1610003530001
MANAJEMEN
6M3
UNIVERSITAS EKASAKTI
PENGARUH PERILAKU ORGANISASI DAN BAURAN PEMASARAN
TERHADAP PRODUKTIVITAS WARKOP SEBAGAI RUANG PUBLIK
DI KECAMATAN RAPPOCINI KOTA MAKASSAR
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang pengaruh
perilaku organisasi dan bauran pemasaran pada warkop dan untuk mengetahui
meningkatnya poduktivitas warkop sebagai ruang publik. Penelitian dilakukan di
Kecamatan Rappocini-Kota Makassar. Sumber data ini adalah sumber data primer
melalui partisipasi dengan terjun langsung menyebar kuesioner penelitian ini pada
responden yaitu pelanggan dan pengelola warkop. Populasi dalam penelitian ini
sebanyak 1.000 penduduk sebagai penggemar warkop. Sampel penelitian ini bersifat
deskriptif diambil sebanyak 10 % dari populasi, atau 100 responden secara purposif.
Hasil penelitian yang dianalisis dengan metode Regresi Linier Berganda (Model Cobb
Douglas), menunjukkan bahwa hipotesis yang mengatakan produktivitas kepuasan
warkop sebagai ruang publik dipengaruhi oleh adanya Perilaku Organisasi dan Bauran
Pemasaran, dari hasil regresi diperoleh hasil koefisien determinasi sebesar 100 %
artinya varibel dependen (Produktivitas) dapat dijelaskan oleh variabel independen
(faktor produksi) secara keseluruhan dan tidak dipengaruhi oleh variabel lain diluar
model seperti jumlah pelayan, tempat parkir, kondisi cuaca dan sebagainya. Performansi
proses produksi sebesar -7,593 adalah dibawah 1 atau Decreasing RTS (Return To
Scala) dan penggunaan faktor produksi berlebihan sehingga tidak produktif dan tidak
efisien. Biaya berlebihan dengan overhead tinggi pada faktor produksi 4,04 pada
harga/biaya menu makanan dan minuman (Rp/Pax), perlu ditekan dan meningkatkan
tiga variabel yang signifikan mempengaruhi produksivitas yaitu promosi (0,00),
partisipasi dan keakraban pengunjung (0,00) dan bentuk bangunan/fisik dari warkop
(0,00) kurang dari 5 %, perlu ditingkatkan dengan cara menambah investasi, modal
kerja dari bank dan menambah tenaga kerja agar produktivitas/kepuasan pengunjung
warkop dapat terwujud dengan sebaik-baiknya.
Kata Kunci : Warkop, Produktivitas, Ruang Publik, Perilaku Organisasi, Bauran
Pemasaran
ABSTRACT
The purpose of this research is to get information about the influence of organizational
behavior and marketing mix at Warkop and to know the increasing of productivity
Warkop as public space. The research was conducted in Rappocini District-Makassar
City. This data source is the primary data source through participation by plunging
directly to spread the questionnaire of this research on the respondents are Customers
and Warkop Manager. The population in this study as many as 1,000 residents as fans
of Warkop. The sample of this study is descriptive taken as much as 10 % of the
population, or 100 respondents by purposive. The result of the research is analyzed by
multiple linear regression method (Cobb Douglas Model), indicating that the hypothesis
that productivity satisfaction of Warkop as public space is influenced by the existence
of Organizational Behavior and Marketing Mix, from the regression result obtained by
100 % determination coefficient meaning the variables dipenden Productivity can be
explained by the independent variable (Factor of Production) as a whole and is not
influenced by other variables beyond the model such as Number of Servants, Parking
Places, Weather Conditions and so on. The performance of the production process is -
7.593 is below 1 or Decreasing RTS (Return To Scala) and the use of excessive
production factors that are not productive and inefficient. Excessive cost with high
overhead on production factor 4.04 on Price/Cost of food and beverage menu (Rp/Pax),
need to be pressed and increase three significant variables affecting productivity that is
Warkop Promotion (0,00), Participation and Visitor Intimacy (0,00) and the
Building/Physical Building of Warkop (0.00) less than 5 %, need to be increased by
adding investment, working capital from the bank and adding labor to the
productivity/satisfaction Warkop visitors can serve as well as possible.
Key Words : Coffee Shop, Productivity, Public Space, Organizational Behavior,
Marketing Mix
PENDAHULUAN
Setiap usaha didirikan dengan sebuah harapan dikemudian hari akan mengalami
perkembangan dan peningkatan. Harapan yang di masa mendatang merupakan salah
satu dasar untuk mengambil tindakan atau kebijaksanaan yang dianggap perlu di saat
sekarang. Sebuah warung kopi (Warkop) adalah sebagai tempat tongkrongan kaum
muda dan untuk bersantai, berdialog, bermitra, duduk-duduk sambil membeli dan
menikmati kopi dan makanan lainnya dengan pengolahan yang khas. Di Kota Makassar,
Warkop dapat disebut sebagai suatu simbol atau daya tarik kota. Warga Makassar punya
kebiasaan unik nongkrong berlama lama di warkop dan menjadikannya tempat kumpul
(ruang publik).
Oleh karena itu, Kota Makassar menjadi tempatnya bagi pengopi. Di kota ini
ratusan restoran kopi hadir, mulai dari restoran kopi modern seperti Starbucks, JCo, Tea
and Coffe Bean, Black Canyon, hingga kedai kopi tradisional Phoenam, Dottoro, Daeng
Sija, Azzahrah dan lainnya. Omset usaha warkop cukup lumayan. Warkop skala kecil
saja omsetnya mencapai Rp 700 ribu hingga Rp 1 juta per hari. Sementara yang skala
besar mencapai Rp 1 juta hingga Rp 7 juta per hari. Pendapatan tersebut didapat dengan
tingkat penjualan rata-rata 200-250 gelas perhari. Menjamurnya warkop hingga
mencapai 200 unit di Kota Makassar terjadi dalam empat tahun terakhir. Fenomena ini
tidak lepas dari tingginya angka pertumbuhan ekonomi Kota Makassar. Dalam catatan
Badan Pusat Statistik, pada 2010 Makassar yang menyumbang 31,47 persen terhadap
produk domestik bruto Sulawesi Selatan.
