperti jalan-jalan di dekat front.

Gambar 11. Motor Grader Komatsu GD505

e. Breaker Komatsu PC-200 HRB

Breaker adalah peralatan yang dipasang pada excavator yang

berfungsi memecah batu. Alat ini dipasang pada bagian depan arm,

menggantikan bucket. Breaker digunakan bila tanah yang akan digali

oleh alat gali-muat terlalu keras atau berbatu. Pada dasarnya spesifikasi

mesin penggerak breaker tetap sama dengan backhoe yaitu hydraulic

excavator.
39

Gambar 12. Breaker Komatsu PC-200 HRB

f. Water Tank Hino FM260TI

Peralatan lain yang dibutuhkan dalam proses penambangan yaitu

truk tangki air (water tank truck). Truk tangki air digunakan untuk

mengurangi intensitas debu tambang dengan cara melakukan penyiraman

pada tempat-tempat di lokasi tambang yang memiliki intensitas debu

tinggi. Hal ini juga untuk mencegah kondisi tidak aman yaitu kondisi

gelap di tambang karena debu tambang. Kondisi ini dapat menyebabkan

kecelakaan tambang seperti tabrakan antar unit alat berat maupun mobil

operasional dan lain-lain.

Gambar 13. Water Tank Hino FM260TI


40

Penyiraman oleh truk tangki air dilakukan pada lokasi jalan

angkut, disposal, front penambangan, area parkir alat-alat berat dan

sebagainya. Penyiraman ini tidak boleh dilakukan berlebihan pada daerah

turunan atau tanjakan untuk mencegah potensi terjadinya slip pada

kendaraan yang lewat.

3. Kegiatan Penambangan

a. Land Clearing

Kegiatan land clearing merupakan tahap awal dari penambangan

yaitu membersihkan lahan dari semak-semak belukar dan pohonan, target

pekerjaan ini didasarkan atas rencana land clearing plan dari perusahaan.

b. Top Soil Removal

Kegiatan pengalian lapisan top soil ini di lakukan dalam

ketebatan tertentu. top soil ini merupakan lapisan tanah penutup bagian

atas yang mengandung unsur hara yang berguna sebagai media tumbuh

dari tanaman.

Top soil ini harus diperlakukan secara baik dan akan ditempatkan

pada top soil stock area, dimana nantinya akan dipergunakan dan disebar

untuk reklamasi rambang. Penimbunan top soil peletakkannya harus

diatur dengan ketinggian maksimum 2 meter berjajar dan tiimbunan

diusahakan harus tetep stabil.

Peralatan yang dipergunakan untuk operasi pekerjaan pemindahan

top soil adalah excavator untuk alat gali muat dan dump truck sebagai

alat angkutnya.
41

c. Overburden dan Waste Removal

Overburden merupakan lapisan diantara lapisan atas atau top soil

dan lapisan bijih atau ore, lapisan overburden ini mayoritas terdiri dari

tanah laterit dan batuan lempungan yang mudah untuk digali.

Untuk operasi pekerjaan pemindahan overburden akan

dipergunakan buldozer, excavator sebagai alat gali muat dan peralatan

angkut yang digunakan yaitu dump truck.

Gambar 14. Kegiatan Pengupasan Overburden

d. Nickel Ore Mining (Penambangan Bijih Nikel)

Penambangan diklasifikasikan atas 2 jenis kualitas ore utama,

yaitu limonit dan saprolit. Sedangkan 1 jenis kualitas ore lagi yaitu low

grade saprolit ore (LGSO) dan hight grade saprolit ore (HGSO) dimana

kualitas ore merupakan transisi antara saprolit dan limonit. Ketiga jenis

ore tersebut ditentukan oleh tim eksplorasi dan perencanaan tambang. 


42

Gambar 15. Kegiatan Penambangan Bijih

e. Jam Kerja

Jam kerja kegiatan penambangan PT. ANTAM Tbk. UBPN

SULTRA dimulai dari pukul 07.00 WITA sampai dengan pukul 16.00

WITA.

