Anda di halaman 1dari 2

Sumber historis Pancasila

Nilai nilai yang terkandung dalam Pancasila tidak dapat dilepaskan dengan sejarah berdirinya
bangsa Indonesia. Sejarah dan Pancasila memiliki kaitan penting dalam membentuk negara yang
berkarakter dan berbudi luhur. Segala nilai yang terkandung dalam Pancasila memiliki makna yang kuat
dalam budaya, agama, dan kebiasaan masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu. 1 Juni 1945 menjadi
hari bersejarah bagi seluruh rakyat Indonesia karena pada hari itu bangsa Indonesia memiliki dasar
negara yang diyakini dapat menjadi pedoman hidup dalam berbangsa dan bernegara. Berawal dari
sidang BPUPKI pada 29 Mei 1945, Mr. Muh. Yamin dan Mr. Soepomo mengungkapkan pendapatnya
mengenai kelima sila. Kemudian pada 1 Juni 1945 Bung Karno juga menyampaikan pidato yang berisi
usulan mengenai kelima sila. Pidato Bung Karno menjadi usulan terakhir yang disampaikan oleh tokoh
tokoh sebelumnya mengenai pembentukan kelima sila dan dianggap sebagai usulan yang memuat
usulan dalam sidang BPUPKI pada 29 Mei 1945 yaitu oleh MR. Muh. Yamin dan Mr. Soepom (Brata &
Wartha, 2017). Pancasila memuat jati diri bangsa Indonesia, nilai nilai yang terkandung di dalamnya
telah diamalkan oleh masyarakat sejak zaman kerajaan. Salah satu contohnya adalah nilai agama, sejak
lama masyarakat telah meyakini keberadaan Tuhan, beriman, serta beribadah kepada-Nya. Hal tersebut
sangat jelas sesuai dengan apa yang ditetapkan dalam sila pertama dalam Pancasila. Dari hal tersebut
dapat disimpulkan bahwa Pancasila memuat sejarah kepribadian bangsa. (Sukma, 2021)

Sumber sosiologis Pancasila

Secara garis besar sosiologi merupakan sesuatu yang membahasa tentang hubungan antara
manusia dalam kelompok-kelompok dan struktur sosialnya (Syatriadin, 2017). Manusia adalah makhluk
hidup yang tidak bisa hidup sendiri dan bergantung satu sama lain. Bangsa Indonesia menjunjung tinggi
nilai nilai kebersamaan dalam hal apapun. Sejak zaman dahulu masyarakat telah mengenal istilah gotong
royong, gotong royong sendiri bertujuan untuk mempermudah pekerjaan manusia serta bermanfaat
dalam menjaga rasa kebersamaan satu sama lain. Dalam Pancasila terkandung ajaran ajaran agar
manusia hidup dengan rasa kedamaian dalam kehidupan bersama. Hal tersebut diperkuat dengan
adanya sila ketiga yaitu tentang persatuan dimana kekuatan persatuan membuat masyarakat untuk
berperilaku baik kepada orang lain agar rasa persatuan tersebut tetap terjaga. Selain itu sila keadilan
sosial juga mengandung makna tentang hubungan manusia dengan manusia lain untuk saling
menjunjung tinggi antara pemenuhan hak dan kewajiban yang dapat diartikan bahwa hal tersebut
termasuk perilaku baik untuk menjaga hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok dan
struktur sosialnya.

Sumber politis Pancasila

Pancasila dalam tataran tertentu merupakan ideologi politik, yaitu mengandung nilai nilai yang menjadi
kaidah penuntun dalam mewujudkan tata tertib sosial politik yang ideal. Nilai nilai yang terkandung
dalam Pancasila senantiasa memuat tatanan kehidupan rakyat Indonesia tidak terkecuali dengan sistem
politik pemerintahan dan kehidupan bermasyarakat. Dalam sila keempat yang berbunyi “Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusywaratan perwakilan” dapat ditemukan dalam
kehidupan bermasyarakat khususnya di daerah pedesaan. Implementasi nilai yang terkandung dalam
sila keempat ditandai dengan rasa kebersamaan untuk hidup damai dan bersatu dalam semangat
kekekeluargaan tidak terkecuali dalam setiap pengambilan keputusan dengan mengedepankan
musyawarah. (Taufiqurrahman, 2018)

Daftar Pustaka

Brata, I. B., & Wartha, I. B. N. (2017). Lahirnya Pancasila sebagai Pemersatu Bangsa Indonesia. Jurnal
Santiaji Pendidikan, 7(1), 120–132.

Sukma, T. A. (2021). Sumber Historis Pancasila Sebagai Dasar Negara.

Syatriadin. (2017). LANDASAN SOSIOLOGIS DALAM PENDIDIKAN. 4(2), 9–15.

Taufiqurrahman. (2018). Pendidikan Pancasila. Jakarta : Direktorat Jendral Pembelajaran dan


Kemahasiswaan Kementrian Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi.

Anda mungkin juga menyukai