Sosialisasi adalah satu konsep umum yang bisa dimaknakan sebagai sebuah
proses di mana kita belajar melalui interaksi dengan orang lain, tentang cara berpikir,
merasakan dan bertindak, di mana kesemuanya itu merupakan hal-hal yang sangat
penting dalam menghasilkan partisipasi sosial yang efektif. Warkop merupakan media
untuk berkomunikasi secara langsung, yaitu komunikasi yang dilakukan oleh dua orang
atau lebih, yang saling bertatap muka secara langsung dan tidak ada jarak atau peralatan
yang membatasi. Hovland, Janis dan Kelly, mendefinisikan komunikasi sebagai the
process by which an individual (the communicator) transmits stimuli (usually verbal) to
modify the behavior of other individuals (the audience). Di warkop, kita memang tidak
sekedar menyeruput air gula berwarna hitam pekat, tapi juga tempat kita berkomunikasi,
melupakan kesulitan dan sekadar mencari suasana menyenangkan.
Warkop sebagai sarana berpolitik di kota Makassar dapat kita lihat
keramaiannya, dan suhunya dikatakan politik tingkat tinggi serta menjadi tempat proses
pembicaraan dan keputusan politik berlangsung. Mendekati Pilkada, suasana di warkop
semakin ramai, terutama bagi partisipan calon tertentu. Ini karena sekretariat Parpol
atau Bakal Calon (Balon) kandidat terpilih, pindah di warkop-warkop dan kafe-kafe.
Misalnya agenda Pilkada beberapa waktu lalu adalah pemilihan Walikota Makassar
yang akan digelar 18 September 2013. Masyarakat Makassar memiliki segudang
aspirasi yang menggunung. Ini tergambar dari bakal calon walikota Makassar saja
mencapai 10 (sepuluh) pasangan. KPU Makassar menyatakan sepuluh pasangan bakal
calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Makassar tersebut, telah lolos pada pemeriksaan
kesehatan. Dengan banyaknya calon tersebut, aspirasi bakal terpecah, dan kemungkinan
besar, pemilihan Walikota akan berjalan dua putaran. Gunung aspirasi tersebut dapat
sewaktu-waktu meledak jika tidak disalurkan.
Dapat ditilik dari aksi mahasiswa Makassar belum lama terjadi. Mereka
mempunyai pendapat atas kebijakan pemerintah dalam menaikkan harga Bahan Bakar
Minyak (BBM) bersubsidi. Tanggapan pemerintah provinsi yang tidak mau menemui
aksi mereka, berlanjut dengan aksi pelemparan batu ke kantor Gubernur. Jika hal
tersebut berlanjut, perekonomian Makassar dan Sulawesi Selatan justru yang akan
menjadi korbannya. Padahal, sekarang pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan masih
terus berkembang, penyumbang utama ekonomi nasional (6,02 % ; yoy), dengan tingkat
pertumbuhan hingga 7,79 % (yoy) pada kuartal I tahun 2013.
Dengan adanya warkop, setidaknya ada media penyaluran atas aspirasi
masyarakat. Meskipun masih terbatas obrolan di warkop. Walaupun potensi konflik
horizontal antar pendukung bisa terjadi, jika topik yang dibahas menyangkut dengan
politik. Apalagi jika salah bertandang ke warkop yang merupakan posko kandidat dari
partai politik yang berseberangan. Lembaga legislatif juga pantas berterima kasih
kepada warkop. Keterbatasan wakil rakyat dalam menyerap aspirasi dapat sedikit
terwakili dengan kemunculan warkop. Instansi yang berwenang dapat memanfaatkan
keberadaan warkop untuk melakukan edukasi akan kebijakan-kebijakannya. Bahkan
warkop bisa menjadi diplomat untuk promosi wisata kota Makassar. Oleh karena itu,
jangan meremehkan jasa warkop yang bertebaran di pinggir-pinggir jalan. Bisa jadi
sebuah sejarah baru bisa lahir di warkop, dan juga diskusi tentang bagaimana menyusun
perencanaan, pelaksanaan, membentuk organisasi, perekrutan, berbagi informasi,
strategi memenangkan pilkada, politik dan lain sebagainya.
Rumusan Masalah
Sejalan dengan latar belakang masalah, maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana perilaku organisasi dan bauran pemasaran meningkatkan produktivitas
Warkop?
2. Apakah dampaknya Warkop sebagai ruang publik terhadap masyarakat?
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Perilaku Masyarakat
Perilaku masyarakat adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki manusia dan
dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi nilai dan etika seseorang, perilaku seseorang ini
dikelompokkan menjadi perilaku wajar, perilaku dapat dikelompokan perilaku aneh dan
perilaku menyimpang.
Dalam sosiologi, perilaku dianggap sebagai suatu yang tidak diajukan kepada
orang lain dan oleh karenanya merupakan suatu tindakan sosial manusia yang sangat
mendasar, perilaku tidak boleh disalah artikan sebagai perilaku sosial, yang merupakan
suatu tindakan dengan tingkat tinggi, karena perilaku sosial adalah perilaku yang secara
khusus ditunjukkan kepada orang lain.
Warkop erat hubungannya dengan ruang publik. Fungsi warkop tersebut yang
memungkinkannya menjadi ruang yang dapat dinikmati, ditempati oleh siapa saja.
Fungsi tersebut menghadirkan warkop menjadi ruang yang bebas bagi setiap orang.
Hebermas (1989), ruang publik memiliki peran yang cukup berarti dalam proses
berdemokrasi, tempat para aktor-aktor masyarakat warga membangun ruang publik :
pluralitas (keluarga, kelompok informal, organisasi-organisasi sukarela), publisitas
(media massa, institusi kultural), keprivatan (wilayah perkembangan individu dan
moral), legalitas (struktur hukum umum dan hak-hak dasar).
