Anda di halaman 1dari 51

MUHAMMAD MASDI

1610003530001
MANAJEMEN
6M3
UNIVERSITAS EKASAKTI
PENGARUH PERILAKU ORGANISASI DAN BAURAN PEMASARAN
TERHADAP PRODUKTIVITAS WARKOP SEBAGAI RUANG PUBLIK
DI KECAMATAN RAPPOCINI KOTA MAKASSAR

Andi Arifuddin Iskandar


STKIP Pembangunan Indonesia Makassar
Email : arifuddin271@gmail.com

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang pengaruh
perilaku organisasi dan bauran pemasaran pada warkop dan untuk mengetahui
meningkatnya poduktivitas warkop sebagai ruang publik. Penelitian dilakukan di
Kecamatan Rappocini-Kota Makassar. Sumber data ini adalah sumber data primer
melalui partisipasi dengan terjun langsung menyebar kuesioner penelitian ini pada
responden yaitu pelanggan dan pengelola warkop. Populasi dalam penelitian ini
sebanyak 1.000 penduduk sebagai penggemar warkop. Sampel penelitian ini bersifat
deskriptif diambil sebanyak 10 % dari populasi, atau 100 responden secara purposif.
Hasil penelitian yang dianalisis dengan metode Regresi Linier Berganda (Model Cobb
Douglas), menunjukkan bahwa hipotesis yang mengatakan produktivitas kepuasan
warkop sebagai ruang publik dipengaruhi oleh adanya Perilaku Organisasi dan Bauran
Pemasaran, dari hasil regresi diperoleh hasil koefisien determinasi sebesar 100 %
artinya varibel dependen (Produktivitas) dapat dijelaskan oleh variabel independen
(faktor produksi) secara keseluruhan dan tidak dipengaruhi oleh variabel lain diluar
model seperti jumlah pelayan, tempat parkir, kondisi cuaca dan sebagainya. Performansi
proses produksi sebesar -7,593 adalah dibawah 1 atau Decreasing RTS (Return To
Scala) dan penggunaan faktor produksi berlebihan sehingga tidak produktif dan tidak
efisien. Biaya berlebihan dengan overhead tinggi pada faktor produksi 4,04 pada
harga/biaya menu makanan dan minuman (Rp/Pax), perlu ditekan dan meningkatkan
tiga variabel yang signifikan mempengaruhi produksivitas yaitu promosi (0,00),
partisipasi dan keakraban pengunjung (0,00) dan bentuk bangunan/fisik dari warkop
(0,00) kurang dari 5 %, perlu ditingkatkan dengan cara menambah investasi, modal
kerja dari bank dan menambah tenaga kerja agar produktivitas/kepuasan pengunjung
warkop dapat terwujud dengan sebaik-baiknya.
Kata Kunci : Warkop, Produktivitas, Ruang Publik, Perilaku Organisasi, Bauran
Pemasaran

INFLUENCE OF ORGANIZATIONAL BEHAVIOR AND MARKETING


MIX AT COFFEE SHOP PRODUCTIVITY AS PUBLIC SPACE
IN RAPPOCINI DISTRICT-MAKASSAR CITY

Andi Arifuddin Iskandar


STKIP Pembangunan Indonesia Makassar
Email : arifuddin271@gmail.com

ABSTRACT
The purpose of this research is to get information about the influence of organizational
behavior and marketing mix at Warkop and to know the increasing of productivity
Warkop as public space. The research was conducted in Rappocini District-Makassar
City. This data source is the primary data source through participation by plunging
directly to spread the questionnaire of this research on the respondents are Customers
and Warkop Manager. The population in this study as many as 1,000 residents as fans
of Warkop. The sample of this study is descriptive taken as much as 10 % of the
population, or 100 respondents by purposive. The result of the research is analyzed by
multiple linear regression method (Cobb Douglas Model), indicating that the hypothesis
that productivity satisfaction of Warkop as public space is influenced by the existence
of Organizational Behavior and Marketing Mix, from the regression result obtained by
100 % determination coefficient meaning the variables dipenden Productivity can be
explained by the independent variable (Factor of Production) as a whole and is not
influenced by other variables beyond the model such as Number of Servants, Parking
Places, Weather Conditions and so on. The performance of the production process is -
7.593 is below 1 or Decreasing RTS (Return To Scala) and the use of excessive
production factors that are not productive and inefficient. Excessive cost with high
overhead on production factor 4.04 on Price/Cost of food and beverage menu (Rp/Pax),
need to be pressed and increase three significant variables affecting productivity that is
Warkop Promotion (0,00), Participation and Visitor Intimacy (0,00) and the
Building/Physical Building of Warkop (0.00) less than 5 %, need to be increased by
adding investment, working capital from the bank and adding labor to the
productivity/satisfaction Warkop visitors can serve as well as possible.
Key Words : Coffee Shop, Productivity, Public Space, Organizational Behavior,
Marketing Mix

PENDAHULUAN
Setiap usaha didirikan dengan sebuah harapan dikemudian hari akan mengalami
perkembangan dan peningkatan. Harapan yang di masa mendatang merupakan salah
satu dasar untuk mengambil tindakan atau kebijaksanaan yang dianggap perlu di saat
sekarang. Sebuah warung kopi (Warkop) adalah sebagai tempat tongkrongan kaum
muda dan untuk bersantai, berdialog, bermitra, duduk-duduk sambil membeli dan
menikmati kopi dan makanan lainnya dengan pengolahan yang khas. Di Kota Makassar,
Warkop dapat disebut sebagai suatu simbol atau daya tarik kota. Warga Makassar punya
kebiasaan unik nongkrong berlama lama di warkop dan menjadikannya tempat kumpul
(ruang publik).
Oleh karena itu, Kota Makassar menjadi tempatnya bagi pengopi. Di kota ini
ratusan restoran kopi hadir, mulai dari restoran kopi modern seperti Starbucks, JCo, Tea
and Coffe Bean, Black Canyon, hingga kedai kopi tradisional Phoenam, Dottoro, Daeng
Sija, Azzahrah dan lainnya. Omset usaha warkop cukup lumayan. Warkop skala kecil
saja omsetnya mencapai Rp 700 ribu hingga Rp 1 juta per hari. Sementara yang skala
besar mencapai Rp 1 juta hingga Rp 7 juta per hari. Pendapatan tersebut didapat dengan
tingkat penjualan rata-rata 200-250 gelas perhari. Menjamurnya warkop hingga
mencapai 200 unit di Kota Makassar terjadi dalam empat tahun terakhir. Fenomena ini
tidak lepas dari tingginya angka pertumbuhan ekonomi Kota Makassar. Dalam catatan
Badan Pusat Statistik, pada 2010 Makassar yang menyumbang 31,47 persen terhadap
produk domestik bruto Sulawesi Selatan.
Sosialisasi adalah satu konsep umum yang bisa dimaknakan sebagai sebuah
proses di mana kita belajar melalui interaksi dengan orang lain, tentang cara berpikir,
merasakan dan bertindak, di mana kesemuanya itu merupakan hal-hal yang sangat
penting dalam menghasilkan partisipasi sosial yang efektif. Warkop merupakan media
untuk berkomunikasi secara langsung, yaitu komunikasi yang dilakukan oleh dua orang
atau lebih, yang saling bertatap muka secara langsung dan tidak ada jarak atau peralatan
yang membatasi. Hovland, Janis dan Kelly, mendefinisikan komunikasi sebagai the
process by which an individual (the communicator) transmits stimuli (usually verbal) to
modify the behavior of other individuals (the audience). Di warkop, kita memang tidak
sekedar menyeruput air gula berwarna hitam pekat, tapi juga tempat kita berkomunikasi,
melupakan kesulitan dan sekadar mencari suasana menyenangkan.
Warkop sebagai sarana berpolitik di kota Makassar dapat kita lihat
keramaiannya, dan suhunya dikatakan politik tingkat tinggi serta menjadi tempat proses
pembicaraan dan keputusan politik berlangsung. Mendekati Pilkada, suasana di warkop
semakin ramai, terutama bagi partisipan calon tertentu. Ini karena sekretariat Parpol
atau Bakal Calon (Balon) kandidat terpilih, pindah di warkop-warkop dan kafe-kafe.
Misalnya agenda Pilkada beberapa waktu lalu adalah pemilihan Walikota Makassar
yang akan digelar 18 September 2013. Masyarakat Makassar memiliki segudang
aspirasi yang menggunung. Ini tergambar dari bakal calon walikota Makassar saja
mencapai 10 (sepuluh) pasangan. KPU Makassar menyatakan sepuluh pasangan bakal
calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Makassar tersebut, telah lolos pada pemeriksaan
kesehatan. Dengan banyaknya calon tersebut, aspirasi bakal terpecah, dan kemungkinan
besar, pemilihan Walikota akan berjalan dua putaran. Gunung aspirasi tersebut dapat
sewaktu-waktu meledak jika tidak disalurkan.
Dapat ditilik dari aksi mahasiswa Makassar belum lama terjadi. Mereka
mempunyai pendapat atas kebijakan pemerintah dalam menaikkan harga Bahan Bakar
Minyak (BBM) bersubsidi. Tanggapan pemerintah provinsi yang tidak mau menemui
aksi mereka, berlanjut dengan aksi pelemparan batu ke kantor Gubernur. Jika hal
tersebut berlanjut, perekonomian Makassar dan Sulawesi Selatan justru yang akan
menjadi korbannya. Padahal, sekarang pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan masih
terus berkembang, penyumbang utama ekonomi nasional (6,02 % ; yoy), dengan tingkat
pertumbuhan hingga 7,79 % (yoy) pada kuartal I tahun 2013.
Dengan adanya warkop, setidaknya ada media penyaluran atas aspirasi
masyarakat. Meskipun masih terbatas obrolan di warkop. Walaupun potensi konflik
horizontal antar pendukung bisa terjadi, jika topik yang dibahas menyangkut dengan
politik. Apalagi jika salah bertandang ke warkop yang merupakan posko kandidat dari
partai politik yang berseberangan. Lembaga legislatif juga pantas berterima kasih
kepada warkop. Keterbatasan wakil rakyat dalam menyerap aspirasi dapat sedikit
terwakili dengan kemunculan warkop. Instansi yang berwenang dapat memanfaatkan
keberadaan warkop untuk melakukan edukasi akan kebijakan-kebijakannya. Bahkan
warkop bisa menjadi diplomat untuk promosi wisata kota Makassar. Oleh karena itu,
jangan meremehkan jasa warkop yang bertebaran di pinggir-pinggir jalan. Bisa jadi
sebuah sejarah baru bisa lahir di warkop, dan juga diskusi tentang bagaimana menyusun
perencanaan, pelaksanaan, membentuk organisasi, perekrutan, berbagi informasi,
strategi memenangkan pilkada, politik dan lain sebagainya.
Rumusan Masalah
Sejalan dengan latar belakang masalah, maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana perilaku organisasi dan bauran pemasaran meningkatkan produktivitas
Warkop?
2. Apakah dampaknya Warkop sebagai ruang publik terhadap masyarakat?
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Perilaku Masyarakat
Perilaku masyarakat adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki manusia dan
dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi nilai dan etika seseorang, perilaku seseorang ini
dikelompokkan menjadi perilaku wajar, perilaku dapat dikelompokan perilaku aneh dan
perilaku menyimpang.
Dalam sosiologi, perilaku dianggap sebagai suatu yang tidak diajukan kepada
orang lain dan oleh karenanya merupakan suatu tindakan sosial manusia yang sangat
mendasar, perilaku tidak boleh disalah artikan sebagai perilaku sosial, yang merupakan
suatu tindakan dengan tingkat tinggi, karena perilaku sosial adalah perilaku yang secara
khusus ditunjukkan kepada orang lain.
Warkop erat hubungannya dengan ruang publik. Fungsi warkop tersebut yang
memungkinkannya menjadi ruang yang dapat dinikmati, ditempati oleh siapa saja.
Fungsi tersebut menghadirkan warkop menjadi ruang yang bebas bagi setiap orang.
Hebermas (1989), ruang publik memiliki peran yang cukup berarti dalam proses
berdemokrasi, tempat para aktor-aktor masyarakat warga membangun ruang publik :
pluralitas (keluarga, kelompok informal, organisasi-organisasi sukarela), publisitas
(media massa, institusi kultural), keprivatan (wilayah perkembangan individu dan
moral), legalitas (struktur hukum umum dan hak-hak dasar).
Carmona (2010), menyebutkan bahwa dalam menentukan relativitas kepublikan
suatu ruang, maka harus memenuhi tiga unsur yakni kepemilikan fungsi, akses dan
kegunaan. Dalam hal ini, warkop memiliki kepemilikan fungsi yang netral, dapat
diakses oleh publik dan digunakan secara bersama-sama oleh seluruh lapisan
masyarakat, sehingga warkop kian menjelma sebagai ruang vital bagi kehidupan publik.
Habermas (1989), merumuskan ruang publik dalam beberapa formulasi, setidaknya ada
5 variasi :
1. Suatu aktivitas dalam kehidupan sosial dimana semacam opini publik dibentuk.
2. Orang-orang privat yang berkumpul sebagai suatu publik untuk mengartikulasikan
kepentingan masyarakat kepada negara.
3. Ruang publik merupakan ruang dimana orang-orang privat berkumpul sebagai
publik.
4. Orang-orang privat yang menggunakan rasionya secara publik.
5. Ruang publik ialah ruang yang memediasi masyarakat dan negara, dimana publik
mengorganisasikan diri mereka secara mandiri sebagai pengusung opini publik.
Menurut Darmawan (2006), berdasarkan sifatnya terdapat 3 (tiga) kualitas
utama sebuah ruang publik, yaitu :
1. Tanggap (Responsive), berarti bahwa ruang tersebut dirancang dan dikelola dengan
mempertimbangkan kepentingan para penggunanya.
2. Demokratis (Democratic), berarti bahwa hak para pengguna ruang publik tersebut
terlindungi, pengguna ruang publik bebas berekspresi dalam ruang tersebut, namun
tetap memiliki batasan tertentu karena dalam penggunaan ruang bersama perlu ada
toleransi diantara para pengguna ruang.
3. Bermakna (Meaningful), berarti mencakup adanya ikatan emosional antara ruang
tersebut dengan kehidupan para penggunanya.
Zhang dan Lawson (2009) mempergunakan tiga klasifikasi aktivitas pada ruang
publik, antara lain :
1. Aktivitas Proses. Aktivitas ini dilakukan sebagai peralihan dari dua atau lebih
aktivitas utama. Bentuk dari aktivitas ini biasanya pergerakan dari suatu tempat
(misalnya rumah) ke kios (aktivitas konsumsi).
2. Kontak Fisik. Aktivitas ini dilakukan dalam bentuk interaksi antara dua orang atau
lebih yang secara langsung melakukan komunikasi atau aktivitas sosial lainnya.
3. Aktivitas Transisi. Aktivitas ini dilakukan tanpa tujuan yang spesifik yang biasanya
dilakukan seorang diri, seperti duduk mengamati pemandangan dan lain
sebagainya.
Fenomena warkop sebagai fenomena kultural yang hidup di masyarakat telah
menjadi sarana publik untuk berinteraksi dan berdiskusi serta terus berkembang telah
menjadi tempat berkumpulnya masyarakat dalam melakukan rutinitas kesehariannya
dengan latar belakang pengguna yang beragam.
Anggapan keberadaan warkop sebagai ruang publik semakin kuat sejalan
dengan semakin meningkatnya jumlah warkop di Kota Makassar. Berdasarkan rumusan
masalah tersebut, penelitian mengenai keberadaan warkop sebagai ruang publik di Kota
Makassar dirasa perlu untuk dilakukan sehingga memunculkan sebuah pertanyaan
penelitian, sejauh mana keberadaan warkop di Kota Makassar dalam merepresentasikan
pemanfaatannya sebagai ruang publik.
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kecamatan Rappocini-Kota Makassar, waktu penelitian
pada tanggal 1 s/d 14 Juni tahun 2017.
Sumber Data
Sumber data ini adalah sumber data primer melalui partisipasi dengan terjun
langsung menyebar kuesioner penelitian ini pada responden yaitu Pelanggan dan
Pengelola Warkop.
Variabel Penelitian
Menjadi variabel penelitian ini menggunakan dua macam variabel, yaitu :
1. Variabel Bebas (Obyektif)
Variabel bebasnya adalah Perilaku Organisasi dan Bauran Pemasaran.
2. Variabel Terikat (Subyektif)
Variabel terikatnya adalah Produktivitas Warkop sebagai Ruang Publik.
Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini dari semua masyarakat Kecamatan Rappocini Makassar
sebanyak 1.000 penduduk sebagai penggemar warkop.
Sampel Penelitian
Sampel penelitian ini bersifat deskriptif, diambil sebanyak 10 % dari ± 1.000
penduduk penggemar warkop (populasi) atau diatas jumlah sampel minimal menurut
Roscoe (1975) antara 30-500 sampel, dan dipilih 100 responden (purposif).
Metode Penelitian
Pada penelitian ini tentang tema keberadaan warkop sebagai ruang publik
bersifat penelitian kuantitatif, bentuk penelitian tergantung dari beberapa permasalahan
seperti apa permasalahan yang ingin dipecahkan dengan mempergunakan metode dan
analisa yang dipergunakan. Masalah adalah suatu keadaan yang bersumber dari
hubungan antara dua faktor atau lebih yang menghasilkan situasi yang menimbulkan
tanda tanya dan dengan sendirinya memerlukan upaya untuk mencari sesuatu jawaban
(Cuba dan Lincoln, 2011).
Metode Pengumpulan Data
Penelitian dilihat dari settingnya, data dikumpulkan pada setting alamiah di
warkop bila dilihat sumber datanya, selanjutnya teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini dengan metode menyebar lembar pertanyaan (Kuesioner).
METODE ANALISIS DATA
Analisis Data
Penelitian ini bersifat observasi dan wawancara dengan data berdasarkan Skala
Likerts yang diperoleh dari jawaban pengunjung dan pemilik warkop atas kuesioner
yang diajukan dengan melihat produktivitas warkop sebagai ruang publik dengan
berkembangnya perilaku organisasi dalam masyarakat di Kecamatan Rappocini-
Makassar dengan jumlah sampel 100 orang dipilih secara langsung (Purposive) pada 10
(Sepuluh) warkop. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Analisis Linier
Berganda (Multiple Regression) dengan persamaan sebagai berikut :
Y = a+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+b6X6+b7X7+b8X8+b9X9+b10X10
Dimana :
Y = Produktivitas & Kepuasan Warkop : Rp/Hr
a = Konstanta
b1...b10 = Koefisien Regresi
X1 = Jumlah Pengunjung Individu, dalam satuan : Orang/Hr
X2 = Jumlah Pengunjung Kelompok, dalam satuan : Orang/Hr
X3 = Jumlah Pengunjung Organisasi, dalam satuan :
Orang/Hr X4 = Variasi Produk Warkop, dalam satuan :
Jenis/Hr
X5 = Harga/Biaya menu yang dibayar, dalam satuan : Rp/Pax
X6 = Tempat/Lokasi Warkop, dalam satuan : Buah/Hr
X7 = Promosi Warkop, dalam satuan : Buah/Iklan
X8 = Partisipasi dan Keakraban Pengunjung : Buah/Kegiatan
X9 = Proses/Loyalitas dalam Pemilihan Warkop : Buah/Lokasi
X10 = Fisik/Bentuk Bangunan Warkop, Satuan : Buah/Pilihan
Untuk mengukur variabel-variabel dalam penelitian digunakan Skala Likerts : 5
(lima) pilihan jawaban dengan pemberian skor pada masing-masing jawaban, sebagai
berikut :
Sangat Tidak Setuju........................Skor 1
Tidak Setuju....................................Skor 2
Cukup..............................................Skor 3
Setuju..............................................Skor 4
Sangat Setuju..................................Skor 5
Fungsi Produksi Cobb Douglas
Adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel
yaitu variabel dependen (Y) dan variabel independen (X), dan penyelesaian
hubungannya biasanya dikerjakan dengan multiple regresi, dan kaidah-kaidah pada
garis regresi juga berlaku pada fungsi Cobb Douglas. Secara sistematis dapat dituliskan
sebagai berikut :
Y = aX b1X b2…..X biX bneu
1 2 i n
b1 u
= aπX1 e
Bila fungsi Cobb Douglas dinyatakan dengan hubungan Y dan X maka :
Y = f (X1,X2……Xi…..Xn)
Dimana :
Y = Variabel yang Dijelaskan
X = Variabel yang Menjelaskan
a,b = Besaran yang Akan Diduga
u = Kesalahan
e = Logaritma Natural 2,718
Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan tersebut, maka persamaan
terlebih dahulu dirubah menjadi bentuk linier berganda dengan melogaritmakan
persamaan tersebut :
Y = f (X1,X2) dan Y = aX b1X b2eu
1 2
Logaritma persamaan di atas adalah :
Log Y = log a + b1logX1 + b2logX2 + V
Y = a* + b1X1* + b2X2 + V*
Keterangan :
Y* = log Y
X* = log V
a* = log a
Hipotesis
Diduga bahwa perubahan Perilaku Organisasi dan Bauran Pemasaran
berpengaruh positif terhadap peningkatan Produktivitas Warkop sebagai Ruang Publik
di Kecamatan Rappocini-Makassar.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Metode pengambilan sampel, dipilih secara acak sederhana (Simple Random
Sampling) dengan menyebar daftar pertanyaan (kuesioner) pada 100 orang responden
yang dipilih sesuai tujuan (purposive) penggemar warkop pada pengunjung individu,
kelompok (community) maupun organisasi (pemerintah/perusahaan) atau sesuai
Perilaku Organisasi (Organization Behaviour). Dari hasil penelitian, dilakukan
pengolahan data dengan program SPSS (Statistical Product and Service Solutions).
Langkah selanjutnya adalah dilakukan pengujian validasi sebagai berikut :
Untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel
dependen, digunakan uji t tes. Hipotesis penelitian yang akan dibuktikan adalah :
a. H0 : β1 = 0 ; Tidak ada pengaruh antara variabel independen terhadap variabel
dependen secara individual.
b. Ha : β1 ≠ 0 ; Ada pengaruh antara variabel independen terhadap variabel
dependen secara individual.
1. Uji t
Untuk mengetahui signifikansi dari pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen.

