Laporan TFS Sabun Cair Fix 2
Laporan TFS Sabun Cair Fix 2
OLEH:
KELOMPOK : I (SATU)
KELAS :C
ASISTEN :RINALDI
Nilai
Nama NIM Tugas Nilai Diskusi
Dokumen
ISDAR ALEX GUNAWAN G 701 18 027 Produksi
MUH. ILHAM G 701 18 060 Kemasan
MUH. FAYQHAL IBNU MADANI G 701 18 068 Formulasi
MOH. FAUZAN G 701 18 123 Produksi
MUHAMMAD FAISAL G 701 18 125 Preformulasi
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020
I. FORMULA ASLI
Sabun Mandi Cair
Jumlah Jumlah
No. Komposisi Fungsi
perwadah perbatch
1. Oleum Citri Pengaroma 1 mL 3 mL
2. Natrium Benzoat Pengawet 0,3 mg 0,9 mg
3. Sodium Lauryl Sulfate Surfaktan 1,5 mL 4,5 mL
4. Virgin Coconut Oil Basis Sabun Cair 12 mL 36 mL
Penstabil dan
5. Stearic Acid 12 mg 36 mg
Pemviskositas
6. Propylen Glycol Humektan 24 mL 72 mL
Pottasium Hydroxide
7. Alkali 24 mL 72 mL
(KOH)
8. Aquadest Pelarut ad 60 mL ad 180 mL
Adapun kandungan zat-zat untuk membuat sabun bervariasi sesuai dengan sifat dan jenis
sabun. Pembuatan sabun merupakan reaksi sederhana antara asam lemak yang
terkandung dalam minyak dengan NaOH/KOH, reaksi ini dikenal dengan reaksi
saponifikasi (Rahmawati. dkk., 2017)
Kegunaan : Surfaktan
Pemerian : Serbuk atau hablur; warna putih atau kuning pucat; bau
lemah dank has.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, larutan berkabut; larut
sebagian dalam etanol (95%) P.
Stabilitas : Sodium lauryl sulfate stabil di bawah kondisi penyimpanan
normal. Namun, dalam solusi, dalam kondisi ekstrem, mis.
pH 2,5 atau di bawahnya, ia membatalkan hidrolisis
menjadi lauril alkohol dan natrium bisulfat. Material curah
harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat dan jauh
dari zat pengoksidasi kuat dalam placc yang dingin dan
kering.
Inkompatibilitas : Sodium lauryl sulfate bereaksi dengan surfaktan kationik,
menyebabkan hilangnya aktivitas yang terlarut dalam
konsentrasi yang terlalu rendah untuk menyebabkan
hujan. Tidak seperti sabun, sabun ini kompatibel dengan
asam dilutc dan ion kalsium dan magnesium. Sodium
lauryl sulfate tidak sesuai dengan garam ion logam
polivalen, seperti aluminium, timah, timah atau seng, dan
praksipasi dengan garam kalium. Solusi sodium lauryl
sulfate (pH 9.5-10.0). busur agak korosif terhadap
bungkusan ringan, tembaga, kuningan, perunggu, dan
aluminium.
V.4 Sifat Fisika & Kimia Propilen Glikol (FI III, 1979 dan HPE, 2009)
Nama resmi : PROPYLENGLYCOLUM
Sinonim : Propilenglikol
RM/BM : C3H8O2/76,10
Rumus struktrur :
Kegunaan : Humektan
Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna; tidak
berbau; rasa agak manis; higroskopik.
Kelarutan : Dapat campur dengan air, dengan etanol (95%) P
dan dengan kloroform P; larut dalam 6 bagian
eter P; tidak dapat campur dengan eter minyak
tanah P dan dengan minyak lemak
Stabilitas : Pada suhu dingin, propilen glikol stabil dalam
wadah yang tertutup dengan baik, tetapi pada
suhu tinggi, di tempat terbuka, cenderung
teroksidasi, memberikan risiko pada produk
seperti propionaldehida, asam laktat, asam
piruvat, dan asam akrilat. Propilen glikol stabil
secara kimiawi jika dicampur dengan cthanol
(95%), gliserin, atau air.
Inkompatibilitas : Propilen glikol tidak cocok dengan pereaksi
pengoksidasi seperti kalium permanganat
V.5 Sifat fisika dan kimia Pottasium Hydroxide ( FI III, 1979: 689)
Nama Resmi : KALII HYDROXYDUM
Sinonim : Kalium Hidroksida
RM / BM : KOH/56,1
Rumus Struktur :
Rumus Struktur :
H H
Kegunaan : Zat pelarut
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak
mempunyai rasa.
Kelarutan : -
Stabilitas : -
Inkompatibilitas : -
V.8 Sifat Fisika & Kimia Natrium Benzoat (FI. Edisi IV, 1995 dan HPE, 2009)
Nama resmi : NATRII BENZOAS
Sinonim : Garam natrium asam benzoat; soda benzoat;
natrii benzoas; natrium benzoicum.