Carmona (2010), menyebutkan bahwa dalam menentukan relativitas kepublikan
suatu ruang, maka harus memenuhi tiga unsur yakni kepemilikan fungsi, akses dan
kegunaan. Dalam hal ini, warkop memiliki kepemilikan fungsi yang netral, dapat
diakses oleh publik dan digunakan secara bersama-sama oleh seluruh lapisan
masyarakat, sehingga warkop kian menjelma sebagai ruang vital bagi kehidupan publik.
Habermas (1989), merumuskan ruang publik dalam beberapa formulasi, setidaknya ada
5 variasi :
1. Suatu aktivitas dalam kehidupan sosial dimana semacam opini publik dibentuk.
2. Orang-orang privat yang berkumpul sebagai suatu publik untuk mengartikulasikan
kepentingan masyarakat kepada negara.
3. Ruang publik merupakan ruang dimana orang-orang privat berkumpul sebagai
publik.
4. Orang-orang privat yang menggunakan rasionya secara publik.
5. Ruang publik ialah ruang yang memediasi masyarakat dan negara, dimana publik
mengorganisasikan diri mereka secara mandiri sebagai pengusung opini publik.
Menurut Darmawan (2006), berdasarkan sifatnya terdapat 3 (tiga) kualitas
utama sebuah ruang publik, yaitu :
1. Tanggap (Responsive), berarti bahwa ruang tersebut dirancang dan dikelola dengan
mempertimbangkan kepentingan para penggunanya.
2. Demokratis (Democratic), berarti bahwa hak para pengguna ruang publik tersebut
terlindungi, pengguna ruang publik bebas berekspresi dalam ruang tersebut, namun
tetap memiliki batasan tertentu karena dalam penggunaan ruang bersama perlu ada
toleransi diantara para pengguna ruang.
3. Bermakna (Meaningful), berarti mencakup adanya ikatan emosional antara ruang
tersebut dengan kehidupan para penggunanya.
Zhang dan Lawson (2009) mempergunakan tiga klasifikasi aktivitas pada ruang
publik, antara lain :
1. Aktivitas Proses. Aktivitas ini dilakukan sebagai peralihan dari dua atau lebih
aktivitas utama. Bentuk dari aktivitas ini biasanya pergerakan dari suatu tempat
(misalnya rumah) ke kios (aktivitas konsumsi).
2. Kontak Fisik. Aktivitas ini dilakukan dalam bentuk interaksi antara dua orang atau
lebih yang secara langsung melakukan komunikasi atau aktivitas sosial lainnya.
3. Aktivitas Transisi. Aktivitas ini dilakukan tanpa tujuan yang spesifik yang biasanya
dilakukan seorang diri, seperti duduk mengamati pemandangan dan lain
sebagainya.
Fenomena warkop sebagai fenomena kultural yang hidup di masyarakat telah
menjadi sarana publik untuk berinteraksi dan berdiskusi serta terus berkembang telah
menjadi tempat berkumpulnya masyarakat dalam melakukan rutinitas kesehariannya
dengan latar belakang pengguna yang beragam.
Anggapan keberadaan warkop sebagai ruang publik semakin kuat sejalan
dengan semakin meningkatnya jumlah warkop di Kota Makassar. Berdasarkan rumusan
masalah tersebut, penelitian mengenai keberadaan warkop sebagai ruang publik di Kota
Makassar dirasa perlu untuk dilakukan sehingga memunculkan sebuah pertanyaan
penelitian, sejauh mana keberadaan warkop di Kota Makassar dalam merepresentasikan
pemanfaatannya sebagai ruang publik.
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kecamatan Rappocini-Kota Makassar, waktu penelitian
pada tanggal 1 s/d 14 Juni tahun 2017.
Sumber Data
Sumber data ini adalah sumber data primer melalui partisipasi dengan terjun
langsung menyebar kuesioner penelitian ini pada responden yaitu Pelanggan dan
Pengelola Warkop.
Variabel Penelitian
Menjadi variabel penelitian ini menggunakan dua macam variabel, yaitu :
1. Variabel Bebas (Obyektif)
Variabel bebasnya adalah Perilaku Organisasi dan Bauran Pemasaran.
2. Variabel Terikat (Subyektif)
Variabel terikatnya adalah Produktivitas Warkop sebagai Ruang Publik.
Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini dari semua masyarakat Kecamatan Rappocini Makassar
sebanyak 1.000 penduduk sebagai penggemar warkop.
Sampel Penelitian
Sampel penelitian ini bersifat deskriptif, diambil sebanyak 10 % dari ± 1.000
penduduk penggemar warkop (populasi) atau diatas jumlah sampel minimal menurut
Roscoe (1975) antara 30-500 sampel, dan dipilih 100 responden (purposif).
Metode Penelitian
Pada penelitian ini tentang tema keberadaan warkop sebagai ruang publik
bersifat penelitian kuantitatif, bentuk penelitian tergantung dari beberapa permasalahan
seperti apa permasalahan yang ingin dipecahkan dengan mempergunakan metode dan
analisa yang dipergunakan. Masalah adalah suatu keadaan yang bersumber dari
hubungan antara dua faktor atau lebih yang menghasilkan situasi yang menimbulkan
tanda tanya dan dengan sendirinya memerlukan upaya untuk mencari sesuatu jawaban
(Cuba dan Lincoln, 2011).
Metode Pengumpulan Data
Penelitian dilihat dari settingnya, data dikumpulkan pada setting alamiah di
warkop bila dilihat sumber datanya, selanjutnya teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini dengan metode menyebar lembar pertanyaan (Kuesioner).
