TM KE-4
Oleh :
NIM : 132011133096
Kelas : A2
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2021
1. ONKOLOGI
Onkilogi adalah ilmu yang mempelajari perubahan proto onkogen menjadi onkogen
yang menginduksi terjadinya suatu malignansi.
Neoplasma atau keganasan adalah suatu penyakit yang diakibatkan karena terjadi
poliferasi atau pembelahan sel yang tidak terkendali. Tumor adalah suatu benjolan abnormal.
Radang juga bisa disebut tumor. Menskrining tumor itu digunakan untuk menentukan apakah
progresif atau non progresif. Tentunya ada suatu pertanda yang disebut dengan tumor marker.
Tumor marker bukan menentukan suatu keganasan tetapi untuk menskrining. Tumor marker
tinggi belum tentu ganas.
Penaamaan tumor
Kalau jinak dikasih akhiran kata oma, kalau ganas diberi akhiran karsinoma. Misalnya
tumor pada tulang rawan kalau jinak disebut kondroma, kalau ganas disebut kondro sarcoma.
Keganasan pada epitel/penutup : epitel ada beberapa jenis yaitu ada yang
menghasilkan mucus dan non sekresi mucus. Yang menghasilkan mucus (kelenjar) berasal
dari adeno, maka kalau jinak diberi adenoma. Kalau ganas diberi adeno karsinoma. Tetapi
kalau epitel yang tidak menghasilkan mucus (kulit), kalau jinak diberi nama papilloma. Kalau
ganas diberi akhiran karsinoma.
Dalam suatu kehidupan sel selalu ada keseimbangan antara pertumbuhan sel dan
kematian sel. Jika sel-sel mengalami pembelahan terus maka akan menjadi suatu malignansi
(keganasan).
Kematian sel
Ada beberapa mekanisme kematian sel, ada yang disebut sebagai negrosis ada yang
disebut apoptosis.
Negrosis adalah kematian sel karena kerusakan system membrane. Apakah membrane
inti, membrane sel, atau membran organel. Factor penyebab negrosis yaitu :
1) Peningkatan pembentukan lisozim pada sel (suatu proteolitik enzim),
2) Factor iskemi (kekurangan oksigen) ATP dibentuk dari oksigen, ATP fungsinya
akan dipecah oleh ATPase akan membentuk ADP difosfat dan fosfat inorganic.
Fosfan inorganic sebagai energy untuk menekan mineral atau natrium yang ada di
dalam sel yang berlebih. Karena natrium selalu maksul ke dalam sel bersama glukosa.
Apabila terjadi gangguan oksigen (oksigen turun) berarti ATP tidak terbentuk, maka
natrium tidak bisa dipompakan keluar sel sehingga mengakibatkan hipotonik (air
masuk ke dalam sel), setelah itu sel akan mengalami pembengkakan dan akhirnya
pecah.
3) Factor radikal bebas : tubuh secara fisiologi menghasilkan ROS atau yang dikenal
dengan radikal bebas. Primer radikal bebas itu antara lain O2- dan H2O2. Kalau
terjadi pembentukan ROS sel akan menghasilkan anti ROS yang sering dikenal
dengan skafenyer sistem. Skafenyer system itu antara lain SOD, katalase, dan
glutation peroksida yang bertujuan untuk menetralkan ROS. Jika anti ROS rendah,
ROS nya tinggi maka sel akan mengalami kondisi yang dikenal dengan stress
oksidatif. Stress oksidatif dan bagian dari ROS (H2O2) akan bereaksi dengan system
membrane, akhirnya membrane sel mengalami kerusakan. Tanda kerusakan
membrane sel akibat ROS dikenal dengan MDA atau F2 isoprosta.
Ada 2 kelompok yang penting ada Fase M dan Fase S. pada Fase M terjadi suatu
penggandaan sel. Sedangkan pada Fase S terjadi penggandaan DNA. Pada Fase M,
penggandaan sel pertama melalui proses profase, metaphase, anaphase, dan telefase.
Sedangkan pada Fase S terjadi penggandaan DNA . Akhir dari Fase M dan awal dari Fase S
itu ada kondisi yang dikenal dengan Gab 1. Sedangkan akhir dari Fase S dan awal Fase M
dikenal dengan Gab 2. Sehingga siklus pembelahan sel meliputi Fase M , G-1, Fase S, dan G-
2. Pada masing-masing fase ada enzim dan substrat yang bekerja, kecuali pada Fase G-2.
Pada Fase M enzim yang bekerja yaitu CDK 1 sedangkan substratnya namanya ciclin
A dan B. pada Fase G-1 enzimnya yaitu CDK 4 dan 6 sedangkan substratnya yaitu ciclin D
dan E. Pada Fase S enzimnya yaitu CDK 2 dan substratnya adalah ciclin A dan I.