D. Perencanaan Kegiatan PLI

Adapun rencana kegiatan yang akan penulis lakukan selama di

perusahaan dalam kegiatan PLI, yaitu:

Tabel 9. Perencanaan Kegiatan PLI

Aktivitas selama dilapangan sesuai dengan skedul yang di setujui

oleh pihak perusahaan seperti pada tabel dibawah ini:

Tabel 10. Kegiatan PLI di Perusahaan


43

No Tanggal Kegiatan
1. 28 - 30 Juli 2018 Mine Surveying
2. 05 - 12 Juli 2018 Mine Production
3. 13 - 14 Juli 2018 Pemboran Geomin
4. 18 - 20 Juli 2018 Inpit Drill
5. 24-25 Juli 2018 Quality Control
6. 10-11 Agustus 2018 Reklamasi
7. 19 Agustus 2018 Pengolahan

E. Pelaksanaan Kegiatan PLI

Kegiatan PLI di PT. ANTAM. Tbk. UBPN SULTRA dilakukan

mulai dari kegiatan mine surveying, pemboran geomin, pemboran inpit,

mine production, quality control, hingga kegiatan reklamasi pasca tambang.

1. Kegiatan Mine Surveying

Surveying adalah pengukuran di lapangan dari pada keadaan fisik

yang akan digambarkan. Di dalam praktek, surveying meliputi

pengukuran-pengukuran jarak, sudut, beda tinggi, kontur pada

permukaan bumi atau tanah dan perhitungan areal atau luas.

Kegunaan surveying adalah untuk pengumpulan data yang

nantinya akan diolah kembali atau yang akan digambarkan pada peta dan

lain-lain. Surveying biasanya diarahkan untuk sebagai survey data

processing untuk pengolahan selanjutkan ke perhitungan volume,

perhitungan cadangan, desain jalan dan malah banyak pula yang

merangkap ke mine plan, untuk menghitung kapasitas alat untuk

menghitung target bulanan atau ke design tambang untuk merencanakan

bentuk tambang, kemana arah jalan, berapa jumlah bench yang di

perlukan, sudut kemiringan design tambang agar tidak terjadi longsoran


44

dan menentukan berapa kapasitas tanah penutup (overburden dan

interburden).

Pada kegiatan tambang di PT. ANTAM Tbk. UBPN SULTRA

menggunakan metode resection. Metode resection adalah metode

pengukuran yang menggunakan bantuan 2 titik patok atau lebih yang

sudah ditentukan dan diketahui koordinatnya dalam suatu area, sehingga

total station dapat diletakkan di sembarang tempat dengan syarat total

station masih dapat menembak kepada kedua titik patok tersebut.

Data yang diperoleh dari metode resection ini adalah koordinat

easting, northing, dan elevasi (x, y, z). Data-data tersebut di input

kedalam microsoft excel untuk diolah dan dapat di input kedalam

software surpac. Data yang telah di input ke dalam software surpac akan

menggambarkan kondisi dilapangan.

Kegiatan pengamatan mine surveying dilakukan selama 3 hari

dimulai dari tanggal 28, 29 dan 30 Juli 2017 dengan rincian kegiatan:

a. Sabtu 28 Juli 2018, berlokasi di tambang utara yaitu Bukit Strada.

Kegiatan survey pada lokasi ini dilakukan untuk mengetahui kemajuan

tambang.

b. Minggu 29 Juli 2018, berlokasi di Tambang utara yaitu Bukit Everest.

Kegiatan survey pada lokasi ini dilakukan untuk mengetahui kemajuan

tambang.
45

c. Senin 30 Juli 2018, berlokasi di Tambang Utara yaitu Bukit Hilux dan

di stockpile pelabuhan Pomalaa. Kegiatan survey pada lokasi ini

dilakukan untuk mengetahui kemajuan tambang.

Gambar 16. Kegiatan survey pada Bukit 4N

2. Pemboran Unit Geomin

Pada kegiatan pengamatan di unit geomin pada tanggal 13 dan

14 Juli 2018 ini dilakukan pada Tambang Utara yaitu titik PML 3652

atau Bukit 8N. Metode pemboran dipakai tidak terlepas dari beberapa

faktor utama terhadap endapan yang akan di eksploitasi. Diantaranya

adalah litologi, struktur geologi, biaya, waktu yang tersedia dan

keterampilan operator bor. Metode yang dipakai pada kegiatan

ekplorasi PT. ANTAM Tbk. UBPN SULTRA unit geomin adalah

single drill, dikarenakan endapan yang dicari adalah nikel laterit, yang

kita tahu bahwa endapan nikel laterit kekerasannya tidak terlalu keras

atau lunak. Pemboran dilakukan untuk dapat menentukan batas

(outline) dari beberapa endapan dan juga kemenerusan dari endapan

tersebut yang berfungsi untuk perhitungan cadangan.