Persamaan Regresi :
Y = 2,389 – 7,273X1 + 1,070X2 - 1,240X3 - 4,414X4 + 4,040X5 - 2,378X6 -0,500X7
+ 1,000X8 + 1,602X9 + 0,500X10
Dari tabel Coeffisients di atas bahwa secara parsial (individu variabel bebas),
variabel bebas memberikan nilai positif dan negatif yang berarti bahwa faktor-
faktor produksi searah dan tidak searah dengan hasil produktivitas. Hal ini dapat
dilihat nilai rasio masing-masing variabel bebas yang kurang dari 0,05 (5 %) adalah
pada faktor produksi Promosi Warkop (X7), Partisipasi dan Keakraban Pengunjung
(X8) dan Bentuk Bangunan/Fisik Warkop (X10) adalah berpengaruh signifikan
terhadap produktivitas dan menjadi hal yang utama dalam faktor produksi.
2. Uji F
Yaitu untuk mengetahui bagaimana variabel independen berpengaruh terhadap
variabel dependen secara bersama-sama.

Dari tabel Anova di atas menunjukkan bahwa secara bersama-sama/serentak (uji F),
variabel bebas yang terdiri dari seluruh faktor produksi, mempunyai pengaruh
terhadap Produktivitas dan Kepuasan pada tingkat kepercayaan α = 1 %. Hal ini
dilihat nilai probabilitas signifikansi F sebesar 0,000 yang jauh lebih kecil dari
0,01.
3. Pengujian Hipotesis
Pengujian Hipotesis (H7, 8, 10) : Promosi Warkop, Partisipasi dan Keakraban
Pengunjung, Bentuk Bangunan/Fisik Warkop, berpengaruh positif terhadap
produktivitas/kepuasan pada Warkop. Nilai t hitung variabel mempunyai
probabilitas signifikansi 0,000. Adapun varibel bebas berupa faktor produksi
lainnya adalah tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas/kepuasan
Warkop di Kecamatan Rappocini, karena memiliki nilai rasio signifikansi 1, di atas
0,05.
4. Koefisien Determinasi (R2)
Untuk mencari koefisien regresi persamaan regresi digunakan metode kuadrat
terkecil yang akan menghasilkan koefisien regresi linier yang tidak bias. Agar tidak
bias, maka harus memenuhi asumsi klasik. R 2 adalah koefisien determinan yaitu
untuk mengetahui berapa persen pengaruh varibel independen terhadap variabel
dependen dan berapa persen faktor lainnya di luar penelitian.

Nilai koefisien determinasi (R2) adalah antara 0 dan 1 (0 < R 2 <1). Nilai R2 yang
kecil berarti kemampuan variabel-variabel bebas dalam menjelaskan variabel tidak
bebas amat terbatas, begitu pula sebaliknya apabila nilai R2 besar yaitu mendekati 1,
maka variabel bebas mampu menjelaskan variabel terikat secara luas. Pada tabel Model
Summary diatas angka R2 adalah 1,000 atau 100 %, artinya seluruh variabel faktor-
faktor produksi mampu menjelaskan peningkatan produktivitas/kepuasan pada Warkop
di Kecamatan Rappocini dan tidak ada faktor lain dari luar yang mempengaruhi
produktivitas seperti Jumlah Pelayan, Sarana Parkir, Kondisi Cuaca dan lainnya.
Transformasi Persamaan Regresi Linier Kedalam Fungsi Cobb Douglas
Bentuk umum dari fungsi produksi Cobb Douglas dari persamaan regresi linier
adalah sebagai berikut :
Persamaan Regresi dan Cobb Douglas : Y=2,389–
7,273X1+1,070X2-1,240X3-4,414X4+4,040X5-2,378X6-
0,500X7+1,000X8+1,602X9+0,500X10
LnQ=2,389-7,273LnI1+1,070X2-1,240X3-4,414X4+4,040X5-2,378X6-
0,500X7+1,000X8+1,602X9+0,500X10
Perhitungan Return to Scale (Skala Hasil Produksi) :
Untuk mengetahui besarnya tambahan hasil produksi akibat bertambahnya
faktor produksi akibat bertambahnya faktor produksi secara proporsional. Nilai RTS
diperoleh hasil :
RTS = -7,273+1,070-1,240-4,414+4,040-2,378-2,378-0,500+1+1,602+0,5 = -7,593
RTS < 1, maka proses produksi menunjukkan Decreasing RTS yang berarti
proporsi penambahan faktor produksi melebihi proporsi penambahan produktivitasnya.
Dari perhitungan tersebut terlihat bahwa proses faktor produksi tidak mampu
memberikan nilai tambah dikarenakan proporsional penggunaan sarana terlalu
berlebihan dan tidak proporsional dengan hasil produktivitas/kepuasan, sehingga untuk
meningkatkan hasil diharapkan pengunjung Warkop secara berkelompok dapat lebih
efisien dalam biaya faktor produksi Warkop. Sekiranya terlalu besar, maka perlu
dievaluasi perencanaan produktivitasnya agar meningkat.
Analisis Elastisitas Output dari Input Variabel
Dari perhitungan variabel output dan input di atas, hasil tertinggi dari angka
variabel bebas yaitu 4,04 X5 adalah faktor produksi : Harga dan Biaya Menu makanan
dan minuman, merupakan variabel overhead dan nilai input pada umumnya dibawah 1,
artinya bahwa penggunaan faktor produksi dan overhead yang berlebihan perlu
dikurangi agar produktivitas dapat meningkat dan agar dapat lebih efisien.
Dari hasil regresi diperoleh hasil koefisien determinasi sebesar 100 %, artinya
varibel dependen (Produktivitas) dapat dijelaskan oleh variabel independen (Faktor
Produksi) secara keseluruhan dan tidak dipengaruhi oleh variabel lain diluar model
seperti Jumlah Pelayan, Tempat Parkir, Kondisi Cuaca dan sebagainya.
Performansi proses produksi sebesar -7,593 adalah dibawah 1 atau Decreasing
RTS dan penggunaan faktor produksi berlebihan sehingga tidak produktif dan tidak
efisien. Biaya berlebihan dengan overhead tinggi pada faktor produksi 4,04 pada
Harga/Biaya Menu Makanan dan Minuman (Rp/Pax), perlu ditekan dan meningkatkan
tiga variabel yang signifikan mempengaruhi produksivitas yaitu Promosi Warkop
(0,00), Partisipasi dan Keakraban Pengunjung (0,00) dan Bentuk Bangunan/Fisik dari
Warkop (0,00) kurang dari 5 %, perlu ditingkatkan dengan cara menambah investasi,
modal kerja dari bank dan menambah tenaga kerja agar produktivitas/kepuasan
pengunjung Warkop dapat terwujud dengan sebaik-baiknya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian, maka penulis dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Warkop adalah sangat digemari oleh masyarakat khususnya di Kecamatan
Rappocini, karena sebagai ruang publik yang mampu mempersatukan berbagai
kalangan peminum kopi secara individu, kelompok maupun organisasi dan
menciptakan bauran pemasaran guna terwujudnya produktivitas/kepuasan.
2. Dari hasil regresi diperoleh hasil koefisien determinasi sebesar 100 %, artinya
varibel dependen (produktivitas) dapat dijelaskan oleh variabel independen (faktor
produksi) secara keseluruhan dan tidak dipengaruhi oleh variabel lain diluar model
seperti jumlah pelayan, tempat parkir, kondisi cuaca dan sebagainya.
3. Performansi proses faktor produksi sebesar -7,593 adalah dibawah 1 atau
Decreasing RTS dan penggunaan faktor produksi berlebihan sehingga tidak
produktif dan tidak efisien.
4. Biaya berlebihan dengan overhead tinggi pada faktor produksi 4,04 pada
harga/biaya menu makanan dan minuman (Rp/Pax), perlu ditekan dan
meningkatkan tiga variabel yang signifikan mempengaruhi produktivitas
yaitu promosi (0,00), partisipasi dan keakraban pengunjung (0,00) dan
bentuk bangunan/fisik dari warkop (0,00) kurang dari 5 %, perlu
ditingkatkan dengan cara menambah investasi, modal kerja dari bank
dan menambah tenaga kerja agar produktivitas/kepuasan pengunjung
warkop dapat terwujud dengan sebaik-baiknya.
Saran
Dari hasil penelitian ini kami memberikan beberapa saran sebagai berikut :
1. Jagalah selalu lingkungan bersih dan gaya hidup sehat serta keamanan lingkungan.
2. Warkop sebagai ruang publik diharapkan dapat mempersatukan
berbagai kalangan dan kegiatan serta menjaga toleransi dan
keberagaman masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta : Ar-Ruzz
Media. Basrowi dan Suwandi. (2008). Memahami Kualitatif, Jakarta : P.T.
Rhineka Cipta.
Carmona, et al. (2008). Public Space : the Management Dimension.
Routledge, Taylor & Francis group. New York, USA.
Darmawan. Teori dan Kajian Ruang Publik Kota, Undip Semarang.
Denzin and Lincoln. (2009). Handbook of Qualitative Research
(terjemahan), Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Goode. (2005). Habermas : Democracy and the Public Sphere (Modern
European Thinkers), London : Pluto Press.
Habermas. (1989). The Structural Transformation Of Public Sphere,
London : Polity Press.
Hardiman. (2015). Ruang Publik Melacak Partisipasi Demokratis Dari Polis
Sampai Cyberspace, Sleman Yogyakarta : Pustaka Ilmu Kanisius.
Mehta. (2007). A Toolkit For Performance Measures Of Public Space. 43rd
ISOCARP Congress 2007.
Patton. (2009). How To Use Qualitative Methods In Evaluation (terjemahan),
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Praheri. (2012). Kegiatan Kopi Semawis Pada Ruang Publik Di Kawasan
Pecinan Semarang, Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota UNDIP,
Semarang.
Zhang and Lawson. (2009). Meeting And Greeting : Activities In Public
Outdoor Spaces Outside Highdensity Urban Residential
Communities. Urban Design International, 14 (4), 207-214.
PERILAKU ORGANISASI DAN KEPEMIMPINAN
SEBAGAI SEBUAH SISTEM
Oleh: Fitriani
Dosen IAIN Bone

Abstract: In the last decade Islamic educational institutions have evolved as


an increasingly complex institution that requires a well-ordered organization.
The complexity of Islamic educational institutions is particularly evident
from the need for management of educational implementation by
management approach. That is the need to use management science
approach in educational institutions especially Islamic educational
institutions to be absolute. So the development of educational administration
becomes an interesting part for practitioners and educational experts until
now. In educational institutions, the relationships between leadership,
management, administration and organization are mutually demanding and
have an important role in advancing Islamic education institutions.
Therefore, these four components can not be separated in educational
institutions.