METODE ANALISIS DATA
Analisis Data
Penelitian ini bersifat observasi dan wawancara dengan data berdasarkan Skala
Likerts yang diperoleh dari jawaban pengunjung dan pemilik warkop atas kuesioner
yang diajukan dengan melihat produktivitas warkop sebagai ruang publik dengan
berkembangnya perilaku organisasi dalam masyarakat di Kecamatan Rappocini-
Makassar dengan jumlah sampel 100 orang dipilih secara langsung (Purposive) pada 10
(Sepuluh) warkop. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Analisis Linier
Berganda (Multiple Regression) dengan persamaan sebagai berikut :
Y = a+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+b6X6+b7X7+b8X8+b9X9+b10X10
Dimana :
Y = Produktivitas & Kepuasan Warkop : Rp/Hr
a = Konstanta
b1...b10 = Koefisien Regresi
X1 = Jumlah Pengunjung Individu, dalam satuan : Orang/Hr
X2 = Jumlah Pengunjung Kelompok, dalam satuan : Orang/Hr
X3 = Jumlah Pengunjung Organisasi, dalam satuan :
Orang/Hr X4 = Variasi Produk Warkop, dalam satuan :
Jenis/Hr
X5 = Harga/Biaya menu yang dibayar, dalam satuan : Rp/Pax
X6 = Tempat/Lokasi Warkop, dalam satuan : Buah/Hr
X7 = Promosi Warkop, dalam satuan : Buah/Iklan
X8 = Partisipasi dan Keakraban Pengunjung : Buah/Kegiatan
X9 = Proses/Loyalitas dalam Pemilihan Warkop : Buah/Lokasi
X10 = Fisik/Bentuk Bangunan Warkop, Satuan : Buah/Pilihan
Untuk mengukur variabel-variabel dalam penelitian digunakan Skala Likerts : 5
(lima) pilihan jawaban dengan pemberian skor pada masing-masing jawaban, sebagai
berikut :
Sangat Tidak Setuju........................Skor 1
Tidak Setuju....................................Skor 2
Cukup..............................................Skor 3
Setuju..............................................Skor 4
Sangat Setuju..................................Skor 5
Fungsi Produksi Cobb Douglas
Adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel
yaitu variabel dependen (Y) dan variabel independen (X), dan penyelesaian
hubungannya biasanya dikerjakan dengan multiple regresi, dan kaidah-kaidah pada
garis regresi juga berlaku pada fungsi Cobb Douglas. Secara sistematis dapat dituliskan
sebagai berikut :
Y = aX b1X b2…..X biX bneu
1 2 i n
b1 u
= aπX1 e
Bila fungsi Cobb Douglas dinyatakan dengan hubungan Y dan X maka :
Y = f (X1,X2……Xi…..Xn)
Dimana :
Y = Variabel yang Dijelaskan
X = Variabel yang Menjelaskan
a,b = Besaran yang Akan Diduga
u = Kesalahan
e = Logaritma Natural 2,718
Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan tersebut, maka persamaan
terlebih dahulu dirubah menjadi bentuk linier berganda dengan melogaritmakan
persamaan tersebut :
Y = f (X1,X2) dan Y = aX b1X b2eu
1 2
Logaritma persamaan di atas adalah :
Log Y = log a + b1logX1 + b2logX2 + V
Y = a* + b1X1* + b2X2 + V*
Keterangan :
Y* = log Y
X* = log V
a* = log a
Hipotesis
Diduga bahwa perubahan Perilaku Organisasi dan Bauran Pemasaran
berpengaruh positif terhadap peningkatan Produktivitas Warkop sebagai Ruang Publik
di Kecamatan Rappocini-Makassar.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Metode pengambilan sampel, dipilih secara acak sederhana (Simple Random
Sampling) dengan menyebar daftar pertanyaan (kuesioner) pada 100 orang responden
yang dipilih sesuai tujuan (purposive) penggemar warkop pada pengunjung individu,
kelompok (community) maupun organisasi (pemerintah/perusahaan) atau sesuai
Perilaku Organisasi (Organization Behaviour). Dari hasil penelitian, dilakukan
pengolahan data dengan program SPSS (Statistical Product and Service Solutions).
Langkah selanjutnya adalah dilakukan pengujian validasi sebagai berikut :
Untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel
dependen, digunakan uji t tes. Hipotesis penelitian yang akan dibuktikan adalah :
a. H0 : β1 = 0 ; Tidak ada pengaruh antara variabel independen terhadap variabel
dependen secara individual.
b. Ha : β1 ≠ 0 ; Ada pengaruh antara variabel independen terhadap variabel
dependen secara individual.
1. Uji t
Untuk mengetahui signifikansi dari pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen.
Persamaan Regresi :
Y = 2,389 – 7,273X1 + 1,070X2 - 1,240X3 - 4,414X4 + 4,040X5 - 2,378X6 -0,500X7
+ 1,000X8 + 1,602X9 + 0,500X10
Dari tabel Coeffisients di atas bahwa secara parsial (individu variabel bebas),
variabel bebas memberikan nilai positif dan negatif yang berarti bahwa faktor-
faktor produksi searah dan tidak searah dengan hasil produktivitas. Hal ini dapat
dilihat nilai rasio masing-masing variabel bebas yang kurang dari 0,05 (5 %) adalah
pada faktor produksi Promosi Warkop (X7), Partisipasi dan Keakraban Pengunjung
(X8) dan Bentuk Bangunan/Fisik Warkop (X10) adalah berpengaruh signifikan
terhadap produktivitas dan menjadi hal yang utama dalam faktor produksi.
2. Uji F
Yaitu untuk mengetahui bagaimana variabel independen berpengaruh terhadap
variabel dependen secara bersama-sama.
Dari tabel Anova di atas menunjukkan bahwa secara bersama-sama/serentak (uji F),
variabel bebas yang terdiri dari seluruh faktor produksi, mempunyai pengaruh
terhadap Produktivitas dan Kepuasan pada tingkat kepercayaan α = 1 %. Hal ini
dilihat nilai probabilitas signifikansi F sebesar 0,000 yang jauh lebih kecil dari
0,01.
3. Pengujian Hipotesis
Pengujian Hipotesis (H7, 8, 10) : Promosi Warkop, Partisipasi dan Keakraban
Pengunjung, Bentuk Bangunan/Fisik Warkop, berpengaruh positif terhadap
produktivitas/kepuasan pada Warkop. Nilai t hitung variabel mempunyai
probabilitas signifikansi 0,000. Adapun varibel bebas berupa faktor produksi
lainnya adalah tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas/kepuasan
Warkop di Kecamatan Rappocini, karena memiliki nilai rasio signifikansi 1, di atas
0,05.