46

Gambar 17. Kegiatan Pemboran Unit Geomin

3. Kegiatan Pemboran Inpit

Kegiatan pengamatan pemboran inpit dimulai pada tanggal

18 - 20 Juli 2018. Pemboran Inpit merupakan suatu kegiatan pemboran

di area pertambangan setelah dilakukan kegiatan development.

Kegiatan development ini meliputi land clearing, pengupasan top soil

dan pengupasan overburden hingga yang didapatkan hanyalah lapisan-

lapisan tipis overburden yang menutupi lapisan saprolit, hal inilah

yang menyebabkan inpit drill relatif dangkal.

Inpit drill merupakan tahap lanjutan dari pemboran eksplorasi

detail. Berbeda dengan pemboran eksplorasi, spasi yang digunakan

inpit drill adalah 12,5 meter. Hal ini dilakukan untuk memperkecil

jarak spasi pada pemboran eksplorasi detail.

Inpit drill dilakukan untuk pengecekan kembali data dari

eksplorasi rinci. Inpit drill juga digunakan untuk merancang dan

merapatkan block model dari perencanaan tambang yang sebelumnya


47

sudah dibuat dari data eksplorasi detail untuk menentukan kedalaman

ore, mengecek kembali kedalaman overburden, dan mengecek kadar

material berharga yang ada.

Laporan kegiatan inpit drill ini bisa dijadikan acuan oleh para

pengawas tambang untuk memulai pengambilan ore pada saat kegiatan

produksi dilakukan dan juga menambah tingkat keyakinan geologi.

Gambar 18. Kegiatan Pemboran Inpit

4. Kegiatan Mine Production

Kegiatan pengamatan mine production dimulai pada tanggal 5

sampai dengan 12 Juli 2018. Lokasi penambangan nikel PT. ANTAM

Tbk. UBPN SULTRA terbagi menjadi empat wilayah penambangan

yaitu, tambang Utara, tambang Tengah, tambang Selatan dan tambang

Pulau Maniang. Namun untuk saat ini wilayah yang sedang

melakukan kegiatan produksi hanya pada dua wilayah penambangan,


48

yaitu Tambang Utara, Tambang Tengah dan Tambang Selatan.

Wilayah ini memiliki target produksi sama pada masing-masing

bukitnya. Pada kegiatan praktek ini penulis hanya fokus pada Bukit

Cherokee pada wilayah Tambang Utara, Bukit Rubicon pada wilayah

Tambang Tengah dan Bukit Fortuner pada wilayah Tambang Selatan.

Pada Bukit Cherokee kegiatan yang dilakukan pada hari

pertama pengamatan tanggal 05 Juli 2018 adalah produksi overburden,

sedangkan pada hari kedua pengamatan tanggal 06 Juli 2018 adalah

produksi ore. Pada Bukit Rubicon kegiatan yang dilakukan pada hari

pertama pengamatan tanggal 09 Juli 2018 adalah produksi overburden,

sedangkan pada hari kedua pengamatan tanggal 10 Juli 2018 adalah

produksi ore. Pada Bukit Fortuner kegiatan yang dilakukan pada hari

pertama pengamatan tanggal 11 Juli 2018 adalah produksi overburden,

sedangkan pada hari kedua pengamatan tanggal 12 Juli 2018 adalah

produksi ore.

Sistem penambangan yang digunakan di PT. ANTAM Tbk.

UBPN SULTRA adalah metode open pit pada bukit Cherokee,

Rubicon dan Fortuner yaitu metode penambangan yang dilakukan

dengan cara membuat cekungan.


49

Gambar 19. Kegiatan Produksi Ore

Gambar 20. Kegiatan Produksi Overburden

5. Quality Control

Kegiatan pengamatan di satuan kerja quality control dilakukan

dari tanggal 24 dan 25 Juli 2018. Quality control merupakan satuan

kerja dar PT. ANTAM Tbk. UBPN SULTRA, untuk memastikan

kadar dari bijih Nikel yang didapat untuk memenuhi spesifikasi umpan

pabrik FeNi agar dapat diproses selanjutnya menjadi Ferronikel.