Kata Kunci: Organizational Behavior and Leadership

Organisasi merupakan kumpulan dari beberapa orang dan dapat


dikatakan bahwa kelompok yang ada baik untuk semua orang atau kelompok
dalam sebuah organisasi sudah pasti memiliki tujuan dan pandangan masing-
masing dari kerjanya dalam organisasi. Mereka bersaing untuk mencapai
kepentingannya masing-masing dalam organisasi tersebut. Hal ini juga
ditandai dengan perbedaan yang ada mengenai segala macam sifat dalam
anggota organisasi tersebut. Akan tetapi dalam sebuah organisasi ada
seorang pimpinan yang mampu mengarahkan anggota organisasinya agar
mampu mencapai tujuan bersama akan organisasi itu, terlepas dengan tujuan
pribadi masing-masing anggota tersebut.
Maka dengan demikian, seorang pemimpin organisasi memiliki andil
yang sangat besar dalam pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan
efesien. Pemimpinlah yang menentukan kemana organisasi mau dibawa dan
bagaimana pergerakan semua elemen yang ada dalam organisasi agar dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan itu tentu
bukan perkara mudah, karena ada faktor manusia yang ada dalam organisasi
yang seringkali memunculkan masalah yang rumit dan sulit dipecahkan
dibanding masalah-masalah teknis.

1. Perilaku Organisasi
a. Konsep Dasar Organisasi
Setiap manusia akan berhubungan dengan bermacam-macam
orang yang begitu kompleks dan bersangkutan dengan kebutuhan baik
dari segi ekonomi, sosial, budaya, rekreasi, pendidikan dan lain
sebagainya. Disadari atau tidak disadari, sengaja atau tidak disengaja,
setiap manusia selalu berada, dibesarkan dalam dan menjadi anggota
oeganisasi. Ini berlangsung sejak lahir hingga pada saat meninggal
dunia.
Dalam perkembangan dunia yang begitu kompleks, begitu juga
permasalahan manusia yang selalu berkembang dan begitu kompleks.
Pada dasarnya manusia tidak bisa hidup sendiri dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidupnya, maka dengan adanya tujuan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya tersebut, dengan demikian manusia
membentuk suatu kelompok atau organisasi, entah apapun nama
organisasinya. Sedangkan ciri utama dari peradaban manusia dalam
masyarakat adalah keterlibatannya dalam sebuah organisasi tertentu.
Oleh karena itu, manusia adalah pendukung utama dari setiap
organisasi. Perilaku manusia yang berada dalam organisasi itulah awal
dari perilaku organisasi itu sendiri.1
Menurut Baharuddin dalam bukunya menyatakan bahwa
Organisasi diartikan sebagai wadah untuk menjalin kerja sama yang
baik diantara para individu. Bahkan dikatakan pula bahwa organisasi
telah lama dikenal oleh manusia bahkan ia muncul semenjak manusia
pertama ada.2
Selain itu, organisasi adalah suatu usaha untuk mempermudah
pemenuhan kebutuhan dengan membentuk hubungan kerja sama
dengan membuat kelompok-kelompok. Tujuan dari usaha manusia
akan lebih mudah dicapai dan diperoleh dengan cara bersama-sama
daripada seorang diri. Maka dengan demikian, bisa dikatakan bahwa
organisasi adalah wadah yang memungkinkan masyarakat dapat
meraih hasil yang sebelumnya tidak dapat dicapai oleh individu secara
sendiri-sendiri. Organisasi merupakan suatu unit yang terkoordinasi
yang terdiri setidaknya dua orang, yang berfungsi mencapai sasaran
tertentu atau serangkaian tertentu.3
Istilah organisasi mempunyai dua pengertian umum. Pertama
organisasi diartikan sebagai suatu lembaga atau kelompok fungsional,

1
Veitzhal Rivai & Deddy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi
(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011), h. 169.
2
Baharuddin & Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan Islam (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2012), h. 121.
3
Veitzhal Rivai & Deddy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi h. 170.
misalnya, sebuah perusahaan, sebuah sekolah, sebuah perkumpulan
dan badan pemerintahan. Kedua, merujuk kepada proses
pengorganisasian yaitu bagaimana pekerjaan diatur dan dialokasikan di
antara para anggota, sehingga tujuan organisasi itu dapat tercapai
secara efektif. Sedangkan organisasi itu sendiri diartikan sebagai
kumpulan orang dengan sistem kerja sama untuk mencapai tujuan
bersama.
Berkaitan dengan pengertian organisasi di atas. Dalam hal ini
sejalan dengan apa yang difirmankan Allah swt dalam QS Al
Hujurat/49: 10 yang berbunyi: 4
٠١ ‫ن‬ ‫ِإ َّن َما ٱۡل ُم ۡؤ ِم ُنو ِإ ۡخ َو ف ِ ح بۡ ن خ َوۡي‬
ُ ۡ ‫َعل‬ ‫وٱ َّتقُو ْا‬
‫ٱ ّ ُك ۡم ّلَ ر م‬ ‫ة ن أ ل و ي أ ُك ۚۡۡم‬ٞ
‫َ ت و‬ ‫ْا‬
‫ح‬ ‫ل‬ ‫ص‬

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu bersaudara. Karena itu maka


damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah swt.
supaya kamu mendapat rahmat.
Dengan demikian, Islam juga mengajarkan bahwa hidup ini
tidak bisa dijalani dengan seorang diri. Karena orang tidak akan
mampu hidup secara wajar tanpa adanya orang lain. Penting menyadari
bahwa ada orang lain selain dirinya sendiri dalam kehidupan ini.
Dengan kesadaran itu, maka ia akan teringat hak dan kepentingan diri
orang lain, sehingga teringat pula bahwasanya ada kewajiban pada
dirinya yang harus ditunaikan kepada orang lain. Pada akhirnya,
kesadaran yang semacam ini mampu menjadikan seseorang menjadi
penting bagi orang lain, begitu pula sebaliknya. Ia tidak akan
mampu menyelesaikan tugas-tugas dan kewajibannya dengan baik,
4
Al Quran dan Terjemahnya, Departemen Agama Republik Indonesia (Surabaya:
Al Hidaya, 2002), h. 846.
tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu, manusia itu lemah dengan
dirinya sendiri dan menjadi kuat dengan bersama orang lain.5
Maka menurut hemat penulis, dari uraian di atas dapat
dikatakan bahwa organisasi adalah wadah dari sebuah proses
penentuan, pengelompokkan dan penyusunan berbagai macam
kegiatan dengan melibatkan orang-orang yang menjadi anggota dalam
organisasi tersebut untuk mencapai tujuan tertentu.
b. Konsep Perilaku
Pengertian perilaku dapat dibatasi sebagai keadaan jiwa untuk
berpendapat, berfikir, bersikap, bertindak dan lain sebagainya, yang
merupakan refleksi dari berbagai macam aspek, baik fisik maupun non
fisik. Perilaku juga diartikan sebagai suatu reaksi psikis seseorang
terhadap lingkungannya, reaksi yang dimaksud digolongkan menjadi
2, yakni dalam bentuk pasif (tanpa tindakan nyata atau konkrit), dan
dalam bentuk aktif (dengan tindakan konkrit), Sedangkan dalam
pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan atau tindakan yang
dilakukan oleh makhluk hidup.6
Dalam ensiklopedia Amerika disebutkan bahwa perilaku
diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap
lingkungannya. Untuk menimbulkan reaksi maka diperlukan
rangsangan. Jadi rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau
perilaku tertentu.7 Dengan demikian perilaku individu dapat ditentukan

5
Ahmad Djalaluddin, Manajemen Qur’ani Menerjemahkan Idarah Ilahiyah dalam
Kehidupan (Malang: UIN-Malang Press, 2007), h. 146.
6
Soekidjo Notoatmodjo, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan (Jakarta: Rineka
Cipta, 2003), h. 25.
7
Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku dapat
diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang. Dalam sosiologi, perilaku dianggap
sebagai sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang lain dan oleh karenanya merupakan
oleh berbagai macam ransangan yang ada disekitarnya, dalam artian
seluruh perilaku yang menjadi tabiat manusia tidak hanya ditentukan
oleh bawaan dari lahir/fitrah manusia tersebut dalam aliran psikologi
disebut dengan nativisme semata, akan tetapi juga dipengaruhi oleh
lingkungan (empirisme), bahkan pula ditentukan oleh aspek geografis
latar belakang orang tersebut.
Sedangkan menurut pandangan Behavioristik diartikan bahwa
perilaku sebagai respon terhadap stimulus akan sangat ditentukan oleh
keadaan stimulusnya dan individu seakan-akan tidak mempunyai
kemampuan untuk menentukan perilakunya.
Sedangkan menurut Skinner yang dikutip Notoatmodjo
menyatakan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara
perangsang (stimulus dan tangapan atau respon). Ia membedakan ada
dua respon, yaitu:8
1) Respondent Respons atau Reflexive Respons, merupakan respon
yang ditimbulkan oleh rangsangan tertentu. Respon ini sangat
terbatas keberadaannya pada manusia karena hubungan yang pasti
antara stimulus dan respon kemungkinan untuk memodifikasinya
sangat kecil.
2) Operant Respons atau Instrumen Respons, merupakan respon yang
timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu.

suatu tindakan sosial manusia yang sangat mendasar. Perilaku tidak boleh disalah artikan
sebagai perilaku sosial, yang merupakan suatu tindakan dengan tingkat lebih tinggi, karena
perilaku sosial adalah perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang lain. Penerimaan
terhadap perilaku seseorang diukur relatif terhadap norma sosial dan diatur oleh
berbagai kontrol sosial. Dalam kedokteran perilaku seseorang dan keluarganya dipelajari
untuk mengidentifikasi faktor penyebab, pencetus atau yang memperberat timbulnya
masalah kesehatan. Intervensi terhadap perilaku seringkali dilakukan dalam rangka
penatalaksanaan yang holistik dan komprehensif. Perilaku manusia dipelajari
dalam ilmu psikologi, sosiologi, ekonomi, antropologi dan kedokteran.
8
Soekidjo Notoatmodjo, Pendidikan dan Perilaku h. 37.
Respon ini merupakan bagian terbesar dari perilaku manusia dan
kemungkinan untuk memodifikasinya sangat besar bahkan tak
terbatas.
Menurut hemat penulis, dapat dikatakan bahwa perilaku
individu pada diri manusia tidak timbul dengan sendirinya, tapi itu
adalah reaksi dari stimulus yang terjadi, baik secara internal maupun
secara eksternal. Dan hal ini tidak terlepas dari sebuah proses
kematangan organ-organ tubuh. Lebih dari sekedar itu, perilaku
individu tersebut dapat berupa baik yang bisa diamati maupun tidak
bisa diamati.
c. Pengertian Perilaku Organisasi
Perilaku organisasi adalah suatu studi yang menyangkut aspek-
aspek tingkah laku manusia dalam suatu kelompok tertentu. Hal ini
dapat meliputi aspek yang ditimbulkan oleh pengaruh organisasi
terhadap manusia demikian pula halnya pengaruh manusia terhadap
organisasi. Tujuan akan telaah ini adalah sebuah usaha untuk
mendeterminasi pengaruh manusia terhadap pencapaian tujuan-tujuan
organisasi.9
Perilaku organisasi (organizational behavior) adalah sebuah
bidang studi yang menyelidiki pengaruh yang dimiliki oleh individu,
kelompok, dan struktur terhadap perilaku dalam organisasi, yang
bertujuan menerapkan ilmu pengetahuan semacam ini guna
meningkatkan keefektifan sebuah organisasi.10 Disamping itu juga
disebutkan bahwa dalam perilaku organisasi terjadi interaksi dan
hubungan antara organisasi di satu pihak dan perilaku individu di lain

9
Veitzhal Rivai & Deddy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi h. 171.
10
Khairul Maulana, Resume Perilaku Organisasi, (Makalah Sekolah Tinggi
Manajemen Informatika dan Komputer STMIK Mercusuar, 2010), h. 7.
pihak. Kesemuanya ini memiliki tujuan praktis yaitu untuk
mengarahkan perilaku manusia untuk mencapai tujuan-tujuan bersama
sesuai dengan tujuan organisasi.
Jadi sebenarnya dalam analisis penulis, bahwa perilaku
organisasi adalah perilaku individu dalam anggota organisasi yang
saling mempengaruhi satu sama lain, sehingga tujuan bersama yang
diupayakan mampu terealisasikan dengan baik.
2. Kepemimpinan
1. Konsep Dasar Kepemimpinan
Kepemimpinan dipahami sebagai segala daya dan upaya
bersama untuk menggerakkan semua sumber dan alat (resources) yang
tersedia dalam suatu organisasi. Untuk itu dapat dikatakan bahwa
sukses tidaknya suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sengat tergantung atas kemampuan pempinannya untuk
menumbuhkan iklim kerja sama agar dengan mudah dapat
menggerakkan sumber daya tersebut, sehingga dapat
mendayagunakannya dan dapat berjalan secara efektif dan efisien.
Di dalam lingkungan masyarakat atau di dalam organisasi,
kepemimpinan terjadi melalui dua bentuk, yaitu: kepemimpinan formal
(formal leadership) dan kepemimpinan informal (informal leadership).
Kepemimpinan formal terjadi apabila di lingkungan organisasi jabatan
otoritas formal dalam organisasi tersebut diisi oleh orang-orang yang
ditunjuk atau dipilih melalui proses seleksi. Sedangkan kepemimpinan
informal terjadi, dimana kedudukan pemimpin dalam suatu organisasi
diisi oleh orang-orang yang muncul dan berpengaruh terhadap orang
lain karena kecakapan khusus atau berbagai sumber yang dimilikinya
dirasakan mampu memecahkan persoalan organisasi serta memenuhi
kebutuhan dari anggota organisasi yang bersangkutan.11
Dalam ajaran Islam juga disebutkan bahwasanya Allah swt.
menciptakan manusia di muka bumi adalah sebagai pemimpin
(khalifah), sebagaimana firman Allah swt. dalam QS Al Baqarah/2:30
yang berbunyi:12
‫في َها‬ ََٰٓ 3 ²
ُ ‫من ي‬ ‫في ٱ ۡۡل خِلي قالُ ۡ ج َعل‬ ‫جا ع‬ ‫ن‬ ِّ ‫ئ‬ ِ َ
‫ل‬ ‫ر ُّبك ِلۡل َم‬ ‫وإۡذ‬
ِ
‫ۡف د‬ ‫ ََٰٓو ْا ي َها أَ َت‬3 ‫ۡرض َف ˚ۖٗة‬ ‫ل‬ٞ ‫َك ِة قال ي ِإ‬
‫س‬
٠٣ ‫ن‬ َ‫و َي ۡس ِف ك ٱل ِّّد َم َٰآَ َء نس ِّّبح ۡ م و ُن َق ِّّدس قال إ ي أ َل ت ۡعل‬
‫ُمو ما‬ ‫ِّّن ۡعلَ ُم‬ ‫َل َك‬ ‫ِب ِدك‬ ‫و َن ۡحن‬
‫ح‬

Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:


“sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”.
Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi
itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui”.