4. Koefisien Determinasi (R2)
Untuk mencari koefisien regresi persamaan regresi digunakan metode kuadrat
terkecil yang akan menghasilkan koefisien regresi linier yang tidak bias. Agar tidak
bias, maka harus memenuhi asumsi klasik. R 2 adalah koefisien determinan yaitu
untuk mengetahui berapa persen pengaruh varibel independen terhadap variabel
dependen dan berapa persen faktor lainnya di luar penelitian.
Nilai koefisien determinasi (R2) adalah antara 0 dan 1 (0 < R 2 <1). Nilai R2 yang
kecil berarti kemampuan variabel-variabel bebas dalam menjelaskan variabel tidak
bebas amat terbatas, begitu pula sebaliknya apabila nilai R2 besar yaitu mendekati 1,
maka variabel bebas mampu menjelaskan variabel terikat secara luas. Pada tabel Model
Summary diatas angka R2 adalah 1,000 atau 100 %, artinya seluruh variabel faktor-
faktor produksi mampu menjelaskan peningkatan produktivitas/kepuasan pada Warkop
di Kecamatan Rappocini dan tidak ada faktor lain dari luar yang mempengaruhi
produktivitas seperti Jumlah Pelayan, Sarana Parkir, Kondisi Cuaca dan lainnya.
Transformasi Persamaan Regresi Linier Kedalam Fungsi Cobb Douglas
Bentuk umum dari fungsi produksi Cobb Douglas dari persamaan regresi linier
adalah sebagai berikut :
Persamaan Regresi dan Cobb Douglas : Y=2,389–
7,273X1+1,070X2-1,240X3-4,414X4+4,040X5-2,378X6-
0,500X7+1,000X8+1,602X9+0,500X10
LnQ=2,389-7,273LnI1+1,070X2-1,240X3-4,414X4+4,040X5-2,378X6-
0,500X7+1,000X8+1,602X9+0,500X10
Perhitungan Return to Scale (Skala Hasil Produksi) :
Untuk mengetahui besarnya tambahan hasil produksi akibat bertambahnya
faktor produksi akibat bertambahnya faktor produksi secara proporsional. Nilai RTS
diperoleh hasil :
RTS = -7,273+1,070-1,240-4,414+4,040-2,378-2,378-0,500+1+1,602+0,5 = -7,593
RTS < 1, maka proses produksi menunjukkan Decreasing RTS yang berarti
proporsi penambahan faktor produksi melebihi proporsi penambahan produktivitasnya.
Dari perhitungan tersebut terlihat bahwa proses faktor produksi tidak mampu
memberikan nilai tambah dikarenakan proporsional penggunaan sarana terlalu
berlebihan dan tidak proporsional dengan hasil produktivitas/kepuasan, sehingga untuk
meningkatkan hasil diharapkan pengunjung Warkop secara berkelompok dapat lebih
efisien dalam biaya faktor produksi Warkop. Sekiranya terlalu besar, maka perlu
dievaluasi perencanaan produktivitasnya agar meningkat.
Analisis Elastisitas Output dari Input Variabel
Dari perhitungan variabel output dan input di atas, hasil tertinggi dari angka
variabel bebas yaitu 4,04 X5 adalah faktor produksi : Harga dan Biaya Menu makanan
dan minuman, merupakan variabel overhead dan nilai input pada umumnya dibawah 1,
artinya bahwa penggunaan faktor produksi dan overhead yang berlebihan perlu
dikurangi agar produktivitas dapat meningkat dan agar dapat lebih efisien.
Dari hasil regresi diperoleh hasil koefisien determinasi sebesar 100 %, artinya
varibel dependen (Produktivitas) dapat dijelaskan oleh variabel independen (Faktor
Produksi) secara keseluruhan dan tidak dipengaruhi oleh variabel lain diluar model
seperti Jumlah Pelayan, Tempat Parkir, Kondisi Cuaca dan sebagainya.
Performansi proses produksi sebesar -7,593 adalah dibawah 1 atau Decreasing
RTS dan penggunaan faktor produksi berlebihan sehingga tidak produktif dan tidak
efisien. Biaya berlebihan dengan overhead tinggi pada faktor produksi 4,04 pada
Harga/Biaya Menu Makanan dan Minuman (Rp/Pax), perlu ditekan dan meningkatkan
tiga variabel yang signifikan mempengaruhi produksivitas yaitu Promosi Warkop
(0,00), Partisipasi dan Keakraban Pengunjung (0,00) dan Bentuk Bangunan/Fisik dari
Warkop (0,00) kurang dari 5 %, perlu ditingkatkan dengan cara menambah investasi,
modal kerja dari bank dan menambah tenaga kerja agar produktivitas/kepuasan
pengunjung Warkop dapat terwujud dengan sebaik-baiknya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian, maka penulis dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Warkop adalah sangat digemari oleh masyarakat khususnya di Kecamatan
Rappocini, karena sebagai ruang publik yang mampu mempersatukan berbagai
kalangan peminum kopi secara individu, kelompok maupun organisasi dan
menciptakan bauran pemasaran guna terwujudnya produktivitas/kepuasan.
2. Dari hasil regresi diperoleh hasil koefisien determinasi sebesar 100 %, artinya
varibel dependen (produktivitas) dapat dijelaskan oleh variabel independen (faktor
produksi) secara keseluruhan dan tidak dipengaruhi oleh variabel lain diluar model
seperti jumlah pelayan, tempat parkir, kondisi cuaca dan sebagainya.
3. Performansi proses faktor produksi sebesar -7,593 adalah dibawah 1 atau
Decreasing RTS dan penggunaan faktor produksi berlebihan sehingga tidak
produktif dan tidak efisien.
4. Biaya berlebihan dengan overhead tinggi pada faktor produksi 4,04 pada
harga/biaya menu makanan dan minuman (Rp/Pax), perlu ditekan dan
meningkatkan tiga variabel yang signifikan mempengaruhi produktivitas
yaitu promosi (0,00), partisipasi dan keakraban pengunjung (0,00) dan
bentuk bangunan/fisik dari warkop (0,00) kurang dari 5 %, perlu
ditingkatkan dengan cara menambah investasi, modal kerja dari bank
dan menambah tenaga kerja agar produktivitas/kepuasan pengunjung
warkop dapat terwujud dengan sebaik-baiknya.