50

Bidang kerja quality control dibagi menjadi 4 (empat) bagian

yakni preparasi sampel, laboratorium kimia, laboratorium sampel dan

quality assurance. satuan kerja tersebut saling berkaitan dalam

memastikan kadar yang didapat sesuai dengan Cut Of Grade (COG).

Sampel yang digunakan pada kegiatan sampel preparation

adalah ore yang diambil selective mining, re-check, dan ore pabrik.

Adapun work instruction (prosedur kerja) dari setiap tempat tersebut,

adalah sebagai berikut:

a. Selective Mining

Pada selective mining, sampel ore diambil langsung dilokasi

front penambangan. Work instruction yang digunakan pada

kegiatan ini yaitu:

1) Ore akan dikumpulkam menjadi satu patok di lokasi front

penambangan tersebut, dimana dalam satu patok itu berisi 14

bucket atau ± 200 ton ore.

2) Sampel akan diambil pada bucket ke-7 dan ke-14.

3) Sebelum sampel diambil dilakukan mixing ore sebanyak 3x.

4) Jika sampel ore hasilnya sesuai standar produksi, ore akan

dibawa ke stockyard.

Tetapi PT. ANTAM Tbk. UBPN SULTRA sudah tidak

menggunakan prosedur seperti itu, karena menghambat dari segi

lokasi, cost dan waktu. Sehingga sampel diambil dengan prosedur

random, sebanyak 5 ince dimana 1 ince memiliki berat ± 20 kg.


51

Gambar 21. Kegiatan Pengambilan SM

b. Re-Check

Re-check merupakan pengambilan sampel kembali oleh

quality control guna melakukan penyamaan kadar tumpukan yang

di bawa dari front penambangan agar ore dengan kadar yang sama

dapat dibuat menjadi tumpukan besar. Pada Re-check, sample ore

diambil di daerah stockpile. Work Instruction yang digunakan pada

kegiatan ini yaitu:

1) Sampel diambil dipatok-patok kecil yang ada di stockpile,

2) Pada 1 patok, akan diambil 1 meter dari bagian depan 1 skop

125 D dengan aturan 1/3 dari bawah, dan 1 meter dari titik

belakang dengan tinggi 2/3 dari atas.

3) 1 patok terdiri dari 5-10 incr, 1 incr seberat ± 20kg


52

Gambar 22. Pengambilan sampel Re-check

c. Ore Pabrik

Pada Ore Pabrik, sampel diambil didua tempat, bisa

dilakukan pada stockpile dan di stockyard. Sesuai dengan Work

Instruction di tempat pengambilan.

6. Reklamasi

Kegiatan pengamatan reklamasi dilakukan pada tanggal 10 –

11 Agustus 2018. Metode penanaman di PT. ANTAM Tbk. UBPN

SULTRA yaitu metode handseeding. Metode handseeding adalah

metode penanaman secara konvesional atau ditanam secara manual,

dimana PT. ANTAM Tbk. UBPN SULTRA bekerja sama dengan

warga desa sekitar dalam kegiatan penanaman tersebut.

Kegiatan reklamasi dilakukan setelah tambang dinyatakan

mine out atau sudah tidak ditambang lagi dan kegiatan penambangan

tidak dilanjutkan.
53

Adapun tahapan-tahapan dari kegiatan reklamasi ini adalah

sebagai berikut:

a. Regrading

Regrading merupakan tahapan awal kegiatan reklamasi

dalam penyiapan lahan agar area kerja tidak licin dan curam akibat

penambangan yang telah dilakukan. Kegiatan Regrading meliput

perbaikan area pasca tambang sehingga menyerupai bukit (gunung

tiruan), pembuatan tanggul dan batas area kerja serta drainase.