Dalam berbagai macam literatur disebutkan bahwa definisi


tentang kepemimpinan bervariasi, sebanyak orang yang mencoba
mendefinisikannya. Secara luas, kepemimpinan dapat didefinisikan
yakni usaha atau proses untuk mempengaruhi dalam menentukan
tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai
tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Terkadang ia diartikan atau dipahami sebagai kekuatan untuk
menggerakkan dan mempengaruhi orang.13 Dengan demikian, ia
merupakan alat atau sarana untuk membujuk orang agar bersedia
melakukan sesuatu dengan sukarela/sukacita.
11
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik
dan Permasalahannya (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005),
h. 84.
12
Al Quran dan Terjemahnya, Departemen Agama Republik Indonesia h. 13
13
Veitzhal Rivai & Deddy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi h. 2.
Jadi menurut hemat penulis, dari beberapa pengertian
kepemimpinan diatas disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah
sebuah usaha untuk mempengaruhi, memotivasi dan mengorganisir
agar orang lain mau diajak untuk bekerja sama untuk mencapai tujuan
bersama.
2. Kepemimpinan Pendidikan
Istilah kepemimpinan pendidikan mengandung dua pengertian,
dimana kata pendidikan menerangkan di lapangan apa dan di mana
kepemimpinan itu berlangsung, dan sekaligus menjelaskan pula sifat
dan ciri-ciri kepemimpinan, yaitu bersifat mendidik dan membimbing.
Sebagaimana kata pendidikan yang menunjukkan arti yang dapat
dilihat dari dua segi, yaitu:14
1) pendidikan sebagai usaha atau proses pendidik dan mengajar seperti
yang dikenal sehari-hari
2) pendidikan sebagai ilmu pengetahuan yang membahas berbagai
masalah tentang hakikat dan kegiatan mendidik mengajar dari
zaman ke zaman atau yang membahas prinsip-prinsip dan pratik-
praktik mendidika dan mengajar dengan segala cabang-cabangnya
yang telah berkembang begitu luas dan mendalam.
Dari dua hal tersebut, maka dapat penulis jelaskan bahwa
kepemimpinan pendidikan pada dasarnya terdapat dan berperan pada
usaha-usaha yang berhubungan dengan proses mendidik dan mengajar
di satu pihak, dan pada pihak lain berhubungan dengan usaha-usaha
pengembangan pendidikan sebagai satu ilmu dengan segala cabang-
cabangnya dan ilmu-ilmu pembantu lainnya.

14
Marno, Triyo Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan
Pendidikan Islam (Bandung: Refika Aditama, 2008), h. 32.
Kepemimpinan dalam lembaga pendidikan sangat berperan
penting dalam mengembangkan seluruh sumber daya yang ada
termasuk sumber daya manusia (SDM), oleh karena itu, para pakar
pendidikan mencoba mengartikan kepemimpinan pendidikan, yaitu:
1) Nawawi mengatakan bahwa kepemimpinan pendidikan adalah
proses menggerakkan, mempengaruhi, memberikan motivasi, dan
mengarahkan orang-orang di dalam organisasi atau lembaga
pendidikan tertentu untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan
sebelumnya. Untuk mewujudkan tugas terebut, setiap pimpinan
pendidikan harus mampu bekerja sama dengan orang-orang yang
dipimpinnya untuk memberikan motivasi agar melakukan
pekerjaannya secara ikhlas.15
2) Fachrudi mengatakan bahwa kepemimpinan pendidikan adalah
suatu kemampuan dalam proses mempengaruhi, mengkoordinir
orang-orang lain yang ada hubungannya dengan ilmu pendidikan
dan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, agar kegiatan-kegiatan
yang dijalankan dapat berlangsung lebih efisien dan efektif di dalam
pencapaian tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran.
3) Sedangkan Assosiation of Supervision and Curiculum Development
(ASCD), menyatakan bahwa kepemimpinan pendidikan adalah
tindakan atau tingkah laku di antara individu-individu dan
kelompok-kelompok yang menyebabkan mereka bergerak kea rah
tercapainya tujuan-tujuan pendidikan yang menambahkan
penerimaan bersama bagi mereka.16

15
Marno, Triyo Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan h. 32.
16
Marno, Triyo Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan h. 33
Dari beberapa pendapat tersebut di atas, tentang pengertian
kepemimpinan pendidikan, maka dapat penulis simpulkan bahwa yang
dimaksud dengan kepemimpinan pendidikan adalah kemampuan
seseorang dalam mempengaruhi, mengkoordinir, menggerakkan,
memberikan motivasi dan mengarahkan orang-orang dalam lembaga
pendidikan agar pelaksanaan pendidikan dapat lebih efisien dan efektif
dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang telah dirumuskan.
Pemimpin pada hakikatnya adalah seseorang yang mempunyai
kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain di dalam
kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Kekuasaaan adalah
kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi bawahan
sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakannya. Semakin
banyak jumlah sumber kekuasaan yang tersedia bagi pemimpin, maka
makin besar potensi kepemimpinan yang efektif.17 Dengan demikian,
penulis beranggapan bawah makin efektifnya kepemimpinan
seseorang, maka kesuksesan dalam mencapai cita-cita semakin terbuka
lebar. Dalam hal ini, seorang pemimpin benar-benar mampu
mempengaruhi bawahnnya dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Dari pemaparan di atas tentang perilaku organisasi dan
kepemimpinan, dapat penulis rangkum bahwa dalam sebuah organisasi
pasti memerlukan orang yang mampu memimpin dengan baik yang
mampu mengarahkan seluruh anggota dalam organisasi tersebut, sehingga
memiliki persepsi yang sama akan tujuan bersama yang ingin dicapai.
Dengan demikian, perilaku setiap individu yang terdapat dalam organisasi
terarah dengan tujuan yang diinginkan. Maka suatu perilaku dalam

17
Nanang Fattah, Landasan Manajamen Pendidikan (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009), h. 88.
organisasi dan kemampuan pemimpin untuk memimpin sebuah organisasi
terutama dalam lembaga pendidikan, hal tersebut menjadi sebuah sistem
yang harus dijalankan oleh setiap komponen dalam organisasi tersebut.
A. Simpulan
Dalam sebuah organisasi pasti memerlukan orang yang mampu
memimpin dengan baik yang mampu mengarahkan dan mengelola
seluruh anggota dalam organisasi tersebut, sehingga memiliki persepsi
yang sama akan tujuan bersama yang ingin dicapai. Dengan demikian,
perilaku setiap individu yang terdapat dalam organisasi terarah dengan
tujuan yang diinginkan. Maka suatu perilaku dalam organisasi dan
kemampuan pemimpin untuk memimpin sebuah organisasi terutama
dalam lembaga pendidikan, hal tersebut menjadi sebuah sistem yang
harus dijalankan oleh setiap komponen dalam organisasi tersebut.

DAFTAR RUJUKAN

Al Quran dan Terjemahnya, Departemen Agama Republik Indonesia


Surabaya: Al Hidaya, 2002.
Baharuddin & Umiarso. Kepemimpinan Pendidikan Islam. Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media, 2012
Djalaluddin, Ahmad. Manajemen Qur’ani Menerjemahkan Idarah
Ilahiyah dalam Kehidupan. Malang: UIN-Malang Press. 2007
Fattah, Nanang. Landasan Manajamen Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya. 2009
Marno, Triyo Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan
Islam Bandung: Refika Aditama, 2008
Maulana, Khairul. Resume Perilaku Organisasi, Makalah Sekolah Tinggi
Manajemen Informatika dan Komputer STMIK Mercusuar, 2010
Notoatmodjo, Soekidjo. Pendidkan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka
Cipta, 2003
Rivai Veitzhal & Deddy Mulyadi. Kepemimpinan dan Perilaku
Organisasi, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011
Wahjosumidjo. Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik dan
Permasalahannya, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005

Peranan Perilaku Organisasi dan Manajemen Strategi dalam


Meningkatkan Produktivitas Output Pendidikan
ISSN: 2549-8193
Volume 2 – Nomor 1
Januari – Juni 2018
Muhammad Anggung Manumanoso Prasetyo
Institut Agama Islam Negeri Lhokseumawe
e-mail; anggung@iainlhokseumawe.ac.id
Abstrak: Isu strategis yang menjadi permasalahan pendidikan dewaasa ini antara
lain pencapaian mutu yang rendah melihat produktivitas lulusan, faktor yang
berkaitan dengan issue value for money dan faktor akuntabilitas pendidikan. Perilaku
Organisasi meliputi kumpulan yang kompleks mengenai ideologi, simbol, dan nilai
inti yang berlaku dalam perusahaan dan mempengaruhi cara menjalankan
usahanya. Mempertajam budaya organisasi merupakan tugas sentral kepemimpinan
strategik yang efektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan bagaimana
perilaku organisasi berpengaruh terhadap proses perubahan organisasi.
Implementasi Perubahan merupakan sebuah proses yang berpangkal dari
perubahan cara berfikir (mindset). Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan
(Library Research) Sumber data primernya adalah teori perilaku organisasi. sumber
data sekundernya adalah teori perubahan, manajemen strategic, dan produktivitas.
Hasil penelitian menunjukkan pikiran orang yang berada didalam organisasi
membentuk pikiran organisasi yang kemudian menghasilkan nilai-nilai sekolah, lalu
kondisi tersebut menghasilkan tindakan yang baik. Komponen peningkatan
produktivitas dalam konteks output pendidikan yaitu (1) sikap kerja; (2) tingkat
keterampilan; (3) hubungan antara lingkungan; (4) manajemen produktivitas; (5)
efisiensi tenaga kerja; dan (6) kewiraswastaan.
Kata kunci: Perilaku Organisasi, Manajemen Strategi, Produktivitas.
Abstract: The Strategic issues that are currently the problem of education this time
include the achievement of low quality seeing graduate productivity, factors related
to issue value for money and factors of educational accountability. Organizational
behavior includes a complex collection of ideologies, symbols, and core values that
apply in the company and influences the way to run the business. Establishing an
Muhammad Anggung Peranan Perilaku Organisasi dan Manajemen Strategi dalam Meningkatkan
Produktivitas Output Pendidikan.
81
organizational culture is the main task of effective strategic leadership. This study
aims to reveal how organizational behavior influences the process of organizational
change. Implementation of Change is a process that stems from changes of mindset.
This research is library research. The primary data source is the theory of
organizational behavior. Secondary data sources are change theory, strategic
management, and productivity. Research result show that thoughts of people who
are in the organization build the mind of the organization to build a good condition
that will produced good performance. Component of increasing productivity in the
context of educational output are (1) work attitude; (2) skill competence; (3)
environment relationship; (4) productivity management; (5) labor efficiency and (6)
entrepreneurship.
Key Words: Organizational Behavior, Strategic Management, Productivity.
PENDAHULUAN
Pada masa pembangunan dewasa ini, pendidikan ibarat dinamit bagi negara
berkembang termasuk Indonesia. Menurut Tilaar (2003:91) ada tiga alasan kenapa
pendidikan menjadi buah simalakama bagi Indonesia, Pertama, pendidikan masih
merupakan suatu komoditi yang diperebutkan untuk memperoleh hak-hak
istimewa (privilege). Kedua, pendidikan menyebabkan tingginya harapan rakyat
-munculnya kesenjangan antara harapan dan kenyataan karena kebijakan tidak
berjalan serasi dengan pembangunan ekonomi-, Ketiga, pendidikan melahirkan
pendidikan yang lebih banyak lagi sehingga memungkinkan menurunnya kualitas.
Apalagi dengan adanya desentralisasi dalam arti pendidikan membuka cakrawala
pengelola lembaga untuk meningkatkan kinerja dan mutu layanan kelembagaan
pendidikan. Otonomi daerah juga sejalan dengan dimensi pembangunan dari
pengelolaan sistem pendidikan nasional, dalam arti lain peran masyarakat juga
semakin besar dalam perkembangan pendidikan.
Agar perkembangan pendidikan menuju kepada target positif, pendidikan harus
diarahkan ke masa mendatang lewat pembaharuan yang inovatif. Alfin Toffler,
sebagaimana dikutip Fajar, “Education must shift into the future tense.” (Pendidikan
harus berorientasi kemasa depan). Konsekuensinya pendidikan harus mampu
mendeteksi pergeseran gejala-gejala sosial yang mengakibatkan perubahan sekarang
dan akan datang, mengambil langkah strategis dan mengambil manfaat perubahan
Idārāh Vol. 2 No. 1 Januari – Juni 2018
82
sekarang serta meminimalisis dampak negatif dari perubahan tersebut (Malik Fajar,
1998:28).
Penyelenggaraan pembelajaran -baik di lembaga-lembaga pendidikan formal,
informal atau bahkan dalam pendidikan tradisional dalam keluargam aupun
komunitas- pada hakikatnya selalu merupakan proses belajar yang bertumpu pada
keniscayaan akan laku perubahan. Pendidikan oleh karena itu selalu bersifat
dinamis, bergerak cepat atau lambat mengalir begitu saja yang membentuk cikal
bakal peradaban baru yang tidak terbayangkan.
Masalah pokok terkait pendidikan nasional tertuang dalam sebuah laporan yang
diterbitkan oleh Kedeputian Bidang Koordinasi Pendidikan Agama Dan Aparatur
Negara Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat ada lima yaitu (1) visi
dan misi pendidikan nasional; (2) masalah ketuntasan pendidikan dasar; (3)
pendekatan dalam pembinaan pendidikan guru; (4) evaluasi pendidikan; dan (5)
masalah pendidikan tinggi (Chaedar Alwaasilah, 2008:5).
Beberapa permasalahan tersebut berkaitan dengan beberapa isu strategis yang
menjadi priority subject dalam sector pendidikan itu sendiri yang mencangkup tiga
bahasan. Pertama, pencapaian mutu yang rendah melihat produktivitas lulusan.
Kedua, faktor yang berkaitan dengan issue value for money, yaitu fakta yang
menunjukkan semakin merosotnya perekonomian yang berakibat langsung kepada
kemampuan masyarakat dalam hal pembiayaan pendidikan. Ketiga, faktor
akuntabilitas dari pendidikan.
Sebuah penelitian yang dilakukan Rivai dan Sylviana (2009:4) tentang inovasi
pendidikan, mengemukakan bahwa budaya yang rendah dalam kedataran struktur
insentif dan jenjang karir memberikan dampak buruk terhadap mutu pendidikan.
Dalam pembahasan ini sekolah dianggap sebagai unit perubahan pendidikan. Pada
sebagian besar literature tentang perubahan, guru menjadi agen perubahan.
Kebutuhan sekolah yang berbeda dan kapasitas mereka untuk pembaharuan
bermacam-macam ketika dihadapkan dengan tuntutan perubahan, karena faktor
perilaku individu atau kelompok yang bernaung didalam organisasi tersebut.
Perilaku individu maupun kelompok memiliki pengaruh yang sangat penting dalam
mensukseskan perubahan.
Masalah perilaku individu atau kelompok merupakan masalah pelik yang selalu
dihadapi pimpinan di berbagai organisasi karenanya perlu dipelajari dan dipahami
demi pencapaian tujuan organisasi secara efektif. Muhammad Anggung Peranan Perilaku
Organisasi dan Manajemen Strategi dalam Meningkatkan Produktivitas Output Pendidikan.
83
Pimpinan pesantren sangat perlu untuk mempelajari secara cermat dan teliti, baik
kebijakan dan prioritas pemerintah maupun prioritas sekolah itu sendiri. Dia juga
harus pandai menganalisis situasi dan mengevaluasi terhadap kekuatan dan
kelemahan internal sistem pendidikan serta peluang dan ancaman yang berasal dari
luar sistem pendidikan. Biasanya alat analisis yang bisa digunakan untuk
menganalisis suatu permaslahan yang bersifat internal maupun eksternal dalam
suatu organisasi khususnya lembaga sekolah dan juga terbukti mampu berjalan
dengan efektif adalah alat analisis SWOT.
PEMBAHASAN
Arti dan Konsepsi Perilaku Organisasi
Pemahaman akan pengertian organizational behavior terbagi menjadi dua, pertama
dipahami sebagai budaya organisasi dan kedua sebagai perilaku organisasi. Dalam
pembahasan kali ini penulis mengartikannya sebagai perilaku organisasi. Perbagai
pengertian perilaku organisasi telah banyak dikemukakan oleh para ahli, perilaku
organisasi sebagai terjemahan dari organizational behavior, tentunya disini penulis
tidak memperbincangkan apakah terjemahan itu sudah tepat atau belum. Menurut
penulis terjemahan tersebut sudah tepat dan mengandung pengertian sesuai dengan
istilahnya.
Akan tetapi untuk memperjelas bahasan tersebut tidak salahnya memahami
pengertian beberapa ahli terkait budaya organisasi dan perilaku organisasi. Budaya
Organisasi menurut Stephen P. Robbins (2003:7) merupakan suatu sistem dari
makna organisasi/ arti bersama yang dianut dari para anggotanya yang
membedakan dengan organisasi lainnya. Sedangkan menurut Thompson dan
Stickland dalam Samsir budaya organisasi menunjukkan nilai, beliefs, prinsip, tradisi,
dan cara kelompok orang beraktivitas dalam organisasi (Syamsir Torang, 2006:106).
Sementara itu menurut Kreitner dan Kinicki (2014:7) budaya organisasi adalah nilai
dan keyakinan bersama yang mendasari identitas organisasi. Sedangkan Amstrong
mendefinisikan koorporat sebagai pola nilai, norma, keyakinan, sikap dan asumsi
yang dapat diartikulasikan.
Sejalan dengan Gibson, Ivanicevic dan Donelly, Luthans juga mendefinisikan
budaya organisasi adalah asumsi-asumsi, keyakinan-keyakinan, nilai-nilai dan
persepsi yang dimiliki bersama oleh anggota organisasi yang membentuk dan
mempengaruhi sikap dan perilaku serta petunjuk dalam memecahkan masalah.
Kesimpulan dari berbagai definisi diatas menyatakan bahwa budaya organisasi
adalah tata nilai & norma yang menuntun perilaku jajaran organisasi. Idārāh Vol. 2
No. 1 Januari – Juni 2018
84
Sedangkan bila dikaitkan dengan sekolah, budaya organisasi sekolah merupakan
bagian dari budaya koorporasi (corporate culture), yang merupakan budaya yang
dibangun pada institusi atau lembaga yang memiliki karakteristik tertentu. Budaya
sekolah merupakan sesuatu yang dibangun dari hasil pertemuan nilai-nilai (values)
yang dianut oleh masyarakat organisasi (Muhaimin dan Sutiah, 2010:47).
Robbins menyatakan perilaku organisasi terdiri dari dua kata perilaku berkaitan
dengan tindakan manusia yang dapat di ukur, dan organisasi satuan social yang
terkordinasi secara sadar terdiri dari dua orang atau lebih yang berfungsi atas dasar
yang relatif kontinyu untuk mencapai tujuan bersama.
Penggabungan istilah diatas menurut Johns dalam Umar Nimran (2013:3)
menghasilkan pengertian yang sedikit berbeda, perilaku organisasi adalah istilah
yang menunjukan kepada sikap individu atau kelompok dalam organisasi yang
berkenaan dengan studi sistematis tentang sikap dan perilaku, baik menyangkut
pribadi maupun antar pribadi di dalam konteks organisasi.
Robbins (2004:3) sendiri berpendapat perilaku organisasi suatu bidang studi yang
menyelidiki pengaruh yang ditimbulkan oleh individu, kelompok, dan struktur
terhadap perilaku manusia dengan tujuan menerapkan pengetahuan untuk
meningkatkan efektifitas organisasi. Perilaku sebagai bagian dari budaya organisasi
hanya dapat dimengerti apabila hal yang ada dibalik pemikiran subjek yang diteliti
dapat dipahami.
Perilaku Organisasi meliputi kumpulan yang kompleks mengenai ideologi, simbol,
dan nilai inti yang berlaku dalam perusahaan dan mempengaruhi cara menjalankan
usahanya. Mempertajam budaya perusahaan merupakan tugas sentral
kepemimpinan strategik yang efektif.
Dalam perspektif system pengendalian manajemen, Edi Sukarno (2002:11)
mengemukakan bahwa perilaku organisasi merupakan “crucial” untuk dapat
memahami, menjelaskan, memperkirakan dan mempengaruhi/mengubah perilaku
manusia yang terjadi di organisasi tempat kerja. Pengertian ini mengandung tiga
unsur pengertian yaitu 1) perilaku organisasi mencermati tingkah laku yang kasat
mata, seperti diskusi dngan temankerja, mengoperasikan computer, menyusun
laporan.; 2) perilaku organisasi mempelajari tingkah laku manusia sebagai individu
maupun sebagai anggota kelompok organisasi; 3) perilaku kelompok juga
menganalisis perilaku kelompok dan organisasi sendiri. Muhammad Anggung Peranan
Perilaku Organisasi dan Manajemen Strategi dalam Meningkatkan Produktivitas Output Pendidikan.
85
Gito Sudarmo (2002:4) memberikan defenisi bahwa perilaku keorganisasian adalah
merupakan bidang ilmu yang mempelajari tentang interaksi manusia dalam
organisasi yang meliputi studi secara sistematis tentang perilaku, struktur dan
proses di dalam organisasi.
Dari penjabaran teori diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku organisasi
berkenaan dengan studi tentang apa yang diakibatkan manusia dalam organisasi
dan bagaimana perilaku itu mempengaruhi kinerja organisasi.
Larry L. Cummings dalam Thoha (2007:7-8), presiden dari Akademi Manajemen di
Amerika Serikat memberikan suatu analisa perbedaan antara perilaku organisasi
dengan disiplin lain yang erat hubungannya dengan ilmu perilaku. Menurut
Cummings perbedaan yang dimaksud sebagai berikut:
(a) Perbedaan antara Perilaku Organisasi dengan Psikologi Organisasi antara lain:
psikologi organisasi membatasi konstruksi penjelasannya pada tingkat psikologi
saja, akan tetapi Perilaku Organisasi konstruksi penjelasannya berasal dari multi
disiplin. Kesamaan keduanya ialah kedua bidang tersebut menjelaskan perilaku
orang-orang di dalam suatu organisasi;
(b) Perbedaan antara Perilaku Organisasi dengan Teori Organisasi didasarkan pada
dua perbedaan antaranya unit analisanya dan pusat variabel tak bebas. Perilaku
organisasi dirumuskan sebagai suatu studi dari tingkah laku individu dan kelompok
di dalam suatu organisasi dan penerapan dari ilmu pengetahuan tertentu. Teori
organisasi adalah studi tentang susunan, proses, dan hasil-hasil dari organisasi itu
sendiri;
(c) Perbedaan antara Perilaku Organisasi dengan Personnel dan Human Resourcer
adalah bahwa Perilaku Organisasi lebih menekankan pada orientasi konsep,
sedangkan Personnel dan Human Resources (P&HR) menekankan pada teknik dan
teknologi. Variabel-variabel tak bebas, seperti misalnya 31 tingkah laku dan reaksi-
reaksi yang efektif dalam organisasi, seringkali muncul pada keduanya. Personnel
dan Human Resourcer (P&HR) nampaknya berada pada permukaan antara organisasi
dan individu, dengan menekankan pada pengembangan dan pelaksanaan system
pengangkatan, pengembangan, dan motivasi dan individu-individu di dalam suatu
organisasi.