Saran
Dari hasil penelitian ini kami memberikan beberapa saran sebagai berikut :
1. Jagalah selalu lingkungan bersih dan gaya hidup sehat serta keamanan lingkungan.
2. Warkop sebagai ruang publik diharapkan dapat mempersatukan
berbagai kalangan dan kegiatan serta menjaga toleransi dan
keberagaman masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta : Ar-Ruzz
Media. Basrowi dan Suwandi. (2008). Memahami Kualitatif, Jakarta : P.T.
Rhineka Cipta.
Carmona, et al. (2008). Public Space : the Management Dimension.
Routledge, Taylor & Francis group. New York, USA.
Darmawan. Teori dan Kajian Ruang Publik Kota, Undip Semarang.
Denzin and Lincoln. (2009). Handbook of Qualitative Research
(terjemahan), Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Goode. (2005). Habermas : Democracy and the Public Sphere (Modern
European Thinkers), London : Pluto Press.
Habermas. (1989). The Structural Transformation Of Public Sphere,
London : Polity Press.
Hardiman. (2015). Ruang Publik Melacak Partisipasi Demokratis Dari Polis
Sampai Cyberspace, Sleman Yogyakarta : Pustaka Ilmu Kanisius.
Mehta. (2007). A Toolkit For Performance Measures Of Public Space. 43rd
ISOCARP Congress 2007.
Patton. (2009). How To Use Qualitative Methods In Evaluation (terjemahan),
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Praheri. (2012). Kegiatan Kopi Semawis Pada Ruang Publik Di Kawasan
Pecinan Semarang, Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota UNDIP,
Semarang.
Zhang and Lawson. (2009). Meeting And Greeting : Activities In Public
Outdoor Spaces Outside Highdensity Urban Residential
Communities. Urban Design International, 14 (4), 207-214.
PERILAKU ORGANISASI DAN KEPEMIMPINAN
SEBAGAI SEBUAH SISTEM
Oleh: Fitriani
Dosen IAIN Bone
1. Perilaku Organisasi
a. Konsep Dasar Organisasi
Setiap manusia akan berhubungan dengan bermacam-macam
orang yang begitu kompleks dan bersangkutan dengan kebutuhan baik
dari segi ekonomi, sosial, budaya, rekreasi, pendidikan dan lain
sebagainya. Disadari atau tidak disadari, sengaja atau tidak disengaja,
setiap manusia selalu berada, dibesarkan dalam dan menjadi anggota
oeganisasi. Ini berlangsung sejak lahir hingga pada saat meninggal
dunia.
Dalam perkembangan dunia yang begitu kompleks, begitu juga
permasalahan manusia yang selalu berkembang dan begitu kompleks.
Pada dasarnya manusia tidak bisa hidup sendiri dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidupnya, maka dengan adanya tujuan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya tersebut, dengan demikian manusia
membentuk suatu kelompok atau organisasi, entah apapun nama
organisasinya. Sedangkan ciri utama dari peradaban manusia dalam
masyarakat adalah keterlibatannya dalam sebuah organisasi tertentu.
Oleh karena itu, manusia adalah pendukung utama dari setiap
organisasi. Perilaku manusia yang berada dalam organisasi itulah awal
dari perilaku organisasi itu sendiri.1
Menurut Baharuddin dalam bukunya menyatakan bahwa
Organisasi diartikan sebagai wadah untuk menjalin kerja sama yang
baik diantara para individu. Bahkan dikatakan pula bahwa organisasi
telah lama dikenal oleh manusia bahkan ia muncul semenjak manusia
pertama ada.2
Selain itu, organisasi adalah suatu usaha untuk mempermudah
pemenuhan kebutuhan dengan membentuk hubungan kerja sama
dengan membuat kelompok-kelompok. Tujuan dari usaha manusia
akan lebih mudah dicapai dan diperoleh dengan cara bersama-sama
daripada seorang diri. Maka dengan demikian, bisa dikatakan bahwa
organisasi adalah wadah yang memungkinkan masyarakat dapat
meraih hasil yang sebelumnya tidak dapat dicapai oleh individu secara
sendiri-sendiri. Organisasi merupakan suatu unit yang terkoordinasi
yang terdiri setidaknya dua orang, yang berfungsi mencapai sasaran
tertentu atau serangkaian tertentu.3
Istilah organisasi mempunyai dua pengertian umum. Pertama
organisasi diartikan sebagai suatu lembaga atau kelompok fungsional,
1
Veitzhal Rivai & Deddy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi
(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011), h. 169.
2
Baharuddin & Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan Islam (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2012), h. 121.
3
Veitzhal Rivai & Deddy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi h. 170.
misalnya, sebuah perusahaan, sebuah sekolah, sebuah perkumpulan
dan badan pemerintahan. Kedua, merujuk kepada proses
pengorganisasian yaitu bagaimana pekerjaan diatur dan dialokasikan di
antara para anggota, sehingga tujuan organisasi itu dapat tercapai
secara efektif. Sedangkan organisasi itu sendiri diartikan sebagai
kumpulan orang dengan sistem kerja sama untuk mencapai tujuan
bersama.
Berkaitan dengan pengertian organisasi di atas. Dalam hal ini
sejalan dengan apa yang difirmankan Allah swt dalam QS Al
Hujurat/49: 10 yang berbunyi: 4
٠١ ن ِإ َّن َما ٱۡل ُم ۡؤ ِم ُنو ِإ ۡخ َو ف ِ ح بۡ ن خ َوۡي
ُ ۡ َعل وٱ َّتقُو ْا
ٱ ّ ُك ۡم ّلَ ر م ة ن أ ل و ي أ ُك ۚۡۡمٞ
َ ت و ْا
ح ل ص
5
Ahmad Djalaluddin, Manajemen Qur’ani Menerjemahkan Idarah Ilahiyah dalam
Kehidupan (Malang: UIN-Malang Press, 2007), h. 146.