Kegiatan regrading bertujuan untuk menata permukaan

lahan yang tidak beraturan, menimbun cebakan-cebakan yang

berpotensi menmbulkan genangan air dengan material berupa tanah

dan batu. Selanjutnya mengurangi tingkat kemiringan lereng yang

curam dengan memotong bagian puncak kemudian menimbunnya

kebagian kaki lereng.

b. Top Soiling

Tahap top soiling adalah penimbunan top soil pada lahan

setelah regarding. Top soil yang digunakan adalah top soil bekas

pembongkaran lahan penambangan yang disimpan di stockpile

berdasarkan lokasi tambang tersebut. Ketebalan top soil tergantung

pada ketersediaan top soil. Ketebalan minimal top soil yang akan

ditimbun adalah 30 cm dan maksimal 60 cm. ketebalan ini

berpengaruh pada kesuburan tanaman karena daya ikat akar akan

semakin kuat bila top soil-nya tebal.


54

Gambar 23. Kegiatan Reklamasi

c. Penirisan

Penirisan adalah suatu upaya untuk mencegah,

mengeringkan dan mengeluarkan atau menggenangi suatu daerah

tertentu. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pembuatan

penirisan antara lain:

1) Curah hujan

2) Air limpasan hujan

3) Luas daerah tangkapan hujan

d. Pengajiran

Pengajiran merupakan pemasangan patok tanaman sebelum

melakukan penanaman sehingga terdapat jarak antar tanaman. Ada

beberapa keuntungan dari pengajiran, yaitu:

1) Dapat mengetahui luas lahan

2) Dapat mengetahui berapa biaya yang dikeluarkan

3) Dapat mengetahui jumlah tanaman yang akan ditanam


55

e. Revegetasi (Penanaman Kembali)

Kegiatan penanaman kembali dilakukan setelah lahan bekas

tambang telah dilakukan kegiatan top soiling. Ada tiga tahapan

kegiatan penanaman, yaitu:

1) Penanaman Cover Crop

Penanaman Cover Crop dilakukan agar tidak terjadi

longsor dan sebagai penahan air. Jenis tanaman Cover Crop

yang digunakan adalah rumput-rumputan dan biasanya

menggunakan rumput local atau rumput tenggala.

Metode penanaman yang digunakan adalah denga

metode membaringkan dengan jarak ± 1 meter agar

menghasilkan kerapatan dan rmbunnya tanaman penutup,

pembuatan lubang cover crop sedalam ± 10cm lalu ditabur

algosob sebagai penyedia air. Setelah itu dtaburi tanah yang

dicampur pupuk.

2) Penanaman Tanaman Penutup (Vegetatif)

Tanaman penutup ini berguna melindung tanaman inti

dari sinar matahari secara langsung agar dapat tumbuh. Ukuran

tanaman inti tidak lebih besar dari tanaman inti, tetapi sifatnya

yang fast grow sehingga dapat melindungi tanaman inti. Selain

itu, tanaman pelindung akan membantu untuk penomposan

secara alami dan pendingin lokasi. Jenis tanaman pelindung


56

antara lain Gamal dan Sengon. Pola penanaman pada tanaman

pelindung adalah dengan spasi 3x3 meter.

3) Penanaman Tanaman Inti

Jarak waktu yang dibutuhkan untuk tanaman inti setelah

dilakukannya tanaman pelindung adalah ± 1 bulan. Tanaman

utama yang akan ditanam pada kegiatan reklamasi. Tanaman inti

yang ditanam terdiri dari:

a) Tanaman vegetasi local, antara lain: mangga-mangga, johar,

cemara, kuku dan lain-lain.

b) Tanaman vegetasi luar, antara lain: jati, bitti dan lain-lain.

f. Pemeliharaan

Ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam pemeliharaan

tanaman, yaitu:

1) Penyiangan

Penyiangan dilakukan apabila dilakukan pemeliharaan,

yaitu dengan membersihkan tanaman dari gulma atau rumput

penganggu disekitar pangkal batang. Kemudian menyiang atau

memangkas tajuk yang keluar dari patok yang disiang untuk

menghindari bertemunya antar tajuk pohon sehnggan dapat

menghalangi pemberian sinar matahari bagi tanaman lain

disekitar pohon. Tanah disekitar pohon digemburkan agar

penyerepan air dan pupuk dapat lebh maksimal.


57

2) Pemupukan Lanjutan

Pemupukan bertujuan agar tanaman mendapat nutrisi

yang cukup untuk perkembangannya. Kegiatan ini dilakukan

dengan cara menggali tanah disekitar pohon membentuk

lingkaran dengan ukuran selebar dan sedalam mata cangkul.