Membentuk perilaku organisasi yang baik dan pembaharuan teknik dapat


memudahkan proses dengan catatan jika masyarakat organisasi yakin bahwa: (a)
semua pekerjaan dalam lembaga adalah penting; (b) semua pekerja harus
menciptakan nilai dalam pekerjaan mereka; (c) terus belajar adalah bagian vital
untuk semua pekerjaan; (d) kerjasama tim Idārāh Vol. 2 No. 1 Januari – Juni 2018

penting untuk implementasi keberhasilan dan masalah akan teratasii apabila tim
menerima tanggungjawab untuk mencari solusi.
Perilaku organisasi memiliki tujuan yaitu untuk prediksi, eksplanasi, dan
pengendalian yang ketiganya saling berkaitan. Ketiganya penting dikaji untuk
memungkinkan proses pengkajian atau analisis yang melahirkan tindakan lanjutan
demi mewujudkan efektifitas organisasi.

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PERILAKU


ORGANISASI
Dedek Kusnadi1
Abstract
Efforts to establish the effectiveness of a leader lies solely on technical skills and
debriefing dimensional conceptual skills. The personal skills become
marginalized. Though the true effectiveness of managerial activities and their
effects on organizational performance, highly dependent on the sensitivity of the
leadership to use their personal skills. Personal skills include the ability to
understand the behavior of individual and group behavior in the contribution to
shaping the dynamics of the organization, the ability to modify behavior, the
ability to understand and provide motivation, ability to understand the process of
perception and creation of effective communication, the ability to understand the
relation between the concept of power-political leadership in organization, the
ability to understand the genealogy of conflict and negotiation, and the ability to
construct an ideal organizational culture.
Keyword : Decision, Organizational Behavior
A. Hakekat Pengambilan ahli teori kepufusan dan organisasi
Keputusan yang memenangkan hadiah Nobel,
Pengambilan keputusan adalah yang mengonseptualisasikan tiga
tindakan pemilihan alternatif. Hal ini tahap utama dalam proses,
berkaian dengan fungsi manajemen. pengambilan keputusan:
Misalnya, saat manajer 1. Aktivitas inteligensi. Berasal dari
merencanakan, mengelola, pengertian militer "intelligence," Simon
mendeskripsikan tahap awal ini sebagai
mengontrol, mereka membuat penelusuran kondisi lingkungan yang
keputusan. Akan tetapi, ahli teori memerlukan pengambilan keputusan.
klasik tidak menjelaskan peng 2. Aktivitas desain. Selama tahap kedua,
keputusan tersebut secara umum. mungkin terjadi tindakan penemuan,
Pelopor teori manajemen seperti pengembangan, dan analisis masalah.
Fayol dan Urwick membahas
pengambilan keputusan mengenai
1
pengaruhnya pada delegasi dan Dosen Syari’ah IAIN STS Jambi
otoritas, sementara bapak
manajemen- Frederick W. Taylor-
hanya menyinggung metode ilmiah
sebagai pendekatan untuk
pengambilan keputusan. Seperti
kebanyakan aspek teori organisasi
modern, analisis awal pengambilan
keputusan dapat ditelusuri pada
Chester Barnard. Dalam The
Functions of the Exec Barnard
memberikan analisis komprehensif
mengenai pengambilan keputusan
clan menyat "Proses keputusan ...
merupakan teknik untuk
mempersempit pilihan."
Kebanyakan pembahasan proses
pengambilan keputusan terbagi
dalam beberapa langkah. Hal ini
dapat ditelusuri dari ide yang
dikembangkan Herbert A. Simon,
3. Aktivitas memilih. Tahap ketiga dan dibuat. Ada tiga cara pembentukan
terakhir ini merupakan pilihan seleksi: dengan penilainn pembuat
sebenarnya-memilih tindakan tertentu keputusan, berdasarkan pengalaman atau
dari yang tersedia intuisi, bukan analisis logis; dengan
Berhubungan dengan tahap-tahap analisis alternatif yang logis dan
tersebut, tetapi lebih empiris (yaitu, sistematis; dan dengan tnwar-menawar
saat seleksi melibatkan kelompok
menelusuri keputwq sebenarnya pembuat keputusan dan semua manuver
dalam organisasi), adalah langkah politik yang ada. Sekali keputusan
pengambilan keputusan menurut diterima secara formal, otorisasi pun
Mintzberg a koleganya: kemudian dibuat.
1. Tahap identifikasi, di mana pengenalan Merangkum tahap pengambilan
masalah atau kesempatan muncul dan keputusan berdasarkan penelitian
diagnosis dibuat Diketahui bahwa Mintzberg. Baik terekspresi dalam
masalah yang berat mendapatkan
diagnosis yang ekstensif dan sistematis, tahap Simon maupun Mintzberg,
tep masalah yang sederhana tidak. terdapat langkah awal yang dapat
2. Tahap pengembangan, di mana terdapat diidentifikasi yang menghasilkan
pencarian prosedur atau solusi standar aktivitas pemilihan dalam
yang ada a s mendesain solusi yang pengambilan keputusan. Perlu dicatat
baru. Diketahui bahwa proses desain
merupakan proses pencarian d
bahwa pengambilan keputusan
percobaan di mana pembuat keputusan merupakan proses dinamis, terdapat
hanya mempunyai ide solusi ideal yang banyak celah berupa umpan balik
tidak jelas. dalam setiap tahap. "Celah umpan
3. Tahap seleksi, di mana pilihan solusi balik dapat disebabkan
oleh masalah waktu, politik, Keputusan
ketidaksetujuan antarmanajer, Perilaku pengambilan keputusan
ketidakmampuan untuk berkaitan dengan ahli teori perilaku
mengidentifikasi alternatif yang tepat organisasi seperti dalam buku March
atau mengimplementasikan solusi, dan Simon, Organization, pada tahun
pergantian manajer, atau munculnya 1958, tetapi bidang tersebut menjadi
alternatif baru secara tiba-tiba. Yang lebih menarik dengan topik seperti
penting adalah pengambilan motivasi dan tujuannya, dan
keputusan merupakan proses menekankan berkurangnya
dinamis. Proses dinamis ini pengambilan keputusan. Bidang
mempunyai implikasi perilaku dan :perilaku pengambilan keputusn
strategis pada organisasi. Penelitian dikembangkan di luar jalur teori dan
empiris terbaru mengindikasikan penelitian perilaku organisasi oleh
bahwa proses keputusan yang psikolog kognitif dan ahli teori
mencakup pembuatan pilihan keputusan dalam ilmu ekonomi dan
strategis menghasilkan keputusan informasi. Akan tetapi, barubaru ini
yang baik dalam organisasi 6 tetapi muncul kembali minat mengenai
masih terdapat banyak masalah, perilaku pengambilan keputusan, dan
yakni manajer mengambil keputusan kembali ke jalur bidang perilaku
yang salah.' Kembali ke peranan organisasi.
dominan yang dimainkan teknologi Meskipun teori pengambilan
informasi dalam analisis dan praktik keputusan klasik berjalan dalam
pengambilan keputusan yang asumsi rasionalitas dan kepastian,
efektif,e relevansi studi dan aplikasi tetapi tidak begitu halnya dengan teori
perilaku organisasi ini adalah apa keputusan perilaku. Ahli teori perilaku
yang disebut perilaku pengambilan pengambilan keputusan sependapat
keputusan. bahwa individu mempunyai
B. Perilaku Pengambilan keterbatasan kognitif. Kompleksitas
organisasi dan dunia secara umum pengambilan keputusan adalah tetap
menyebabkan individu bertindak mempertahankan tingkat dan arti
dalam situasi ketidakpastian dan rasionalitas.
informasi begitu arnbigu dan tidak C. Rasionalisasi Keputusan
lengkap." Kadang-kadang risiko dan Definisi Rasionalisasi yang paling
ketidakpastian ini menyebabkan sering digunakan dalam pengambilan
pembuat kepuhisan organisasi keputusan adalah bahwa hal tersebut
mempunyai keputusan yang merupakan rencana tujuan. Jika
diragukan, atau tidak etis (lihat sebuah rencana dipilih untuk
Contoh Aplikasi OB: Wengikuti mencapai tujuan yang diinginkan,
Persaingan atau Tersingkir?) maka keputusan dikatakan rasional,
Dikarenakan ketidakpastian dan tetapi, terdapat banyak komplikasi
ambiguitas, sejumlah model untuk tes rasionalitas yang
pengambilan keputusan telah ada sederhana. Pada awalnya, sulit untuk
selama bertahun-tahun. Dasar dan memisahkan rencana dari tujuan
titik awal untuk mengembangkan karena yang nyata mungkin hanya
menganalisis berbagai model merupakan rencana untuk tujuan di
perilaku masa depan. Ide ini umumnya
disebut rangkaian atau hierarki
rencana-tujuan. Simon menunjukkan
bahwa "hierarki rencana-tujuan.
merupakan rangkaian yang jarang
terhubung dan terintegrasi
sepenuhnya. Hubungan antara
aktivitas organisasi dan tujuan akhir
kerap kali tidak jelas, atau tujuan
akhir tidak sepenuhnya dirumuskan,
atau terdapat konflik internal dan
kontradiksi antara tujuan akhir, atau
antara rencana yang dipilih untuk
mempertahankan tujuan.
Selain komplikasi yang berhubungan
dengan rangkaian rencana-tujuan,
ada kemungkinan konsep tersbut
tidak terpakai. Pengambilan
keputusan yang relevan dengan
ekonomi nasional mendukung posisi
ini. Pembuat keputusan yang mencari
penyesuaian rasional dalam sistem
ekonomi mungkin menghasilkan
hasil akhir yang tidak diinginkan
atau yang tidak dapat diantisipasi.
Simon juga memperingatkan bahwa
analisis rencana-tujuan yang
sederhana mungkin menghasilkan
kesimpulan yang tidak akurat.
Salah satu cara untuk mengklarifikasi
rasionalitas rencana-tujuan adalah
menggunakan keteraagan tambahan
yang tepat dan berkualitas pada
berbagai jenis rasionalitas. Hal sengaja dapat diterapkan pada
tersebut menunjukkan keputusan di maana penyesuaian
rasionalalisasi objektif dapat rencana untuk tujuan merupakan
diterapkan pada keputusan yang proses dengan sengaja. Keputusan
memaksimalkan nilai dalam situasi dianggap rasional saat penyesuaian
tertentu. Rasionalisasi subjektif rencana pada tujuan dicari oleh
dapat digunakan jika keputusan individu atau organisasi; keputusan
memaksimalkan hasil dalam dianggap rasional secara organisasi
kaitannya dengan pengetahuan jika dimaksudkan
subjek tertentu. Rasionalitas dengan
untuk tujuan organisasi; dan ataupun misterius.
keputusan dianggap rasional secara Model rasionalitas ekonomi pembuat
personal jika diarahkan pada tujuan keputusan selalu berusaha
pribadi. memaksimalkan hasil dalam
D. Model Perilaku perusahaan bisnis, dan keputusan
Pengambilan akan diarahkan kepada titik p
Keputusan maksimum di mana biaya marjinal
Terdapat banyak model deskriptif sama dengan pendapatan marjinal
dari perilaku pengambilan keputusan. (MC = MR).
Akibatnya, hal ini menjadi model
untuk banyak perilaku pengambilan
keputusan manajemen. Model
berusaha mendeskripsikan secara
teoritis dan realistis bagaimana Banyak ekonom dan ahli teori
manajer praktik mengambil keputusan kuantitatif tidak
keputusan. Secara khusus, model menyatakan bahwa gambaran ini
berupaya menentukan seberapa merupakan model perilaku
rasional pembuat keputusan pengambilan keputusan modern yang
manajemen. Model berkisar dari deskriptif dan realistis. tetapi banyak
rasionalitas lengkap, seperti dalam sekolah bisnis mengajarkan model
kasus model rasionalitas ekonomi rasional dan metode kuantitatif,
klasik, sampai sepenuhnya tidak karena itu banyak manajer masih
rasional, seperti dalam kasus model menyamakan pengambilan keputusan
sosial manajemen yang "baik" dengan
1. Model Rasionalitas Ekonomi pendekatan tersebut. Akan tetapi,
Model ini berasal dari model kesetiaan pada pendekatan ini bisa
ekonomi klasik di mana pembuat berbahaya dan
keputusan sepenuhnya rasional
dalam, segala hal. Berkaitan dengan
aktivitas pengambilan keputusan,
terdapat asumsi:
a. Keputusan akan sepenuhnya rasional
dalam hal rencana-tujuan.
b. Terdapat sistem pilihan yang lengkap
dan konsisten yang memungkinkan
pemilihan alternatif
c. Kesadaran penuh terhadap semua
kemungkinan alternatif.
d. Tidak ada batasan pada kompleksitas
komputasi yang dapat ditampilkan untuk
menentukan alternatif terbaik.
e. Probabilitas kalkulasi tidak menakutkan
mungkin menyebabkan banyak kesalahpahaman dan mengganggu
masalah. Seperti dinyatakan oleh proses pengambilan keputusan.
Peters dan Waterman dalam buku 2. Teknik Rasional Modern: ABC, EVA,
In Search of Excellence: dan MVA
Baru-baru ini, teknik akuntansi dan finansial
"Pendekatan alterratif dan rasional tradisional yang berdasarkan model rasionalitas
pada manajemen mendominasi ekonomi telah mengalami perubahan radikal.
sekolah bisnis. Pendekatan tersebut Misalnya, perusahaan terkenal seperti Daimler-
Chrysler, Union Carbide, Hewlett-Packard, dan
mencari pembenaran yang terpisah General Electric telah beralih ke jenis akuntansi