6
Soekidjo Notoatmodjo, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan (Jakarta: Rineka
Cipta, 2003), h. 25.
7
Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku dapat
diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang. Dalam sosiologi, perilaku dianggap
sebagai sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang lain dan oleh karenanya merupakan
oleh berbagai macam ransangan yang ada disekitarnya, dalam artian
seluruh perilaku yang menjadi tabiat manusia tidak hanya ditentukan
oleh bawaan dari lahir/fitrah manusia tersebut dalam aliran psikologi
disebut dengan nativisme semata, akan tetapi juga dipengaruhi oleh
lingkungan (empirisme), bahkan pula ditentukan oleh aspek geografis
latar belakang orang tersebut.
Sedangkan menurut pandangan Behavioristik diartikan bahwa
perilaku sebagai respon terhadap stimulus akan sangat ditentukan oleh
keadaan stimulusnya dan individu seakan-akan tidak mempunyai
kemampuan untuk menentukan perilakunya.
Sedangkan menurut Skinner yang dikutip Notoatmodjo
menyatakan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara
perangsang (stimulus dan tangapan atau respon). Ia membedakan ada
dua respon, yaitu:8
1) Respondent Respons atau Reflexive Respons, merupakan respon
yang ditimbulkan oleh rangsangan tertentu. Respon ini sangat
terbatas keberadaannya pada manusia karena hubungan yang pasti
antara stimulus dan respon kemungkinan untuk memodifikasinya
sangat kecil.
2) Operant Respons atau Instrumen Respons, merupakan respon yang
timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu.
suatu tindakan sosial manusia yang sangat mendasar. Perilaku tidak boleh disalah artikan
sebagai perilaku sosial, yang merupakan suatu tindakan dengan tingkat lebih tinggi, karena
perilaku sosial adalah perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang lain. Penerimaan
terhadap perilaku seseorang diukur relatif terhadap norma sosial dan diatur oleh
berbagai kontrol sosial. Dalam kedokteran perilaku seseorang dan keluarganya dipelajari
untuk mengidentifikasi faktor penyebab, pencetus atau yang memperberat timbulnya
masalah kesehatan. Intervensi terhadap perilaku seringkali dilakukan dalam rangka
penatalaksanaan yang holistik dan komprehensif. Perilaku manusia dipelajari
dalam ilmu psikologi, sosiologi, ekonomi, antropologi dan kedokteran.
8
Soekidjo Notoatmodjo, Pendidikan dan Perilaku h. 37.
Respon ini merupakan bagian terbesar dari perilaku manusia dan
kemungkinan untuk memodifikasinya sangat besar bahkan tak
terbatas.
Menurut hemat penulis, dapat dikatakan bahwa perilaku
individu pada diri manusia tidak timbul dengan sendirinya, tapi itu
adalah reaksi dari stimulus yang terjadi, baik secara internal maupun
secara eksternal. Dan hal ini tidak terlepas dari sebuah proses
kematangan organ-organ tubuh. Lebih dari sekedar itu, perilaku
individu tersebut dapat berupa baik yang bisa diamati maupun tidak
bisa diamati.
c. Pengertian Perilaku Organisasi
Perilaku organisasi adalah suatu studi yang menyangkut aspek-
aspek tingkah laku manusia dalam suatu kelompok tertentu. Hal ini
dapat meliputi aspek yang ditimbulkan oleh pengaruh organisasi
terhadap manusia demikian pula halnya pengaruh manusia terhadap
organisasi. Tujuan akan telaah ini adalah sebuah usaha untuk
mendeterminasi pengaruh manusia terhadap pencapaian tujuan-tujuan
organisasi.9
Perilaku organisasi (organizational behavior) adalah sebuah
bidang studi yang menyelidiki pengaruh yang dimiliki oleh individu,
kelompok, dan struktur terhadap perilaku dalam organisasi, yang
bertujuan menerapkan ilmu pengetahuan semacam ini guna
meningkatkan keefektifan sebuah organisasi.10 Disamping itu juga
disebutkan bahwa dalam perilaku organisasi terjadi interaksi dan
hubungan antara organisasi di satu pihak dan perilaku individu di lain
9
Veitzhal Rivai & Deddy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi h. 171.
10
Khairul Maulana, Resume Perilaku Organisasi, (Makalah Sekolah Tinggi
Manajemen Informatika dan Komputer STMIK Mercusuar, 2010), h. 7.
pihak. Kesemuanya ini memiliki tujuan praktis yaitu untuk
mengarahkan perilaku manusia untuk mencapai tujuan-tujuan bersama
sesuai dengan tujuan organisasi.
Jadi sebenarnya dalam analisis penulis, bahwa perilaku
organisasi adalah perilaku individu dalam anggota organisasi yang
saling mempengaruhi satu sama lain, sehingga tujuan bersama yang
diupayakan mampu terealisasikan dengan baik.
2. Kepemimpinan
1. Konsep Dasar Kepemimpinan
Kepemimpinan dipahami sebagai segala daya dan upaya
bersama untuk menggerakkan semua sumber dan alat (resources) yang
tersedia dalam suatu organisasi. Untuk itu dapat dikatakan bahwa
sukses tidaknya suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sengat tergantung atas kemampuan pempinannya untuk
menumbuhkan iklim kerja sama agar dengan mudah dapat
menggerakkan sumber daya tersebut, sehingga dapat
mendayagunakannya dan dapat berjalan secara efektif dan efisien.
Di dalam lingkungan masyarakat atau di dalam organisasi,
kepemimpinan terjadi melalui dua bentuk, yaitu: kepemimpinan formal
(formal leadership) dan kepemimpinan informal (informal leadership).