Pada akhir anaphase ada protein yang dihasilkan yang dikenal dengan APC (Anafase
promoting complex).APC akan menguraikan kompleks antara CDK dengan ciclin. Apabila
diuraikan siklin akan menjadi siklin A dan siklin B. APC juga menginduksi pembentukan
CDK 4 dan 6 pada Fase G-1. Pada siklus sel akan selalu muncul siklin, terjadilah kompleks
antara enzim dan substrat, yaitu siklin D dan E dan CDK 4 dan 6, yang dikenal dengan CDK
siklin G-1 kompleks.
Pada Fase G-1, ada suatu factor transkripsi yaitu factor yang menginduksi
pembentukan protein-protein yang dibutuhkan pada Fase S untuk replikasi DNA. Namun
factor transkripsi itu dihambat oleh suatu protein yang dikenal dengan PRB (Protein Retino
Blastum), protein yang pertama kali diidentifikasi pada kanker mata. Dengan adanya CDK
siklin G-1 maka PRB difosforilasi sehingga tidak aktif. Jika PRB tidak aktif, maka factor
transisi akan menjadi aktif
Pada Fase S, terjadi penggandaan DNA. Setelah terbentuk maka diperbaiki jika terjadi
suatu perubahan. Protein-protein tadi awalnya berikatan dengan 7p. kemudian mengenal apa
yang dicari (origin replication).setelah proten 4p mengikat maka 7p dilepas. Protein 4p inilah
yang kemudian mempengaruhi mcm. Dan mengalami hiper fosforilasi. Dengan kondisi
hiperfosforilasi akan mengaktifkan CDC 6 yang akan mengubah hiper menjadi hipo. Jika
terjadi hipo maka terjadi gelembung. Setelah gelembung terbentuk akan terjadi aktifasi enzim
primase. Maka DNA terbentuk. Kalau pada malignansi pembentukan ini sangat berlebih
pembelahan sel pun juga berlebihan sehingga terjadi penumpukan sel menjadi masa tumor.
Mutasi adalah perubahan susunan nukleotida pada DNA. Artinya jika DNA
mengalami perubahan, mak RNA berkurang dan proteinnya mengalami perubahan. Kalau
protein mengalami perubahan maka sifatnya juga akan berubah. Di dalam inti sel ada DNA.
Di dalam inti sel ada kromatin, di dalam kromatin ada kromosom. Di dalam kromosom ada
DNA, RNA, dan gen. DNA tersebut ada yang aktif menyandi protein ada juga yang tidak
aktif. Yang aktif dikenal dengan ekson sedangkan yang tidak aktif dikenal dengan introfon.
Pada proses transkripsi DNA yang tidak aktif dilepas. Lalu DNA yang aktif digabung.
Setelah itu DNA keluar menuju sitoplasma dan menuju ribosom. Proses pembentuka RNA
dari DNA ini dikenal dengan transkripsi. Sedangkan pembentukanprotein dari RNA dikenal
dengan translasi.
Basa dari DNA dan RNA itu terdiri dari basa purin dan pirimidin. Pada DNA terdiri
dari dobel helix (ada 2 rantai). Basa pirin terdiri dari adenine dan guanine. Pirimidin terdiri
dari sitosin dan urasil.
Yang mengatur pembelahan sel adalah proto onkogen dan tumor supresorgen. Kalau
tumor supresorgen mengalami mutasi, maka protein yang disandinya bersifat inaktif. Bila
protoonkogen mengalami mutasi, yaitu menjadi onkogen, maka protein yang disandinya akan
bersifat over aktif. Protoonkogen menginduksi pembelahan sel, sedangkan tumor supresorgen
menghambat pembelahan sel.
Faktor yang memicu terjadinya mutasi
1) Bahan kimia :
a. Alkylating Agents
Dimethyl sulfate
Beta propiolactone
Benz(a)anthracene
Benz(a)pyrene
Benz(a,h)anthracene
c. Aromatic Amines
2-Naphtylamine
Benzidine
Dimethylaminoazobenzene
2) Virus
Contohnya hepatitis C, hepatitis B, HPV, dan EBV. HPV merupakan virus yang
menginduksi suatu keganasan. Oleh sebab itu HPV dikelompokkan sebagai onkovirus.