Pupuk dicampur dengan tanah galian tadi kemudian ditutup

kembali dan dipadatkan.

3) Penyulaman

Penyulaman merupakan kegiatan mengganti tanaman

yang mati atau bibit yang rusak, dengan tanaman atau bibit yang

baru. Penyulaman dlakukan setiap 1 kali 3tahun.

g. Pemantauan

Pemantauan mulai dilakukan saat satu bulan tanaman mulai

ditanam, kemudian dibuat plot pemantauan dengan ukuran grid

20x20 meter pada titik tertentu. Plot pemantauan harus mewakili

semua tanaman yang ditanam agar setiap jenis tanaman dapat

terpantau perkembangannya. Bagian tanaman yang dijadikan

parameter pada saat pemantauan, yaitu:

1) Tinggi tanaman

2) Diameter batang

3) Lebar tajuk

Apabila hasil dari ketiga parameter sesuai dengan target,

maka pemantauan dilakukan empat bulan berturut-turut.


58

Selanjutnya waktu pemantauan semakin dikurangi yaitu empat

bulan sekali, hingga tiga tahun kedepan, dan setelah itu tanaman

dbiarkan tumbuh secara alami karena dianggap telah mandiri.

F. Hambatan dan Penyelesaian

Adapun hambatan-hambatan yang ditemui pada saat di lokasi

penambangan yaitu:

1. Adanya air yang menggenangi Pit di Bukit Hylux.

2. Tidak adanya air di dalam tote saat melakukan pemboran inpit.

Penyelesaian dari hambatan-hambatan tersebut:

1. Untuk mengambil ore yang berada dibawah genangan air dilakukan

pemompaan air dari pit ke cek dump yang berada di dekat pit Bukit

Hylux.

2. Mencari sumber air terdekat dari lokasi pemboran inpit. Di dekat lokasi

pemboran ada sebuah cek dump, sehingga operator pemboran mengambil

air dari cek dump tersebut.

G. Temuan Menarik

Adapun mengenai temuan menarik yang penulis temui di lapangan

yaitu:

1. Adanya kegiatan pemboran inpit, dimana kegiatan ini untuk memastikan

jumlah keterdapatan ore dengan lokasi yang sebelumnya telah pernah

dilakukan pemboran eksplorasi rinci, dibor kembali guna mendapatkan

data yang lebih akurat serta memudahkan pengawas dalam melakukan


59

kegiatan produksi ore karena sistem penambangan yang digunakan yaitu

selective mining.

Gambar 24. Kegiatan pemboran Inpit

2. Pada tambang Selatan di Bukit Fortuner terdapat tambang masyarakat

saat jam kerja yang mengganggu proses produksi pengambilan ore dan

dapat terjadi kecelakaan kerja yang besar karena masyarakat yang

menambang tidak menggunakan alat pelindung diri yang aman.


60

Gambar 25. Masyarakat yang sedang melakukan penambangan tanpa alat


pelindung diri di area pengambilan ore pada Bukit Fortuner

Gambar 26. Pengangkutan batuan yang dilakukan oleh tambang


masyarakat
61

3. Match factor yang kurang dari 1 tetapi kegiatan produksi tetap melebihi

target.

Gambar 27. Adanya alat muat yang menunggu saat kegiatan produksi

4. Pada saat penulis melakukan kerja praktek di PT. ANTAM Tbk. UBPN

SULTRA, ditemukan adanya 3 titik mata air pada pit bukit Hylux

tambang Tengah. Apabila dibiarkan saja, akan menimbulkan genangan

air di dalam pit yang akan mengganggu proses produksi. Sehingga perlu

adanya analisis efektifitas kerja pompa pada tambang Tengah di area pit

Bukit Hylux tersebut.


62

Gambar 28. Air yang tergenang pada pit Bukit Hylux yang berasal dari 3
titik mata air
Dari beberapa temuan menarik di atas, selanjutnya penulis ingin

membahas tentang Produktifitas Pemboran Inpit pada Bukit Strada STD-

TB-18135, STD-TB-18136, 9N2-007 di PT. ANTAM Tbk. UBPN

SULTRA sebagai topik bahasan dalam laporan PLI ini.

Anda mungkin juga menyukai