dan analitis untuk semua keputusan. yang baru. Untuk mengelola biaya dengan lebih
Hal ini bisa saja salah dan membuat baik, mereka menggunakan activity-based
costing, atau disebut ABC. Secara tradisional,
kita sangat tersesat.” akuntansi mengidentifikasi biaya menurut
Secara jelas, Peters dan Waterman kategori pengeluaran (misalnya, gaji, suplai, dan
tidak mengatakan "buang yang biaya tetap). Sebaliknya, ABC menentukan biaya
menurut apa yang dibayar untuk tugas berbeda
buruk," dan tidak mengki model yang dikerjakan karyawan. Dalam ABC, biaya
rasional. Model rasional telah yang berhubungan dengan aktivitas seperti
terbentuk dan akan terus memberi memproses pesanan penjualan, mempercepat
pesanan pemasok dan atau pelanggan,
kontribusi signifikan un
pengambilan keputusan yang
efektif. Misalnya, tenaga pemasaran
yang paling sukses, seperti Pro &
Gamble, Cheesebrough-Pond's, dan
Ore-Ida, terkenal dengan memecahkan masalah kualitas pemasok dan atau
masalah pengantaran, dan memperlengkapi
pendekatan rasional mereka , mesin, dihitung. Metode ABC dan tradisional
menggunakan dukungan kuantitatif. mencapai biaya yang sama, tetapi ABC memberi
Inti yang dicapai Peters dan pembuat keputusan rincian data biaya yang jauh
lebih akurat. Misalnya, B2B (bisnis untuk bisnas
Waterman adalah bahwa mc menggunakan internet ternyata mengurangi
rasional bukan menjadi akhir akuisisi dan distribusi biaya perusahaan yang
pengambilan keputusan secara diidentifikasi, dan di Hewlet Packard, saat ABC
menunjukkan bahwa pengujian desain dan bagian
efektif dan jika terdapat perbedaan, baru sangat mahal, maka tehnisi segera mengubah
tersebut menyebabkan rencana pada komponen yang memerlukan sedikit
pengujian, dengan demikian sangat dalam apresiasi dan dividen harga jika
memperkecil biaya. mereka berinvestasi pada perusahaan
Contoh pemikiran rasionalitas yang sama). Apa yang dihabiskan
ekonomi tradisional yang digunakan perusahaan pada penelitian dan
oleh pembuat keputusan manajemen pengembangan atau pelatihan
adalah teknik finansial economic karyawan diperlakukan sebagai
value added, atau EVA. Prinsip lama pengeluaran, tetapi dalam EVA, hal
model ekonomi adalah tersebut dianggap sebagai investasi
.eputusan rasional merupakan salah kapital dan ditambahkan dalam biaya
satu yang memberikan penghasilan kapital. EVA ditentukan dengan
lebih besar daripada biaya kapital. membagi biaya kapital total dengan
Secara tradisional, biaya kapital keuntungan operasi setelah pajak.
disamakan dengan bunga yang EVA menjadi populer karena
dibayarkan pada kapital yang perusahaan dan pemegang saham
dipinjam. Akan tetapi, dalam EVA, melihatnya sebagai ukuran yang
biaya semua kapital ditentukan. berguna untuk mengambil keputusan
Misalnya, biaya kapital ekuitas (uang mengenai masalah akusisi dan pajak
yang disediakan pemegang saham) sampai masalah kompensasi."
adalah biaya kesempatan (apa yang Perusahaan dengan EVA positif
dapat dihasilkan pemegang saham membuat keputusan rasional;
perusahaan dengan EVA negatif pengambilan keputusan.
menghancurkan kapital dan Selanjutnya, tekanan dan pengaruh
menyebabkan perusahaan dalam sosial mungkin menyebabkan
masalah. Saat CSX, Briggs dan manajer membuat keputusan yang
Stratton, dan Coca-Cola beralih ke tidak rasional. Eksperimen
pendekatan EVA, nilai saham konformitas yang dilakukan oleh
perusahaan meningkat. Baru-baru Solomon Asch menunjukkan
ini, karena kompetisi kapital, advokat ketidakrasionalan manusia. Studinya
mengatakan bahwa EVA dapat menggunakan 7 kelompok dengan
digunakan secara efektif dalam masing-masing 9 subjek. Mereka
industri perawatan kesehatan yang diberitahu bahwa tugas mereka
bukan untuk mencari keuntungan. adalah membandingkan panjang
3. Model Sosial
garis. Semua kecuali satu 'subjek'
Pada sisi yang berlawanan dengan
dalam setiap kelompok mempunyai
model rasionalitas ekonomi adalah
eksperimenter yang diatur
model sosial yang digambarkan
sebelumnya agar ada 12 jawaban
psikologi. Sigmund Freud
yang salah dari 18 percobaan
memandang manusia sebagai
penilaian garis. Sekitar 37 persen
sekumpulan perasaan, emosi, dan
dari 123 mahasiswa yang naif
naluri, dengan perilaku yang dipandu
menyerah pada tekanan kelompok
oleh keinginan yang tidak disadari.
dan memberikan jawaban yang salah
Secara jelas, jika ini merupakan
pada 12 situasi tes. Dengan kata lain,
deskripsi yang lengkap, maka orang
lebih dari sepertiga subjek
akan tidak dapat membuat keputusan
eksperimen memberikan jawaban
yang efektif.
yang mereka tahn adalah salah.
Meskipun banyak psikolog
Jika lebih dari sepertiga subjek Asch
kontemporer memperdebatkan
mengonformasikan kondisi "benar
deskripsi manusia Freudian, hampir
dan salah", "hitam dan putih" dengan
semuanya sependapat bahwa
membandingkan panjang garis, maka
pengaruh psikologi mempunyai
kesimpulan logis adalah dunia nyata
dampak signifikan pada perilaku
yang "kelabu" ini penuh dengan
konformis tidak rasional.
Memerlukan sedikit imajinasi untuk
menyamakan garis Asch dengan
alternatif keputusan manajemen.
Sepertinya terdapat sedikit keraguan
mengenai pentingnya alternatif
keputusan manajemen. Selain itu,
terdapat banyak dinamika psikologi
lainnya. Misalnya, terdapat
kecenderungan pembuat keputusan
tetap pada alternatif keputusan yang
buruk meskipun ada kemungkinan
bahwa sesuatu dapat diubah. Staw
dan Ross mengidentifikasi empat
alasan utama mengapa fenomena ini
terjadi. Fenomena ini disebut eskalasi
komitmen, yang terjadi karena:
a. Karakteristik proyek. Hal ini mungkin
alasan utama untuk keputusan eskalasi.
Karakterist& tugas atau proyek seperti
keuntungan atau investasi tertunda atau kesalahan pemprosesan informasi
masalah temporer (menggunakan faktor bias atau
mungkin menyebabkan pengambil mengambil risiko lebih daripada
keputusan tetap atau meningkatkan pembenaran), karena pembuat keputusan
komitmen pada tindakan yang salah. melibatkan egonya, maka informasi
b. Determinan psikologi. Jika keputusan negatif diabaikan dan perisai pertahanan
menjadi buruk, manajer mempunyai pun dibangun.
c. Kekuatan sosial. Mungkin pengambil berakhir dengan kepuasan minimal
keputusan mendapat tekanan dari rekan karena mereka tidak mempunyai
kerja dan atau mereka perlu
mempertahankan gengsi sehingga
kemampuan untuk
mereka terus atau mengeskalasi memaksimalkan. Kasus
komitmen untuk tindakan yang salah. pemaksimalan perilaku dirangkum
d. Determinan organisasi. Bukan hanya dengan menyatakan bahwa tujuannya
karakteristik proyek yang mengalami adalah dinamis, bukan statis;
eskalasi keputusan yang buruk-begitu
juga kegagalan dalam komunikasi,
informasi kurang sempurna; terdapat
disfungsi politik, dan bertahan pada sasasan waktu dan biaya; tawaran
perubahan. altematif kurang disukai; dan efek
4. Model Rasionalitas Terbatas dari Simon kekuatan lingkungan tidak dapat
Untuk mempresentasikan model diabaikan. Model
rasionalitas ekonomi yang lebih
realistis, Herbert Simon mengajukan
Mode1 alternatif. Dia merasa bahwa
perilaku pengambilan keputusan
manajemen dapat dideskripsikan
sebagai berikut:
a. Dalam memilih alternatif, manajer
berusaha meminimalkan kepuasan, atau
mencari sesuatu yang memuaskan atau
"cukup bagus." Contoh kriteria kepuasan
minimal adalah keuntungan yang
memadai atau saham pasar dan harga
yang adil.
b. Mereka menyadari bahwa dunia yang
mereka rasakan merupakan model dunia
nyata yang disederhanakan secara
drastis. Mereka puas dengan
penyederhanaan tersebut karena mereka
yakin dunia nyata adalah kosong.
c. Karena mereka mengejar kepuasan
minimal daripada yang maksimal,
mereka dapat membuat pilihan tanpa
menentukan semua kemungkinan
alternatif perilaku dan tanpa memastikan
bahwa ini sudah mencakup semua
alternatif.
d. Karena mereka memperlakukan dunia itu
kosong, mereka dapat membuat
keputusan hanya dengan metode
pengalaman atau trik perdagangan atau
kekuatan kebiasaan. Teknik tersebut
tidak menuntut kemustahilan dari
kapasitas pemikiran mereka.
Dalam perbandingannya dengan
model rasionalitas ekonomi, model
Simon juga rasional dan maksimal,
tetapi terbatas. Pembuat keputusan
Simon menyatakan keterbatasan ini. mungkin terhindar dari
Asumsi model rasionalitas ekonomi maksimalisasi.
tradisional dipandang tidak realistis. 5. Heulistik Penilaian dan Model Bias
Tetapi dalam analisis akhir, terdapat Bazerman menyatakan bahwa model
perbedaan antara model rasionalitas rasionalitas terbatas dari Simon dan
ekonomi dan model Simon karena konsep minimalisasi merupakan
dalam beberapa situasi pendekatan perluasan penting dari model
minimalis meningkat, sementara rasionalitas ekonomi, tetapi model
dalam kondisi lain, minimalisasi tersebut tidak
dan maksimalisasi merupakan hal mendiskripsikan bagaimana
yang jauh berbeda. penilaian akan
Banyak variabel ekonomi, sosial, dibiaskan. Dengan demikian,
dan organisasi memengaruhi tingkat lebih jauh mengenai model
di mana minimalisasi kepzuasan rasionalitas terbatas, pada bidang
menjadi maksimal. Contoh variabel perilaku organisasi muncul model
ekonomimya adalah struktur pasar. kognitif yang bias sistematis
Semakin kompetitif pasar, memengaruhi penilaian. Heuristik
minimalisasi kepuasan semakin penilaian dan model bias berasal
maksimal. Dalam pasar komoditi dari Kahneman dan Tversky, ahli
agrikultur, minimalisasi perlu teori yang menyatakan bahwa
berubah menjadi maksimalisasi. pembuat keputusan
Pada umumnya, ekonom menyadari mengandalkan heuristik
bahwa dalam lingkungan yang (penyederhanaan strategi atau
sepenuhnya kompetitif, metode berdasarkan
maksimalisasi keuntungan membuat pengalaman). Bersama dengan
perusahaan dapat bertahan. Dengan Herbert Simon, seorang ahli teori
demikian, pembuat keputusan harus keputusan perilaku, Daniel
memaksimalkan keputusan. Dalam Kahneman (dan jika belum
pasar oligopolistik (misalnya, meninggal pada tahun 1996 juga
industri otomotif dan baja), bersama kolabornya Amos Tversky)
minimalisasi berbeda dengan memenangkan hadiah Nobel atas
maksimalisasi. Perusahaan karyanya pada tahun 2002. Mereka
oligopolistik dapat bertahan dalam menekankan bahwa pembuat
keuntungan atau saham pasar. keputusan mempertimbangkan
Mereka tidak harus berjalan pada keadilan, kejadian masa lalu,
titik di mana biaya marjinal sama keenganan untuk rugi, dan
dengan pendapatan marjinal.. bagaimana keputusan dibingkai,
Dalam kenyataannya, mereka yang
dulunya diabaikan para ekonom. berikut ini:
Sebagai contoh saat Kahneman dan a. Merangkum pengalaman masa lalu dan
Tversky secara hipotesis memberikan metode yang mudah untuk
mengevaluasi masa sekarang
memutuskan langkah untuk b. Mengganti metode berdasarkan
menangani penyakit, banyak yang pengalaman atau "prosedur operasi
memilih langkah yang standar" untuk mengumpulkan dan
menyelamatkan 80 persen orang menghitung informasi yang lebih
daripada langkah yang membunuh 20 kompleks
c. Menyelamatkan aktivitas mental dan
persen. Heuristik penilai tersebut proses kogniti
mengurangi permintaan kebutuhan Akan tetapi, meskipun heuristik
informasi pembuat keputusan dan kognitif menyederhanakan clan
secara nyata membantu dengan cara membantu pembuat keputusan dalam
situasi tertentu penggunaannya dapat Karismatik (antusias, menarik,
menyebabkan eror dan hasil bias banyak bicara, dominan): Richard
secara sistematis. Tuga bias utama Bronson dari Virgin Atlantic atau
yang teridentifikasi membantu Herb Kelleher, pendiri Southwest
menjelaskan bagaimana penilaian Airlines; (2) Pemikir (kekuatan otak,
tersebut menyimpng dari proses pintar, logis, akademis): Michael
rasional. Pertanyaan berikut ini akan Dell dari Dell Computer aim Bill
membantu memahami dan Gates dari Microsoft; (3) Skeptis
memberikan bias: (banyak permintaan, mengganggu,
a. Apakah ada banyak kata dalam bahasa
Inggris yang (a) dimulai dengan huruf r
tidak menyenangkan, suka
atau (b) mempunyai r sebagai huruf melawan): Steve Case dari AOL-
ketiga? Time Warner atau Tom Siebel dari
b. Suatu hari dalam rumah sakit pengembang perangkat Siebel
metropolitan yang besar, tercatat 8 Systems; (4) Pengikut (tanggung
kelahiran menurut dan waktu kelahiran.
Urutan kelahiran mana yang paling
jawab, berhati-hati, mengikuti tren,
mungkin untuk melaporkan tersebut (B = tawar-Menawar)Peter Coors dari