Kepemimpinan formal terjadi apabila di lingkungan organisasi jabatan
otoritas formal dalam organisasi tersebut diisi oleh orang-orang yang
ditunjuk atau dipilih melalui proses seleksi. Sedangkan kepemimpinan
informal terjadi, dimana kedudukan pemimpin dalam suatu organisasi
diisi oleh orang-orang yang muncul dan berpengaruh terhadap orang
lain karena kecakapan khusus atau berbagai sumber yang dimilikinya
dirasakan mampu memecahkan persoalan organisasi serta memenuhi
kebutuhan dari anggota organisasi yang bersangkutan.11
Dalam ajaran Islam juga disebutkan bahwasanya Allah swt.
menciptakan manusia di muka bumi adalah sebagai pemimpin
(khalifah), sebagaimana firman Allah swt. dalam QS Al Baqarah/2:30
yang berbunyi:12
في َها ََٰٓ 3 ²
ُ من ي في ٱ ۡۡل خِلي قالُ ۡ ج َعل جا ع ن ِّ ئ ِ َ
ل ر ُّبك ِلۡل َم وإۡذ
ِ
ۡف د ََٰٓو ْا ي َها أَ َت3 ۡرض َف ˚ۖٗة لٞ َك ِة قال ي ِإ
س
٠٣ ن َو َي ۡس ِف ك ٱل ِّّد َم َٰآَ َء نس ِّّبح ۡ م و ُن َق ِّّدس قال إ ي أ َل ت ۡعل
ُمو ما ِّّن ۡعلَ ُم َل َك ِب ِدك و َن ۡحن
ح
14
Marno, Triyo Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan
Pendidikan Islam (Bandung: Refika Aditama, 2008), h. 32.
Kepemimpinan dalam lembaga pendidikan sangat berperan
penting dalam mengembangkan seluruh sumber daya yang ada
termasuk sumber daya manusia (SDM), oleh karena itu, para pakar
pendidikan mencoba mengartikan kepemimpinan pendidikan, yaitu:
1) Nawawi mengatakan bahwa kepemimpinan pendidikan adalah
proses menggerakkan, mempengaruhi, memberikan motivasi, dan
mengarahkan orang-orang di dalam organisasi atau lembaga
pendidikan tertentu untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan
sebelumnya. Untuk mewujudkan tugas terebut, setiap pimpinan
pendidikan harus mampu bekerja sama dengan orang-orang yang
dipimpinnya untuk memberikan motivasi agar melakukan
pekerjaannya secara ikhlas.15
2) Fachrudi mengatakan bahwa kepemimpinan pendidikan adalah
suatu kemampuan dalam proses mempengaruhi, mengkoordinir
orang-orang lain yang ada hubungannya dengan ilmu pendidikan
dan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, agar kegiatan-kegiatan
yang dijalankan dapat berlangsung lebih efisien dan efektif di dalam
pencapaian tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran.
3) Sedangkan Assosiation of Supervision and Curiculum Development
(ASCD), menyatakan bahwa kepemimpinan pendidikan adalah
tindakan atau tingkah laku di antara individu-individu dan
kelompok-kelompok yang menyebabkan mereka bergerak kea rah
tercapainya tujuan-tujuan pendidikan yang menambahkan
penerimaan bersama bagi mereka.16
15
Marno, Triyo Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan h. 32.
16
Marno, Triyo Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan h. 33
Dari beberapa pendapat tersebut di atas, tentang pengertian
kepemimpinan pendidikan, maka dapat penulis simpulkan bahwa yang
dimaksud dengan kepemimpinan pendidikan adalah kemampuan
seseorang dalam mempengaruhi, mengkoordinir, menggerakkan,
memberikan motivasi dan mengarahkan orang-orang dalam lembaga
pendidikan agar pelaksanaan pendidikan dapat lebih efisien dan efektif
dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang telah dirumuskan.
Pemimpin pada hakikatnya adalah seseorang yang mempunyai
kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain di dalam
kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Kekuasaaan adalah
kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi bawahan
sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakannya. Semakin
banyak jumlah sumber kekuasaan yang tersedia bagi pemimpin, maka
makin besar potensi kepemimpinan yang efektif.17 Dengan demikian,
penulis beranggapan bawah makin efektifnya kepemimpinan
seseorang, maka kesuksesan dalam mencapai cita-cita semakin terbuka
lebar. Dalam hal ini, seorang pemimpin benar-benar mampu
mempengaruhi bawahnnya dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Dari pemaparan di atas tentang perilaku organisasi dan
kepemimpinan, dapat penulis rangkum bahwa dalam sebuah organisasi
pasti memerlukan orang yang mampu memimpin dengan baik yang
mampu mengarahkan seluruh anggota dalam organisasi tersebut, sehingga
memiliki persepsi yang sama akan tujuan bersama yang ingin dicapai.
Dengan demikian, perilaku setiap individu yang terdapat dalam organisasi
terarah dengan tujuan yang diinginkan. Maka suatu perilaku dalam
17
Nanang Fattah, Landasan Manajamen Pendidikan (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009), h. 88.
organisasi dan kemampuan pemimpin untuk memimpin sebuah organisasi
terutama dalam lembaga pendidikan, hal tersebut menjadi sebuah sistem
yang harus dijalankan oleh setiap komponen dalam organisasi tersebut.
A. Simpulan
Dalam sebuah organisasi pasti memerlukan orang yang mampu
memimpin dengan baik yang mampu mengarahkan dan mengelola
seluruh anggota dalam organisasi tersebut, sehingga memiliki persepsi
yang sama akan tujuan bersama yang ingin dicapai. Dengan demikian,
perilaku setiap individu yang terdapat dalam organisasi terarah dengan
tujuan yang diinginkan. Maka suatu perilaku dalam organisasi dan
kemampuan pemimpin untuk memimpin sebuah organisasi terutama
dalam lembaga pendidikan, hal tersebut menjadi sebuah sistem yang
harus dijalankan oleh setiap komponen dalam organisasi tersebut.
DAFTAR RUJUKAN
penting untuk implementasi keberhasilan dan masalah akan teratasii apabila tim
menerima tanggungjawab untuk mencari solusi.
Perilaku organisasi memiliki tujuan yaitu untuk prediksi, eksplanasi, dan
pengendalian yang ketiganya saling berkaitan. Ketiganya penting dikaji untuk
memungkinkan proses pengkajian atau analisis yang melahirkan tindakan lanjutan
demi mewujudkan efektifitas organisasi.