Onkovirus menghasilkan protein yang disebut onkoprotein. Onkoprotein ini antara lain
E6 dan E7. E6 fungsinya adalah untuk menginaktifkan protein P53. Sedangkan E7
mengikat pRB.
3) Radiasi/Radikal Bebas
Ada yang bersifat ionisasi (sinar X, sinar gamma) dan non ionisasi (sinar
ultraviolet). P53 akan menginduksi p21. Lalu p21 akan menghambat semua CDK. Jika
CDK dihambat maka siklus sel tidak berjalan. Untuk meregulasi supaya CDK tidak
dihambat maka harus ada protein yang bekerja yang dikenal dengan Bcl2. Untuk
mencegah pembelahan yang berlebih maka perlu MDM2 yang akan mengatur p53 tidak
terlalu tinggi atau terlalu rendah. Pada infeksi akibat virus, pRB dihambat oleh virus.
Prb, p53 kalau mengalami mutasi maka sel akan mengalami malignansi (keganasan).
Sel dapat menghasilkan ATP. ATP dapat menginduksi pada reaksi redoks. Pada
reaksi redoks ada penerima dan pelepas elektron. Maka terjadilah pembentukan ROS. Kalau
ROS tinggi, mestinya skafeyernya tinggi supaya menetralkan. Jika ROS lebih tinggi dari
enzim peredam ROS maka dikenal dengan stres oksidatif. Primer ROS yang dikenal dengan
O2- dan H2O2. O2- dikode oleh radikal superoksid, sedangkan H2O2 dikenal dengan
peroksida. Kemudian O2- dan H2O2 bisa bereaksi membentuk OH radikal. Atau H2O2
bereaksi dengan ion Cu atau Fe juga membentuk radikal hidroksida yang dikenal dengan
reaksi fenton. OH radikal ini kemudian translokasi ke inti tentunya akan membengaruhi
DNA. DNA bisa mengalami apoptosis. Namun sel juga mengalami proses perbaikan DNA
(NER), tetapi susunannya berubah. Apabila sel kekurangan oksigen maka akan mengalami
hipoksia. Abapila kekurangan ATP akan memicu pembentukan HIF 2alfa. HIF 2alfa
kerjannya menghambat NER. Sel tumor bisa dihambat oleh CTL dan sel NK. Tetapi karena
ada IL-10 maka CTL dan sel NK ridak bisa berfungsi. Maka sel tumor akan berkembang.
2. SITOLOGI
Sitologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sel. Sitologi diagnostic adalah suatu
ilmu yang mempelajari cara penilaian atau interpertasi dari suatu sel, baik sel yang berasal
dari expoliative (sel yang lepas secara spontan, ex urin, asi test, cairan pleura) maupun
diambil dengan cara tertentu seperti: keroan, STSU imprint (ditempel).
Pada pap-smear penilaiannya berorientasi pada inti sel dan sitoplasma. Agar tidak
terjadi perubahan pada ninti sel dan sitoplasma maka perlu dilakukan fiksasi (diawetkan).
Bahan untuk fiksasi antara lain alcohol, formalin, dll.
1. Chemoprevention agent
2. Antiangiogenesis
3. Induksi apoptosis
2) Dipicu oleh pengaktif kematian di luar sel yang terikat pada suatu reseptor
pada permukaan sel seperti TNF-α, limfotoksin dan ligand Fas (FasL).
5. Chelating agent
Biro Sistem Informasi UMY. 2018. Pengelolaan Obat Harus Dijalankan Dengan Baik.
https://www.umy.ac.id/siklus-pengelolaan-obat-harus-dijalankan-dengan-baik.html
Puspita, N.Ayu. 2016. Kemoprevensi Untuk Pencegahan Kanker: Fakta atau Mitos?.
http://jurnal.unsyiah.ac.id/JKS/article/view/5059
Nurhayati, S., & Lusiani, Y. (2006). Apoptosis dan Respon Biologik Sel Sebagai Faktor
Prognosa Radioterapi Kanker. Iptek Ilmiah Populer, 60-61.
Aziz, T. dkk. (2015). Removal Logam Berat dari Tanah Terkontaminasi dengan
Menggunakan Chelating Agent (EDTA). Jurnal Teknik Kimia, 42.