anak laki-laki; G = anak perempuan)? Coors Brewery atau Carly Fiorina
a. BBBBBBBB b. dari Hewlett Packard; dan (5)
BBBBGGGG Pengendali (logis, tidak emosional,
c. BGBBGGGB bijaksana, cermat, akurat, analitis):
c. Seorang teknisi yang baru diterima di Mantan CEO Ford Jacques Nasser
sebuah perusahaan komputer di area
metropolitan Bostom mempunyai
atau Martha Stewart dari
pengalaman empat tahun dan kualifikasi Omnimedia) Gaya- gaya ini
yang bagus. Saat diminta memperkirakan merefleksikan sejumlah dimensi
gaji awal untuk karyawan ini, asisten staf psikologi termasuk bagaimana
saya (yang sedikit mengenal profesi atau pembuat keputusan merasakan apa
insdustri) menebak gaji tahunan $23,000.
yang terjadi di sekitar mereka dan
Berapa perkiraan Anda? $ _per tahun 33
E. Gaya Pengambilan Keputusan bagaimana mereka memproses
Selain model rasionalitas keputusan, informasi
1. Gaya Direktif
pendekatan lain untuk perilaku
pengambilan keputusan berfokus Pembuat keputusan gaya direktif
pada gaya yang digunakan manajer mempunyai toleransi rendah pada
dalam memilih alternatif. Misalnya, ambiguitas, dan berorienytasi pada
contoh tipologi gaya keputusan yang tugas dan masalah teknis. Pembuat
menggunakan manajer sebagai keputusan ini cenderung lebih
representatif mengidentifikasi: (1) efisien, logis, pragmatis dan
sistematis dalam memecahkan
masalah. Pembuat keputusan direktif
juga berfokus pada fakta dan
menyelesaikan segala sesuatu dengan
cepat. Mereka berorientasi pada
tindakan, cenderung mempunyai
fokus jangka pendek, suka
menggunakan kekuasaan, ingin
mengontrol, dan secan menampilkan
gaya kepemimpinan otokratis.
2. Gaya Analitik
Pembuat keputusan gaya analitik
mempunyai toleransi yang tinggi
untuk ambiguitas dan tugas yang
kuat serta orientasi teknis. Jenis ini
suka menganalisis situasi; pada cenderung mempunyai gaya
kenyataannya, mereka cenderung kepemimpinan otokratis.
terlalu menganalisis sesuatu. 3. Gaya Konseptual
Mereka mengevaluasi lebih banyak Pembuat keputusan gaya konseptual
informasi dan alternatif darpada mempunyai toleransi tinggi untuk
pembuat keputusan direktif. Mereka ambiguitas, orang yang kuat dan
juga memerlukan waktu lama untuk peduli pada lingkungan sosial.
mengambil kepuputusan mereka Mereka berpandangan luas dalam
merespons situasi baru atau tidak memecahkan masalah dan suka
menentu dengan baik. Mereka juga mempertimbangkan banyak pilihan
dan
kemungkinan masa mendatang. mempunyai lebih dari satu gaya
Pembuat keputusan ini membahas dominan. Pada umumnya, manajer
sesuatu dengan orang sebanyak mengandalkan dua atau tiga gaya
mungkin untuk mendapat sejumlah keputusan, dan hal ini akan bervariasi
informasi dan kemudian menurut pekerjaan, tingkat kerja, dan
mengandalkan intuisi dalam budaya. Gaya tersebut dapat
mengambil keputusan. Pembuat digunakan untuk menentukan
keputusan konseptual juga berani kekuatan dlan kelemahan pembuat
mengambil risiko dan cenderung keputusan. Misalnya, pembuat
bagus dalam menemukan solusi yang keputusan analitis membuat
kreatif atas masalah. Akan tetapi, keputusan yang cepat, tetapi mereka
pada saat bersamaan, mereka dapat juga cenderung otokrat dalam cara
membantu mengembangkan melakukan sesuatu. Sama halnya,
pendekatan idealistis dan pembuat keputusan konseptual
ketidakpastian dalam pengambilan bersifat inovatif dan berani
keputusan. mengambil risiko, tetapi mereka
4. Gaya Perilaku sering tidak tegas. Gaya ini membantu
Pembuat keputusan gaya perilaku menjelaskan mengapa manajer yang
ditandai dengan toleransi ambiguitas berbeda membuat keputusan yang
yang rendah, orang yang kuat dan berbeda setelah mengevaluasi
peduli lingkungan sosial. Pembuat informasi yang sama. Secara
keputusan cenderung bekerja dengan keseluruhan, analisis gaya pembuat
baik dengan orang lain dan keputusan berguna dalam
menyukai situasi keterbukaan dalam memberikan pemikiran mengenai
pertukaran pendapat. Mereka bagaimana menghadapi berbagai gaya
cenderung menerima saran, sportif pengambilan keputusan.
dan bersahabat, dan menyukai G. Teknik Pengambilan Keputusan
informasi verbal daripada tulisan. 1. Teknik Partisipatif
Mereka cenderung menghindari Kebanyakan teknik berorientasi pada
konflik dan sepenuhnya peduli perilaku, setidaknya secara
dengan kebahagiaan orang lain. tradisional,
Akibatnya, pembuat keputusan
mempunyai kesulitan untuk berkata
'tidak' kepada orang lain, dan mereka
tidak membuat keputusan yang
tegas, terutama saat hasil keputusan
akan membuat orang sedih.
F. Implikasi Gaya Keputusan
Penelitian menunjukkan bahwa
pembuat keputusan cenderung
masuk dalam kategori partisipatif. individu secara efektif menggunakan
Sebagai teknik pengamhilan teknik tersebut: misalnya, melalui
keputusan, partisipatif mencakup penggunaan teknologi informasi,
individu atau kelompok aalam insinyur Raython di Dallas
proses 46 la dapat dilakukan secara dihadapkan dengan keputusan teknis.
formal maupun informal, dan Setelah mencari masalah yang sesuai
memerlukan keterlibatan dengan proyek perpustakaan online,
intelektual, emosional, dan fisik. insinyur tersebut mengirim e-mail ke
Sejumlah partisipasi dalam koleganya yang berkantor di West
pengambilan keputusan berkisar Coast yang mencoba menjawab
dari tidak ada partisipasi pada satu pertanyaan yang sama dan mereka
sisi, di mana manajer membuat bersama-sama memecahkan masalah
keputusan dan tidak meminta tersebut.
bantuan atau Teknik partisipasi diterapkan secara
:de dari siapapun, sampai partisipasi informal pada individu atau tim atau
penuh pada sisi lainnya, di mana secara formal pada .program. Teknik
setiap orang yang berhubungan Jan partisipasi individu adalah di mana
terpengaruh oleh keputusan, karyawan memengaruhi pengambilan
sepenuhnya terlibat. Dalam keputusan manajer. Partisipasi
praktiknya, tingkat partisipasi kelompok menggunakan teknik
ditentukan, oleh faktor pengalaman konsultasi dan demokrasi. Manajer
individu atau kelompok dan sifat meminta dan menerima keterlibatan
tugas. Semakin banyak pengalaman, karyawan dalam partisipasi
semakin terbuka, serta semakin konsultasi, tetapi manajer
tidak terstrukturnya tugas, mempertahankan hak untuk
partisipasi di dalamnya pun semakin membuat keputusan. Dalam bentuk
banyak demokrasi, terjadi partisipasi total,
Partisipasi semakin diminati dalam dan kelompok, bukan per individu,
organisasi saat ini,. Teknik membuat keputusan akhir dengan
partisipasi telah dibicarakan sejak konsensus atau suara terbanyak.
awal gerakan hubungan manusia. Terdapat banyak atribut positif clan
Dan sekarang, karena tekanan negatif dari pengambilan keputusan
kompetisi, eliminasi hubungan, partisipasi. Menyeimbangkan atribut
herarki bawahan-atasan, dan tersebut dalam mengevaluasi
munculnya tim, struktur horisontal, keefektifan pengambilan keputusan
dan teknologi informasi terbatas, partisipasi
maka organisasi, tim, dan manajer
merupakan hal yang sulit karena mempunyai dampak positif pada
keterlibatan faktor-taktor seperti kepuasan, tetapi tidak pada
gaya kepemimpinan atau produktivitas; dan partisipasi jangka
kepribadian. Faktor situasional, pendek tidak efektif pada kedua
lingkungan, dan kontekstual serta criteria.
ideology. Meskipun terdapat juga Persoalanya adalah kecenderungan
dukungan penelitian umum, bentuk terhadap pseudo-partisipasi
teknik partisipasi yang berbeda (partisipasi palsu). Banyak manajer
mempunyai hasil yang berbeda. meminta partisipasi, tetapi saat
Misalnya, partisipasi informal bawahan menanggapinya dengan
mempunyai efek positif pada memberi saran atau coba memberi
produktivitas dan kepuasan masukan pada sebuah keputusan,
karyawan; partisipasi representasi mereka diabaikan dan tidak pernah
menerima umpan balik apa pun. Misalnya, suatu studi menemukan
Dalam beberapa kasus, manajer bahwa lebih banyak informasi
mencoba membuat orang terlibat disediakan dan dipertukarkan oleh
dalam tugas, tetapi tidak dalam kelompok den menggunakan DSS,
proses pengambilan keputusan. Hal tetapi saat dibandingkan dengan
ini dapat menyebabkan bumerang kelompok tanpa DSS, tidak ada
pada kepuasan karyawan. Jika keputusan lebih baik yang dihasilkan.
manajer menginginkan partisipasi Studi lain, meskipun DSS
karyawannya, tetapi tidak pernah mengembangkan organisasi dalam
melibatkan mereka secara intelektual proses pengambilan keputusan, tetapi
atau emosional serta tidak pernah DSS juga menghasilkan diskusi yang
menggunakan saran mereka, maka kurang kritis dan mendalam, akan
hasilnya negatif. Partisipasi juga tetapi, manajemen pengetahuan
menghabiskan waktu dan sekarang sedang mengembangkan
mempunyai beberapa kerugian proses informasi nyata tidak nyata
umum seperti pelemparan tanggung yang lebih efektif dan peralatan
jawab. Akan tetapi, dari sudut teknologi sehari-hari (e-mail,
pandang perilaku, keuntungan pengolah kata, spreadsheet, desktop,
pengambilan keputusan partisipasi alat presentasi
lebih banyak daripada kerugiannya. terkomputerisasi/PowerPoint, dan
Mungkin keuntungan terbesarnya program database) menjadi nomor
adalah teknik partisipasi dua. Kunci untuk pembuat keputusan
pengambilan keputusan menyatakan yang efektif adalah bukan menjadi
bahwa setiap orang dapat membuat seorang ahli teknologi informasi,
kontribusi signifikan terhadap tetapi menjadi pembuat keputusan
pencapaian sasaran organisasi. yang dapat menggunakan teknologi
2. Teknik Keputusan Kelompok informasi efisien dan efektif untuk
Sejauh ini, kemajuan yang terjadi mengambil keputusan yang lebih
dalam pengambilan keputusan baik.
selama beberapa tahun belakan ini Selain dampak teknologi informasi
dikarenakan teknologi informasi. yang semakin maju dalam
Sistem informasi manajemen (SIM), pengambilan keputusan, terdapat
sistem pendukung keputusan (DSS) kebutuhan penting untuk teknik
terkomputerisasi, data warehousing pengambilan keputusan yang
dan mining, dan sistem canggih dan berorientasi perilaku. Sayangnya,
para ahli semakin ban} digunakan hanya teknik perilaku partisipasi
untuk membantu manajer membuat yang dibahas sejauh ini yang tersedia
keputusan yang lebih baik. untuk manajer. Tidak banyak usaha
Pendekatan berdasarkan informasi untuk mengembangkan teknik yang
mempunyai dampak dan kesuksesan membantu membuat keputusan
besar. Akan tetapi terdapat beberapa pemecahan masalah yang lebih
kesimpulan penelitian terbaru yang kreatif. Seperti diakui manajemen
mengindikasikan bahwa teknologi pengetahuan, keputusan kreatiflah
informasi seperti DSS mungkin yang merupakan tantangan utama
bukan solusi akhir untuk yang dihadapi manajemen modern.
pengambilan keputusan yang efektif. Kreativitas pengambilan keputusan
dapat diterapkan pada individu atau
kelompok karena pengambilan
keputusan individu membantu
pengambilan keputusan dalam
organisasi saat ini, maka memahami
pemahaman dinamika kelompok kompleksitas pengambilan keputusan
dan tim, menjadi relevan dengan kelompok dengan lebih baik.
pengambilan keputusan, sebagai Kenyataannya, belakangan ini
contoh, pembahasan masalah dan sejumlah skema keputusan sosial
fenomena kesesuaian nilai dan etika muncul dari penelitian psikologi
kelompok seperti perubahan risiko sosial. Skema tersebut antara lain
(bahwa kelompok mungkin sebagai berikut:
membuat keputusan lebih berisiko a. Skema kemenangan mayoritas.
daripada anggota individu) Skema yang lazim digunakan
membantu seseorang kelompok sampai kepada keputusan
yang didukung
oleh mayoritas. Skema ini muncul mengembangkan teknologi baru, dan
menghasilkan ide baru.
untuk memandu pengambilan c. Untuk mengurangi kecenderungan
keputusan saat tidak ada keputusan mengabaikan informasi negatif jangka panjang,
yang benar secara objektif. manajer sebaiknya mengumpulkan skenario
kasus yang buruk dan prediksi yang mencakup
Contohnya adalah model mobil apa biaya jangka panjang.
yang dibuat saat berbagai model d. Membuat checkpoint dan batasan untuk semua
populer belum diuji dalam rencana.
e. Ketika batasan sudah dilewati, perlu
"pengadilan" pendapat publik. mempunyai tinjauan rencana lain yang
b. Skema kemenangan sebenarnya. independen atau terpisah.
Saat semakin banyak informasi diberikan dan f. Nilailah orang berdasarkan cara mereka