RM/BM : C7H14NaO2/144,11
Rumus struktrur :
0,5
Natrium Benzoat 0,5 % = x 60 mL x 3=0,9mg
100
m
ρ=
v
0,3
1,5 g/ cm3 =
V
0,3 g
V= = 0,2 cm3 = 0,2 Ml
1,5 g /cm3
2,5
Sodium Lauryl Sulfate 2,5 %= x 60 mL=1,5 mL x 3=4,5 mL
100
20
Virgin Coconut Oil 20 % = x 60 mL=12 mL x 3=36 mL
100
20
Stearic Acid 20% = x 60 mL=12 mg x 3=36 mg
100
m
ρ=
v
12
941000 g/ cm3 =
V
12 g
V= = 1,2 cm3 = 1,2 mL x 3 = 3,6 mL
941000 g /cm3
40
Propylen Glycol 40% = x 60 mL=24 mL x 3=72mL
100
40
Pottasium Hydroxide 40% = x 60 mL=24 mL x 3=72mL
100
Etanol 95% 3,6 mL
Pewarna kuning 2 gtt
Aquadest ad 60 mL
IX. Skema kerja
Asam stearat
-Dimasukkan dalam lumpang
-Dimasukkan aquadest secukupnya
-Digerus cepat
-Ditambahkan
-Digerus
-Ditambahkan
-Digerus
Asam stearat
-Ditambahkan
-Digerus
Pottasium Hydroxide
(KOH)
Natrium Benzoat
-Ditambahkan
-Digerus
Proylen Glycol
-Ditambahkan
Aquadest
X. Parameter kritis
Derajat keasaman atau pH merupakan parameter kimiawi untuk mengetahui sabun cair yang
dihasilkan bersifat asam atau basa. pH merupakan parameter penting pada produk kosmetika,
karena nilai pH dapat mempengaruhi daya absorpsi kulit. Umumnya pH sabun mandi cair berkisar
antara 8 – 11. Sabun yang memiliki nilai pH yang sangat tinggi atau sangat rendah dapat daya
absorbansi kulit sehingga menyebabkan iritasi pada kulit sehingga kulit menjadi iritasi seperti
luka, gatal atau mengelupas. Nilai pH yang terlalu tinggi atau rendah juga dapat menyebabkan
kulit kering (Widyasanti. A. dkk., 2017).
Angka Lempeng Total (ALT) atau biasa juga disebut total mikroba merupakan salah satu
parameter yang menentukan baik tidaknya persyaratan penghitungan-jumlah mikroba - jaminan
produk dari sebelum produk sampai ke tangan konsumen (Widyasanti. A. dkk., 2017)
Bobot jenis merupakan perbandingan bobot zat di udara pada suhu 25°C terhadap bobot air
dengan volume dan suhu yang sama. Nilai bobot jenis dapat disebabkan oleh jenis dan
konsentrasi bahan baku dalam Jarutan. Setiap bahan baku yang ditambahkan dalam formulasi
sabun sangat menentukan bobot jenis produk sabun yang dihasilkan. Semakin tinggi bobot bahan
baku yang ditambahkan, maka bobot jenis sabun yang dihasilkan akan semakin tinggi
(Widyasanti. A. dkk., 2017).
XI. Peralatan
1. Lumpang dan alu (1)
2. Bunsen (1)
3. Corong (1)
4. Korek api (1)
5. Gelas kimia 500 ml, 250 ml dan 50 ml (1)
6. Gelas ukur 10 ml, 50 ml, 100 ml, 250 ml (1)
7. Wadah (3)
8. Cawan porselin
XII. Syarat dan spesifikasi sediaan
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Repoblik Indonesia., (1979). Farmakope Indonesia Edisi III. Kementrian
Kesehatan Repoblik Indonesia. Jakarta
Departemen Kesehatan Repoblik Indonesia., (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Kementrian
Kesehatan Repoblik Indonesia. Jakarta
Hambali, H., C., (2009). Membuat Sabun Transparant untuk Gift dan Kecantikan. Penebar plus.
Jakarta
Rowe., R., J., (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipients. Pharmaceutical press. London
Maretta., A., Helmy., Q., (2015). Degradasi Surfaktan Sodium Lauryl Sulfat dengan proses
Fotokatalis Menggunakan Nano Partikel. Institut Teknologi Bandung. Bandung
Rahmawati., Dkk., (2017). Pengoptimalan Air Leri Dalam Pembuatan Sabun Pembersih Wajah
Alami Yang Ekonomis. Universitas Negeri Semarang. Semarang
Sari.,R., Ferdinan.,A., (2017). Pengujian Aktifitas Antibakteri Sabun Cair dari Ekstrak Kulit Daun
Lidah Buaya. Universitas Tanjungpura. Pontianak
Santoso.,J.,Dkk., (2018). Optimasi Formula Krim Ekstrak Poliherbal Sebagai Antibakteri dengan
Kombinasi Gliserin, Sorbitol dan Propilenglikol Sebagai Humektan. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta
Sukeksi.,L., Dkk., (2018). Pembuatan Sabun Cair Alkali Kalium Abu Batang PIsang (Musa
Paradisiaca). Universitas Sumatera Utara. Medan.
Uzwatania., Dkk., (2018). Analisis Preferensi dan Tingkat Kesukaan Konsumen Terhadap Sabun
Mandi Alami Halal. Universitas Djuanda Bogor. Bogor
Widyasanti., A., Dkk., (2017). Pembuatan Sabun Berbasis Virgin Coconut Oil (VCO) Dengan
Penambahan MInyak Melati (Jasminum Sambac) Sebagai Essential Oil. Universitas
Padjadjaran. Bandung
Widyasanti., A., Dkk., (2019). Pembuatan Sabun Cair Dengan Menggunakan Bahan Baku
Minyak Jarak (Castor Oil) Dengan Variasi Konsentrasi Infused Oil The Putih (Camelia Sinensis).
Universitas Padjadjaran. Bandung
Yamlean.,P.,V.,Y., Bodhi.,W., (2017). Formulasi dan Uji Antibakteri Sediaan Sabun Cair Ekstrak
Daun Kemangi (Ocymum Basilicum L) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus. Unsrat.
Manado