pendapat dibahas dalam skema ini, kelompok mengambil keputusan, bukan hanya pada
menyadari bahwa ada satu pendekatan yang benar keputusannya, terutama ketika hasil di luar
secara objektif. Misalnya, kelompok memutuskan kontrol.
apakah penggunaan nilai tes untuk menyeleksi g. Menekankan kualitas proses pengambilan
karyawan akan berguna dan apakah informasi keputusan tidak berarti sebaiknya manajer
nilai tersebut mampu memprediksi kinerja.
c. Skema mayoritas dua per tiga.
Skema ini sering digunakan juri yang
cenderung menghukum terdakwa saat dua per
tiga juri menyetujui.
d. Aturan perubahan pertama.
Skema ini, kelompok cenderung
menggunakan keputusan yang mencerminkan
perubahan pertama dalam pendapat yang
diekspresikan anggota kelompok. Jika kelompok
produsen mobil terbagi dalam kelompok
memproduksi mobil touring atau tidak, maka
kelompok cenderung melakukan ide awal setelah
salah satu kelompok yang awalnya menolak ide
tersebut menyetujui perubahan. Jika juri
mengalami jalan buntu, anggota akhirnya
mengikuti ketua juri untuk mengubah posisi.
Selain skema tersebut, terdapat juga
fenomena lain seperti kecenderungan status quo
(saat individu atau kelompok dihadapkan dengan
keputusan, mereka menolak perubahan dan
cenderung bertahan dengan tujuan atau rencana
yang ada) yang memengaruhi pengambilan
keputusan kelompok.
Saran seperti berikut ini dapat digunakan
untuk membantu mengurangi dan melawan
kekuasaan status quo dan dengan demikian
keputusan kelompok menjadi lebih efektif. Saran
tersebut sebagai berikut:
a. Saat segalanya berjalan dengan baik, pembuat
keputusan sebaiknya tetap mewaspadai dan
meninjau kemungkinan alternatif.
b. Sungguh baik jika memiliki kelompok
terpisah yang mengawasi lingkungan,
tidak menampilkan konsistensi keberhasilan Yunani kuno, mempunyai ebberapa
saat keadaan belum menunjukkan
perubahan. variasi, tetapi umumnya bekerja
h. Organisasi dapat menetapkan tujuan, sebagai berikut:
insentif, dan sistem pendukung yang a. Sebuah kelompok (biasanya terdiri dari
mendorong eksperimen dan pengambilan para ahli, tetapi dalam kasus ini bukan
risiko. para ahli pun mungkin sengaja
Selain panduan sederhana di atas, menggunakannya) dibentuk, tetapi
teknik keputusan kelompok seperti anggota tidak berinteraksi langsung
Delphi dan pengelompokan nominal (tatap muka) satu sama lain. Dengan
demikian, biaya pengeluaran untuk
juga dapat digunakan untuk
mempertemukan kelompok dapat
membantu menghilangkan disfungsi dikurangi.
kelompok dan membantu membuat b. Setiap anggota diminta membuat
keputusan yang lebih efektif. prediksi atau input tanpa mencantumkan
3. Teknik Delphi nama untuk keputusan kelompok.
Meskipun Delphi pertama kali c. Setiap anggota k'emudian menerima
dikembangkan bertahun-tahun yang umpan balik gabungan dari orang lain.
Dalam beberapa variasi, alasan
lalu di perusahaan Rand dkcantumkan (tanpa nama), tetapi
Corporation, tetapi teknik tersebut kebanyakan hanya data dan daftar
baru dipopulerkan belakangan ini gabungan yang digunakan.
sebagai teknik pengambilan d. Pada umpan balik, dilakukan babak lain
keputusan kelompok untuk prediksi dari input anonim. Pengulangan terjadi
pada sejumlah waktu yang telah
jangka panjang. Saat ini, berbagai ditetapkan atau sampai umpan balik
organisasi bisnis, pendidikan, gabungan tetap sama, yang berarti setiap
pemerintahan, kesehatan, dan orang masuk dalarn posisinya.
militer menggunakan Delphi. Tidak Kunci utama keberhasilan teknik ini
ada teknik keputusan yang dapat adalah anonimitasnya. Meneruskan
memprediksi masa depan respons anggota kelompok Delphi
sepenuhnya, tetapi teknik Delphi yang tanpa nama menghapus
sepertinya sebaik bola kristal dalam masalah "menjaga gengsi" dan
meramal. mendorong para ahli untuk lebih
Teknik ini, yang dinamakan seperti fleksibel dan diuntungkan dari
ramalan di Delphi pada masa penilaian orang lain.
Pra ahli mungkin lebih menyarankan produk dan layanan
memerhatikan pembelaan posisi yang mempunyai potensi pemasaran
mereka daam teknik pengambilan dan memprediksi perkembangan
keputusan kelompok yang teknologi dan peristiwa politik,
berinteraksi secara tradisional dari ekonomi, sosial, Jan budaya yang
ada membuat keputusan yang baik. signifikan. Selain aplikasi bisnis,
Banyak organisasi membuktikan diri teknik berhasil digunakan pada
sukses dengan teknik Delphi. berbagai masalah dalarn
Weyerhaeuser, perusahaan suplai pemerintahan, pendidikan, kesehatan,
bangunan, menggunakan teknik dan militer. Dengan kata lain, Delphi
tersebut untuk memprediksi apa yang dapat diterapkan pada berbagai
akan terjadi pada bisnis konstruksi, perencanaan program dan masalah
dan G1axoSmithKline, manufaktur keputusan dalarn berbagai organisasi.
obat, menggunakan teknik tersebut Kritik utama terhadap teknik Delphi
untuk mempelajari ketidakpastian berpusat pada konsumsi waktu, biaya,
obat. TRW, perusahaan berorientasi clan efek papan Ouija. iietiga kritik
teknologi yang sangat beragam, tersebut mengimplikasikan bahwa
mempunyai 14 panel Delphi, Delphi tidak memiliki basis atau
masing-masing 17 anggota. Panel dukungan ilmiah. Unuk menghadapi
kritik tersebut, Rand berusaha psikologi sosial akan mengadu
menvalidasi Delphi melalui kelompok yang berinteraksi dengan
eksperimen terkontrol. Peusahaan kelompok nominal (sebuah
mengatur panel non- ahli yang kelompok individu yang
menggunakan teknik Delphi untuk dikumpulkan bersama-sama, tetapi
menjawab pertanyaan, "Berapa tidak berinteraksi secara verbal).
banyak suara untuk Lincoln ketika Dalam konteks jumlah ide, keunikan
dia pertama kali menjadi presiden?" ide, dan kualitas ide, penelitian
dan "Berapa harga rata- rata yang menemukan bahwa kelompok
diterima petani untuk apel pada nominal lebih unggul dibanding
tahun 1940?" Pertanyaan khusus ini kelompok riil. Kesimpulan umum
digunakan karena rata-rata orang adalah kelompok yang berinteraksi
tidak tahu jawaban yang tepat, tetapi mempunyai disfungsi tertentu yang
mengetahui subjeknya. Hasil studi menghalangi kreativitas. Sebagai
menunjukkan bahwa perkiraan awal contoh, sebuah studi menemukan
oleh panel non-ahli hampir benar, bahwa kinerja peserta dalam
tetapi dengan teknik umpan balik kelompok interaktif lebih serupa dan
anonim. Delphi, perkiraan akan lebih lebih sesuai daripada kinerja
mendekati. kelompok nominal." Akan tetapi,
4. Teknik Kelompok Nominal
kompleksitas bertambah ketika
Berhubungan dekat dengan Delphi
sebuah studi terbaru menemukan
adalah pendekatan kelompok
bahwa (1) kelompok interaktif lebih
nominal untuk pengambilan
memerhatikan input anggota
keputusan kelompok. Kelompok
berkinerja paling tinggi dan
nominal telah digunakan oleh ahli
(2) kelompok interaktif mempunyai
psikologi sosial dalam penelitian
kinerja pada tingkat terbaik dari
mereka selama bertahun-tahun.
sejumlah individu yang sama.18
Kelompok nominal hanyalah
Tetapi, kecuali untuk mendapatkan
"kelompok di atas kertas". Ini hanya
ide, efek anggota kelompok yang
nama kelompok karena tidak ada
berinteraksi'diketahui memiliki efek
interaksi verbal antaranggota. Dalam
positif yang lebih signifikan pada
penelitian dinamika kelompok, ahli
sejumlah variabel. Jenis efek
selanjutnya dibahas pada Bab 14,
mengenai dinamika dan tim.
Saat pendekatan kelompok nominal
murni dikembangkan menjadi teknik
khusus untuk pengambilan keputusan
dalam organisasi, pendekatan ini
dinamakan nominal group technique
(NGT) dan terdiri dari langkah
berikut ini:
a. Pembangkitan ide yang tidak terucapkan
melalui tulisan
b. Umpan balik round-robin dari anggota
kelompok, yang mencatat setiap ide
dalam frasa pendek pada flip chart atau
papan tulis
c. Pembahasan setiap ide yang tercatat
untuk klarifikasi dan evaluasi
d. Voting individu mengenai ide prioritas,
dengan keputusan kelompok diambil
secara matematis menurut rating"
Perbedaan antara pendekatan
tersebut dan metode Delphi adalah
anggota NGT biasanya
diperkenalkan satu sama lain,
mempunyai kontak langsung, dan
berkomunikasi secara langsung
dalam langkah ketiga.
Meskipun diperlukan lebih banyak
penelitian, terdapat beberapa bukti bahwa
kelompok NGT muncul dengan lebih banyak
ide daripada kelompok yang berinteraksi secara
tradisional dan melakukan dengan lebih baik,
atau sedikit lebih baik, daripada kelompok yang
menggunakan Delphi. Sebuah studi menemukan
bahwa kelompok NGT mencapai kinerja pada
tingkat akurasi yang sama dengan anggota yang
paling pandai, akan tetapi, studi lain
menemukan bahwa
kelompok NGT tidak memiliki kinerja, kelompok pesertanya secara pervasif juga menyadari permasalahan kelompok
dan saat di mana tidak ada orang dominan yang menghalangi orang lain untuk mengomunikasikan ide. Sebuah studi
menemukan bahwa individu yang bekerja sendiri dan kemudian masuk dalam kelompok nominal menjadi superior,
tetapi untuk pembangkitan ide melalui komputer, kelompok yang utuh (seperti kelompok kerja reguler) menghasilkan
lebih banyak ide (dengan kualitas tinggi) daripada orang yang bekerja dalam subkelompok atau individu dalam
kelompok nominal.
KESIMPULAN DAN SARAN
Pengambilan keputusan adalah tindakan pemilihan alternatif. Hal ini berkaian dengan fungsi manajemen. Menurut
Herbert A. Simon, ahli teori kepufusan dan organisasi mengonseptualisasikan tiga tahap utama dalam proses,
pengambilan keputusan: (l) Aktivitas inteligens, (2) Aktivitas desain, (3) Aktivitas memilih. Tahap ketiga dan terakhir
ini merupakan pilihan sebenarnya-memilih tindakan tertentu dari yang tersedia. Sedangkan Mintzberg a koleganya
mengemukakan tentang langkah- langkah pengambilan keputusan, yaitu: (1) Tahap identifikasi (2) Tahap
pengembangan, dan (3) Tahap seleksi.
Perilaku pengambilan keputusan berkaitan dengan ahli teori perilaku organisasi. Bidang perilaku pengambilan
keputusn dikembangkan di luar jalur teori dan penelitian perilaku organisasi oleh psikolog kognitif dan ahli teori
keputusan dalam ilmu ekonomi dan informasi, akan tetapi, barubaru ini muncul kembali minat mengenai perilaku
pengambilan keputusan, dan kembali ke jalur bidang perilaku organisasi. Keputuasan dalam perilaku organisasi
menunjukkan rasional. Rasionalisasi yang paling sering digunakan dalam pengambilan keputusan adalah bahwa hal
tersebut merupakan rencana tujuan. Jika sebuah rencana dipilih untuk mencapai tujuan yang diinginkan, maka keputusan
dikatakan rasional, tetapi terdapat banyak komplikasi untuk tes rasionalitas yang sederhana. Salah satu cara untuk
mengklarifikasi rasionalitas rencana-tujuan adalah menggunakan keteraagan tambahan yang tepat dan berkualitas pada
berbagai jenis rasionalitas.
Model Perilaku Pengambilan Keputusan, antara lain: (1) Model Rasionalitas Ekonomi,
(2) Teknik Rasional Modern: ABC, EVA, dan MVA, (3) Model Sosial, (4) Model
Rasionalitas Terbatas dari Simon, dan
(5) Heulistik Penilaian dan Model Bias.
Gaya Pengambilan Keputusan, antara lain: (1) Gaya Direktif, (2) Gaya Analitik,
(3) Gaya Konseptual (4) Gaya Perilaku. Gaya tersebut dapat digunakan untuk
menentukan kekuatan dlan kelemahan pembuat keputusan. Gaya tersebut membantu
menjelaskan mengapa manajer yang berbeda membuat keputusan yang berbeda setelah
mengevaluasi informasi
yang sama. Ada beberapa teknik pengambilan keputusan, antara lain: (1) Teknik
Partisipatif, (2) Teknik Keputusan Kelompok, (3) Teknik Delphi dan (4) Teknik
Kelompok Nominal
Saran
Hendaknya pembaca jika menjadi seorang pemimpin dalam suatu organisasi dapat
mengambil keputusan yang tepat dan menerapkan gaya kepmimpinan sesuai dengan
situasi dengan berbagai pertimbangan yang telah diperhutungkan secara matang.
DAFTAR PUSTAKA
Ardana, Komang, dkk. 2008. Perilaku Keorganisasian. Yogyakarta: Graha Ilmu
Luthns, Fred. 2005, Perilaku Organisasi.
Penerjemah Andhika Yuwono, Yogyakarta: Andi)
Fred Luthns, 2005, Perilaku Organisasi. Penerjemah Andhika Yuwono, Yogyakarta: Andi
Handoko, T. Hani. Manajemen, Edisi Kedua. BPFE: Yogyakarta. 2000.
Robbins. Stepen P. 2003. Manajemen. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarat : PT Indeks
Usmara. 2005 Handbook of Organizations, Kajian dan Teori Organisasi. Yogyakarta. Penerbit : Amara
Books

Anda mungkin juga menyukai